Coupon Yield Yield to Maturity versus Price Government

advertisement
Coupon
Coupon/kupon yaitu besarnya bunga yang dibayarkan secara reguler,
yang dinyatakan dalam persentase terhadap nilai nominal obligasi. Sebagai
contoh Obligasi Negara seri FR0028 dengan tingkat kupon 10%, artinya
setiap tahun jumlah bunga yang dibayarkan kepada investor adalah
sebesar 10% dikalikan dengan tingkat nominalnya, dengan demikian untuk
setiap unit Obligasi senilai Rp1.000.000,00 maka kupon yang diterima per
tahun oleh investor ialah sebesar Rp100.000,00. Apabila dalam terms and
conditions periode pembayaran kupon ditetapkan 2 kali setahun, maka
pembayaran kuponnya setelah 6 bulan adalah sebesar masing-masing
Rp50.000,00. Kupon Obligasi Negara dapat dibayarkan dua kali setahun
(semi-annual) atau empat kali setahun (quarterly). Saat ini kupon Obligasi
Negara seri FR (Fixed Rate) dibayarkan dua kali setahun, sedangkan untuk
seri VR (Variable Rate) dibayarkan empat kali setahun. Untuk seri VR,
kuponnya ditentukan oleh tingkat suku bunga hasil lelang SBI (Sertifikat
Bank Indonesia) berjangka 3 bulan.
ketepatan yang lebih tinggi daripada current yield. Yield to maturity ialah
discount rate yang digunakan untuk mem-present value-kan cash flow
obligasi di masa mendatang (baik kupon maupun pokok) sehingga sama
dengan harga belinya. Yield to maturity inilah yang sering digunakan
secara umum dalam istilah yield sehari-hari. Interprestasi lain dari yield
ialah harga dari uang.
Yield to Maturity versus Price
Price, atau harga obligasi, secara teoritis ialah nilai sekarang (present
value) dari seluruh penerimaan kas di masa mendatang, baik melalui
kupon maupun pokok saat jatuh tempo, dengan menggunakan tingkat
bunga tertentu sebagai discount rate-nya.
Tingkat bunga inilah yang disebut sebagai yield to maturity (YTM).
Tingkat keuntungan/yield (YTM) berbanding terbalik dengan harga
obligasi. Jika yield naik (dengan ketentuan faktor lain tidak berubah),
maka harga akan turun.
Jika pada saat membeli obligasi investor harus membayar lebih kecil
daripada nominal obligasi tersebut maka kondisi ini disebut: investor membeli
pada harga discount. Contohnya, pada gambar disamping, saat YTM 6%,
investor harus membayar Rp957,87 untuk membeli obligasi dengan nominal
Rp1.000,00. Dengan demikian, besarnya discount ialah Rp1.000,00 –
Rp957,87 = Rp42,13.
Jika pada saat membeli obligasi jumlah yang dibayarkan investor sama
dengan nominal obligasi, maka kondisi ini disebut: investor membeli pada
harga par. Contohnya, masih pada boks di atas, pada saat YTM 5%, maka
investor membayar Rp1.000,00 sesuai harga nominalnya.
Dengan menganalisis perbandingan antara YTM dengan kupon, kita
dapat juga mengetahui apakah obligasi memiliki harga discount, premium
atau par. Jika YTM < kupon (contoh di samping 4% < 5%), maka obligasi
tersebut memiliki harga premium. Jika YTM = kupon, maka obligasi tersebut
memiliki harga par.
Government Securities Yield Curve
Government Securities Yield Curve atau kurva imbal hasil SUN ialah grafik
yang menggambarkan hubungan antara jatuh tempo SUN pada berbagai titik
waktu, dengan tingkat bunganya (yield to maturity). Dengan kata lain kurva ini
menggambarkan berapa harga yang pantas dari suatu instrumen keuangan
(SUN) untuk setiap jangka waktu jatuh temponya. Kurva ini biasanya juga
disebut sebagai benchmark yield curve karena menjadi acuan bagi investor
untuk menentukan harga wajar Obligasi Negara atau harga wajar instrumen
keuangan lain selain SUN, tentu setelah melakukan penyesuaian dengan
menambahkan premi risiko.
Yield
Nilai Pari (Par Value)/Nilai Nominal (Nominal Value)
Yield ialah tingkat keuntungan atau imbal hasil yang sebenarnya
diperoleh investor obligasi. Ada dua macam yield, yaitu current yield
(simple yield) dan yield to maturity. Current yield diukur dengan cara
membagi tingkat kupon obligasi dengan harga beli obligasi tersebut.
Sedangkan yield to maturity ialah tingkat keuntungan yang
merepresentasikan keuntungan investasi pada obligasi dengan tingkat
Nilai Nominal atau nilai pokok ialah nilai pecahan per unit SUN. Nilai
nominal ini dapat dianalogikan seperti uang kertas yang diterbitkan dalam
pecahan (atau memiliki nominal) Rp1.000,00, Rp5.000,00, Rp10.000,00,
Rp20.000,00, Rp50.000,00 dan Rp100.000,00. Untuk SUN saat ini diterbitkan
dalam pecahan per unit sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). Nilai
nominal ini akan dibayar Pemerintah pada saat jatuh tempo SUN yang
bersangkutan. Nilai nominal juga digunakan sebagai dasar perhitungan kupon
yang akan dibayar pemerintah.
Capital Gain/Loss
Jika pada saat membeli obligasi investor harus membayar lebih
besar daripada nominal obligasi tersebut maka kondisi ini disebut:
investor membeli pada harga premium. Contohnya dapat dilihat pada
gambar diatas, saat YTM 4%, maka investor harus membayar
Rp1.054,52 untuk membeli obligasi dengan nominal Rp1.000,00.
Dengan demikian, besarnya premium ialah Rp1.054,52 - Rp1.000,00 =
Rp54,52.
Capital gain/loss ialah selisih antara harga jual dengan harga beli SUN.
Jika harga jual lebih tinggi daripada harga beli, maka investor memperoleh
capital gain. Sebaliknya, jika harga jual lebih rendah daripada harga beli, maka
investor menanggung capital loss. Investor tidak memiliki keharusan untuk
memperdagangkan SUN yang dimilikinya. Jika tidak memerlukan likuiditas,
investor dapat memiliki/menahan SUN sampai jatuh tempo. Dalam hal ini jika
investor membeli SUN pada harga discount dan menahannya sampai jatuh
tempo, maka investor tersebut pasti memperoleh capital gain, karena pada
saat jatuh tempo Pemerintah selalu membayar sebesar nilai par-nya.
Accrued Interest
Coupon Bonds versus Zero Coupon Bonds
Accrued interest atau bunga berjalan ialah jumlah fraksi kupon yang
harus dibayar pembeli obligasi kepada penjual obligasi. Accrued interest
timbul jika transaksi jual beli obligasi terjadi di antara tanggal pembayaran
kupon obligasi, dan dihitung dari tanggal pembayaran kupon sebelumnya
sampai dengan tanggal transaksi.
Coupon bonds ialah obligasi yang membayarkan kupon secara reguler
disamping membayar pokok saat jatuh temponya. Contoh Obligasi Negara
dengan kupon ialah seluruh Obligasi Negara seri FR (fixed rate) dan seri VR
(variable rate). Zero coupon bonds ialah obligasi yang tidak membayarkan
kupon secara periodik namun hanya membayar pokok saat jatuh tempo.
Zero coupon bonds disebut juga dengan discount paper karena dibeli
dengan harga discount. Keuntungan investor diukur dari capital gain yang
diperolehnya.
Clean Price versus Dirty Price
Clean price ialah harga obligasi sebelum memperhitungkan accrued
interest. Sedangkan dirty price ialah harga obligasi setelah
memperhitungkan accrued interest, atau dengan kata lain dirty price =
clean price + accrued interest.
Treasury Bills (T-Bills) atau surat Perbendaharaan Negara
(SPN)
Surat Perbendaharaan Negara ialah SUN berjangka waktu sampai
dengan 12 bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto. Di beberapa
negara SPN lebih dikenal dengan sebutan T-Bills atau Treasury Bills.
Pasar Primer (Pasar Perdana) versus Pasar Sekunder
Pasar primer adalah kegiatan penawaran dan penjualan obligasi untuk
pertama kali. Pasar sekunder ialah kegiatan perdagangan selanjutnya atas
obligasi yang telah dijual di pasar primer.
Rating Obligasi
Obligasi, baik obligasi yang diterbitkan oleh korporasi swasta maupun
Pemerintah, memiliki rating tertentu yang menggambarkan tingkat risiko
yang dihadapi oleh investor. Investor obligasi umumnya ingin memastikan
bahwa kupon dan pokok atas obligasi dapat diperolehnya sesuai jadwal dan
dalam jumlah yang telah ditentukan sesuai ketentuan dan persyaratan
obligasi tersebut. Namun riset yang cukup dalam rangka memberikan
kepastian sangat sulit dilakukan oleh individual investor. Oleh karena itu
investor umumnya memanfaatkan jasa lembaga pemeringkat (rating
agency) untuk menentukan rating suatu institusi penerbit obligasi, sehingga
dapat diukur risiko yang dihadapi.
Setelmen
1 Apr 07
Treasury Bonds (T-Bonds) atau Obligasi Negara
Obligasi Negara ialah SUN yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan
yang diterbitkan dengan kupon atau tanpa kupon.
Semakin tinggi rating obligasi, semakin rendah risiko yang dihadapi
investor. Sebaliknya semakin rendah rating obligasi, semakin tinggi risiko
yang dihadapi investor. Rating berpengaruh terhadap tingkat bunga
(yield/YTM) yang dikehendaki investor. Semakin tinggi rating obligasi,
semakin rendah yield yang dikehendaki investor, karena semakin rendah
risikonya.
Tingkatan rating obligasi bervariasi dari satu lembaga pemeringkat ke
lembaga pemeringkat yang lain. Sebagai contoh, Moody’s menggunakan
Aaa untuk rating tertinggi, diikuti Aa, A, Baa, Ba, B, Caa, Ca, C, dan D untuk
rating terendah. Sedangkan Standard & Poor’s menggunakan AAA untuk
rating tertinggi, diikuti AA, A, BBB, BB, B, CCC, CC, dan C untuk yang
terendah. Moody’s dan Standard & Poor’s (sering disingkat S&P) ialah dua
lembaga pemeringkat internasional yang diterima di seluruh dunia.
Direktorat Surat Utang Negara
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Gedung A.A. Maramis II Lantai 2
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 1-4 Jakarta 10710
Telp. 021-3810175, Fax. 021-3846516
E-mail : [email protected]
Website : www.dmo.or.id
Download