35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Morfologi

advertisement
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakterisasi Morfologi Bakteri Resisten Logam Krom
Karakterisasi morfologi bakteri resisten logam krom diketahui dengan
melakukan beberapa pengamatan, diantaranya pengamatan morfologi, pewarnaan
Gram dan endospora, uji biokimiawi, serta identifikasi isolat bakteri. Pengamatan
morfologi yang dilakukan meliputi warna koloni, bentuk koloni bakteri, tepian
koloni, elevasi (kenaikan permukaan koloni), kenampakan koloni, dan kepekatan
koloni. Hasil pengamatan morfologi koloni menunjukkan bahwa ke 12 isolat
bakteri resisten logam krom memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Pengamatan morfologi dimulai dengan pengamatan warna koloni isolat.
Warna koloni ke 12 isolat bakteri resisten logam krom cukup bervariasi. Warna
isolat bakteri yang ditemukan berdasarkan persentase jumlah terbanyak secara
berurutan terdiri dari warna putih sebanyak 42%, warna kuning 25%, kemudian
oranye 8,3%, krem kecoklatan 8,3%, pinggir bening tengah kuning 8,3%, dan
putih transparan sebanyak 8,3%. Persentase warna koloni dapat dilihat pada
Gambar 4.1. Perbedaan warna koloni ini terjadi karena pigmen intraseluler yang
dihasilkan oleh bakteri (Cappuccino & Sherman, 2005).
Dua belas koloni bakteri resisten logam krom yang ditemukan yaitu
berbentuk bundar dengan tepian kerang sebanyak 42% pada isolat bakteri Pt2,
Pt3, Pt4, Kn1, dan Kn2, tidak beraturan 33% pada isolat Pt6, Kr, Bn1 dan Kc1,
35
36
bundar 17% pada isolat Pt5 dan Kn3, dan berbenang-benang sebanyak 8% pada
isolat Bn1. Koloni berbentuk bundar dengan tepian kerang mendominasi diantara
bentuk yang lainnya. Persentase bentuk koloni dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Menurut Cappuccino & Sherman (2005), tepian koloni yang terlihat pada
cawan agar dapat berupa tepian licin, tak beraturan, berbenang, bergerigi dan
berombak, sedangkan yang telihat pada 12 koloni bakteri resisten logam krom
terdapat lima jenis tepian koloni yang ditemukan yaitu, berombak, berlekuk, tidak
beraturan, licin, dan bercabang dengan nilai persentase masing-masing secara
berurutan yaitu, 41%, 17%, 17%, 17%, dan 8%. Kenampakan koloni bakteri
didominasi oleh kenampakan koloni yang mengkilat dengan presentase 67%
sedangkan kenampakan koloni yang suram hanya 33%. Elevasi (kenaikan
permukaan) koloni juga merupakan salah satu karakteristik dari koloni bakteri.
Terdapat tiga jenis elevasi koloni bakteri yang ditemukan, yaitu timbul sebanyak
42%, cembung 33% dan datar sebanyak 25%. Persentase tepian, kenampakan, dan
elevasi koloni bakteri resisten logam krom dapat dilihat pada Gambar 4.1,
sedangkan keragaman bentuk, warna, tepian, kenampakan dan kepekatan 12
koloni bakteri resisten logam krom dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Keberadaan isolat bakteri yang memiliki keragaman warna koloni seperti
yang telah dipaparkan di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Raja et al.
(2009), bahwa bakteri resisten logam krom memiliki warna koloni kuning, putih
dan cokelat muda, sedangkan Basu et al. (1997) menyebutkan warna koloni
bakteri resisten logam krom terdiri dari kuning, putih agak bening dan putih krem.
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Morfologi Bakteri Resisten Logam Krom
No
Isolat
Warna
Bentuk
Tepian
Elevasi
Kenampakan
Kepekatan
1.
Pt1
Putih
Berbenang-benang
Bercabang
Timbul
Mengkilat
Pekat
2.
Pt2
Putih
Berlekuk
Timbul
Suram
Pekat
3.
Pt3
Putih
Berombak
Timbul
Mengkilat
Pekat
4.
Pt4
Putih
Tidak Beraturan
Datar
Mengkilat
Tidak pekat
5.
Pt5
Pinggir bening tengah
kuning
Bundar
Licin
Cembung
Mengkilat
Tidak Pekat
6.
Pt6
Putih
Tidak beraturan
Tidak Beraturan
Datar
Suram
Tidak pekat
7.
Kn1
Kuning
Berombak
Cembung
Mengkilat
Pekat
8.
Kn2
Kuning
Berombak
Cembung
Mengkilat
Pekat
9.
Kn3
Kuning
Bundar
Licin
Cembung
Mengkilat
Pekat
10.
Kr
Oranye
Tidak beraturan
Berombak
Timbul
Suram
Pekat
11.
Bn1
Putih transparan
Tidak beraturan
Berlekuk
Datar
Suram
Tidak pekat
12.
Kc1
Krem kecoklatan
Tidak beraturan
Berombak
Timbul
Mengkilat
Pekat
Bundar dengan tepian
kerang
Bundar dengan tepian
kerang
Bundar dengan tepian
kerang
Bundar dengan tepian
kerang
Bundar dengan tepian
kerang
35
37
38
A
B
C
D
E
F
Gambar 4.1 Persentase Warna Koloni (A), Persentase Bentuk Koloni (B), Persentase
Tepian Koloni (C), Persentase Elevasi Koloni (D), Persentase Kepekatan
Koloni (E), Persentase Kenampakan Koloni (F)
39
Pt1
Pt2
Pt3
Pt4
Pt5
Pt6
Kn1
Kn2
Kc1
Bn1
Kn3
Kr
Gambar 4.2
Keragaman Bentuk, Warna, Tepian, Kenampakan
Kepekatan 12 Koloni Bakteri Resisten Logam Krom
dan
B. Karakterisasi Bakteri Resisten Logam Krom Berdasarkan Pewarnaan
Gram dan Keberadaan Endospora
1. Pewarnaan Gram
Selain pengamatan morfologi koloni bakteri, diamati pula bentuk sel
dan jenis Gram dari isolat bakteri resisten logam krom. Setelah dilakukan
pembiakan kultur murni selama 24-48 jam, kemudian dilakukan pewarnaan
Gram. Hasil pewarnaan menunjukkan bahwa isolat bakteri memiliki dua jenis
bentuk sel, yaitu bentuk batang (basil) dan bulat (coccus). Bentuk sel bakteri
yang mendominasi yaitu bentuk batang (basil) sebanyak 75% dengan jumlah
Gram positif dua isolat (16,7%) dan Gram negatif tujuh isolat (58,3%),
40
(+)
Isolat Pt1
streptobasil
(+)
Isolat Pt2
streptobasil
(-)
Isolat Pt3
diplobasil
(-)
Isolat Pt4
Diplobasil
(-)
Isolat Pt5
diplobasil
(-)
Isolat Pt6
diplobasil
(+)
Isolat Kn1
staphylococcus
(+)
Isolat Kn2
staphylococcus
(-)
Isolat Kn3
diplococcus
(-)
Isolat Kr
Diplobasil
(-)
Isolat Bn1
diplobasil
(-)
Isolat Kc1
diplobasil
Keterangan :
(+) = Gram positif
Gambar 4.3
(-) = Gram negatif
Hasil Pewarnaan Gram 12 Isolat Bakteri Resisten Logam Krom,
Umur Kultur 24-48 Jam pada Perbesaran 1000X
41
sedangkan isolat bakteri berbentuk sel bulat (coccus) hanya memiliki
persentase 25% dengan jumlah Gram positif dua isolat (16,7%) dan Gram
negatif satu isolat (8,3%). Hasil pewarnaan dapat dilihat pada Gambar 4.3,
sedangkan persentase bentuk sel dan jenis Gram dapat dilihat pada Gambar
4.4.
80
70
% 60
50
58,3
40
30
Gram Negatif
75
%
Gram Positif
8,3
25 %
20
10
16,7
16,7
0
Basil
Coccus
Gambar 4.4 Persentase Bentuk Sel dan Jenis Gram
Dengan demikian diketahui bahwa persentase bakteri berdasarkan
reaksinya terhadap pewarnaan Gram yaitu, isolat Gram negatif berjumlah
delapan isolat (66,7%), sedangkan isolat Gram positif hanya berjumlah
33,3%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Shimada & Matsushima (1983)
juga Raja et al. (2009) bahwa bakteri resisten krom berjenis Gram negatif
dengan bentuk sel basil, sedangkan penelitian yang telah dilakukan Basu et
al. (1997) menyatakan bahwa bakteri resisten logam krom dapat pula berjenis
Gram positif dengan bentuk sel bulat (coccus) yang berpasangan dan batang
42
(basil) berpasangan maupun basil pendek. Persentase banyaknya Gram
negatif terkait dengan keberadaan lipopolisakarida (LPS) yang terdapat pada
membran luar sel bakteri Gram negatif dan merupakan bentuk pertahanan
bakteri Gram negatif terhadap stres lingkungan, seperti limbah penyamakan
kulit yang mengandung logam krom. LPS terdiri dari dearah O-antigen, Core
(Outer core dan inner core), dan daerah hidrofobik yang diketahui sebagai
lipid A dan terdiri dari glukosamin dan fosfolipid (Raetz & Whitfield, 2002).
LPS diduga akan berikatan dengan logam yang dianggap toksik oleh
bakteri tersebut (Langley & Beveridge, 1999). Hal inilah yang mungkin
menyebabkan persentase banyaknya bakteri Gram negatif lebih dominan
daripada bakteri Gram positif dalam limbah penyamakan kulit yang
mengandung logam krom tersebut,
meskipun demikian hasil identifikasi
menunjukkan terdapatnya bakteri Gram positif dalam limbah penyamakan
kulit. Keadaan ini dapat disebabkan karena adanya bakteri-bakteri Gram
positif yang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang ekstrim
seperti Bacillus sp. dan Staphylococcus sp. (Tabel 4.3). Bacillus diketahui
sebagai bakteri yang paling kuat terhadap cekaman lingkungan karena
mampu membentuk endospora (Pelczar & Chan, 2006), sedangkan pada
beberapa jenis Staphylococcus sp. diketahui dapat memiliki kapsul
polisakarida yang setara fungsinya dengan LPS pada bakteri Gram negatif
(Lammler et al., tanpa tahun).
43
2. Pewarnaan Endospora
Hasil pewarnaan endospora hanya terlihat pada tiga isolat dengan letak
endospora terminalis pada isolat Bn1 dan subterminalis pada isolat Pt1 dan
Pt2. Foto hasil pewarnaan endospora dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Endospora merupakan struktur intraseluler yang dibentuk bila kondisi
lingkungan tidak memungkinkan untuk kelangsungan hidup sel vegetatif
bakteri. Endospora memiliki resistensi tinggi dalam keadaan kekurangan
nutrien, tahan terhadap panas atau suhu tinggi, radiasi sinar UV, unsur-unsur
fisik lainnya seperti pembekuan, kekeringan, radiasi, dan bahan-bahan kimia
(Cappuccino & Sherman, 2005). Limbah krom merupakan salah satu
lingkungan ekstrim yang dapat memicu terjadinya pembentukan endospora.
Isolat Pt1 - Subterminalis
Isolat Pt2 - Subterminalis
Sel vegetatif
Endospora
Isolat Bn1 - Terminalis
Gambar 4.5 Hasil Pewarnaan Endospora dan Letak Endospora pada Tiga Isolat
Bakteri Resisten Logam Krom, Umur Kultur 24-48 Jam pada
Perbesaran 1000X
44
C. Uji Biokimiawi
Uji aktivitas biokimia ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik yang
dimiliki oleh 12 isolat bakteri resisten krom yang telah diisolasi Tahapan uji
biokimia ini sangat mempengaruhi dalam membedakan spesies yang ditemukan.
Adapun uji biokimia yang dilakukan terdiri dari uji biokimia yang berhubungan
dengan eksoenzim, yaitu hidrolisis pati, hidrolisis kasein, hidrolisis lipid,
hidrolisis gelatin. Sedangkan uji biokimia yang berhubungan dengan endoenzim,
yaitu uji katalase, fermentasi karbohidrat (dekstrosa, sukrosa, dan laktosa), reduksi
nitrat, IMVIC (Indol, Methyl-red, Voges-Proskauer, dan Sitrat), uji urease,
produksi H2S, dan motilitas (Cappuccino & Sherman, 2005). Hasil uji aktivitas
biokimia 12 Isolat bakteri resisten logam krom dipaparkan sebagai berikut.
1. Uji Hidrolisis (Pati, Kasein, Lipid, Gelatin)
a. Hidrolisis Pati
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, terdapat satu isolat
yang bereaksi positif terhadap uji hidrolisis pati yaitu isolat Kr. Sedangkan
Kesebelas isolat lainnya yaitu Isolat Pt1, Pt2, Pt3, Pt4, Pt5, Pt6, Kn1, Kn2,
Kn3, Bn1, dan Kc1 menunjukkan hasil negatif yang mengindikasikan
bahwa kesebelas isolat tersebut tidak mampu menghidrolisis pati.
Perwakilan foto hasil uji hidrolisis pati dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Reaksi positif ditandai dengan adanya zona bening di sekitar koloni
bakteri setelah ditetesi dengan larutan iodium (Cappuccino & Sherman,
2005). Artinya isolat bekteri tersebut dapat menghidrolisis pati menjadi
45
Zona
Bening
A
Gambar 4.6
dekstrin
dengan
B
Hasil Uji Hidrolisis Pati pada Medium Agar Pati
A. Negatif (Isolat Pt6), B. Positif (Isolat Kr)
adanya
enzim
amilase.
Enzim
amilase
bekerja
menghidrolisis molekul besar seperti pati (amilum) dengan bantuan air
menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga molekul yang lebih
sederhana tersebut dapat masuk ke dalam sel. Zona bening tersebut tampak
sangat jelas karena medium di sekitar koloni telah terpecah menjadi bentuk
yang lebih sederhana yaitu dekstrin. Hasil penelitian Raja et al. (2009)
mengenai bakteri resisten krom menyatakan bahwa terdapat dua isolat dari
empat isolat yang memiliki enzim amilase, sedangkan penelitian bakteri
resisten krom lainnya yang dilakukan oleh Shimada & Matsushima (1983)
menyatakan hasil yang berbeda, yakni negatif untuk untuk hidrolisis pati
oleh bakteri resisten krom.
b. Hidrolisis Kasein
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, terdapat tujuh isolat
bakteri yang bereaksi positif terhadap uji hidrolisis kasein yaitu isolat Pt1,
Pt3, Pt4, Pt6, Kn1, Kn2, Kn3, sedangkan kelima isolat lainnya yaitu Isolat
46
Pt2, Pt5, Kr, Bn1 dan Kc1 menunjukkan hasil negatif yang mengindikasikan
bahwa kesebelas isolat tersebut tidak mampu menghidrolisis kasein.
Perwakilan foto hasil uji hidrolisis kasein dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Zona
Bening
A
B
Gambar 4.7 Hasil Uji Hidrolisis Kasein pada Medium Susu Skim Agar
A. Negatif (Isolat Kr), B. Positif (Isolat Kn3)
Kasein adalah protein utama dalam susu berupa makromolekul dari
asam amino yang diikat oleh ikatan peptida (CO-NH). Kasein merupakan
suspensi koloid yang menyebabkan susu terlihat putih mengkilat. Sebelum
masuk ke dalam sel, protein ini harus diuraikan menjadi pepton, polipeptida,
dipeptida dan asam amino agar dapat digunakan sebagai nutrisi sel.
Pemecahan protein (proteolisis) ini dilakukan dengan bantuan enzin
protease. Terbentuknya zona bening di sekitar pertumbuhan koloni
merupakan akibat dari adanya proses pemecahan protein oleh enzim
protease yang dihasilkan bakteri tersebut (Cappuccino & Sherman, 2005).
c. Hidrolisis Lipid
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, terdapat sembilan
isolat yang bereaksi positif terhadap uji hidrolisis lipid yaitu isolat Pt3, Pt4,
47
Pt5, Pt6, Kn1, Kn2, Kn3, Kr dan Kc1. Sedangkan tiga isolat lainnya yaitu
Isolat Pt1, Pt2, dan Bn1 menunjukkan hasil negatif yang mengindikasikan
bahwa ketiga isolat tersebut tidak mampu menghidrolisis lipid. Perwakilan
foto hasil uji hidrolisis lipid dapat dilihat pada Gambar 4.8.
A
B
Gambar 4.8 Hasil Uji Hidrolisis Lipid pada Medium Agar Lipid
A. Positif (Isolat Kr), B. Negatif (isolat Bn1)
Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna merah dan merah
muda (pink) pada koloni dan daerah di sekitar koloni. Warna merah tersebut
terjadi karena isolat bakteri dapat menghidrolisis lipid pada medium agar
lipid dengan indikator neutral red, sehingga mengakibatkan terbentuknya
asam lemak dan menyebabkan pH medium menurun.
Lipid (trigliserida) dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol
dengan adanya bantuan enzim lipase. Isolat yang bereaksi positif terhadap
uji hidrolisis lipid dapat diartikan bahwa isolat tersebut memiliki enzim
lipase (Cappuccino & Sherman, 2005).
48
d. Hidrolisis Gelatin
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, terdapat empat isolat
yang bereaksi positif terhadap uji hidrolisis gelatin yaitu Pt1, Pt2, Pt4, Pt6,
sedangkan delapan isolat lainnya yaitu isolat Pt3, Pt5, Kn1, Kn2, Kn3, Bn1,
Kr, dan Kc1 menunjukkan reaksi negatif terhadap uji hidrolisis atau dengan
kata lain kedelapan isolat tersebut tidak dapat menghidrolisis gelatin.
Perwakilan foto hasil uji hidrolisis gelatin dapat dilihat pada Gambar 4.9.
K
K
A
B
Gambar 4.9 Hasil Uji Hidrolisis Gelatin pada Medium Gelatin
A. Positif (Isolat Pt1), B. Negatif (Isolat Kc1)
K = Kontrol
Reaksi positif dari uji hidrolisis gelatin ditandai dengan mencairnya
medium gelatin pada suhu 4oC. Gelatin adalah protein yang dihasilkan dari
hidrolisis kolagen yang merupakan komponen jaringan ikat pada tubuh
manusia dan hewan, Gelatin merupakan protein yang belum sempurna
karena tidak adanya asam amino triptophan. Ciri yang lainnya dari gelatin
yaitu gelatin akan membeku/padat pada suhu kurang dari 25oC, Sebaliknya
akan mencair pada suhu di atas 25oC (Cappuccino & Sherman, 2005).
Mencairnya medium gelatin setelah diinkubasi pada suhu 37oC dan
disimpan pada suhu 4oC menunjukkan bahwa bakteri tersebut dapat
49
menghasilkan eksoenzim gelatinase dan memecah gelatin menjadi molekul
yang lebih sederhana yaitu asam amino. Isolat bakteri yang dapat
menghidrolisis gelatin menunjukkan bahwa isolat tersebut menggunakan
asam amino hasil hidrolisis gelatin sebagai sumber energinya dengan
bantuan enzim gelatinase tersebut.
2. Uji Motilitas
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, terdapat sembilan isolat
yang menunjukkan hasil positif yaitu, Pt1, Pt2, Pt3, Pt4, Pt5, Pt6, Kc1, Bn1 dan
Kr sedangkan tiga isolat lainnya menunjukkan hasil negatif terhadap uji
motilitas. Uji motilitas positif ditandai dengan adanya pertumbuhan koloni
bakteri yang meluas dari daerah tusukan (inokulasi) dan diikuti dengan
perubahan warna medium menjadi keruh. Perwakilan foto hasil uji motilitas
pada medium Sulfide Indol Motily (SIM) agar dapat dilihat pada Gambar 4.10.
A
B
C
Gambar 4.10 Hasil Uji Motilitas pada Medium SIM Agar
A & B Positif (Isolat Bn1 dan Kr)
C. Negatif (Isolat Kn3)
Beberapa bakteri bersifat “motil” artinya dapat melakukan pergerakan.
Pergerakan pada bakteri didukung dengan adanya struktur yang menyerupai
50
benang panjang yang disebut flagelum yang tumbuh dalam membran sel
(Pelczar & Chan, 2006). Studi yang telah dilakukan oleh Abskharon et al.
(2009) dan Raja et al. (2009) pun menyatakan bahwa bakteri resisten krom
umumnya bersifat motil.
3. Uji Produksi H2S
Berdasarkan hasil pengamatan terdapat tiga isolat bakteri yang
menunjukkan hasil positif uji H2S, yaitu isolat Pt3, Pt4, Pt6, sedangkan
sembilan isolat bakteri lainnya menunjukkan hasil negatif. Reaksi positf dari
uji ini adalah adanya perubahan warna medium dari kuning menjadi hitam atau
kehitaman. Perwakilan foto hasil uji produksi H2S pada medium Sulfide Indol
Motily (SIM) agar dapat dilihat pada Gambar 4.11.
Medium
Berwarna
Kehitaman
A
B
Gambar 4.11 Hasil Uji Produksi H2S dalam Medium SIM Agar
A. Negatif (Isolat Bn1), B. Positif (Isolat Pt3)
Gas H2S dihasilkan oleh reduksi senyawa sulfur anorganik seperti
thiosulfat (S2O32-). Medium yang mengandung thiosulfat akan dirubah menjadi
sulfit oleh enzim reduktase dengan melepaskan H2S.
3 S2O32- + 4 H+
2SO32- + 2 H2S
51
H2S yang dilepaskan akan berikatan dengan Fe3+ yang berasal dari
ferrous ammonium sulfat pada medium SIM agar akan berikatan membentuk
endapan ferrous hitam yang tidak dapat dipecahkan, endapan ini terlihat
disepanjang tusukan atau inokulasi dan menunjukkan reaksi positif. Sebaliknya
jika tidak terjadi perubahan apapun pada media, maka menunjukkan reaksi
negatif (Cappuccino & Sherman, 2005). Studi bakteri resisten krom yang telah
dilakukan Shimada & Matsushima (1983) menyatakan bahwa bakteri resisten
krom mampu menghasilkan H2S.
4. Uji Reduksi Nitrat
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, terdapat 50% atau enam
isolat yang bereaksi positif terhadap uji nitrat, yaitu Pt1, Pt2, Pt3, Pt4, Pt6 dan
Bn1, sedangkan enam isolat lainnya yaitu isolat Pt5, Kr, Kc1, Kn1, Kn2 dan
Kn3 menunjukkan hasil negatif. Reaksi positif dari uji ini ditandai dengan
terjadinya perubahan warna medium menjadi merah bata. Perwakilan foto hasil
uji reduksi nitrat dapat dilihat pada Gambar 4.12.
A
Gambar 4.12
B
C
Hasil Uji Reduksi Nitrat dalam Medium Kaldu Nitrat
A & B Positif (Isolat Pt2 & Pt4), C. Negatif (Isolat Kn1)
52
Nitrat adalah senyawa yang sangat potensial untuk menggantikan peran
oksigen sebagai akseptor hidrogen final selama pembentukan energi.
(Cappuccino & Sherman, 2005). Penelitian mengenai bakteri resisten krom
yang telah dilakukan oleh Abskharon et al. (2009) pun menunjukkan hasil
positif terhadap uji nitrat. Berikut ini merupakan reaksi oksidasi senyawa nitrat
menjadi nitrit oleh enzim nitrat reduktase.
Nitrat reduktase
3-
+
-
NO
+ 2H +e
(nitrat)
Hidrogen
elektron
NO2- + H2O
(nitrit)
5. Uji Katalase
Reaksi positif dari uji katalase ini ditandai dengan terbentuknya
gelembung-gelembung oksigen pada permukaan koloni setelah ditetesi dengan
H2O2 3%. Seluruh isolat menunjukkan reaksi katalase positif. Perwakilan foto
hasil uji katalase dapat dilihat pada Gambar 4.13.
Gelembung-Gelembung
Oksigen
Gambar 4.13 Hasil Positif Uji Katalase pada Medium Nutrient Agar
Uji katalase yang dilakukan pada cawan Petri bertujuan untuk
mengetahui kemampuan mikroorganisme dalam menghasilkan enzim katalase
53
atau peroksidase yang dapat menguraikan H2O2 menjadi air dan oksigen.
Hidrogen peroksida ini dihasilkan oleh mikroorganisme aerobik, fakultatif
aerobik dan mikroaerofilik yang menggunakan jalur respirasi aerobik, yaitu
oksigen bertindak sebagai akseptor elektron selama proses penguraian
karbohidrat
untuk
menghasilkan
energi.
Akumulasi
peroksida
pada
mikroorganisme dapat menyebabkan kematian pada mikroorganisme tersebut
karena tidak adanya enzim yang dapat menguraikannya.
Reaksi positif dari uji katalase ini ditandai dengan terbentuknya
gelembung-gelembung oksigen di permukaan koloni setelah ditetesi dengan
H2O2
3%.
Terbentuknya
gelembung-gelembung
oksigen
tersebut
mengindikasikan adanya reaksi penguraian hidrogen peroksida oleh enzim
katalase yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Cappuccino & Sherman, 2005).
Hasil positif pada uji katalase ini sesuai dengan penelitian bakteri resisten krom
yang telah dilakukan Shimada & Matsushima (1983).
6. Uji Urease
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terdapat satu isolat bakteri yaitu
Kn3 yang menunjukkan hasil positif, sedangkan sebelas isolat bakteri lainnya
yaitu Pt1, Pt2, Pt3, Pt4, Pt5, Pt6, Kn1, Kn2, Kr, Bn1, dan Kc1 menunjukkan
reaksi negatif. Reaksi positif ditandai dengan perubahan medium menjadi
merah muda (sangat merah muda). Perwakilan foto hasil uji urease dapat
dilihat pada Gambar 4.14.
54
Perubahan warna dapat terjadi saat enzim urease memutus ikatan karbon
dan nitrogen untuk membentuk amoniak. Adanya amoniak menyebabkan
suasana medium menjadi alkali/basa sehingga indikator phenol red akan
berubah menjadi merah muda pada medium, hal ini mengindikasikan
terjadinya reaksi positif atau dihasilkannya urease (Cappuccino & Sherman,
2005).
A
B
Gambar 4.14 Hasil Uji Urease dalam Medium Urea Broth
A. Negatif (Isolat Pt4), B. Positif (Isolat Kn3)
Studi bakteri resisten krom yang telah dilakukan Shimada & Matsushima
(1983) serta Abskharon (2009) menyatakan bahwa sebagian besar bakteri
resisten krom tidak memiliki enzim urease yang dapat mengubah urea menjadi
amoniak.
Berikut ini merupakan reaksi hidrolisis urea menjadi amoniak yang
dikatalisis oleh urease.
NH2
NH2
Enzim urease
C
+ 2 H2O
CO2 + H2O + 2 NH3
O
Urea
Air
Amoniak
55
7. Uji IMVIC (Indol, Methyl Red, Voges Proskauer & Sitrat)
Uji IMVIC merupakan uji mendasar yang digunakan untuk membedakan
grup Enterobacteriaceae. Berikut ini hasil dari masing-masing uji.
a. Uji Indol
Berdasarkan hasil pengamatan seluruh isolat menunjukkan hasil
negatif terhadap uji indol. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya
cincin merah pada permukaan medium, sedangkan reaksi negatif ditandai
dengan terbentuknya cincin kuning. Perwakilan foto hasil uji Indol dapat
dilihat pada Gambar 4.15.
Gambar 4.15 Hasil Negatif Uji Indol dalam Medium Tryptone Broth
Menurut Cappuccino & Sherman (2005), tryptophan merupakan
asam amino esensial yang dapat mengalami oksidasi melalui proses
enzimatis pada beberapa bakteri dengan bantuan enzim tryptophanase.
Adanya indol dapat dideteksi dengan menggunakan reagen Kovac’s yang
akan membentuk lapisan atau cincin merah pada permukaan medium.
Warna tersebut terbentuk karena indol yang berada dalam medium
diekstrak ke dalam lapisan reagent oleh komponen asam butanol dan
membentuk kompleks dengan p-dimethylaminobenzaldehid. Ada tidaknya
56
indol yang diproduksi oleh bakteri resisten krom dapat menunjukkan hasil
yang bervariasi. Penelitian yang dilakukan oleh Raja et al. (2009)
menunjukkan hanya satu dari empat isolat yang mampu menghasilkan
indol sedangkan penelitian Abskharon (2009), Shimada & Matsushima
(1983) menunjukkan hasil positif terhadap seluruh isolat bakteri yang
diuji.
b. Uji Methyl Red (MR)
Berdasarkan hasil pengamatan terdapat dua isolat yang menunjukkan
reaksi positif terhadap uji methyl red ini, yaitu isolat Pt1 dan Pt2. Reaksi
positif ditandai dengan berubahnya warna medium menjadi merah,
sedangkan bila medium tetap berwarna kuning maka reaksi negatif.
Perwakilan foto hasil uji methyl red dapat dilihat pada Gambar 4.16.
A
B
Gambar 4.16 Hasil Uji Methyl Red dalam Medium MR-VP Broth
A. Positif (Isolat Pt2), B. Negatif (Isolat Pt4)
Tujuan dilakukannya uji methyl red adalah untuk mengetahui
kemampuan mikroorganisme yang mampu memproduksi asam organik
hasil metabolisme glukosa. Jumlah asam (H2) dideteksi oleh indikator
57
methyl red (Cappuccino & Sherman, 2005). Kemampuan bakteri dalam
memproduksi asam organik tentunya sangat bervariasi, hasil positif uji
Methyl Red ini dikemukakan oleh Abskharon (2009) pada penelitiannya
mengenai bakteri resisten krom, sedangkan Shimada & Matsushima
(1983) menunjukkan hasil negatif pada isolat bakteri yang diuji. Penelitian
lain yang dilakukan oleh Raja et al. (2009) menunjukkan hanya dua dari
empat isolat yang mampu memproduksi asam organik.
c. Uji Voges-Proskauer (VP)
Berdasarkan hasil pengamatan terdapat empat isolat yang bereaksi
positif terhadap uji Voges-Proskauer, yaitu isolat Pt1, Pt2, Kn2, Bn1. Reaksi
positif ditandai dengan berubahnya warna medium menjadi merah mawar,
sedangkan bila medium tetap berwarna kuning maka reaksi negatif.
Perwakilan foto hasil uji Voges-Proskauer dapat dilihat pada Gambar 4.17.
A
B
Gambar 4.17 Hasil Uji Voges-Proskauer dalam Medium MR-VP Broth
A. Positif (Isolat Pt1), B. Negatif (Isolat Kn1)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme
dalam memproduksi hasil metabolisme glukosa yang tidak bersifat asam
58
(produk akhir yang netral) seperti aseton (acetylmethylcarbinol).
Reagen Barritt’s yang digunakan mengandung alfa naftol dan akan
berikatan dengan aseton (acetylmethylcarbinol) yang kemudian akan
dioksidasi oleh reagen KOH 40% menjadi senyawa diasetil. Adanya
guanidin dari pepton dalam medium MR-VP broth akan berikatan dengan
diasetil menyebabkan terbentuknya kompleks merah muda pada medium,
ini menunjukkan reaksi positif. Reaksi negatif terjadi jika medium tidak
mengalami perubahan warna (Cappuccino & Sherman, 2005). Hasil negatif
pada pengujian Voges-Proskauer ditemukan pada penelitian Raja et al.
(2009) dan Abskharon et al. (2009), sedangkan penelitian Shimada &
Matsushima (1983) menunjukkan hasil positif pada pengujian VogesProskauer.
d. Uji Sitrat
Berdasarkan hasil pengamatan terdapat lima isolat bakteri yang
menunjukkan hasil positif terhadap uji sitrat, yaitu isolat Pt1, Pt2, Kr, Bn1
dan Kc1. Reaksi positif ditandai dengan berubahnya warna medium menjadi
biru tua, sedangkan bila medium tetap berwarna hijau maka reaksi dikatakan
negatif. Perwakilan foto hasil uji sitrat dapat dilihat pada Gambar 4.18.
Tidak adanya glukosa atau laktosa untuk difermentasikan, beberapa
mikroorganisme mampu menggunakan sitrat (6C) sebagai sumber carbon
untuk energinya.
59
A
B
Gambar 4.18 Hasil Uji Sitrat dalam Medium Simmon’s Sitrat
A. Positif (Isolat Kc1), B. Negatif (Isolat Pt5)
Sitrat merupakan salah satu komponen utama dalam siklus krebs
yang merupakan hasil reaksi antara asetil koenzim A (CoA) dengan asam
oksaloasetat (4C). Sitrat dibuat oleh enzim sitrase yang menghasilkan asam
oksaloasetat dan asetat kemudian melalui proses enzimatis diubah menjadi
asam piruvat dan karbon dioksida. Selama reaksi tersebut medium menjadi
bersifat alkali (basa) karena karbondioksida yang berikatan dengan sodium
(Na) dan air (H2O) membentuk membentuk sodium carbonat (Na2CO3).
Adanya sodium karbonat inilah yang akan mengubah indikator bromthymol
blue pada medium menyebabkan medium berubah warna dari hijau menjadi
biru tua (biru prusia) (Cappuccino & Sherman, 2005). Penggunaan sitrat
oleh bakteri sebagai sumber karbon dimungkinkan erat kaitannya dengan
proses reduksi krom. Penelitian yang telah dilakukan oleh Zaman (Tanpa
Tahun) mengenai reduksi Cr6+ oleh Bacillus coagulans, menyatakan bahwa
salah satu sumber karbon yang yang digunakan sebagai elektron donor
untuk reduksi Cr6+ yaitu sitrat. Reduksi sitrat berperan penting dalam
pembentukan formasi NADH karena NADH dan NADPH yang telah
60
dihasilkan melalui proses metabolisme terlibat sebagai donor elektron dalam
proses reduksi Cr6+.
8. Fermentasi Karbohidrat (Dekstrosa, Sukrosa, dan Laktosa)
Uji Fermentasi karbohidrat dilakukan dengan menggunakan tiga jenis
karbohidrat tertentu sebagai substrat untuk mengetahui kemampuan fermentasi
isolat bakteri yang diuji. Karbohidrat tersebut yaitu, sukrosa, laktosa dan
dekstrosa. Selama proses inkubasi, karbohidrat yang difermentasi akan
menghasilkan asam yang menyebabkan indikator brom cressol purple (bcp)
berubah dari warna ungu menjadi kuning dan dapat pula diikuti dengan
pembentukan gas dalam tabung durham (reaksi positif), bila tidak terjadi
perubahan warna medium maka reaksi negatif.
Berdasarkan hasil pengamatan terdapat tujuh isolat yang dapat
memfermentasi dekstrosa, yaitu isolat Pt1, Pt2, Kn1, Kn2, Kn3, dan isolat Bn1,
sedangkan enam isolat lainnya menunjukkan hasil negatif. Perwakilan foto
hasil uji fermentasi dekstrosa dapat dilihat pada Gambar 4.19.
A
B
Gambar 4.19 Hasil Uji Fermentasi Dekstrosa pada Medium Kaldu Dextrosa
A. Positif (Isolat Pt1), B. Negatif (Isolat Pt4)
61
Uji Fermentasi karbohidrat berikutnya yaitu sukrosa. Berdasarkan hasil
pengamatan terdapat enam isolat yang dapat memfermentasi sukrosa, yaitu
isolat Pt4, Pt6, Kn1, Kn2, Kn3, dan Bn1, sedangkan enam isolat lainnya
menunjukkan hasil negatif. Perwakilan foto hasil uji fermentasi sukrosa dapat
dilihat pada Gambar 4.20.
Uji Fermentasi karbohidrat yang lainnya yaitu laktosa. Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan seluruh isolat bakteri menunjukkan hasil
negatif terhadap uji fermentasi laktosa. Hal itu dibuktikan dengan tidak
berubahnya warna ungu pada medium. Perwakilan foto hasil uji fermentasi
laktosa dapat dilihat pada Gambar 4.21.
A
B
Gambar 4.20 Hasil Uji Fermentasi Sukrosa pada Medium Kaldu Sukrosa
A. Positif (Isolat Bn1), B. Negatif (Isolat Pt5)
Gambar 4.21 Hasil Negatif Uji Fermentasi Laktosa pada Medium Kaldu
Laktosa
62
Substrat seperti alkohol dan karbohidrat dapat mengalami disimilasi
secara anaerob menghasilkan asam organik dan dapat disertai dengan
pembentukan gas (Cappuccino & Sherman, 2005).
Dekstrosa atau D-glukosa merupakan monosakarida yang berperan
penting sebagai nutrien utama sel dalam respirasi sel (Poedjiadi & Supriyanti,
2007). Bakteri yang dapat memfermentasikan dekstrosa tidak sedikit karena
dekstrosa sudah merupakan monosakarida yang dapat langsung digunakan
sebagai substrat dalam fermentasi, sedangkan sukrosa (C12H22O11) merupakan
disakarida yang terdiri atas glukosa dan fruktosa. Sukrosa juga dicerna melalui
reaksi hidrolisis asam (Alamsyah, 2010). Laktosa merupakan disakarida yang
tersusun atas glukosa dan galaktosa (Campbell et al., 2003). Tidak adanya
isolat yang mampu memfermentasi laktosa disebabkan komposisi karbon yang
ada dalam laktosa masih berbentuk kristal α sehingga sukar didegradasi oleh
bakteri (Albert et al. dalam Slamet, 2009)
Walaupun demikian dekstrosa dan sukrosa mempunyai efektifitas paling
rendah sebagai elektron donor jika dibandingkan dengan sitrat. Kedua substrat
tersebut dikatabolis menjadi piruvat, kemudian masuk kedalam jalur fermentasi
anaerob menghasilkan produk berupa asam laktat atau ethanol dan CO2 dengan
menggunakan NADH, sedangkan sitrat berada dalam siklus Kreb’s dengan
kontribusi yang besar terhadap pembentukan 6 NADH dan proses reduksi Cr6+
(Zaman, Tanpa Tahun). Kemampuan isolat bakteri dalam memfermentasi
karbohidrat sangat terbatas karena beberapa alasan di atas serta disebabkan
masih tersedianya sumber energi lain di lingkungannya.
63
D. Identifikasi Bakteri
Berdasarkan hasil karakterisasi morfologi, pewarnaan Gram dan endosprora,
serta uji biokimiawi yang telah dilakukan, kemudian diidentifikasi menggunakan
Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology Ninth Edition (1994) dan Cowan
and Steel's Manual for the Identification of Medical Bacteria Third Edition
(1993). Berikut jenis maupun genus bakteri yang ditemukan, yaitu :
1. Bacillus sp
Isolat Pt1 dan Pt 2 mempunyai kemiripan dengan jenis Bacillus sp yang
memiliki ciri-ciri, yaitu bakteri gram positif, bentuk batang (basil) dengan
rangkaian sel berbentuk rantai (streptobasil) dan letak endospora subterminal.
Katalase positif, motil, hidrolisis pati negatif, urease dan indol negatif, uji
sitrat dan Voges-Proskauer positif, serta mampu memfermentasi glukosa.
Beberapa anggota genus Bacillus dapat menghidrolisis kasein.
2. Pseudomonas sp
Isolat Pt3 mempunyai kemiripan dengan jenis Pseudomonas sp yang
memiliki ciri-ciri, yaitu bakteri gram negatif, bentuk batang (basil), Kalatase
positif, respirasi aerob dengan oksigen sebagai akseptor elektron terakhir,
namun pada beberapa kasus nitrat dapat digunakan sebagai alternatif akseptor
elektron. Sebagian besar genus Psedomonas tidak mampu menghidrolisis
pati.
3. Agrobacterium sp
Isolat bakteri Pt4 dan Pt6 mempunyai kemiripan dengan jenis
Agrobacterium sp yang memiliki ciri-ciri, yaitu bakteri gram negatif, bentuk
64
batang (basil), tidak membentuk endospora, motil, respirasi aerob, namun
beberapa strains dapat bersifat anaerob jika terdapat nitrat. Koloni biasanya
berbentuk konveks, bulat, tak berpigmen hinga berwarna krem terang. Uji
katalase positif, tidak memfermentasi glukosa, dapat menghidrolisis kasein
dan gelatin, tetapi tidak dapat menghidrolisis pati, dan dapat mengunakan
nitrat sebagai sumber energi pada beberapa spesies.
4. Erwinia sp
Isolat bakteri Pt5 mempunyai kemiripan dengan jenis Erwinia sp yang
memiliki ciri-ciri, yaitu bakteri gram negatif, tidak motil, bentuk bulat
(diplococcus), indol negatif. Methyl red, Voges-Proskauer dan Simmon
citrate negatif. Tidak menghasilkan H2S, urease negatif, tidak dapat
mereduksi nitrat. Serta dapat menghidrolisis lipid.
5. Staphylococcus sp
Isolat bakteri Kn1 mempunyai kemiripan dengan jenis Staphylococcus sp
yang memiliki ciri-ciri, yaitu bakteri gram positif, berbebtuk bulat dengan
rangkaian seperti anggur (staphylococcus), mampu menghidrolisis kasein
karena memiliki enzim protease, uji katalase positif, Voges-Proskauer dan
urease negatif, tidak memfermentasi laktosa dan sukrosa.
6. Neisseria sp
Isolat bakteri Kn3 mempunyai kemiripan dengan jenis Neisseria sp yang
memiliki ciri-ciri, yaitu bakteri gram negatif, berbentuk bulat (diplococcus),
tigak motil, indol negatif. Methyl red, Voges-Proskauer dan Simmon citrat
65
negatif. Tidak menghasilkan H2S, urease negatif, katalase positif dan tidak
dapat mereduksi nitrat.
7. Alcaligenes sp
Isolat Kr mempunyai kemiripan dengan jenis Alcaligenes sp yang
memiliki ciri-ciri, yaitu bakteri gram negatif, bentuk batang (basil), Kalatase
dan Simmon citrat positif, tidak membentuk endospora, motil, tidak
memfermentasi glukosa dan tidak mereduksi nitrat, dapat menghidrolisis pati,
tetapi tidak dapat menghidrolisis kasein dan gelatin.
8. Acinetobacter sp
Isolat Kc1 mempunyai kemiripan dengan jenis Acinetobacter sp yang
memiliki ciri-ciri, yaitu bakteri gram negatif, bentuk batang (basil), tidak
membentuk endospora, motil, kalatase dan Simmon citrat positif, dapat
memfermentasi glukosa, uji H2S, urease, dan reduksi nitrat negatif.
9. Enterobacter sp
Isolat bakteri Bn1 mempunyai kemiripan dengan jenis Enterobacter sp
yang memiliki ciri-ciri, yaitu bakteri gram negatif, bentuk batang (basil),
bakteri ini mampu mereduksi nitrat, tidak dapat menghidrolisis gelatin dan
kasein, dapat memfermentasi karbohidrat dengan menghasilkan asam dan
gas, uji sitrat dan Voges-Proskauer positif, motil, katalase positif, urease,
H2S, indol, dan Methyl-Red negatif.
Data Hasil Uji Aktivitas Biokimiawi dan Identifikasi 12 Bakteri Resisten
Logam Krom dapat dilihat pada Tabel 4.2. Dari sembilan jenis bakteri resisten
logam krom yang ditemukan, terdapat tujuh jenis bakteri yang juga ditemukan
66
pada penelitian sebelumnya. Bakteri tersebut yaitu Bacillus sp. (Camargo et al.,
2003),
Agrobacterium
radiobacter
EPS-916
(Llovera
et
al.,
1993),
Staphylococcus sp., Pseudomonas spp. (Mistry, 2010; Ezaka & Anyanwu, 2011),
Alcaligenes eutrophus (Nies et al., 1990), Acinetobacter radioresistens (Raja et
al., 2009), Enterobacter cloacae (Wang et al., 1990).
Pertumbuhan optimum bakteri tentunya tidak lepas dari beberapa faktor
lingkungan seperti, suhu, pH dan DO.
Suhu air limbah penyamakan kulit berkisar antara 29–31oC. hal ini disebabkan
oleh adanya penambahan bahan-bahan buangan dari limbah industri penyamakan
kulit yang berpengaruh terhadap peningkatan suhu, seperti kapur dan H2SO4. Hal
tersebut juga telah dikemukakan oleh Rahayu, (2002) pada penelitiannya
mengenai dampak limbah cair industri penyamakan kulit terhadap kualitas air di
Sungai Ciwalen Sukaregang, Garut. Berdasarkan hasil pengukuran suhu, maka
semua isolat bakteri resisten logam krom yang ditemukan tergolong bakteri
mesofil karena ditemukan pada rentang suhu 25-40oC (Pelczar & Chan, 2006).
Suhu sangat mempengaruhi laju pertumbuhan mikroorganisme serta morfologi sel
melalui proses metaboliknya karena suhu dapat mempengaruhi kerja enzim yang
berperan dalam proses metabolisme (Adyana, 2009).
Selain suhu, pH (potential hydrogen) juga berperan dalam pertumbuhan
bakteri. Umumnya pH pertumbuhan bakteri berkisar antara pH 4-9 dengan pH
optimum pertumbuhan bakteri yaitu pH 6,5-7,5. Adapun pH medium yang
digunakan adalah pH 9 dan 10, pH tersebut disesuaikan dengan pH kondisi
lingkungan bakteri tumbuh pada saat optimasi pH. Penggunaan pH 9 pada
67
Tabel 4.2 Hasil Uji Aktivitas Biokimiawi dan Identifikasi 12 Bakteri Resisten Logam Krom
Uji Aktivitas Biokimiawi
Hidrolisis
Iso
IMViC
Mot
H2S
R.nit
Kat
Ure
Fermentasi KH
Rangkaian
Genus/Spesies
sel
Ind
MR
VP
Sit
Dex
Suk
Lak
-
-
+
+
+
A
-
-
Streptoba
Bacillus sp.
+
-
-
+
+
+
-
-
Streptoba
Bacillus sp.
+
+
-
-
-
-
-
A
-
A
-
Diploba
Pseudomonas sp.
+
-
+
-
-
-
-
-
-
Diploba
+
-
-
-
-
-
-
A
-
-
+
+
-
-
Diploba
Agrobacterium sp.
Erwinia sp.
+
+
+
-
-
-
-
A
-
Diploba
-
-
+
-
-
-
+
-
-
-
-
A
A
-
Staphyloco
+
-
-
-
-
+
-
-
-
+
Agrobacterium sp.
Staphylococcus sp.
-
A
A
-
Staphyloco
Staphylococcus sp.
+
-
-
-
-
+
+
-
-
-
Neisseria sp.
+
-
-
+
-
-
-
-
A
-
Diploco
-
A
-
-
+
+
-
Diploba
Alcaligenes sp.
+
-
-
+
-
-
+
-
-
-
-
-
Diploba
Acinetobacter sp.
+
-
+
+
-
-
-
+
+
A
-
+
A
A
-
Diploba
Enterobacter sp.
P
K
L
G
Pt1
-
+
-
+
+
-
+
+
Pt2
-
-
-
+
-
+
Pt3
-
+
+
+
-
+
+
Pt4
-
+
+
+
+
Pt5
-
-
+
Pt6
-
+
+
+
Kn1
-
+
+
Kn2
-
+
Kn3
-
Kr
+
+
-
Kc1
-
-
Bn1
-
-
Keterangan:
Iso
P
K
L
G
Mot
= Isolat
= Pati
= Kasein
= Lipid
= Gelatin
= Motilitas
R.nit
Kat
Ure
Ind
MR
VP
= Reduksi nitrat
= Katalase
= Urease
= Indol
= Methyl-Red
= Voges-Proskauer
Sit
Dex
Suk
Lak
A
= Simmon’s Sitrat
= Dextrosa
= Sukrosa
= Laktosa
= Asam
Streptoba
Diploba
Staphyloco
Diploco
= Streptobasil
= Diplobasil
= Staphylococcus
= Diplococcus
67
68
medium didasarkan pada kondisi air limbah penyamakan kulit saat dilakukan uji
pH. Adanya hasil buangan dari proses pengapuran pada limbah industri
penyamakan kulit seperti Ca(OH)2 menyebabkan pH air limbah menjadi basa.
Pengukuran kadar oksigen terlarut (Dissoved Oxygen) pada air limbah
penyamakan kulit yaitu sebesar 2,52 mg/L. Data Kualitas air (PP No.20 Tahun
1990) menyatakan bahwa untuk kegiatan perikanan diisyaratkan >3 mg/L dan
untuk kegiatan pertanian ≥ 3 mg/L. Hal ini membuktikan bahwa minimnya
oksigen terlarut pada limbah disebakan oleh proses respirasi organisme perairan
dan oksidasi limbah. Semua makhluk hidup di air sangat tergantung pada oksigen
terlarut (DO) karena sangat esensial bagi pernafasan dan merupakan salah satu
komponen utama bagi metabolisme organisme perairan pada umumnya, sehingga
konsentrasi DO dapat digunakan sebagai indikator mutu air (Rahayu, 2002).
Download