BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur Bumi dibagi dalam 3 lapisan utama yaitu inti, mantel dan kerak. Di antara kerak bagian bawah dengan mantel bagian atas dibatasi oleh batas diskontinuitas yang dikenal dengan diskontinuitas Mohorovičić atau Moho. Batas diskontinuitas ini ditemukan pertama kali pada tahun 1909 oleh Andrija Mohorovičić. Batas ini ditemukan pada kedalaman 30 km di bawah permukaan. Karakteristik dari diskontinuitas ini adalah kecepatan gelombang-P yang meningkat secara signifikan dari kerak bagian bawah dengan kecepatan 6,75 km/s menjadi 8,0 km/s pada mantel bumi bagian atas. Setiap daerah di muka bumi memiliki kedalaman batas diskontinuitas Moho yang berbeda-beda. Salah satu penyebabnya adalah pergerakan antarlempeng tektonik yang menghasilkan produk berupa gunung. Menurut Airy (1855), suatu tubuh gunung memiliki “akar” sebagai proses kesetimbangan isostasi pada kerak bumi. “Akar” merupakan istilah untuk bagian kerak bumi yang mengalami penurunan pada mantel bagian atas. Kedalaman batas diskontinuitas Moho global secara tidak langsung sudah dipaparkan dalam situs U.S. Geological Survey melalui pemetaan ketebalan kerak bumi di seluruh daerah di muka bumi. Dalam situs tersebut telah dipetakan sebaran ketebalan kerak bumi di seluruh wilayah berdasarkan model kerak CRUST 5.1. Pada peta tersebut terlihat variasi ketebalan dari tiap daerah. Kerak yang paling tebal ditunjukkan pada daerah Himalaya dengan ketebalan kerak mencapai 70 km. Sedangkan Indonesia, khususnya di daerah Sumatera, Jawa dan Kalimantan memiliki ketebalan 30 km. Oleh sebab itu, penelitian ini akan dicari variasi kedalaman batas diskontinuitas Moho di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Jawa Tengah dan Yogyakarta, pada tahun 2004 pernah digunakan sebagai objek penelitian MERAMEX (MERapi AMphibian EXperiment). Tujuan utama dari penelitian tersebut adalah menemukan hubungan antara proses zona subduksi dengan proses pembentukan busur vulkanik. Dalam penelitian tersebut, telah 1 dipasang 99 stasiun perekam gempa short period tiga komponen dan 13 stasiun broadband dengan frekuensi sampling 100 Hz. Gempa direkam selama 150 hari dimulai dari bulan Mei sampai Oktober 2004. Beberapa penelitian yang menggunakan data penelitian ini adalah analisa struktur kerak di Jawa Tengah berdasarkan gabungan inversi antara seismik pasif dan aktif (Wagner et al, 2007) dan analisa struktur anisotropi di kerak Jawa Tengah (Koulakov et al, 2009). Selain penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dapat dilakukan beberapa penelitian penunjang sehingga memperoleh informasi yang lengkap mengenai struktur kerak di bawah permukaan Pulau Jawa. Salah satunya mengenai pemetaan variasi kedalaman batas diskontinuitas Moho di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kedalaman batas diskontinuitas Moho dapat diketahui dengan berbagai macam analisis salah satunya adalah teknik stacking H-κ (Zhu dan Kanamori, 2000). Teknik ini menggunakan data receiver function radial yang merupakan hasil pengolahan 3 komponen seismogram pada stasiun perekam gempa. Receiver function merupakan metode yang digunakan untuk menghilangkan informasi mengenai sumber gempa dan lintasan yang dilalui oleh gelombang sehingga hanya menyisakan efek dari struktur dangkal di bawah stasiun penerima. Menurut Zhu dan Kanamori, teknik stacking H-κ cocok untuk menganalisa kedalaman batas diskontinuitas Moho di bawah stasiun penerima karena tidak terpengaruh oleh heterogenitas ke arah lateral. 1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut : a. Mengetahui variasi kedalaman batas diskontinuitas Moho di Jawa Tengah dan Yogyakarta. b. Membuat program stacking H-κ dengan menggunakan aplikasi Matlab. Selain tujuan yang telah dipaparkan sebelumnya, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Sebagai kontribusi untuk studi tektonik di Indonesia. Pada khususnya untuk memperkaya informasi mengenai struktur kerak di Pulau Jawa. b. Sebagai referensi tambahan dalam implementasi dari teknik stacking H-κ. 2 1.3 Batasan Masalah Batasan atau cakupan permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Daerah penelitian mencakup 110 stasiun MERAMEX yang meliputi Pulau Jawa bagian tengah dengan cakupan luas 150 x 200 km2. 2. Teknik yang digunakan untuk mengetahui variasi kedalaman diskontinuitas Moho pada area penelitian adalah teknik stacking H-κ. 3