Outline of Messages

advertisement
Garis-garis Besar
Pengkajian Kristalisasi
Keluaran
(2)
Living Stream Ministry
2431 W. La Palma Ave., Anaheim, CA 92801 U.S.A.
P. O. Box 2121, Anaheim, CA 92814 U.S.A.
© 2015 Living Stream Ministry
All rights reserved. No part of this work may be reproduced or
transmitted in any form or by any means—graphic, electronic, or
mechanical, including photocopying, recording, or information storage
and retrieval systems—without written permission from the
publisher.
First Edition, June 2015
Translation from English
Original title: Crystallization-study Outlines
of Exodus (2)
(Indonesian Translation)
Printed in Indonesia
Berita Satu
Hukum Taurat—Kesaksian Allah yang
Mewahyukan Diri-Nya kepada Umat-Nya
dan Firman Hidup Allah
untuk Menginfuskan Substansi-Nya
ke dalam Para pencari yang Mengasihi-Nya
Pembacaan Alkitab: Kel. 20:1-17; 34:28; Mzm. 19:8; Rm. 7:14; 2 Kor. 3:6; 2
Tim. 3:16; Yoh. 5:39-40
I. Hukum Taurat sebagai kesaksian Allah, ekspresi Allah,
adalah wahyu tentang siapa Allah itu terhadap umatNya—Kel. 16:34; 31:18; 32:15; 40:20; 25:21-22; 38:21; 20:1-17;
Mzm. 19:8; Kej. 1:26:
A. Suatu hukum selalu menyingkapkan jenis orang yang
membuat hukum itu.
B. Allah menganggap Sepuluh Perintah, sepuluh hukum Taurat,
sebagai “sepuluh perkataan” (Ul. 4:13; Kel. 34:28; 20:1)—
mengindikasikan bahwa hukum Taurat menyingkapkan diri
Allah sendiri, karena perkataan-perkataan yang diucapkan
seseorang itu menyingkapkan orang tersebut:
1. Allah itu cemburu—ay. 4-6; cf. 2 Kor. 11:2.
2. Allah itu kudus—Kel. 20:7-11.
3. Allah itu mengasihi—ay. 12-15, 6; cf. Rm. 13:8-10; Gal.
5:14.
4. Allah itu adilbenar—Kel. 20:5.
5. Allah itu benar—ay. 16; cf. 1 Yoh. 1:5-6.
6. Allah itu murni—Kel. 20:2-3, 17; cf. Mzm. 119:140.
C. Sebagai perkataan Allah dan kesaksian, serta ekspresi, Allah,
hukum Taurat adalah lambang Kristus sebagai Firman Allah
dan kesaksian Allah, ekspresi Allah; Kristus menggambarkan
dan mengekspresikan Allah secara penuh dan memadai—
Yoh. 1:1, 18; Why. 19:13; 1:5; Kol. 1:15.
D. Kristus adalah realitas hukum Taurat sebagai kesaksian
Allah; kesaksian Allah menandakan Kristus, perwujudan
Allah (2:9), sebagai gambar hidup apa adanya Allah:
1. Sebagaimana hukum Taurat adalah sepuluh perkataan
Allah yang mewahyukan Allah kepada umat-Nya,
demikian juga Kristus adalah Firman Allah yang
mewahyukan Allah kepada kita—Yoh. 1:1, 14.
2. Kita tidak seharusnya berusaha untuk memelihara
hukum Taurat dari luar sebaliknya kita harus
membiarkan Kristus memperhidupkan diri-Nya sendiri
dari dalam sehingga kita bisa menjadi kesaksian Allah,
perluasan dan perbesaran dari ekspresi Allah—Rm. 8:4.
3
E. Realitas memelihara hukum Taurat adalah memperhidupkan
Allah dan mengekspresikan Allah; penghidupan yang
demikian, penghidupan di dalam ekonomi kekal Allah, adalah
penghidupan manusia-Allah, yaitu kehidupan yang terus
menerus
menyangkal
ego
dan
disalibkan
untuk
memperhidupkan Kristus, yang adalah kesaksian Allah, oleh
suplai limpah lengkap dari Roh Yesus Kristus bagi ekspresi
Allah yang diperbesar dan diperluas—Mat. 16:24; Gal. 2:20;
Flp. 1:19-21a; Rm. 8:4.
II. Ada dua aspek hukum Taurat—aspek huruf dan aspek
Roh; “hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh
memberi hayat”—2 Kor. 3:6; cf. Mzm. 119:50:
A. Jika sikap kita sewaktu datang kepada hukum Taurat
hanyalah untuk memperhatikan perintah-perintah hurufiah,
kita akan memiliki hukum Taurat dalam aspek huruf yang
mematikan:
1. Apakah dalam pengalaman kita, hukum Taurat itu positif
atau negatif itu tergantung pada kondisi hati kita dalam
menerima hukum Taurat—cf. Kel. 19:8-9; 20:18-19.
2. Jika sewaktu datang kepada hukum Taurat, kita tidak
mencari Allah di dalam kasih melainkan memisahkan
hukum Taurat dari Allah yang hidup sebagai sumber
hayat (cf. Yoh. 5:39-40), maka hukum Taurat, yang
awalnya dimaksudkan untuk menghasilkan hayat namun
tidak dapat memberikan hayat dari dirinya sendiri itu
(Gal. 3:21), akan menjadi elemen yang menghakimi dan
membunuh bagi kita.
B. Namun, jika kita mengambil setiap bagian dari hukum
Taurat—semua perintah, peraturan, undang-undang, ajaran,
dan keputusannya—sebagai firman yang dihembuskan oleh
Allah yang kita kasihi (2 Tim. 3:16), maka kita akan memiliki
hukum Taurat dalam aspek Roh pemberi-hayat:
1. Jika kita mengasihi Allah, merendahkan diri kita sendiri,
dan menganggap hukum Taurat sebagai firman hidupNya yang melaluinya kita mengontaki Dia dan tinggal di
dalam-Nya, maka hukum Taurat akan menjadi saluran
yang melaluinya hayat dan substansi ilahi disampaikan
kepada kita bagi suplai dan perawatan kita.
2. Melalui diinfus dengan substansi Allah melalui hukum
Taurat sebagai firman Allah, kita menjadi satu dengan
Allah dalam hayat, sifat, dan ekspresi dan secara spontan
menempuh kehidupan yang mengekspresikan Allah dan
sesuai dengan hukum-Nya—Rm. 8:4; Flp. 1:21a; Yoh. 6:57,
63.
4
III. Fungsi hukum Taurat memiliki dua aspek:
A. Di sisi negatif, hukum Taurat menyingkapkan dosa manusia
(Rm. 3:20; 5:20; 7:7-8) dan menundukkan orang-orang dosa di
hadapan Allah (3:19); hukum Taurat juga menjaga umat
pilihan Allah dalam penjagaannya sehingga mereka bisa
dipimpin kepada Kristus—Gal. 3:23-24.
B. Di sisi positif, sebagai kesaksian hidup Allah, hukum Taurat
berfungsi untuk meministrikan Allah yang hidup kepada para
pencari-Nya (Mzm. 119:2, 88), dan sebagai firman hidup
Allah, hukum Taurat berfungsi untuk menyalurkan diri Allah
sebagai hayat dan terang ke dalam orang-orang yang
mengasihi hukum Taurat itu—ay. 25, 116, 130.
IV. Hukum Taurat adalah firman hidup Allah untuk
menginfuskan substansi-Nya ke dalam para pencari yang
mengasihi-Nya
untuk
membuat
mereka
menjadi
kesaksian-Nya bagi penggenapan ekonomi kekal-Nya:
A. Hukum Taurat itu rohani, sama dalam esens, sifat, dan
substansinya seperti Allah, yang adalah Roh—Rm. 7:14; Yoh.
4:24.
B. Hukum Taurat sebagai sepuluh perkataan Allah adalah
nafas-Nya untuk menyampaikan elemen-Nya ke dalam orangorang yang menerima perkataan-perkataan-Nya—2 Tim.
3:16:
1. Kristus sendiri adalah hukum hidup dan riil Allah,
Firman Allah, nafas Allah, ekspresi Allah.
2. Melalui mendoabacakan Firman, kita menghirup elemen
Allah ke dalam kita, diinfus dengan apa adanya Allah,
menyebabkan kita memperhidupkan Kristus dan menjadi
ekspresi hidup Allah, hukum hidup-Nya, foto hidup
Allah—Ef. 6:17-18.
V. Fungsi yang paling tinggi dan paling intrinsik dari hukum
Taurat sebagai firman Allah adalah membagikan
substansi Allah ke dalam kita untuk membuat kita menjadi
satu dengan Allah, menjadi sama seperti Allah dalam
hayat, sifat, dan ekspresi tetapi tidak dalam Keallahan:
A. Ketika Musa menerima hukum Taurat dari Allah, dia diinfus
dengan elemen Allah yang menyebabkan dia berpendar
dengan Allah—Kel. 34:32-35.
B. Bila kita diinfus dengan substansi Allah melalui firman-Nya,
maka kita menjadi apa adanya Dia, dan atribut-atribut ilahiNya terekspresi di dalam kebajikan-kebajikan insani kita.
C. Kita memelihara tuntutan-tuntutan hukum Taurat bukan
oleh usaha kita sendiri tetapi dengan apa yang telah
5
diinfuskan ke dalam kita dari Tuhan melalui kontak kita
dengan Dia; begitu kita sepenuhnya diinfus dengan substansi
Allah, Dia sendiri, sang Pemberi hukum itu, dari dalam kita
akan memelihara hukum-Nya sendiri.
VI. Ada dua jenis orang yang berhubungan dengan hukum
Taurat—para pencari yang mengasihi Allah dan para
pemelihara hukum Taurat secara hurufiah—cf. Kej. 2:9; 2
Kor. 3:6, 15-16:
A. Para pemazmur adalah para pencari yang mengasihi Allah,
mengasihi hukum Taurat sebagai kesaksian Allah dan
sebagai firman hidup-Nya:
1. Mereka mengasihi Allah—Mzm. 18:1; 73:25; 116:1.
2. Mereka mencari Allah—42:2-3; 43:4; 119:2, 10.
3. Mereka tinggal bersama Allah—27:4; 84:2-8; 90:1.
4. Mereka memandang kecantikan Allah—27:4.
5. Mereka diinfus dengan segala kekayaan Allah—52:9;
92:14-15, 11.
6. Mereka menikmati segala kekayaan hayat—36:9-10.
7. Mereka disuplai dengan Allah untuk memelihara firmanNya—119:57.
8. Mereka memustikakan hukum Allah—ay. 14, 72, 127.
9. Mereka mengecap kemanisan hukum Taurat—ay. 103.
10. Mereka
berharap
dalam
firman
Allah
dan
merenungkannya—ay. 147-148.
B. Simeon dan Hana juga ada di antara orang-orang yang
dengan penuh kasih mencari Allah:
1. Saat Simeon dan Hana menantikan Kristus, Roh Kudus
menaungi mereka—Luk. 2:25.
2. Mereka juga memiliki wahyu dari Roh Kudus dan berjalan
oleh Roh—ay. 26-27.
3. Sambil tinggal di dalam bait, mereka melayani Allah
dengan berpuasa dan berdoa; jadi, mereka menikmati
Allah dan menerima infusan-Nya—ay. 37.
4. Karena mereka telah diinfus dengan substansi Allah,
mereka dapat menempuh kehidupan yang sesuai dengan
hukum Taurat sebagai ekspresi Allah.
C. Orang-orang Yahudi, para pemelihara hukum Taurat secara
hurufiah yang kaku dan doktrinal, tidak punya hati untuk
Allah melainkan hati untuk huruf yang mematikan dari
hukum Taurat, mencari hukum Taurat di luar Allah—Mat.
15:8; Gal. 6:12-13.
D. Sebelum diselamatkan, Saulus dari Tarsus bergairah bagi
hukum Taurat (Flp. 3:15-16); sebagai seorang agamawan
6
Yahudi, dia bahkan menghujat Allah dan menganiaya
manusia—1 Tim. 1:13.
VII. Melalui diinfus dengan substansi Allah melalui firman
hidup-Nya, kita menjadi penyembah-penyembah Allah
yang sejati, yaitu orang-orang yang menurut apa adanya
Allah, yang sesuai dengan apa adanya Allah, dan yang
merefleksikan apa adanya Allah bagi kemuliaan-Nya—
Yoh. 4:24; 5:39-40; 2 Kor. 3:18:
A. Penyembah Allah yang sejati adalah orang yang diinfus
dengan Allah dan memperhidupkan Allah, yang karenanya
menjadi orang yang menurut apa adanya Allah dan sesuai
dengan apa adanya Dia; penghidupan orang yang demikian
itu sesuai dengan penghidupan Allah dan merefleksikan apa
adanya Dia—ini adalah kesaksian yang hidup dari Yesus.
B. Hukum Taurat sebagai perkataan Allah adalah nafas Allah
agar kita menghirup Allah sehingga kita bisa memiliki
kekuatan hayat untuk memperhidupkan hukum Taurat, yang
sesuai dengan sifat dan ekspresi Allah—2 Tim. 3:16; Ef. 6:1718; Rm. 8:4.
VIII. Profesi tertinggi di bumi adalah menggunakan waktu
untuk diinfus dengan Allah sehingga kita dapat
memendarkan Allah dan memancarkan Allah; ini
menggenapkan ekonomi kekal Allah untuk menggarapkan
diri-Nya sendiri ke dalam manusia sehingga Dia bisa
memiliki kesaksian-Nya, ekspresi-Nya yang diperbesar
dan diperluas—2 Kor. 3:15-18.
7
Berita Dua
Hukum Taurat—Perjanjian Pertunangan
antara Allah dan Umat-Nya
Pembacaan Alkitab: Kel. 20:1-12; 34:27-29; Yes. 54:5; Yer. 2:2; 31:3, 32;
Yeh. 16:8; Hos. 2:18-19
I. Subyek seluruh Alkitab, isi ekonomi Allah, dan rahasia
seluruh alam semesta adalah roman ilahi antara Allah
dengan umat pilihan dan tebusan-Nya:
A. Seluruh Alkitab adalah roman ilahi, catatan tentang
bagaimana Allah merayu umat pilihan-Nya dan pada
akhirnya menikahi mereka—Kej. 2:21-24; Kid. 1:2-4; Yes.
54:5; 62:5-7; Yer. 2:2; 3:1, 14; 31:3, 32; Yeh. 16:8; 23:5; Hos. 2:6,
18-19; Mat. 9:15; Yoh. 3:29; 2 Kor. 11:2; Ef. 5:25-32; Why. 19:79; 21:2, 9-10; 22:17.
B. Allah adalah Allah yang merayu, dan seluruh Alkitab adalah
perkataan rayuan Allah; karena Dia telah merayu kita, maka
kita berada di dalam kehidupan gereja hari ini; jika kita ingin
mempertahankan perkataan rayuan Allah, maka kita perlu
ada kasih yang merespon dan mesra terhadap Dia—Yoh.
21:15-17; 2 Kor. 5:14-15; Yoh. 14:21, 23; Kid. 1:1-4; 6:13; 2 Kor.
11:2.
C. Bila kita sebagai umat Allah masuk ke dalam hubungan kasih
dengan Allah, kita menerima hayat-Nya, sama seperti Hawa
menerima hayat Adam; hayat inilah yang memungkinkan
kita menjadi satu dengan Allah dan membuat Dia menjadi
satu dengan kita—Kej. 2:21-22.
D. Kita memelihara hukum Taurat bukan melalui memakai
pikiran dan tekad kita (cf. Rm. 7:18-25) melainkan melalui
mengasihi Tuhan sebagai Suami kita dan karenanya
berbagian dalam hayat dan sifat-Nya untuk menjadi satu
dengan Dia sebagai perbesaran dan ekspresi-Nya.
II. Maksud Allah dalam memberikan hukum Taurat-Nya
kepada umat pilihan-Nya adalah agar mereka menjadi
pengasih-pengasih-Nya—Kel. 20:6; Ul. 6:5; Mat. 22:35-38;
Mrk. 12:28-30:
A. Dalam membawa umat-Nya keluar dari Mesir dan
memberikan hukum Taurat-Nya kepada mereka, Allah
sedang merayu mereka, membujuk mereka, dan berusaha
memenangkan kasih mereka.
B. Yeremia 2:2; 31:32; dan Yehezkiel 16:8 mengindikasikan
bahwa perjanjian yang ditetapkan di gunung Allah melalui
pemberian hukum Taurat (Kel. 24:7-8; 34:27-28) adalah
8
perjanjian pertunangan, dimana Allah mempertunangkan
bani Israel kepada diri-Nya sendiri—cf. 2 Kor. 11:2:
1. "Pergilah memberitahukan kepada penduduk Yerusalem
dengan mengatakan: Beginilah firman TUHAN: Aku
teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada
cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin,
bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di
negeri yang tiada tetaburannya”—Yer. 2:2.
2. “Bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan
nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan
mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir;
perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku
adalah Suami mereka, demikianlah firman TUHAN”—
31:32.
3. “Maka Aku lalu dari situ dan Aku melihat engkau,
sungguh, engkau sudah sampai pada masa cinta. Aku
menghamparkan kain-Ku kepadamu dan menutupi
ketelanjanganmu. Dengan sumpah Aku mengadakan
perjanjian dengan engkau, demikianlah firman Tuhan
Yehovah, dan engkau menjadi milik-Ku”—Yeh. 16:8.
C. Yehezkiel 16:8 dan Yeremia 31:32 memakai kata perjanjian,
kata yang mengacu pada hukum Taurat yang diberikan di
dalam Keluaran 20; ketika Allah memberikan hukum Taurat,
Dia mempertunangkan Israel kepada diri-Nya, dan Israel
menjadi tunangan-Nya; inilah yang dimaksud Yeremia 2:2
ketika mengatakan, “Cintamu pada waktu engkau menjadi
pengantin.”
D. Sasaran Allah dalam memberikan hukum Taurat adalah
untuk membuat umat pilihan-Nya menjadi satu dengan Dia
sebagaimana seorang istri menjadi satu dengan suaminya;
maka hukum Taurat akan menyalurkan substansi Allah ke
dalam mereka, membawa mereka masuk ke dalam Allah, dan
mengesakan mereka dengan Allah dalam hayat dan sifat.
III. Dalam memberikan hukum Taurat-Nya kepada umat-Nya,
Allah sedang mencari pengasih-pengasih, dan pemberian
hukum Taurat adalah suatu transaksi di mana umat Allah
dipertunangkan kepada-Nya:
A. Hukum Taurat adalah perjanjian pertunangan antara Allah
dan umat-Nya:
1. Allah mengasihi umat-Nya dengan kasih yang kekal—
31:3; Gal. 6:16; 1 Tes. 1:4; Ef. 1:4.
2. Di dalam sembilan belas pasal pertama Kitab Keluaran,
Allah sedang merayu, bahkan “mengencani,” umat-Nya,
seperti yang diindikasikan di dalam Yeremia 2:2.
9
3. Melalui hukum Taurat sebagai surat pertunangan, Allah
secara resmi mempertunangkan bangsa Israel kepada
diri-Nya di dalam Keluaran 20 di gunung Allah—Yeh.
16:8; Yer. 31:32.
B. Pertunangan Israel terjadi di gunung Allah di dalam
Keluaran 20, dan hukum Taurat adalah surat resmi yang
menetapkan ketentuan-ketentuan pertunangan ini; Sepuluh
Perintah itu, terutama lima perintah pertama, memberikan
syarat-syarat pertunangan antara Allah dan umat-Nya.
C. Lima perintah yang pertama diberikan di dalam atmosfir
yang intim, dengan sebutan Yehovah Allahmu diucapkan
secara intim berulang kali sewaktu Allah dengan penuh kasih
merayu umat-Nya:
1. Di dalam perintah yang pertama, Tuhan memberi tahu
umat-Nya bahwa mereka tidak boleh memiliki kekasih
lain selain Dia; Dia haruslah menjadi Kekasih mereka
satu-satunya—ay. 1-3.
2. Di dalam perintah yang kedua, Tuhan tidak ingin umatNya membuat bagi mereka patung, berhala, dari apapun
juga dan sebagai Suami yang cemburu, Dia ingin umatNya melayani Dia dan hanya Dia saja, dan memberi tahu
mereka bahwa jika mereka mau mengasihi Dia, Dia akan
menunjukkan kasih setia kepada keturunan mereka
sampai beribu-ribu generasi, suatu jangka waktu yang
akan sampai kepada kekekalan—ay. 4-6.
3. Di dalam perintah yang ketiga Tuhan, sebagai Kekasih
mereka, tidak ingin umat-Nya memakai nama-Nya secara
tidak tepat, melainkan Dia ingin mereka menghormati
nama-Nya dan memakainya dengan penuh kasih—ay. 7.
4. Di dalam perintah yang keempat Tuhan mengharuskan
umat-Nya memelihara Sabat sebagai tanda bahwa
mereka adalah milik-Nya sendiri dan bahwa mereka itu
mutlak bagi Dia—ay. 8-11:
a. Sama seperti seorang perempuan memakai cincin
sebagai tanda pertunangannya, demikian juga
memelihara hari Sabat adalah tanda bahwa umat
Allah telah dipertunangkan kepada-Nya.
b. Sabat disebutkan dalam hubungannya dengan
pekerjaan pembangunan tempat tinggal Allah,
menandakan bahwa saat umat Allah bekerja bersama
Dia dan bagi Dia, mereka harus belajar untuk
beristirahat bersama Dia melalui menikmati Dia dan
diisi dengan-Nya—31:12-17:
10
1) Memelihara hari Sabat adalah suatu tanda (ay. 17)
bahwa umat Allah bekerja bagi Allah bukan oleh
kekuatan mereka sendiri melainkan melalui
menikmati Dia dan bersatu dengan Dia.
2) Ini juga adalah perjanjian yang kekal (ay. 16) yang
menjamin Allah bahwa kita akan menjadi satu
dengan Dia melalui pertama-tama menikmati Dia
dan kemudian bekerja bersama Dia, bagi Dia, dan
dalam keesaan dengan-Nya.
3) Allah bekerja terlebih dahulu dan kemudian
beristirahat; manusia beristirahat terlebih dahulu
dan kemudian bekerja—Kej. 2:2.
4) Penyebutan Sabat di dalam Keluaran 31 juga
mengindikasikan bahwa segala sesuatu yang
berhubungan
dengan
tabernakel
dan
perabotannya memimpin kita kepada Sabat Allah,
dengan perhentian dan penyegarannya di dalam
kenikmatan akan apa yang telah Allah
rencanakan dan lakukan.
5. Di dalam perintah yang kelima, Tuhan ingin umat-Nya
mengingat Dia sebagai sumber mereka—20:12.
D. Fungsi tertinggi hukum Taurat sebagai surat pertunangan,
perjanjian pertunangan, adalah membawa umat pilihan Allah
ke dalam keesaan dengan Dia, seperti seorang istri yang
dibawa ke dalam keesaan dengan suaminya (cf. Kej. 2:24;
Why. 22:17), dan membuat mereka menjadi ekspresi-Nya
yang diperbesar dan diperluas, kesaksian-Nya—Kel. 25:2122; 38:21.
E. Agar Allah dan umat-Nya menjadi satu, harus ada saling
kasih di antara mereka—Yoh. 14:21, 23:
1. Kasih antara Allah dan umat-Nya yang disingkapkan di
dalam Alkitab terutama seperti kasih yang mesra antara
seorang laki-laki dan seorang perempuan—Yer. 2:2; 31:3.
2. Saat umat Allah mengasihi Allah dan menggunakan
waktu untuk bersekutu dengan Dia di dalam firman-Nya,
Allah menginfus mereka dengan elemen ilahi-Nya,
membuat mereka menjadi satu dengan Dia sebagai
pasangan-Nya, sama dengan Dia dalam hayat, sifat, dan
ekspresi.
IV. Karena hukum Taurat diberikan sebagai kontrak
pertunangan dan seluruh Alkitab adalah perkataan
rayuan Allah, kita tidak seharusnya berusaha untuk
memelihara hukum Taurat terpisah dari mengasihi Tuhan
11
dan firman-Nya serta menjadi satu dengan-Nya—Yoh.
21:15-17; 2 Kor. 5:14-15; Yoh. 14:21, 23:
A. Kebenaran tentang Allah datang ke dalam kita untuk
melakukan segala sesuatu bagi kita dan di dalam kita adalah
konsep sentral di dalam Alkitab mengenai pemberian
perintah-perintah itu—Rm. 3:19-20; Gal. 3:23-24; Kel. 19:4, 6;
Yes. 40:31; Mat. 5:48; Flp. 2:12-13; Rm. 8:4.
B. Asalkan kita mengasihi Tuhan dan firman-Nya dan asalkan
kita tinggal bersama Dia untuk diinfus dengan Dia, Dia di
dalam kita akan melakukan apa yang tidak dapat kita
lakukan sendiri:
1. Agar dapat mempraktekkan visi ekonomi kekal Allah,
puncak tertinggi wahyu ilahi, kita perlu menggunakan
waktu untuk diinfus dengan Tuhan sebagai Suami kita,
menjadi semakin mirip Dia untuk menjadi ekspresi-Nya—
Kid. 1:1-4.
2. Kasih kita kepada Tuhan haruslah seperti yang
diekspresikan di dalam Kidung Agung, di mana kita
memiliki gambaran yang indah dan menyentuh dari kasih
yang dalam, lembut, dan intim antara sang kekasih
(Tuhan) dan yang dikasihinya (pencari yang mengasihiNya)—1:1 dan cat. 1; 3:11 dan cat. 1 sampai 3; 6:13 dan
cat. 1.
3. Kita memelihara hukum Taurat Allah melalui mengasihi
Dia sebagai Suami kita—Mat. 22:37-40; 1 Kor. 2:9; 16:22;
cf. Ul. 11:29; 27:12-13:
a. Bagian dari rahasia memperhidupkan Kristus adalah
berulang kali memberitahu Tuhan bahwa kita
mengasihi Dia; kapan saja kita memberi tahu Tuhan
bahwa kita mengasihi Dia, Dia menyuplai kita dengan
hayat-Nya, dan hayat ini memungkinkan kita menjadi
satu dengan Allah dan membuat Dia bersatu dengan
kita.
b. Maka apa yang kita perhidupkan akan menurut
hukum Taurat sebagai gambaran, definisi, dan
ekspresi-Nya.
4. Karena kita mengasihi Allah, maka kita juga mengasihi
firman hidup-Nya, yang menginfuskan substansi-Nya ke
dalam kita untuk membuat kita berpendar dengan Dia—
Yer. 15:16:
a. Ketika Musa berada di puncak Gunung Horeb
(Gunung Sinai), dia tidak bergumul atau bekerja
untuk memenuhi tuntutan-tuntutan hukum Taurat;
melainkan, dia diinfus dengan Allah melalui Allah
12
berbicara dengannya, dan wajahnya yang berpendar
hanyalah refleksi dari apa adanya Allah—Kel. 34:2829; cf. 2 Kor. 3:18—4:6.
b. Allah tidak menginginkan umat yang berusaha untuk
memelihara hukum Taurat; Dia menginginkan umat
yang berpendar untuk mengekspresikan Dia bagi
kemuliaan-Nya—Hak. 5:31; Mat. 13:43.
c. Saat kita diinfus dengan Tuhan, kita akan secara
spontan bersinar untuk menjadi foto hidup-Nya,
kesaksian-Nya; kita tidak akan bekerja atau berusaha
melainkan hanya berpendar.
d. Kapan saja kita mengontak Tuhan secara langsung
dan intim, menjadi satu dengan Dia, firman-Nya
menyuplai kita dengan hayat untuk membuat kita
bertumbuh, menjadi ekspresi-Nya, dan secara spontan
hidup dengan cara yang sesuai dengan apa adanya
Dia—Yoh. 5:39-40; 6:57.
C. Orang-orang yang memelihara hukum Taurat melalui
mengasihi Allah dan firman-Nya untuk menjadi satu denganNya memiliki penghidupan manusia-Allah untuk mengemban
gambar Allah, menjadi foto Allah dan duplikat Allah.
13
Berita Tiga
Firman Allah adalah Alam Terang di dalam Pengalaman Para
pencari yang Mengasihi Allah
Pembacaan Alkitab: 1 Yoh. 1:5-7; Yes. 50:10-11;
Mzm. 36:10; 119:130, 105; 19:9b
I. Fungsi Firman adalah fungsi, atau operasi diri Allah
sendiri—1 Tes. 2:13; Flp. 2:13.
II. Terang ilahi adalah sifat ekspresi Allah; ini adalah sumber
kebenaran ilahi—1 Yoh. 1:5-6:
A. Terang adalah penyinaran Allah, ekspresi Allah; bila Allah
terekspresi, sifat ekspresi itu adalah terang—ay. 5:
1. Berjalandi dalam terang ilahi adalah hidup, bergerak,
bertindak, dan memiliki diri kita berada di dalam terang
ilahi, yang adalah diri Allah sendiri—ay. 7.
2. Penyinaran terang ilahi membuat hal-hal yang lama
menjadi baru—2:7-8.
3. Jika kita berada di bawah penyaluran Allah, kita akan
berpartisipasi dalam sifat Allah sebagai terang dan
disusun dengan elemen sifat-Nya ini—1:5; 2 Kor. 4:6.
B. Terang ilahi adalah sumber dari kebenaran ilahi—Yoh. 1:5, 9;
18:37:
1. Bila terang ilahi bersinar ke atas kita, terang itu menjadi
kebenaran, yang adalah realitas ilahi—8:12, 32.
2. Bila terang ilahi ini bersinar, maka hal-hal ilahi itu
menjadi riil bagi kita.
3. Karena terang adalah sumber kebenaran, dan kebenaran
adalah hasil dari terang, maka ketika kita berjalan di
dalam terang, kita mempraktekkan kebenaran—1 Yoh.
1:6-7.
III. Kapan saja kita tidak memiliki terang, kita harus
bersandar dalam nama Yehovah dan tidak menyalakan api
lalu berjalan ke dalam terang api ini—Yes. 50:10-11:
A. Terang datang hanya dari Allah, bukan dari manusia—ay. 10.
B. Kegelapan rohani tidak dapat disingkirkan oleh api insani,
yang tidak pernah mendatangkan terang rohani yang asli; api
kita sendiri tidak dapat menjadi sumber terang rohani—ay.
11:
1. Seorang Kristen tidak dapat maju dalam perjalanan
rohani oleh apinya sendiri; dia harus bersandar dalam
nama Yehovah dan bergantung pada Allahnya.
2. Terang rohani bukan berasal dari perasaan atau
pemikiran kita sendiri.
14
3. Semakin banyak seseorang mencari terang ke dalam
batinnya, semakin dia tidak akan menemukan terang,
karena terang tidak ada di sana.
C. Kita tidak boleh mengganti terang Allah dengan terang kita
sendiri; sebaliknya, kita harus senantiasa menerima terang
dari Allah—1 Yoh. 1:5; Yoh. 8:12.
IV. Di dalam terang Allah kita melihat terang—Mzm. 36:10:
A. Melalui terang Allah kita melihat terang dan kondisi yang
sebenarnya dari setiap hal:
1. Terang yang pertama di dalam Mazmur 36:10 adalah
terang yang menerangi, dan terang yang kedua
menunjukkan sifat yang sebenarnya dari setiap hal.
2. Kita melihat sifat yang sebenarnya dari semua hal hanya
bila kita berada di dalam terang Allah—1 Yoh. 1:5-7:
a. Kita harus hidup di dalam terang Allah sebelum kita
dapat menjadi orang yang melihat.
b. Hanya orang-orang yang hidup di dalam terang Allah
lah yang akan melihat terang dan sifat yang
sebenarnya dari setiap hal.
c. Jika seseorang berada di bawah terang Allah, dia
dapat membedakan sifat intrinsik dari setiap hal.
B. Bila kita berada di dalam terang Allah, kita melihat apa yang
Allah lihat; ini adalah melihat terang di dalam terang Allah—
Mzm. 36:10.
V. Allah itu terang (1 Yoh. 1:5), dan terang ini terkonsolidasi
dalam Firman; karena itu, Firman Allah adalah
perwujudan Allah sebagai terang ilahi:
A. Firman adalah konsolidasi terang ilahi, jadi kapan saja kita
datang kepada Firman, maka kita harus merasakan bahwa
kita berada di dalam atmosfir terang—Mzm. 36:10.
B. Jika kita datang kepada Firman dengan sikap yang tepat,
maka kita akan berada di dalam terang dan di bawah terang
dan bukan hanya menerima terang—1 Yoh. 1:7.
VI. Dalam pengalaman para pencari yang mengasihi Allah,
Firman Allah adalah alam terang—Mzm. 36:10:
A. Karena Firman adalah alam terang, penyingkapan firman
Allah itu memberikan terang—119:130.
B. Di dalam Firman sebagai alam terang, firman Allah adalah
pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita—ay. 105.
C. Di dalam Firman sebagai alam terang, Firman itu menerangi
mata kita—19:9b.
15
D. Di dalam Firman sebagai alam terang, firman nubuat adalah
pelita yang bersinar di tempat yang gelap, hingga fajar
menyingsing dan bintang pagi terbit di dalam hati kita—2 Ptr.
1:19.
E. Di dalam Firman sebagai alam terang, kita disusun dengan
kebenaran sebagai penyinaran terang—Yoh. 8:12, 32.
F. Di dalam Firman sebagai alam terang, kita berjalan di dalam
terang sebagaimana Allah ada di dalam terang, dan kita
memiliki persekutuan satu sama lain—1 Yoh. 1:7, 5.
G. Di dalam Firman sebagai alam terang, kita menjadi terang di
dalam Tuhan—Ef. 5:8a; Yoh. 8:12; Mat. 5:14a.
H. Di dalam Firman sebagai alam terang, kita berjalan sebagai
anak-anak terang dan memiliki buah terang dalam kebaikan,
keadilbenaran, dan kebenaran—Ef. 5:8b-9:
1. Sebagaimana Allah adalah terang, maka kita, anak-anak
Allah, adalah anak-anak terang—1 Yoh. 1:5; Yoh. 1:12-13;
12:36.
2. Buah terang berhubungan dengan Allah Tritunggal:
a. Kebaikan menunjukkan Allah Bapa, sebab satusatunya Yang baik adalah Allah—Mat. 19:17.
b. Keadilbenaran menunjukkan Allah Putra, sebab
Kristus telah datang untuk menggenapkan tujuan
Allah menurut prosedur adilbenar Allah—Rm. 5:1718, 21.
c. Kebenaran menunjukkan Allah Roh, sebab Dia adalah
Roh realitas—Yoh. 14:17; 1 Yoh. 5:6c.
I. Di dalam Firman sebagai alam terang, kita mengalami
kerajaan sebagai penyinaran realitas Tuhan Yesus—Mrk. 9:1;
Mat. 16:28—17:2:
1. Bercahayanya Tuhan Yesus di puncak gunung adalah
datangnya kerajaan—Mrk. 9:1; Mat. 17:2.
2. Kerajaan adalah Tuhan Yesus bersinar ke atas kita, dan
kerajaan adalah penyebaran Tuhan Yesus melalui
bersinar ke atas kita.
VII. Apakah Firman adalah alam terang atau bukan bagi kita
dalam pengalaman kita itu bergantung pada sikap dan
kondisi kita dalam menghampiri Firman:
A. Kita perlu merendahkan diri sendiri, tidak merasa yakin pada
diri sendiri melainkan menengadah kepada Tuhan memohon
rahmat—Yes. 57:15; 66:2.
B. Semua ruangan diri kita harus terbuka untuk menerima
penyinaran Tuhan—Ams. 20:27.
C. Kita perlu menanggulangi hati kita dan memiliki hati yang
tepat terhadap Tuhan—Luk. 8:15:
16
D.
E.
F.
G.
1. Kapan saja kita datang kepada Firman, kita harus
melatih hati kita, mencari Tuhan dengan segenap hati
kita, dan tidak memiliki hati yang bercabang—Yer. 29:13;
24:7.
2. Jika kita mau menerima terang melalui Firman, kita
perlu menanggulangi segala rintangan dan halangan di
dalam hati kita—Luk. 8:13-15; Mat. 18:35.
Mata kita harus tulus sehingga seluruh tubuh kita akan
penuh dengan terang (6:22-24:
1. Jika kita menyimpan harta kita di surga dan di bumi,
pandangan rohani kita akan kabur—ay. 23-24.
2. Jika kita memfokuskan mata kita pada satu hal,
pandangan kita akan tulus, dan seluruh tubuh kita akan
penuh dengan terang—ay. 33, 22; Luk. 11:34-36.
Kita tidak boleh membuat terang; sebaliknya, kita harus
bersandar pada Tuhan untuk menerangi kita—Yes. 50:10-11:
1. Jika kita menyalakan terang buatan sendiri di sekeliling
kita, maka walaupun kita mungkin berjalan ke dalam
terang dari api kita sendiri untuk sejangka waktu, pada
akhirnya kita akan berbaring di tempat siksaan—ay. 11b.
2. Hanya Allah yang adalah terang, hanya Allah yang adalah
sumber terang, dan hanya di dalam terang Allah lah kita
dapat melihat terang—Mzm. 36:10.
Kita perlu berada di tingkat ketiga dari bahtera, di bawah
terang langit, di bawah satu-satunya jendela, menerima
terang dari Tuhan melalui ministri zaman ini—Kej. 6:16:
1. Di dalam ekonomi Allah dan di dalam gereja Allah hanya
ada satu jendela, satu wahyu, dan satu visi.
2. Kita perlu melayani Allah menurut visi zaman ini, yang
datang melalui ministri zaman ini.
Jika kita murni dalam hati ketika mencari Allah, kita akan
melihat Allah, yang adalah terang—Mat. 5:8; 1 Yoh. 1:5.
17
Berita Empat
Berkat yang Diterima oleh Para Pencari yang Mengasihi Allah
melalui Fungsi Firman Allah
Pembacaan Alkitab: Mzm. 119:25, 50, 57a, 58a, 103, 105, 107, 130a, 135a,
154; 1:2-3; Yoh. 1:4; Kol. 2:7a; 2 Tim. 3:16a; Kol. 1:12; 2 Kor. 4:6, 3:18
I. Melalui fungsi dari Firman Allah, para pencari yang
mengasihi Allah menerima berkat terang menjadi hayat—
Mzm. 119:103a, 105, 25, 50:
A. Satu prinsip yang besar di dalam Alkitab adalah bahwa
terang dan hayat selalu berjalan bersama; di mana ada
terang, di sana ada hayat, dan di mana ada hayat, di sana ada
terang—36:10; Yoh. 1:4; 8:12:
1. Ada satu garis di sepanjang Alkitab yang berbicara
tentang terang dan hayat bersama-sama—Kej. 1:3; Yoh.
1:4; 8:12; Why. 21:23; 22:1, 5:
a. Hanya ada satu alam dan sumber hayat, dan itu
adalah terang.
b. Hayat berasal dari terang; terang adalah kunci kepada
hayat.
c. Di pihak Allah, ada hayat terlebih dahulu kemudian
terang; di pihak kita, ada terang terlebih dahulu
kemudian hayat—Mzm. 36:10; Yoh. 1:1, 4-5; 8:12; 2
Kor. 4:6; Kis. 26:13.
2. Alkitab mewahyukan bahwa hayat berasal dari
bersinarnya terang dan bahwa jumlah hayat memiliki
proporsi yang sama dengan jumlah terang—Kej. 1:3-25; 2
Kor. 4:6.
3. Di dalam Kejadian 1, terang hari pertama adalah untuk
menghasilkan hayat, dan terang hari keempat adalah
untuk pertumbuhan hayat; terang hari pertama cukup
untuk kelahiran kembali kita, tetapi untuk pertumbuhan
kita dalam hayat, kita memerlukan terang hari
keempat—ay. 3, 14-19; Yoh. 3:3; 2 Kor. 4:6; Ef. 4:16; 5:8-9,
13-14.
4. Baik roh manusia maupun Roh Tuhan adalah pelitapelita, yang bersinar dan menerangi bagian-bagian batin
kita—Ams. 20:27; Luk. 15:8.
5. Di mana terang bersinar, di sana ada suplai hayat.
6. Cara Allah mentransformasi kita adalah melalui
penerangan; di mana saja terang bersinar, hayat
disuplaikan ke tempat itu untuk transformasi kita—2 Kor.
3:18; 4:6.
18
7. Terang ilahi adalah hayat ilahi di dalam Putra yang
beroperasi di dalam kita; terang ini bersinar di dalam
kegelapan yang ada di dalam kita, dan kegelapan itu tidak
dapat mengalahkannya—Kis. 26:18; 1 Ptr. 2:9; Kol. 1:1213; Yoh. 1:5.
8. Bila kita berjalan di dalam terang, hal-hal ilahi itu riil
bagi kita, dan kita melihat realitas demi realitas; namun,
bila kita berada di dalam kegelapan, tidak ada yang riil
bagi kita—1 Yoh. 1:7; 2:8.
B. Firman Allah memberi kita terang, dan kemudian
menghidupkan kita, memberi kita hayat—Mzm. 119:25, 50,
107, 154:
1. Walaupun memiliki terang itu baik, tetapi terang itu
harus menembus lebih dalam hingga menjadi hayat.
2. Bila terang itu masuk lebih dalam, dan mencapai roh kita,
terang itu menjadi hayat, dan kita menerima suplai
hayat—Mal. 4:2.
C. Sebagai putra-putra terang, kita harus hidup di dalam terang,
berjalan di dalam terang, tetap tinggal di dalam terang, dan
menjadi orang-orang yang seluruhnya berada di dalam
terang—Yoh. 12:36; 1 Yoh. 1:5, 7; 2:8.
II. Melalui fungsi Firman Allah, para pencari yang mengasihi
Allah menerima berkat diairi dan menyerap Allah—Mzm.
1:2-3:
A. Para pencari yang mengasihi Allah mengalami berkat diairi
oleh Firman:
1. Bila Firman menjadi air di dalam roh kita, kita menerima
perawatannya, sebab suplai makanan ada di dalam air
itu—Yes. 55:1; Why. 22:1-2.
2. Jika kita ingin diairi oleh Firman, kita harus memiliki
akar yang tepat dan serabut akar yang halus, yang
menyerap suplai hayat—Mrk. 4:5-6, 17; Luk. 8:6.
B. Para pencari yang mengasihi Allah mengalami berkat
menyerap Allah melalui Firman—Kol. 2:7a:
1. Sebagai kaum beriman dalam Kristus, kita adalah
tanaman-tanaman hidup yang berakar di dalam Kristus,
dan sekarang melalui akar-akar kita, kita menyerap
segala kekayaan Allah Tritunggal yang telah melalui
proses dan rampung ke dalam diri kita—1 Kor. 3:9; Kol.
2:19.
2. Jika kita mengontak Tuhan dan menggunakan waktu di
dalam Firman dengan banyak doa, kita akan menyerap
Allah ke dalam kita untuk menjadi elemen yang
menyebabkan kita bertumbuh.
19
3. Jika kita ingin menyerap Allah, kita perlu memiliki akarakar yang baru dan lembut; karena itu, kita tidak boleh
membiarkan diri kita menjadi usang melainkan harus
segar, dibangunkan dan diperbarui hari demi hari—2 Kor.
4:16; Rat. 3:22-23.
III. Melalui fungsi Firman Allah, para pencari yang mengasihi
Allah menerima berkat menghirup Allah—2 Tim. 3:16a;
Yoh. 20:22:
A. Pneuma Kudus adalah Roh Kudus, atau Embusan Kudus—
ay. 22:
1. Di dalam Injil Yohanes, ada tiga kata yang luar biasa:
Firman, daging, dan embusan; Firman adalah Allah,
daging adalah manusia, dan embusan/nafas adalah Roh
itu—1:1, 14; 20:22.
2. Saat kita menghirup Embusan Kudus, Roh itu menyuplai
kita bagi pengalaman kita akan Kristus dan bagi
penghidupan kita karena Dia hidup (6:57b; 14:19.
B. Mengatakan bahwa seluruh Kitab Suci adalah Allah
dihembuskan adalah mengatakan bahwa Alkitab adalah
nafas Allah, embusan dari Allah, yang adalah Roh—2 Tim.
3:16a:
1. Karena Alkitab adalah embusan dari Allah, Alkitab
memiliki elemen Allah.
2. Alkitab bukan hanya embusan dari Allah melainkan juga
adalah Allah itu sendiri diembuskan ke dalam FirmanNya.
C. Allah telah mengembuskan diri-Nya di dalam Firman
sehingga kita dapat menghirup Dia, bernafaskan Dia, melalui
Firman:
1. Allah telah mengembuskan diri-Nya sendiri dalam Kitab
Suci, dan karenanya pembacaan Kitab Suci kita harus
menjadi penerimaan embusan Allah.
2. Bila Allah menghembuskan diri-Nya sendiri, Dia
meniupkan diri-Nya sendiri, dan bila kita mengontak
Allah melalui Firman, kita menghirup Allah.
D. Agar dapat menjadi manusia Allah dengan embusan Allah,
kita perlu menghirup, bernafaskan, firman Allah—Yoh. 1:1;
20:22; 2 Tim. 3:16a.
IV. Melalui fungsi Firman Allah, para pencari yang mengasihi
Allah menerima berkat menikmati Allah sebagai porsi
mereka—Mzm. 119:57a; 73:26:
A. Berkat yang pling tinggi adalah kenikmatan akan diri Allah
sendiri sebagai porsi kita—Bil. 6:22-27; 2 Kor. 13:13.
20
B. Bila kita memiliki Allah sebagai porsi kita, kita memiliki diri
Allah sendiri sebagai segala sesuatu kita.
C. Semakin banyak kita datang kepada Alkitab dengan cara
yang tepat, semakin banyak Penulis kitab ini—diri Allah
sendiri—menjadi porsi kita—Mzm. 73:26.
D. Allah dapat menjadi porsi kita karena di dalam Firman, oleh
Firman, dan melalui Firman, Dia itu riil, hadir, praktis, dapat
dinikmati, dan tersedia bagi kita—119:103; 34:8.
V. Melalui fungsi Firman Allah, para pencari yang mengasihi
Allah menerima berkat menikmati raut muka Allah dan
penyinaran wajah-Nya—119:58a, 135a; 80:4; 24:6; 105:4; 2
Kor. 4:6; 3:16, 18:
A. Sebagai para pencari Allah, para pemazmur dengan penuh
kasih mencari Allah dengan cara yang sangat pribadi dan
intim, mencari bantuan dari raut muka-Nya dan memohon
penyinaran wajah-Nya—Mzm. 42:6; 80:4.
B. Di dalam berkat di dalam Bilangan 6:25-26, kita memiliki
wajah dan raut muka:
1. Wajah menunjukkan hadirat seseorang dan raut muka
menunjukkan ekspresi seseorang.
2. Ketika Allah Tritunggal yang telah melalui proses dan
rampung disalurkan ke dalam kita melalui fungsi Firman,
kita memiliki wajah Allah dan juga raut muka-Nya—2
Kor. 13:13; 4:6.
C. Jika kita setia dalam mengontak Tuhan melalui Firman, kita
akan mengalami penyinaran wajah-Nya—ay. 6; 3:16, 18:
1. Seperti Musa, kita semua, dengan wajah yang tidak
berselubung, harus berada di puncak gunung di bawah
penyinaran wajah Allah—Kel. 24:15-18; 2 Kor. 3:16.
2. Kedambaan kita haruslah, melalui Firman, tetap tinggal
di bawah penyinaran yang nyaman dan menyenangkan
ini, tinggal bersama Allah, diinfus dengan Allah, dan
berpendar dengan Allah—Kel. 34:29; 2 Kor. 3:18.
21
Berita Lima
Kristus sebagai Hamba Allah
dan
Kaum Beriman sebagai Hamba-hamba Allah dan Kristus Yesus
di dalam Kehidupan Gereja
Pembacaan Alkitab: Kel. 21:1-6; Flp. 2:7-8; Mrk. 10:45; Luk. 22:24-27;
Rm. 1:1; Yak. 1:1; Gal. 5:13
I. Di dalam Keluaran 21:1-6, roh peraturan itu adalah roh
seorang hamba, roh pelayanan dan roh kurban—Rm. 1:1;
Tit. 1:1; Flp. 1:1; Yak. 1:1:
A. Seorang hamba tidak berdiri pada hak-haknya sendiri; dia
hanya tahu melayani dan berkurban, bukan mempedulikan
kepentingan-kepentingannya sendiri—Mat. 20:28.
B. Menjadi seorang hamba berarti memiliki roh kurban; seorang
hamba selalu mau mempedulikan orang lain, melayani
mereka, dan mengurbankan dirinya bagi mereka—Flp. 2:17.
C. Kasih adalah dasar pelayanan seorang hamba—Kel. 21:5; 2
Kor. 5:14; 12:15:
1. Kasih adalah motivasi dan prasyarat bagi pelayanan yang
terus menerus dari seorang hamba.
2. Kasih seorang hamba diikuti oleh ketaatan—Yoh. 14:31;
Flp. 2:8.
II. Hamba di dalam Keluaran 21:1-6 adalah lambang Kristus
sebagai Hamba Allah, yang mengurbankan diri-Nya
sendiri untuk melayani Allah dan umat Allah—Mat. 20:28;
Ef. 5:2, 25:
A. Subyek Injil Markus adalah Kristus sebagai Hamba Allah,
Hamba-Penyelamat—10:45:
1. Tujuan Markus adalah menyajikan catatan yang rinci
untuk memperlihatkan keelokan Tuhan Yesus sebagai
Hamba Allah dalam kebajikan-kebajikan insani-Nya
(5:34; 6:34; 8:23; 10:14-16.
2. Ketika Tuhan Yesus ada di bumi, Dia adalah Hamba yang
tidak memiliki hak.
3. Dalam pelayanan injil-Nya, Tuhan Yesus adalah seorang
Hamba bukan hanya terhadap Allah melainkan juga
terhadap manusia—Mat. 20:28; Luk. 22:24-27; Flp. 2:7;
Kis. 3:13.
4. Markus 10:45 mewahyukan bahwa, sebagai Hamba Allah,
Tuhan Yesus melayani orang-orang dosa bahkan dengan
nyawa-Nya, jiwa-Nya; melalui memberikan nyawa-Nya
sebagai tebusan bagi orang-orang dosa, Tuhan Yesus
22
B.
C.
D.
E.
menggenapkan tujuan kekal Allah, yang Dia layani
sebagai seorang Hamba.
5. Sebagai Hamba Allah, Tuhan Yesus mengajar muridmurid-Nya, ketika mereka bertengkar untuk menjadi
yang pertama, agar mereka mengambil posisi seorang
hamba—ay. 35-45.
Walaupun Tuhan Yesus setara dengan Allah dan memiliki
ranking yang tertinggi di alam semesta, tetapi Dia menjadi
orang pada level masyarakat yang terendah; Dia bukan hanya
menjadi manusia, tetapi mengosongkan diri-Nya sendiri dan
merendahkan diri-Nya sendiri, Dia menjadi seorang Hamba—
Flp. 2:6-8:
1. Pekerjaan Kristus di dalam penghidupan insani-Nya
untuk membangun gambar seorang manusia dan
mengenakan bentuk seorang hamba adalah fondasi dan
latar belakang ministri-Nya—ay. 8a.
2. Teladan yang disajikan di dalam Filipi 2:5-8 sekarang
adalah hayat di dalam kita; ada keperluan yang mendesak
di antara kita untuk mengalami Kristus sebagai teladan
yang demikian.
3. “Biarlah pikiran ini ada di dalam kamu, yaitu pikiran
yang ada juga di dalam Kristus Yesus” (ay. 5); ini adalah
pikiran yang ada di dalam Kristus ketika Dia
mengosongkan diri-Nya sendiri, mengambil bentuk
seorang hamba, dan merendahkan diri-Nya sendiri,
ditemukan dalam rupa seorang manusia.
Sebagai Hamba Allah, Tuhan Yesus berdiri di posisi tidak
melakukan apa-apa menurut diri-Nya melainkan bertindak
hanya menurut perkataan Bapa—Kel. 21:6; Yoh. 5:19, 30, 36;
6:38; 7:16; 8:26; 12:49; 17:4.
Perjanjian Baru mewahyukan kasih tiga ganda Tuhan Yesus
kepada Bapa, gereja, dan orang-orang kudus—Kel. 21:5; Yoh.
14:31; Ef. 5:25, 2; Gal. 2:20.
Sebagai Hamba Allah, Tuhan Yesus taat sampai mati;
kematian-Nya di atas salib adalah satu tindakan ketaatan—
Yoh. 14:30-31; Flp. 2:8:
1. Karena Tuhan Yesus mengasihi Allah Bapa, Dia
memelihara perkataan Bapa bukan hanya sebagai
seorang Putra tetapi terutama sebagai seorang Hamba—
Yoh. 5:19; 12:48-50; 17:8, 14.
2. Tuhan mendengarkan Allah dan melakukan kehendak
Allah melalui memelihara firman-Nya (4:34; 12:49; Mzm.
40:7; Yes. 50:4-5.
23
III. Rasul Paulus mengikuti Tuhan Yesus menjadi seorang
hamba—Rm. 1:1; Tit. 1:1; Kis. 20:19:
A. Paulus adalah hamba yang demikian melalui hayat Kristus
yang melayani dan berkorban—Flp. 2:17.
B. Sebagai hamba Kristus dan Allah, Paulus rela mengosongkan
dirinya sendiri, merendahkan dirinya sendiri, dan
mengorbankan kedudukan, hak, dan hak istimewanya—1
Kor. 9:19-23.
C. Paulus memiliki roh seorang hamba—Rm. 1:1, 9; 2 Kor. 1:12;
2:13; 10:1.
D. Paulus memiliki kasih seorang hamba; dia adalah orang yang
mengasihi gereja (5:14; 12:14-15; 11:28.
E. Paulus memiliki ketaatan seorang hamba—Kis. 9:6; 22:10;
26:19; Flp. 2:8, 12; 2 Kor. 2:9; 7:15; 10:6.
IV. Jika kita ingin mengambil Kristus sebagai teladan kita
dan mengikuti contoh Paulus, maka kita harus belajar
menjadi hamba dan mengorbankan segala sesuatu bagi
orang lain—Gal. 5:13:
A. Seorang hamba hanya tahu melayani dan berkorban, tidak
mempedulikan kepentingannya sendiri—Luk. 1:38.
B. Kita perlu mengosongkan diri kita sendiri, merendahkan diri
kita sendiri, menurunkan diri kita sendiri, tidak menuntut
apapun bagi diri kita sendiri, dan mengorbankan diri kita
sendiri untuk melayani orang lain—1 Kor. 9:19-23.
C. Kita perlu mengenal posisi seorang hamba—Kel. 21:6:
1. Posisi kita sebagai hamba Kristus haruslah di ambang
pintu.
2. Telinga hamba itu terbuka untuk mendengarkan
tuannya—Yes. 50:4-5.
3. Banyak orang Kristen melayani Allah, tetapi mereka
tidak berdiri di ambang pintu, dan telinga mereka belum
dipakukan—Kel. 21:6:
a. Mereka bertindak menurut diri mereka sendiri, bukan
menurut apa yang mereka dengar dari Tuan mereka—
Mat. 7:21-23.
b. Mereka melakukan banyak hal menurut konsep,
kedambaan, dan maksud mereka sendiri—Flp. 1:1517.
V. Seorang hamba hidup kepada Tuhan, bukan kepada
dirinya sendiri—2 Kor. 5:14-15; Rm. 14:7-8:
A. Di dalam 2 Korintus 5:14-15 Paulus berbicara tentang hidup
kepada Tuhan:
24
1. Hidup kepada Tuhan adalah mengambil Dia sebagai
sasaran penghidupan kita; dalam segala sesuatu yang kita
lakukan, Kristus harus menjadi sasaran kita yang unik—
Rm. 14:7-8.
2. Hidup kepada Tuhan berarti kita berada di bawah
pimpinan dan desakan Tuhan untuk memenuhi tuntutanNya, memuaskan kedambaan-Nya, dan menggenapkan
tujuan-Nya—2 Tim. 1:9; 3:10.
3. Hidup kepada diri kita sendiri berarti kita berada di
bawah kontrol dan arahan kita sendiri dan bahwa kita
mempedulikan tujuan dan sasaran kita sendiri.
4. Kepada Tuhan menyiratkan bahwa kita adalah milik
Tuhan, bahwa kita sudah menjadi milik Dia; bagi Tuhan
menyiratkan bahwa kita masih milik kita sendiri dan
menurut kesenangan dan kenyamanan kita.
5. Hidup bagi Tuhan menyiratkan bahwa kita dan Tuhan
tetap adalah dua pihak; hidup kepada Tuhan
menunjukkan bahwa kita bersatu dengan Tuhan—1 Kor.
6:17.
B. Hidup kepada Tuhan adalah berdasarkan kepada fakta
bahwa kita adalah milik Tuhan; kita adalah kepunyaan Dia—
Rm. 14:7-8:
1. Kita perlu menyadari bahwa Tuhan telah membeli kita
dengan harga yang mahal yaitu darah-Nya yang
mustika—1 Kor. 6:19-20; 1 Ptr. 1:18-19.
2. Sekarang Dia adalah Tuhan dan Tuan kita, dan kita
adalah kepunyaan Dia.
3. Semua yang kita miliki, semua yang kita lakukan, dan
semua apa adanya kita adalah kepada Dia; segala
sesuatunya adalah kepada Dia, dan sekarang kita harus
hidup kepada Dia—Rm. 14:7-8.
VI. Di dalam kehidupan gereja kita semua harus menjadi
hamba-hamba—Flp. 1:1; Kol. 1:7; 4:7, 12; 2 Ptr. 1:1:
A. Hanya mereka yang rela menjadi hamba yang dapat secara
permanen tinggal di dalam kehidupan gereja—Rm. 12:11.
B. Tuhan Yesus mengajar kita untuk tidak berada di atas orang
lain melainkan menempatkan diri kita lebih rendah daripada
orang lain dan menjadi hamba mereka—Yoh. 13:1-5, 12-15.
C. Di dalam kehidupan gereja tidak ada pangkat; kita semua
adalah saudara-saudara, dan kita semua harus melayani
sebagai hamba—Yak. 1:1; Yud. 1; Why. 1:1; 6:11; 10:7; 11:18;
22:3, 6.
D. Semua yang percaya dalam Kristus, kepunyaan Dia, dan
memiliki hayat-Nya yang melayani dan berkorban harus
25
mengambil Dia sebagai teladan mereka melalui belajar
menjadi hamba-hamba, mengasihi Allah, gereja, dan umat
Allah; dengan kasih yang demikian sebagai motivasi kita, kita
perlu menjadi hamba-hamba yang berkorban dan melayani—
Mrk. 10:42-45; Flp. 2:5-8; Gal. 5:13; Ef. 5:2; Rm. 1:1.
E. Dalam melaksanakan ekonomi Perjanjian Baru Allah, kita
perlu memiliki roh seorang hamba, kasih seorang hamba, dan
ketaatan seorang hamba—Flp. 2:5; 1 Kor. 9:19.
26
Berita Enam
Allah yang Berjanji dan Perjanjian-perjanjian-Nya
(1)
Perjanjian-perjanjian Utama yang Allah Buat dengan Manusia
Pembacaan Alkitab: Kej. 3:15; 9:8-17; Gal. 3:14, 16, 29;
2 Sam. 7:12-14a; Kel. 24:1-8
I. Perjanjian yang Allah buat dengan manusia yang jatuh
dapat dilihat pada benih perempuan di dalam Kejadian
3:15:
A. Kristus sebagai benih perempuan itu mengacu kepada Kristus
yang berinkarnasi, Allah yang lengkap menjadi manusia yang
sempurna melalui menyalurkan diri-Nya ke dalam
keinsanian agar dapat menghancurkan Satan dan
menyelamatkan kaum beriman dalam Kristus dari dosa dan
maut—ay. 15; Yes. 7:14; Mat. 1:16, 20-21, 23; Gal. 4:4; Yoh.
1:1, 14; 8:58; Ibr. 2:14; 1 Kor. 15:53-57.
B. “Allah mengutus Putra-Nya yang lahir dari seorang
perempuan,” bagi penebusan yudisial kita; Allah “telah
mengutus Roh Putra-Nya,” yaitu transfigurasi Putra-Nya,
untuk “memutrakan” kita bagi penyelamatan organik kita—
Gal. 4:4, 6; 3:13-14.
C. Kristus yang bangkit sebagai Roh pemberi-hayat adalah
keturunan perempuan yang telah ditransfigurasi, disalurkan
ke dalam kita untuk meremukkan kepala ular di dalam kita
dan untuk membuat kita menjadi benih korporat perempuan
itu, anak-laki-laki yang menang, untuk melaksanakan
penghakiman Allah atas si ular tua dan untuk menjadi
instrumen dispensasional Allah untuk mengubah zaman dan
mendatangkan manifestasi kerajaan Allah—Why. 12:5)
D. Tuhan sebagai Pemenang yang memimpin (3:21) adalah
Kepala, pusat, realitas, hayat, dan sifat anak-laki-laki itu, dan
anak-laki-laki itu sebagai para pemenang yang mengikutiNya adalah Tubuh Tuhan:
1. Jalan untuk menjadi anak-laki-laki itu adalah kita setiap
hari dikuatkan ke dalam manusia batiniah kita, sehingga
diberi tenaga untuk mengalami segala kekayaan Kristus,
dan menjadi kuat melalui mengenakan Kristus yang
almuhit sebagai baju zirah, mengambil firman melalui
sarana segala doa—Ef. 3:8-9, 16; 6:10-20.
2. Kuasa hayat Kristus yang spontan sebagai benih-hayat
itu meremukkan kepala ular di dalam kita saat kita
memakai darah Anak Domba, mengutarakan perkataan
27
kesaksian kita, dan tidak mengasihi hayat jiwa kita
bahkan sampai mati—Rm. 8:2; Why. 12:10-11; Kis. 1:8.
II. Perjanjian Allah dengan Nuh dan pelangi sebagai tanda
perjanjian-Nya menandakan bahwa kita adalah gereja
perjanjian, hidup di dalam realitas perjanjian yang baru
dari kasih karunia—Kej. 9:8-17:
A. Pelangi di sekeliling takhta Allah menandakan bahwa Allah
adalah Allah yang berjanji, Allah yang setia, yang akan
memegang
perjanjian-Nya
ketika
menjalankan
penghakiman-Nya atas bumi—Why. 4:3; Yeh. 1:26-28.
B. Tiga warna utama pelangi adalah biru (warna takhta safir,
yang menandakan keadilbenaran Allah—ay. 26; Mzm. 89:15);
merah (warna api yang menguduskan, yang menandakan
kekudusan Allah—Yeh. 1:4, 13, 27; Ibr. 12:29); dan kuning
(warna elektrum yang berpendar, yang menandakan
kemuliaan Allah—Yeh. 1:4, 27; Ibr. 1:3):
1. Kristus mati di atas salib untuk memuaskan tuntutantuntutan keadilbenaran, kekudusan, dan kemuliaan Allah
dan dibangkitkan untuk menjadi keadilbenaran,
kekudusan, dan kemuliaan kita—Kej. 3:24; 1 Kor. 1:30.
2. Kristus sendiri, yang ditandai oleh pelangi keadilbenaran,
kekudusan, dan kemuliaan, adalah perjanjian yang Allah
berikan kepada umat-Nya—Yes. 42:6; Ibr. 8:10-12.
3. Kristus adalah hikmat bagi kita dari Allah,
mentransmisikan diri-Nya ke dalam kita sebagai
keadilbenaran (agar kita bisa dilahirkan kembali dalam
roh kita), pengudusan (agar kita bisa ditransformasi
dalam jiwa kita), dan penebusan (agar kita bisa
ditransfigurasi dalam tubuh kita)—1 Kor. 1:30; Rm. 8:10;
12:2; 8:23; Ef. 5:25-27.
4. Di dalam kekekalan sebagai Yerusalem Baru (kota yang
fondasinya memiliki penampilan pelangi—Why. 21:1920), kita akan menjadi pelangi untuk mempersaksikan
kesetiaan Allah melaksanakan perjanjian-Nya yang baru
dalam membuat kita menjadi persis sama seperti Dia
sebagai keadilbenaran, kekudusan, dan kemuliaan—ay.
10-11.
5. Realitas rohani pelangi ini harus termanifestasi di dalam
gereja hari ini—kita perlu mengizinkan Allah memenuhi
kita dengan hadirat keadilbenaran-Nya melalui memberi
Dia kesempatan penuh untuk bekerja di dalam kita
sebagai api kekudusan bagi kesemarakan kemuliaan-Nya
melalui kita—1 Kor. 1:30.
28
C. Pelangi adalah tanda kesetiaan Allah dalam memelihara
perjanjian-Nya bahwa tidak akan ada lagi penghakiman
maut; kita harus hidup di bawah perjanjian yang baru ini dan
tidak percaya dalam kegagalan, kelemahan, kegelapan, atau
hal-hal negatif apapun; kita adalah umat yang telah diberi
janji, dan kita memiliki ayat janji untuk menghadapi setiap
situasi—Rat. 3:22-23; Rm. 8:1; 2 Kor. 12:9; 2 Tim. 1:10; 2:1;
Yud. 24; 1 Yoh. 1:9; 1 Kor. 1:9.
D. Semua realitas Perjanjian Baru tentang Kristus yang
dilambangkan dalam kehidupan dan pekerjaan Nuh itu telah
dijanjikan kepada kita—cf. Kej. 6:8, 13-18; 8:4, 18; Yoh. 10:2829; 1 Ptr. 3:20-21; Rm. 6:3-4.
III. Perjanjian yang Allah buat dengan Abraham adalah
bahwa Kristus sebagai keturunan Abraham adalah untuk
berkat bagi semua keluarga di bumi; benih unik Abraham
sebagai Adam yang terakhir itu telah menjadi Roh
pemberi-hayat—Kej. 12:2-3, 7; 17:7-8; Gal. 3:14, 16, 29; 1 Kor.
15:45b; Yoh. 12:24:
A. Kristus yang bangkit sebagai Roh pemberi-hayat adalah
keturunan Abraham yang telah ditransfigurasi, benih
Abraham, yang disalurkan ke dalam kita untuk membuat kita
menjadi putra-putra Abraham, benih korporat Abraham,
yaitu orang-orang yang bisa menerima dan mewarisi Roh
yang rampung itu sebagai berkat Abraham—Gal. 3:7, 14; 4:28:
1. Aspek fisik berkat yang Allah janjikan kepada Abraham
adalah negeri yang baik itu (Kej. 12:7; 13:15; 17:8), yang
adalah lambang Kristus yang almuhit sebagai Roh
pemberi-hayat yang almuhit—1 Kor. 15:45b; 2 Kor. 3:17.
2. Kristus sebagai Roh pemberi-hayat adalah berkat
Abraham (Gal. 3:14), realitas benih Abraham dan negeri
yang baik yang dijanjikan kepada Abraham itu; berkat
kita hari ini adalah diri Allah itu sendiri, yang terwujud
dalam Kristus dan direalisasikan sebagai Roh untuk
disalurkan ke dalam kita bagi kenikmatan kita.
B. Melalui pendengaran iman, kita dapat terus-menerus
menerima Kristus sebagai Roh pemberi-hayat yang almuhit
bagi pertumbuhan-Nya di dalam kita sebagai benih Abraham
dan bagi kenikmatan kita akan Dia sebagai negeri yang
dijanjikan kepada Abraham—ay. 2, 5; 2 Kor. 4:13:
1. Untuk menerima Roh itu, kita perlu memiliki telinga
untuk mendengarkan apa yang dikatakan Roh itu kepada
gereja-gereja (Why. 2:7; cf. Ibr. 5:11-14); ukuran Roh yang
dapat disalurkan ke dalam bagian-bagian batin kita itu
29
bergantung pada ukuran pendengaran kita—Mrk. 4:2325; Mat. 13:14-16; 5:3, 8; Luk. 10:38-42.
2. Kita perlu menjadi satu dengan Kristus sebagai HambaPenyelamat melalui mengasihi Dia sampai puncaknya
dan mengambil Dia sebagai konsikrasi kita yang mutlak,
memberi Dia jalan untuk membuka telinga kita untuk
mendengarkan perintah-perintah ilahi-Nya, berita-beritaNya yang segar, yang menyalurkan Roh ilahi ke dalam
kita bagi pelayanan kita kepada Allah di dalam roh kita
dalam injil Putra-Nya—Kel. 21:1-6; Yes. 50:4-5; Flp. 3:3;
Yoh. 6:63; 2 Kor. 3:6; Rm. 1:9.
IV. Perjanjian yang Allah buat dengan Daud adalah bahwa
Kristus yang bangkit sebagai benih Daud melaksanakan
ekonomi Perjanjian Baru Allah bagi penyaluran Allah
Tritunggal yang telah melalui proses ke dalam anggotaanggota Tubuh-Nya—2 Sam. 7:12-14a; Rm. 1:3-4; Mzm. 89:4,
29:
A. Tuhan Daud dalam keilahian-Nya, Akar Daud, berinkarnasi
untuk menjadi anak Daud, Keturunan Daud, dalam
keinsanian-Nya, untuk menjadi Adam yang terakhir; dan
Adam yang terakhir, anak Daud, telah dibangkitkan untuk
menjadi Putra sulung Allah dan Roh pemberi-hayat,
keturunan Daud yang telah ditransfigurasi, disalurkan ke
dalam kita untuk membuat kita menjadi banyak putra Allah
dan sesama raja dengan Kristus—Mat. 22:41-46; Why. 22:16;
Yoh. 1:14; 1 Kor. 15:45b; Yoh. 12:24; Rm. 8:28-29; Kis. 13:33;
Rm. 5:17.
B. Tuhan Daud telah menjadi anak Daud untuk menggenapkan
penebusan yudisial Allah; anak Daud (benih Daud) telah
menjadi Putra sulung Allah sebagai Roh pemberi-hayat untuk
melaksanakan penyelamatan organik Allah.
C. Kristus yang bangkit sebagai Roh pemberi-hayat adalah
keturunan Daud yang telah ditransfigurasi, benih Daud,
disalurkan ke dalam kita sebagai rahmat Allah yang teguh,
perjanjian kekal-Nya, bagi kenikmatan kita—Yes. 55:1-3, 611; Kis. 13:33-35.
D. Kristus yang bangkit sebagai Roh pemberi-hayat adalah
keturunan Daud yang telah ditransfigurasi, benih Daud,
disalurkan ke dalam kita agar kita berbagian dalam
kedudukan raja-Nya dalam kebangkitan-Nya di dalam
kerajaan kekal Allah—2 Tim. 2:12; Why. 20:4, 6.
E. Kristus yang bangkit sebagai Roh pemberi-hayat adalah
keturunan Daud yang telah ditransfigurasi, benih Daud,
benih kerajaan, disalurkan ke dalam kita untuk membuat
30
kita menjadi putra-putra kerajaan, memerintah dalam hayat
untuk hidup di dalam realitas kerajaan sehingga kita bisa
diangkat oleh Dia dan datang kembali bersama Dia dalam
manifestasi kerajaan sebagai batu pemukul yang korporat
untuk menghabisi kerajaan-kerajaan dunia ini dan menjadi
satu gunung yang besar, Kerajaan Allah, yang memenuhi
seluruh bumi—Mrk. 4:26; Mat. 13:18-23, 38; Ibr. 11:5-6; Kej.
5:21-24; Dan. 2:34-35.
V. Hukum Taurat telah ditetapkan di atas gunung Allah,
tetapi hukum Taurat dengan peraturan-peraturannya itu
masih perlu dijadikan suatu perjanjian—Kel. 24:1-8:
A. Tujuan kekal Allah adalah memiliki umat yang menjadi
pasangan-Nya, ekspresi-Nya, dan tempat tinggal-Nya; agar
dapat memenuhi tujuan ini, Allah harus menyalurkan diriNya sendiri ke dalam umat pilihan-Nya dan menggarapkan
diri-Nya sendiri ke dalam mereka:
1. Sejak sebermula, maksud Allah bukan untuk memberi
perintah-perintah kepada manusia untuk dipelihara atau
agar manusia melakukan berbagai hal bagi Dia; demikian
juga dalam membawa bani Israel ke gunung Allah,
maksud Allah bukan untuk memberi mereka daftar
perintah ilahi sebagai tuntutan-tuntutan yang harus
mereka penuhi.
2. Melainkan, maksud-Nya adalah untuk membawa umatNya ke dalam hadirat-Nya sehingga Dia dapat
mewahyukan diri-Nya sendiri kepada mereka dan
menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam mereka melalui
pembicaraan-Nya kepada mereka—cf. 34:28-29.
3. Namun umat Allah tidak memahami maksud-Nya; konsep
mereka yang alamiah, jatuh, dan agamis adalah bahwa
Allah ingin mereka melakukan hal-hal tertentu bagi Dia,
dan mereka mengira mereka dapat melakukan hal-hal
ini—19:8; 24:3, 7.
4. Karena ini adalah konsep mereka, maka Allah perlu
memberi mereka perintah-perintah, menetapkan hukum
Taurat (perjanjian yang lama) untuk menunjukkan
kepada mereka betapa tinggi tuntutan-tuntutan-Nya dan
betapa tidak mampunya mereka memenuhi tuntutantuntutan ini—Rm. 8:3, 7-8.
B. Di dalam perjanjian yang baru ini, tuntutan keadilbenaran
hukum Taurat dipenuhi di dalam kita secara spontan dan
tanpa sadar melalui kita berjalan menurut roh perbauran kita
dengan pekerjaan batini hukum Roh hayat—ay. 4, 2.
31
Berita Tujuh
Allah yang Berjanji dan Perjanjian-perjanjian-Nya
(2)
Isi Perjanjian yang Baru
Pembacaan Alkitab: Yes. 42:6; 49:8; Yer. 31:31-34; Ibr. 8:8-12
I. Berdasarkan fakta bahwa Yeremia bernubuat mengenai
perjanjian yang baru, Kitab Yeremia bisa dianggap
sebagai kitab Perjanjian Lama yang juga adalah kitab
Perjanjian Baru—2:13; 17:9; 13:23; 23:5-6; 31:31-34; Ibr. 8:812.
II. Kristus sendiri adalah perjanjian yang baru itu, wasiat
yang baru, yang diberikan kepada kita oleh Allah—Yes.
42:6; 49:8:
A. Keselamatan Allah, berkat Allah, dan semua kekayaan Allah
telah dijanjikan kepada kita, dan perjanjian ini adalah
Kristus:
1. Realitas ratusan warisan itu di dalam Perjanjian Baru
adalah Kristus—Kej. 22:18a; Gal. 3:14; 1 Kor. 1:30; 15:45b;
Ef. 1:3.
2. Kristus adalah realitas wasiat yang baru, realitas semua
adanya Allah dan semua yang telah Allah berikan kepada
kita; karena itu, Kristus adalah wasiat yang baru itu.
B. Jalan untuk menerima dan menikmati Kristus sebagai
perjanjian itu adalah dengan melatih roh kita, hidup menurut
roh kita, dan tetap tinggal di dalam roh kita, yang disertai
oleh Kristus, melalui berseru kepada nama Kristus Tuhan
kita—Yes. 42:5-6; Zak. 12:1; Rm. 8:4b; Why. 1:10a; 2 Tim. 4:22;
Yes. 12:3-4.
III. Isi dari perjanjian yang baru (Yer. 31:31-34; Ibr. 8:8-12)
mencakup empat berkat berikut ini sebagai warisanwarisan Allah bagi kita:
A. “Aku akan membagikan hukum-hukum-Ku ke dalam pikiran
mereka dan menuliskannya di hati mereka”—ay. 10:
1. Setiap hayat memiliki hukum dan bahkan adalah suatu
hukum—Ams. 30:19a.
2. Hayat Allah adalah hayat yang tertinggi, dan hukum dari
hayat ini adalah hukum yang tertinggi—Yes. 40:30-31.
3. Allah Tritunggal telah melalui proses melalui inkarnasi,
ketersaliban, kebangkitan, dan kenaikan untuk menjadi
hukum Roh hayat yang diinstal di dalam roh kita—Rm.
8:3, 11, 34, 16.
32
4. Ada tiga hukum yang berbeda di dalam ketiga bagian diri
kita:
a. Hukum dosa dan maut berasal dari Satan, yang
sebagai dosa tinggal di dalam daging kita—7:18, 23.
b. Hukum kebaikan di dalam pikiran kita, yaitu, di
dalam jiwa kita, berasal dari hayat insani alamiah
kita—ay. 23.
c. Hukum Roh hayat berasal dari Allah Tritunggal yang
diinstal di dalam roh kita—8:2, 16:
1) Kelahiran ilahi telah metransfer kita ke alam yang
baru, alam hayat ilahi dengan hukumnya, alam
yang tanpa dosa, dunia, atau daging.
2) Di dalam alam ini, semua kemenangan itu tanpa
disadari dan tanpa usaha karena hukum Roh
hayat menopang kita, bukan tekad kita sendiri.
5. Hukum hayat, hukum Roh hayat, adalah Allah Tritunggal
yang telah melalui proses sebagai Roh pemberi-hayat yang
tinggal di dalam roh kita—ay. 2-3, 11, 34.
6. Hukum hayat adalah kuasa spontan hayat; ini adalah ciri
alami serta fungsi bawaan dan otomatis hayat itu.
7. Fungsi hukum hayat adalah:
a. Untuk membuat kita menjadi Allah dalam hayat, sifat,
dan ekspresi tetapi bukan dalam Keallahan,
membentuk kita ke dalam gambar Putra sulung Allah
sehingga kita bisa menjadi ekspresi korporat-Nya—ay.
2, 29.
b. Untuk menyusun kita menjadi anggota-anggota
Tubuh Kristus dengan segala jenis fungsinya—Ef.
4:11-12, 16.
8. Kita menikmati penyaluran hayat ke dalam diri kita bagi
penggenapan ekonomi Allah melalui pekerjaan hukum
Roh hayat—Yer. 31:33; Ibr. 8:10; Rm. 8:10, 6, 11.
9. Kita perlu bekerja sama dengan hukum Roh hayat yang
telah diinstal dan beroperasi melalui “menyalakan”
hukum ini—1 Tes. 5:16-18; Luk. 8:15.
10. Ekonomi Allah adalah menyalurkan diri-Nya sendiri ke
dalam diri kita oleh dan sebagai hukum Roh hayat
sehingga diri kita bisa disusun dengan diri-Nya untuk
menjadi satu susunan dengan diri-Nya.
11. Hukum hayat ilahi ini “memutrakan” kita bagi
pembangunan Tubuh Kristus:
a. Ketika hukum hayat, yang ada di dalam roh kita ini
menyebar ke dalam bagian-bagian batin kita—
33
pikiran, emosi, dan tekad kita—hukum ini menjadi
beberapa hukum—Yer. 31:33; Ibr. 8:10; cf. 2 Kor. 3:3:
1) Penyebaran ini adalah pembagian, dan pembagian
ini adalah penulisan.
2) Melalui pekerjaan, penyebaran, hukum hayat di
dalam kita, Allah membuat kita menjadi sama
dengan Dia dalam hayat, sifat, dan ekspresi.
3) Kita diserupakan kepada gambar Putra sulung
Allah melalui pekerjaan hukum hayat.
b. Putra sulung itu adalah prototipe, model standar, bagi
reproduksi masal banyak putra Allah, yang adalah
banyak saudara-Nya, untuk menyusun Tubuh-Nya
bagi ekspresi korporat Allah—Rm. 8:29:
1) Jalan Allah untuk mereproduksi masal prototipe
ini adalah dengan menggarapkan prototipe hidupNya, Putra sulung itu, ke dalam seluruh diri kita.
2) Jika kita bekerja sama dan terbuka kepada
prototipe yang ajaib ini, Dia akan menyebar dari
roh kita ke dalam jiwa kita.
3) Prototipe yang menghuni ini, yaitu Putra sulung
Allah, secara otomatis bekerja di dalam kita
sebagai hukum hayat untuk menyerupakan kita
kepada gambar-Nya, untuk “memutrakan” kita.
4) Di dalam pemulihan-Nya Tuhan sedang bekerja
dengan ngotot di antara kita untuk membuat
setiap orang dari kita serupa dengan Putra sulung.
5) Tubuh Kristus sebagai manusia baru adalah
reproduksi korporat dari model standar itu, Putra
sulung Allah.
B. “Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi
umat-Ku”—Ibr. 8:10:
1. Allah menjadi Allah kita berarti Dia adalah warisan kita,
dan kita menjadi umat Allah berarti kita adalah warisan
Allah—Ef. 1:11, 14, 18; 3:21.
2. Di dalam perjanjian yang baru, kita memiliki hak
istimewa untuk memiliki Allah sebagai Allah kita dan
untuk menjadi umat-Nya—ini adalah hayat yang
memampukan kita berbagian dalam kenikmatan akan
Allah di dalam persekutuan dengan Dia, sehingga Dia
dapat dikenal oleh kita, dipahami oleh kita, dan
diperhidupkan oleh kita—1 Yoh. 1:3, 7.
C. “Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya,
atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah
34
Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal
Aku”—Ibr. 8:11:
1. Fungsi hayat memampukan kita mengenal Allah dengan
cara batini hayat.
2. Kita dapat mengenal Allah secara subyektif dari batin
melalui perasaan hayat, yang adalah perasaan, kesadaran
hayat ilahi di dalam kita—Rm. 8:6; Ef. 4:18-20; Flp. 3:10a:
a. Perasaan hayat mencakup perasaan maut serta
perasaan hayat dan damai sejahtera—Rm. 8:6; Yes.
26:3.
b. Perasaan hayat membuat kita mengenal apakah kita
hidup dalam hayat alamiah atau dalam hayat ilahi
dan apakah kita hidup dalam daging atau dalam roh.
c. Kita harus hidup menurut perasaan hayat dalam
prinsip hayat, bukan menurut prinsip benar dan
salah, prinsip maut.
3. Mengenal Allah adalah memperhidupkan Allah; melalui
fungsi yang spontan dan otomatis hayat ilahi di dalam
kita, kita memiliki kapasitas untuk mengenal Allah,
memperhidupkan Allah, dan bahkan menjadi satu dengan
Allah dalam hayat dan sifat-Nya sehingga kita bisa
menjadi ekspresi korporat-Nya.
D. “Sebab Aku akan berdamai terhadap ketidakbenaran mereka
dan dosa-dosa mereka tidak akan Kuingat lagi”—Ibr. 8:12:
1. Kristus membuat perdamaian bagi dosa-dosa kita untuk
memenuhi tuntutan keadilbenaran Allah, untuk
mendamaikan kita melalui memuaskan tuntutantuntutan keadilbenaran Allah—2:17.
2. Darah Kristus yang mustika dan serba berkhasiat itu
menyelesaikan semua masalah kita sehingga kita dapat
secara konstan tinggal di dalam persekutuan dengan
Allah untuk terus-menerus menikmati penyelamatan
organik-Nya—1 Yoh. 1:7-9; 2:1-2:
a. Di hadapan Allah, darah penebusan Tuhan telah
membasuh kita sekali untuk selamanya secara kekal
(Ibr. 9:12, 14), dan khasiat pembasuhan itu tidak perlu
diulangi.
b. Namun, di dalam hati nurani kita, kita memerlukan
aplikasi instan pembasuhan konstan darah mustika
Tuhan berkali-kali kapan saja hati nurani kita
diterangi oleh terang ilahi di dalam persekutuan kita
dengan Allah.
3. Begitu Allah mengampuni kita, Dia menghapus dosa-dosa
kita dari memori-Nya dan tidak mengingatnya lagi:
35
a. Pengampungan dosa-dosa berarti penghapusan
tuntutan-tuntutan dosa terhadap kita di hadapan
Allah agar kita bisa dilepaskan dari hukuman
keadilbenaran Allah—Yoh. 3:18; 5:24.
b. Bila Allah mengampuni kita dari dosa-dosa kita, Dia
menyebabkan dosa-dosa yang telah kita perbuat itu
menyingkir dari kita—Mzm. 103:12; Im. 16:7-10, 1522.
4. Pengampunan Allah atas dosa-dosa kita membuat kita
takut akan Dia dan mengasihi Dia di dalam persekutuan
kita yang dipulihkan dengan Dia—Mzm. 130:4; Luk. 7:47.
IV. Perjanjian yang baru itu akan secara ultima menghasilkan
Yerusalem Baru, perwujudan perjanjian baru Allah untuk
mengekspresikan Allah secara korporat sampai pada
puncaknya untuk kekekalan—Gal. 4:26-28, 31.
36
Berita Delapan
Darah Perjanjian
Pembacaan Alkitab: Kel. 24:4-8; 25:17, 22; 34:27-35; Im. 16:11-16- Mat.
26:28; Luk. 22:20; Ibr. 10:19-20
I. Darah mustika Kristus memuaskan Allah, ini adalah jalan
masuk kaum beriman kepada Allah, dan ini mengalahkan
semua tuduhan si musuh (Kel. 12:13; Ef. 2:13; 1 Ptr. 1:18-19;
Ibr. 10:19-20, 22; 9:14; 1 Yoh. 1:7, 9; Why. 12:10-11); kita perlu
maju lebih jauh melihat bahwa darah mustika Tuhan
adalah darah perjanjian.
II. “Kemudian
Musa
mengambil
darah
itu
dan
menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: "Inilah
darah perjanjian yang diadakan Yehovah dengan kamu,
berdasarkan segala firman ini”—Kel. 24:8:
A. Ungkapan darah perjanjian juga digunakan di dalam Matius
26:28; perkara ini berasal dari hati Allah, tetapi tidak
memiliki tempat di dalam hati manusia alamiah.
B. Lukas 22:20 berkata, “Cawan ini adalah perjanjian yang baru
yang didirikan dalam darah-Ku”:
1. Darah Tuhan, setelah memuaskan keadilbenaran Allah,
menetapkan perjanjian yang baru dan membawa kita ke
dalam realitas perjanjian yang baru itu—Ibr. 10:19-20;
Kidung #416, bait 3 dan 4.
2. Melalui kematian Tuhan, darah-Nya menetapkan
perjanjian yang baru itu; melalui kebangkitan Tuhan, Dia
menjadi perjanjian yang baru dengan semua warisannya
(Yes. 42:6; 49:8); dan di dalam kenaikan Tuhan, Dia
adalah Mediator, Eksekutor, perjanjian yang baru ini (Ibr.
8:6; 9:15; 12:24) serta penjamin perjanjian yang baru,
garansi bahwa segala sesuatu di dalam perjanjian yang
baru itu akan dipenuhi—7:22:
a. Kristus, sebagai perwujudan segala kekayaan
Keallahan (Kol. 2:9) dan sebagai Dia yang tersalib dan
bangkit, telah menjadi perjanjian Allah yang
diberikan kepada umat-Nya; Dia adalah realitas
segala adanya Allah dan segala yang telah Allah
berikan kepada kita.
b. Keselamatan Allah, keadilbenaran Allah, pembenaran
Allah, pengampunan Allah, penebusan Allah, segala
kekayaan Allah, dan semua yang telah dan akan Allah
lakukan telah dijanjikan kepada kita.
37
c. Sebagai realitas semua warisan di dalam wasiat yang
baru, Kristus, yang adalah Roh yang almuhit,
pemberi-hayat, berhuni, dan rampung (1 Kor. 15:45b;
2 Kor. 3:17; Rm. 8:9-11), ada di dalam roh kita dan
telah menjadi satu roh dengan kita—Tim. 4:22; 1 Kor.
6:17.
III. “Lalu Musa menuliskan segala firman TUHAN itu.
Keesokan harinya pagi-pagi didirikannyalah mezbah di
kaki gunung itu, dengan dua belas pilar sesuai dengan
kedua belas suku Israel”—Kel. 24:4:
A. Mezbah
menunjukkan
keperluan
akan
penebusan,
pengakhiran, dan penggantian; karena kita jatuh, berdosa,
dan rusak, kita memerlukan penebusan dan pengakhiran,
dan kita juga perlu digantikan oleh Kristus.
B. Pilar menandakan bahwa setelah umat Allah ditebus,
diakhiri, dan digantikan di mezbah, mereka dapat menjadi
kesaksian Allah, mencerminkan apa adanya Dia.
C. Darah berasal dari kurban-kurban yang dipersembahkan di
mezbah; darah inilah, bukan mezbah atau pilar itu, yang
membuat penetapan hukum itu menjadi berkhasiat—ay. 4-8.
IV. Kita perlu melihat maksud Allah dalam menetapkan
hukum Taurat:
A. Dalam menetapkan hukum Taurat, maksud Allah adalah
untuk menyingkapkan kepada umat pilihan dan tebusan-Nya
Allah macam apakah Dia itu; sebagai kesaksian Allah, hukum
Taurat adalah gambar atau foto Allah (16:34; 25:21); karena
itu, fungsi pertama hukum Taurat adalah untuk
mewahyukan bahwa Allah adalah Allah kekudusan,
keadilbenaran, kasih, dan terang.
B. Fungsi kedua hukum Taurat adalah untuk membuat umatNya menyadari bahwa mereka itu jatuh dan jauh dari Allah:
1. Allah tidak bermaksud agar umat-Nya menjalankan
hukum Taurat yang Dia tetapkan; adalah mustahil bagi
umat yang telah jatuh, berdosa, dan rusak untuk
memelihara hukum Taurat—cf. Rm. 3:20.
2. Maksud Allah dalam menetapkan hukum Taurat berbeda
dengan maksud mereka yang menerimanya; maksud
mereka yang menerima hukum Taurat adalah
memeliharanya—Kel. 24:3, 7.
3. Hanya melalui darah penebusanlah (1 Ptr. 1:18-19), darah
perjanjianlah, umat Allah dibawa masuk ke dalam
Tempat Maha Kudus untuk mengontak Allah dan
38
memiliki Allah diinfuskan ke dalam mereka—Ibr. 10:1920.
V. Kita perlu melihat hubungan antara darah penebusan dan
hadirat Allah:
A. Musa jatuh, berdosa, dan rusak, sama seperti seluruh umat
Israel yang lain; dia dapat tinggal di dalam hadirat Allah dan
diinfus dengan Allah di puncak gunung selama empat puluh
hari untuk menjadi cerminan Allah karena Allah melihat
darah penebusan; inilah sebabnya kulit wajah Musa
berpendar ketika dia turun dari gunung itu—Kel. 34:27-35.
B. Satu-satunya orang yang layak untuk masuk ke dalam
Tempat Maha Kudus dan datang kepada Tabut dengan tutup
pendamaian adalah orang yang membawa darah penebusan
dari pelataran luar; darah ini, yang adalah darah perjanjian,
membawa umat ke dalam Tempat Maha Kudus untuk masuk
ke dalam hadirat Allah—Im. 16:11-16:
1. Tutup pendamaian, sesuai dengan tempat pendamaian di
dalam Roma 3:25 dan Ibrani 9:5, adalah penutup Tabut;
ini menandakan Kristus sebagai tutup hukum adilbenar
Allah dan juga tempat di mana Allah berjumpa dengan
umat tebusan-Nya dan berbicara kepada mereka dalam
kasih karunia—Kel. 25:17, 22.
2. Maka, tutup pendamaian di atas Tabut di Tempat Maha
Kudus itu sama dengan takhta kasih karunia, yaitu
Kristus sendiri yang tinggal di dalam roh kita; emas murni
yang dengannya tutup itu dibuat menandakan sifat ilahi
Kristus yang murni—Ibr. 4:16.
3. Allah berjumpa dengan umat-Nya dan berbicara kepada
mereka dari atas tutup pendamaian dan di antara kerub
menandakan bahwa Allah berjumpa dengan kita dan
berbicara kepada kita di dalam Kristus yang
mendamaikan sebagai kesaksian-Nya—Kel. 25:22; cf. 2
Kor. 3:8-11, 18.
4. Jadi, tutup pendamaian dengan darah kurban yang
dipercikkan di atasnya pada Hari Pendamaian (Im. 16:1415, 29-30) menggambarkan Kristus yang menebus dalam
keinsanian-Nya dan Kristus yang bersinar dalam
keilahian-Nya sebagai tempat di mana orang-orang dosa
yang jatuh dapat berjumpa dengan Allah yang adilbenar,
kudus, dan mulia dan mendengarkan firman-Nya, dengan
demikian diinfus dengan Allah sebagai kasih karunia dan
menerima visi, wahyu, dan perintah dari-Nya—Kel. 25:2022.
39
VI. Musa adalah seorang yang mengenal hati Allah dan
maksud-Nya; karena itu, dia menetapkan hukum Taurat
bukan menurut maksud bani Israel melainkan menurut
maksud Allah:
A. Jalan Allah adalah mewahyukan apa adanya Dia dan
kemudian menunjukkan kepada umat-Nya bahwa, dalam
pandangan-Nya, mereka itu jatuh, berdosa, dan rusak
(sepenuhnya tanpa harapan dan tanpa pertolongan) dan
bahwa mereka sangat memerlukan penebusan dan
pengampunan-Nya.
B. Setelah mereka menerima penebusan dan pengampunan,
darah penebusan akan membawa mereka ke dalam hadirat
Allah di mana mereka dapat mengontaki Dia, menerima Dia
ke dalam mereka, dan disusun menjadi pilar-pilar sebagai
kesaksian hidup Allah, dan cerminan apa adanya Dia.
C. Tuhan telah menggenapkan penebusan bagi kita, dan darahNya tersedia untuk membersihkan kita dan membawa kita ke
dalam hadirat-Nya; sekarang Dia sedang menantikan kita
untuk bertobat, berpaling kepada-Nya, dan menerima
penebusan dan pengampunan-Nya.
D. Menurut wahyu di dalam Perjanjian Baru, kita bukan hanya
dibawa ke dalam hadirat Allah—kita juga dibawa ke dalam
diri Allah sendiri; darah penebusan dan pembasuhan ini
membawa kita ke dalam Allah!
E. Ini memberi kita tumpuan dan kedudukan untuk menerima
Allah, menikmati Allah, serta makan dan minum Allah; pada
akhirnya, melalui berbagian dalam Allah dengan cara ini, kita
akan menjadi pilar-pilar, kesaksian hidup-Nya.
F. Jalan untuk menjadi pilar-pilar adalah jalan menikmati
Allah; ini adalah jalan makan Dia sebagai suplai hayat kita
(Yoh. 6:57; Why. 22:14) dan minum Dia sebagai air hidup kita
(Yoh. 7:37-39; 4:10, 14; 1 Kor. 12:13); melalui makan dan
minum Dia, kita menikmati Dia dan disusun dengan Dia.
G. Ini adalah prinsip dasar ekonomi ilahi yang beroperasi di
alam semesta ini hingga hari ini:
1. Konsep dasar ekonomi Allah bukanlah agar umat Allah
memelihara hukum Taurat; hukum Taurat ditetapkan
oleh Allah bukan agar umat-Nya bisa melakukannya
tetapi agar melaluinya mereka bisa mengenal Allah
secara positif dan mengenal diri mereka sendiri secara
negatif.
2. Karena memiliki pengenalan yang tepat akan Allah dan
akan diri mereka sendiri, maka mereka akan bertobat dan
menerima penebusan Allah melalui darah penebusan, dan
40
mereka akan dibawa ke dalam hadirat Allah untuk
menerima infusan Allah untuk menjadi pilar-pilar sebagai
satu kesaksian yang hidup dan cerminan apa adanya
Allah—cf. Rm. 8:4.
VII. Darah perjanjian terutama adalah agar Allah menjadi
porsi kita bagi kenikmatan kita—cf. Mzm. 27:4; 1 Kor. 2:9;.
Ibr. 10:19-20:
A. Di dalam perjanjian yang baru, Allah memberi kita
pengampunan, hayat, keselamatan, dan semua berkat yang
rohani, surgawi, dan ilahi.
B. Ketika perjanjian yang baru ini diberikan kepada kita, ini
adalah suatu cawan, suatu porsi bagi kita: “Cawan ini adalah
perjanjian yang baru yang didirikan di dalam darah-Ku, yang
ditumpahkan bagi kamu”—Luk. 22:20:
1. Tuhan menumpahkan darah-Nya, Allah mendirikan
perjanjian, dan kita menikmati cawan, di mana Allah dan
segala yang berasal dari Dia adalah porsi kita—1 Kor.
10:16a.
2. Darah adalah harga yang Kristus bayarkan bagi kita,
perjanjian adalah akta resmi yang Allah buat bagi kita,
dan cawan adalah porsi yang kita terima dari Allah.
3. “Di dalam porsi ini, / kita miliki Allah; / Darah-Mu t'lah
tertumpah, / Allah jadi segala. / Di dalam porsi ini, / ada
hayat, tebusan; / Se-mua rencana Allah, / porsi kami
pastilah”—Kidung #176, bait 3.
VIII. Pada akhirnya, darah Kristus sebagai darah perjanjian
yang baru (Mat. 26:28; Luk. 22:20) membawa umat Allah ke
dalam hal-hal yang lebih baik dari perjanjian yang baru,
di mana Allah memberi umat-Nya hati yang baru, roh yang
baru, Roh-Nya, hukum hayat batini (yang menunjukkan
Allah sendiri dengan sifat, hayat, atribut, dan kebajikanNya), serta kemampuan hayat untuk mengenal Allah—Yer.
31:33-34; Yeh. 36:26-27; Ibr. 8:10-12.
IX. Secara ultima, darah perjanjian yang baru, perjanjian
yang kekal ini (13:20), memungkinkan umat Allah untuk
melayani Dia (9:14) dan memimpin umat Allah ke dalam
kenikmatan yang penuh akan Allah sebagai porsi mereka
(sebagai pohon hayat dan air hayat) sekarang dan untuk
kekekalan—Why. 7:14, 17; 22:1-2, 14, 17.
41
Berita Sembilan
Memelihara Hari Raya kepada Allah Tiga Kali Setahun
Melambangkan Kenikmatan yang Penuh
akan Allah Tritunggal di dalam Kristus
Pembacaan Alkitab: Kel. 23:14-19a; 1 Kor. 5:7-8; 15:20, 23, 45b;
Rm. 8:23; Kis. 2:1, 4; Gal. 3:14; Why. 21:2-3
I. “Tiga kali setahun haruslah
perayaan bagi-Ku”—Kel. 23:14:
engkau
mengadakan
A. Tiga kali ini adalah Hari Raya Roti Tidak Beragi (Ul. 16:1-8);
Hari Raya Penuaian, yaitu Hari Raya Tujuh Minggu (ay. 912), atau Hari Raya Pentakosta; dan Hari Raya
Pengumpulan, yaitu Hari Raya Tabernakel (Im. 23:34; Ul.
16:13-15).
B. Memelihara hari-hari raya ini kepada Allah tiga kali setahun
melambangkan kenikmatan penuh akan Allah Tritunggal
dalam Kristus—2 Kor. 13:13.
II. Memelihara Hari Raya Roti Tidak Beragi (Ul. 16:1-8)
melambangkan pembersihan semua hal dosa melalui
kenikmatan akan Kristus sebagai suplai hayat yang tanpa
dosa—Kel. 23:15:
A. Bangsa Israel harus mengadakan Hari Raya Roti Tidak
Beragi selama tujuh hari sebagai kelanjutan Hari Raya
Paskah; sebenarnya, Hari Raya Paskah dan Hari Raya Roti
Tidak Beragi adalah satu—12:15-20; 13:6-7; Mat. 26:17.
B. Tidak boleh ada ragi yang terlihat pada bani Israel; ini
menandakan bahwa kita harus menanggulangi dosa yang kita
sadari, semua dosa yang termanifestasi, yang terlihat—Kel.
13:7; 12:19; 1 Kor. 5:7a; Ibr. 12:1-2a:
1. Menanggulangi dosa yang termanifestasi adalah
memelihara Hari Raya Roti Tidak Beragi.
2. Jika kita bertoleransi pada dosa begitu dosa itu terekspos,
kita akan kehilangan kenikmatan persekutuan umat
Allah—Kel. 12:19; 1 Kor. 5:13.
C. Kristus adalah roti tidak beragi kita, suplai hayat kita yang
tanpa dosa dengan ketulusan dan kebenaran, mutlak murni,
tanpa campuran, dan penuh dengan realitas—ay. 7-8:
1. Satu-satunya jalan untuk menyingkirkan dosa adalah
setiap hari makan Kristus sebagai hayat yang tersalib,
bangkit, dan tanpa dosa, yang ditandai oleh roti tidak
beragi.
42
2. Roti tidak beragi menandakan Kristus yang tanpa dosa
yang disalurkan ke dalam kita, kaum beriman-Nya,
sebagai elemen tanpa ragi (tanpa dosa); sebagai roti tidak
beragi, Kristus adalah makanan rohani dan ilahi yang
membuat kita menjadi tidak beragi.
3. Bila kita mengambil Kristus sebagai hayat kita—hayat
yang tanpa ragi, hayat yang memurnikan—hayat ini
memurnikan kita.
D. Seluruh periode kehidupan Kristen kita (yang ditandai oleh
tujuh hari), dari hari perpalingan kita sampai hari
keterangkatan kita, haruslah menjadi satu hari raya,
kenikmatan akan Kristus sebagai suplai hayat yang kaya—
Kel. 12:16, 18-19.
E. Sebagai roti yang tidak beragi, Kristus adalah bagi kita untuk
menempuh kehidupan gereja yang murni—1 Kor. 5:7-8:
1. Di alam gereja tidak boleh ada ragi, yang di dalam Alkitab
menandakan semua hal negatif, seperti doktrin-doktrin
dan praktek-praktek yang salah, perbuatan-perbuatan
yang jahat, dan hal-hal dosa.
2. Kita perlu menjadi adonan yang baru—ay. 7)—gereja,
yang tersusun dari kaum beriman di dalam sifat baru
mereka.
III. Hari Raya Penuaian—Hari Raya Tujuh Minggu, atau Hari
Raya Pentakosta—melambangkan kenikmatan akan buah
sulung Roh dari Kristus yang bangkit—Kel. 23:16a; Rm.
8:23:
A. Di dalam perlambangan Perjanjian Lama, buah sulung
menandakan Kristus yang bangkit (1 Kor. 5:20, 23) yang
dipersembahkan kepada Allah pada hari kebangkitan-Nya
(Yoh. 20:17), yang dilambangkan di dalam Imamat 23:10-11
oleh buah sulung yang dipersembahkan kepada Allah pada
hari setelah Sabat, hari kebangkitan Kristus—Mat. 28:1:
1. Roma 8:23 dan 1 Korintus 15:23 mengindikasikan bahwa
buah sulung Roh adalah Kristus; buah sulung
melambangkan Kristus dalam kebangkitan, dan Kristus
yang bangkit ini adalah Roh itu.
2. Perlambangan di dalam Perjanjian Lama tentang Hari
Raya Penuaian mengindikasikan bahwa sebagai
pemenuhan hari raya ini, Kristus yang bangkit adalah
Roh itu.
3. Roh yang turun pada hari Pentakosta adalah Kristus
sebagai buah sulung yang telah dipersembahkan kepada
Allah:
43
a. Tanpa buah sulung di dalam Perjanjian Lama, tidak
akan ada Hari Raya Penuaian, dan tanpa Roh itu di
dalam Perjanjian Baru, tidak akan ada Pentakosta.
b. Roh yang datang pada hari Pentakosta adalah
penggenapan buah sulung yang dipersembahkan
kepada Allah di dalam Perjanjian Lama—Kristus yang
bangkit sebagai Roh pemberi-hayat—ay. 45b.
B. Pada hari Pentakosta, yang tepat lima puluh hari dari hari
kebangkitan Kristus, Roh itu sebagai hasil penuh dari Kristus
yang bangkit dicurahkan ke atas gereja (Kis. 2:1-4); ini
mengindikasikan bahwa Kristus yang bangkit menjadi Roh
itu dicurahkan ke atas kaum beriman-Nya bagi kenikmatan
mereka yang penuh—1 Kor. 15:45b; 2 Kor. 3:17.
C. Hari Raya Penuaian melambangkan kenikmatan akan
produk yang kaya yang dihasilkan oleh Kristus yang
bangkit—Ef. 3:8; 1 Kor. 15:45b:
1. Produk yang kaya ini adalah Roh almuhit Allah
Tritunggal yang telah melalui proses, yang diberikan olehNya kepada umat pilihan-Nya sebagai berkat injil
sehingga mereka bisa menikmati Kristus yang almuhit
(perwujudan segala kekayaan Allah Tritunggal) sebagai
negeri baik mereka—Gal. 3:14.
2. Ini menandakan bahwa kaum beriman, melalui menerima
Roh yang limpah lengkap pada hari Pentakosta, bukan
hanya telah masuk ke dalam negeri yang baik melainkan
juga berpartisipasi dalam segala kekayaan yang limpah
lengkap dari Kristus yang almuhit (Ef. 3:8) di dalam
kebangkitan dan kenaikan-Nya, sebagai bagian yang
ditetapkan Allah secara penuh di dalam ekonomi
Perjanjian Baru-Nya.
IV. Hari Raya Pengumpulan, Hari Raya Tabernakel (Im. 23:34;
Ul. 16:13-15), adalah perampungan penuaian itu—Kel.
23:16b:
A. Hari Raya Tabernakel pertama-tama melambangkan masa
seribu tahun yang akan datang sebagai berkat sezaman yang
penuh sukacita bagi umat tebusan Allah, termasuk para
pemenang dan orang-orang Israel yang diselamatkan, untuk
dinikmati bersama Allah di bumi yang telah dipulihkan—Im.
23:34, 39:
1. Milenium itu akan datang setelah penuaian apa yang
Allah dambakan di atas bumi sepanjang tiga zaman
sebelum milenium—zaman sebelum hukum Taurat (dari
Adam sampai Musa—Rm. 5:14), zaman hukum Taurat
(dari Musa sampai kedatangan Kristus kali pertama—
44
Yoh. 1:17), dan zaman gereja (dari Pentakosta sampai
kedatangan Kristus kali kedua—Kis. 1:11).
2. Milenium, zaman kerajaan (Why. 20:4, 6), akan menjadi
zaman yang keempat dan terakhir bagi langit lama dan
bumi lama; ini akan mendatangkan langit baru dan bumi
baru dengan Yerusalem Baru untuk kekekalan—21:1-3.
B. Akhirnya, Hari Raya Tabernakel yang kekal akan menjadi
kenikmatan di dalam Yerusalem Baru, tabernakel yang kekal
(ay. 2-3), di dalam langit baru dan bumi baru bagi seluruh
umat Allah sebagai perampungan tuaian akan pengalaman
mereka akan Allah.
C. Hari Raya Tabernakel, satu perayaan kenikmatan dan
kepuasan, menandakan perampungan keselamatan penuh
Allah secara organik:
1. Setelah penuaian panen mereka dari negeri yang baik,
bangsa Israel melaksanakan Hari Raya Tabernakel untuk
menyembah Allah dan menikmati apa yang telah mereka
tuai; mereka berhimpun bersama adalah gambaran
tentang perbauran—Ul. 16:13-15.
2. Perayaan tahunan terakhir untuk perbauran adalah pada
musim gugur setelah penuaian bagi bangsa Israel untuk
menikmati produk mereka dari tuaian negeri yang baik
dalam pujian mereka kepada Allah dengan penyembahan,
untuk memberkati Allah dan memuji Allah.
D. Allah menetapkan Hari Raya Tabernakel sehingga bangsa
Israel akan mengingat bagaimana nenek moyang mereka,
ketika mengembara di padang belantara, tinggal di tendatenda (Im. 23:39-43), dan mengharapkan untuk masuk ke
dalam perhentian negeri yang baik itu:
1. Perayaan ini mengingatkan bahwa hari ini kita masih
berada di padang belantara dan perlu masuk ke dalam
perhentian Yerusalem Baru, yang adalah tabernakel yang
kekal—Why. 21:2-3.
2. Yerusalem Baru disebut tabernakel, mengindikasikan
bahwa orang-orang yang berprtisipasi dalam Yerusalem
Baru adalah para pemelihara riil Hari Raya Tabernakel
untuk kekekalan dengan kenikmatan dan kepuasan yang
penuh.
3. Kata tabernakel di dalam sebutan Hari Raya Tabernakel
menyiratkan pemikiran akan peringatan—Yoh. 7:2.
4. Yerusalem Baru, sebagai tabernakel Allah, adalah
tabernakel peringatan bagaimana para pemenang,
sebelum perampungan Yerusalem Baru di zaman
45
kerajaan, masih hidup di tenda-tenda; mereka belum
menetap—Kej. 12:8; Ibr. 11:8-10.
5. Bila para pemenang memasuki Yerusalem Baru di langit
baru dan bumi baru, mereka tidak akan tinggal di tendatenda lagi, namun mereka masih tetap menyebut tempat
tinggal kekal mereka tabernakel untuk mengingat apa
yang telah mereka alami—Why. 21:3:
a. Bila kita berada di Yerusalem Baru, kita akan
memiliki banyak kenangan yang kekal dan
menggembirakan tentang bagaimana kita mengalami
Allah dan bagaimana Allah hidup bersama kita; kita
tinggal di dalam tenda-tenda, dan Dia tinggal di dalam
tabernakel—Kel. 40:34-35; Ibr. 11:8-10.
b. Pada akhirnya Hari Raya Tabernakel kita akan
menjadi kenikmatan akan Yerusalem Baru di langit
baru dan bumi baru; ini akan menjadi perampungan
riil semua tuaian dari pengalaman kita akan Allah—2
Kor. 13:13; Ef. 3:16-21.
46
Berita Sepuluh
Penyembahan terhadap Allah
Pembacaan Alkitab: Why. 22:9b; 14:7; 4:8-11; 5:9-14; Kej. 4:3-5;
Kel. 20:22-26; 32:1, 4-6; 24:10-11; Yoh. 4:23-24
I. “Sembahlah Allah”—Why. 22:9b:
A. Perintah terakhir di dalam Perjanjian Baru adalah
menyembah Allah:
1. Allah menginginkan penyembahan; Allah ingin manusia
tahu bahwa Dia adalah Allah dan mendeklarasikan
bahwa Dia adalah Allah—4:10-11.
2. Menyembah Allah adalah mengakui bahwa Dia adalah
Allah—Yoh. 20:28; 9:35-38:
a. Pengenalan yang tertinggi akan Allah adalah tentang
Keallahan-Nya.
b. Penyembahan adalah pengakuan bahwa Dia adalah
Allah dan bahwa kita adalah manusia.
3. Penyembahan berasal dari penglihatan; perlu wahyu agar
dapat menyembah.
B. Iblis sedang mencari penyembahan—Mat. 4:8-10; Why. 13:4,
8, 12, 15:
1. Allah menginginkan penyembahan, dan Satan juga
menginginkan penyembahan—14:6-7.
2. Allah memerlukan penyembahan kita terhadap-Nya, dan
yang Satan takuti adalah penyembahan kita terhadap
Allah.
3. Pencobaan Iblis kepada Yesus di padang belantara
membuka mata kita untuk melihat apa yang Satan
inginkan—penyembahan dari manusia—Mat. 4:8-10.
C. Di dalam Kitab Wahyu kita melihat satu garis khusus—garis
penyembahan (4:8-11; 5:9-14; 13:4, 8, 12, 15; 14:7; 22:9b:
1. Di dalam Wahyu 4 kita melihat bahwa karena penciptaan,
Allah menerima penyembahan; gambaran di dalam
Wahyu 4 memperlihatkan bahwa dari kekekalan hingga
kekekalan Allah memiliki takhta dan penyembahan yang
terus-menerus; Allah telah memiliki penyembahan ini
sebelum fondasi dunia diletakkan.
2. Di dalam Wahyu 5 kita melihat bahwa karena penebusan,
Allah menerima penyembahan.
D. Di dalam Perjanjian Baru, melayani Allah sebenarnya sama
dengan menyembah Allah—Rm. 1:9:
1. Dalam jawaban Tuhan kepada Satan di dalam Matius
4:10, kita melihat bahwa menyembah Allah adalah
melayani Allah.
47
2. Kita tidak dapat melayani Allah tanpa menyembah Dia;
kita juga tidak dapat menyembah Dia tanpa melayani Dia.
E. Penyembahan hari ini direalisasikan di dalam Tubuh
Kristus—Ef. 3:20-21; Ibr. 2:12.
1. Terpisah dari Tubuh, sulit untuk memiliki penyembahan
yang tepat.
2. Penyembahan di dalam Perjanjian Baru adalah perkara
korporat.
II. Habel menyembah Allah menurut wahyu ilahi, sedangkan
Kain menyembah menurut opini dan konsepnya sendiri—
Kej. 4:3-5:
A. Kain tidak mengikuti jalan keselamatan melalui penebusan
pendahuluan tetapi dengan lancang mempersembahkan hasil
jerih lelahnya sendiri kepada Allah—ay. 3:
1. Jalan Kain menyembah Allah adalah menciptakan satu
agama menurut konsep dan opini insaninya—Yud. 11.
2. Selama berabad-abad dan berbagai generasi, sudah tak
terhitung jumlah pengikuti Kain, yaitu orang-orang di
berbagai tempat dan zaman yang telah menciptakan
agama mereka sendiri.
B. Menurut Ibrani 11:4, persembahan Habel, yaitu suatu
kurban, dipersembahkan kepada Allah oleh iman, yang
berasal dari mendengarkan firman injil—Rm. 10:17, 14:
1. Habel adalah imam Allah yang pertama, yang mewakili
semua orang beriman dalam Kristus—1 Ptr. 2:5, 9.
2. Dalam perlambangan, Habel mempersembahkan Kristus
kepada Allah—Bil. 18:17:
a. Persembahan ini mencakup pemercikan darah di atas
mezbah bagi penebusan dan pembakaran lemak
sebagai bau-bauan harum yang memuaskan Allah.
b. Persembahan Habel, yang persis sesuai dengan apa
yang kelak diwahyukan di dalam hukum Taurat
Musa—Kel. 20:22-26), membuktikan bahwa caranya
menyembah Allah adalah menurut wahyu ilahi Allah,
bukan menurut konsepnya sendiri.
III. Keluaran 20:22-26 mewahyukan peraturan-peraturan
hukum Taurat mengenai penyembahan terhadap Allah:
A. Dalam penyembahan terhadap Allah, tidak boleh
memberikan tempat kepada kekayaan, yang di dalam
Keluaran 20:23 ditandai dengan perak dan emas (cf. Kis. 3:6;
1 Tim. 6:17); kita tidak dapat melayani Allah dan mamon—
Mat. 6:24.
48
B. Penyembahan yang tepat terhadap Allah haruslah mencakup
kurban bakaran—Kristus yang dipersembahkan kepada
Allah bagi kenikmatan dan kepuasan-Nya—dan kurban
pendamaian—Kristus yang dipersembahkan kepada Allah
bagi kenikmatan dan kepuasan kita bersama dengan Allah—
Kel. 20:24.
C. Menurut Keluaran 20:24-26, mezbah yang Allah minta untuk
penyembahan itu primitif dan tidak berbudaya di mata
manusia dan tidak memberikan tempat kepada hikmat dan
kekuatan manusia—1 Kor. 1:17-25:
1. Mezbah didirikan dengan bahan-bahan yang diciptakan
oleh Allah, mengindikasikan bahwa salib telah
dipersiapkan sepenuhnya oleh pekerjaan Allah, tidak
memberikan tempat kepada pekerjaan manusia—Kel.
20:24.
2. Mendirikan satu mezbah dengan cara ini berarti
menerima apa yang telah Allah persiapkan, tanpa
tambahan pekerjaan manusia.
D. Dalam penyembahan yang tepat terhadap Allah tidak boleh
ada nama lain selain nama Tuhan—ay. 24; Ul. 12:5, 11; 14:23;
16:6, 11; 26:2.
E. Penyembahan yang tepat terhadap Allah mengundang
lawatan dan berkat Allah—Kel. 20:24.
F. Menambahkan pekerjaan manusia kepada penyembahan
terhadap Allah adalah mendatangkan polusi—ay. 25:
1. Karena manusia jatuh itu adalah dosa, polusi, di mata
Allah (Mzm. 51:6; 2 Kor. 5:21), tidak ada pekerjaan
manusia yang berkenan kepada-Nya—cf. Kej. 4:3-5; Gal.
2:16.
2. Setiap manusia jatuh yang menyembah Allah harus
diakhiri, dengan semua pekerjaan dan jalannya.
G. Tangga mengacu pada cara manusia, yang menonjolkan
pencapaian oleh kemampuan alamiah dan menciptakan
perbedaan level di antara umat Allah—Kel. 20:26:
1. Keselamatan Allah menjubahi manusia dengan Kristus
sebagai keadilbenarannya (Kej. 3:21; Luk. 15:22; 1 Kor.
1:30; Flp. 3:9), tetapi jalan manusia menyingkapkan
ketelanjangan sifatnya yang jatuh.
2. Pada prinsipnya, penggunaan hikmat manusia dalam
membangun
mezbah
dengan
tangga
itu
mengesampingkan Kristus dan membuat sifat manusia
yang jatuh itu terekspos.
3. Alih-alih menggunakan hikmat kita dalam hal-hal yang
berhubungan dengan Allah, kita harus sepenuhnya
49
bersandar dalam Kristus dan karenanya tetap tinggal di
bawah Kristus sebagai penudung kita.
IV. Sementara Musa sedang menerima wahyu ilahi mengenai
penyembahan terhadap Allah, Harun membuat patung
lembu emas, dan bangsa Israel menyembahnya seolah-olah
itu adalah Allah yang benar—Kel. 32:1-6:
A. Patung lembu emas bukanlah berhala orang kafir, sebab ini
dibuat oleh Harun, imam besar asli yang ditunjuk oleh
Allah—ay. 2-4.
B. Harun membuat patung lembu itu dalam nama Yehovah dan
memimpin penyembahan berhala itu dengan cara
mempersembahkan kurban kepada Allah dan menyembah
Allah—ay. 4-6, 8.
C. Umat tebusan Allah menyembah berhala dalam nama
Yehovah Allah mereka dan dengan cara yang ditetapkan
Allah—cf. Mzm. 106:19-20; Rm. 1:23.
V. Melihat Allah adalah menyembah Dia, seperti yang
diwahyukan di dalam Keluaran 24:1, 10-11:
A. “Mereka memandang Allah, lalu makan dan minum”—ay. 11:
1. Ketika mereka memandang Allah, mereka makan dan
minum.
2. Saat mereka mengalami pandangan yang paling luar
biasa, mereka disegarkan melalui makan dan minum.
B. Allah ingin kita menikmati Dia dan menyembah Dia dari
kenikmatan ini.
C. Menyembah Allah di sini terdiri dari memandang Allah serta
makan dan minum; ini adalah penyembahan yang benar,
penyembahan yang Allah dambakan.
VI. Penyaluran ilahi dari Trinitas Ilahi adalah suplai kepada
kaum beriman dalam penyembahan mereka terhadap
Bapa dalam penyaluran Allah—Yoh. 4:14, 23:24:
A. Penyembahan yang asli terhadap Allah Bapa adalah dalam
roh dan dalam kebenaran; realitas ilahi, yang dialami dan
dinikmati oleh kita dan tersusun ke dalam kita, menjadi
kebenaran yang di dalamnya kita menyembah Allah dengan
penyembahan yang Dia inginkan—ay. 23-24.
B. Firman Tuhan di dalam Yohanes 4 menunjukkan
penyembahan terhadap Bapa dalam penyaluran Allah:
1. Penyembahan
yang
Tuhan
bicarakan
adalah
penyembahan terhadap Bapa di dalam Putra dan di dalam
Roh; ini adalah penyembahan dalam penyaluran Allah,
penyembahan oleh penyaluran ilahi—Ef. 2:18; 3:14-21.
50
2. Jika kita ingin memiliki penyembahan yang benar, kita
memerlukan Allah dalam Trinitas Ilahi-Nya disalurkan
ke dalam diri kita—2 Kor. 13:13.
3. Penyembahan terhadap Bapa dalam penyaluran Allah itu
berhubungan dengan minum air hidup—Yoh. 4:10, 14:
a. Mengontak Allah Roh dengan roh kita adalah minum
air hidup, dan minum air hidup adalah memberikan
penyembahan yang riil terhadap Allah—ay. 24.
b. Agar dapat menyembah Bapa dalam penyaluran
Allah, kita perlu minum Roh itu sehingga Allah bisa
menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam diri kita—ay.
14; 1 Kor. 10:3-4; 12:13.
4. Kita mempraktekkan penyembahan jenis ini terutama di
dalam sidang perjamuan Tuhan, di mana, setelah kita
berbagian dengan roti dan cawan, Tuhan membawa kita
kepada Bapa di dalam Roh itu, dan kita menyembah Bapa
dalam penyaluran ilahi dari Trinitas Ilahi—Mat. 26:30;
Ibr. 2:11-12; Ef. 2:18.
5. Semakin banyak kita mengalami penyaluran ilahi dari
Trinitas Ilahi, semakin banyak kita menjadi penyembahpenyembah yang Bapa inginkan dan kita akan memiliki
jenis penyembahan yang Bapa inginkan—penyembahan
dalam penyaluran Allah—Yoh. 4:10, 23-24.
51
Berita Sebelas
Malaikat Yehovah bagi Umat-Nya
untuk Mengambil Alih Negeri yang Baik
Pembacaan Alkitab: Kel. 23:20-33
I. Sebutan Malaikat Yehovah di dalam Keluaran 3:2
terutama mengacu kepada Kristus, Putra Allah, sebagai
Yang diutus Allah (cf. Yoh. 8:42) untuk menyelamatkan
umat-Nya dari situasi mereka yang menderita—cf. Hak.
6:12-22; 13:3-22:
A. Menurut Keluaran 3:2 dan 6, Malaikat Yehovah, Yang diutus
itu, adalah Yehovah itu sendiri, Sang pengutus (cf. Zak. 2:611), dan Yehovah adalah Allah Tritunggal—Kel. 3:6, 15.
B. Bagi tujuan memanggil dan mengutus Musa, Allah, Sang
pengutus, menampakkan diri kepadanya sebagai Yang
diutus—cf. Yoh. 20:21; Kis. 7:30-31.
II. “Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya
berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang
mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka,
lalu berdiri di belakang mereka”—Kel. 14:19:
A. Malaikat Allah di dalam Keluaran 14:19 adalah Malaikat
Yehovah yang memanggil Musa; Malaikat Yehovah adalah
Kristus sebagai Yang diutus Allah—3:2, 4.
B. Fakta bahwa Yang diutus Allah berjalan di depan tentara
Israel mengindikasikan bahwa Kristus adalah Dia yang
memimpin umat itu.
C. Ketika Malaikat Allah bergerak, maka tiang itupun bergerak
juga, ini memperlihatkan bahwa Malaikat dan tiang itu
adalah satu; Kristus dan Roh yang memimpin itu tidak dapat
dipisahkan—Yoh. 14:17-20; 16:13; 2 Kor. 3:17; Why. 5:6.
III. Malaikat Yehovah di dalam Hakim-hakim 2:1 adalah Allah
itu sendiri dalam Trinitas Ilahi-Nya yang melayani umat
pilihan-Nya sebagai seorang Hamba—cf. Ibr. 1:14:
A. Perwujudan Allah Tritunggal adalah Kristus, dan Kristus
adalah Malaikat Yehovah, yang memperhatikan Israel
sebagai Yehovah yang bertindak di dalam Perjanjian Lama.
B. Kristus menjadi Malaikat Yehovah berarti Allah telah
menunjuk dan mengamanatkan diri-Nya sendiri dalam
Trinitas Ilahi-Nya untuk bertindak dalam memperhatikan
umat-Nya.
52
C. Karena Israel tidak bertindak seperti istri yang tepat,
Yehovah yang adalah sang Suami, sang Kepala, dan Raja
Israel menjadi seorang Hamba terhadap istri-Nya:
1. Dia datang kepadanya bukan sebagai seorang Suami,
Kepala, atau Raja melainkan sebagai Malaikat Yehovah,
yang diutus oleh Yehovah—Zak. 2:9-11.
2. Karena Israel tidak menganggap Yehovah sebagai Kepala,
maka Dia menjadi seorang Hamba untuk melayani Israel;
perkataan-Nya kepada Israel di dalam Hakim-hakim 2:13 bukanlah teguran atau satu perintah melainkan nasihat
dari seorang hamba.
IV. Kristus adalah Malaikat perjanjian di dalam Maleakhi 3:1:
A. Kedatangan Kristus secara tiba-tiba sebagai Malaikat
perjanjian akan menjalankan, kepada Israel, perjanjian yang
telah Dia tetapkan melalui kematian-Nya—Mat. 26:28.
B. Di dalam kedatangan-Nya kali pertama, Kristus datang
dengan cara seorang Malaikat, seorang yang melayani (cf. Ibr.
1:14), untuk melayani Allah dengan membentuk wasiat yang
baru—Mrk. 10:45.
C. Ketika Dia mendirikan meja-Nya pada malam di mana Dia
dikhianati, Dia menetapkan perjanjian yang baru (Luk.
22:20), di mana Allah harus mengampuni dosa-dosa kita dan
menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam diri kita untuk
menjadi hayat kita, hukum hayat kita, dan segala sesuatu
kita sebagai isi batini kita supaya kita bisa memperhidupkan
Dia—Yer. 31:31-34; Ibr. 8:8-12.
D. Sebagai Malaikat perjanjian, Kristus di dalam kebangkitan
mengeksekusi perjanjian yang baru itu sebagai jaminannya,
membuatnya menjadi riil bagi kita melalui meyakinkan kita
bahwa dosa-dosa kita telah diampuni dan melalui
menyalurkan segala kekayaan Allah Tritunggal yang
dijanjikan itu ke dalam kita—7:22; Yer. 31:31-34.
V. Di dalam Kitab Wahyu Kristus adalah Malaikat yang lain
dalam pekerjaan-Nya di dalam administrasi ilahi—7:2; 8:3;
10:1, 5, 9; 18:1:
A. Di dalam Kitab Wahyu, Dia disebut “Malaikat yang lain,”
Malaikat yang unik dan khusus, karena Dia adalah Yang
diutus Allah untuk melaksanakan ekonomi-Nya.
B. Sebagai Malaikat yang lain, Kristus memperhatikan umat
Allah, baik putra-putra Israel maupun kaum beriman:
1. Di dalam 7:2-8, Dia memperhatikan sisa Israel pilihan dan
disingkapkan sebagai Malaikat yang lain dalam
hubungannya dengan “seratus empat puluh empat ribu
53
yang telah dimeteraikan dari setiap suku putra-putra
Israel”—ay. 4.
2. Dalam pekerjaan-Nya sebagai Malaikat yang lain, Kristus
memperhatikan kaum beriman, orang-orang kudus
tebusan dari gereja, memelihara mereka selama
kesusahan—ay. 9-17.
3. Kristus sebagai Malaikat Allah mengendalikan seluruh
alam semesta, mengarahkan malaikat-malaikat lain
untuk melaksanakan penghakiman Allah atas bumi—ay.
2-3.
C. Di dalam 8:3-5, Kristus sebagai Malaikat yang lain
menngeksekusi administrasi Allah atas bumi melalui
meministrikan kepada Allah sebagai Imam Besar dengan doadoa orang-orang kudus-Nya:
1. Mezbah ukupan (mezbah emas) adalah pusat eksekusi
administrasi Allah.
2. Pedupaan emas menandakan doa-doa orang-orang kudus
(5:8), dan ukupan menandakan Kristus dengan segala
kebaikan-Nya ditambahkan kepada doa-doa orang-orang
kudus.
3. Ketika doa-doa orang-orang kudus itu naik kepada Allah
dengan ukupan Kristus, maka Allah melaksanakan
administrasi-Nya—8:5:
a. Administrasi Allah memerlukan doa-doa orang-orang
kudus, yang adalah respon mereka terhadap ministri
surgawi
Kristus;
saat
kita
berdoa,
Dia
mengadministrasikan,
dan
saat
Dia
mengadministrasikan, kita berdoa.
b. Kristus pertama-tama mempersembahkan doa-doa
kita kepada Allah dan kemudian mencurahkan
jawaban-jawaban Allah; pencurahan jawabanjawaban Allah pada doa-doa kita ini sama dengan
administrasi universal Allah.
D. Di dalam 10:1-2 Kristus datang sebagai Malaikat yang lain
untuk mengambil alih laut dan darat:
1. Satu kaki-Nya di atas laut dan kaki-Nya yang lain di atas
darat menandakan bahwa Dia datang untuk mengambil
alih seluruh bumi—ay. 2b.
2. Walaupun bumi dan laut telah dirampas oleh musuh
Allah, tetapi pada satu hari Kristus tidak akan
bertoleransi lagi terhadap perampasan ini, dan Dia akan
datang untuk mengklaim warisan yang menjadi hakNya—Mzm. 2:8; 24:1.
54
E. Dalam pekerjaan-Nya sebagai Malaikat yang lain, Kristus
akan datang untuk mengumumkan penghakiman Allah atas
Babel Besar dan menampakkan diri dalam kemuliaan untuk
membuat seluruh bumi menjadi kerajaan Allah—Why. 18:12; 11:15.
VI. “Sesungguhnya Aku mengutus seorang Malaikat berjalan
di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk
membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan”—Kel.
23:20; cf. ay. 21-33:
A. Penetapan hukum Taurat itu disimpulkan dengan porsi
mengenai Malaikat itu dan negeri yang baik, ini
mengindikasikan bahwa tujuan penetapan hukum Taurat itu
adalah agar mereka yang menerima hukum Taurat akan
memasuki negeri yang baik—ay. 20-33.
B. Malaikat Yehovah melambangkan Kristus sebagai Yang
diutus oleh Allah untuk menjaga umat-Nya di dalam
perjalanan dan untuk membawa mereka ke dalam negeri
yang baik, dan negeri yang baik melambangkan Kristus
dalam kealmuhitan-Nya sebagai porsi yang ditetapkan bagi
umat Allah—Ul. 8:7; Kol. 1:12.
C. Jadi, Kristus sebagai Yang diutus membawa umat Allah ke
dalam diri-Nya sendiri sebagai negeri yang baik itu; sasaran
dalam tujuan Allah adalah untuk membawa umat Allah ke
dalam kenikmatan yang penuh akan Kristus sebagai negeri
yang almuhit.
D. Mengenai Malaikat Yehova, Keluaran 23:21 berkata, “NamaKu ada di dalam Dia”; nama Yehovah identik dengan personaNya, mengindikasikan bahwa Malaikat Yehovah adalah
Yehovah sendiri.
E. Kristus, Yang diutus Allah, berbicara bagi Allah di dalam
kita; jika kita ingin memiliki Dia, kita harus belajar menaati
suara-Nya; suara Malaikat itu adalah pembicaraan Yehovah,
ini dengan kuat membuktikan bahwa Malaikat itu dan
Yehovah adalah satu—ay. 21-22.
F. Berbagai suku penyembah berhala yang menduduki negeri itu
menandakan berbagai aspek dari hayat alamiah kita—ay. 23:
1. Ilah-ilah (berhala-berhala) suku-suku penyembah berhala
(ay. 24) dengan roh-roh najis di belakangnya (cf. 1 Kor.
10:20), mewakili kuasa-kuasa rohani yang jahat—Ef. 6:12.
2. Di balik hayat alamiah kita ada kuasa-kuasa jahat (cf.
Mat. 16:23), yang memanfaatkan, memanipulasi, dan
mengarahkan aspek-aspek hayat alamiah kita untuk
menghambat kita dari mengambil Kristus yang almuhit
dan menikmati segala kekayaan-Nya.
55
3. Sejarah memperlihatkan bahwa suku-suku penyembah
berhala di negeri itu adalah sumber dosa Israel terhadap
Allah (cf. Kel. 23:33); ini mengindikasikan bahwa hayat
alamiah kita adalah sumber dosa-dosa kita.
4. Di pandangan Allah, mereka yang hidup menurut hayat
alamiah itu terus menerus berdosa, walaupun mereka
melakukan yang baik atau yang jahat; karena hayat
alamiah menghambat kita memiliki Kristus dan
menikmati Dia, kita harus membencinya (Luk. 14:26) dan,
saat kita bertumbuh dalam Kristus, kita rela
menghalaunya.
G. Berkat-berkat di dalam Keluaran 23:25-26 secara rohani
menandakan bahwa Allah akan memberi kita roti (Firman—
Mat 4:4) untuk merawat kita dan air (Roh itu—Yoh. 7:37-39)
untuk memuaskan kita, dan akan membuat kita bertumbuh
dan berbuah, dan akan menyingkirkan penyakit kita agar
kita tidak akan menderita kematian dini (cf. 1 Kor. 11:30; 1
Yoh. 5:16) melainkan akan bertumbuh dalam hayat ilahi
sampai matang, sampai dewasa (Ef. 4:13; Kol. 1:28), agar
dapat memperoleh Kristus yang almuhit sebagai milik kita
bagi kenikmatan kita—Flp. 3:8.
H. Allah tidak akan mengerat hayat alamiah kita, yang ditandai
oleh suku-suku penyembah berhala, semuanya sekaligus,
karena ini akan membuat kita kosong secara batin dan berada
dalam bahaya diambil alih oleh roh-roh najis, yang ditandai
oleh binatang-binatang hutan—Kel. 23:29; cf. Mat. 12:43-45:
1. Allah mengerat hayat alamiah kita secara berangsurangsur, sedikit demi sedikit, menurut derajat
pertumbuhan kita dalam hayat ilahi—Kel. 23:30; cf. Kol.
2:19.
2. Semakin banyak Kristus bertambah di dalam kita,
semakin banyak Dia akan menggantikan hayat alamiah
kita.
I. “Aku akan menentukan batas daerahmu dari Laut Merah
sampai Laut Filistin dan dari padang belantara sampai
sungai Efrat, sebab Aku akan menyerahkan penduduk negeri
itu ke dalam tanganmu, sehingga engkau menghalau mereka
dari depanmu”—Kel. 23:31:
1. Laut dan sungai di dalam ayat 31 menandakan air
kematian,
dan
padang
belantara
menandakan
kegersangan.
2. Negeri yang baik itu, dataran tinggi yang penuh dengan
hayat dan kelimpahan buah (Ul. 8:7-8), dikelilingi oleh air
dan padang belantara mengindikasikan bahwa di luar
56
Kristus, realitas negeri yang baik itu, tidak ada apa-apa
selain maut dan kegersangan.
3. Membuat perjanjian dengan suku-suku penyembah
berhala menandakan berkompromi, bertoleransi dengan
hayat alamiah kita—Kel. 23:32.
4. Allah berjanji untuk menghalau suku-suku penyembah
berhala, tetapi umat Allah harus bekerja sama dengan Dia
melalui mengambil inisiatif dalam menghancurkan
mereka; semakin banyak Kristus bertambah di dalam
kita, semakin banyak kita akan mampu bekerja sama
dengan Allah dalam menghalau hayat alamiah—ay. 2933; cf. Rm. 8:13; Gal. 5:24; Kol. 3:5; Flp. 2:12-13; 1 Sam.
15:9, 15, 23 dan cat..
57
Berita Dua Belas
Visi tentang Allah di Langit yang Transparan dan Jernih
dan
Visi Surgawi mengenai Kedambaan Hati Allah untuk Memiliki
Tempat Kediaman bersama Manusia di Bumi
Pembacaan Alkitab: Kel. 24:9-11, 16-18; 25:1-9; 29:45-46; 33:11a, 18-23;
Mat. 5:8; Ayb. 42:5; Why. 22:4
I. “Lalu mereka melihat Allah Israel; kaki-Nya berjejak pada
sesuatu yang buatannya seperti lantai dari batu safir dan
yang jernih seperti surga…Dan mereka memandang
Allah”—Kel. 24:10-11:
A. Berhubungan dengan perkara melihat Allah, khususnya
melihat wajah Allah, ada masalah teologis yang tidak ada
solusinya—Yoh. 1:18; 1 Yoh. 4:12a; Why. 22:4a:
1. Di satu pihak, menurut Keluaran 33:20 dan 23b, Yehovah
berkata kepada Musa, “Engkau tidak tahan memandang
wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku
dapat hidup. … wajah-Ku tidak akan kelihatan”; di pihak
lain, ayat 11a berkata, “Dan Yehovah berbicara kepada
Musa dengan berhadapan wajah seperti seorang berbicara
kepada temannya.”
2. Sepertinya, kita dapat berbicara kepada Allah dengan
berhadapan wajah, tetapi sepertinya juga, kita tidak
dapat melihat wajah Allah; ini bukanlah perkara
kontradiksi melainkan perkara kadar atau tingkatan—
Yoh. 1:18; Why. 22:4a.
3. Kristus adalah batu karang yang terbelah, batu karang
kekal yang terbelah bagi kita; hanya di dalam Kristus
yang tersaliblah, kita dapat melihat Allah—Kel. 33:21-23;
17:6; cf. Mat. 5:8; Why. 22:4a.
B. “Berbahagialah orang yang murni hatinya, karena mereka
akan melihat Allah”—Mat. 5:8:
1. Allah itu terang; terang adalah sifat ekspresi Allah—1
Yoh. 1:5:
a. Allah Tritunggal, seperti yang diwahyukan dalam
terang injil, adalah terang—2 Kor. 4:4, 6.
b. Melihat Allah adalah melihat terang, dan melihat
terang adalah melihat Allah—1 Yoh. 1:5; Mat. 5:8;
Mzm. 36:10b.
2. Syarat untuk melihat Allah adalah memiliki hati yang
murni—Mat. 5:8; Mzm. 36:10b:
58
a. Hati yang murni hanya mendambakan Allah dan
terfokus pada Allah; ini adalah hati yang bukan untuk
yang lain di alam semesta ini selain Allah.
b. Orang-orang yang mencari Allah dengan hati yang
murni memiliki Allah sebagai satu-satunya milik
mereka dan satu-satunya kedambaan mereka di bumi
ini; Allah adalah sasaran unik mereka (73:25.
c. Murni hatinya berarti tunggal dalam tujuan, memiliki
sasaran yang tunggal untuk menggenapkan kehendak
Allah bagi kemuliaan Allah—Mat. 6:10; 7:21; 12:50;
Rm. 12:2; Ef. 5:17; Kol. 1:19; 1 Kor. 10:31.
d. Jika dalam mencari Allah, hati kita murni, hati kita
(tumpuan di mana Kristus sebagai benih hayat
bertumbuh—Mat. 13:19) tunggal, kita akan melihat
Allah.
C. “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau,
tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”—Ayb.
42:5:
1. Di dalam Perjanjian Baru, melihat Allah sama dengan
mendapatkan Allah—Mat. 5:8.
2. Mendapatkan Allah adalah menerima Allah dalam
elemen-Nya, dalam hayat-Nya, dan dalam sifat-Nya
sehingga kita bisa disusun dengan Allah—Rm. 8:11; Ef.
3:16-17a.
3. Semua umat Allah yang telah ditebus, dilahirkan kembali,
dikuduskan, diperbarui, ditransformasi, diserupakan, dan
dimuliakan akan melihat wajah Allah—Why. 22:4.
4. Melihat Allah akan mentransformasi kita, karena dengan
melihat Allah kita menerima elemen-Nya ke dalam kita,
dan elemen lama kita akan dibuang; proses metabolis ini
adalah transformasi—2 Kor. 3:18; Rm. 12:2; cf. 1 Yoh. 3:2.
5. Melihat Allah adalah ditransformasi menjadi gambar
mulia Kristus, manusia-Allah, agar kita bisa
mengekspresikan Allah dalam hayat-Nya dan mewakili
Dia dalam otoritas-Nya—Kej. 1:26; 2 Kor. 3:18; 4:4; Kol.
1:15; 3:10; Ibr. 1:3; Mat. 13:43.
D. Ketika kita sampai kepada Keluaran 24:1-2 dan 9-18, kita
berada di ambang visi surgawi yang terkandung di dalam
pasal-pasal selanjutnya; jika kita tidak sampai pada ambang
ini, kita tidak akan dapat melihat visi surgawi tentang tempat
kediaman Allah:
1. Di bawah kaki Allah, Musa dan para pemimpin Israel
melihat sesuatu yang seperti batu yang besar dan
transparan; Musa hanya dapat mengibaratkan apa yang
59
2.
3.
4.
5.
dilihatnya di bawah kaki Allah itu batu safir yang
transparan, yang jernih seperti surga.
Di dalam persekutuan kita dengan Tuhan, kita bisa
memiliki langit yang jernih dan melihat batu safir di
bawah Dia—visi Allah di langit yang transparan dan
jernih.
Hanya bila kita berada di dalam atmosfer yang demikian
jernihlah, kita dapat menerima visi surgawi tentang
bangunan tempat kediaman Allah—ay. 9-11:
a. Dalam persekutuan kita dengan Tuhan, langit kita
akan menjadi jernih dan transparan, dan sepertinya di
depan mata kita ada sesuatu yang mirip wujud surga
karena kejernihannya—ay. 10.
b. Di dalam lingkungan yang demikian, kita akan
melihat Allah dan visi surgawi mengenai kedambaan
hati-Nya untuk memiliki tempat kediaman bersama
manusia di bumi—25:8; 29:45-46.
Musa sebenarnya adalah satu-satunya orang yang
menerima visi secara langsung tentang tabernakel; Musa
berada di puncak gunung, diam bersama Allah di bawah
kemuliaan-Nya dan menerima visi tentang tempat
kediaman-Nya—25:8; 24:15-18.
Perlu waktu empat puluh hari dan empat puluh malam
bagi Musa untuk melihat wahyu tempat kediaman Allah
(ay. 18); ini mengindikasikan bahwa menerima wahyu
dari Allah itu memerlukan waktu yang panjang, yang
adalah ujian atau tes bagi kita.
II. “Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku,
supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka”—25:8; cf.
29:45-46:
A. Kitab Keluaran mewahyukan bahwa sasaran keselamatan
Allah adalah bangunan tempat kediaman Allah di bumi—
25:8-9; 29:45-46; 40:1-2, 34-38:
1. Di atas gunung Allah, melalui Musa, umat Allah melihat
wahyu tentang kedambaan hati Allah—untuk memiliki
tempat kediaman di bumi—25:8-9; Mat. 16:18; 1 Kor. 3:9b;
Ef. 2:21-22; 4:16.
2. Tabernakel fisik itu sebagai tempat kediaman Allah
sebenarnya adalah simbol suatu umat korporat, yaitu
bangsa Israel sebagai rumah Allah—Kel. 25:8-9; Ibr. 3:6.
B. Di dalam Alkitab, kata tabernakel digunakan dengan tiga
cara:
1. Ini mengacu pada tabernakel yang dibangun di kaki
Gunung Sinai.
60
2. Ini menunjukkan Tuhan Yesus sebagai tabernakel Allah
bersama manusia; tabernakel di dalam Keluaran adalah
lambang Kristus sebagai tabernakel Allah—Yoh. 1:14.
3. Ini mengacu pada Yerusalem Baru—tabernakel Allah
yang ultima, rampung, dan diperbesar—yang mencakup
umat tebusan Allah Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru—Why. 21:2-3.
C. “Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka memungut
bagi-Ku kurban unjukan; dari setiap orang yang terdorong
hatinya, haruslah kamu pungut kurban unjukan kepada-Ku
itu”—Kel. 25:2, Tl.:
1. Kurban
unjukan
melambangkan
Kristus
yang
ditinggikan, Kristus yang telah ditinggikan di dalam
kenaikan-Nya—Kis. 1:9.
2. Fakta bahwa bahan-bahan bagi bangunan tabernakel
dipersembahkan kepada Allah oleh umat-Nya sebagai
kurban unjukan menandakan bahwa gereja dibangun
bukan dengan bahan-bahan alamiah melainkan dengan
Kristus yang telah didapatkan, dimiliki, dialami, dan
dinikmati oleh umat Allah di dalam kebangkitan dan di
alam surgawi—Flp. 3:7-14; Ef. 3:8; 2:5-6; cf. 1 Kor. 3:12.
3. Semua bahan untuk bangunan tabernakel menandakan
kebajikan-kebajikan persona dan pekerjaan Kristus—Kel.
25:3-7:
a. Dua belas jenis bahan digunakan, dalam tiga kategori
(ay. 3-7): mineral, yang menandakan hayat Kristus
yang membangun (1 Kor. 3:9-12); tanaman, yang
menandakan hayat Kristus yang menghidupkan (Yoh.
12:24); dan binatang, yang menandakan hayat Kristus
yang menebus (1:29).
b. Hayat yang menebus adalah bagi hayat yang
menghidupkan, dan hayat yang menghidupkan adalah
bagi hayat yang membangun.
c. Mineral
disebut
sebagai
kategori
pertama
mengindikasikan bahwa apa adanya Kristus dan apa
yang telah Dia lakukan dan yang sedang Dia lakukan,
semuanya adalah bagi bangunan Allah—Mat. 16:18.
d. Di dalam Yerusalem Baru, perampungan ultima
bangunan Allah, hanya ada mineral-mineral—emas,
mutiara, dan batu-batu berharga; namun, agar dapat
mencapai sasaran Allah, hayat yang menebus dan
hayat yang menghidupkan itu diperlukan—Why.
21:18-21; Yoh. 1:29; 12:24.
61
D. “Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu sebagai
contoh tabernakel dan sebagai contoh segala perabotannya,
demikianlah harus kamu membuatnya”—Kel. 25:9:
1. Dalam membangun gereja, Allah bekerja menurut
rencana yang telah ditulis dan diwahyukan—Ibr. 8:5; Mat.
16:18; Ef. 2:20:
a. Hal yang paling penting dalam pekerjaan rohani kita
adalah pengenalan tentang contoh yang ditunjukkan
di atas gunung—Kel. 25:9; Ibr. 8:5.
b. Contoh yang ditunjukkan di atas gunung adalah
rencana itu; jika kita tidak memahami rencana Allah,
mustahil bagi kita untuk melakukan pekerjaan
Allah—Ef. 3:4.
2. Contoh tabernakel dan semua perabotannya adalah
lambang yang penuh tentang Kristus yang individu dan
Kristus yang korporat sebagai Tubuh, gereja, termasuk
banyak rincian tentang pengalaman akan Kristus bagi
kehidupan gereja dan gambaran yang penuh tentang
kehidupan gereja dengan semua rinciannya—Ibr. 9:4.
62
Download