Garis-garis Besar Pengkajian Kristalisasi Keluaran (2) Living Stream Ministry 2431 W. La Palma Ave., Anaheim, CA 92801 U.S.A. P. O. Box 2121, Anaheim, CA 92814 U.S.A. © 2015 Living Stream Ministry All rights reserved. No part of this work may be reproduced or transmitted in any form or by any means—graphic, electronic, or mechanical, including photocopying, recording, or information storage and retrieval systems—without written permission from the publisher. First Edition, June 2015 Translation from English Original title: Crystallization-study Outlines of Exodus (2) (Indonesian Translation) Printed in Indonesia Berita Satu Hukum Taurat—Kesaksian Allah yang Mewahyukan Diri-Nya kepada Umat-Nya dan Firman Hidup Allah untuk Menginfuskan Substansi-Nya ke dalam Para pencari yang Mengasihi-Nya Pembacaan Alkitab: Kel. 20:1-17; 34:28; Mzm. 19:8; Rm. 7:14; 2 Kor. 3:6; 2 Tim. 3:16; Yoh. 5:39-40 I. Hukum Taurat sebagai kesaksian Allah, ekspresi Allah, adalah wahyu tentang siapa Allah itu terhadap umatNya—Kel. 16:34; 31:18; 32:15; 40:20; 25:21-22; 38:21; 20:1-17; Mzm. 19:8; Kej. 1:26: A. Suatu hukum selalu menyingkapkan jenis orang yang membuat hukum itu. B. Allah menganggap Sepuluh Perintah, sepuluh hukum Taurat, sebagai “sepuluh perkataan” (Ul. 4:13; Kel. 34:28; 20:1)— mengindikasikan bahwa hukum Taurat menyingkapkan diri Allah sendiri, karena perkataan-perkataan yang diucapkan seseorang itu menyingkapkan orang tersebut: 1. Allah itu cemburu—ay. 4-6; cf. 2 Kor. 11:2. 2. Allah itu kudus—Kel. 20:7-11. 3. Allah itu mengasihi—ay. 12-15, 6; cf. Rm. 13:8-10; Gal. 5:14. 4. Allah itu adilbenar—Kel. 20:5. 5. Allah itu benar—ay. 16; cf. 1 Yoh. 1:5-6. 6. Allah itu murni—Kel. 20:2-3, 17; cf. Mzm. 119:140. C. Sebagai perkataan Allah dan kesaksian, serta ekspresi, Allah, hukum Taurat adalah lambang Kristus sebagai Firman Allah dan kesaksian Allah, ekspresi Allah; Kristus menggambarkan dan mengekspresikan Allah secara penuh dan memadai— Yoh. 1:1, 18; Why. 19:13; 1:5; Kol. 1:15. D. Kristus adalah realitas hukum Taurat sebagai kesaksian Allah; kesaksian Allah menandakan Kristus, perwujudan Allah (2:9), sebagai gambar hidup apa adanya Allah: 1. Sebagaimana hukum Taurat adalah sepuluh perkataan Allah yang mewahyukan Allah kepada umat-Nya, demikian juga Kristus adalah Firman Allah yang mewahyukan Allah kepada kita—Yoh. 1:1, 14. 2. Kita tidak seharusnya berusaha untuk memelihara hukum Taurat dari luar sebaliknya kita harus membiarkan Kristus memperhidupkan diri-Nya sendiri dari dalam sehingga kita bisa menjadi kesaksian Allah, perluasan dan perbesaran dari ekspresi Allah—Rm. 8:4. 3 E. Realitas memelihara hukum Taurat adalah memperhidupkan Allah dan mengekspresikan Allah; penghidupan yang demikian, penghidupan di dalam ekonomi kekal Allah, adalah penghidupan manusia-Allah, yaitu kehidupan yang terus menerus menyangkal ego dan disalibkan untuk memperhidupkan Kristus, yang adalah kesaksian Allah, oleh suplai limpah lengkap dari Roh Yesus Kristus bagi ekspresi Allah yang diperbesar dan diperluas—Mat. 16:24; Gal. 2:20; Flp. 1:19-21a; Rm. 8:4. II. Ada dua aspek hukum Taurat—aspek huruf dan aspek Roh; “hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh memberi hayat”—2 Kor. 3:6; cf. Mzm. 119:50: A. Jika sikap kita sewaktu datang kepada hukum Taurat hanyalah untuk memperhatikan perintah-perintah hurufiah, kita akan memiliki hukum Taurat dalam aspek huruf yang mematikan: 1. Apakah dalam pengalaman kita, hukum Taurat itu positif atau negatif itu tergantung pada kondisi hati kita dalam menerima hukum Taurat—cf. Kel. 19:8-9; 20:18-19. 2. Jika sewaktu datang kepada hukum Taurat, kita tidak mencari Allah di dalam kasih melainkan memisahkan hukum Taurat dari Allah yang hidup sebagai sumber hayat (cf. Yoh. 5:39-40), maka hukum Taurat, yang awalnya dimaksudkan untuk menghasilkan hayat namun tidak dapat memberikan hayat dari dirinya sendiri itu (Gal. 3:21), akan menjadi elemen yang menghakimi dan membunuh bagi kita. B. Namun, jika kita mengambil setiap bagian dari hukum Taurat—semua perintah, peraturan, undang-undang, ajaran, dan keputusannya—sebagai firman yang dihembuskan oleh Allah yang kita kasihi (2 Tim. 3:16), maka kita akan memiliki hukum Taurat dalam aspek Roh pemberi-hayat: 1. Jika kita mengasihi Allah, merendahkan diri kita sendiri, dan menganggap hukum Taurat sebagai firman hidupNya yang melaluinya kita mengontaki Dia dan tinggal di dalam-Nya, maka hukum Taurat akan menjadi saluran yang melaluinya hayat dan substansi ilahi disampaikan kepada kita bagi suplai dan perawatan kita. 2. Melalui diinfus dengan substansi Allah melalui hukum Taurat sebagai firman Allah, kita menjadi satu dengan Allah dalam hayat, sifat, dan ekspresi dan secara spontan menempuh kehidupan yang mengekspresikan Allah dan sesuai dengan hukum-Nya—Rm. 8:4; Flp. 1:21a; Yoh. 6:57, 63. 4 III. Fungsi hukum Taurat memiliki dua aspek: A. Di sisi negatif, hukum Taurat menyingkapkan dosa manusia (Rm. 3:20; 5:20; 7:7-8) dan menundukkan orang-orang dosa di hadapan Allah (3:19); hukum Taurat juga menjaga umat pilihan Allah dalam penjagaannya sehingga mereka bisa dipimpin kepada Kristus—Gal. 3:23-24. B. Di sisi positif, sebagai kesaksian hidup Allah, hukum Taurat berfungsi untuk meministrikan Allah yang hidup kepada para pencari-Nya (Mzm. 119:2, 88), dan sebagai firman hidup Allah, hukum Taurat berfungsi untuk menyalurkan diri Allah sebagai hayat dan terang ke dalam orang-orang yang mengasihi hukum Taurat itu—ay. 25, 116, 130. IV. Hukum Taurat adalah firman hidup Allah untuk menginfuskan substansi-Nya ke dalam para pencari yang mengasihi-Nya untuk membuat mereka menjadi kesaksian-Nya bagi penggenapan ekonomi kekal-Nya: A. Hukum Taurat itu rohani, sama dalam esens, sifat, dan substansinya seperti Allah, yang adalah Roh—Rm. 7:14; Yoh. 4:24. B. Hukum Taurat sebagai sepuluh perkataan Allah adalah nafas-Nya untuk menyampaikan elemen-Nya ke dalam orangorang yang menerima perkataan-perkataan-Nya—2 Tim. 3:16: 1. Kristus sendiri adalah hukum hidup dan riil Allah, Firman Allah, nafas Allah, ekspresi Allah. 2. Melalui mendoabacakan Firman, kita menghirup elemen Allah ke dalam kita, diinfus dengan apa adanya Allah, menyebabkan kita memperhidupkan Kristus dan menjadi ekspresi hidup Allah, hukum hidup-Nya, foto hidup Allah—Ef. 6:17-18. V. Fungsi yang paling tinggi dan paling intrinsik dari hukum Taurat sebagai firman Allah adalah membagikan substansi Allah ke dalam kita untuk membuat kita menjadi satu dengan Allah, menjadi sama seperti Allah dalam hayat, sifat, dan ekspresi tetapi tidak dalam Keallahan: A. Ketika Musa menerima hukum Taurat dari Allah, dia diinfus dengan elemen Allah yang menyebabkan dia berpendar dengan Allah—Kel. 34:32-35. B. Bila kita diinfus dengan substansi Allah melalui firman-Nya, maka kita menjadi apa adanya Dia, dan atribut-atribut ilahiNya terekspresi di dalam kebajikan-kebajikan insani kita. C. Kita memelihara tuntutan-tuntutan hukum Taurat bukan oleh usaha kita sendiri tetapi dengan apa yang telah 5 diinfuskan ke dalam kita dari Tuhan melalui kontak kita dengan Dia; begitu kita sepenuhnya diinfus dengan substansi Allah, Dia sendiri, sang Pemberi hukum itu, dari dalam kita akan memelihara hukum-Nya sendiri. VI. Ada dua jenis orang yang berhubungan dengan hukum Taurat—para pencari yang mengasihi Allah dan para pemelihara hukum Taurat secara hurufiah—cf. Kej. 2:9; 2 Kor. 3:6, 15-16: A. Para pemazmur adalah para pencari yang mengasihi Allah, mengasihi hukum Taurat sebagai kesaksian Allah dan sebagai firman hidup-Nya: 1. Mereka mengasihi Allah—Mzm. 18:1; 73:25; 116:1. 2. Mereka mencari Allah—42:2-3; 43:4; 119:2, 10. 3. Mereka tinggal bersama Allah—27:4; 84:2-8; 90:1. 4. Mereka memandang kecantikan Allah—27:4. 5. Mereka diinfus dengan segala kekayaan Allah—52:9; 92:14-15, 11. 6. Mereka menikmati segala kekayaan hayat—36:9-10. 7. Mereka disuplai dengan Allah untuk memelihara firmanNya—119:57. 8. Mereka memustikakan hukum Allah—ay. 14, 72, 127. 9. Mereka mengecap kemanisan hukum Taurat—ay. 103. 10. Mereka berharap dalam firman Allah dan merenungkannya—ay. 147-148. B. Simeon dan Hana juga ada di antara orang-orang yang dengan penuh kasih mencari Allah: 1. Saat Simeon dan Hana menantikan Kristus, Roh Kudus menaungi mereka—Luk. 2:25. 2. Mereka juga memiliki wahyu dari Roh Kudus dan berjalan oleh Roh—ay. 26-27. 3. Sambil tinggal di dalam bait, mereka melayani Allah dengan berpuasa dan berdoa; jadi, mereka menikmati Allah dan menerima infusan-Nya—ay. 37. 4. Karena mereka telah diinfus dengan substansi Allah, mereka dapat menempuh kehidupan yang sesuai dengan hukum Taurat sebagai ekspresi Allah. C. Orang-orang Yahudi, para pemelihara hukum Taurat secara hurufiah yang kaku dan doktrinal, tidak punya hati untuk Allah melainkan hati untuk huruf yang mematikan dari hukum Taurat, mencari hukum Taurat di luar Allah—Mat. 15:8; Gal. 6:12-13. D. Sebelum diselamatkan, Saulus dari Tarsus bergairah bagi hukum Taurat (Flp. 3:15-16); sebagai seorang agamawan 6 Yahudi, dia bahkan menghujat Allah dan menganiaya manusia—1 Tim. 1:13. VII. Melalui diinfus dengan substansi Allah melalui firman hidup-Nya, kita menjadi penyembah-penyembah Allah yang sejati, yaitu orang-orang yang menurut apa adanya Allah, yang sesuai dengan apa adanya Allah, dan yang merefleksikan apa adanya Allah bagi kemuliaan-Nya— Yoh. 4:24; 5:39-40; 2 Kor. 3:18: A. Penyembah Allah yang sejati adalah orang yang diinfus dengan Allah dan memperhidupkan Allah, yang karenanya menjadi orang yang menurut apa adanya Allah dan sesuai dengan apa adanya Dia; penghidupan orang yang demikian itu sesuai dengan penghidupan Allah dan merefleksikan apa adanya Dia—ini adalah kesaksian yang hidup dari Yesus. B. Hukum Taurat sebagai perkataan Allah adalah nafas Allah agar kita menghirup Allah sehingga kita bisa memiliki kekuatan hayat untuk memperhidupkan hukum Taurat, yang sesuai dengan sifat dan ekspresi Allah—2 Tim. 3:16; Ef. 6:1718; Rm. 8:4. VIII. Profesi tertinggi di bumi adalah menggunakan waktu untuk diinfus dengan Allah sehingga kita dapat memendarkan Allah dan memancarkan Allah; ini menggenapkan ekonomi kekal Allah untuk menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam manusia sehingga Dia bisa memiliki kesaksian-Nya, ekspresi-Nya yang diperbesar dan diperluas—2 Kor. 3:15-18. 7 Berita Dua Hukum Taurat—Perjanjian Pertunangan antara Allah dan Umat-Nya Pembacaan Alkitab: Kel. 20:1-12; 34:27-29; Yes. 54:5; Yer. 2:2; 31:3, 32; Yeh. 16:8; Hos. 2:18-19 I. Subyek seluruh Alkitab, isi ekonomi Allah, dan rahasia seluruh alam semesta adalah roman ilahi antara Allah dengan umat pilihan dan tebusan-Nya: A. Seluruh Alkitab adalah roman ilahi, catatan tentang bagaimana Allah merayu umat pilihan-Nya dan pada akhirnya menikahi mereka—Kej. 2:21-24; Kid. 1:2-4; Yes. 54:5; 62:5-7; Yer. 2:2; 3:1, 14; 31:3, 32; Yeh. 16:8; 23:5; Hos. 2:6, 18-19; Mat. 9:15; Yoh. 3:29; 2 Kor. 11:2; Ef. 5:25-32; Why. 19:79; 21:2, 9-10; 22:17. B. Allah adalah Allah yang merayu, dan seluruh Alkitab adalah perkataan rayuan Allah; karena Dia telah merayu kita, maka kita berada di dalam kehidupan gereja hari ini; jika kita ingin mempertahankan perkataan rayuan Allah, maka kita perlu ada kasih yang merespon dan mesra terhadap Dia—Yoh. 21:15-17; 2 Kor. 5:14-15; Yoh. 14:21, 23; Kid. 1:1-4; 6:13; 2 Kor. 11:2. C. Bila kita sebagai umat Allah masuk ke dalam hubungan kasih dengan Allah, kita menerima hayat-Nya, sama seperti Hawa menerima hayat Adam; hayat inilah yang memungkinkan kita menjadi satu dengan Allah dan membuat Dia menjadi satu dengan kita—Kej. 2:21-22. D. Kita memelihara hukum Taurat bukan melalui memakai pikiran dan tekad kita (cf. Rm. 7:18-25) melainkan melalui mengasihi Tuhan sebagai Suami kita dan karenanya berbagian dalam hayat dan sifat-Nya untuk menjadi satu dengan Dia sebagai perbesaran dan ekspresi-Nya. II. Maksud Allah dalam memberikan hukum Taurat-Nya kepada umat pilihan-Nya adalah agar mereka menjadi pengasih-pengasih-Nya—Kel. 20:6; Ul. 6:5; Mat. 22:35-38; Mrk. 12:28-30: A. Dalam membawa umat-Nya keluar dari Mesir dan memberikan hukum Taurat-Nya kepada mereka, Allah sedang merayu mereka, membujuk mereka, dan berusaha memenangkan kasih mereka. B. Yeremia 2:2; 31:32; dan Yehezkiel 16:8 mengindikasikan bahwa perjanjian yang ditetapkan di gunung Allah melalui pemberian hukum Taurat (Kel. 24:7-8; 34:27-28) adalah 8 perjanjian pertunangan, dimana Allah mempertunangkan bani Israel kepada diri-Nya sendiri—cf. 2 Kor. 11:2: 1. "Pergilah memberitahukan kepada penduduk Yerusalem dengan mengatakan: Beginilah firman TUHAN: Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya”—Yer. 2:2. 2. “Bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku adalah Suami mereka, demikianlah firman TUHAN”— 31:32. 3. “Maka Aku lalu dari situ dan Aku melihat engkau, sungguh, engkau sudah sampai pada masa cinta. Aku menghamparkan kain-Ku kepadamu dan menutupi ketelanjanganmu. Dengan sumpah Aku mengadakan perjanjian dengan engkau, demikianlah firman Tuhan Yehovah, dan engkau menjadi milik-Ku”—Yeh. 16:8. C. Yehezkiel 16:8 dan Yeremia 31:32 memakai kata perjanjian, kata yang mengacu pada hukum Taurat yang diberikan di dalam Keluaran 20; ketika Allah memberikan hukum Taurat, Dia mempertunangkan Israel kepada diri-Nya, dan Israel menjadi tunangan-Nya; inilah yang dimaksud Yeremia 2:2 ketika mengatakan, “Cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin.” D. Sasaran Allah dalam memberikan hukum Taurat adalah untuk membuat umat pilihan-Nya menjadi satu dengan Dia sebagaimana seorang istri menjadi satu dengan suaminya; maka hukum Taurat akan menyalurkan substansi Allah ke dalam mereka, membawa mereka masuk ke dalam Allah, dan mengesakan mereka dengan Allah dalam hayat dan sifat. III. Dalam memberikan hukum Taurat-Nya kepada umat-Nya, Allah sedang mencari pengasih-pengasih, dan pemberian hukum Taurat adalah suatu transaksi di mana umat Allah dipertunangkan kepada-Nya: A. Hukum Taurat adalah perjanjian pertunangan antara Allah dan umat-Nya: 1. Allah mengasihi umat-Nya dengan kasih yang kekal— 31:3; Gal. 6:16; 1 Tes. 1:4; Ef. 1:4. 2. Di dalam sembilan belas pasal pertama Kitab Keluaran, Allah sedang merayu, bahkan “mengencani,” umat-Nya, seperti yang diindikasikan di dalam Yeremia 2:2. 9 3. Melalui hukum Taurat sebagai surat pertunangan, Allah secara resmi mempertunangkan bangsa Israel kepada diri-Nya di dalam Keluaran 20 di gunung Allah—Yeh. 16:8; Yer. 31:32. B. Pertunangan Israel terjadi di gunung Allah di dalam Keluaran 20, dan hukum Taurat adalah surat resmi yang menetapkan ketentuan-ketentuan pertunangan ini; Sepuluh Perintah itu, terutama lima perintah pertama, memberikan syarat-syarat pertunangan antara Allah dan umat-Nya. C. Lima perintah yang pertama diberikan di dalam atmosfir yang intim, dengan sebutan Yehovah Allahmu diucapkan secara intim berulang kali sewaktu Allah dengan penuh kasih merayu umat-Nya: 1. Di dalam perintah yang pertama, Tuhan memberi tahu umat-Nya bahwa mereka tidak boleh memiliki kekasih lain selain Dia; Dia haruslah menjadi Kekasih mereka satu-satunya—ay. 1-3. 2. Di dalam perintah yang kedua, Tuhan tidak ingin umatNya membuat bagi mereka patung, berhala, dari apapun juga dan sebagai Suami yang cemburu, Dia ingin umatNya melayani Dia dan hanya Dia saja, dan memberi tahu mereka bahwa jika mereka mau mengasihi Dia, Dia akan menunjukkan kasih setia kepada keturunan mereka sampai beribu-ribu generasi, suatu jangka waktu yang akan sampai kepada kekekalan—ay. 4-6. 3. Di dalam perintah yang ketiga Tuhan, sebagai Kekasih mereka, tidak ingin umat-Nya memakai nama-Nya secara tidak tepat, melainkan Dia ingin mereka menghormati nama-Nya dan memakainya dengan penuh kasih—ay. 7. 4. Di dalam perintah yang keempat Tuhan mengharuskan umat-Nya memelihara Sabat sebagai tanda bahwa mereka adalah milik-Nya sendiri dan bahwa mereka itu mutlak bagi Dia—ay. 8-11: a. Sama seperti seorang perempuan memakai cincin sebagai tanda pertunangannya, demikian juga memelihara hari Sabat adalah tanda bahwa umat Allah telah dipertunangkan kepada-Nya. b. Sabat disebutkan dalam hubungannya dengan pekerjaan pembangunan tempat tinggal Allah, menandakan bahwa saat umat Allah bekerja bersama Dia dan bagi Dia, mereka harus belajar untuk beristirahat bersama Dia melalui menikmati Dia dan diisi dengan-Nya—31:12-17: 10 1) Memelihara hari Sabat adalah suatu tanda (ay. 17) bahwa umat Allah bekerja bagi Allah bukan oleh kekuatan mereka sendiri melainkan melalui menikmati Dia dan bersatu dengan Dia. 2) Ini juga adalah perjanjian yang kekal (ay. 16) yang menjamin Allah bahwa kita akan menjadi satu dengan Dia melalui pertama-tama menikmati Dia dan kemudian bekerja bersama Dia, bagi Dia, dan dalam keesaan dengan-Nya. 3) Allah bekerja terlebih dahulu dan kemudian beristirahat; manusia beristirahat terlebih dahulu dan kemudian bekerja—Kej. 2:2. 4) Penyebutan Sabat di dalam Keluaran 31 juga mengindikasikan bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan tabernakel dan perabotannya memimpin kita kepada Sabat Allah, dengan perhentian dan penyegarannya di dalam kenikmatan akan apa yang telah Allah rencanakan dan lakukan. 5. Di dalam perintah yang kelima, Tuhan ingin umat-Nya mengingat Dia sebagai sumber mereka—20:12. D. Fungsi tertinggi hukum Taurat sebagai surat pertunangan, perjanjian pertunangan, adalah membawa umat pilihan Allah ke dalam keesaan dengan Dia, seperti seorang istri yang dibawa ke dalam keesaan dengan suaminya (cf. Kej. 2:24; Why. 22:17), dan membuat mereka menjadi ekspresi-Nya yang diperbesar dan diperluas, kesaksian-Nya—Kel. 25:2122; 38:21. E. Agar Allah dan umat-Nya menjadi satu, harus ada saling kasih di antara mereka—Yoh. 14:21, 23: 1. Kasih antara Allah dan umat-Nya yang disingkapkan di dalam Alkitab terutama seperti kasih yang mesra antara seorang laki-laki dan seorang perempuan—Yer. 2:2; 31:3. 2. Saat umat Allah mengasihi Allah dan menggunakan waktu untuk bersekutu dengan Dia di dalam firman-Nya, Allah menginfus mereka dengan elemen ilahi-Nya, membuat mereka menjadi satu dengan Dia sebagai pasangan-Nya, sama dengan Dia dalam hayat, sifat, dan ekspresi. IV. Karena hukum Taurat diberikan sebagai kontrak pertunangan dan seluruh Alkitab adalah perkataan rayuan Allah, kita tidak seharusnya berusaha untuk memelihara hukum Taurat terpisah dari mengasihi Tuhan 11 dan firman-Nya serta menjadi satu dengan-Nya—Yoh. 21:15-17; 2 Kor. 5:14-15; Yoh. 14:21, 23: A. Kebenaran tentang Allah datang ke dalam kita untuk melakukan segala sesuatu bagi kita dan di dalam kita adalah konsep sentral di dalam Alkitab mengenai pemberian perintah-perintah itu—Rm. 3:19-20; Gal. 3:23-24; Kel. 19:4, 6; Yes. 40:31; Mat. 5:48; Flp. 2:12-13; Rm. 8:4. B. Asalkan kita mengasihi Tuhan dan firman-Nya dan asalkan kita tinggal bersama Dia untuk diinfus dengan Dia, Dia di dalam kita akan melakukan apa yang tidak dapat kita lakukan sendiri: 1. Agar dapat mempraktekkan visi ekonomi kekal Allah, puncak tertinggi wahyu ilahi, kita perlu menggunakan waktu untuk diinfus dengan Tuhan sebagai Suami kita, menjadi semakin mirip Dia untuk menjadi ekspresi-Nya— Kid. 1:1-4. 2. Kasih kita kepada Tuhan haruslah seperti yang diekspresikan di dalam Kidung Agung, di mana kita memiliki gambaran yang indah dan menyentuh dari kasih yang dalam, lembut, dan intim antara sang kekasih (Tuhan) dan yang dikasihinya (pencari yang mengasihiNya)—1:1 dan cat. 1; 3:11 dan cat. 1 sampai 3; 6:13 dan cat. 1. 3. Kita memelihara hukum Taurat Allah melalui mengasihi Dia sebagai Suami kita—Mat. 22:37-40; 1 Kor. 2:9; 16:22; cf. Ul. 11:29; 27:12-13: a. Bagian dari rahasia memperhidupkan Kristus adalah berulang kali memberitahu Tuhan bahwa kita mengasihi Dia; kapan saja kita memberi tahu Tuhan bahwa kita mengasihi Dia, Dia menyuplai kita dengan hayat-Nya, dan hayat ini memungkinkan kita menjadi satu dengan Allah dan membuat Dia bersatu dengan kita. b. Maka apa yang kita perhidupkan akan menurut hukum Taurat sebagai gambaran, definisi, dan ekspresi-Nya. 4. Karena kita mengasihi Allah, maka kita juga mengasihi firman hidup-Nya, yang menginfuskan substansi-Nya ke dalam kita untuk membuat kita berpendar dengan Dia— Yer. 15:16: a. Ketika Musa berada di puncak Gunung Horeb (Gunung Sinai), dia tidak bergumul atau bekerja untuk memenuhi tuntutan-tuntutan hukum Taurat; melainkan, dia diinfus dengan Allah melalui Allah 12 berbicara dengannya, dan wajahnya yang berpendar hanyalah refleksi dari apa adanya Allah—Kel. 34:2829; cf. 2 Kor. 3:18—4:6. b. Allah tidak menginginkan umat yang berusaha untuk memelihara hukum Taurat; Dia menginginkan umat yang berpendar untuk mengekspresikan Dia bagi kemuliaan-Nya—Hak. 5:31; Mat. 13:43. c. Saat kita diinfus dengan Tuhan, kita akan secara spontan bersinar untuk menjadi foto hidup-Nya, kesaksian-Nya; kita tidak akan bekerja atau berusaha melainkan hanya berpendar. d. Kapan saja kita mengontak Tuhan secara langsung dan intim, menjadi satu dengan Dia, firman-Nya menyuplai kita dengan hayat untuk membuat kita bertumbuh, menjadi ekspresi-Nya, dan secara spontan hidup dengan cara yang sesuai dengan apa adanya Dia—Yoh. 5:39-40; 6:57. C. Orang-orang yang memelihara hukum Taurat melalui mengasihi Allah dan firman-Nya untuk menjadi satu denganNya memiliki penghidupan manusia-Allah untuk mengemban gambar Allah, menjadi foto Allah dan duplikat Allah. 13 Berita Tiga Firman Allah adalah Alam Terang di dalam Pengalaman Para pencari yang Mengasihi Allah Pembacaan Alkitab: 1 Yoh. 1:5-7; Yes. 50:10-11; Mzm. 36:10; 119:130, 105; 19:9b I. Fungsi Firman adalah fungsi, atau operasi diri Allah sendiri—1 Tes. 2:13; Flp. 2:13. II. Terang ilahi adalah sifat ekspresi Allah; ini adalah sumber kebenaran ilahi—1 Yoh. 1:5-6: A. Terang adalah penyinaran Allah, ekspresi Allah; bila Allah terekspresi, sifat ekspresi itu adalah terang—ay. 5: 1. Berjalandi dalam terang ilahi adalah hidup, bergerak, bertindak, dan memiliki diri kita berada di dalam terang ilahi, yang adalah diri Allah sendiri—ay. 7. 2. Penyinaran terang ilahi membuat hal-hal yang lama menjadi baru—2:7-8. 3. Jika kita berada di bawah penyaluran Allah, kita akan berpartisipasi dalam sifat Allah sebagai terang dan disusun dengan elemen sifat-Nya ini—1:5; 2 Kor. 4:6. B. Terang ilahi adalah sumber dari kebenaran ilahi—Yoh. 1:5, 9; 18:37: 1. Bila terang ilahi bersinar ke atas kita, terang itu menjadi kebenaran, yang adalah realitas ilahi—8:12, 32. 2. Bila terang ilahi ini bersinar, maka hal-hal ilahi itu menjadi riil bagi kita. 3. Karena terang adalah sumber kebenaran, dan kebenaran adalah hasil dari terang, maka ketika kita berjalan di dalam terang, kita mempraktekkan kebenaran—1 Yoh. 1:6-7. III. Kapan saja kita tidak memiliki terang, kita harus bersandar dalam nama Yehovah dan tidak menyalakan api lalu berjalan ke dalam terang api ini—Yes. 50:10-11: A. Terang datang hanya dari Allah, bukan dari manusia—ay. 10. B. Kegelapan rohani tidak dapat disingkirkan oleh api insani, yang tidak pernah mendatangkan terang rohani yang asli; api kita sendiri tidak dapat menjadi sumber terang rohani—ay. 11: 1. Seorang Kristen tidak dapat maju dalam perjalanan rohani oleh apinya sendiri; dia harus bersandar dalam nama Yehovah dan bergantung pada Allahnya. 2. Terang rohani bukan berasal dari perasaan atau pemikiran kita sendiri. 14 3. Semakin banyak seseorang mencari terang ke dalam batinnya, semakin dia tidak akan menemukan terang, karena terang tidak ada di sana. C. Kita tidak boleh mengganti terang Allah dengan terang kita sendiri; sebaliknya, kita harus senantiasa menerima terang dari Allah—1 Yoh. 1:5; Yoh. 8:12. IV. Di dalam terang Allah kita melihat terang—Mzm. 36:10: A. Melalui terang Allah kita melihat terang dan kondisi yang sebenarnya dari setiap hal: 1. Terang yang pertama di dalam Mazmur 36:10 adalah terang yang menerangi, dan terang yang kedua menunjukkan sifat yang sebenarnya dari setiap hal. 2. Kita melihat sifat yang sebenarnya dari semua hal hanya bila kita berada di dalam terang Allah—1 Yoh. 1:5-7: a. Kita harus hidup di dalam terang Allah sebelum kita dapat menjadi orang yang melihat. b. Hanya orang-orang yang hidup di dalam terang Allah lah yang akan melihat terang dan sifat yang sebenarnya dari setiap hal. c. Jika seseorang berada di bawah terang Allah, dia dapat membedakan sifat intrinsik dari setiap hal. B. Bila kita berada di dalam terang Allah, kita melihat apa yang Allah lihat; ini adalah melihat terang di dalam terang Allah— Mzm. 36:10. V. Allah itu terang (1 Yoh. 1:5), dan terang ini terkonsolidasi dalam Firman; karena itu, Firman Allah adalah perwujudan Allah sebagai terang ilahi: A. Firman adalah konsolidasi terang ilahi, jadi kapan saja kita datang kepada Firman, maka kita harus merasakan bahwa kita berada di dalam atmosfir terang—Mzm. 36:10. B. Jika kita datang kepada Firman dengan sikap yang tepat, maka kita akan berada di dalam terang dan di bawah terang dan bukan hanya menerima terang—1 Yoh. 1:7. VI. Dalam pengalaman para pencari yang mengasihi Allah, Firman Allah adalah alam terang—Mzm. 36:10: A. Karena Firman adalah alam terang, penyingkapan firman Allah itu memberikan terang—119:130. B. Di dalam Firman sebagai alam terang, firman Allah adalah pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita—ay. 105. C. Di dalam Firman sebagai alam terang, Firman itu menerangi mata kita—19:9b. 15 D. Di dalam Firman sebagai alam terang, firman nubuat adalah pelita yang bersinar di tempat yang gelap, hingga fajar menyingsing dan bintang pagi terbit di dalam hati kita—2 Ptr. 1:19. E. Di dalam Firman sebagai alam terang, kita disusun dengan kebenaran sebagai penyinaran terang—Yoh. 8:12, 32. F. Di dalam Firman sebagai alam terang, kita berjalan di dalam terang sebagaimana Allah ada di dalam terang, dan kita memiliki persekutuan satu sama lain—1 Yoh. 1:7, 5. G. Di dalam Firman sebagai alam terang, kita menjadi terang di dalam Tuhan—Ef. 5:8a; Yoh. 8:12; Mat. 5:14a. H. Di dalam Firman sebagai alam terang, kita berjalan sebagai anak-anak terang dan memiliki buah terang dalam kebaikan, keadilbenaran, dan kebenaran—Ef. 5:8b-9: 1. Sebagaimana Allah adalah terang, maka kita, anak-anak Allah, adalah anak-anak terang—1 Yoh. 1:5; Yoh. 1:12-13; 12:36. 2. Buah terang berhubungan dengan Allah Tritunggal: a. Kebaikan menunjukkan Allah Bapa, sebab satusatunya Yang baik adalah Allah—Mat. 19:17. b. Keadilbenaran menunjukkan Allah Putra, sebab Kristus telah datang untuk menggenapkan tujuan Allah menurut prosedur adilbenar Allah—Rm. 5:1718, 21. c. Kebenaran menunjukkan Allah Roh, sebab Dia adalah Roh realitas—Yoh. 14:17; 1 Yoh. 5:6c. I. Di dalam Firman sebagai alam terang, kita mengalami kerajaan sebagai penyinaran realitas Tuhan Yesus—Mrk. 9:1; Mat. 16:28—17:2: 1. Bercahayanya Tuhan Yesus di puncak gunung adalah datangnya kerajaan—Mrk. 9:1; Mat. 17:2. 2. Kerajaan adalah Tuhan Yesus bersinar ke atas kita, dan kerajaan adalah penyebaran Tuhan Yesus melalui bersinar ke atas kita. VII. Apakah Firman adalah alam terang atau bukan bagi kita dalam pengalaman kita itu bergantung pada sikap dan kondisi kita dalam menghampiri Firman: A. Kita perlu merendahkan diri sendiri, tidak merasa yakin pada diri sendiri melainkan menengadah kepada Tuhan memohon rahmat—Yes. 57:15; 66:2. B. Semua ruangan diri kita harus terbuka untuk menerima penyinaran Tuhan—Ams. 20:27. C. Kita perlu menanggulangi hati kita dan memiliki hati yang tepat terhadap Tuhan—Luk. 8:15: 16 D. E. F. G. 1. Kapan saja kita datang kepada Firman, kita harus melatih hati kita, mencari Tuhan dengan segenap hati kita, dan tidak memiliki hati yang bercabang—Yer. 29:13; 24:7. 2. Jika kita mau menerima terang melalui Firman, kita perlu menanggulangi segala rintangan dan halangan di dalam hati kita—Luk. 8:13-15; Mat. 18:35. Mata kita harus tulus sehingga seluruh tubuh kita akan penuh dengan terang (6:22-24: 1. Jika kita menyimpan harta kita di surga dan di bumi, pandangan rohani kita akan kabur—ay. 23-24. 2. Jika kita memfokuskan mata kita pada satu hal, pandangan kita akan tulus, dan seluruh tubuh kita akan penuh dengan terang—ay. 33, 22; Luk. 11:34-36. Kita tidak boleh membuat terang; sebaliknya, kita harus bersandar pada Tuhan untuk menerangi kita—Yes. 50:10-11: 1. Jika kita menyalakan terang buatan sendiri di sekeliling kita, maka walaupun kita mungkin berjalan ke dalam terang dari api kita sendiri untuk sejangka waktu, pada akhirnya kita akan berbaring di tempat siksaan—ay. 11b. 2. Hanya Allah yang adalah terang, hanya Allah yang adalah sumber terang, dan hanya di dalam terang Allah lah kita dapat melihat terang—Mzm. 36:10. Kita perlu berada di tingkat ketiga dari bahtera, di bawah terang langit, di bawah satu-satunya jendela, menerima terang dari Tuhan melalui ministri zaman ini—Kej. 6:16: 1. Di dalam ekonomi Allah dan di dalam gereja Allah hanya ada satu jendela, satu wahyu, dan satu visi. 2. Kita perlu melayani Allah menurut visi zaman ini, yang datang melalui ministri zaman ini. Jika kita murni dalam hati ketika mencari Allah, kita akan melihat Allah, yang adalah terang—Mat. 5:8; 1 Yoh. 1:5. 17 Berita Empat Berkat yang Diterima oleh Para Pencari yang Mengasihi Allah melalui Fungsi Firman Allah Pembacaan Alkitab: Mzm. 119:25, 50, 57a, 58a, 103, 105, 107, 130a, 135a, 154; 1:2-3; Yoh. 1:4; Kol. 2:7a; 2 Tim. 3:16a; Kol. 1:12; 2 Kor. 4:6, 3:18 I. Melalui fungsi dari Firman Allah, para pencari yang mengasihi Allah menerima berkat terang menjadi hayat— Mzm. 119:103a, 105, 25, 50: A. Satu prinsip yang besar di dalam Alkitab adalah bahwa terang dan hayat selalu berjalan bersama; di mana ada terang, di sana ada hayat, dan di mana ada hayat, di sana ada terang—36:10; Yoh. 1:4; 8:12: 1. Ada satu garis di sepanjang Alkitab yang berbicara tentang terang dan hayat bersama-sama—Kej. 1:3; Yoh. 1:4; 8:12; Why. 21:23; 22:1, 5: a. Hanya ada satu alam dan sumber hayat, dan itu adalah terang. b. Hayat berasal dari terang; terang adalah kunci kepada hayat. c. Di pihak Allah, ada hayat terlebih dahulu kemudian terang; di pihak kita, ada terang terlebih dahulu kemudian hayat—Mzm. 36:10; Yoh. 1:1, 4-5; 8:12; 2 Kor. 4:6; Kis. 26:13. 2. Alkitab mewahyukan bahwa hayat berasal dari bersinarnya terang dan bahwa jumlah hayat memiliki proporsi yang sama dengan jumlah terang—Kej. 1:3-25; 2 Kor. 4:6. 3. Di dalam Kejadian 1, terang hari pertama adalah untuk menghasilkan hayat, dan terang hari keempat adalah untuk pertumbuhan hayat; terang hari pertama cukup untuk kelahiran kembali kita, tetapi untuk pertumbuhan kita dalam hayat, kita memerlukan terang hari keempat—ay. 3, 14-19; Yoh. 3:3; 2 Kor. 4:6; Ef. 4:16; 5:8-9, 13-14. 4. Baik roh manusia maupun Roh Tuhan adalah pelitapelita, yang bersinar dan menerangi bagian-bagian batin kita—Ams. 20:27; Luk. 15:8. 5. Di mana terang bersinar, di sana ada suplai hayat. 6. Cara Allah mentransformasi kita adalah melalui penerangan; di mana saja terang bersinar, hayat disuplaikan ke tempat itu untuk transformasi kita—2 Kor. 3:18; 4:6. 18 7. Terang ilahi adalah hayat ilahi di dalam Putra yang beroperasi di dalam kita; terang ini bersinar di dalam kegelapan yang ada di dalam kita, dan kegelapan itu tidak dapat mengalahkannya—Kis. 26:18; 1 Ptr. 2:9; Kol. 1:1213; Yoh. 1:5. 8. Bila kita berjalan di dalam terang, hal-hal ilahi itu riil bagi kita, dan kita melihat realitas demi realitas; namun, bila kita berada di dalam kegelapan, tidak ada yang riil bagi kita—1 Yoh. 1:7; 2:8. B. Firman Allah memberi kita terang, dan kemudian menghidupkan kita, memberi kita hayat—Mzm. 119:25, 50, 107, 154: 1. Walaupun memiliki terang itu baik, tetapi terang itu harus menembus lebih dalam hingga menjadi hayat. 2. Bila terang itu masuk lebih dalam, dan mencapai roh kita, terang itu menjadi hayat, dan kita menerima suplai hayat—Mal. 4:2. C. Sebagai putra-putra terang, kita harus hidup di dalam terang, berjalan di dalam terang, tetap tinggal di dalam terang, dan menjadi orang-orang yang seluruhnya berada di dalam terang—Yoh. 12:36; 1 Yoh. 1:5, 7; 2:8. II. Melalui fungsi Firman Allah, para pencari yang mengasihi Allah menerima berkat diairi dan menyerap Allah—Mzm. 1:2-3: A. Para pencari yang mengasihi Allah mengalami berkat diairi oleh Firman: 1. Bila Firman menjadi air di dalam roh kita, kita menerima perawatannya, sebab suplai makanan ada di dalam air itu—Yes. 55:1; Why. 22:1-2. 2. Jika kita ingin diairi oleh Firman, kita harus memiliki akar yang tepat dan serabut akar yang halus, yang menyerap suplai hayat—Mrk. 4:5-6, 17; Luk. 8:6. B. Para pencari yang mengasihi Allah mengalami berkat menyerap Allah melalui Firman—Kol. 2:7a: 1. Sebagai kaum beriman dalam Kristus, kita adalah tanaman-tanaman hidup yang berakar di dalam Kristus, dan sekarang melalui akar-akar kita, kita menyerap segala kekayaan Allah Tritunggal yang telah melalui proses dan rampung ke dalam diri kita—1 Kor. 3:9; Kol. 2:19. 2. Jika kita mengontak Tuhan dan menggunakan waktu di dalam Firman dengan banyak doa, kita akan menyerap Allah ke dalam kita untuk menjadi elemen yang menyebabkan kita bertumbuh. 19 3. Jika kita ingin menyerap Allah, kita perlu memiliki akarakar yang baru dan lembut; karena itu, kita tidak boleh membiarkan diri kita menjadi usang melainkan harus segar, dibangunkan dan diperbarui hari demi hari—2 Kor. 4:16; Rat. 3:22-23. III. Melalui fungsi Firman Allah, para pencari yang mengasihi Allah menerima berkat menghirup Allah—2 Tim. 3:16a; Yoh. 20:22: A. Pneuma Kudus adalah Roh Kudus, atau Embusan Kudus— ay. 22: 1. Di dalam Injil Yohanes, ada tiga kata yang luar biasa: Firman, daging, dan embusan; Firman adalah Allah, daging adalah manusia, dan embusan/nafas adalah Roh itu—1:1, 14; 20:22. 2. Saat kita menghirup Embusan Kudus, Roh itu menyuplai kita bagi pengalaman kita akan Kristus dan bagi penghidupan kita karena Dia hidup (6:57b; 14:19. B. Mengatakan bahwa seluruh Kitab Suci adalah Allah dihembuskan adalah mengatakan bahwa Alkitab adalah nafas Allah, embusan dari Allah, yang adalah Roh—2 Tim. 3:16a: 1. Karena Alkitab adalah embusan dari Allah, Alkitab memiliki elemen Allah. 2. Alkitab bukan hanya embusan dari Allah melainkan juga adalah Allah itu sendiri diembuskan ke dalam FirmanNya. C. Allah telah mengembuskan diri-Nya di dalam Firman sehingga kita dapat menghirup Dia, bernafaskan Dia, melalui Firman: 1. Allah telah mengembuskan diri-Nya sendiri dalam Kitab Suci, dan karenanya pembacaan Kitab Suci kita harus menjadi penerimaan embusan Allah. 2. Bila Allah menghembuskan diri-Nya sendiri, Dia meniupkan diri-Nya sendiri, dan bila kita mengontak Allah melalui Firman, kita menghirup Allah. D. Agar dapat menjadi manusia Allah dengan embusan Allah, kita perlu menghirup, bernafaskan, firman Allah—Yoh. 1:1; 20:22; 2 Tim. 3:16a. IV. Melalui fungsi Firman Allah, para pencari yang mengasihi Allah menerima berkat menikmati Allah sebagai porsi mereka—Mzm. 119:57a; 73:26: A. Berkat yang pling tinggi adalah kenikmatan akan diri Allah sendiri sebagai porsi kita—Bil. 6:22-27; 2 Kor. 13:13. 20 B. Bila kita memiliki Allah sebagai porsi kita, kita memiliki diri Allah sendiri sebagai segala sesuatu kita. C. Semakin banyak kita datang kepada Alkitab dengan cara yang tepat, semakin banyak Penulis kitab ini—diri Allah sendiri—menjadi porsi kita—Mzm. 73:26. D. Allah dapat menjadi porsi kita karena di dalam Firman, oleh Firman, dan melalui Firman, Dia itu riil, hadir, praktis, dapat dinikmati, dan tersedia bagi kita—119:103; 34:8. V. Melalui fungsi Firman Allah, para pencari yang mengasihi Allah menerima berkat menikmati raut muka Allah dan penyinaran wajah-Nya—119:58a, 135a; 80:4; 24:6; 105:4; 2 Kor. 4:6; 3:16, 18: A. Sebagai para pencari Allah, para pemazmur dengan penuh kasih mencari Allah dengan cara yang sangat pribadi dan intim, mencari bantuan dari raut muka-Nya dan memohon penyinaran wajah-Nya—Mzm. 42:6; 80:4. B. Di dalam berkat di dalam Bilangan 6:25-26, kita memiliki wajah dan raut muka: 1. Wajah menunjukkan hadirat seseorang dan raut muka menunjukkan ekspresi seseorang. 2. Ketika Allah Tritunggal yang telah melalui proses dan rampung disalurkan ke dalam kita melalui fungsi Firman, kita memiliki wajah Allah dan juga raut muka-Nya—2 Kor. 13:13; 4:6. C. Jika kita setia dalam mengontak Tuhan melalui Firman, kita akan mengalami penyinaran wajah-Nya—ay. 6; 3:16, 18: 1. Seperti Musa, kita semua, dengan wajah yang tidak berselubung, harus berada di puncak gunung di bawah penyinaran wajah Allah—Kel. 24:15-18; 2 Kor. 3:16. 2. Kedambaan kita haruslah, melalui Firman, tetap tinggal di bawah penyinaran yang nyaman dan menyenangkan ini, tinggal bersama Allah, diinfus dengan Allah, dan berpendar dengan Allah—Kel. 34:29; 2 Kor. 3:18. 21 Berita Lima Kristus sebagai Hamba Allah dan Kaum Beriman sebagai Hamba-hamba Allah dan Kristus Yesus di dalam Kehidupan Gereja Pembacaan Alkitab: Kel. 21:1-6; Flp. 2:7-8; Mrk. 10:45; Luk. 22:24-27; Rm. 1:1; Yak. 1:1; Gal. 5:13 I. Di dalam Keluaran 21:1-6, roh peraturan itu adalah roh seorang hamba, roh pelayanan dan roh kurban—Rm. 1:1; Tit. 1:1; Flp. 1:1; Yak. 1:1: A. Seorang hamba tidak berdiri pada hak-haknya sendiri; dia hanya tahu melayani dan berkurban, bukan mempedulikan kepentingan-kepentingannya sendiri—Mat. 20:28. B. Menjadi seorang hamba berarti memiliki roh kurban; seorang hamba selalu mau mempedulikan orang lain, melayani mereka, dan mengurbankan dirinya bagi mereka—Flp. 2:17. C. Kasih adalah dasar pelayanan seorang hamba—Kel. 21:5; 2 Kor. 5:14; 12:15: 1. Kasih adalah motivasi dan prasyarat bagi pelayanan yang terus menerus dari seorang hamba. 2. Kasih seorang hamba diikuti oleh ketaatan—Yoh. 14:31; Flp. 2:8. II. Hamba di dalam Keluaran 21:1-6 adalah lambang Kristus sebagai Hamba Allah, yang mengurbankan diri-Nya sendiri untuk melayani Allah dan umat Allah—Mat. 20:28; Ef. 5:2, 25: A. Subyek Injil Markus adalah Kristus sebagai Hamba Allah, Hamba-Penyelamat—10:45: 1. Tujuan Markus adalah menyajikan catatan yang rinci untuk memperlihatkan keelokan Tuhan Yesus sebagai Hamba Allah dalam kebajikan-kebajikan insani-Nya (5:34; 6:34; 8:23; 10:14-16. 2. Ketika Tuhan Yesus ada di bumi, Dia adalah Hamba yang tidak memiliki hak. 3. Dalam pelayanan injil-Nya, Tuhan Yesus adalah seorang Hamba bukan hanya terhadap Allah melainkan juga terhadap manusia—Mat. 20:28; Luk. 22:24-27; Flp. 2:7; Kis. 3:13. 4. Markus 10:45 mewahyukan bahwa, sebagai Hamba Allah, Tuhan Yesus melayani orang-orang dosa bahkan dengan nyawa-Nya, jiwa-Nya; melalui memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi orang-orang dosa, Tuhan Yesus 22 B. C. D. E. menggenapkan tujuan kekal Allah, yang Dia layani sebagai seorang Hamba. 5. Sebagai Hamba Allah, Tuhan Yesus mengajar muridmurid-Nya, ketika mereka bertengkar untuk menjadi yang pertama, agar mereka mengambil posisi seorang hamba—ay. 35-45. Walaupun Tuhan Yesus setara dengan Allah dan memiliki ranking yang tertinggi di alam semesta, tetapi Dia menjadi orang pada level masyarakat yang terendah; Dia bukan hanya menjadi manusia, tetapi mengosongkan diri-Nya sendiri dan merendahkan diri-Nya sendiri, Dia menjadi seorang Hamba— Flp. 2:6-8: 1. Pekerjaan Kristus di dalam penghidupan insani-Nya untuk membangun gambar seorang manusia dan mengenakan bentuk seorang hamba adalah fondasi dan latar belakang ministri-Nya—ay. 8a. 2. Teladan yang disajikan di dalam Filipi 2:5-8 sekarang adalah hayat di dalam kita; ada keperluan yang mendesak di antara kita untuk mengalami Kristus sebagai teladan yang demikian. 3. “Biarlah pikiran ini ada di dalam kamu, yaitu pikiran yang ada juga di dalam Kristus Yesus” (ay. 5); ini adalah pikiran yang ada di dalam Kristus ketika Dia mengosongkan diri-Nya sendiri, mengambil bentuk seorang hamba, dan merendahkan diri-Nya sendiri, ditemukan dalam rupa seorang manusia. Sebagai Hamba Allah, Tuhan Yesus berdiri di posisi tidak melakukan apa-apa menurut diri-Nya melainkan bertindak hanya menurut perkataan Bapa—Kel. 21:6; Yoh. 5:19, 30, 36; 6:38; 7:16; 8:26; 12:49; 17:4. Perjanjian Baru mewahyukan kasih tiga ganda Tuhan Yesus kepada Bapa, gereja, dan orang-orang kudus—Kel. 21:5; Yoh. 14:31; Ef. 5:25, 2; Gal. 2:20. Sebagai Hamba Allah, Tuhan Yesus taat sampai mati; kematian-Nya di atas salib adalah satu tindakan ketaatan— Yoh. 14:30-31; Flp. 2:8: 1. Karena Tuhan Yesus mengasihi Allah Bapa, Dia memelihara perkataan Bapa bukan hanya sebagai seorang Putra tetapi terutama sebagai seorang Hamba— Yoh. 5:19; 12:48-50; 17:8, 14. 2. Tuhan mendengarkan Allah dan melakukan kehendak Allah melalui memelihara firman-Nya (4:34; 12:49; Mzm. 40:7; Yes. 50:4-5. 23 III. Rasul Paulus mengikuti Tuhan Yesus menjadi seorang hamba—Rm. 1:1; Tit. 1:1; Kis. 20:19: A. Paulus adalah hamba yang demikian melalui hayat Kristus yang melayani dan berkorban—Flp. 2:17. B. Sebagai hamba Kristus dan Allah, Paulus rela mengosongkan dirinya sendiri, merendahkan dirinya sendiri, dan mengorbankan kedudukan, hak, dan hak istimewanya—1 Kor. 9:19-23. C. Paulus memiliki roh seorang hamba—Rm. 1:1, 9; 2 Kor. 1:12; 2:13; 10:1. D. Paulus memiliki kasih seorang hamba; dia adalah orang yang mengasihi gereja (5:14; 12:14-15; 11:28. E. Paulus memiliki ketaatan seorang hamba—Kis. 9:6; 22:10; 26:19; Flp. 2:8, 12; 2 Kor. 2:9; 7:15; 10:6. IV. Jika kita ingin mengambil Kristus sebagai teladan kita dan mengikuti contoh Paulus, maka kita harus belajar menjadi hamba dan mengorbankan segala sesuatu bagi orang lain—Gal. 5:13: A. Seorang hamba hanya tahu melayani dan berkorban, tidak mempedulikan kepentingannya sendiri—Luk. 1:38. B. Kita perlu mengosongkan diri kita sendiri, merendahkan diri kita sendiri, menurunkan diri kita sendiri, tidak menuntut apapun bagi diri kita sendiri, dan mengorbankan diri kita sendiri untuk melayani orang lain—1 Kor. 9:19-23. C. Kita perlu mengenal posisi seorang hamba—Kel. 21:6: 1. Posisi kita sebagai hamba Kristus haruslah di ambang pintu. 2. Telinga hamba itu terbuka untuk mendengarkan tuannya—Yes. 50:4-5. 3. Banyak orang Kristen melayani Allah, tetapi mereka tidak berdiri di ambang pintu, dan telinga mereka belum dipakukan—Kel. 21:6: a. Mereka bertindak menurut diri mereka sendiri, bukan menurut apa yang mereka dengar dari Tuan mereka— Mat. 7:21-23. b. Mereka melakukan banyak hal menurut konsep, kedambaan, dan maksud mereka sendiri—Flp. 1:1517. V. Seorang hamba hidup kepada Tuhan, bukan kepada dirinya sendiri—2 Kor. 5:14-15; Rm. 14:7-8: A. Di dalam 2 Korintus 5:14-15 Paulus berbicara tentang hidup kepada Tuhan: 24 1. Hidup kepada Tuhan adalah mengambil Dia sebagai sasaran penghidupan kita; dalam segala sesuatu yang kita lakukan, Kristus harus menjadi sasaran kita yang unik— Rm. 14:7-8. 2. Hidup kepada Tuhan berarti kita berada di bawah pimpinan dan desakan Tuhan untuk memenuhi tuntutanNya, memuaskan kedambaan-Nya, dan menggenapkan tujuan-Nya—2 Tim. 1:9; 3:10. 3. Hidup kepada diri kita sendiri berarti kita berada di bawah kontrol dan arahan kita sendiri dan bahwa kita mempedulikan tujuan dan sasaran kita sendiri. 4. Kepada Tuhan menyiratkan bahwa kita adalah milik Tuhan, bahwa kita sudah menjadi milik Dia; bagi Tuhan menyiratkan bahwa kita masih milik kita sendiri dan menurut kesenangan dan kenyamanan kita. 5. Hidup bagi Tuhan menyiratkan bahwa kita dan Tuhan tetap adalah dua pihak; hidup kepada Tuhan menunjukkan bahwa kita bersatu dengan Tuhan—1 Kor. 6:17. B. Hidup kepada Tuhan adalah berdasarkan kepada fakta bahwa kita adalah milik Tuhan; kita adalah kepunyaan Dia— Rm. 14:7-8: 1. Kita perlu menyadari bahwa Tuhan telah membeli kita dengan harga yang mahal yaitu darah-Nya yang mustika—1 Kor. 6:19-20; 1 Ptr. 1:18-19. 2. Sekarang Dia adalah Tuhan dan Tuan kita, dan kita adalah kepunyaan Dia. 3. Semua yang kita miliki, semua yang kita lakukan, dan semua apa adanya kita adalah kepada Dia; segala sesuatunya adalah kepada Dia, dan sekarang kita harus hidup kepada Dia—Rm. 14:7-8. VI. Di dalam kehidupan gereja kita semua harus menjadi hamba-hamba—Flp. 1:1; Kol. 1:7; 4:7, 12; 2 Ptr. 1:1: A. Hanya mereka yang rela menjadi hamba yang dapat secara permanen tinggal di dalam kehidupan gereja—Rm. 12:11. B. Tuhan Yesus mengajar kita untuk tidak berada di atas orang lain melainkan menempatkan diri kita lebih rendah daripada orang lain dan menjadi hamba mereka—Yoh. 13:1-5, 12-15. C. Di dalam kehidupan gereja tidak ada pangkat; kita semua adalah saudara-saudara, dan kita semua harus melayani sebagai hamba—Yak. 1:1; Yud. 1; Why. 1:1; 6:11; 10:7; 11:18; 22:3, 6. D. Semua yang percaya dalam Kristus, kepunyaan Dia, dan memiliki hayat-Nya yang melayani dan berkorban harus 25 mengambil Dia sebagai teladan mereka melalui belajar menjadi hamba-hamba, mengasihi Allah, gereja, dan umat Allah; dengan kasih yang demikian sebagai motivasi kita, kita perlu menjadi hamba-hamba yang berkorban dan melayani— Mrk. 10:42-45; Flp. 2:5-8; Gal. 5:13; Ef. 5:2; Rm. 1:1. E. Dalam melaksanakan ekonomi Perjanjian Baru Allah, kita perlu memiliki roh seorang hamba, kasih seorang hamba, dan ketaatan seorang hamba—Flp. 2:5; 1 Kor. 9:19. 26 Berita Enam Allah yang Berjanji dan Perjanjian-perjanjian-Nya (1) Perjanjian-perjanjian Utama yang Allah Buat dengan Manusia Pembacaan Alkitab: Kej. 3:15; 9:8-17; Gal. 3:14, 16, 29; 2 Sam. 7:12-14a; Kel. 24:1-8 I. Perjanjian yang Allah buat dengan manusia yang jatuh dapat dilihat pada benih perempuan di dalam Kejadian 3:15: A. Kristus sebagai benih perempuan itu mengacu kepada Kristus yang berinkarnasi, Allah yang lengkap menjadi manusia yang sempurna melalui menyalurkan diri-Nya ke dalam keinsanian agar dapat menghancurkan Satan dan menyelamatkan kaum beriman dalam Kristus dari dosa dan maut—ay. 15; Yes. 7:14; Mat. 1:16, 20-21, 23; Gal. 4:4; Yoh. 1:1, 14; 8:58; Ibr. 2:14; 1 Kor. 15:53-57. B. “Allah mengutus Putra-Nya yang lahir dari seorang perempuan,” bagi penebusan yudisial kita; Allah “telah mengutus Roh Putra-Nya,” yaitu transfigurasi Putra-Nya, untuk “memutrakan” kita bagi penyelamatan organik kita— Gal. 4:4, 6; 3:13-14. C. Kristus yang bangkit sebagai Roh pemberi-hayat adalah keturunan perempuan yang telah ditransfigurasi, disalurkan ke dalam kita untuk meremukkan kepala ular di dalam kita dan untuk membuat kita menjadi benih korporat perempuan itu, anak-laki-laki yang menang, untuk melaksanakan penghakiman Allah atas si ular tua dan untuk menjadi instrumen dispensasional Allah untuk mengubah zaman dan mendatangkan manifestasi kerajaan Allah—Why. 12:5) D. Tuhan sebagai Pemenang yang memimpin (3:21) adalah Kepala, pusat, realitas, hayat, dan sifat anak-laki-laki itu, dan anak-laki-laki itu sebagai para pemenang yang mengikutiNya adalah Tubuh Tuhan: 1. Jalan untuk menjadi anak-laki-laki itu adalah kita setiap hari dikuatkan ke dalam manusia batiniah kita, sehingga diberi tenaga untuk mengalami segala kekayaan Kristus, dan menjadi kuat melalui mengenakan Kristus yang almuhit sebagai baju zirah, mengambil firman melalui sarana segala doa—Ef. 3:8-9, 16; 6:10-20. 2. Kuasa hayat Kristus yang spontan sebagai benih-hayat itu meremukkan kepala ular di dalam kita saat kita memakai darah Anak Domba, mengutarakan perkataan 27 kesaksian kita, dan tidak mengasihi hayat jiwa kita bahkan sampai mati—Rm. 8:2; Why. 12:10-11; Kis. 1:8. II. Perjanjian Allah dengan Nuh dan pelangi sebagai tanda perjanjian-Nya menandakan bahwa kita adalah gereja perjanjian, hidup di dalam realitas perjanjian yang baru dari kasih karunia—Kej. 9:8-17: A. Pelangi di sekeliling takhta Allah menandakan bahwa Allah adalah Allah yang berjanji, Allah yang setia, yang akan memegang perjanjian-Nya ketika menjalankan penghakiman-Nya atas bumi—Why. 4:3; Yeh. 1:26-28. B. Tiga warna utama pelangi adalah biru (warna takhta safir, yang menandakan keadilbenaran Allah—ay. 26; Mzm. 89:15); merah (warna api yang menguduskan, yang menandakan kekudusan Allah—Yeh. 1:4, 13, 27; Ibr. 12:29); dan kuning (warna elektrum yang berpendar, yang menandakan kemuliaan Allah—Yeh. 1:4, 27; Ibr. 1:3): 1. Kristus mati di atas salib untuk memuaskan tuntutantuntutan keadilbenaran, kekudusan, dan kemuliaan Allah dan dibangkitkan untuk menjadi keadilbenaran, kekudusan, dan kemuliaan kita—Kej. 3:24; 1 Kor. 1:30. 2. Kristus sendiri, yang ditandai oleh pelangi keadilbenaran, kekudusan, dan kemuliaan, adalah perjanjian yang Allah berikan kepada umat-Nya—Yes. 42:6; Ibr. 8:10-12. 3. Kristus adalah hikmat bagi kita dari Allah, mentransmisikan diri-Nya ke dalam kita sebagai keadilbenaran (agar kita bisa dilahirkan kembali dalam roh kita), pengudusan (agar kita bisa ditransformasi dalam jiwa kita), dan penebusan (agar kita bisa ditransfigurasi dalam tubuh kita)—1 Kor. 1:30; Rm. 8:10; 12:2; 8:23; Ef. 5:25-27. 4. Di dalam kekekalan sebagai Yerusalem Baru (kota yang fondasinya memiliki penampilan pelangi—Why. 21:1920), kita akan menjadi pelangi untuk mempersaksikan kesetiaan Allah melaksanakan perjanjian-Nya yang baru dalam membuat kita menjadi persis sama seperti Dia sebagai keadilbenaran, kekudusan, dan kemuliaan—ay. 10-11. 5. Realitas rohani pelangi ini harus termanifestasi di dalam gereja hari ini—kita perlu mengizinkan Allah memenuhi kita dengan hadirat keadilbenaran-Nya melalui memberi Dia kesempatan penuh untuk bekerja di dalam kita sebagai api kekudusan bagi kesemarakan kemuliaan-Nya melalui kita—1 Kor. 1:30. 28 C. Pelangi adalah tanda kesetiaan Allah dalam memelihara perjanjian-Nya bahwa tidak akan ada lagi penghakiman maut; kita harus hidup di bawah perjanjian yang baru ini dan tidak percaya dalam kegagalan, kelemahan, kegelapan, atau hal-hal negatif apapun; kita adalah umat yang telah diberi janji, dan kita memiliki ayat janji untuk menghadapi setiap situasi—Rat. 3:22-23; Rm. 8:1; 2 Kor. 12:9; 2 Tim. 1:10; 2:1; Yud. 24; 1 Yoh. 1:9; 1 Kor. 1:9. D. Semua realitas Perjanjian Baru tentang Kristus yang dilambangkan dalam kehidupan dan pekerjaan Nuh itu telah dijanjikan kepada kita—cf. Kej. 6:8, 13-18; 8:4, 18; Yoh. 10:2829; 1 Ptr. 3:20-21; Rm. 6:3-4. III. Perjanjian yang Allah buat dengan Abraham adalah bahwa Kristus sebagai keturunan Abraham adalah untuk berkat bagi semua keluarga di bumi; benih unik Abraham sebagai Adam yang terakhir itu telah menjadi Roh pemberi-hayat—Kej. 12:2-3, 7; 17:7-8; Gal. 3:14, 16, 29; 1 Kor. 15:45b; Yoh. 12:24: A. Kristus yang bangkit sebagai Roh pemberi-hayat adalah keturunan Abraham yang telah ditransfigurasi, benih Abraham, yang disalurkan ke dalam kita untuk membuat kita menjadi putra-putra Abraham, benih korporat Abraham, yaitu orang-orang yang bisa menerima dan mewarisi Roh yang rampung itu sebagai berkat Abraham—Gal. 3:7, 14; 4:28: 1. Aspek fisik berkat yang Allah janjikan kepada Abraham adalah negeri yang baik itu (Kej. 12:7; 13:15; 17:8), yang adalah lambang Kristus yang almuhit sebagai Roh pemberi-hayat yang almuhit—1 Kor. 15:45b; 2 Kor. 3:17. 2. Kristus sebagai Roh pemberi-hayat adalah berkat Abraham (Gal. 3:14), realitas benih Abraham dan negeri yang baik yang dijanjikan kepada Abraham itu; berkat kita hari ini adalah diri Allah itu sendiri, yang terwujud dalam Kristus dan direalisasikan sebagai Roh untuk disalurkan ke dalam kita bagi kenikmatan kita. B. Melalui pendengaran iman, kita dapat terus-menerus menerima Kristus sebagai Roh pemberi-hayat yang almuhit bagi pertumbuhan-Nya di dalam kita sebagai benih Abraham dan bagi kenikmatan kita akan Dia sebagai negeri yang dijanjikan kepada Abraham—ay. 2, 5; 2 Kor. 4:13: 1. Untuk menerima Roh itu, kita perlu memiliki telinga untuk mendengarkan apa yang dikatakan Roh itu kepada gereja-gereja (Why. 2:7; cf. Ibr. 5:11-14); ukuran Roh yang dapat disalurkan ke dalam bagian-bagian batin kita itu 29 bergantung pada ukuran pendengaran kita—Mrk. 4:2325; Mat. 13:14-16; 5:3, 8; Luk. 10:38-42. 2. Kita perlu menjadi satu dengan Kristus sebagai HambaPenyelamat melalui mengasihi Dia sampai puncaknya dan mengambil Dia sebagai konsikrasi kita yang mutlak, memberi Dia jalan untuk membuka telinga kita untuk mendengarkan perintah-perintah ilahi-Nya, berita-beritaNya yang segar, yang menyalurkan Roh ilahi ke dalam kita bagi pelayanan kita kepada Allah di dalam roh kita dalam injil Putra-Nya—Kel. 21:1-6; Yes. 50:4-5; Flp. 3:3; Yoh. 6:63; 2 Kor. 3:6; Rm. 1:9. IV. Perjanjian yang Allah buat dengan Daud adalah bahwa Kristus yang bangkit sebagai benih Daud melaksanakan ekonomi Perjanjian Baru Allah bagi penyaluran Allah Tritunggal yang telah melalui proses ke dalam anggotaanggota Tubuh-Nya—2 Sam. 7:12-14a; Rm. 1:3-4; Mzm. 89:4, 29: A. Tuhan Daud dalam keilahian-Nya, Akar Daud, berinkarnasi untuk menjadi anak Daud, Keturunan Daud, dalam keinsanian-Nya, untuk menjadi Adam yang terakhir; dan Adam yang terakhir, anak Daud, telah dibangkitkan untuk menjadi Putra sulung Allah dan Roh pemberi-hayat, keturunan Daud yang telah ditransfigurasi, disalurkan ke dalam kita untuk membuat kita menjadi banyak putra Allah dan sesama raja dengan Kristus—Mat. 22:41-46; Why. 22:16; Yoh. 1:14; 1 Kor. 15:45b; Yoh. 12:24; Rm. 8:28-29; Kis. 13:33; Rm. 5:17. B. Tuhan Daud telah menjadi anak Daud untuk menggenapkan penebusan yudisial Allah; anak Daud (benih Daud) telah menjadi Putra sulung Allah sebagai Roh pemberi-hayat untuk melaksanakan penyelamatan organik Allah. C. Kristus yang bangkit sebagai Roh pemberi-hayat adalah keturunan Daud yang telah ditransfigurasi, benih Daud, disalurkan ke dalam kita sebagai rahmat Allah yang teguh, perjanjian kekal-Nya, bagi kenikmatan kita—Yes. 55:1-3, 611; Kis. 13:33-35. D. Kristus yang bangkit sebagai Roh pemberi-hayat adalah keturunan Daud yang telah ditransfigurasi, benih Daud, disalurkan ke dalam kita agar kita berbagian dalam kedudukan raja-Nya dalam kebangkitan-Nya di dalam kerajaan kekal Allah—2 Tim. 2:12; Why. 20:4, 6. E. Kristus yang bangkit sebagai Roh pemberi-hayat adalah keturunan Daud yang telah ditransfigurasi, benih Daud, benih kerajaan, disalurkan ke dalam kita untuk membuat 30 kita menjadi putra-putra kerajaan, memerintah dalam hayat untuk hidup di dalam realitas kerajaan sehingga kita bisa diangkat oleh Dia dan datang kembali bersama Dia dalam manifestasi kerajaan sebagai batu pemukul yang korporat untuk menghabisi kerajaan-kerajaan dunia ini dan menjadi satu gunung yang besar, Kerajaan Allah, yang memenuhi seluruh bumi—Mrk. 4:26; Mat. 13:18-23, 38; Ibr. 11:5-6; Kej. 5:21-24; Dan. 2:34-35. V. Hukum Taurat telah ditetapkan di atas gunung Allah, tetapi hukum Taurat dengan peraturan-peraturannya itu masih perlu dijadikan suatu perjanjian—Kel. 24:1-8: A. Tujuan kekal Allah adalah memiliki umat yang menjadi pasangan-Nya, ekspresi-Nya, dan tempat tinggal-Nya; agar dapat memenuhi tujuan ini, Allah harus menyalurkan diriNya sendiri ke dalam umat pilihan-Nya dan menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam mereka: 1. Sejak sebermula, maksud Allah bukan untuk memberi perintah-perintah kepada manusia untuk dipelihara atau agar manusia melakukan berbagai hal bagi Dia; demikian juga dalam membawa bani Israel ke gunung Allah, maksud Allah bukan untuk memberi mereka daftar perintah ilahi sebagai tuntutan-tuntutan yang harus mereka penuhi. 2. Melainkan, maksud-Nya adalah untuk membawa umatNya ke dalam hadirat-Nya sehingga Dia dapat mewahyukan diri-Nya sendiri kepada mereka dan menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam mereka melalui pembicaraan-Nya kepada mereka—cf. 34:28-29. 3. Namun umat Allah tidak memahami maksud-Nya; konsep mereka yang alamiah, jatuh, dan agamis adalah bahwa Allah ingin mereka melakukan hal-hal tertentu bagi Dia, dan mereka mengira mereka dapat melakukan hal-hal ini—19:8; 24:3, 7. 4. Karena ini adalah konsep mereka, maka Allah perlu memberi mereka perintah-perintah, menetapkan hukum Taurat (perjanjian yang lama) untuk menunjukkan kepada mereka betapa tinggi tuntutan-tuntutan-Nya dan betapa tidak mampunya mereka memenuhi tuntutantuntutan ini—Rm. 8:3, 7-8. B. Di dalam perjanjian yang baru ini, tuntutan keadilbenaran hukum Taurat dipenuhi di dalam kita secara spontan dan tanpa sadar melalui kita berjalan menurut roh perbauran kita dengan pekerjaan batini hukum Roh hayat—ay. 4, 2. 31 Berita Tujuh Allah yang Berjanji dan Perjanjian-perjanjian-Nya (2) Isi Perjanjian yang Baru Pembacaan Alkitab: Yes. 42:6; 49:8; Yer. 31:31-34; Ibr. 8:8-12 I. Berdasarkan fakta bahwa Yeremia bernubuat mengenai perjanjian yang baru, Kitab Yeremia bisa dianggap sebagai kitab Perjanjian Lama yang juga adalah kitab Perjanjian Baru—2:13; 17:9; 13:23; 23:5-6; 31:31-34; Ibr. 8:812. II. Kristus sendiri adalah perjanjian yang baru itu, wasiat yang baru, yang diberikan kepada kita oleh Allah—Yes. 42:6; 49:8: A. Keselamatan Allah, berkat Allah, dan semua kekayaan Allah telah dijanjikan kepada kita, dan perjanjian ini adalah Kristus: 1. Realitas ratusan warisan itu di dalam Perjanjian Baru adalah Kristus—Kej. 22:18a; Gal. 3:14; 1 Kor. 1:30; 15:45b; Ef. 1:3. 2. Kristus adalah realitas wasiat yang baru, realitas semua adanya Allah dan semua yang telah Allah berikan kepada kita; karena itu, Kristus adalah wasiat yang baru itu. B. Jalan untuk menerima dan menikmati Kristus sebagai perjanjian itu adalah dengan melatih roh kita, hidup menurut roh kita, dan tetap tinggal di dalam roh kita, yang disertai oleh Kristus, melalui berseru kepada nama Kristus Tuhan kita—Yes. 42:5-6; Zak. 12:1; Rm. 8:4b; Why. 1:10a; 2 Tim. 4:22; Yes. 12:3-4. III. Isi dari perjanjian yang baru (Yer. 31:31-34; Ibr. 8:8-12) mencakup empat berkat berikut ini sebagai warisanwarisan Allah bagi kita: A. “Aku akan membagikan hukum-hukum-Ku ke dalam pikiran mereka dan menuliskannya di hati mereka”—ay. 10: 1. Setiap hayat memiliki hukum dan bahkan adalah suatu hukum—Ams. 30:19a. 2. Hayat Allah adalah hayat yang tertinggi, dan hukum dari hayat ini adalah hukum yang tertinggi—Yes. 40:30-31. 3. Allah Tritunggal telah melalui proses melalui inkarnasi, ketersaliban, kebangkitan, dan kenaikan untuk menjadi hukum Roh hayat yang diinstal di dalam roh kita—Rm. 8:3, 11, 34, 16. 32 4. Ada tiga hukum yang berbeda di dalam ketiga bagian diri kita: a. Hukum dosa dan maut berasal dari Satan, yang sebagai dosa tinggal di dalam daging kita—7:18, 23. b. Hukum kebaikan di dalam pikiran kita, yaitu, di dalam jiwa kita, berasal dari hayat insani alamiah kita—ay. 23. c. Hukum Roh hayat berasal dari Allah Tritunggal yang diinstal di dalam roh kita—8:2, 16: 1) Kelahiran ilahi telah metransfer kita ke alam yang baru, alam hayat ilahi dengan hukumnya, alam yang tanpa dosa, dunia, atau daging. 2) Di dalam alam ini, semua kemenangan itu tanpa disadari dan tanpa usaha karena hukum Roh hayat menopang kita, bukan tekad kita sendiri. 5. Hukum hayat, hukum Roh hayat, adalah Allah Tritunggal yang telah melalui proses sebagai Roh pemberi-hayat yang tinggal di dalam roh kita—ay. 2-3, 11, 34. 6. Hukum hayat adalah kuasa spontan hayat; ini adalah ciri alami serta fungsi bawaan dan otomatis hayat itu. 7. Fungsi hukum hayat adalah: a. Untuk membuat kita menjadi Allah dalam hayat, sifat, dan ekspresi tetapi bukan dalam Keallahan, membentuk kita ke dalam gambar Putra sulung Allah sehingga kita bisa menjadi ekspresi korporat-Nya—ay. 2, 29. b. Untuk menyusun kita menjadi anggota-anggota Tubuh Kristus dengan segala jenis fungsinya—Ef. 4:11-12, 16. 8. Kita menikmati penyaluran hayat ke dalam diri kita bagi penggenapan ekonomi Allah melalui pekerjaan hukum Roh hayat—Yer. 31:33; Ibr. 8:10; Rm. 8:10, 6, 11. 9. Kita perlu bekerja sama dengan hukum Roh hayat yang telah diinstal dan beroperasi melalui “menyalakan” hukum ini—1 Tes. 5:16-18; Luk. 8:15. 10. Ekonomi Allah adalah menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam diri kita oleh dan sebagai hukum Roh hayat sehingga diri kita bisa disusun dengan diri-Nya untuk menjadi satu susunan dengan diri-Nya. 11. Hukum hayat ilahi ini “memutrakan” kita bagi pembangunan Tubuh Kristus: a. Ketika hukum hayat, yang ada di dalam roh kita ini menyebar ke dalam bagian-bagian batin kita— 33 pikiran, emosi, dan tekad kita—hukum ini menjadi beberapa hukum—Yer. 31:33; Ibr. 8:10; cf. 2 Kor. 3:3: 1) Penyebaran ini adalah pembagian, dan pembagian ini adalah penulisan. 2) Melalui pekerjaan, penyebaran, hukum hayat di dalam kita, Allah membuat kita menjadi sama dengan Dia dalam hayat, sifat, dan ekspresi. 3) Kita diserupakan kepada gambar Putra sulung Allah melalui pekerjaan hukum hayat. b. Putra sulung itu adalah prototipe, model standar, bagi reproduksi masal banyak putra Allah, yang adalah banyak saudara-Nya, untuk menyusun Tubuh-Nya bagi ekspresi korporat Allah—Rm. 8:29: 1) Jalan Allah untuk mereproduksi masal prototipe ini adalah dengan menggarapkan prototipe hidupNya, Putra sulung itu, ke dalam seluruh diri kita. 2) Jika kita bekerja sama dan terbuka kepada prototipe yang ajaib ini, Dia akan menyebar dari roh kita ke dalam jiwa kita. 3) Prototipe yang menghuni ini, yaitu Putra sulung Allah, secara otomatis bekerja di dalam kita sebagai hukum hayat untuk menyerupakan kita kepada gambar-Nya, untuk “memutrakan” kita. 4) Di dalam pemulihan-Nya Tuhan sedang bekerja dengan ngotot di antara kita untuk membuat setiap orang dari kita serupa dengan Putra sulung. 5) Tubuh Kristus sebagai manusia baru adalah reproduksi korporat dari model standar itu, Putra sulung Allah. B. “Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku”—Ibr. 8:10: 1. Allah menjadi Allah kita berarti Dia adalah warisan kita, dan kita menjadi umat Allah berarti kita adalah warisan Allah—Ef. 1:11, 14, 18; 3:21. 2. Di dalam perjanjian yang baru, kita memiliki hak istimewa untuk memiliki Allah sebagai Allah kita dan untuk menjadi umat-Nya—ini adalah hayat yang memampukan kita berbagian dalam kenikmatan akan Allah di dalam persekutuan dengan Dia, sehingga Dia dapat dikenal oleh kita, dipahami oleh kita, dan diperhidupkan oleh kita—1 Yoh. 1:3, 7. C. “Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya, atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah 34 Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku”—Ibr. 8:11: 1. Fungsi hayat memampukan kita mengenal Allah dengan cara batini hayat. 2. Kita dapat mengenal Allah secara subyektif dari batin melalui perasaan hayat, yang adalah perasaan, kesadaran hayat ilahi di dalam kita—Rm. 8:6; Ef. 4:18-20; Flp. 3:10a: a. Perasaan hayat mencakup perasaan maut serta perasaan hayat dan damai sejahtera—Rm. 8:6; Yes. 26:3. b. Perasaan hayat membuat kita mengenal apakah kita hidup dalam hayat alamiah atau dalam hayat ilahi dan apakah kita hidup dalam daging atau dalam roh. c. Kita harus hidup menurut perasaan hayat dalam prinsip hayat, bukan menurut prinsip benar dan salah, prinsip maut. 3. Mengenal Allah adalah memperhidupkan Allah; melalui fungsi yang spontan dan otomatis hayat ilahi di dalam kita, kita memiliki kapasitas untuk mengenal Allah, memperhidupkan Allah, dan bahkan menjadi satu dengan Allah dalam hayat dan sifat-Nya sehingga kita bisa menjadi ekspresi korporat-Nya. D. “Sebab Aku akan berdamai terhadap ketidakbenaran mereka dan dosa-dosa mereka tidak akan Kuingat lagi”—Ibr. 8:12: 1. Kristus membuat perdamaian bagi dosa-dosa kita untuk memenuhi tuntutan keadilbenaran Allah, untuk mendamaikan kita melalui memuaskan tuntutantuntutan keadilbenaran Allah—2:17. 2. Darah Kristus yang mustika dan serba berkhasiat itu menyelesaikan semua masalah kita sehingga kita dapat secara konstan tinggal di dalam persekutuan dengan Allah untuk terus-menerus menikmati penyelamatan organik-Nya—1 Yoh. 1:7-9; 2:1-2: a. Di hadapan Allah, darah penebusan Tuhan telah membasuh kita sekali untuk selamanya secara kekal (Ibr. 9:12, 14), dan khasiat pembasuhan itu tidak perlu diulangi. b. Namun, di dalam hati nurani kita, kita memerlukan aplikasi instan pembasuhan konstan darah mustika Tuhan berkali-kali kapan saja hati nurani kita diterangi oleh terang ilahi di dalam persekutuan kita dengan Allah. 3. Begitu Allah mengampuni kita, Dia menghapus dosa-dosa kita dari memori-Nya dan tidak mengingatnya lagi: 35 a. Pengampungan dosa-dosa berarti penghapusan tuntutan-tuntutan dosa terhadap kita di hadapan Allah agar kita bisa dilepaskan dari hukuman keadilbenaran Allah—Yoh. 3:18; 5:24. b. Bila Allah mengampuni kita dari dosa-dosa kita, Dia menyebabkan dosa-dosa yang telah kita perbuat itu menyingkir dari kita—Mzm. 103:12; Im. 16:7-10, 1522. 4. Pengampunan Allah atas dosa-dosa kita membuat kita takut akan Dia dan mengasihi Dia di dalam persekutuan kita yang dipulihkan dengan Dia—Mzm. 130:4; Luk. 7:47. IV. Perjanjian yang baru itu akan secara ultima menghasilkan Yerusalem Baru, perwujudan perjanjian baru Allah untuk mengekspresikan Allah secara korporat sampai pada puncaknya untuk kekekalan—Gal. 4:26-28, 31. 36 Berita Delapan Darah Perjanjian Pembacaan Alkitab: Kel. 24:4-8; 25:17, 22; 34:27-35; Im. 16:11-16- Mat. 26:28; Luk. 22:20; Ibr. 10:19-20 I. Darah mustika Kristus memuaskan Allah, ini adalah jalan masuk kaum beriman kepada Allah, dan ini mengalahkan semua tuduhan si musuh (Kel. 12:13; Ef. 2:13; 1 Ptr. 1:18-19; Ibr. 10:19-20, 22; 9:14; 1 Yoh. 1:7, 9; Why. 12:10-11); kita perlu maju lebih jauh melihat bahwa darah mustika Tuhan adalah darah perjanjian. II. “Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: "Inilah darah perjanjian yang diadakan Yehovah dengan kamu, berdasarkan segala firman ini”—Kel. 24:8: A. Ungkapan darah perjanjian juga digunakan di dalam Matius 26:28; perkara ini berasal dari hati Allah, tetapi tidak memiliki tempat di dalam hati manusia alamiah. B. Lukas 22:20 berkata, “Cawan ini adalah perjanjian yang baru yang didirikan dalam darah-Ku”: 1. Darah Tuhan, setelah memuaskan keadilbenaran Allah, menetapkan perjanjian yang baru dan membawa kita ke dalam realitas perjanjian yang baru itu—Ibr. 10:19-20; Kidung #416, bait 3 dan 4. 2. Melalui kematian Tuhan, darah-Nya menetapkan perjanjian yang baru itu; melalui kebangkitan Tuhan, Dia menjadi perjanjian yang baru dengan semua warisannya (Yes. 42:6; 49:8); dan di dalam kenaikan Tuhan, Dia adalah Mediator, Eksekutor, perjanjian yang baru ini (Ibr. 8:6; 9:15; 12:24) serta penjamin perjanjian yang baru, garansi bahwa segala sesuatu di dalam perjanjian yang baru itu akan dipenuhi—7:22: a. Kristus, sebagai perwujudan segala kekayaan Keallahan (Kol. 2:9) dan sebagai Dia yang tersalib dan bangkit, telah menjadi perjanjian Allah yang diberikan kepada umat-Nya; Dia adalah realitas segala adanya Allah dan segala yang telah Allah berikan kepada kita. b. Keselamatan Allah, keadilbenaran Allah, pembenaran Allah, pengampunan Allah, penebusan Allah, segala kekayaan Allah, dan semua yang telah dan akan Allah lakukan telah dijanjikan kepada kita. 37 c. Sebagai realitas semua warisan di dalam wasiat yang baru, Kristus, yang adalah Roh yang almuhit, pemberi-hayat, berhuni, dan rampung (1 Kor. 15:45b; 2 Kor. 3:17; Rm. 8:9-11), ada di dalam roh kita dan telah menjadi satu roh dengan kita—Tim. 4:22; 1 Kor. 6:17. III. “Lalu Musa menuliskan segala firman TUHAN itu. Keesokan harinya pagi-pagi didirikannyalah mezbah di kaki gunung itu, dengan dua belas pilar sesuai dengan kedua belas suku Israel”—Kel. 24:4: A. Mezbah menunjukkan keperluan akan penebusan, pengakhiran, dan penggantian; karena kita jatuh, berdosa, dan rusak, kita memerlukan penebusan dan pengakhiran, dan kita juga perlu digantikan oleh Kristus. B. Pilar menandakan bahwa setelah umat Allah ditebus, diakhiri, dan digantikan di mezbah, mereka dapat menjadi kesaksian Allah, mencerminkan apa adanya Dia. C. Darah berasal dari kurban-kurban yang dipersembahkan di mezbah; darah inilah, bukan mezbah atau pilar itu, yang membuat penetapan hukum itu menjadi berkhasiat—ay. 4-8. IV. Kita perlu melihat maksud Allah dalam menetapkan hukum Taurat: A. Dalam menetapkan hukum Taurat, maksud Allah adalah untuk menyingkapkan kepada umat pilihan dan tebusan-Nya Allah macam apakah Dia itu; sebagai kesaksian Allah, hukum Taurat adalah gambar atau foto Allah (16:34; 25:21); karena itu, fungsi pertama hukum Taurat adalah untuk mewahyukan bahwa Allah adalah Allah kekudusan, keadilbenaran, kasih, dan terang. B. Fungsi kedua hukum Taurat adalah untuk membuat umatNya menyadari bahwa mereka itu jatuh dan jauh dari Allah: 1. Allah tidak bermaksud agar umat-Nya menjalankan hukum Taurat yang Dia tetapkan; adalah mustahil bagi umat yang telah jatuh, berdosa, dan rusak untuk memelihara hukum Taurat—cf. Rm. 3:20. 2. Maksud Allah dalam menetapkan hukum Taurat berbeda dengan maksud mereka yang menerimanya; maksud mereka yang menerima hukum Taurat adalah memeliharanya—Kel. 24:3, 7. 3. Hanya melalui darah penebusanlah (1 Ptr. 1:18-19), darah perjanjianlah, umat Allah dibawa masuk ke dalam Tempat Maha Kudus untuk mengontak Allah dan 38 memiliki Allah diinfuskan ke dalam mereka—Ibr. 10:1920. V. Kita perlu melihat hubungan antara darah penebusan dan hadirat Allah: A. Musa jatuh, berdosa, dan rusak, sama seperti seluruh umat Israel yang lain; dia dapat tinggal di dalam hadirat Allah dan diinfus dengan Allah di puncak gunung selama empat puluh hari untuk menjadi cerminan Allah karena Allah melihat darah penebusan; inilah sebabnya kulit wajah Musa berpendar ketika dia turun dari gunung itu—Kel. 34:27-35. B. Satu-satunya orang yang layak untuk masuk ke dalam Tempat Maha Kudus dan datang kepada Tabut dengan tutup pendamaian adalah orang yang membawa darah penebusan dari pelataran luar; darah ini, yang adalah darah perjanjian, membawa umat ke dalam Tempat Maha Kudus untuk masuk ke dalam hadirat Allah—Im. 16:11-16: 1. Tutup pendamaian, sesuai dengan tempat pendamaian di dalam Roma 3:25 dan Ibrani 9:5, adalah penutup Tabut; ini menandakan Kristus sebagai tutup hukum adilbenar Allah dan juga tempat di mana Allah berjumpa dengan umat tebusan-Nya dan berbicara kepada mereka dalam kasih karunia—Kel. 25:17, 22. 2. Maka, tutup pendamaian di atas Tabut di Tempat Maha Kudus itu sama dengan takhta kasih karunia, yaitu Kristus sendiri yang tinggal di dalam roh kita; emas murni yang dengannya tutup itu dibuat menandakan sifat ilahi Kristus yang murni—Ibr. 4:16. 3. Allah berjumpa dengan umat-Nya dan berbicara kepada mereka dari atas tutup pendamaian dan di antara kerub menandakan bahwa Allah berjumpa dengan kita dan berbicara kepada kita di dalam Kristus yang mendamaikan sebagai kesaksian-Nya—Kel. 25:22; cf. 2 Kor. 3:8-11, 18. 4. Jadi, tutup pendamaian dengan darah kurban yang dipercikkan di atasnya pada Hari Pendamaian (Im. 16:1415, 29-30) menggambarkan Kristus yang menebus dalam keinsanian-Nya dan Kristus yang bersinar dalam keilahian-Nya sebagai tempat di mana orang-orang dosa yang jatuh dapat berjumpa dengan Allah yang adilbenar, kudus, dan mulia dan mendengarkan firman-Nya, dengan demikian diinfus dengan Allah sebagai kasih karunia dan menerima visi, wahyu, dan perintah dari-Nya—Kel. 25:2022. 39 VI. Musa adalah seorang yang mengenal hati Allah dan maksud-Nya; karena itu, dia menetapkan hukum Taurat bukan menurut maksud bani Israel melainkan menurut maksud Allah: A. Jalan Allah adalah mewahyukan apa adanya Dia dan kemudian menunjukkan kepada umat-Nya bahwa, dalam pandangan-Nya, mereka itu jatuh, berdosa, dan rusak (sepenuhnya tanpa harapan dan tanpa pertolongan) dan bahwa mereka sangat memerlukan penebusan dan pengampunan-Nya. B. Setelah mereka menerima penebusan dan pengampunan, darah penebusan akan membawa mereka ke dalam hadirat Allah di mana mereka dapat mengontaki Dia, menerima Dia ke dalam mereka, dan disusun menjadi pilar-pilar sebagai kesaksian hidup Allah, dan cerminan apa adanya Dia. C. Tuhan telah menggenapkan penebusan bagi kita, dan darahNya tersedia untuk membersihkan kita dan membawa kita ke dalam hadirat-Nya; sekarang Dia sedang menantikan kita untuk bertobat, berpaling kepada-Nya, dan menerima penebusan dan pengampunan-Nya. D. Menurut wahyu di dalam Perjanjian Baru, kita bukan hanya dibawa ke dalam hadirat Allah—kita juga dibawa ke dalam diri Allah sendiri; darah penebusan dan pembasuhan ini membawa kita ke dalam Allah! E. Ini memberi kita tumpuan dan kedudukan untuk menerima Allah, menikmati Allah, serta makan dan minum Allah; pada akhirnya, melalui berbagian dalam Allah dengan cara ini, kita akan menjadi pilar-pilar, kesaksian hidup-Nya. F. Jalan untuk menjadi pilar-pilar adalah jalan menikmati Allah; ini adalah jalan makan Dia sebagai suplai hayat kita (Yoh. 6:57; Why. 22:14) dan minum Dia sebagai air hidup kita (Yoh. 7:37-39; 4:10, 14; 1 Kor. 12:13); melalui makan dan minum Dia, kita menikmati Dia dan disusun dengan Dia. G. Ini adalah prinsip dasar ekonomi ilahi yang beroperasi di alam semesta ini hingga hari ini: 1. Konsep dasar ekonomi Allah bukanlah agar umat Allah memelihara hukum Taurat; hukum Taurat ditetapkan oleh Allah bukan agar umat-Nya bisa melakukannya tetapi agar melaluinya mereka bisa mengenal Allah secara positif dan mengenal diri mereka sendiri secara negatif. 2. Karena memiliki pengenalan yang tepat akan Allah dan akan diri mereka sendiri, maka mereka akan bertobat dan menerima penebusan Allah melalui darah penebusan, dan 40 mereka akan dibawa ke dalam hadirat Allah untuk menerima infusan Allah untuk menjadi pilar-pilar sebagai satu kesaksian yang hidup dan cerminan apa adanya Allah—cf. Rm. 8:4. VII. Darah perjanjian terutama adalah agar Allah menjadi porsi kita bagi kenikmatan kita—cf. Mzm. 27:4; 1 Kor. 2:9;. Ibr. 10:19-20: A. Di dalam perjanjian yang baru, Allah memberi kita pengampunan, hayat, keselamatan, dan semua berkat yang rohani, surgawi, dan ilahi. B. Ketika perjanjian yang baru ini diberikan kepada kita, ini adalah suatu cawan, suatu porsi bagi kita: “Cawan ini adalah perjanjian yang baru yang didirikan di dalam darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu”—Luk. 22:20: 1. Tuhan menumpahkan darah-Nya, Allah mendirikan perjanjian, dan kita menikmati cawan, di mana Allah dan segala yang berasal dari Dia adalah porsi kita—1 Kor. 10:16a. 2. Darah adalah harga yang Kristus bayarkan bagi kita, perjanjian adalah akta resmi yang Allah buat bagi kita, dan cawan adalah porsi yang kita terima dari Allah. 3. “Di dalam porsi ini, / kita miliki Allah; / Darah-Mu t'lah tertumpah, / Allah jadi segala. / Di dalam porsi ini, / ada hayat, tebusan; / Se-mua rencana Allah, / porsi kami pastilah”—Kidung #176, bait 3. VIII. Pada akhirnya, darah Kristus sebagai darah perjanjian yang baru (Mat. 26:28; Luk. 22:20) membawa umat Allah ke dalam hal-hal yang lebih baik dari perjanjian yang baru, di mana Allah memberi umat-Nya hati yang baru, roh yang baru, Roh-Nya, hukum hayat batini (yang menunjukkan Allah sendiri dengan sifat, hayat, atribut, dan kebajikanNya), serta kemampuan hayat untuk mengenal Allah—Yer. 31:33-34; Yeh. 36:26-27; Ibr. 8:10-12. IX. Secara ultima, darah perjanjian yang baru, perjanjian yang kekal ini (13:20), memungkinkan umat Allah untuk melayani Dia (9:14) dan memimpin umat Allah ke dalam kenikmatan yang penuh akan Allah sebagai porsi mereka (sebagai pohon hayat dan air hayat) sekarang dan untuk kekekalan—Why. 7:14, 17; 22:1-2, 14, 17. 41 Berita Sembilan Memelihara Hari Raya kepada Allah Tiga Kali Setahun Melambangkan Kenikmatan yang Penuh akan Allah Tritunggal di dalam Kristus Pembacaan Alkitab: Kel. 23:14-19a; 1 Kor. 5:7-8; 15:20, 23, 45b; Rm. 8:23; Kis. 2:1, 4; Gal. 3:14; Why. 21:2-3 I. “Tiga kali setahun haruslah perayaan bagi-Ku”—Kel. 23:14: engkau mengadakan A. Tiga kali ini adalah Hari Raya Roti Tidak Beragi (Ul. 16:1-8); Hari Raya Penuaian, yaitu Hari Raya Tujuh Minggu (ay. 912), atau Hari Raya Pentakosta; dan Hari Raya Pengumpulan, yaitu Hari Raya Tabernakel (Im. 23:34; Ul. 16:13-15). B. Memelihara hari-hari raya ini kepada Allah tiga kali setahun melambangkan kenikmatan penuh akan Allah Tritunggal dalam Kristus—2 Kor. 13:13. II. Memelihara Hari Raya Roti Tidak Beragi (Ul. 16:1-8) melambangkan pembersihan semua hal dosa melalui kenikmatan akan Kristus sebagai suplai hayat yang tanpa dosa—Kel. 23:15: A. Bangsa Israel harus mengadakan Hari Raya Roti Tidak Beragi selama tujuh hari sebagai kelanjutan Hari Raya Paskah; sebenarnya, Hari Raya Paskah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi adalah satu—12:15-20; 13:6-7; Mat. 26:17. B. Tidak boleh ada ragi yang terlihat pada bani Israel; ini menandakan bahwa kita harus menanggulangi dosa yang kita sadari, semua dosa yang termanifestasi, yang terlihat—Kel. 13:7; 12:19; 1 Kor. 5:7a; Ibr. 12:1-2a: 1. Menanggulangi dosa yang termanifestasi adalah memelihara Hari Raya Roti Tidak Beragi. 2. Jika kita bertoleransi pada dosa begitu dosa itu terekspos, kita akan kehilangan kenikmatan persekutuan umat Allah—Kel. 12:19; 1 Kor. 5:13. C. Kristus adalah roti tidak beragi kita, suplai hayat kita yang tanpa dosa dengan ketulusan dan kebenaran, mutlak murni, tanpa campuran, dan penuh dengan realitas—ay. 7-8: 1. Satu-satunya jalan untuk menyingkirkan dosa adalah setiap hari makan Kristus sebagai hayat yang tersalib, bangkit, dan tanpa dosa, yang ditandai oleh roti tidak beragi. 42 2. Roti tidak beragi menandakan Kristus yang tanpa dosa yang disalurkan ke dalam kita, kaum beriman-Nya, sebagai elemen tanpa ragi (tanpa dosa); sebagai roti tidak beragi, Kristus adalah makanan rohani dan ilahi yang membuat kita menjadi tidak beragi. 3. Bila kita mengambil Kristus sebagai hayat kita—hayat yang tanpa ragi, hayat yang memurnikan—hayat ini memurnikan kita. D. Seluruh periode kehidupan Kristen kita (yang ditandai oleh tujuh hari), dari hari perpalingan kita sampai hari keterangkatan kita, haruslah menjadi satu hari raya, kenikmatan akan Kristus sebagai suplai hayat yang kaya— Kel. 12:16, 18-19. E. Sebagai roti yang tidak beragi, Kristus adalah bagi kita untuk menempuh kehidupan gereja yang murni—1 Kor. 5:7-8: 1. Di alam gereja tidak boleh ada ragi, yang di dalam Alkitab menandakan semua hal negatif, seperti doktrin-doktrin dan praktek-praktek yang salah, perbuatan-perbuatan yang jahat, dan hal-hal dosa. 2. Kita perlu menjadi adonan yang baru—ay. 7)—gereja, yang tersusun dari kaum beriman di dalam sifat baru mereka. III. Hari Raya Penuaian—Hari Raya Tujuh Minggu, atau Hari Raya Pentakosta—melambangkan kenikmatan akan buah sulung Roh dari Kristus yang bangkit—Kel. 23:16a; Rm. 8:23: A. Di dalam perlambangan Perjanjian Lama, buah sulung menandakan Kristus yang bangkit (1 Kor. 5:20, 23) yang dipersembahkan kepada Allah pada hari kebangkitan-Nya (Yoh. 20:17), yang dilambangkan di dalam Imamat 23:10-11 oleh buah sulung yang dipersembahkan kepada Allah pada hari setelah Sabat, hari kebangkitan Kristus—Mat. 28:1: 1. Roma 8:23 dan 1 Korintus 15:23 mengindikasikan bahwa buah sulung Roh adalah Kristus; buah sulung melambangkan Kristus dalam kebangkitan, dan Kristus yang bangkit ini adalah Roh itu. 2. Perlambangan di dalam Perjanjian Lama tentang Hari Raya Penuaian mengindikasikan bahwa sebagai pemenuhan hari raya ini, Kristus yang bangkit adalah Roh itu. 3. Roh yang turun pada hari Pentakosta adalah Kristus sebagai buah sulung yang telah dipersembahkan kepada Allah: 43 a. Tanpa buah sulung di dalam Perjanjian Lama, tidak akan ada Hari Raya Penuaian, dan tanpa Roh itu di dalam Perjanjian Baru, tidak akan ada Pentakosta. b. Roh yang datang pada hari Pentakosta adalah penggenapan buah sulung yang dipersembahkan kepada Allah di dalam Perjanjian Lama—Kristus yang bangkit sebagai Roh pemberi-hayat—ay. 45b. B. Pada hari Pentakosta, yang tepat lima puluh hari dari hari kebangkitan Kristus, Roh itu sebagai hasil penuh dari Kristus yang bangkit dicurahkan ke atas gereja (Kis. 2:1-4); ini mengindikasikan bahwa Kristus yang bangkit menjadi Roh itu dicurahkan ke atas kaum beriman-Nya bagi kenikmatan mereka yang penuh—1 Kor. 15:45b; 2 Kor. 3:17. C. Hari Raya Penuaian melambangkan kenikmatan akan produk yang kaya yang dihasilkan oleh Kristus yang bangkit—Ef. 3:8; 1 Kor. 15:45b: 1. Produk yang kaya ini adalah Roh almuhit Allah Tritunggal yang telah melalui proses, yang diberikan olehNya kepada umat pilihan-Nya sebagai berkat injil sehingga mereka bisa menikmati Kristus yang almuhit (perwujudan segala kekayaan Allah Tritunggal) sebagai negeri baik mereka—Gal. 3:14. 2. Ini menandakan bahwa kaum beriman, melalui menerima Roh yang limpah lengkap pada hari Pentakosta, bukan hanya telah masuk ke dalam negeri yang baik melainkan juga berpartisipasi dalam segala kekayaan yang limpah lengkap dari Kristus yang almuhit (Ef. 3:8) di dalam kebangkitan dan kenaikan-Nya, sebagai bagian yang ditetapkan Allah secara penuh di dalam ekonomi Perjanjian Baru-Nya. IV. Hari Raya Pengumpulan, Hari Raya Tabernakel (Im. 23:34; Ul. 16:13-15), adalah perampungan penuaian itu—Kel. 23:16b: A. Hari Raya Tabernakel pertama-tama melambangkan masa seribu tahun yang akan datang sebagai berkat sezaman yang penuh sukacita bagi umat tebusan Allah, termasuk para pemenang dan orang-orang Israel yang diselamatkan, untuk dinikmati bersama Allah di bumi yang telah dipulihkan—Im. 23:34, 39: 1. Milenium itu akan datang setelah penuaian apa yang Allah dambakan di atas bumi sepanjang tiga zaman sebelum milenium—zaman sebelum hukum Taurat (dari Adam sampai Musa—Rm. 5:14), zaman hukum Taurat (dari Musa sampai kedatangan Kristus kali pertama— 44 Yoh. 1:17), dan zaman gereja (dari Pentakosta sampai kedatangan Kristus kali kedua—Kis. 1:11). 2. Milenium, zaman kerajaan (Why. 20:4, 6), akan menjadi zaman yang keempat dan terakhir bagi langit lama dan bumi lama; ini akan mendatangkan langit baru dan bumi baru dengan Yerusalem Baru untuk kekekalan—21:1-3. B. Akhirnya, Hari Raya Tabernakel yang kekal akan menjadi kenikmatan di dalam Yerusalem Baru, tabernakel yang kekal (ay. 2-3), di dalam langit baru dan bumi baru bagi seluruh umat Allah sebagai perampungan tuaian akan pengalaman mereka akan Allah. C. Hari Raya Tabernakel, satu perayaan kenikmatan dan kepuasan, menandakan perampungan keselamatan penuh Allah secara organik: 1. Setelah penuaian panen mereka dari negeri yang baik, bangsa Israel melaksanakan Hari Raya Tabernakel untuk menyembah Allah dan menikmati apa yang telah mereka tuai; mereka berhimpun bersama adalah gambaran tentang perbauran—Ul. 16:13-15. 2. Perayaan tahunan terakhir untuk perbauran adalah pada musim gugur setelah penuaian bagi bangsa Israel untuk menikmati produk mereka dari tuaian negeri yang baik dalam pujian mereka kepada Allah dengan penyembahan, untuk memberkati Allah dan memuji Allah. D. Allah menetapkan Hari Raya Tabernakel sehingga bangsa Israel akan mengingat bagaimana nenek moyang mereka, ketika mengembara di padang belantara, tinggal di tendatenda (Im. 23:39-43), dan mengharapkan untuk masuk ke dalam perhentian negeri yang baik itu: 1. Perayaan ini mengingatkan bahwa hari ini kita masih berada di padang belantara dan perlu masuk ke dalam perhentian Yerusalem Baru, yang adalah tabernakel yang kekal—Why. 21:2-3. 2. Yerusalem Baru disebut tabernakel, mengindikasikan bahwa orang-orang yang berprtisipasi dalam Yerusalem Baru adalah para pemelihara riil Hari Raya Tabernakel untuk kekekalan dengan kenikmatan dan kepuasan yang penuh. 3. Kata tabernakel di dalam sebutan Hari Raya Tabernakel menyiratkan pemikiran akan peringatan—Yoh. 7:2. 4. Yerusalem Baru, sebagai tabernakel Allah, adalah tabernakel peringatan bagaimana para pemenang, sebelum perampungan Yerusalem Baru di zaman 45 kerajaan, masih hidup di tenda-tenda; mereka belum menetap—Kej. 12:8; Ibr. 11:8-10. 5. Bila para pemenang memasuki Yerusalem Baru di langit baru dan bumi baru, mereka tidak akan tinggal di tendatenda lagi, namun mereka masih tetap menyebut tempat tinggal kekal mereka tabernakel untuk mengingat apa yang telah mereka alami—Why. 21:3: a. Bila kita berada di Yerusalem Baru, kita akan memiliki banyak kenangan yang kekal dan menggembirakan tentang bagaimana kita mengalami Allah dan bagaimana Allah hidup bersama kita; kita tinggal di dalam tenda-tenda, dan Dia tinggal di dalam tabernakel—Kel. 40:34-35; Ibr. 11:8-10. b. Pada akhirnya Hari Raya Tabernakel kita akan menjadi kenikmatan akan Yerusalem Baru di langit baru dan bumi baru; ini akan menjadi perampungan riil semua tuaian dari pengalaman kita akan Allah—2 Kor. 13:13; Ef. 3:16-21. 46 Berita Sepuluh Penyembahan terhadap Allah Pembacaan Alkitab: Why. 22:9b; 14:7; 4:8-11; 5:9-14; Kej. 4:3-5; Kel. 20:22-26; 32:1, 4-6; 24:10-11; Yoh. 4:23-24 I. “Sembahlah Allah”—Why. 22:9b: A. Perintah terakhir di dalam Perjanjian Baru adalah menyembah Allah: 1. Allah menginginkan penyembahan; Allah ingin manusia tahu bahwa Dia adalah Allah dan mendeklarasikan bahwa Dia adalah Allah—4:10-11. 2. Menyembah Allah adalah mengakui bahwa Dia adalah Allah—Yoh. 20:28; 9:35-38: a. Pengenalan yang tertinggi akan Allah adalah tentang Keallahan-Nya. b. Penyembahan adalah pengakuan bahwa Dia adalah Allah dan bahwa kita adalah manusia. 3. Penyembahan berasal dari penglihatan; perlu wahyu agar dapat menyembah. B. Iblis sedang mencari penyembahan—Mat. 4:8-10; Why. 13:4, 8, 12, 15: 1. Allah menginginkan penyembahan, dan Satan juga menginginkan penyembahan—14:6-7. 2. Allah memerlukan penyembahan kita terhadap-Nya, dan yang Satan takuti adalah penyembahan kita terhadap Allah. 3. Pencobaan Iblis kepada Yesus di padang belantara membuka mata kita untuk melihat apa yang Satan inginkan—penyembahan dari manusia—Mat. 4:8-10. C. Di dalam Kitab Wahyu kita melihat satu garis khusus—garis penyembahan (4:8-11; 5:9-14; 13:4, 8, 12, 15; 14:7; 22:9b: 1. Di dalam Wahyu 4 kita melihat bahwa karena penciptaan, Allah menerima penyembahan; gambaran di dalam Wahyu 4 memperlihatkan bahwa dari kekekalan hingga kekekalan Allah memiliki takhta dan penyembahan yang terus-menerus; Allah telah memiliki penyembahan ini sebelum fondasi dunia diletakkan. 2. Di dalam Wahyu 5 kita melihat bahwa karena penebusan, Allah menerima penyembahan. D. Di dalam Perjanjian Baru, melayani Allah sebenarnya sama dengan menyembah Allah—Rm. 1:9: 1. Dalam jawaban Tuhan kepada Satan di dalam Matius 4:10, kita melihat bahwa menyembah Allah adalah melayani Allah. 47 2. Kita tidak dapat melayani Allah tanpa menyembah Dia; kita juga tidak dapat menyembah Dia tanpa melayani Dia. E. Penyembahan hari ini direalisasikan di dalam Tubuh Kristus—Ef. 3:20-21; Ibr. 2:12. 1. Terpisah dari Tubuh, sulit untuk memiliki penyembahan yang tepat. 2. Penyembahan di dalam Perjanjian Baru adalah perkara korporat. II. Habel menyembah Allah menurut wahyu ilahi, sedangkan Kain menyembah menurut opini dan konsepnya sendiri— Kej. 4:3-5: A. Kain tidak mengikuti jalan keselamatan melalui penebusan pendahuluan tetapi dengan lancang mempersembahkan hasil jerih lelahnya sendiri kepada Allah—ay. 3: 1. Jalan Kain menyembah Allah adalah menciptakan satu agama menurut konsep dan opini insaninya—Yud. 11. 2. Selama berabad-abad dan berbagai generasi, sudah tak terhitung jumlah pengikuti Kain, yaitu orang-orang di berbagai tempat dan zaman yang telah menciptakan agama mereka sendiri. B. Menurut Ibrani 11:4, persembahan Habel, yaitu suatu kurban, dipersembahkan kepada Allah oleh iman, yang berasal dari mendengarkan firman injil—Rm. 10:17, 14: 1. Habel adalah imam Allah yang pertama, yang mewakili semua orang beriman dalam Kristus—1 Ptr. 2:5, 9. 2. Dalam perlambangan, Habel mempersembahkan Kristus kepada Allah—Bil. 18:17: a. Persembahan ini mencakup pemercikan darah di atas mezbah bagi penebusan dan pembakaran lemak sebagai bau-bauan harum yang memuaskan Allah. b. Persembahan Habel, yang persis sesuai dengan apa yang kelak diwahyukan di dalam hukum Taurat Musa—Kel. 20:22-26), membuktikan bahwa caranya menyembah Allah adalah menurut wahyu ilahi Allah, bukan menurut konsepnya sendiri. III. Keluaran 20:22-26 mewahyukan peraturan-peraturan hukum Taurat mengenai penyembahan terhadap Allah: A. Dalam penyembahan terhadap Allah, tidak boleh memberikan tempat kepada kekayaan, yang di dalam Keluaran 20:23 ditandai dengan perak dan emas (cf. Kis. 3:6; 1 Tim. 6:17); kita tidak dapat melayani Allah dan mamon— Mat. 6:24. 48 B. Penyembahan yang tepat terhadap Allah haruslah mencakup kurban bakaran—Kristus yang dipersembahkan kepada Allah bagi kenikmatan dan kepuasan-Nya—dan kurban pendamaian—Kristus yang dipersembahkan kepada Allah bagi kenikmatan dan kepuasan kita bersama dengan Allah— Kel. 20:24. C. Menurut Keluaran 20:24-26, mezbah yang Allah minta untuk penyembahan itu primitif dan tidak berbudaya di mata manusia dan tidak memberikan tempat kepada hikmat dan kekuatan manusia—1 Kor. 1:17-25: 1. Mezbah didirikan dengan bahan-bahan yang diciptakan oleh Allah, mengindikasikan bahwa salib telah dipersiapkan sepenuhnya oleh pekerjaan Allah, tidak memberikan tempat kepada pekerjaan manusia—Kel. 20:24. 2. Mendirikan satu mezbah dengan cara ini berarti menerima apa yang telah Allah persiapkan, tanpa tambahan pekerjaan manusia. D. Dalam penyembahan yang tepat terhadap Allah tidak boleh ada nama lain selain nama Tuhan—ay. 24; Ul. 12:5, 11; 14:23; 16:6, 11; 26:2. E. Penyembahan yang tepat terhadap Allah mengundang lawatan dan berkat Allah—Kel. 20:24. F. Menambahkan pekerjaan manusia kepada penyembahan terhadap Allah adalah mendatangkan polusi—ay. 25: 1. Karena manusia jatuh itu adalah dosa, polusi, di mata Allah (Mzm. 51:6; 2 Kor. 5:21), tidak ada pekerjaan manusia yang berkenan kepada-Nya—cf. Kej. 4:3-5; Gal. 2:16. 2. Setiap manusia jatuh yang menyembah Allah harus diakhiri, dengan semua pekerjaan dan jalannya. G. Tangga mengacu pada cara manusia, yang menonjolkan pencapaian oleh kemampuan alamiah dan menciptakan perbedaan level di antara umat Allah—Kel. 20:26: 1. Keselamatan Allah menjubahi manusia dengan Kristus sebagai keadilbenarannya (Kej. 3:21; Luk. 15:22; 1 Kor. 1:30; Flp. 3:9), tetapi jalan manusia menyingkapkan ketelanjangan sifatnya yang jatuh. 2. Pada prinsipnya, penggunaan hikmat manusia dalam membangun mezbah dengan tangga itu mengesampingkan Kristus dan membuat sifat manusia yang jatuh itu terekspos. 3. Alih-alih menggunakan hikmat kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan Allah, kita harus sepenuhnya 49 bersandar dalam Kristus dan karenanya tetap tinggal di bawah Kristus sebagai penudung kita. IV. Sementara Musa sedang menerima wahyu ilahi mengenai penyembahan terhadap Allah, Harun membuat patung lembu emas, dan bangsa Israel menyembahnya seolah-olah itu adalah Allah yang benar—Kel. 32:1-6: A. Patung lembu emas bukanlah berhala orang kafir, sebab ini dibuat oleh Harun, imam besar asli yang ditunjuk oleh Allah—ay. 2-4. B. Harun membuat patung lembu itu dalam nama Yehovah dan memimpin penyembahan berhala itu dengan cara mempersembahkan kurban kepada Allah dan menyembah Allah—ay. 4-6, 8. C. Umat tebusan Allah menyembah berhala dalam nama Yehovah Allah mereka dan dengan cara yang ditetapkan Allah—cf. Mzm. 106:19-20; Rm. 1:23. V. Melihat Allah adalah menyembah Dia, seperti yang diwahyukan di dalam Keluaran 24:1, 10-11: A. “Mereka memandang Allah, lalu makan dan minum”—ay. 11: 1. Ketika mereka memandang Allah, mereka makan dan minum. 2. Saat mereka mengalami pandangan yang paling luar biasa, mereka disegarkan melalui makan dan minum. B. Allah ingin kita menikmati Dia dan menyembah Dia dari kenikmatan ini. C. Menyembah Allah di sini terdiri dari memandang Allah serta makan dan minum; ini adalah penyembahan yang benar, penyembahan yang Allah dambakan. VI. Penyaluran ilahi dari Trinitas Ilahi adalah suplai kepada kaum beriman dalam penyembahan mereka terhadap Bapa dalam penyaluran Allah—Yoh. 4:14, 23:24: A. Penyembahan yang asli terhadap Allah Bapa adalah dalam roh dan dalam kebenaran; realitas ilahi, yang dialami dan dinikmati oleh kita dan tersusun ke dalam kita, menjadi kebenaran yang di dalamnya kita menyembah Allah dengan penyembahan yang Dia inginkan—ay. 23-24. B. Firman Tuhan di dalam Yohanes 4 menunjukkan penyembahan terhadap Bapa dalam penyaluran Allah: 1. Penyembahan yang Tuhan bicarakan adalah penyembahan terhadap Bapa di dalam Putra dan di dalam Roh; ini adalah penyembahan dalam penyaluran Allah, penyembahan oleh penyaluran ilahi—Ef. 2:18; 3:14-21. 50 2. Jika kita ingin memiliki penyembahan yang benar, kita memerlukan Allah dalam Trinitas Ilahi-Nya disalurkan ke dalam diri kita—2 Kor. 13:13. 3. Penyembahan terhadap Bapa dalam penyaluran Allah itu berhubungan dengan minum air hidup—Yoh. 4:10, 14: a. Mengontak Allah Roh dengan roh kita adalah minum air hidup, dan minum air hidup adalah memberikan penyembahan yang riil terhadap Allah—ay. 24. b. Agar dapat menyembah Bapa dalam penyaluran Allah, kita perlu minum Roh itu sehingga Allah bisa menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam diri kita—ay. 14; 1 Kor. 10:3-4; 12:13. 4. Kita mempraktekkan penyembahan jenis ini terutama di dalam sidang perjamuan Tuhan, di mana, setelah kita berbagian dengan roti dan cawan, Tuhan membawa kita kepada Bapa di dalam Roh itu, dan kita menyembah Bapa dalam penyaluran ilahi dari Trinitas Ilahi—Mat. 26:30; Ibr. 2:11-12; Ef. 2:18. 5. Semakin banyak kita mengalami penyaluran ilahi dari Trinitas Ilahi, semakin banyak kita menjadi penyembahpenyembah yang Bapa inginkan dan kita akan memiliki jenis penyembahan yang Bapa inginkan—penyembahan dalam penyaluran Allah—Yoh. 4:10, 23-24. 51 Berita Sebelas Malaikat Yehovah bagi Umat-Nya untuk Mengambil Alih Negeri yang Baik Pembacaan Alkitab: Kel. 23:20-33 I. Sebutan Malaikat Yehovah di dalam Keluaran 3:2 terutama mengacu kepada Kristus, Putra Allah, sebagai Yang diutus Allah (cf. Yoh. 8:42) untuk menyelamatkan umat-Nya dari situasi mereka yang menderita—cf. Hak. 6:12-22; 13:3-22: A. Menurut Keluaran 3:2 dan 6, Malaikat Yehovah, Yang diutus itu, adalah Yehovah itu sendiri, Sang pengutus (cf. Zak. 2:611), dan Yehovah adalah Allah Tritunggal—Kel. 3:6, 15. B. Bagi tujuan memanggil dan mengutus Musa, Allah, Sang pengutus, menampakkan diri kepadanya sebagai Yang diutus—cf. Yoh. 20:21; Kis. 7:30-31. II. “Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka”—Kel. 14:19: A. Malaikat Allah di dalam Keluaran 14:19 adalah Malaikat Yehovah yang memanggil Musa; Malaikat Yehovah adalah Kristus sebagai Yang diutus Allah—3:2, 4. B. Fakta bahwa Yang diutus Allah berjalan di depan tentara Israel mengindikasikan bahwa Kristus adalah Dia yang memimpin umat itu. C. Ketika Malaikat Allah bergerak, maka tiang itupun bergerak juga, ini memperlihatkan bahwa Malaikat dan tiang itu adalah satu; Kristus dan Roh yang memimpin itu tidak dapat dipisahkan—Yoh. 14:17-20; 16:13; 2 Kor. 3:17; Why. 5:6. III. Malaikat Yehovah di dalam Hakim-hakim 2:1 adalah Allah itu sendiri dalam Trinitas Ilahi-Nya yang melayani umat pilihan-Nya sebagai seorang Hamba—cf. Ibr. 1:14: A. Perwujudan Allah Tritunggal adalah Kristus, dan Kristus adalah Malaikat Yehovah, yang memperhatikan Israel sebagai Yehovah yang bertindak di dalam Perjanjian Lama. B. Kristus menjadi Malaikat Yehovah berarti Allah telah menunjuk dan mengamanatkan diri-Nya sendiri dalam Trinitas Ilahi-Nya untuk bertindak dalam memperhatikan umat-Nya. 52 C. Karena Israel tidak bertindak seperti istri yang tepat, Yehovah yang adalah sang Suami, sang Kepala, dan Raja Israel menjadi seorang Hamba terhadap istri-Nya: 1. Dia datang kepadanya bukan sebagai seorang Suami, Kepala, atau Raja melainkan sebagai Malaikat Yehovah, yang diutus oleh Yehovah—Zak. 2:9-11. 2. Karena Israel tidak menganggap Yehovah sebagai Kepala, maka Dia menjadi seorang Hamba untuk melayani Israel; perkataan-Nya kepada Israel di dalam Hakim-hakim 2:13 bukanlah teguran atau satu perintah melainkan nasihat dari seorang hamba. IV. Kristus adalah Malaikat perjanjian di dalam Maleakhi 3:1: A. Kedatangan Kristus secara tiba-tiba sebagai Malaikat perjanjian akan menjalankan, kepada Israel, perjanjian yang telah Dia tetapkan melalui kematian-Nya—Mat. 26:28. B. Di dalam kedatangan-Nya kali pertama, Kristus datang dengan cara seorang Malaikat, seorang yang melayani (cf. Ibr. 1:14), untuk melayani Allah dengan membentuk wasiat yang baru—Mrk. 10:45. C. Ketika Dia mendirikan meja-Nya pada malam di mana Dia dikhianati, Dia menetapkan perjanjian yang baru (Luk. 22:20), di mana Allah harus mengampuni dosa-dosa kita dan menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam diri kita untuk menjadi hayat kita, hukum hayat kita, dan segala sesuatu kita sebagai isi batini kita supaya kita bisa memperhidupkan Dia—Yer. 31:31-34; Ibr. 8:8-12. D. Sebagai Malaikat perjanjian, Kristus di dalam kebangkitan mengeksekusi perjanjian yang baru itu sebagai jaminannya, membuatnya menjadi riil bagi kita melalui meyakinkan kita bahwa dosa-dosa kita telah diampuni dan melalui menyalurkan segala kekayaan Allah Tritunggal yang dijanjikan itu ke dalam kita—7:22; Yer. 31:31-34. V. Di dalam Kitab Wahyu Kristus adalah Malaikat yang lain dalam pekerjaan-Nya di dalam administrasi ilahi—7:2; 8:3; 10:1, 5, 9; 18:1: A. Di dalam Kitab Wahyu, Dia disebut “Malaikat yang lain,” Malaikat yang unik dan khusus, karena Dia adalah Yang diutus Allah untuk melaksanakan ekonomi-Nya. B. Sebagai Malaikat yang lain, Kristus memperhatikan umat Allah, baik putra-putra Israel maupun kaum beriman: 1. Di dalam 7:2-8, Dia memperhatikan sisa Israel pilihan dan disingkapkan sebagai Malaikat yang lain dalam hubungannya dengan “seratus empat puluh empat ribu 53 yang telah dimeteraikan dari setiap suku putra-putra Israel”—ay. 4. 2. Dalam pekerjaan-Nya sebagai Malaikat yang lain, Kristus memperhatikan kaum beriman, orang-orang kudus tebusan dari gereja, memelihara mereka selama kesusahan—ay. 9-17. 3. Kristus sebagai Malaikat Allah mengendalikan seluruh alam semesta, mengarahkan malaikat-malaikat lain untuk melaksanakan penghakiman Allah atas bumi—ay. 2-3. C. Di dalam 8:3-5, Kristus sebagai Malaikat yang lain menngeksekusi administrasi Allah atas bumi melalui meministrikan kepada Allah sebagai Imam Besar dengan doadoa orang-orang kudus-Nya: 1. Mezbah ukupan (mezbah emas) adalah pusat eksekusi administrasi Allah. 2. Pedupaan emas menandakan doa-doa orang-orang kudus (5:8), dan ukupan menandakan Kristus dengan segala kebaikan-Nya ditambahkan kepada doa-doa orang-orang kudus. 3. Ketika doa-doa orang-orang kudus itu naik kepada Allah dengan ukupan Kristus, maka Allah melaksanakan administrasi-Nya—8:5: a. Administrasi Allah memerlukan doa-doa orang-orang kudus, yang adalah respon mereka terhadap ministri surgawi Kristus; saat kita berdoa, Dia mengadministrasikan, dan saat Dia mengadministrasikan, kita berdoa. b. Kristus pertama-tama mempersembahkan doa-doa kita kepada Allah dan kemudian mencurahkan jawaban-jawaban Allah; pencurahan jawabanjawaban Allah pada doa-doa kita ini sama dengan administrasi universal Allah. D. Di dalam 10:1-2 Kristus datang sebagai Malaikat yang lain untuk mengambil alih laut dan darat: 1. Satu kaki-Nya di atas laut dan kaki-Nya yang lain di atas darat menandakan bahwa Dia datang untuk mengambil alih seluruh bumi—ay. 2b. 2. Walaupun bumi dan laut telah dirampas oleh musuh Allah, tetapi pada satu hari Kristus tidak akan bertoleransi lagi terhadap perampasan ini, dan Dia akan datang untuk mengklaim warisan yang menjadi hakNya—Mzm. 2:8; 24:1. 54 E. Dalam pekerjaan-Nya sebagai Malaikat yang lain, Kristus akan datang untuk mengumumkan penghakiman Allah atas Babel Besar dan menampakkan diri dalam kemuliaan untuk membuat seluruh bumi menjadi kerajaan Allah—Why. 18:12; 11:15. VI. “Sesungguhnya Aku mengutus seorang Malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan”—Kel. 23:20; cf. ay. 21-33: A. Penetapan hukum Taurat itu disimpulkan dengan porsi mengenai Malaikat itu dan negeri yang baik, ini mengindikasikan bahwa tujuan penetapan hukum Taurat itu adalah agar mereka yang menerima hukum Taurat akan memasuki negeri yang baik—ay. 20-33. B. Malaikat Yehovah melambangkan Kristus sebagai Yang diutus oleh Allah untuk menjaga umat-Nya di dalam perjalanan dan untuk membawa mereka ke dalam negeri yang baik, dan negeri yang baik melambangkan Kristus dalam kealmuhitan-Nya sebagai porsi yang ditetapkan bagi umat Allah—Ul. 8:7; Kol. 1:12. C. Jadi, Kristus sebagai Yang diutus membawa umat Allah ke dalam diri-Nya sendiri sebagai negeri yang baik itu; sasaran dalam tujuan Allah adalah untuk membawa umat Allah ke dalam kenikmatan yang penuh akan Kristus sebagai negeri yang almuhit. D. Mengenai Malaikat Yehova, Keluaran 23:21 berkata, “NamaKu ada di dalam Dia”; nama Yehovah identik dengan personaNya, mengindikasikan bahwa Malaikat Yehovah adalah Yehovah sendiri. E. Kristus, Yang diutus Allah, berbicara bagi Allah di dalam kita; jika kita ingin memiliki Dia, kita harus belajar menaati suara-Nya; suara Malaikat itu adalah pembicaraan Yehovah, ini dengan kuat membuktikan bahwa Malaikat itu dan Yehovah adalah satu—ay. 21-22. F. Berbagai suku penyembah berhala yang menduduki negeri itu menandakan berbagai aspek dari hayat alamiah kita—ay. 23: 1. Ilah-ilah (berhala-berhala) suku-suku penyembah berhala (ay. 24) dengan roh-roh najis di belakangnya (cf. 1 Kor. 10:20), mewakili kuasa-kuasa rohani yang jahat—Ef. 6:12. 2. Di balik hayat alamiah kita ada kuasa-kuasa jahat (cf. Mat. 16:23), yang memanfaatkan, memanipulasi, dan mengarahkan aspek-aspek hayat alamiah kita untuk menghambat kita dari mengambil Kristus yang almuhit dan menikmati segala kekayaan-Nya. 55 3. Sejarah memperlihatkan bahwa suku-suku penyembah berhala di negeri itu adalah sumber dosa Israel terhadap Allah (cf. Kel. 23:33); ini mengindikasikan bahwa hayat alamiah kita adalah sumber dosa-dosa kita. 4. Di pandangan Allah, mereka yang hidup menurut hayat alamiah itu terus menerus berdosa, walaupun mereka melakukan yang baik atau yang jahat; karena hayat alamiah menghambat kita memiliki Kristus dan menikmati Dia, kita harus membencinya (Luk. 14:26) dan, saat kita bertumbuh dalam Kristus, kita rela menghalaunya. G. Berkat-berkat di dalam Keluaran 23:25-26 secara rohani menandakan bahwa Allah akan memberi kita roti (Firman— Mat 4:4) untuk merawat kita dan air (Roh itu—Yoh. 7:37-39) untuk memuaskan kita, dan akan membuat kita bertumbuh dan berbuah, dan akan menyingkirkan penyakit kita agar kita tidak akan menderita kematian dini (cf. 1 Kor. 11:30; 1 Yoh. 5:16) melainkan akan bertumbuh dalam hayat ilahi sampai matang, sampai dewasa (Ef. 4:13; Kol. 1:28), agar dapat memperoleh Kristus yang almuhit sebagai milik kita bagi kenikmatan kita—Flp. 3:8. H. Allah tidak akan mengerat hayat alamiah kita, yang ditandai oleh suku-suku penyembah berhala, semuanya sekaligus, karena ini akan membuat kita kosong secara batin dan berada dalam bahaya diambil alih oleh roh-roh najis, yang ditandai oleh binatang-binatang hutan—Kel. 23:29; cf. Mat. 12:43-45: 1. Allah mengerat hayat alamiah kita secara berangsurangsur, sedikit demi sedikit, menurut derajat pertumbuhan kita dalam hayat ilahi—Kel. 23:30; cf. Kol. 2:19. 2. Semakin banyak Kristus bertambah di dalam kita, semakin banyak Dia akan menggantikan hayat alamiah kita. I. “Aku akan menentukan batas daerahmu dari Laut Merah sampai Laut Filistin dan dari padang belantara sampai sungai Efrat, sebab Aku akan menyerahkan penduduk negeri itu ke dalam tanganmu, sehingga engkau menghalau mereka dari depanmu”—Kel. 23:31: 1. Laut dan sungai di dalam ayat 31 menandakan air kematian, dan padang belantara menandakan kegersangan. 2. Negeri yang baik itu, dataran tinggi yang penuh dengan hayat dan kelimpahan buah (Ul. 8:7-8), dikelilingi oleh air dan padang belantara mengindikasikan bahwa di luar 56 Kristus, realitas negeri yang baik itu, tidak ada apa-apa selain maut dan kegersangan. 3. Membuat perjanjian dengan suku-suku penyembah berhala menandakan berkompromi, bertoleransi dengan hayat alamiah kita—Kel. 23:32. 4. Allah berjanji untuk menghalau suku-suku penyembah berhala, tetapi umat Allah harus bekerja sama dengan Dia melalui mengambil inisiatif dalam menghancurkan mereka; semakin banyak Kristus bertambah di dalam kita, semakin banyak kita akan mampu bekerja sama dengan Allah dalam menghalau hayat alamiah—ay. 2933; cf. Rm. 8:13; Gal. 5:24; Kol. 3:5; Flp. 2:12-13; 1 Sam. 15:9, 15, 23 dan cat.. 57 Berita Dua Belas Visi tentang Allah di Langit yang Transparan dan Jernih dan Visi Surgawi mengenai Kedambaan Hati Allah untuk Memiliki Tempat Kediaman bersama Manusia di Bumi Pembacaan Alkitab: Kel. 24:9-11, 16-18; 25:1-9; 29:45-46; 33:11a, 18-23; Mat. 5:8; Ayb. 42:5; Why. 22:4 I. “Lalu mereka melihat Allah Israel; kaki-Nya berjejak pada sesuatu yang buatannya seperti lantai dari batu safir dan yang jernih seperti surga…Dan mereka memandang Allah”—Kel. 24:10-11: A. Berhubungan dengan perkara melihat Allah, khususnya melihat wajah Allah, ada masalah teologis yang tidak ada solusinya—Yoh. 1:18; 1 Yoh. 4:12a; Why. 22:4a: 1. Di satu pihak, menurut Keluaran 33:20 dan 23b, Yehovah berkata kepada Musa, “Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup. … wajah-Ku tidak akan kelihatan”; di pihak lain, ayat 11a berkata, “Dan Yehovah berbicara kepada Musa dengan berhadapan wajah seperti seorang berbicara kepada temannya.” 2. Sepertinya, kita dapat berbicara kepada Allah dengan berhadapan wajah, tetapi sepertinya juga, kita tidak dapat melihat wajah Allah; ini bukanlah perkara kontradiksi melainkan perkara kadar atau tingkatan— Yoh. 1:18; Why. 22:4a. 3. Kristus adalah batu karang yang terbelah, batu karang kekal yang terbelah bagi kita; hanya di dalam Kristus yang tersaliblah, kita dapat melihat Allah—Kel. 33:21-23; 17:6; cf. Mat. 5:8; Why. 22:4a. B. “Berbahagialah orang yang murni hatinya, karena mereka akan melihat Allah”—Mat. 5:8: 1. Allah itu terang; terang adalah sifat ekspresi Allah—1 Yoh. 1:5: a. Allah Tritunggal, seperti yang diwahyukan dalam terang injil, adalah terang—2 Kor. 4:4, 6. b. Melihat Allah adalah melihat terang, dan melihat terang adalah melihat Allah—1 Yoh. 1:5; Mat. 5:8; Mzm. 36:10b. 2. Syarat untuk melihat Allah adalah memiliki hati yang murni—Mat. 5:8; Mzm. 36:10b: 58 a. Hati yang murni hanya mendambakan Allah dan terfokus pada Allah; ini adalah hati yang bukan untuk yang lain di alam semesta ini selain Allah. b. Orang-orang yang mencari Allah dengan hati yang murni memiliki Allah sebagai satu-satunya milik mereka dan satu-satunya kedambaan mereka di bumi ini; Allah adalah sasaran unik mereka (73:25. c. Murni hatinya berarti tunggal dalam tujuan, memiliki sasaran yang tunggal untuk menggenapkan kehendak Allah bagi kemuliaan Allah—Mat. 6:10; 7:21; 12:50; Rm. 12:2; Ef. 5:17; Kol. 1:19; 1 Kor. 10:31. d. Jika dalam mencari Allah, hati kita murni, hati kita (tumpuan di mana Kristus sebagai benih hayat bertumbuh—Mat. 13:19) tunggal, kita akan melihat Allah. C. “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”—Ayb. 42:5: 1. Di dalam Perjanjian Baru, melihat Allah sama dengan mendapatkan Allah—Mat. 5:8. 2. Mendapatkan Allah adalah menerima Allah dalam elemen-Nya, dalam hayat-Nya, dan dalam sifat-Nya sehingga kita bisa disusun dengan Allah—Rm. 8:11; Ef. 3:16-17a. 3. Semua umat Allah yang telah ditebus, dilahirkan kembali, dikuduskan, diperbarui, ditransformasi, diserupakan, dan dimuliakan akan melihat wajah Allah—Why. 22:4. 4. Melihat Allah akan mentransformasi kita, karena dengan melihat Allah kita menerima elemen-Nya ke dalam kita, dan elemen lama kita akan dibuang; proses metabolis ini adalah transformasi—2 Kor. 3:18; Rm. 12:2; cf. 1 Yoh. 3:2. 5. Melihat Allah adalah ditransformasi menjadi gambar mulia Kristus, manusia-Allah, agar kita bisa mengekspresikan Allah dalam hayat-Nya dan mewakili Dia dalam otoritas-Nya—Kej. 1:26; 2 Kor. 3:18; 4:4; Kol. 1:15; 3:10; Ibr. 1:3; Mat. 13:43. D. Ketika kita sampai kepada Keluaran 24:1-2 dan 9-18, kita berada di ambang visi surgawi yang terkandung di dalam pasal-pasal selanjutnya; jika kita tidak sampai pada ambang ini, kita tidak akan dapat melihat visi surgawi tentang tempat kediaman Allah: 1. Di bawah kaki Allah, Musa dan para pemimpin Israel melihat sesuatu yang seperti batu yang besar dan transparan; Musa hanya dapat mengibaratkan apa yang 59 2. 3. 4. 5. dilihatnya di bawah kaki Allah itu batu safir yang transparan, yang jernih seperti surga. Di dalam persekutuan kita dengan Tuhan, kita bisa memiliki langit yang jernih dan melihat batu safir di bawah Dia—visi Allah di langit yang transparan dan jernih. Hanya bila kita berada di dalam atmosfer yang demikian jernihlah, kita dapat menerima visi surgawi tentang bangunan tempat kediaman Allah—ay. 9-11: a. Dalam persekutuan kita dengan Tuhan, langit kita akan menjadi jernih dan transparan, dan sepertinya di depan mata kita ada sesuatu yang mirip wujud surga karena kejernihannya—ay. 10. b. Di dalam lingkungan yang demikian, kita akan melihat Allah dan visi surgawi mengenai kedambaan hati-Nya untuk memiliki tempat kediaman bersama manusia di bumi—25:8; 29:45-46. Musa sebenarnya adalah satu-satunya orang yang menerima visi secara langsung tentang tabernakel; Musa berada di puncak gunung, diam bersama Allah di bawah kemuliaan-Nya dan menerima visi tentang tempat kediaman-Nya—25:8; 24:15-18. Perlu waktu empat puluh hari dan empat puluh malam bagi Musa untuk melihat wahyu tempat kediaman Allah (ay. 18); ini mengindikasikan bahwa menerima wahyu dari Allah itu memerlukan waktu yang panjang, yang adalah ujian atau tes bagi kita. II. “Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka”—25:8; cf. 29:45-46: A. Kitab Keluaran mewahyukan bahwa sasaran keselamatan Allah adalah bangunan tempat kediaman Allah di bumi— 25:8-9; 29:45-46; 40:1-2, 34-38: 1. Di atas gunung Allah, melalui Musa, umat Allah melihat wahyu tentang kedambaan hati Allah—untuk memiliki tempat kediaman di bumi—25:8-9; Mat. 16:18; 1 Kor. 3:9b; Ef. 2:21-22; 4:16. 2. Tabernakel fisik itu sebagai tempat kediaman Allah sebenarnya adalah simbol suatu umat korporat, yaitu bangsa Israel sebagai rumah Allah—Kel. 25:8-9; Ibr. 3:6. B. Di dalam Alkitab, kata tabernakel digunakan dengan tiga cara: 1. Ini mengacu pada tabernakel yang dibangun di kaki Gunung Sinai. 60 2. Ini menunjukkan Tuhan Yesus sebagai tabernakel Allah bersama manusia; tabernakel di dalam Keluaran adalah lambang Kristus sebagai tabernakel Allah—Yoh. 1:14. 3. Ini mengacu pada Yerusalem Baru—tabernakel Allah yang ultima, rampung, dan diperbesar—yang mencakup umat tebusan Allah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru—Why. 21:2-3. C. “Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka memungut bagi-Ku kurban unjukan; dari setiap orang yang terdorong hatinya, haruslah kamu pungut kurban unjukan kepada-Ku itu”—Kel. 25:2, Tl.: 1. Kurban unjukan melambangkan Kristus yang ditinggikan, Kristus yang telah ditinggikan di dalam kenaikan-Nya—Kis. 1:9. 2. Fakta bahwa bahan-bahan bagi bangunan tabernakel dipersembahkan kepada Allah oleh umat-Nya sebagai kurban unjukan menandakan bahwa gereja dibangun bukan dengan bahan-bahan alamiah melainkan dengan Kristus yang telah didapatkan, dimiliki, dialami, dan dinikmati oleh umat Allah di dalam kebangkitan dan di alam surgawi—Flp. 3:7-14; Ef. 3:8; 2:5-6; cf. 1 Kor. 3:12. 3. Semua bahan untuk bangunan tabernakel menandakan kebajikan-kebajikan persona dan pekerjaan Kristus—Kel. 25:3-7: a. Dua belas jenis bahan digunakan, dalam tiga kategori (ay. 3-7): mineral, yang menandakan hayat Kristus yang membangun (1 Kor. 3:9-12); tanaman, yang menandakan hayat Kristus yang menghidupkan (Yoh. 12:24); dan binatang, yang menandakan hayat Kristus yang menebus (1:29). b. Hayat yang menebus adalah bagi hayat yang menghidupkan, dan hayat yang menghidupkan adalah bagi hayat yang membangun. c. Mineral disebut sebagai kategori pertama mengindikasikan bahwa apa adanya Kristus dan apa yang telah Dia lakukan dan yang sedang Dia lakukan, semuanya adalah bagi bangunan Allah—Mat. 16:18. d. Di dalam Yerusalem Baru, perampungan ultima bangunan Allah, hanya ada mineral-mineral—emas, mutiara, dan batu-batu berharga; namun, agar dapat mencapai sasaran Allah, hayat yang menebus dan hayat yang menghidupkan itu diperlukan—Why. 21:18-21; Yoh. 1:29; 12:24. 61 D. “Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu sebagai contoh tabernakel dan sebagai contoh segala perabotannya, demikianlah harus kamu membuatnya”—Kel. 25:9: 1. Dalam membangun gereja, Allah bekerja menurut rencana yang telah ditulis dan diwahyukan—Ibr. 8:5; Mat. 16:18; Ef. 2:20: a. Hal yang paling penting dalam pekerjaan rohani kita adalah pengenalan tentang contoh yang ditunjukkan di atas gunung—Kel. 25:9; Ibr. 8:5. b. Contoh yang ditunjukkan di atas gunung adalah rencana itu; jika kita tidak memahami rencana Allah, mustahil bagi kita untuk melakukan pekerjaan Allah—Ef. 3:4. 2. Contoh tabernakel dan semua perabotannya adalah lambang yang penuh tentang Kristus yang individu dan Kristus yang korporat sebagai Tubuh, gereja, termasuk banyak rincian tentang pengalaman akan Kristus bagi kehidupan gereja dan gambaran yang penuh tentang kehidupan gereja dengan semua rinciannya—Ibr. 9:4. 62