partai golkar - Repository | UNHAS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses demokratisasi di Indonesia pasca orde baru telah
menghasilkan desain sistem politik yang sangat berbeda secara signifikan
dengan desain yang dianut selama masa orde baru. Reformasi prosedural
dan kelembagaan yang walau dilakukan secara bertahap, telah mengubah
landasan berpolitik secara sangat radikal.
Perkembangan dunia politik di Indonesia terus berkembang seiring
dengan reformasi terhadap produk hukum, pemerintahan, maupun
kebebasan pers. Dalam skala nasional dapat kita lihat pada pemilihan
umum 2004 yang dilaksanakan secara langsung. Pemilu merupakan
momen terbesar demokrasi. Terbesar dari segi anggaran yang harus
dikeluarkan, terbesar gesekan politiknya, dan terbesar pengaruhnya
terhadap keberlanjutan pembangunan sosial politik suatu negara. Dalam
sistem
Pemilu
di
Indonesia
yang
baru,
ada
beberapa
jenis
penyelenggaraan Pemilu, salah satunyapemilu legislatif untuk memilih
anggota DPR RI, anggota DPRD Provinsi, dan anggota DPRD
Kabupaten/Kota serta DPD.
Fenomena monumental dimana seluruh lapisan masyarakat di
tanah air mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi di
dalamnya. Begitu pula dengan pesta demokrasi yang diadakan pada
tahun 2009. Diawali dengan Pemilu Legislatif yang berlangsung tanggal 9
1
April 2009 kemarin ternyata masih meninggalkan berbagai persepsi di
dalam masyarakat. Pesta demokrasi yang merupakan proses demokrasi
pemerintahan di Indonesia ini, ternyata banyak meninggalkan tanda tanya
besar. Banyaknya kesalahan dalam proses penyelenggaran Pemilu ini
menjadi sebuah pekerjaan rumah yang sangat berat,kesalahan-kesalahan
seperti kacaunya Daftar Pemilih Tetap (DPT), surat suara yang tertukar,
dan kesalahan cetak surat suara.
Berbicara mengenai pemilu, salah satu instrumen yang sangat
penting didalamnya adalah Partai Politik. Partai politik merupakan
kendaraan politik bagi para calon anggota legislatif untuk memperoleh
mandat dari rakyat untuk menjadi wakilnya di parlemen. Sebuah Partai
politik tidak hanya dikelola oleh satu orang karena partai politik merupakan
sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan
merebut atau mempertahankan kekuasaan.1 Keberhasilan sebuah partai
politik terletak bagaimana mekanisme internal partai tersebut. Salah
satunya pengelolaan dana internal partai.2
Tujuan memperoleh dan mempertahankan kekuasaan membuat
partai politik berupaya memanfaatkan segala bentuk sumber daya yang
dimilikinya. Baik itu berupa sumber daya manusia serta sumber daya
materil (dana). Bisa dikatakan salah satu potensi yang menentukan atau
menjamin keberlangsungan hidup partai adalah kemampuan mengelola
sumber dana yang dimilikinya. Setiap partai politik memiliki alur
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama 2006) Hal.161
Materi Kuliah Partai Politik dan Pemilu di Indonesia
1
2
2
pemasukan yang berbeda – beda pastinya, beberapa diantaranya seperti
iuran yang bersumber dari anggotanya, kemudian sumbangan dari
donatur serta simpatisan partai yang sifatnya tidak mengikat serta bantuan
dari Pemerintah Daerah yang diambil dari APBD daerah itu.
Terkait dengan pemberian bantuan dari Permerintah Daerah untuk
Kota Makassar sendiri, hal tersebut sudah diatur dalam Perda No. 10
Tahun 2006 pada Bab 3, tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik
yang berbunyi :
“Besarnya bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)
ditetapkan sebesar Rp. 19.000.000,- (Sembilan belas juta rupiah)
setiap kursi pertahun “
Sumber dana yang digunakan partai berasal dari APBD yang
artinya berasal dari uang rakyat, oleh karena itu partai politik juga harus
sangat berhati-hati dalam setiap gerak langkahnya dan harus memastikan
bahwa setiap tindakan yang dilakukan adalah demi masyarakat banyak,
bebas dari politik uang dan pengaruh kelompok kepentingan (vested
interestgroup).
Menarik untuk melihat fenomena politik yang terjadi di Sulsel
khususnya Makassar. Partai Golkar sebagai salah satu partai besar yang
sudah mengakar kadernya dan manajemen pangelolaan partainya. Partai
Golkar selalu ikut berpartisipasi guna menempatkan calonnya di kursi
legislatif dan mewakili aspirasi rakyat. Partai ini menjadi pemenang pada
masa orde lama dan orde baru, namun padaera reformasi sudah
mengalami penurunan. Pemilu pertama pada era reformasi 1999, yang
3
diikuti 48 partai politik dan partai Golkar menjadi posisi kedua setelah
PDIP dengan perolehan suara
23.741.749 (22,4%).
Kemudian pada
pemilu 2004 partai Golkar berhasil menjadi pemenang pemilu dengan
memperoleh suara sebanyak 24.461.104 (21,58%) dan yang terakhir
pada pemilu 2009 kemarin yang diikuti 34 partai, partai Golkar berhasil
memperoleh suara nasional sebanyak 14,45% dan menjadi urutan kedua
setelah Partai Demokrat.3
Pada pemilu 2004 suara Golkar di propinsi Sulawesi Selatan
mencapai 41,6% sedangkan pada pemilu 2009 jumlah suaranya
mengalami penurunan sebanyak 7%. Di Makassar sendiri perolehan
suara Partai Golkar pada pemilu 2004 mencapai 184.991 suara
sedangkan pada pemilu 2009 jumlah perolehan suara partai itu hanya
berkisar 100.195 suara. Sangat jauh menurun dibandingkan dengan
pemilu sebelumnya.4 Sebagai sebuah partai yang cukup besar tentunya
ini merupakan sebuah “pukulan telak” karena hasil yang diinginkan oleh
partai ini tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi dilapangan. Apalagi
Sulawesi Selatan dari beberapa kali pemilu merupakan lumbung suara di
bagian timur Indonesia. Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan partai politik adalah keniscayaan karena sebagai institusi publik
partai politik mempunyai peran besar dalam menjaga demokrasi dan
mengelola pemerintahan.
3
Data KPU Kota Makassar Tahun 2009
Ibid
4
4
Pengelolaan dana dalam hal ini penggunaan maupun pelaporan
keuangan
partai
politik
seharusnya
efektif
dan
efisien
karena
penyelenggaraan sistem politik yang demokratis di suatu negara
ditentukan oleh penyelenggaraan partai politiknya, Partai politik yang
sehat dan kredibel serta proses pemilihan umum yang diselenggarakan
secara demokratis, jujur, dan adil merupakan dasar untuk membangun
demokrasi yang berkredibilitas.
Saat ini, berdasarkan peraturan yang berlaku, Negara memberikan
subsidi ke partai sebesar Rp
19.000.000,
per kursi di tingkat
kabupaten/kota. Sebagai contoh, pada Pemilu 2009 Partai Gokar meraih
11 Kursi, jadi memperoleh bantuan Rp 209.000.000 per tahun. Dan
sesuai UU Nomor 2 Tahun 2008 mengamanatkan agar dana tersebut
untuk pendidikan politik dan kaderisasi tapi apakah dana tersebut
digunakan sebagai mana mestinya. Partai politik harus didorong
meminimalisasi pengeluaran atas kebutuhan partai yang nyaris tidak
terbatas. Pengurus partai politik harus memiliki skala prioritas atas
kebutuhan yang mesti dipenuhi, dengan memanfaatkan anggaran yang
ada. Partai politik harus mengatur pengelolaan keuangan partai dalam
AD/ART sama halnya dengan Peraturan Organisasi partai itu sendiri. Hal
ini diperlukan bukan semata demi menaati perintah UU, tetapi juga demi
membangun sistem organisasi modern agar lebih tanggap atas tuntutan
konstituen dan publik yang terus meningkat. Pengelolaan dana dalam
internal partai sangatlah menentukan eksistensi partai dalam perpolitikan.
5
B. Rumusan Masalah
Memperhatikan luasnya cakupan masalah yang akan diteliti
mengenai ”Pengelolaan Dana Partai Golongan Karya Pada Pemilu
Legislatif 2009 di Kota Makassar”, maka penulis membatasinya pada
persoalan sebagai berikut :
1) Bagaimana mekanisme pengelolaan dana partai Golongan
Karya Kota Makassar pada Pemilihan Umum Legislatif 2009 di
Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan mekanisme pengelolaan dana
pada Partai Golongan Karya Kota Makassar pada Pemilu Legislatif 2009di
Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
i.
Memberikan
kajian
akademis
mengenai
mekanisme
pengelolaan dana Partai Golongan Karya DPD II Kota
Makassar, guna terciptanya partai politik yang modern dalam
iklim demokrasi yang kompetitif.
ii.
Sebagai referensi, informasi, dan tambahan literatur bagi
pembaca yang tertarik pada kajian ilmu politik.
6
b. Manfaat Praktis
i.
Sebagai bahan pemikiran DPD I Partai Golkar Sulawesi Selatan
dan bagi DPD II Partai Golkar Kota Makassar dalam
merumuskan kebijakan – kebijakan partai khusunya yang
berkaitan dengan upaya perbaikan pengelolaan dana Partai
Golkar pada pemilu – pemilu mendatang.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini yang akan dibahas ada empat aspek yaitu: Partai
Politik, Prinsip Pendanaan Partai Politik, Pendanaan Partai, dan Teori
Institusi yang akan diuraikan lebih lanjut.
A. Partai Politik
Sejarah keberadaan partai politik di Indonesia dimulai ketika
Belanda mencanangkan politik etis pada tahun 1912 dan berdiri
organisasi kemasyarakatan yang merupakan pelopor berdirinya partai
politik di Indonesia yaitu Boedi Utomo. Partai politik merupakan sarana
bagi warga Negara untuk turut serta atau berpartisipasi dalam propses
pengelolaan Negara. Dimana partai politik adalah suatu kelompok
terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai,
dan cita-cita yang sama.5
Menurut UU No. 2 Tahun 2011 Partai Politik adalah organisasi
yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara
Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita - cita
untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.6
5
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama 2006) Hal.160
Pasal 1, ayat 1 UU No. 2 tahun 2011 tentang Partai Politik.
6
8
Carl J. Fiedrich mendefinisikan partai politik “sekelompok manusia
yang
terorganisasi
secara
stabil
dengan
tujuan
merebut
atau
mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan
partainya dan berdasarkan penguasaan ini kemanfaatan yang bersifat idiil
maupun materil kepada anggotanya”.7 Sedangkan menurut Giovanni
Sartori, partai politik adalah “ suatu kelompok politik yang mengikuti
pemilihan umum dan melalui pemilihan umum itu mampu menempatkan
calonnya untuk menduduki jabatan – jabatan.8
Dari beberapa pengertian di atas maka penulis berusaha
menggambarkan kembali bahwa partai politik, sesungguhnya adalah
kumpulan dari beberapa orang yang mempunyai orientasi sama yang
terbentuk dalam suatu wadah lembaga formal berdasar kepada ketentuan
konstitusi kelembagaan dan mengikuti sistem politik dan sistem pemilihan
yang ada.
B. Prinsip Pendanaan Politik
Pendanaan politik tidak lepas dari tujuan pengaturan dana politik
yaitu:
a. Sistem mengizinkan dan menyediakan uang yang cukup untuk
mendukung kampanye yang kompetitif.
b. Sistem yang mendukung dan menjaga peluang bagi semua
penduduk untuk berpartisipasi secara bersama.
7
Miriam Budiarjo, Op.Cit Hal.161
Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Politik diakses pada tangga 13-03-2011
8
9
c. Sistem yang dapat mencegah korupsi dan mencegah dampak
negative dari pengelolaan dana.
d. Sistem yang dapat membebaskan dari iming-iming uang.
Menurut Marcin Waleky (2004) pengaturan dana politik berdasarkan
beberapa tujuan:
a. Mendekatkan jarak (gap) antara elit politik dan masyarakat
(mendorong representation dan accountability).
b. Mendorong
kepercayaan
public
(Trust)
dan
meningkatkan
partisipasi publik untuk berpartisipasi dalam pemilu.
c. Membantu politik lebih akuntabel tidak hanay terkait masalah uang
atau keuntungan materil.
d. Mencegah menerima money politics.
e. Mencegah potensi penyelewengan dana Negara.
f. Mendorong persaingan yang kompetitif.
g. Menguatkan penegakan hokum.
Basis akuntansi merupakan asumsi dasar yang melatar belakangi
pencatatan pembukuan dan pelaporan keuangan partai politik. Partai
politik dianggap sebagai suatu entitas tunggal dan sebagai entitas tunggal
maka tidak ada bagian lain dalam partai politik yang menyelenggarakan
akuntasi/pembukuan selain partai politik itu sendiri. Semua jenis transaksi
keuangan partai politik harus tercatat dan terangkum dalam laporan
keuangan partai politik. Laporan keuangan partai politik merupakan hasil
dari proses akuntansi transaksi-transaksi keuangan partai politik. Laporan
10
keuangan partai politik terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan
aktifitas, laporan arus kas, dan catatan laporan keuangan.
Laporan posisi keuangan merupakan laporan yang menyediakan
informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih dan informasi
mengenai hubungan diantara unsur tersebut pada waktu tertentu.
Laporan aktivitas merupakan laporan yang menyajikan perubahan
bersih selama satu periode, mengenai pengaruh transaksi dengan
peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva bersih, dan
bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan program.
Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan arus kas
menurut aktiva operasi, investasi, dan pendanaan selama periode tertentu
dengan menggunakan periode langsung. Sedangkan catatan atas laporan
keuangan merupakan penjelasan naratif rincian dari keseluruhan laporan,
dalam catatan ini juga diungkapkan mengenai penggunaan dana bantuan
dari anggaran Negara kepada partai politik.
C. Pendanaan Partai
Pendanaan
partai
memiliki
beberapa
komponen
khusus.
Komponen- komponen ini muncul karena adanya undang-undang
kepartaian, undang-undang tentang pendanaan partai dan undangundang pemilu. Sederetan undang-undang ini memberikan berbagai
kemungkinan-kemungkinan legal dalam rangkaian pendanaan partai,
sebagai berikut :
11
a. Iuran Anggota
Iuran anggota biasanya dibayar secara rutin (setiap bulan,
triwulan, semester atau setiap tahun) oleh para anggota.Besarnya
jumlah iuran tergantung pada pendapatan setiap anggota partai.
Asas hukum penarikan iuran seperti ini adalah anggaran dasar.
Anggaran dasar ini harus sesuai dengan aturan keuangan yang
menjelaskan bagaimana pemasukan dari iuran anggota itu
dibagikan ketingkatan partai yang berbeda.
Pada prinsipnya, setiap partai harus menarik iuran dari
anggotanya. Hal ini penting bagi pendanaan partai dan juga
kehidupan intern partai. Jika sebuah partai hanya bergantung pada
sumbangan atau dana dari segelintir orang, atau kadang-kadang
hanya pada seorang anggota saja, hal ini bisa menyulitkan proses
demokrasi dalam tubuh partai, dan partai akan selalu diperas.
Penagihan iuran dapat dilakukan oleh bendahara dalam
dewan pengurus atau oleh seorang yang ditugaskan untuk itu.
Petugas ini juga ikut membayar iuran dengan presentase tertentu.
Para pengumpul uang ini bisa menerangkan peran penting dalam
komunikasi internal partai karena mereka selalu berhubungan
dengan para anggota. Dengan demikian mereka berfungsi seperti
seismograf
yang
mencatat
setiap
goncangan
kecil
dalam
keanggotaan partai dan menyampaikan kepada pimpinan partai.
12
Dalam masyarakat yang jarang membayar dengan uang
tunai, usaha penagihan itu juga dapat diselesaikan oleh bank yang
menarik uang dari rekening yang bersangkutan. Biasanya jumlah
iuran anggota diberbagai partai dan negara sangat beragam, mulai
dari beberapa perak per bulannya hingga dalam jumlah besar, dari
tiga hingga lima persen pendapatan.
b. Biaya Penerimaan Anggota
Dalam partai menerapkan biaya masuk bagi anggota baru.
Biaya ini khususnya menutupi biaya penerimaan, tapi tidak
berfungsi sebagai dana rutin dan karenanya tidak begitu penting.
c. Sumbangan
Jangkauan dan bentuk pencarian sumbangan diatur dalam
undang-undang kepartaian dan undang-undang pemilu yang
relevan. Dalam UU No 2 tahun 2008 tentang Partai Politik dan UU
No 10 tahun 2008 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD terdapat
sederetan pembatasan terhadap sumber dan besarnya jumlah
sumbangan.
1. Sumbangan dari luar negeri. Di sebagian besar Negara termasuk
Indonesia dilarang menerima sumbangan dari luar negeri.
Tujuannya agar partai tidak dikendalikan dari luar negeri atau
13
agar partai tidak tergantung pada sekelompok orang asing jika
partai tersebut harus membuat keputusan nasional.
2. Larangan pendapatan partai oleh perusahan politik. Berbeda
dengan pendanaan partai oleh pemerintah yang lazim dibanyak
negara, pemberian dana dari perusahaan publik kepada partai
dilarang di banyak negara. Larangan ini terutama disebabkan
karena adanya praktek memprioritaskan partai-partai tertentu
biasanya partai-partai yang berkuasa secara sepihak dengan
cara membagi dana publik itu secara tidak merata. Tentu saja
praktek itu bisa memberikan kesempatan yang berbeda bagi
partai-partai yang ada.
3. Batas dana terbesar atau larangan sumbangan dari perusahaan
dan aturan transparansi sumbangan. Di beberapa negara
dilarang menerima sumbangan dari pribadi-pribadi hukum
(Juristichen personnen pribadi atau organisasi yang berbadan
hukum, dalam hal ini termasuk menteri, gereja, perusahaan,
dsb). Sementara sumbangan dari perseorangan (Naturlichen
Personnen) boleh diterima. Tetapi, di sebagian besar negara
tidak ada larangan mererima sumbangan dari pribadi-pribadi
hukum tersebut. Persoalan dilarang atau tidaknya menerima
sumbangan dari mereka itu pada dasarnya berkaitan dengan
pengaruh yang akan diberikan oleh masyarakat ekonomi dan
industri terhadap politik.
14
Bentuk-bentuk umum bantuan dana dan sasaran dari
pemerintah kepada partai adalah :
1. Mendanai membiayai administrasi partai dengan cara
pengalokasian dana secara kasar atau bertitik tolak pada
jumlah anggota partai. Di sini partai memperoleh alokasi
dana secara lumpsum (jumlahnya sama untuk setiap partai),
atau pemberian dana itu dibedakan berdasarkan jumlah
anggota partai. Variasi dari bentuk ini adalah gabungan dari
dana tetap dan alokasi dana berdasarkan jumlah anggota
partai. Maksud dari variasi ini adalah untuk tujuan persiapan
dan pelaksanaan pemilihan. Karena itu pembayaran bisa
dilakukan kapan saja atau tidak tergantung pada pemilihan.
2. Pembayaran sejumlah dana sesuai dengan hasil pemilihan.
Ada bebagai model dalam melakukan pembayaran “ganti
rugi” biaya kampanye pemilihan. Pada prinsipnya modelmodel itu bertitik tolak pada jumlah suara yang diraih.
Artinya, pembayaran uang dalam jumlah tertentu itu
dilakukan berdasarkan setiap perolehan suara. Jadi, ini
bukan ganti rugi biaya kampanye, melainkan premi atau
bonus atas keberhasilan dalam pemilihan. Dana yang telah
dipergunakan dapat ditutupi atau paling tidak terbantu
dengan metode ini.
15
Jumlah uang untuk setiap suara pemilih bervariasi di
Negara-negara
perhitungan
yang
suara
menerapkan
pemilih
untuk
sistem
ini.
Cara
pembayaran
jumlah
sumbangan juga bisa beraneka ragam, karena hanya suara
pemilih yang benar-benar telah diperoleh dan diserahkan
yang
dapat
dijadikan
dasar
pembayaran
uang
hasil
pemilihan. Dalam sistem-sistem lain, proses perhitungan
suara pemilih yang diraih dilakukan berdasarkan prediksi
bahwa
seluruh
(100%)
warga
yang
berhak
memilih
menggunakan hak pilihnya. Tentu, jika partisipasi warga
yang
berhak
memilih
rendah,
maka
ini
akan
“menguntungkan” partai dalam segi finansial. Dalam kasus
ini dimana perhitungan suara tersebut benar-benar berupaya
untuk
menerapkan
strategi
yang
difokuskan
pada
memotivasian warga untuk menggunakan hak pilihnya dalam
pemilihan. Hal ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaa
kampanye sebelum pemilihan.
3. Pembayaran ganti rugi pengeluaran yang sah. Pembayaran
ganti
rugi
biaya
pengeluaran
yang
telah
dibuktikan
kebenarannya (sah) ada batasannya atau pembayarannya
bersifat prosentual. Pengeluaran yang dimaksud bisa berupa
pengeluaran untuk kampanye pemilihan atau pengeluaran
rutin administrasi.
16
4. Mendanai
biaya
pengeluaran
fraksi.
Bagi
organisasi-
organisasi partai di parlemen diberlakukan berbagai aturan.
Di beberapa negara, fraksi-fraksi partai dilengkapi dengan
sarana penunjang yang baik, sesuai subsidi dana untuk
personil fraksi, sarana teknis, ruangan dan peralatan, bahkan
mereka
diberi peluang untuk membentuk tim ahli sendiri.
Dengan demikian dana untuk fraksi bahkan bisa lebih besar
dari dana partai. Dalam kasus ini hampir tidak ada dukungan
dari pemerintah, bahkan ruangan rapat untuk fraksi yang
berada di dekat gedung parlemen pun tidak tersedia.
Seberapa jauh dukungan yang diberikan kepada masingmasing fraksi dan khususnya kepada fraksi oposisi, sangat
bergantung pada budaya politik dan stabilitas demokrasi
serta pada besar atau tidaknya pengaruh parlemen terhadap
kekuasaan ekskutif. Dalam sistem konstitusi predensial
misalnya, sarana yang diberikan kepada fraksi jelas lebih
buruk daripada sistem demokrasi parlemen.
5. Membebaskan sumbangan dan iuran anggota dari pajak.
Salah satu bentuk dukungan pemerintah kepada partai
adalah membebaskan sumbangan dan iuran anggota dari
pajak atau memberikan kompensasi pajak khusus terhadap
pengeluaran-pengeluaran dana partai dan iuran anggota.
Melalui pembebasan pajak ini jumlah sumbangan yang
17
diterima tentu lebih besar. Sementara biaya pembebasan itu
sendiri ditutupi dari anggaran publik.
6. Dukungan terhadap organisasi-organisasi garis depan,
seperti organisasi pemuda, organisasi perempuan, yayasan
dan sebagainya. Selain bantuan langsung pemerintah
kepada
partai,
pembentukan
di
beberapa
institusi-institusi
negara
khusus
ditingkatkan
yang
dapat
digolongkan ke dalam partai tertentu atau setidaknya ke
dalam aliran politik tertentu. Institusi yang dimaksud adalah
organisasi – organisasi pemuda yang sebagian langsung
memperoleh subsidi untuk kegiatan mereka di berbagai
tingkat politik yang berbeda, atau organisasi mahasiswa
yang mendukung partai tertentu. Organisasi mahasiswa ini
memperoleh
dukungan
dalam
melaksanakan
kegiatan
mereka. Hal ini juga berlaku untuk organisasi perempuan
dari berbagai partai.
Bentuk khusus dari dukungan pemerintah adalah bantuan
terhadap yayasan yang dekat dengan partai tertentu. Yang
dimaksud disini adalah yayasan - yayasan yang terutama
bergerak dalam bidang pendidikan dan pekerjaan garis
depan, yang mempunyai pengaruh langsung terhadap
proses pembentukan kehendak rakyat. Hal ini dilakukan
18
dengan cara memberikan penjelasan tentang haluan dasar
politik dari sebuah partai.
7. Pendanaan bagi pengeluaran anggota parlemen. Bantuan
dana kepada anggota parlemen dirangkaikan dengan
pemberian dana kepada pekerja partai di daerah pemilihan
dana yang lainnya. Selain itu pemerintah juga menanggung
biaya perjalanan dan biaya teknis. Ini merupakan bentuk lain
dari pendanaan secara tidak langsung oleh pemerintah
kepada partai. Akan tetapi, di beberapa negara yang
berbeda, bentuk ini menunjukkan hasil yang sama sekali
lain. Ada negara yang memaksakan anggota parlemennya
untuk melepaskan profesinya agar ia dapat bekerja penuh di
parlemen, namun pada saat yang bersamaan negara
tersebut hanya membayar biaya kompensasi dalam jumlah
yang kecil. Tentu saja ini berarti bahwa anggota parlemen
yangterpilih harus “kehilangan” banyak uang.
8. Dana dari kegiatan bisnis partai. Bentuk pendanaan partai
yang lain dari pada yang lain adalah adanya peraturan dalam
undang-undang
pemilu
yang
memperbolehkan
partai
melakukan kegiatan bisnis, mendirikan perusahaan sendiri,
menyelenggarakan undian dan ikut serta dalam usaha dan
persaingan bisnis. Pendanaan partai seperti ini dapat
menyebabkan terjadinya penbelokan dan publik melalui
19
kanalisasi order - order publik kepada perusahaan perusahaan yang dimiliki partai. Ini akan meningkatkan
terjadinya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme.9
Manajemen Keuangan
adalah suatu kegiatan perencanaan,
penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan
penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan. Adapun
Fungsi – Fungsi Manajemen yaitu :
1. Perencanaan Keuangan. Membuat rencana pemasukan dan
pengeluaraan serta kegiatan - kegiatan lainnya untuk periode
tertentu.
2. Penganggaran
Keuangan.
Tindak
lanjut
dari
perencanaan
keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan.
3. Pengelolaan Keuangan. Menggunakan danalembaga/organisasi
untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.
4. Pencarian Keuangan. Mencari dan mengeksploitasi sumber dana
yang ada untuk operasional kegiatan organisasi.
5. Penyimpanan Keuangan. Mengumpulkan danaorganisasi serta
menyimpan dana tersebut dengan aman.
6. Pengendalian Keuangan. Melakukan evaluasi serta perbaikan
atas keuangan dan sistem keuangan pada sebuah organisasi.
9Toni
Adrianus Pito dan Efriza, Mengenal Teori – Teori Politik Dari Sistem Politik Sampai Korupsi.
(Bandung: Nuansa.2006). Hal 15
20
7. Pemeriksaan Keuangan. Melakukan audit internal atas keuangan
organisasi yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.10
Pengelolaan keuangan dalam suatu lembaga/organisasi dalam hal
ini Partai Politik sebagai suatu lembaga publik merupakan suatu hal yang
sensitif. Apalagi jika uang yang mereka gunakan adalah uang rakyat,
maka rakyat patut untuk mengetahui kemana saja aliran dana tersebut.
Berikut ini beberapa penjelasan terkait pengelolaan Keuangan/Dana pada
Partai Politik.
1.
Keuangan partai politik bersumber dari :
a. Iuran anggota.
b. Sumbangan yang sah menurut hukum.
c. Bantuan dari anggaran Negara.
2.
Sumbangan yang sah menurut hukum dapat berupa uang,
barang, fasilitas, peralatan, dan/atau jasa.
3.
Sumbangan perseorangan bukan anggota Partai Politik, paling
banyak senilai Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) per orang
dalam waktu 1 (satu) tahun anggaran.
4.
Sumbangan perusahaan dan/atau badan usaha, paling banyak
senilai Rp 7.500.000.000,00 (tujuh miliar lima ratus juta rupiah)
10http://www.slideshare.net/manajemenkeuangan10/1fungsi-dan-tujuan-manajemen
keuangan
diakses pada tanggal 24-04-2011
21
per perusahaan dan/atau badan usaha dalam waktu 1 (satu)
tahun anggaran.11
Pengelolaan keuangan Organisasi Partai Politik , sebagai suatu
entitas yang menggunakan dana publik yang besar, haruslah transparan
sehingga pertanggungjawaban keuangan merupakan hal yang tidak dapat
ditawar lagi. Sebagai bentuk kepatuhan terhadap Undang – Undang Partai
Politik, dan Undang – Undang Pemilu, seluruh sumber daya keuangan
yang digunakan harus dipertanggungjawabkan kepada konstituantenya.
Bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan partai politik peserta
pemilu adalah penyampaian Laporan Dana Kampanye (semua peserta
pemilu) serta Laporan Keuangan (Khusus Untuk Partai Politik), yang
harus diaudit Akuntan Publik, ke KPU serta terbuka untuk diakses publik.
Informasi
menyangkut
kemampuan
Partai
keuangan
Politik
untuk
bisa
menjadi
melangsungkan
dasar
penilaian
aktifitasnya
dan
memperjuangkan kepentingan politik secara berkelanjutan. Pemilih seperti
dihadapkan
dengan
perusahaan
yang
dipercaya
bisa
membawa
aspirasinya secara berkesinambungan.12
11
12
UU No. 2, Pasal 35, Ayat 1-3, Tahun 2011
Haryono Umar, 2003
22
D.
Teori Institusionalisme
Teori institusionalisme merupakan sebuah teori yang berangkat dari
konsep-konsep dalam Sosiologi yang menjelaskan bagaimana dinamika
yang terjadi di dalam sebuah organisasi yang terdiri dari sekumpulan
manusia.
Sebuah
studi
tentang
sistem
sosial
yang
membatasi
penggunaan dan pertukaran sumberdaya langka, serta upaya untuk
menjelaskan munculnya berbagai bentuk peraturan institusional yang
masing-masing mengandung konsekuensi.
Menurut Di Maggio dan Powell (1983) dalam Donaldson (1995),
organisasi terbentuk oleh lingkungan institusional yang ada di sekitar
mereka. Ide-ide yang berpengaruh kemudian di institusionalkan dan
dianggap sah dan diterima sebagai cara berpikir ala organisasi tersebut.
Proses legitimasi sering dilakukan oleh organisasi melalui tekanan
negara-negara dan pernyataan-pernyataan. Teori institusional dikenal
karena penegasannya atas organisasi hanya sebagai simbol dan ritual.
Scott (2001) mengatakan bahwa Institusi berada pada lingkup
struktur sosial, memiliki elemen-elemen simbolis, aktifitas-aktifitas sosial,
dan sumberdaya material. Keberadaan institusi diperlukan sebagai
seperangkat proses yang dicirikan dengan elemen-elemen regulatif,
normatif, dan kultural-kognitif yang sarat dengan perubahan. Meskipun
unsur-unsur utama dari institusi adalah rules, norms, and cultural benefit,
konsep institusi juga menyagkut asosiasi perilaku dan sumberdaya
material. Dengan demikian pengertian institusi ditentukan oleh batasan
23
legal, prosedural, moral dan kultural yang memiliki legitimasi. Tidak hanya
menyangkut property or social order, tetapi juga sebagai proses
institusionalisasi maupun deinstitusionalisasi.
Adanya faktor tekanan dari luar tersebut akan menjadi sebuah
kontrol terhadap akses para aktor ke berbagai sumberdaya, institusi atau
pranata, yang mempengaruhi kinerja dengan berbagai cara. Sehingga
bisa disimpulkan di awal bahwa institusi adalah batasan yang diciptakan
oleh sebuah sistem sosial yang memiliki kekuatan untuk mengontrol dan
mengarahkan interaksi antar manusia melalui aturan formal (Hukum,
Undang-undang) maupun informal (Budaya, Tradisi, Norma) dimana
berlakunya akan bergantung pada kondisi sosial yang ada.
Kekhususan teori institusional terletak pada paradigma norma
norma dan legitimasi, cara berpikir dan semua fenomena sosiokultural
yang konsisten dengan instrumen tehnis pada organisasi. Di Maggio dan
Powell dalam Donaldson melihat bahwa organisasi terbentuk karena
kekuatan di luar organisasi yang membentuk lewat proses mimicry atau
imitasi dan compliance. Kontributor lain teori ini adalah Meyer dan Scott,
menyatakan
bahwa
organisasi
berada
di
bawah
tekanan
untuk
menciptakan bentuk-bentuk sosial yang hanya terbentuk oleh pendekatan
konformitas dan berisi struktur-struktur terpisah pada aras operasional.
DiMaggio dan Powell, melihat ada tiga bentukan institusional yang bersifat
isomorphis yaitu, pertama; coersif isomorphis yang menunjukkan bahwa
organisasi mengambil beberapa bentuk atau melakukan adopsi terhadap
24
organisasi lain karena tekanan-tekanan negara dan organisasi lain atau
masyarakat yang lebih luas. Kedua; mimesis isomorphis, yaitu imitasi
sebuah organisasi oleh organisasi yang lain. Ketiga, normatif isomorphis,
karena adanya tuntutan profesional.
Sementara konsep lain pada teori institusional menurut Meyer dan
Scott adalah loose-coupling yaitu teori institusional mengambil tempatnya
sebagai sistem terbuka. Coercive isomorphism (ketika organisasi terpaksa
melakukan adopsi struktur atau aturan). Mimetic Isomorphism (ketika
organisasi mengkopi atau meniru organisasi lainnya, biasanya disebabkan
karena ketidakpastian). Normative Isomorphism (ketika orang mengadopsi
berbagai bentuk karena tuntutan profesional organisasi sementara itu
sendiri mengklaim bahwa mereka superior), Di Maggio dan Powell (1983)
dalam Donaldson (1995).
Scott (2001) mengembangkan tiga pilar dalam tatanan sebuah
kelembagaan, yaitu regulatif, normatif, dan kognitif. Pilar regulatif
menekankan aturan dan pengaturan sanksi, pilar normatif mengandung
dimensi evaluatif dan kewajiban, sedangkan pilar kognitif melibatkan
konsepsi bersama dan frame yang menempatkan pada pmahaman
makna. Setiap pilar tersebut memberikan alasan yang berbeda dalam hal
legitimasi, baik yang berdasakan sanksi hukuman, secara kewenangan
moral dan dukungan budaya.
Sebuah organisasi, dalam teori institusional, akan mempertahankan
eksistensinya
terhadap
tekanan-tekanan
dari
luar dimana
bentuk
25
pertahanan yang dilakukan adalah adanya penyesuaian diri. Ada tiga
proses bagaimana sebuah organisasi menyesuaikan diri.
Pertama, coercive isomorphism yaitu proses penyesuaian menuju
kesamaan dengan cara “pemaksaan”. Tekanan datang dari pengaruh
politik dan masalah legitimasi. Misalnya, tekanan resmi datang dari
peraturan pemerintah agar bisa diakui. Dalam hal ini, DiMaggio dan Powel
(1983) memberikan contoh organisasi pengembangan masyarakat, ketika
berhadapan dengan lembaga donor yang lebih berkuasa, merasa berada
dalam tekanan harus menjadi lebih birokratis karena harus memenuhi
tuntutan donor agar lebih tertib dalam mengelola uang.
Kedua, mimetic isomorphism yaitu proses dimana organisasi
meniru organisasi lain yang berhasil dalam satu bidang, meskipun
orgaisasi peniru tidak tahu persis mengapa mereka meniru, bukan karena
dorongan supaya lebih efisien. Meskipun proses peniruan bagi organisasi
pemasaran atau bisnis lebih banyak didorong keinginan menjadi efisien
dibandingkan dengan organisasi nir-laba, seperti sekolah, rumah sakit,
dan lembaga pemerintahan lainnya. Biasanya proses peniruan ini muncul
di lingkungan yang tidak pasti. Contohnya adalah manajemen perusahaan
Jepang yang banyak ditiru oleh perusahaan dari negara lain karena
dianggap berhasil (Di Maggio dan Powel, 1983).
Ketiga, normative isomorphism sering diasosiasikan dengan
profesionalisasi dan menangkap tekanan normatif yang muncul di bidang
tertentu. Norma atau sesuatu yang tepat bagi organiasi berasal dari
26
pendidikan formal dan sosialisasi pengetahuan formal itu di bidang
tertentu yang menyokong dan menyebarkan kepercayaan normatif itu.
Ketika profesionalisme meningkat maka tekanan normatif juga akan
meningkat.
Teori institusionalisme telah memposisikan dirinya untuk membantu
kita mengahdapi sebuah pertanyaan penting mengenai dasar-dasar
kesamaan organisasi dan turunannya, hubungan antara struktur dan
perilaku, peran simbol dalam kehidupan sosial, hubungan antara gagasan
dan kepentingan, serta ketegangan antara kebebasan dengan ketetiban.
Sebuah lembaga sudah seharusnya memiliki kepribadiannya
sendiri dan bukan merupakan hasil dari agregasi perilaku orangperorangnya. Sehingga dalam mempelajari sebuah proses kelembagaan
(institusionalisasi) kita harus memiliki frame yang jelas untuk hal tersebut.
D. Kerangka Pemikiran
Partai Golkar merupakan saluran aspirasi rakyat yang berbentuk
sebuah lembaga publik. Dimana partai politik bertarung dalam pemilu
guna mendapatkan suara rakyat. Dalam pemilihan inilah partai politik
memanfaatkan segala kemampuan yang mereka miliki. Salah satu
variabel yang mempengaruhi keberhasilan partai sumber daya materil
(dana).
Partai rela menggolontorkan bermilyar-milyar uang hanya untuk
mendapatkan aspirasi rakyat, dana yang sebanyak itu tentunya tidak
27
dikelola dengan begitu saja, perlu ada sebuah aturan khusus dan
mekanisme yang jelas dalam mengatur hal tersebut apalagi ketika salah
satu sumber dana tersebut berasal dari APBD yang berarti uang rakyat.
Mekanisme pengelolaan dana internal partai akan memberikan dampak
terhadap eksistensi partai terlebih khusus dalam pemilihan umum.
Skema Kerangka Pikir
AD/ART Partai dan Peraturan Organisasi Partai
Partai Golkar
Kota Makassar
Pengelolaan
Keuangan dan
Dana Kampanye
Pemilu
Legislatif 2009
di Makassar
UU No 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
dan UU No 10 Tahun 2008 tentang pemilu
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Makassar dengan fokus penelitian di
DPD II Partai Golkar kota Makassar. Masyarakat kota Makassar memiliki
partisipasi politik yang tinggi dalam hal pemberian hak suara dalam pemilu
2009 serta masih adanya pengaruh budaya lokal dalam mempengaruhi
pilihan politik masyarakat kota Makassar. Partai Golkar sebagai peraih
kursi terbanyak pada pemilu legislatif di Kota Makassar. Kesuksesan
tersebut salah satunya oleh karena mekanisme pengelolaan dana internal
partai yang akan menjadi fokus penelitian.
B. Dasar dan Tipe Penelitian
Dasar pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif. Metode kualitatif memiliki beberapa prespektif
teori yang dapat mendukung penganalisaan yang lebih mendalam
terhadap gejala yang terjadi. Penelitian kualitatif mengacu kepada
berbagai cara pengumpulan data yang berbeda, yang meliputi penelitian
lapangan, observasi partisipan, dan wawancara mendalam.13
Tipe penelitian ini adalah deskriptif analisis yaitu penelitian
diarahkan untuk menggambarkan fakta dengan argument yang tepat.
Penelitian dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status
suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada
13
Hamidi.Metode Penelitian Kualitatif.Hal. 8
29
saat penelitian dilakukan. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk
membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta.
Namun
demikian,
dalam
perkembangannya
selain
menjelaskan tentang situasi atau kejadian yang sudah berlangsung
sebuah penelitian deskriptif juga dirancang untuk membuat komparasi
maupun untuk mengetahui hubungan atas satu variabel kepada variabel
lain. Penulis mengunakan penelitian deskriptif analisis, dimana penelitian
ini berusaha untuk menggambarkan secara faktual mengenai pengelolaan
dana partai Golkar pada Pemilu legislatif 2009 di Kota Makassar.
C. Sumber Data
Pada penelitian ini penulis menggunakan data yang menurut
penulis sesuai dengan objek penelitian dan memberikan gambaran
tentang objek penelitian adapun sumber data yang digunakan yaitu:
a. Data Primer
Dalam penelitian peneliti membutuhkan data untuk membuktikan
fakta dilapangan. Data yang diperoleh dari lapangan atau daerah
penelitian melalui hasil wawancara mendalam dengan informan dan
observasi langsung. Peneliti turun langsung ke DPD II Partai Golkar di
kota Makassar untuk mengumpulkan data dalam berbagai bentuk, seperti
rekaman hasil wawancara dan foto kegiatan di lapangan. Dari proses
wawancara dengan berbagai sumber peneliti mendapatkan data-data
30
seperti mekanisme pengelolaan dana partai golkar di kota Makassar dan
pengaruh pengelolaan dana terhadap kemenangan partai golkar dalam
pemilu legislatif di kota Makassar.
b. Data Sekunder
Dalam penelitian peneliti juga melakukan telaah pustaka, dimana
peneliti mengumpulkan data dari penelitian sebelumnya berupa buku,
jurnal, koran mengenai pengelolaan dana DPD II partai golkar kota
Makassar serta sumber informasi lainnya yang berkaitan dengan masalah
penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini yaitu:
a. Wawancara
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara.
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara
yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.
Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan
atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara.
31
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara
mendalam menggunakan pedoman wawancara (interview guide) agar
wawancara tetap berada pada fokus penelitian, meski tidak menutup
kemungkinan terdapat pertanyaan-pertanyaan berlanjut. Informan yang
dipilih adalah informan yang benar paham dan mengetahui permasalahan
yang
dimaksud.
Informan
yang
akan
penulis
wawancarai
untuk
pengumpulan data ini terdiri dari komponen masyarakat dan beberapa
orang dari lembaga terkait. Pemilihan informan dapat berkembang dan
berubah sesuai dengan kebutuhan penelitian dalam memperoleh data
yang akurat. Penelitian ini berakhir ketika peneliti sudah merasa data yang
didapat sudah cukup untuk untuk menjawab permasalahan yang diteliti.
Adapun kompenen narasumber terdiri dari: Pengurus DPD II Partai Golkar
Kota Makassar yakni
Golkar Kota
Drs. H. Saad Iranda Dollar selaku Bendahara
Makassar, Dra. Bernadeth Anastasya selaku Wakil
Bendahara Golkar Kota Makassar, Ir Victor Manguma selaku Wakil
Sekertaris Golkar Kota Makassar, Usman Gende, Se, M.Si selaku Kepala
Sekretariat Golkar Kota Makassar. Komisi Pemilihan Umum Kota
Makassar yakni Nurmal Idrus, SE selaku Anggota KPU Kota Makassar.
32
Tabel. Narasumber
Nama
Drs. H. Saad Iranda Dollar
Dra. Bernadeth Anastasya
Mansyur Sain, CPA
Ir. Victor Manguma
Nurmal Idrus, SE
Drs. Muh Sabir
Usman Gende, SE, M.Si
Jabatan
Bendahara Golkar Kota Makassar
Wakil Bendahara Golkar Makassar
Ketua Akuntan Publik Mansyur Sain & Rekan
Wakil Sekertaris Golkar Kota Makassar
Anggota KPU Kota Makassar
Kabag Umum KPU Kota Makassar
Kepala Sekretariat Golkar Makassar
b. Dokumen/Arsip
Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data
dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode
dokumenter ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari
sumber non-manusia. Dokumen berguna karena dapat memberikan latar
belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian. Dokumen dan arsip
mengenai berbagai hal yangberkaitan dengan fokus penelitian merupakan
salah satu sumber data yang paling penting dalam penelitian. Dokumen
yang dimaksud adalah dokumen tertulis, gambar/foto, atau flim audiovisual, data statistik, laporan penelitian sebelumnya, tulisan-tulisan ilmiah
tentang partai golkar serta pengelolaan dana DPD II partai golkar di kota
Makassar.
E. Teknik Analisa
Proses analisa data dilakukan pada waktu bersamaan dengan
proses pengumpulan data berlangsung secara terus menerus hingga
33
akhirnya ditemukan sebuah kesimpulan. Analisa data dilakukan melalui
tiga alur, yakni Reduksi data, Sajian data, dan Penarikan kesimpulan atau
verifikasi hasil akhir.
Pertama,
Pada
tahap
ini
dilakukan
proses
penyeleksian,
pemfokusan, penyederhanaan pengabstraksian data dari field note dan
transkrip hasil wawancara. Proses ini berlangsung sepanjang penelitian
dilakukan dengan membuat singkatan, kategorisasi, memusatkan tema,
menentukan batas-batas permasalahan dan menulis memo. Proses
reduksi ini berlangsung terus sampai laporan akhir penelitian selesai
ditulis. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan
mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan.
Pada tahap ini, setelah mendapatkan data dari hasil wawancara
yang berupa rekaman MP3, field note, dan pengamatan lainnya, penulis
langsung melakukan transfer data kedalam sebuah tulisan yang lebih
teratur dan sistematis. Sebagai upaya meminimalisasi reduksi data karena
keterbatasan ingatan. Selanjutnya penulis melakukan pengkategorisasian
data menurut kebutuhan penelitian. Hal ini dilakukan untuk membantu
penulis dalam menganalisa data dan memasukannya kedalam bab
pembahasan pada penulisan hasil penelitian.
Kedua, Sajian data adalah suatu susunan informasi yang
memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat
34
sajian data, penulis dapat lebih memahami berbagai hal yang terjadi dan
memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis atau pun
tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian data diperoleh
dari hasil interpretasi, usaha memahami, dan analisis data secara
mendalam terhadap data yang telah direduksi dengan cara kategorisasi.
Sajian data yang baik dan jelas sistematikanya akan banyak
membantu. Sajian data dapat meliputi deskripsi, matriks, gambar/sketsa
dan tabel.Kesemuanya itu dirancang guna merakit secara teratur supaya
mudah dilihat dan dimengerti dalam bentuk yang baik.
Ketiga, dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus
memahami apa arti dari berbagai hal yang ditemui dengan mulai
melakukan pencatatan pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasikonfigurasi, alur sebab-akibat dan berbagai proposisi. Hal itu akan
diverifikasi dengan temuan-temuan data selanjutnya dan akhirnya sampai
pada penarikan kesimpulan akhir.
35
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran umum Partai Golongan Karya
Partai Golongan Karya (Partai Golkar), sebelumnya bernama
Golongan Karya (Golkar) dan Sekretariat Bersama Golongan Karya
(Sekber Golkar), adalah sebuah partai politik di Indonesia. Partai Golkar
bermula
dengan
berdirinya
Sekber
Golkar
di
masa-masa
akhir
pemerintahan Presiden Soekarno, tepatnya 1964 oleh Angkatan Darat
untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan
politik.
Pada bulan Oktober 1964 terbentuk sebuah panitia yang terdiri dari
anggota Gerakan Militer Pelajar, kelompok cendekiawan, dan militer.
Panitia ini bertujuan untuk mempersiapkan “Piagam Pernyataan Dasar
Karyawan”. Pada 5 Agustus 1964, Presiden mengeluarkan sebuah
peraturan presiden yang berisi tentang syarat organisasi-organisasi yang
boleh menjadi anggota dari Front Nasional. Penpres ini mempersulit
organisasi-organisasi tersebut untuk menjadi anggota Front Nasional.14
Pada 15 Oktober 1964, lima orang anggota Front Nasional dari Golongan
Karya mengeluarkan sebuah undangan kepada semua organisasi yang
14
Imam Pratignyo, Ungkapan Sejarah Lahirnya Golkar, (Jakarta: Yayasan Bhakti, 1984), Hal. 91.
36
dimaksudkan
oleh
Penpres
keanggotaan
mereka
di
No.
dalam
193/196415
Front
untuk
Nasional.
membicarakan
Pertemuan
itu
diselenggarakan pada jam 9.00 pagi, 20 Oktober 1964.
Pada tengah malam 19 Oktober 1964, panitia yang menyusun
“Piagam Pernyatan Dasar Karyawan” dan wakil-wakil dari 35 organisasi
non-afiliasi berkumpul bersama menandatangani piagam. Kemudian pada
pukul 12 siang hari, 20 Oktober, panitia pelaksana Sekber Golkar akhirnya
terbentuk. Panitia ini diketuai oleh Kolonel Djuhartono, kemudian empat
wakil ketua, masing-masing adalah Imam Pratignyo (NU), J. K. Tumakaka
(pernah menjadi pemimpin PNI), Djamin Gintings (militer), dan S.
Sukowati (Hankam). Berikutnya Dr. Amino Gondoutomo bertindak sebagai
Sekretaris Jenderal, dan Sutomo Gondowongso SH sebagai wakil
sekretaris.16 Akhirnya, Sekretariat Bersama Golongan Karya atau yang
disingkat sebagai Sekber Golkar resmi berdiri. Organisasi ini dimaksudkan
sebagai Badan Kerjasama (BKS) antara militer dan kelompok sipil guna
menghadapi pertarungan politik dengan partai-partai politik khususnya
PKI.
15Penpres
No. 193/1964 ini berisi mengenai syarat organisasi yang dapat menjadi anggota dari
Front Nasional. Syarat-syarat tersebut antara lain; seasas dengan Front Nasional, berafiliasi
dengan salah satu partai. Sementara itu, di kalangan Golongan Karya non afiliasi, penpres ini
disebut penpres maut.
16
Suryadinata, op.cit, hlm. 15.
37
Kendatipun diawal pendirian (sesuatu yang wajar dialami oleh
organisasi-organisasi yang baru berdiri), Sekber Golkar ini kurang
efektif,17 tetapi sebuah embrio mesin politik militer yang akan digunakan
sebagai alat untuk mendomisasi kehidupan sosial, budaya, politik bahkan
ekonomi Indonesia telah berhasil dibangun dan dikembangkan.Dalam
perkembangannya, Sekber Golkar berubah wujud menjadi Golongan
Karya yang menjadi salah satu organisasi peserta Pemilu.Menjelang
Pemilu tahun 1971 Sekber Golkar mampu memerankan diri sebagai
simbol modernisasi dengan wacana-wacana pembangunan ekonomi dan
satu-satunya alternatif untuk kemajuan Indonesia. Kekuatan sosial politik
ini dipromosikan kepada masyarakat sebagai kekuatan yang lain sama
sekali dari partai-partai politik yang ada. Kalau dalam Pemerintahan Orde
Lama gemuruh politik sangat terasa dalam kehidupan masyarakat dan
yang kedengaran setiap harinya hanya jargon-jargon politik, sementara
ekonomi tidak dibenahi secara menyeluruh, maka Pemerintahan Soeharto
yang menggantikannya mengubah orientasi pembangunan ke arah
ekonomi.
Dalam Pemilu 1971 (Pemilu pertama dalam pemerintahan Orde
Baru Presiden Soeharto), salah satu pesertanya adalah Golongan Karya
dan mereka tampil sebagai pemenang.Kemenangan ini diulangi pada
Pemilu-Pemilu pemerintahan Orde Baru lainnya, yaitu Pemilu 1977, 1982,
17
Ibid, hlm. 16.
38
1987,
1992,
dan 1997.Kejadian
ini dapat dimungkinkan, karena
pemerintahan Soeharto membuat kebijakan-kebijakan yang sangat
mendukung kemenangan Golkar, seperti peraturan monoloyalitasPNS,
dan sebagainya.Setelah pemerintahan Soeharto selesai dan reformasi
bergulir, Golkar berubah wujud menjadi Partai Golkar, dan untuk pertama
kalinya mengikuti Pemilu tanpa ada bantuan kebijakan-kebijakan yang
berarti seperti sebelumnya di masa pemerintahan Soeharto.
Arus reformasi bergulir, Tuntutan mundur Presiden Soeharto
menggema di mana-mana. Soeharto akhirnya berhasil dilengserkan oleh
gerakan mahasiswa. Hal ini kemudian berimbas pada Golkar. Karena
Soeharto adalah penasehat partai, maka Golkar juga dituntut untuk
dibubarkan. Saat itu Golkar dicerca di mana-mana. Akbar Tandjung yang
terpilih
sebagai
ketua
umum
di
eraini
kemudian
mati-matian
mempertahankan partai. Di bawah kepemimpinan Akbar, Golkarberubah
wujud menjadi Partai Golkar. Saat itu Golkar juga mengusung citra
sebagai
Golkar
baru.
Upaya
Akbar
tak
sia-sia,
dia
berhasil
mempertahankan Golkar dari serangan eksternal dan krisiscitra, inilah
yang membuat Akbar menjadi ketua umum Golkar yang cukup legendaris.
Partai Golkar kemudian ikut dalam Pemilu 1999, berkompetisi bersama
partai-partai baru di era multipartai. Pada pemilu pertama di Era
Reformasi ini Partai Golkar mengalami penurunan suaradi peringkat ke
dua di bawah PDIP. Namun pada pemilu berikutnya Golkar kembali
unggul. Pada pemilu legislatif 2004 Golkar menjadi pemenang pemilu
39
legislatif dengan 24.480.757 suara atau 21,58% suara sah. Pada pemilu
legislatif 2009 lalu suara Partai Golkar kembali turun ke posisi dua.
Pemenangpemilu dipegang oleh Partai Demokrat. Dalam Munas VIII di
Pekanbaru,
Aburizal
Bakrie
terpilih
sebagai
ketua
umum
menggantikanJusuf Kalla. Sebagai pimpinan baru partai beringin, Aburizal
bertekad akan kembali membawaGolkar memenangkan pemilu. Dia
menargetkan Golkar menjadi pemenang pertama pemilulegislatif 2014
nanti.
Tabel.Ketua Umum Golkar
Nama
Djuhartono
Suprapto Sukowati
Amir Moertono
Sudharmono
Wahono
Harmoko
Akbar Tanjung
Jusuf Kalla
Aburizal Bakrie
`
Periode Jabatan
1964-1969
1969-1973
1973-1983
1983-1988
1988-1993
1993-1998
1998-2004
2004-2009
2009-sekarang
Sumber: www.golkar.co.id/tentang/sejarah
1. Perspektif dan program partai
Partai Golkar mencoba memantapkan doktrin dan program
perjuangannya dalam sebuah kerangka yang mereka sebut sebagai
“paradigma baru”. Berikut adalah kerangka pandangan dan program
seperti yang disebutkan dalam dokumen-dokumen partai Golkar.
a). Asas
Golkar mempunyai 5 asas dalam berpartai politik yaitu :
1. Asas kepemimpinan Pancasila.
40
2. Asas demokrasi Pancasila.
3. Asas kesimbangan antara kepentingan umum dan kepentingan
pribadi/kepemimpinan golongan.
4. Asas kekeluargaan dan gotong royong.
5. Asas tidak kenal menyerah dalam perjuangan.
b). Tujuan Partai

Mempertahankan, mengamankan, mengamalkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.

Mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar 1945.

Menciptakan masyarakat adil dan makmur merata materiil
dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Mewujudkan
kedaulatan
rakyat
dalam
rangka
mengembangkan kehidupan demokrasi Pancasila yang
menjunjung tinggi dan menghormati kebenaran, keadilan,
hukum, dan hak asasi manusia18.
2. Platform
Platform yang dimaksudkan di sini adalah landasan tempat
berpijak, yaitu wawasan-wawasan yang menjadi acuan dan arah dari
mana dan ke mana perjuangan Partai Golkar hendak menuju. Platform
18Hasil
Munas VIII Partai Golkar Tahun 2009 “ Suara Rakyat Suara Golkar “ Hal 82.
Sekertariat Jendral Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Tahun 2009.
41
merupakan sikap dasar yang merupakan kristalisasi dari pemahaman,
pengalaman dan kesadaran historis Partai Golkar dalam menyertai
bangsa membangun masa depan.
Pertama, Partai Golkar berpijak pada landasan tetap tegaknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar1945. Sebagai konsekuensi dari pijakan ini maka
Partai Golkar berwawasan kebangsaan yaitu suatu wawasan bahwa
bangsa Indonesia adalah satu dan menyatu.
Kedua, Partai Golkar adalah partai majemuk (pluralis), dalam artian
Partai yang menampung kemajemukan bangsa Indonesia. Bagi Golkar
kemajemukan
adalah
anugerah
Tuhan
yang
membentuk
mozaik
keindonesiaan yang sangat indah dan mempesona yang berbudi luhur
dalam semboyan Bhinekka Tunggal Ika. Komitmen ini akan dipertahankan
oleh partai Golkar sepanjang masa.
Ketiga, Golkar adalah partai yang berkomitmen pada demokrasi.
Demokrasi yang dibangun adalah demokrasi Indonesia, yaitu demokrasi
yang dilandaskan pada prinsip dan nilai Pancasila. Golkar baru
menjunjung tinggi demokrasi dan kebebasan yang memperkokoh dan
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Keempat, Golkar adalah partai yang berjuang unutk mewujudkan
kesejahteraan rakyat sebagai upaya mewujudkan salah satu tujuan
nasional. Peningkatan kesejahteraan itu diwujudkan antara lain dengan
42
meningkatkan taraf hidup dan kecerdasan rakyat secara menyeluruh.
Dengan sikap ini Golkar mempertegas keberpihakan pada rakyat.
Kelima, Golkar adalah partai yang berkomitmen pada penegakan
hukum, keadilan dan hak-hak manusia. Sebagai partai politik yang hidup
di
negara
yang
berdasarkan
hukum,
maka
Golkar
senantiasa
mengupayakan supremasi hukum di segala bidang.
Keenam, Golkar adalah partai yang senantiasa mendasarkan gerak
langkahnya pada nilai-nilai etika dan moralitas berdasarkan ajaran agama.
Etika adalah moralitas dan saripati agama serta buah dari keberagaman
itu sendiri. Dengan komitmen ini Golkar menempatkan keimanan dan
ketakwaan sebagai salah satu asas pembangunan. Dalam persepsi yang
demikian maka agama memiliki fungsi motivatif, inspiratif, dan sublimatif.
Ketujuh, Golkar adalah partai dalam setiap gerak langkahnya
senantiasa berpijak pada wawasan pembaharuan dan pembangunan
yang telah menjadi sikap dasar Golkar sejak kelahirannya, bahkan
menjadi salah satu butir dari nilai-nilai dasar Golkar seperti yang
tercantum dalam Ikrar Panca Bhakti Golongan Karya.
Kedelapan,
Golkar
adalah
pelopor
pembaharuan
dan
pembangunan. Sikap dasar ini membawa Golkar senantiasa mendorong
gerakan reformasi secara menyeluruh yang dilangsungkan secara
gradual, incremental dan konstitusional.
43
B. Visi dan Misi Partai Golongan Karya
Adapun visi Golkar sebagai berikut:
1. Golkar adalah partai terbuka bagi segenap golongan dan lapisan
masyarakat tanpa membedakan latar belakang agama, suku,
bahasa dan status sosial ekonomi.19
2. Golkar adalah partai mandiri yang merupakan organisasi kekuatan
sosial politik yang mampu mengambil setiap keputusan politik dan
kebijakan organisasi tanpa campur tangan atau intervensi dari
siapa pun atau pihak manapun. Partai Golkar adalah Partai
independen, baik secara struktural maupun kultural.
3. Golkar adalah partai demokratis, Sebagai partai yang demokratis
Golkar senantiasa baik secara internal maupun eksternal betulbetul menjadi pelopor tegaknya kehidupan politik yang demokratis
dan terbuka.
4. Golkar adalah partai moderat, sebagai partai yang moderat Golkar
senantiasa mengutamakan posisi tengah (moderat) dan tidak
berorientasi ke kiri atau ke kanan secara ekstrim. Dengan demikian
partai Golkar baru mengembangkan sikap non-sekretarian bahkan
dapat dikatakan anti sektaria. Visi politik moderat adalah visi yang
dianggap paling tepat dengan menyadari kenyataan sosiologis dan
politis dari masyarakat Indonesia yang sangat majemuk.
19Ibid
Hal.82
44
5. Golkar adalah partai yang solid, sebagai partai yang solid Golkar
secara utuh dan kukuh senantiasa mendayagunakan potensi yang
dimilki secara sinergis. Dengan visi ini, Golkar melakukan
konsilidasi organisasi baik secara vertikal maupun horizontal
dengan mengembangkan manajemen organisasi yang modern dan
canggih.
6. Golkar adalah partai yang mengakar. Sebagai partai yang
mengakar Golkar senantiasa mengupayakan agar para anggota
dan kadernya tumbuh dan berkembang dari bawah berdasarkan
azas prestasi, bukan berdasarkan atas azas kolusi dan nepotisme.
7. Golkar adalah partai yang responsif. Sebagai partai yang responsif
Golkar senantiasa peka dan tanggap terhadap aspirasi dan
kepentingan
rakyat, serta
konsisten untuk memperjuangkan
keputusan politik yang bersifat publik dan menguntungkan seluruh
rakyat tanpa membedakan latar belakang, suku, etnis, agama,
bahasa, aliran dan kebudayaan.
Berdasarkan ketujuh visi baru Partai Golkar tersebut, maka
sejatinya kekuasaan itu pada dasarnya bersumber dari kita dan kita bukan
perpanjangan tanpa kekuasaan. Dengan visi yang demikian Golkar baru
menolak apa yang dituduhkan beberapa kalangan yang menggangap
Golkar sebagai mesin pengumpul suara dari pemerintah (the ruler’s party)
seperti dalam paradigma lama. Partai Golkar adalah partai baru yang
terus mereformasi dirinya untuk menuju the rulling party atau partai yang
45
darinya kekuasaan bersumber. Pola hubungan antara partai Golkar
dengan pemerintah dapat dikembangkan atas dasar hubungan fungsional
antara infra dan supra struktur politik yang mempunyai keterkaitan erat.
Rumusan
hubungan
tersebut
secara
sederhana
dapat
dikatakan
hubungan yang bersifat konstruktif korektif atau korektif konstruktif.
Dengan gambaran visi baru partai Golkar tersebut diharapkan setiap
anggota dan kader yakin bahwa partai Golkar adalah partai yang besar,
partai yang kuat, dan partai yang selalu berakar di hatinya rakyat
Indonesia.20
Misi Partai Golkar melaksanakan fungsi-fungsi sebagai sebuah partai
politik modern yaitu:
1. Mempertegas
komitmen
mengartikulasikan,
dan
untuk
menyerap,
memperjuangkan
memadukan,
aspirasi
serta
kepentingan rakyat sehingga menjadi kebijakan politik yang bersifat
publik.
2. Melakukan rekruitmen kader-kader yang berkualitas melalui sistem
prestasi (merit sistem) untuk dapat dipilih oleh rakyat untuk
menduduki posisi - posisi politik atau jabatan - jabatan publik.
Dengan posisi atau jabatan politik ini maka para kader dapat
mengontrol atau mempengaruhi jalannya pemerintahan untuk
diabadikan sepenuhnya bagi kepentingan dan kesejahteraan
rakyat.
20Ibid.Hal
64
46
3. Meningkatkan proses pendidikan dan komunikasi politik yang
dialogis dan partisipatif, yaitu membuka diri terhadap berbagai
pikiran, aspirasi dan kritik masyarakat.21
STRUKTURAL
KEMITRAAN
DPP
PARTAI GOLKAR
PEMERINTSH
NON PEMERINTAH
PRIVAT
(KORPORASI/PERS
EORANGAN)
DPP PROPINSI
PARTAIGOLKAR
21Ibid
LPPM
KAB / KOTA
FUNGIONAL
PARTAI GOLKAR
BADAN LEMBAGA
SAYAP
ORSOSMASINAL/
ORSISMALMAS
PENDIRI DIDIRIKAN
AFILIASI
DPP KAB /KOTA
PARTAIGOLKAR
PENGURUS
TK. KAB / KOTA
PIMP KEC
PARTAI GOLKAR
PENGURUS
TK. KEC
PIMP DESA / KEL
PARTAIGOLKAR
PENGURUS
TK. DESA / KEL
KPM
KPM
hal 8
47
C. Gambaran umum DPD II Partai Golkar Kota Makassar
Partai Golkar adalah partai yang memiliki basis massa terbesar di
Sulawesi Selatan khususnya Kota Makassar. Tradisi Golkar sudah
mengakar
dalam
diri
Masyarakat
Makassar,
sehingga
tidak
mengherankan jika Partai Golkar selalu keluar sebagai partai pemenang
pemilu di Kota Makassar. Seperti yang dikatakan Victor Manguma :
“Golkar adalah partai besar dan mendarah daging di Kota Makassar partai
ini selalu menjadi pemenang pemilu, walaupun tidak bisa dipungkiri jumlah
suara mengalami penurunan.”22
Tabel Pengurus Golkar Kota Makassar 2004-2009
NAMA
DRS. H. AMBAS SYAM, MS
IR. H. HARIS YASIM LIMPO
IR. H. A RAHMAN HALID
H. NASRAN MONE S,AG
IR. FAROUK MAPPASELING BETTA, MM
IR. VICTOR MANGUMA
DRS. H. SAAD IRANDA DOLLAR
PASAMBANGI
DRS. MISBAHUDDIN, MSI
ZAINAL ARIFIN ALFIN
RACHMAN PARENRENGI
DRA. IDA ANDALIA, MSI
RAHMAN PIDE, S,IP
IR, JAPRI YAKUB TIMBO
ISKANDAR NAWING, SH
MEDISWATI, ST
BHAKTI BARAMULI, MBA
HJ. EDIB HANOUM ANAS
JABATAN
KETUA
WAKIL KETUA
WAKIL KETUA
WAKIL KETUA
SEKRETARIS
WAKIL SEKRETARIS
BENDAHARA
WAKIL BENDAHARA
KETUA PP
KETUA OKK
KETUA HUMAS
KETUA CENDIKIAWAN
KETUA PANGMAS
KETUA PEMUDA
KETUA HUKUM
KETUA WANITA
KETUA KOPERASI
KETUA ROHANI
Sumber: Partai Golkar Makassar
22Wawancara
dengan Ir Victor Manguma, Wakil Sekertaris Golkar Kota Makassar di
rumahnya Jln Tudopolly, 19 Desember 2011, Pukul 17. 25 WITA
48
Pada pemilu legislatif tahun 2009 Partai mengirim Calegnya untuk
bertarung merebut kursi di Parlemen sesuai denga dapilnya masingmasing, dan akhirnya terpilih 11 orang yang duduk di DPRD kota
Makassar.
Tabel Caleg Partai Golkar 2009
DAPIL : I
NO
URUT
NAMA LENGKAP
JENIS
KECAMATAN
KELAMIN
(TEMPAT TINGGAL CALON)
1
2
3
4
1
IR. FAROUK MAPPASELING BETTA, MM
L
PANAKKUKANG
2
IR. H. HARIS YASIN LIMPO
L
MARISO
3
BERNADETH ANASTASYA
P
RAPPOCINI
4
Drs. ISWAN SETIYO UTOMO
L
RAPPOCINI
5
Drs. H. INCE ADNAN MAHMUD
L
UJUNG PANDANG
6
A. RAHMATIKA DEWI, Y, S. KG
P
MAKASSAR
7
Drs. H.M. RUDHY SYAHRUDDIN, SH,
MBA, MH
L
RAPPOCINI
8
L
MAMAJANG
9
ADY FRANKY BARAMULI
HENNY IDRIS, SH
P
MAKASSAR
10
H. MANSYUR THABA, S. SOS, MM
L
UJUNG PANDANG
11
BENNY BUDIONO
L
UJUNG PANDANG
12
HERDA HENDARSA
P
UJUNG PANDANG
DAPIL: II
NO
URUT
NAMA LENGKAP
1
2
JENIS
KECAMATAN
KELAMIN
(TEMPAT TINGGAL
CALON)
3
4
L
TAMALATE
1
H. NASRAN MONE, S. Ag, MM
2
YUSUF GUNCO, SH, MH
L
TAMALATE
3
Dra. HJ. RIYANTI NAZIEF
P
RAPPOCINI
4
JUMAIL, SmHK
L
TAMALATE
5
ABDUL NASIR DG. NGERANG, S. Sos.
L
MARISO
6
Dra. HJ. MURTINI SUHARTO
P
MAMAJANG
7
IR. A. NURMAN M. M. Si
L
MAMAJANG
49
8
Drs. H. MUHAMMAD SALEH MANDA
L
MARISO
9
IR. Hj. ELLY MERJAN AKIB ISMAIL
P
MAMAJANG
10
PARTONO SOEMARYO, SE
L
MAMAJANG
11
FAHRUDDIN RANGGA, SE, M. Si
L
MARISO
12
INDRIANA PARENRENGI
P
RAPPOCINI
13
ASDAR TUKAN
L
TAMALATE
JENIS
KECAMATAN
KELAMIN
(TEMPAT TINGGAL
CALON)
DAPIL : III
NO
URUT
NAMA LENGKAP
1
2
3
4
1
IR. H. MUHAMMAD IRIANTO AHMAD, MM
L
RAPPOCINI
2
RAHMAN PINA, S. Ip
L
MANGGALA
3
Dra. HJ. ASMAENY AZIS, M. Si. MH
P
PANAKKUKANG
4
WENDY KALA TIKUPADANG, SE
L
PANAKKUKANG
5
Drs. ABDUL TALIB MUSTAFA
L
MANGGALA
6
HJ. HERLINA AMIN NOOR, SH
P
PANAKKUKANG
7
H. SAMSUDDIN KADIR, SE
L
PANAKKUKANG
8
MISBAHUDDIN, SE, M. SI
L
TAMALANREA
9
ANDI BESSE FERIAL, Sp
P
MANGGALA
10
HUSNI
L
MANGGALA
11
SUSUMAN, SE
L
TAMALATE
JENIS
KECAMATAN
KELAMIN
(TEMPAT TINGGAL
CALON)
DAPIL : VI
NO
URUT
NAMA LENGKAP
1
3
4
1
Drs. SAAD IRANDA DOLLAR
2
L
MARISO
2
Drs. M. JUNIAR ARGE
L
TALLO
3
DRA. Hj. A. IDA ANDALIA, M. Si
P
PANAKKUKANG
4
RAFIUDDIN KASUDE
L
UJUNG TANAH
5
H. GOSE HALIM
L
TALLO
6
DRA. Hj. NURJANNAH ABNA, M. Pd
P
PANAKKUKANG
7
ABDUL WAHAB TAHIR
L
BONTOALA
8
MUHAMMAD ABDUH RACHMAN
L
TAMALATE
9
HJ. SHERLY NIRWANA MANSYUR
P
BONTOALA
10
ELBER MAQBUL AMIN, ST
L
BONTOALA
50
11
Drs. H. AHKAM SUPU
L
TALLO
12
HARWATY, SE
P
WAJO
13
SUHARTO, S. Sos.i. M. Si
L
MAKASSAR
JENIS
KECAMATAN
KELAMIN
(TEMPAT TINGGAL
CALON)
DAPIL : V
NO
URUT
NAMA LENGKAP
1
3
4
1
Drs. H. ANDI HASIR. HS
2
L
RAPPOCINI
2
Ir. JAPRI Y. TIMBO
L
RAPPOCINI
3
MEDIS WATI, ST
P
TAMALANREA
4
NASRUDDIN IBRAHIM TUWO
L
MANGGALA
5
DRS. TAKIRIN DAMING
L
TAMALANREA
6
St. RUGAYAH
P
BIRINGKANAYA
7
PASAMBANGI
L
TAMALANREA
8
IMRAN TENRI TATA AMIN
L
PANAKKUKANG
9
HJ. SULEHA
P
MANGGALA
10
MUHAMMAD RIZAL
L
BIRINGKANAYA
11
ABADI SIRAJUDDIN
L
UJUNG PANDANG
Tabel Perolehan Suara Golkar Kota Makassar 2009
Dapil 1
Dapil 2
Dapil 3
Dapil 4
Dapil 5
JUMLAH
26.742
22.673
20.346
14.847
15.587
100.195
Sumber: KPU Kota Makassar
51
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pelaksanaan Mekanisme Pengelolaan Keuangan DPD II Golkar
Kota Makassar dalam Pemilu Legislatif 2009 di Kota Makassar
Sebuah partai dengan ide-ide yang baik, pemimpin berkomitmen
dan besar jumlah anggota masih bisa gagal mencapai tujuannya. Terlalu
partai politik sering membuat kesalahan dengan mencurahkan semua
mereka
sumber
daya
dan
energi
untuk
jangka
pendek
pemilu
kampanye, bukan untuk membangun dan memelihara padat demokratis
pihak organisasi. Partai organisasi harus menjadi prioritas bagi pemimpin
partai sebelum isu kampanye organisasi dibahas. Partai politik harus
diatur dan dikelola tidak berbeda dari organisasi yang sukses lainnya.
Partai politik melalui pendidikan politik memiliki peran dan nilai strategis
dalam pembangunan karakter bangsa karena semua partai politik memiliki
dasar yang mengarah pada terwujudnya upaya demokratisasi yang
bermartabat.
Eksistensi keberhasilan suatu Partai dalam kancah perpolitikan,
salah satu tolak ukurnya adalah memiliki pengelolaan keuangan yang
baik. Sebagaimana kita tahu bersama bahwa parpol memerlukan dana
yang besar untuk menyukseskan program-programnya, terutama untuk
memperoleh kemenangan dalam pemilu. Sumber dana yang utama
berasal dari sumbangan para simpatisan. Banyak kelompok tertentu baik
52
secara individual maupun dalam bentuk entitas bisnis melakukan
pendekatan kepada suatu partai politik dengan cara memberikan
sumbangan dalam jumlah besar (siginifikan). Hal itu dilakukan agar
kepentingan mereka dapat diakomodasi oleh partai politik tersebut.
Bentuk akomodasi kepentingan tertentu yang di dalamnya ada unsur
vestedinterest tercermin dalam perumusan kebijakan yang menyangkut
kepentingan publik. Untuk menjaga agar partai politik tidak berpihak pada
sekelompok
kepentingan
tertentu,
maka
diperlukan
pembatasan-
pembatasan dalam hal pemberian sumbangan, baik oleh individu maupun
organisasi tertentu. Partai sebagai entitas nirlaba mempunyai batasanbatasan yang secara ketat diatur dalamundang-undang. Sehingga dalam
menjalankan sisi operasionalnya. Dalam melaksanakan mekanisme
pengelolaan keuangan partai, haruslah diatur dalam peraturan oranisasi
partai.Kampanye
undang.Laporan
harus
Dana
pertanggungjawaban
selalu
berada
Kampanye
pesertaPemilu
dalam
dimaksudkan
dalam
hal
koridor
undang-
sebagai
bentuk
pengelolaan
Dana
Kampanye yang meliputi sumber-sumber perolehandan penggunaannya.
Suatu aturan pembatasanmerupakan salah satu upaya menjaga netralitas
parpol dalam mempertahankan idealisme memperjuangkan kepentingan
rakyat.
Mekanisme pengelolaan keuangan partai haruslah diatur dalam
peraturan organisasi partai, hal ini diperlukan bukan semata demi menaati
perintah UU, tetapi juga demi membangun sistem organisasi modern agar
53
lebih tanggap atas tuntutan konstituen dan publik yang terus meningkat.
Pengaturan ini juga akan mendorong partai untuk menjadi institusi yang
transparan dan akuntabel, sehingga sedini mungkin dapat menghindari
dari penguasaan oleh pemilik uang. Yusman mengatakan:“semua partai
memiliki peraturan yang mengatur keuangan, begitupun dengan Golkar,
manajemen keuangan Golkar di atur dalam peraturan organisasi partai
golkar
agar
berjalan
sebagaimana
mestinya”23Hal
senada
juga
diungkapkan Bernadeth Anastasya:
“sistem pemilu sebagai instrumen dari demokrasiuntuk merebut
kekuasaanmengubah fungsi parpol menjadi mesin pemilu yang
bertugas mendulang suara rakyat sebanyak-banyaknya. Karena
harus mendapat suara terbanyak, parpol tentu butuh dana yang
banyak pula dan ini harus benar-benar dalam Peraturan organisasi
partai.”24
Partai politik membutuhkan berbagai sumber daya menjadi
sukses.
Partai-partai
meningkatkan negeri;
politik
minimal
harus
memiliki:
Ide
untuk
Aturan dan struktur (Konstitusi); Pemimpin;
Anggota, dan Sumber daya (keuangan). Selain atribut-atribut partai yang
sukses juga perlu memiliki strategi untuk:
Mengembangkan partai;
Internal partai komunikasi; Keanggotaan rekrutmen; menjelaskan ide-ide
kepada publik (dan media); Meningkatkan sumber daya (dan pengeluaran
dana); Pemilihan umum; Merekrut calon; Kampanye, dan Memantau
proses pemilihan. Pengelolaan keuangan partai Golkar telah diatur dalam
23Wawancara
dengan Yusman, Ketua sekretariat Partai Golkar Kota Makassar, 15
Desember 2011 Pukul 10.30 Wita
24Wawancara dengan Drs. Bernadeth Anastasya, Wakil Bendahara Golkar Kota
Makassar, di Sekret Golkar Kota Makassar, 4 Januari 2012 Pukul 15.30 Wita
54
AD/ART partai Golkar dan diperjelas dalam Peraturan Organisasi
No PO07/DPP/Golkar/XII/2005/tentang Pengelolaan dan Mekanisme
Pertanggungjawaban Keuangan Partai Golkar.
“Keuangan Partai Golkar adalah semua hak dan kewajiban Partai
Golkar dalam rangka penyelenggara program umum yang dinilai
dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang
dimiliki oleh Partai Golkar.”25
Keuangan Partai Golkar dikelola secara tertib dan transparan
dengan menggunakan kaidah dan sistem pembukuan yang telah diterima
secara umum. Menurut Iranda Dollar: “semua sudah diatur secara baik,
Golkar adalah partai besar dan selalu eksis itu salah satunya disebabkan
manajemen keuangan yang teratur dan sistematis”26. Pembukuan Partai
Golkar disesuaikan dengan kebutuhan partai guna mencatat setiap
penerimaan dan pengeluaran dalam penyusunan laporan keuangan
partai. Sumber penerimaan keuangan Partai Golkar terdiri dari: iuran
wajib,
iuran
sukarela,
sumbangan
perseorangan,
sumbangan
badan/lembaga, usaha lain yang sah dan bantuan dari anggaran
negara/daerah.
Iuran anggota biasanya dibayar rutin oleh para anggota besarnya
iuran tergantung dari intern partai, ini penting bagi pendanaan dan
kelangsungan kegiatan partai. Iuran wajib anggota Partai Golkar Kota
Makassar didapat dari anggota legislatif baik ditingkat daerah, provinsi,
25Peraturan
Organisasi Golkar tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Partai BAB I, Pasal 1:1
26Wawancara dengan Drs. H. Saad Iranda Dollar, Bendahara Golkar di Sekret Golkar
Kota Makassar, 21 Desember 2011, Pukul 13. 25 WITA
55
maupun pusat yang terpilih menggunakan Golkar sebagai kendaraan
politiknya dan dibayar per bulan. Anggota legislatif di daerah dikenakan
biaya Rp. 1.500.000, anggota legislatif di provinsi dikenakan biaya Rp.
2.000.000, dan untuk tingkat pusat dikenakan biaya Rp. 3.000.000. seperti
yang dikatakan Bernadeth Anastasya:
“ada iuran wajib, tapi diperuntukan kepada anggota legislatif terpilih
di daerah, provinsi, dan pusat, besar iuran telah ditentukan.” 27
Golkar tidak memungut biaya dari anggota lainya, sumbangan yang
diterima dari anggota lain diluar anggota legislatif terpilih lebih bersifat
sukarela sebagai pembuktian loyalitas kepada partai. Sumbangan
perseorangan telah ditentukan dalam UU partai politik dimana besar
sumbangan tidak boleh lebih dari 1 Milyar ini pun harus jelas siapa yang
menyumbang dengan maksud yang jelas. Sumbangan badan atau
perusahaan non pemerintah pun tidak boleh melebihi 5 Milyar. Aturan ini
idealnya diberlakukan agar partai politik tidak terikat dengan kepentingankepentingan badan/lembaga namun lebih fokus kepada kepentingan
rakyat. Namun tidak bisa disangkal bahwa partai Golkar dan partai besar
lainnya memiliki kader partai yang juga memiliki jabatan penting dalam
lembaga/perusahaan, sumbangan dari lembaga/perusahaan tidak begitu
kelihatan oleh karena lebih kepada loyalitas kader terhadap partai dengan
mengembleng tendensi politik.
27Wawancara
dengan Drs. Bernadeth Anastasya, Wakil Bendahara Golkar Kota
Makassar, di Sekret Golkar Kota Makassar, 4 Januari 2012 Pukul 15.30 Wita
56
Dalam pemilu legislatif 2009 Bantuan dari pemerintah kepada
partai politik telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 2005
tentang bantuan keuangan kepada partai politik. Bantuan keuangan
adalah bantuan berbentuk uang yang diberikan oleh pemerintah dan atau
pemerintah daerah kepada partai politik yang mendapat kursi di Lembaga
Perwakilan Rakyat. Pada konteks ini diberikan secara proporsional
berdasarkan jumlah kursi di Lembaga Perwakilan Rakyat hasil pemilihan
umum tahun 2004. Ada tiga macam pemberian bantuan keuangan kepada
partai. Pertama, bantuan keuangan yang bersumber dari APBN. Bantuan
ini diberikan kepada partai di tingkat pusat bagi yang mendapat kursi di
DPR.Kedua, bantuan keuangan yang bersumber dari APBD provinsi.
Diberikan kepada partai, di tingkat provinsi bagi yang mendapat kursi di
DPRD provinsi. Sedangkan yang ketiga adalah bantuan keuangan yang
bersumber dari APBD kabupaten atau kota diberikan kepada parpol yang
mendapat kursi di DPRD kabupaten atau kota.
Terkait dengan pemberian bantuan dari Permerintah Daerah untuk
Kota Makassar sendiri, hal tersebut sudah diatur dalam Perda No. 10
Tahun 2006 pada Bab 3, tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik
yang berbunyi :“Besarnya bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (2) ditetapkan sebesar Rp. 19.000.000,- (Sembilan belas juta rupiah)
setiap kursi pertahun“. Dana yang diberikan diperuntukan guna pendidikan
dan kaderisasi politik.
57
Dalam kasus Partai Golkar dana bantuan dari pemerintah tergolong
kecil jika diperuntukan untuk pendidikan dan kaderisasi politik. Partai
politik melalui pendidikan politik memiliki peran dan nilai strategis dalam
pembangunan karakter bangsa karena semua partai politik memiliki dasar
yang mengarah pada terwujudnya upaya demokratisasi yang bermartabat.
Partai diharapkan dapat melaksanakan fungsinya sebagai Instrument Of
Political Education dengan baik dan benar, sesuai amanat yang tertuang
dalam pasal 11 huruf a UU No. 2 Tahun 2008, tentang Partai Politik
menyebutkan: “Partai Politik berfungsi sebagai sarana pendidikan politik
bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia
yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.” Sosialisasi politik ke masyarakat juga
membutuhkan dana operasional di lapangan. Menurut Iranda Dollar:
“kita memang diberikan dana dari pemerintah, tapi untuk Partai
Golkar dana tersebut masih tergolong kecil jika dibandingkan
dengan program partai yang membutuhkan banyak dana”28
Dalam sistem keuangan, terdapat pendapatan dan pengeluaran
yang akan di audit dalam pembukuan partai, jika pendapatan partai golkar
telah diuraikan diatas maka pengeluaran Partai Golkar dibagi menjadi
menjadi:
1. Pengeluaran rutin adalah pengeluaran organisasi guna
membiayai kegiatan kesekretariatan Partai Golkar.
28Wawancara
dengan Drs. H. Saad Iranda Dollar, Bendahara Golkar di Sekret Golkar
Kota Makassar, 21 Desember 2011, Pukul 13. 25 WITA
58
2. Pengeluaran Program adalah pengeluaran organisasi guna
membiayai
pelaksanaan
membiayai
bantuan
program
kepada
umum,
organisasi/
termasuk
kader
yang
bersimpati kepada partai, dan kegiatan yang bermanfaat
bagi partai.
3. Pengeluaran bantuan daerah, guna membantu kegiatan
kesekretariatan partai di daerah.
Pengeluaran dana Partai Golkar adalah anggaran yang harus
dikeluarkan untuk kegiatan yang dilakukan/menjalankan program partai
dan itu dicatat dalam pembukuan partai.
Transaksi
 Sumbangan
 Pendanaan
kegiatan
(pengeluaran)
Pencatatan
Transaksi
Klasifikasikan dan
posting ke buku
besar
Pembukuan dan
Pelaporan
Fungsi Audit
Publik dan pihak yang
membutuhkan laporan
keuangan
Laporan pertanggungjawaban keuangan Partai Golkar disusun
secara periodik dan disampaikan dalam Rapat Pleno Pengurus dalam
waktu 3 (tiga) bulan, 6 (enam) bulan, dan 12 (dua belas) bulan, karenanya
masing-masing disebut dengan laporan triwulan, semester dan tahunan.
59
partai
politik
wajib
menyampaikan
laporan
pertanggung
jawaban
penerimaan dan pengeluaran yang bersumber dari bantuan Angggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) kepada BPK secara berkala satu tahun sekali
untuk diaudit paling lambat satu bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Salah satu konsep yang dapat digunakan untuk mengetahui
eksistensi partai politik adalah dengan melihat institutionalisasi partai
politik, yang dimaksud dengan institutionalisasi partai politik ialah situasi di
mana terdapat stabilitas dalam kompetisi antar-partai, sehingga partai
akan memiliki akar stabil di masyarakat, dan partai-partai yang
berkompetisi dalam pemilihan umum diterima sebagai alat yang sah untuk
menentukan siapa yang akan mengelolah pemerintah, dan partai memiliki
aturan yang relatif stabil dan terstruktur.
60
UU NO.10 THN 2008
TENTANG PARTAI POLITIK
SUMBER
DANA KAMPANYE
PENGELOLAAN
DANA KAMPANYE
LAPORAN
DANA KAMPANYE
I. IURAN ANGGOTA
II. SUMBANGAN PERORANGAN
ANGGOTA PARTOL DIATUR
REKENING
DALAM AD-ART
LAPORAN DANA
III. SUMBANGAN PERORANGAN
UMUM
YG BERSUMBER
BUKAN ANGGOTA PARPOL
PENERIMAAN
PARTAI
DARI
MAKSIMAL
APBN/APBD
GOLKAR
Rp. 1 MILYAR/ORG/THN
IV. SUMBANGAN PERUSAHAAN
MAKSIMAL
Rp. 4 MILYAR/PT/THN
V. BANTUAN PEMERINTAH DARI
PEMERINTAH MELALUI
APBN/APBD BERDASARKAN
BIAYA PELAKSANAAN
PEROLEHAN SUARA
PENGELUARAN
PEMBERI SUMBANGAN HARUS
MENCANTUMKAN IDENTITAS
YANG JELAS
DIPERIKSA
BPK
PEMERINTAH
PROGRAM, OPERASIONAL
SEKRETARIAT PARTAI
PENGURUS PARTAI DISETIAP TINGKATAN
WAJIB MENYUSUN LAPORAN
PERTANGGUNGJAWABAN PENERIMAAN &
PENGELUARAN KEUANGAN SETELAH
TAHUN ANGGARAN BERAKHIR & TERBUKA
UNTUK DIKETAHUI MASYARAKAT
61
Pengaturan dana kampanye politik ditujukan untuk menciptakan
sebuah sistem yang jujur, dimana partai ataupun kandidat dapat
berpartisipasi dan berperilaku secara transparan dan akuntabel terhadap
masyarakat. Pengaturan ini juga menuntut partai dan kandidat untuk
transparan dalam soal pengumpulan dan pembelanjaan uang mereka.
Buruknya
pengaturan
dana
kampanye
membawa
konsekuensi
meningkatnya resiko terbentuknya pemerintah yang korup pasca pemilu.
Dana kampanye partai dan kandidat diperoleh dari sumbangan pihak
internal dan eksternal, baik besar maupun kecil. Para penyumbang ini
tentu saja memiliki alasan tertentu saat mereka menyumbangkan uang
mereka untuk kampanye partai atau kandidat tertentu, tak terkecuali
harapan untuk mendapatkan keuntungan material dari partai atau kandidat
yang didukungnya, antara lain melalui pemberian pekerjaan yang
bersumber dari anggaran negara, penunjukan dalam pengisian jabatan
potensial, dan sebagainya. Pengaturan ini diperlukan untuk mencegah
korupsi (investive corruption) dengan membatasi partai atau kandidat dari
pengaruh berlebihan (kooptasi) donatur/penyumbang.
Dalam UU No. 10 Tahun 2008 mengatur tiga sumber dana
kampanye dalam pemilu DPR dan DPRD, yaitu dari partai politik, calon
anggota DPR dan DPRD dari partai politik yang bersangkutan, dan
sumbangan dari pihak lain yang sah menurut hukum. Sumbangan dari
pihak lain juga diperbolehkan untuk dana kampanye pemilu anggota DPD.
Untuk sumbangan dari pihak eksternal ini, UU memberikan batasan
62
jumlah maksimal.Sumbangan dari pihak eksternal untuk kampanye pemilu
anggota
DPR
dan
DPRD
dibatasi
masing-masing
maksimal
Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk sumbangan dari perseorangan
dan Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) untuk sumbangan dari
kelompok, perusahaan dan/atau badan usaha nonpemerintah. Sementara
itu, jumlah maksimal sumbangan dana kampanye pemilu anggota DPD
dibatasi masing-masing Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah) untuk sumbangan dari perseorangan dan Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) untuk sumbangan dari kelompok, perusahaan dan/atau
badan usaha nonpemerintah. Selain itu, sumbangan dari pihak luar untuk
partai peserta pemilu dan calon anggota DPD harus disertai catatan yang
jelas mengenai identitas pemberi sumbangan.Seperti yang di ungkapkan
Muh. Sabir:
"Identitas penyumbang harus jelas. Alamat juga harus jelas. Tidak
boleh ada yang gaib,"29
Aturan mengenai sumber dan batasan sumbangan dana kampanye
dalam UU No. 10 Tahun 2008 mengandung dua kelemahan yang cukup
mendasar. Pertama, berbeda dengan sumbangan dari pihak eksternal
yang diatur batasan jumlah maksimalnya, sumbangan dari partai atau
kandidat tidak dibatasi sama sekali. Ketiadaan batasan sumbangan pihak
internal menyebabkan kandidat dan parpol menjadi pundi uang tidak
terkontrol. Hal ini mengesampingkan prinsip equal opportunity dalam
29
Wawancara dengan Drs. Muh Sabir, Kepala Kabag Umum KPU Kota Makassar, 20
Desember 2011 di KPU Kota Makassar, Pukul 10.30 Wita
63
pemilu dan cenderung menguntungkan kandidat yang kaya-raya atau
partai-partai yang memiliki dana besar. Selain itu, dalam konteks
pelembagaan partai, ketiadaan pengaturan sumbangan internal ini
memberikan keleluasaan bagi bertahannya oligarki di internal partai. UU
No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik juga tidak mengatur sumbangan
dana kampanye dari internal partai.
Partai Golkar Kota Makassar tidak menetapkan berapa besar
jumlah uang yang harus diberikan calegnya kepada partai pada saat
kampanye seperti yang diungkapkan Iranda Dollar:
“kami tidak meminta uang dari para caleg, karena ini adalah
mekanisme suara terbanyak maka caleg yang mengatur
keuangannya bersama tim suksesnya namun jika memberikannya
maka kami anggap sumbangan sukarela dan digunakan untuk
kampanye Golkar secara umum”
Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemberian dana kampanye dari
para caleg Golkar ke partai tidak ditentukan dan dianggap sebagai
sumbangan sukarela sebagai loyalitas kepada partai. Namun seakan
menunjukan bahwa pemberian dana yang tidak ditentukan ini akan
menguntungkan bagi caleg yang kaya dan menjadi prioritas partai. Para
caleg memiliki mekanisme pengelolaan dana sendiri, dengan mekanisme
suara terbanyak caleg hanya mengunakan partai sebagai kendaraan
untuk bertarung dalam pemilu selebihnya sumber daya caleg
Ada beberapa hal positif menyangkut pertanggungjawaban dana
kampanye dalam UU No. 10 Tahun 2008. Pertama, dana kampanye
64
pemilu berupa uang ditempatkan pada rekening khusus dana kampanye
parpol peserta pemilu atau calon anggota DPD yang bersangkutan pada
bank. Dana kampanye pemilu dicatat dalam pembukuan penerimaan dan
pengeluaran khusus yang terpisah dari pembukuan keuangan partai
politik. Partai Golkar Kota Makassar dalam menyimpan dana kampanye
telah membuka Rekening Khusus Dana Kampanye pada tanggal 16 juli
2008 di Bank Mandiri Cabang Slamet Riyadi.
Laporan dana kampanye parpol peserta pemilu dan calon anggota
DPD yang meliputi penerimaan dan pengeluaran disampaikan kepada
kantor akuntan publik yang ditunjuk oleh KPU/KPUD paling lama 15 hari
sesudah hari/tanggal pemungutan suara. KPU Kota Makassar menujuk
Kantor Akuntan Publik“ Mansyur Sain dan Rekan” dengan lisensi KEP419/KM.5/2005 yang beralamt di Graha Surandar Lt. 1, Jln Mesjid Raya
No 80 A. Menurut Anastasya Bernadeth: “laporan keuangan dan
kampanye harus diserahkan ke Lembaga Akuntan Publik, dan kami telah
menyerahkannya”30
30Wawancara
dengan Drs. Bernadeth Anastasya, Wakil Bendahara Golkar Kota
Makassar, di Sekret Golkar Kota Makassar, 4 Januari 2012 Pukul 15.30 Wita
65
PARTAI GOLONGAN KARYA
DEWAN PIMPINAN DAERAH KOTA MAKASSAR
LAPORAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN DAN KAMPANYE
PERIODE JULI 2008 – APRIL 2009
NO
1
URAIAN
PENERIMAAN
DANA
KAMPANYE
I. Saldo Awal
a. Sumbangan Partai Politik
b. Sumbangan Calon Legislatif
c. Sumbangan Perorangan
d. Sumbangan
Perusahaaan/Badan Usaha
e. Lain-lain
CATATAN
(DALAM
RUPIAH)
UNIT
1.1
1.2
1.3
-
-
1.4
1.5
-
-
-
-
II.1
II.2
II.3
570,885,840
59,050,000
139,151
-
II.4
II.5
118,392
-
630,024,232
139,151
630,024,232
139,151
III.1
III.2
139,415,000
421,680,000
-
III.3
1,000,000
-
III.4
25,000,000
139,151
III.5
III.6
42,166,000
-
III.7
-
-
629,261,000
139,151
KET
Jumlah Penerimaan Kas
II.
a.
b.
c.
d.
Penerimaan
Sumbangan Partai Politik
Sumbangan Calon Legislatif
Sumbangan Perorangan
Sumbangan
Perusahaan/Badan Usaha
e. Lain-lain
2
Jumlah Penerimaan Kas
JUMLAH PENERIMAAN
PENGGUNAAN
DANA
KAMPANYE
I. Pengeluaran Operasi
a. Pertemuan terbatas
b. Pertemuan tatap muka
c. Media massa cetak dan
media massa elektronik
d. Penyebaran bahan kampanye
kepada umum
e. Pemasangan alat peraga
ditempat umum
f. Rapat umum
g. Kegiatan lain yang tidak
melanggar
larangan
kampanye dan Peraturan
Perundang-undangan
Jumlah Pengeluaran Operasi
66
II. Pengeluaran Modal
a. Pembelian kendaraan
b. Pembelian peralatan
(Komputer, Inventaris)
c. Lain – lain
IV.1
-
-
IV.2
IV.3
-
-
-
-
763,232
763,232
630,024,232
-
139,151
-
Jumlah Pengeluaran Modal
3
III. Pengeluaran Lain-lain
Pengeluaran Lain-lain
Jumlah Pengeluaran Lain-lain
JUMLAH PENGELUARAN
Saldo Dana Kamapanye (1 -/- 2)
V.1
Sumber : KPU Kota Makassar
Partai Golkar Kota Makassar menyerahkan Laporan Penerimaan
dan Pengeluaran
Dana Kampanye Pemilihan Umum (LPPDKP)
menyerahkan kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) pada tanggal 28 april
2009. Seharusnya LPPDKP beserta laporan terkait diserahkan ke KAP
yang ditunjuk KPU paling lambat 15 (lima belas) hari sesudah hari/tanggal
pemungutan suara atau paling lambat tanggal 24 april 2009, dan hal ini
menyimpang dari pasal 31 keputusan KPU Nomor 01 tahun 2009 dan
pasal 135 ayat (1) Undang-undang Nomor 10 tahun 2008. Pencatatan
LPPDKP dan RKDKP Partai Golkar Kota Makassar kepada KAP tidak
begitu rinci karena hanya melaporkan totalnya saja.
Terdapat perbedaan jumlah penerimaan antara Daftar Sumber
Penerimaan
Dana Kampaye Pemilihan Umum (DSPDKP) dengan
LPPDKP, menurut DSPDKP jumlah sumbangan dalam bentuk kas adalah
Rp. 304.313.140,- sedangkan dalam LPPDKP adalah Rp. 630.024.232,sehingga terdapat selisih Rp. 325. 771.092 selisih tersebut tidak dapat
67
dijelaskan penyebabnya. Sedangkan jumlah sumbangan bukan kas tidak
dicatat dalam DSPDK. Terdapat juga perbedaan jumlah pengeluaran
antara Daftar Aktifitas Pengeluaran Dana Kampanye Pemilu (DAPDKP)
dengan LPPDKP, menurut DAPDKP pengeluaran kas Rp. 165.303.00,sedangkan
LPPDKP
adalah
Rp
630.024.232.
68
UU NO.10 THN 2008
TENTANG PEMILU DPR, DPD, DAN DPRD
SUMBER
DANA KAMPANYE
KAMPANYE
PENGELOLAAN
DANA KAMPANYE
REKENING UMUM
PARTAI GOLKAR
1. CALON ANGGOTA DPR,DPRD
PENERIMAAN
2. SUMBANGAN PIHAK
LAIN PERORANGAN MAKSIMAL
Rp. 1 MILYAR
3. SUMBANGAN PIHAK
LAIN KELOMPOK, PERUSAHAAN,
BADAN USAHA NON PEMERINTAH
MAKSIMAL Rp. 5 MILYAR
4. PEMBERI SUMBANGAN HARUS
MENCANTUMKAN IDENTITAS YG JELAS
REKENING
KHUSUS
DANA
KAMPANYE
LAPORAN
DANA
LAPORAN
DANA
KAMPANYE
PENGELUARAN
BELANJA KAMPANYE
PENGURUS PARTAI DISETIAP
TINGKATAN WAJIB MENYAMPAIKAN
LAPORAN PENERIMAAN &
PENGELUARAN DANA KAMPANYE
KEPADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK
YANG DITUNJUK OLEH KPU/KPUD
YANG PALING LAMA 15 HARI SESUDAH
HARI/TGL PEMUNGUTAN SUARA
DIPERIKSA OLEH
KANTOR
AKUNTAN PUBLIK
YANGDITUNJUK
OLEH KPU/KPUD
KPU/KPUD
SESUAI
DENGAN
TINGKATAN
PARTAI
POLITIK
69
Pelanggaran yang terjadi pada saat pelaporan dana kampanye,
dimana Partai Golkar terlambat melaporkan ke akuntan publik dinilai oleh
KPU hanyalah pelanggaran bersifat administrasi, dan secara keseluruhan
pada pemilu legislative tahun 2009 tidak terdapat pelanggaran yang berat
dari setiap partai yang mengikuti pemilu.
Selisih yang terjadi dalam
pelaporan dana kampanye Golkar tidak dijelaskan secara rinci. Ini menjadi
pelajaran kedepannya agar peserta pemilu harus mencatatkan dua sisi,
baik penerimaan maupun pengeluaran. Ini diperlukan untuk mengontrol
kewajaran dana yang dilaporkan, terutama komparasi dana kampanye
yang dibelanjakan dengan dana yang diterima partai. Rincian pengeluaran
harus dihitung sesuai harga pasar.semua bentuk dana kampanye harus
dicatat, dilaporkan, dan diaudit. Dana kampanye pemilu yang berupa
barang atau jasa juga harus dicatat berdasarkan harga pasar yang wajar
berlaku saat sumbangan tersebut diterima.Muh Sabri mengungkapkan:
“Yang penting dari aturan keuangan partai adalah ada bantuan
keuangan negara yang jumlahnya diatur.Setiap partai harus
memberikan laporan yang diadit setiap tahun dan diumumkan
kepada publik.”31
Di luar pembatasan penerimaan dan pengeluaran kampanye, partai
politik atau kandidat peserta pemilu harus mempertanggungjawabkan
dana kampanye yang mereka kelola secara terbuka. Tanpa hal tersebut,
batasan-batasan yang dibuat akan menjadi sia-sia, karena pelanggaran
31
Wawancara dengan Drs. Muh Sabir, Kepala Kabag Umum KPU Kota Makassar, 20
Desember 2011 di KPU Kota Makassar, Pukul 10.30 Wita
70
demi pelanggaran akan terjadi tanpa ada konsekuensi yang harus
dihadapi peserta pemilu.
71
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Partai Politik merupakan salah satu elemen yang sangat sentral
dalam demokrasi. Dalam teori demokrasi partai-partai dapat berfungsi
sebagai ”jembatan” antara masyarakat dengan institusi-insitusi negara.
Partai politik adalah suatu organisasi yang karakter utamanya adalah
kekuasaan. Agar mampu menjalankan fungsi-fungsinya, partai politik
bertujuan memegang kekuasaan karena hanya kalau mempunyai
kekuasaan
politik,
partai
dapat
mengimplementasikan
kebijakan-
kebijakannya. Hidup-mati suatu organisasi, termasuk partai politik, sangat
ditentukan oleh kemampuan pendanaannya. Dibutuhkan uang untuk
membangun infrastruktur, untuk menjalankan aktifitas rutin, dan untuk
membiayi aktifitas menjelang pemilu. Dana partai pada umumnya
bersumber dari iuran anggota, aktifitas bisnis partai, sumbangan, dan
subsidi negara. Agar partai-partai politik dapat bekerja secara efektif dan
berkelanjutan (sustainable) harus membangun suatu sistem pendanaan
yang, memberikan akses terhadap dana yang mencukupi untuk
menjalankan semua aktifitas partai dan tetap menjamin kemandirian partai
dan tidak menghambat proses institusionalisasi.
Hanya dengan sistem pendanaan yang memadai partai politik
dapat menjadi aktor yang mandiri, yang tidak tergantung dari para donatur
72
atau dari sumbangan pemerintah. Maka dari itu, partai politik harus
berusaha
mencari
sumber
dana
yang
bermacam-macam
supaya
pengaruh donatur tertentu terhadap keputusan-keputusan partai tidak
terlalu besar. Partai politik membutuhkan peraturan baku yang mengikat
dan yang mendorong transparansi dan akuntabilitas, baik partai terhadap
publik maupun pimpinan partai terhadap anggotanya.
Partai Golkar adalah partai besar
yang telah lama bergelut di
kancah perpolitikan di Indonesia. Khusus untuk Kota Makassar sendiri
Partai Golkar selalu menjadi pemenang pemilu. Dalam mengatur
keuangan, telah tercantum dalam AD/ART Partai dan diperjelas dalam
Peraturan Organisasi No PO07/DPP/Golkar/XII/2005/tentang Pengelolaan
dan
Mekanisme
Pertanggungjawaban
Keuangan
Partai
Golkar.
Mekanisme ini menjadi dasar bagi partai dalam mengatur segala
keuangan baik pendapatan maupun pengeluaran partai. Kendala dalam
memanajemen keuangan bagi Partai Golkar Kota Makassar adalah jumlah
sumbangan dari pemerintah yang terlalu kecil bila di bandingkan dengan
program-program yang dijalankan partai.
Efek dari kecilnya sumbangan yang diberikan oleh pemerintah,
Partai Golkar berupaya memaksimalkan pendanaan yang bersumber dari
anggotanya yang sifatnya sukarela dan iuran wajib bagi mereka yang
telah duduk dikursi legislatif. Tapi sayangya, tidak adanya peraturan yang
mengatur tentang batasan jumlah sumbangan yang boleh diberikan oleh
anggota internal partai kepada partai itu sendiri baik itu yang
73
tertuang/tersirat
dalam Ad/Art maupun Peraturan Organisasi
Partai
Golkar.
Dalam laporan keuangan yang diperiksa oleh lembaga audit
independent yang ditunjuk langsung oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
kota Makassar terdapat beberapa pelanggaran mulai dari terlambatnya
penyerahan laporan keuangan partai yang lebih dari batas waktu yang
diberikan oleh KPU, kemudian Partai Golkar hanya melakukan pencatatan
pada pengeluaran & pemasukan yang nominalnya besar saja, dan yang
paling signifikan adalah terdapat selisih yang
cukup besar
mencapai
Rp 325.771.092 antara Laporan Penerimaan dan Peneluaran Dana
Kampanye Pemilihan Umum (LPPDKP)
dengan Daftar Sumber
Penerimaan Dana Kampanye Pemilihan Umum (DSPDKP).
Dalam penelitian ini permasalahan penelitian terjawab dimana pola
keuangan partai golkar secara internal di atur AD/ART dan peraturan
organisasi dan secara eksternal partai diatur oleh UU N0 2 tahun 2008
tentang partai dan UU No 2 tahun 2008 tentang pemilu. Namun dalam
pelaksanaannya
golkar
melakukan
sedikit
penyimpangan
dalam
penyetoran dana kampanye.
74
B. Saran
Pemilu legislatif 2009 telah selesai dan pengelolaan keuangan
Partai Golkar dalam kampanye telah diaudit oleh lembaga akuntan publik,
ini sedikit menunjukan keseriusan dalam menuju transparansi pengelolaan
keuangan. Adapun saran penulis bagi pengelolaan keuangan Partai
Golkar Kota Makassar pada pemilu berikutnya adalah adalah :
1. Partai Golkar harus meminimalisasi pengeluaran atas
kebutuhan partai yang nyaris tidak terbatas. Pengurus partai
politik harus memiliki skala prioritas atas kebutuhan yang
mesti dipenuhi, dengan memanfaatkan anggaran yang ada.
Kualitas laporan keuangan partai perlu ditingkatkan. Partai
harus melaporkan semua pemasukan dan pengeluaran serta
nama donatur dan jumlah sumbangan. Semua dokumen
pendukung harus disimpan supaya dapat diakses dan
diperiksa. Partai politik harus menciptakan mekanisme yang
menjamin akses bagi seluruh anggota partai dan publik
terhadap laporan keuangan partai.
2. Membangun sinergi dalam mengontrol dana kampanye yang
melibatkan peran partai dalam mengatur urusan internalnya,
lembaga yang pengatur dana politik, organisasi masyarakat
sipil, media, kandidat, dan pemilih.
75
3. Menciptakan suatu mekanisme yang memberikan akses
terhadap laporan keuangan partai politik kepada publik harus
ditentukan.
Misalnya
KPU
dapat
diharuskan
untuk
menyediakan fotokopi-fotokopi laporan bagi para wartawan.
KPU juga dapat mempublikasikan semua laporan di majalahmajalah tertentu serta di websitenya.
LAMPIRAN:
Surat Penelitian
Data atau dokumen terkait masalah penelitian
76
Download