Sparta dan Athena Setelah Zaman Kegelapam Yunani, periode antara periode Mikenai dan periode Klasik disebut periode Arkhaik. Pada periode Arkhaik (abad 9-6 SM), Yunani mengalami perkembangan dalam bidang tulisan, filsafat, ilmu pasti, seni, ekonomi, politik, dan militer. Secara tradisional, Olimpiade dimulai pada periode ini (776 SM). Pada periode Arkhaik, banyak negara kota (polis) menerapkan sistem pemerintahan baru yang berbeda dari sistem pemerintahan monarki. Sistem baru tersebut di antaranya adalah aristokrasi, tirani, dan oligarki. Ada dua negara kota yang berkembang pesat pada periode Arkhaik, yaitu Sparta dan Athena. Bangsa Sparta adalah orang-orang yang gila perang dan suka menaklukan daerah-daerah di sekitarnya. Pertama mereka mengaklukan Messenia, lalu Arkadia, lalu Argos, dan dengan demikian menjadikan Sparta berkuasa di Peloponnesos. Sparta menerapkan sistem oligarki, dengan dua raja yang saling berbagi kekuasaan, lima efor yang memegang kekuasaan cukup besar, dan gerousia, yaitu dewan para tetua. Pada akhir abad ke-6 SM, sebuah pemerintahan baru, bangkit. Para penduduk Athena menggulingkan kekuasaan Hippias sang tiran. Seorang pria bernama Kleisthenines menciptakan demokrasi, dan semua orang (kecuali wanita, non-wara negara, dan budak) berhak memilih sepuluh hakim atau jenderal yang disebut strategos. Setiap warga Athena berhak menjabat posisi ini, seperti misalnya sejarawan Thukidides dan dramawan Sofokles. Pertempuran Salamis. Namun, Athena ikut campur terhadap kekuasaan Persia di Asia Minor, akibatnya terjadilah perang antara Kekaisaran Persia yang besar, dipimpin oleh Darius I, melawan negara kota Athens yang kecil. Secara luar biasa, pasukan Athena berhasil memenangkan pertempuran yang menentukan di Marathon pada 490 SM. Sepuluh tahun kemudian, Xerxes, putra Darius, berniat membalas kekalahan ayahnya. Xerxes memimpin pasukan besar menuju Yunani. Pada 480 SM, raja Sparta (Leonidas) bersama sekelompok prajurit menahan pasukan Persia di celah sempit Thermopilai, di Thessali, selama tiga hari, sebelum akhirnya pasukan Sparta pun dikalahkan. Ini memberi waktu bagi Athena untuk mengevakuasi rakyatnya sehingga rakyat Athena bisa menyelamatkan diri ke pulau Salamis dan Peloponnesos. Persia memaksa orang Thessali dan Boiotia (termasuk Thebes) untuk menjadi prajurit Persia. Kota Athena pada akhirnya dengan mudah ditaklukan namun kota itu sudah kosong karena sebagian besar penduduknya sudah melarikan diri. Di bawah pemimpinan jenderal Themistokles dari Athena, pasukan Athena beserta Sparta dan sekutu mereka berusaha menghadapi armada Persia di Slamais. Pertempuran laut yang luar biasa, terjadi di Teluk Saronik, di sana armada Yunani berhasil menghancurkan dan menenggelamkan banyak sekali kapal Persia. Setelah kalah, Xerxes membawa sisasisa armada lautnya meninggalkan Yunani. Sementara jenderalnya, bersama sepasukan prajurit, ditinggalkan di Yunani untuk berhadapan dengan pasukan Yunani di darat. Pasukan Yunani sendiri dipimpin oleh jenderal Pausanias dari Sparta. Pada 479 SM, sisasisa pasukan Persia diluluhlantakan di Plataia, dan jenderal terbaik Xerxes, Mardonius, terbunuh dalam pertempuran. Kemenangan di Plataia bisa terwujud berkat keberanian, kedisiplinan, dan kehebatan prajurit Yunani, selain juga berkat hoplite (infantri berat) Yunani dan taktik falanga mereka. Peta Kekaisaran Athena menjelang Perang Peloponnesos. Rakyat Athena kembali ke kota Athena dan mulai membangun kembali kota mereka. Mereka mengembangkan armada laut yang tangguuh, dan mendirikan Liga Delos. Dalam perkumpulan ini, sebagian besar anggotanya, yang merupakan kota-kota di pulau-pulau Aigea, harus mengumpulkan uang atau kapal perang. Pada awalnya, ini merupakan cara Athena untuk menyerang kekaisaran Persia, namun strategi mereka berubah. Harta hasil sumbangan anggota-anggota Liga Delos awalnya disimpan di pulau Delos. namun setelah Perikles, jenderal dan pemimpin Athena, berkuasa, dia memindahkan semua harta itu ke kota Athena. Dengan semua kekayaan itu, Athena menjadi kekuatan maritim terbesar di Yunani. Setelah itu, Athena membubarkan Liga Delos dan mendirikan Kekaisaran Athena. Dengan kekayaan itu pula, kota Athena menjadi semakin berkembang pada pertengahan abad kelima SM. Arsitektur dan seni mencapai level yang lebih tinggi ketika Perikles membangun kuil Parthenon di Akropolis untuk memuja dewi penjaga mereka, dewi Athena. Selain sebagai pusat kekayaan dan kekuatan, Athena juga menjadi pusat ilmu pengetahuan. Berbagai bidang keilmuan berkembang pesat, misalnya pengobatan, ilmu pasti, filsafat, dan sastra. Muncul banyak cendekiawan di Athena: Fidias dalam bidang seni, Iktinos dan Kallikrates dalam bidang arsitektur, Sofokles dan Euripides adalah penulis drama tragedi yang sangat terkenal, sedangkan Aristofanes menulis drama komedi. Dalam filsafat, Sofokles mengajari orang-orang melalui pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka berpikir. Karena merasa sangat kuat, Athena pun menjadi arogan. Athena menyerang kota Korintus dan Thebes, yang merupakan sekutu Sparta. Akibatnya Sparta pun terlibat dalam konflik ini dan terjadilah perang Athena-Sparta, yang disebut Perang Perloponnesos (431-404 SM). Athena memperoleh beberapa kemenangan kecil, namun Athena kehilangan banyak orang penting, termasuk Perikles, yang mati oleh wabah ketika kota Athena dikepung. Patung hoplite Sparta. Athens mulai lemah, terutama setelah mereka kalah dalam pertempuran di Trakia (423 SM), dan dalam pengepungan Sirakos (414-413 BC). Athena kehilangan sebagian besar armada lautnya pada pertempuran di Notion (406 SM) dan Aigospotami (405 SM), pada saat itu Sparta dipimpin oleh jenderal Lisander. Biasanya Sparta lemah dalam hal pertempuran laut, tapi kali ini Sparta dibantu oleh Kekaisaran Persia. Athena akhirnya dikepung dan terpaksa menyerah pada 404 SM. Pada abad keempat SM, Sparta menjadi kekuasaan terkuat di Yunani setelah Athena menyerah. Pada awalnya, Sparta berniat menginvasi Kekaisaran Persia. Tetapi, Sparta kemudian mencoba memasukkan orang-orang Sparta ke dalam tampuk kekuasaan di kota-kota sekutunya, Korintus dan Thebes. Akibatnya, Sparta melakukan kesalahan yang dulu dilakukan Athena. Sparta pun akhirnya dikalahkan oleh Thebes pada pertempuran dI Liuktra (371 SM) dan Mantinia (362 SM), melalui kepemimpinan jenderal Epaminondas, meskipun dia meninggal pada pertempuran Mantinia. Tanpa Epaminondas, supremasi Thebes hanya berlangsung sebentar. Sementara itu, dengan mengadapatsi taktik Epaminondas, Philip II dari Makedonia berhasil menaklukan Yunani. Philip menguasai Yunani setelah menang dalam serangkaian pertempuran melawan daerah-daerah di sekitarnya (kota-kota Trakia dan Thessali), kemudian Philip mengalahkan daerah Yunani yang lainnya, yang berujung pada Pertempuran Khaironia (338 SM). Abad keempat SM ditandai dengan munculnya Plato dan Aristoteles, namun hanya sedikit tulisan mengenai mitologi yang dibuat pada masa ini.