JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN

advertisement
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
PERANAN PEMAIN MUSIK PROFESIONAL TERHADAP PERKEMBANGAN
PELAYANAN MUSIK GEREJA
Martha Yuni Malau
(Dosen prodi Musik Gereja, [email protected])
Abstraksi
Dalam kenyataan perkembangan gereja musik juga menjadi salah satu bagian yang selalu diperhatikan
tetapi tidak banyak yang memperhatikan musik dari sisi sumber daya manusianya atau pelayan musik
gereja.Pertanyaan penting yang harus dijawab adalah apakah perkembangan pelayanan musik gereja sudah
dalam tahap perkembangan yang benar atau hanya berkembang dari sisi jumlah kelengkapan instrumental saja,
tetapi tidak dalam pemahaman permainan dan pengetahuan yang benar. Penulisan ini akan memberikan
sumbangsi pengetahuan pandangan betapa pentingnya gereja melihat perkembangan musik gereja dari sisi
eksistensi sumber daya manusianya atau pelayanan yang profesional dan melihat karakter seorang profesional
dari sisi alkitabiah, dengan kesimpulan bahwa dengan kerja atau pelayanan yang profesional maka musik
gereja akan lebih cepat mengalami perkembangan dengan pengetahuan dan pemahaman yang benar.
A. PENDAHULUAN
Gereja adalah salah satu tempat atau organisasi dimana penganut agama Kristen atau
Katolik berkumpul untuk melakukan persekutuan atau disebut dengan ibadah. Gereja merupakan
salah satu tempat dimana seni sangat diterapkan, bahkan dapat dikatakan seni tidak dapat lepas dari
gereja, dapat dilihat dari elemen-elemen yang terdapat dalam ibadah gereja, yaitu musik, tarian,
lukisan atau gambar, bangunan atau ukiran, properti gedung gereja, nyanyian, seni sastra (ada pujian,
kata-kata perumpamaan, puisi dalam bentuk ungkapan perasaan atau nyanyian) dan pujian jemaat
kepada Allah. Tujuan utama adanya ibadah dalam gereja yaitu untuk mendengarkan ajaran Firman
Allah lewat pemberita firman dan untuk membangun iman rohani seseorang lewat pujian dan
penyembahan kepada Tuhan. Dengan demikian agar tercipta pujian yang lebih indah, semua gereja
pastinya akan berusaha untuk mencari media penghantar pujian dan penyembahan itu sendiri, maka
gereja memilih musik untuk menjadi salah satu bagian yang menjadi kebutuhan dalam sebuah ibadah
gereja.
Istilah “musik gereja” secara harafiah berarti musik yang dipakai dalam gedung Gereja atau
musik khusus dari umat suatu persekutuan Gereja, namun secara khusus yang dimaksudkan ialah
musik ibadat.Musik gereja dapat dikatakan salah satu bagian yang paling penting dalam ibadah, sebab
musik adalah bagian daripada proses ibadah itu sendiri. Tujuan musik di dalam gerejayaitu sebagai
pengiring ibadah atau sebagai media untukmenghantarkan gejolak jiwa seseorang atau jemaat didalam
mengungkapkan pujian, penyembahan, bahkan doa yang dipanjatkan kepada Tuhan.1 Pujian artinya
cara atau tindakan untuk mengagungkan, meninggikan, memuliakan Tuhan. Pujian bisa berupa lagu,
kata-kata atau pernyataan tentang kebaikan Tuhan, tentang perbuatan Tuhan sambil membuat
gerakan/tanda atau sikap. Pujian adalah persiapan untuk memasuki gerbang hadirat Allah. Pujian
ucapan syukur adalah saat kita berbicara tentang apa yang telah Tuhan perbuat dalam hidup kita. Jika
melihat arti penyembahan itu sendiri, penyembahan adalah respon, sikap dan kata-kata atau
pernyataan terhadap hadirat Allah. Penyembahan tidak melihat apa yang Tuhan perbuat, tetapi melihat
keagungan dan kebesaran Tuhan. Penyembahan lebih dalam dari pujian, setelah memuji,
membesarkan nama Tuhan dan kita merasakan hadiratNya, merasakan kasihNya dan kita meresponi
hal tersebut itulah penyembahan. Penyembahan juga mengandung aspek ‘merendahkan diri’
1
Martasudjita pr dan Karl Edmund Prier, Musik Gereja Zaman Sekarang (Yogyakarta: Pusat
Musik Liturgi, 2009), 14.
1
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
dihadapan Allah, mengakui ‘keilahianNya’ sebuah respon dari yang ‘diciptakan’ kepada yang
‘menciptakan’ kepada yang punya kehidupan kita.2
Melihat peranan dan fungsi musik itu penting didalam gereja, maka seharusnya gereja juga
memberikan perhatian khusus terhadap keadaan, perkembangan, dan kondisi penggarapannya. Ada
juga gereja yang rata-rata sudah memiliki instrumen musik yang sudah cukup untuk digunakan dalam
ibadah, tetapi mungkin yang dipakai hanya piano, keyboard, atau gitar tetapi ada beberapa gereja
(gereja besar) yang sudah memakai instrument lengkap seperti combo band (terdiri dari drum, gitar,
bass dan keyboard/piano) tetapi tidak begitu memperhatikan perkembangannya. Dengan keberadaan
musik secara umum yang terus berkembang, maka sebaiknya gereja juga turut melihat keberadaan
musik gereja, khususnya eksistensi pemain musik gereja, artinya gereja juga sudah saatnya
membangun perkembangan musik gereja dengan mewujudkan pemain musik gereja yang profesional.
Setiap gereja yang mewujudkan bidang pelayanan musik tentunya akan membutuhkan
pemain musik yang ahli dibidangnya, sebab tanpa dasar pengetahuan musik yang benar pelayanan
musik gereja akan sulit untuk mengalami perkembangan, oleh sebab itu dibutuhkan pemain yang
profesional. Dengan adanya usaha atau cara untuk menciptakan pemain musik yang profesional, maka
para pelayan musik yang pada mulanya adalah otodidak akan berubah menjadi professional. Pemain
musik dapat dikatakan profesional tidak hanya yang mampu belajar dalam pendidikan formal atau
akademisi, tetapi dapat dikatakan profesional jika pemain musik tersebut sudah memahami apa makna
dan ilmu murni yang terkandung di dalam musik tersebut. Hal yang perlu untuk diketahui yaitu
seperti memahami teori musik, analisis suatu bentuk musik, bagaimana memunculkan harmonisasi
yang tepat, bagaimana memadukan beberapa instrumen yang berbeda ke dalam suatu kelompok musik
gereja, dan keselarasan dalam sound yang diciptakan.
B. METODOLOGI
Usaha untuk mewujudkan pemain musik yang profesional akan membuat suatu
perkembangan yang pesat di dalam kemajuan musik gereja yaitu adanya pemain-pemain profesional
yang dapat membuat penggarapan sebuah karya musik dengan teknik dan harmonisasi berdasarkan
ilmu musik yang benar. Banyak organisasi gereja, yang melihat kebutuhan untuk mempersiapkan
sebuah pelayanan musik, cukup hanya bisa bermain musik tanpa harus mengetahui ilmu murni musik
itu sendiri. Oleh karena hal tersebut perkembangan musik gereja menjadi terhambat. Pada beberapa
gereja memang tidak memiliki pemain yang profesional karna keberadaan pelayan musik yang
memang berlatar belakang otodidak, tetapi dibalik itu apakah gereja-gereja pernah melihat bahwa
pelayan musik yang otodidak itu mampu menjadi seorang pelayan musik greja yang profesional, jika
gereja memberikan inisiatif untuk memberikan pembelajaran formal yaitu lewat pelatihan khusus
untuk pembelajaran musik.
Beberapa hal yang dapat mendukung adanya pelayan musik gereja yang profesional yaitu,
dengan cara melibatkan orang-orang percaya, yang sudah profesional dalam bidang musik,
menciptakan pengajar musik profesional, bahkan melibatkan hamba-hamba Tuhan yang sudah
profesional dalam bidang musik seperti para sarjana musik gereja. Perlu diketahui bahwa terwujudnya
penulisan ini juga sudah dilatar belakangi sebuah pengalaman langsung oleh penulis, dalam penelitian
ilmiah tentang peranan seorang pemain profesional yang berpendidikan formal (menggunakan
Chamber/musik kamar) dan otodidak (pemain Band) yang berjudul “Penggabungan Pemain Musik
Chamber Dengan Pemain Band Otodidak (Band) di GPdI Hayam Wuruk-Yogyakarta,” dan disertai
dengan wawancara terstruktur.
2
Jarot Wijanarko, Pujian Penyembahan (Jakarta: Suara Pemulihan, 2005), 28.
2
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa meskipun pemain otodidak dapat
bermain bersama dalam satu kelompok dengan pemain chamber yang berpendidikan formal, tetapi
tidak dapat dipungkiri bahwa pemain musik yang otodidak tetap memiliki keterbatasan dalam
mewujudkan hasil yang lebih baik, baik dalam penguasaan instrumen maupun teori. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah jika gereja ingin mengalami perkembangan dalam bidang musik, yang lebih pesat
maka sebaiknya pelayan musik dilibatkan dalam pelatihan khusus untuk menjadikan pelayan musik
profesional.
Tujuan utama dari tulisan ini adalah dalam rangka membuka pemahaman organisasi gereja
tentang pemain musik gereja yang profesional. Dengan adanya pemain musik yang profesional maka
akan ada pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan musik gereja itu sendiri. Salah satu
metode yang dapat membantu berkembangnya pelatihan khusus tersebut adalah seperti apa yang
dikatakan Marlene LeFever, dalam karyanya Creative Teaching Methods (1985), dari sepuluh metode
kreatif ada satu yang tepat untuk tulisan ini yaitu Joyful Noises (paduan suara dan musik), yaitu
pelatihan bersama yang memunculkan rasa pentingnya untuk membentuk kesatuan dan harmonisasi
musik atau suara.
Dengan metode ini setiap peserta dibimbing untuk bertumbuh dalam kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotoris secara bersamaan. Pemain musik atau penyanyi harus mengerti makna lirik
lagu yang dimainkan atau dinyanyikan, menyesuaikannya dengan musik, membangun keserasian antar
individu.3 Upaya lain untuk membahas persoalan tersebut maka akan ada pembahasan yang lebih
lanjut dalam poin-poin penting lain yang akan dibahas dalam hal berikut ini, yaitu memahami terlebih
dahulu kriteria seperti apa yang profesional, apa yang harus dilakukan seorang profesional, dan apa
peranan utama jika pemain musik gereja sudah dalam tahap yang profesional.
C. PEMBAHASAN
1. Apa Itu Profesional dan Apa Itu Otodidak?
Profesional dan otodidak akan menjadi sebuah pembahasan yang harus dipahami, sebab
seringkali pemain otodidak (bisa bermain musik tetapi tidak mengerti pengetahuan musik) juga
dikatakan profesional tanpa melihat batasan-batasan dan makna daripada profesional itu sendiri.
Dalam hal ini, profesional dan otodidak akan dibandingkan dengan maksud dan tujuan agar pelayan
musik gereja dapat membedakan dimana letak peranan penting dari profesional itu sendiri. Melihat
makna dari istilah profesi, profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menunjuk
keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap profesi. Lebih lanjut dinyatakan bahwa suatu profesi
secara teori tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau disiapkan untuk itu.
Sementara itu, profesional menunjuk kepada dua hal, yaitu menunjuk pada penampilan atau
performance atau kinerja seseorang yang sesuai dengan tuntutan profesinya, misalnya, ‘pekerjaan itu
dilaksanakan secara profesional’. Adapun yang kedua menunjuk pada orang yang melakukan
pekerjaan itu, misalnya ‘dia seorang profesional.’ 4 Seseorang penyandang profesi dapat disebut
profesional manakala elemen-elemen inti itu sudah menjadi bagian integral dari kehidupannya. Salah
satu sifat-sifat atau karakteristik-karakteristik dalam profesionalitas yang disebut dalam hal ini, yaitu
kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan dan memiliki pengetahuan spesialisasi.
Pengetahuan spesialisasi adalah sebuah kekhususan penguasaan bidang keilmuan tertentu.5 Melihat
pengertian diatas, dapat diketahui bahwa dikatakan profesional tidak cukup hanya kemampuan skill
3
B.S. Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 2011), 234.
Daeng Arifin dan Dadi Permadi, Panduan Menjadi Guru Profesional (Bandung: Nuansa
Aulia, 2013), 16.
5
Danim Sudarwan, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru (Bandung: Alfabeta 2013), 61.
4
3
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
semata, tetapi perlu adanya pengetahuan yang benar tentang musik bahkan dikatakan ada kemampuan
spesialis yang sudah menjadi bagian dari kehidupannya.
Hal ini kembali ditegaskan bahwa suatu pekerjaan disebut professional atau sebuah profesi,
apabila pekerjaan itu bersifat spesialis dan diperoleh dengan pengetahuan dan keterampilan dan
produktif.6 Sebuah keahlian yang diperoleh dengan pengetahuan yang benar pasti akan mengalami
perkembangan, sebab seseorang tersebut sudah mengerti penggunaan, penerapan, dan
penggarapannya, jika tanpa pengetahuan yang benar tidak mungkin seorang ahli dapat
mengembangkan keahliannya dengan baik. Menurut Glen Langford, kriteria profesi meliputi, upah,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, memiliki tanggung jawab dan tujuan, mengutamakan
layanan/cara melayani, memiliki kesatuan, mendapat pengakuan orang lain atas pekerjaan yang
digelutinya.7 Melihat pengertian profesional maka secara tidak langsung pengertian otodidak akan
lebih mudah dipahami, sebab otodidak adalah arti sebaliknya dari profesional. Jika profesional
diperoleh dengan pendidikan, maka menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, otodidak adalah orang
yang mendapat keahlian dengan belajar sendiri,artinya tidak berdasarkan bimbingan atau
pembelajaran langsung tetapi secara tekstual dan tidak produktif, serta tidak ada proses kesatuan
kelompok, khususnya dalam praktek skill atau keterampilan.
Dari poin-poin penting yang diberikan Glen Langford (makna secara umum dari
profesional), dapat diambil beberapa poin penting yang masuk dalam konteks gereja, yaitu pada point
yang menyebutkan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan, memiliki tanggung jawab dan
tujuan, mengutamakan pelayanan, dan memiliki kesatuan atau kemampuan diri dalam kelompok. Jika
standar profesional ini dapat diterapkan bersama persyaratan seorang pelayan gereja secara rohani
seperti taat dan takut akan Tuhan, sudah dibabtis, sudah dipenuhkan oleh Roh Kudus, memahami
pengertian firman Tuhan, mengerti tentang pemahaman pujian dan penyembahan, maka akan ada
kemajuan yang signifikan dalam musik gereja. Dari sisi Alkitabiah, makna dari profesional juga dapat
dilihat dari sisi pertanggungan jawab dari seorang pelayan lewatseorang imam yang bertugas dalam
tanggung jawab bidang pelayanan masing-masing. Adapun contoh yaitu sebagai berikut, (1 Tim. 4:11;
6:2), Paulus kemudian menugaskan Timotius untuk mengajarkan kebenaran Kitab Suci kepada jemaat
di Efesus.
Dalam hal itu, Timotius pun dihimbau untuk mengajar dengan segala kesabaran (2 Timotius
4:2) dan poin paling penting adalah Timotius harus mempercayakan tugas pelayanan kepada mereka
yang cakap dalam mengajar (2 Tim. 2:2). Dapat dilihat bahwa dalam bidang pelayanan apapun perlu
ada tanggung jawab penuh/profesional, tidak hanya sebatas melaksanakan tugas/pekerjaan/pelayanan,
tetapi firman Tuhan berkata, pelayanan juga harus memiliki hasil, perkembangan, dan harus dapat
memahami bagaimana esensi dari pelayanan itu sendiri. Berikut ini bentuk dari cara kerja seseorang
yang dikatakan profesional, yaitu:
i) Kerja seorang profesional beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya kehormatan
profesi yang digeluti. Jika diterapkan dalam musik gereja, maka hal ini dapat berarti bahwa
seorang pelayan harus mengutamakan tugasnya sebagai pemain musik yaitu selalu memberikan
yang maximal dan belajar menghargai tanggung jawab yang dipikulnya sebagai pemuji dan
penyembah yang aktif.
ii) Kerja seorang professional harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang berkualitas tinggi yang
dicapai melalui proses pendidikan atau pelatihan khsusus atau pelatihan yang panjang.
Dapatlah kita ambil maknanya bahwa jika ingin menciptakan hasil yang baik perlu adanya
pengetahuan tentang tugas yang digeluti dalam hal ini adalah musik gereja. Maka, pemain
musik gereja harus dapat memahami ilmu murni musik itu sendiri, seperti pengetahuan tentang
6
Murip Yahya, Profesi Tenaga Kependidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 14.
Daeng, 17.
7
4
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
teori musik secara umum, bagaimana membentuk akord yang benar, bagaimana menciptakan
sebuah arransemen, dan cara bermain yang benar.
iii) Kerja seorang profesional diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral, yang harus
menundukkan diri pada sebuah mekanisme control, berupa kode etik yang dikembangkan dan
disepakati bersama dalam sebuah organisasi profesi. Artinya, pemain musik gereja harus sudah
lulus dari apa yang dikatakan kewajiban seorang pelayan, yaitu memiliki karakter Kristus,
bertanggung jawab, taat akan otoritas dan gereja, serta mampu bekerja sama dengan team.
Melihat poin-poin di atas, jika peranan seorang pemain musik gereja yang profesional ini dapat
diterapkan dan dijalankan, maka penggarapan dalam memunculkan karya-karya musik bagi Tuhan
akan semakin baik, semakin berkembang, dan Tuhan akansemakin dipermuliakan. Berdasarkan
pengalaman penulis dalam penelitian yang sudah dilakukan dalam melihat bagaimana dan apa yang
harus diketahui dalam memainkan instrument atau musik, maka ada beberapa hal yang perlu
diterapkan oleh setiap pemain musik demi mewujudkan hasil permainan yang baik, dan ini adalah
salah satu pengetahuan musik yang harus dipahami. Jika pemain musik, mau menjadi pemain yang
profesional maka pengetahuan musik yang benar dapat dikembangkan, sehingga kelompok musik
tersebut mengalami peningkatan yang lebih maju. Adapun hal-hal yang harus diketahui yaitu
pengetahuan musik di bawah ini:
a. Pengetahuan tentang harmoni
Harmoni adalah keselarasan dan keindahan, dengan kenyataan itu maka pengetahuan
harmoni akan terbentuk pada dua kemungkinan, selaras atau tidak selaras, indah atau tidak indah.
Harmonisasi adalah proses usaha yang ingin membuahkan keindahan suatu melodi dan ini adalah
elemen yang sangat penting dalam teknik aransemen. Ada beberapa cara memadukan nada yang
membuahkan keindahan, yakni:
i) Harmoni dua suara (two voice harmony)
ii) Harmoni tiga suara (three voice harmony)
iii) Harmoni empat suara ( four voice harmony)
iv) Harmoni lima suara (five voice harmony)
v) Harmoni delapan suara (eight voice harmony)
Sebagai suatu pengantar pengertian, berikut ini adalah visualisasi ragam harmoni dari namanama harmonisasi di atas, yaitu:
i) Harmoni Dua Suara
Harmoni dua suara adalah bentuk harmoni yang sangat mendasar guna melangkah keragam
harmoni dari paduan lebih dari dua suara. Ada dua kemungkinan jarak (interval) yang dapat
digunakan, yaitu; harmoni jarak tiga (in third) dan harmonisasi jarak enam (in sixth).
ii) Harmoni tiga suara
Harmoni tiga suara adalah pengembangan dari harmoni dua suara. Akord-akord terbentuk dari
triad-triad sebagai akord dasar yang masih mungkin dikembangkan lagi. Untuk menghindari
pararel biasanya, dilaksanakan berbagai kemungkinan inversi, tetapi yang jelas hanya sebatas
penggunaan tiga suara saja.
iii) Harmoni empat suara
Harmoni empat suara adalah merupakan pengembangan triad, baik dengan menambahkan nada
keempat dari luar triad maupun dengan cara menggandakan salah satu diantara nada dari triad
tersebut. Harmoni empat suara dengan sentuhan klasik sangat baik untuk paduan empat paduan
suara yang terbagi atas soprano, alto, tenor, dan bas.
5
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
iv) Harmoni lima suara
Harmoni lima suara lazimnya dipergunakan bagi sajian musik yang sekeluarga, seperti keluarga
alat musik saxophone (full saxsophones), tetapi tidak tertutup kemungkinan penggunaannya
dengan berbagai variasi ragam alat. Hal ini disebabkan bahwa keluarga saxsophone seluruhnya
mempergunakan kunci treble (kunci-G). Nada ke-5 yang berada dalam jalur kunci bas dapat
diperuntukkan bagi alat lain, kelompok bas yang memang bacaannya mempergunakan kunci
bas.
v) Harmoni Delapan Suara
Pada dasarnya Harmoni delapan suara adalah penggandaan harmoni empat suara. Tetapi dalam
kenyataannya pengembangannya adalah dengan memanfaatkan interval ganda (compoundinterval). Akor-akor tujuh, sembilan, sebelas dan tiga belas dengan tidak mengesampingkan
kemungkinan penyempitan dan pengembangan jarak. Dalam hal ini para pemain musik kamar
(chamber) kembali mengulang teori yang sudah dipelajari sebelumnya, selama mendapatkan
pembelajaran formal dalam pendidikannya masing-masing. Seluruh pemain musik kamar
kembali di berikan pembelajaran ini agar lebih mengetahui bentuk aransemen musik yang akan
dimainkan. Beberapa hal teori lain yang diberikan kepada para pemain musik kamar, di
antaranya:
b. Pengetahuan tentang Melodi dan Aransemen
1) Melodi, menurut paham para musisi abad 18-19 yang masih diikuti sekarang, melodi adalah
suatu urutan nada yang utuh dan membawa makna. Syaratnya ialah: berciri khas, berbentuk
jelas, memuat sesuatu ungkapan dan dapat dinyanyikan. Salah satu ciri sebuah lagu adalah
berupa naik turun nada yang dinyatakan dalam berbagai nilai jarak (interval). Menurut tradisi,
musik yang baik, secara baku perlu diatur tata tertib penulisan lagu yang dalam paduan suara
vocal biasanya dinyanyikan oleh kelompok suara soprano. Dalam orkestra biasanya dimainkan
oleh kelompok alat musik standar melodi, seperti flute, clarinet, biola, dan sebagainya. Pada
saat mengesampingkan begitu banyaknya pelanggaran dalam tata penulisan lagu pop, berikut ini
perlu dipahami tata tertib penulisan lagu dengan tata cara yang benar.
i) Interval suatu melodi tidak dibenarkan melompat ke jarak luas (augmented) C ke Dis, F ke B, C
ke Fis, C ke Gis, dan sebagainya.
ii) Kuint – kurang harus disusul dengan nada di antara kedua-nya, seperti f2 dan bl harus disusul
salah satu nada di antara f2 dan b1 seperti : f2 bl c2, f2 bl e2, f2 b1 d2, Notasi 4 angka : 4 7
menjadi 4-7-1, 4-7-3 atau 4-7-2.
iii) Interval kuart dan septim kurang harus dipergunakan secara hati-hati, tetapi sebaiknya dihindari
dalam menyusun melodi vocal.
iv) Interval oktaf harus disusul dengan nada di antara keduanya.
v) Interval sekt harus diikuti dengan nada diantara keduanya.
vi) Interval septim (7) dan none (9) sebaiknya dihindari walaupun terdapat nada di antara keduanya.
2) Aransemen
Dengan adanya melodi atau lagu maka dibutuhkan suara-suara pendukung harmoni.Setelah
memahami adanya triad sebagai sumber akor. Pada saat mengulangi satu di antara 3 nada sebuah
triad atau menambahkan satu nada di luar triad, maka triad tersebut dapat disebut sebagai akor.
Akor dengan susunan empat suara sudah memadai dalam suatu paduan suara atau paduan orkes.
Dalam bentuk formal dibutuhkan sebuah akor terdiri atas 4 kelompok suara, yaitu: soprano, alto,
tenor dan bass. Dalam tata tertib penyusunan melodi, dibutuhkan pula ketentuan-ketentuan
harmoni dalam penyusunan suatu aransemen. Dua suara tidak boleh bergerak sejajar dalam jarak 5
6
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
(kuint) atau 8 (oktaf). Kesejajaran juga tidak boleh terjadi walaupun bergerak ke arah yang
berlawanan. Kesejajaran oktaf ke prime tidak baik. Kesejajaran prim ke oktaf tidak baik. Bas dan
soprano tidak baik beregark searah ke nada yang berjarak oktaf. Bas dan soprano tidak baik
bergerak searah ke nada yang bergerak kwint. Dua nada yang sama dalam dua buah akord yang
bedampingan dapat dipergunakan terus oleh salah satu jalur suara. Dalam rangkaian akord V-I
leadingnote harus selalu naik ke tonika. Suara tidak boleh bergerak bersilangan. Soprano, alto dan
tenor sebaiknya bergerak berlawanan terhadap bas, terutama dalam rangkaian IV-V. Apabila suara
triad perlu diulangi, sebaiknya dilaksanakan inversi. Dalam penyusunan aransemen sebaiknya
kedudukan S-A-T agak tinggi agar bas cukup leluasa untuk bergerak sehingga tidak terjadi pararel
antara tenor dan bas.
c. Pengetahuan Tentang Kadens
Kadens adalah rangkaiam dua akor yang dapat mengakhiri kalimat lagu secara bulat, baik
dalam akhir lagu maupun penggalan kalimat lagu. Dalam pengetahuan musik, dikenal 4 macam
kadens.
i) Kadens Sempuna (perfect cadence)
Kadens Sempurna terdiri atas rangkaian akor V-1, dipergunakan mengakhiri kalimat lagu pada
akord tonika.
ii) Kadens Plagal (plagal cadens)
Kadens plagal terdiri atas rangkaian akor IV-I, terasa lebih lemah dibandingkan V-I, biasanya
dipergunakan untuk mengakhiri kalimat lagu yang mengandung rasa sedih.
iii) Kadens menyimpang (interrupted cadence)
Kadens menyimpang terdiri atas rangkaian V-VI, terasa belum dapat mengakhiri lagu dengan
sempurna, dipergunakan sebagai akhir frase lagu ibarat penggunaan koma dalam kalimat musik.
iv) Kadens tak sempurna (imperfect cadens)
Kadens tak sempurna selalu berakhir dengan akor V (dominan) sehingga kadens tak sempurna
disebut sebagai kadens dominan, dipergunakan sebagai petunjuk akhir frase lagu, ibarat koma
dalam kalimat musik. Pasangan kadens tak sempurna dalam tangga nada mayor adalah I-V, IIV, IV-V, VI-V. Pasangan kadens tak sempurna dalam tangga nada I-V, IV-V,VI-V.
d. Pengetahuan Tentang Nada-Nada Sisipan
Dalam pasal melodi dan aransemen yang membahas hukum-hukum dasar harmoni, berbagai
contoh yang disajikan merupakan deretan-deretan actor yang bergerak dalam kesatuan utuh. Hal ini
tidak selalu dapat dipertahankan dalam praktek sebab selain fungsi actor pengiring melodi, ternyata
unsur melodi itu sendiri adalah bagian dari nada-nada yang harus diperhitungkan dalam jalinan akor.
Dalam menyususn harmoni secara bebas ternyata kita jumpai hadirnya nada yang sama sekali tidak
ada kaitannya dengan suatu aktor tertentu, dan kebanyakan nada-nada tersebut terletak antara akor,
bertindak sebagai jembatan antara keduanya.
Nada-nada tersebut adalah merupakan nada sisipan (non chordal tones). Jadi, nada sisipan
adalah nada yang tidak termasuk akor pengapitnya. Berdasarkan kenyataan yang ada dapat dibedakan
beberapa nada sisipan:
i) Nada Lintas (passing tones), yakni nada yang melintas menjebatani 2 nada atau lebih antara dua
akor secara beruntun.
ii) Nada Samping (auxiliary notes), yakni nada sisipan yang terletak di luar urutan nada-nada
antara dua akor.
iii) Appoggiatura (accented passing notes), yakni nada sisipan yang mengawali nada tertentu dari
sebuah akor sehingga menggeser kedudukan aksennya.
7
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
iv) Antisipasi (anticipation notes), yakni nada sisipan yang mengawali jatuhnya hitungan sebuah
nada dari suatu akor selayaknya birama gantung. Nada sisipan (non chordal tones) dikenal pula
dengan istilah non harmonic (non harmonic notes).
Dalam beberapa kesempatan juga dikenal adanya suspense, yakni nada sisipan yang
merupakan perpanjangan sebuah nada dari satu menuju akor sisipan yang merupakan perpanjangan
sebuah nada dari akor menuju akor berikutnya, tetapi jarang dibahas sebab biasanya nada tersebut aka
terikat dalam nada berikutnya sebagai nada substansi. Dalam kesempatan lain, antisipasi juga dikenal
sebagai nada loncat.
e. Pengetahuan Tentang Modulasi
Modulasi adalah perpindahan kunci, baik melalui jembatan peralihan maupun yang terikut
dalam suatu lagu tanpa terasa. Dalam memahami peruntukan akor dalam suatu tangga nada dapat
dibayangkan adanya kesan perpindahan tonika, sehingga dengan mudah dapat dirancang pasangan
akor yang sesuai. Pengetahuan tentang modulasi sangat penting dalam melakukan analisis lagu. Para
penyusun komposisi lagu yang menyusun aransemen secara profesional mempergunakan teknik
modulasi tersebut dapat dibahas sebagai berikut:
1) Modulasi Mutlak
Modulasi mutlak diartikan sebagai peralihan kunci yang ditandai dengan pergantian tanda kunci
(key signature) sehingga untuk menuju ke tanda kunci yang baru tersebut dibutuhkan jembatan
berupa akor-akor perantara dalam berbagai kemungkinan.
i) Dominan septime (V7) dari kunci baru
Contoh modulasi C ke D
Catatan : V7 dari kunci baru adalah A7
Contoh modulasi dari tanda kunci –Cm ke tanda kunci –Em
Catatan : V7 dari kunci baru adalah B7
ii) IIm7 –V7 dari kunci baru
Contoh modulasi dari C ke Ges
Catatan : 117-V7 dari kunci baru adalah A|,m7-D|,7
Contoh modulasi dari Am ke Fis minor
Catatn : II7-V7 dari kunci baru adalah G#m7-C#7
iii) Kadens tipuan (deceptive cadence)
iv) Tonika dari kadens sempurna diganti dengan salah satu akor kunci yang baru, jadi yang
semestinya V-1, diubah umpamanya menjadi V7-Vim7.
v) Akor diminish tujuh sebelum IIm7-V7 kunci baru : A
vi) Progresi kromatik. Contoh dalam progresi mayor (dari G ke At).
2) Modus Partial
Modul partial terdapat dalam rangkaian kalimat lagu. Dengan memainkan melodi saja tidak
akan terasa modulasinya, tetapi apabila perlu aransemen untuk keindahan, baru terasa adanya
kebutuhan akor berdasarkan perubahan nada dasarnya.
f. Pengetahuan Tentang Notasi Rangkap (Grouplet)
Notasi rangkap (nada rangkap) adalah sejumlah not (nada) dengan hitungan derap yang
menyimpang; notasi berangkai sejumlah angka tertentu yang sebanding dengan hitungan lain dalam
jarak sama. Istilah lain: grouplet. Beberapa kemungkinan notasi rangkap tanpa jumlah terbatas dapat
dirancang, tetapi yang lazim dikenal adalah antara rangkap dua hingga rangkap tiga belas, dikenal
8
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
dengan nama: Rangkap dua, dilukiskan dengan dua buah not, dihubungkan dengan lengkung pengikat
berangka 2; dikenal pula dengan istilah duoll atau duplet. Rangkap tiga, dilukiskan dengan tiga buah
not, dihubungkan dengan lengkung pengikat berangka 3; dikenal dengan istilah trioll atau triplet.
Rangkap empat, dilukiskan dengan 4 buah not, dihubungkan lengkung pengikat berangka 4; dikenal
pula dengan istilah kuartoel atau quadruplet. Rangkap lima, dilukiskan dengan lima buah not,
dihubungkan lengkung pengikat berangka 5; dikenal pula dengan istilah kuintool atau quintuplet.
Rangkap enam, dilukiskan dengan 6 buah not, dihubungkan lengkung pengikat berangka 6; dikenal
pula dengan istilah sektool atau sex-tuplet. Rangkap tujuh, dilukiskan dengan tujuh buah not,
dihubungkan lengkung pengikat berangka 7; dikenal dengan istilah septool, septimool atau septuplet.
Rangkap delapan, dilukiskan engan delapan buah not, dihubungkan lengkung pengikat berangka 8;
dikenal pula dengan istilah oktool atau octuplet. Rangkap Sembilan, dilukiskan dengan Sembilan buah
not, dihubungkan lengkung pengikat berangka 9; dikenal pula dengan istilah novemool atau novuplet.
Rangkap sepuluh, dilukiskan dengan sepuluh buah not, dihubungkan lengkung pengikat berangka 10;
dikenal pula dengan istilah ber angka 10; dikenal pula dengan istilah desimool atau deciplet. Rangkap
sebelas, dilukiskan dengan dua belas buah not, yang dihubungkan lengkun pengikat berangka 12;
dikenal pula dengan istilah dodesimool atau dodeciplet. Rangkap dua belas, dilukiskan dengan dua
belas buah not, dihubungkan lengkung pengikat berangka 12; dikenal pula dengan istilah dodesimool
atau dodeciplet. Rangkap tiga belas, dilukiskan dengan tiga belas buah not, yang dihubungkan dengan
lengkung pengikat berangka 13; dikenal pula dengan istilah tredesimool atau tredeciplet.
Perhatikankah contoh-contoh berikut ini: Notasi rangkap -2Notasi rangka pdua adalah
sejumlah 2 buah not yang sebanding dengan nilai jumlah lainnya, lazim dipergunakan dalam
perbandingan 2:3. Notasi rangkap dua dikenal pula dengan duool atau duplet. Notasi rangka -3. Notasi
rangkap tiga adalah sejumlah 2 buah not dalam suatu hitungan tertentu yang sebanding dengan nilai
jumlah lainnya, lazim dipergunakan dalam perbandingan 3:2. Notasi rangkap tiga dikenal dengan
namatriool atau triplet. Notasi rangkap -4. Notasi rangkap adalah sejumlah 4 not dalam suatu hitungan
tertentu yang sebanding dengan nilai jumlah lainnya. Notasi rangkap -5. Notasi rangkap lima adalah
sejumlah 5 not dalam suatu hitungan tertentu yang sebanding dengan jumlah nilainya.
Notasi rangkap lima dikenal pula dengan nama: kuintool atau quintuplet. Notasi rangkap -6
Notasi rangkap enam adalah sejumlah 6 buah not dalam suatu hitungan tertentu yang sebanding
dengan nilai jumlah lainnya. Notasi rangkap enam dikenal dengan nilai jumlah lainnya. Notasi
rangkap -7. Notasi rangkap tujuh aadalah sejumlah buah tujuh buah not delapan satu hitungan tertentu
yang sebanding dengan nilai jumlah lainnya. Notasi rangkap tujuh dikenal pula dengan nama: septool,
septimool, atau septuled. Notasi rangkap -8. Notasi rangkap delapan adalah sejumlah 8 buah not dalam
satu hitungan tertentu yang sebanding dengan nilai jumlahnya. Notasi rangkap delapan dikenal pula
dengan nama: oktool atau actuplet. Notasi rangkap-9. Notasi rangkap Sembilan adalah sejumlah 9
buah not dalam suatu hitungan tertentu yang sebanding dengan nilai jumlah lainnya.
Notasi rangkap Sembilan dikenal dengan nama: novemool atau novuplet. Notasi rangkap -10
Notasi rangkap sepuluh adalah jumlah 10 buah not dalam satu hitungan tertentu yang sebanding
dengan nilai jumlah lainnya. Notasi rangkap sepuluh dikenal pula dengan nama: desimool atau
deciplet. Notasi rangkap -11 Notasi rangkap sebelas adalah sejumlah 11buah not dalam satu hitungan
tertentu yang sebanding dengan nilai jumlah lainnya. Notasi rangkap sebelas dikenal pula dengan
nama: undesimool atau undeciplet. Notasi rangkap -12. Notasi rangkap dua belas adalah sejumlah 12
buah not dalam satu hitungan tertentu yang sebanding dengan nilai lainnya. Notasi rangkap dua belas
dikenal pula dengan nama: dodesimool atau dodeciplet.
9
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
2. Pentingnya Peranan Musik Bagi Individu dan Bagi Pelaksanaan Ibadah Gereja
a. Fungsi musik bagi individu
Hasil permainan musik yang baik dengan harmoni yang indah, visualisasi performer yang
benar, arransemen yang memiliki ragam bentuk, pasti terwujud karena pemain yang profesional.
Orang yang mendengarkan musik juga akan terus merasakan keindahan musik itu sendiri baik dari
ritme atau beat, melodi, pengembangan akord, dan harmonisasinya.
Apa jawaban yang akan diberikan oleh seseorang jika ada pertanyaan, “apa itu musik?”
setiap orang pasti akan memberikan jawaban yang berbeda atau bervariasi. Beberapa diantaranya
mungkin akan berusaha mencoba memberikan jawaban yang ilmiah dengan mengatakan bahwa musik
adalah suatu rangkaian dari gelombang suara atau suatu susunan nada-nada, ritme atau dinamik yang
terbentuk dalam suatu harmonisasi. Jika kita mencoba untuk melihat atau mendengar suara garukan
kuku jari tangan pada papan tulis, tentu tidak dapat digambarkan sebagai musik, sebab seringkali
orang menganggap bahwa itu sama dengan suara kegaduhan atau noice. Pembuatan musik tidak
terbatas hanya pada manusia tetapi dapat diketahui bahwa banyak hewan yang juga mampu
mengeluarkan suara bahkan bernada, seperti burung-burung, paus dan hewan lainnya. Dari pendapat
ini dapatlah diketahui bahwa fungsi dasar musik itu sendiri adalah sebagai alat komunikasi.
Mendengarkan musik adalah suatu pengalaman psikosomatis, yang berarti mempromosikan
keselarasan dan kedamaian, mempertahankan suatu kekuatan untuk penentraman hati dan kepuasan
batin yang berasal jauh dari dalam jiwa manusia.8
Henry Wadsworth Longfellow (1807-1882), mengatakan musik adalah bahasa universal bagi
semua umat manusia. Ada beberapa orang disaat mendengarkan musik tidak menimbulkan reaksi
dalam taraf tertentu. Kekuatan musik memang berbeda dan setiap orang juga merespon dengan cara
yang berbeda. Bagi beberapa orang, pada saat mendengarkan musik secara naluri, suara yang
menimbulkan spirit atau kekuatan tertentu, dapat mendorong seseorang untuk menari atau
menggerakan tubuhnya tetapi ada juga yang sama sekali tidak menggerakkan tubuhnya. Dengan
mendengarkan musik ada sebagian orang yang hanya menerima pesannya atau mengambil suatu
pendekatan intelektual ke konstruksi dan formatnya, atau menilai keaslian atau pola formalnya.
Di atas semuanya itu musik mencakup apa yang dikatakan emosi, yaitu musik dapat
membuat kita merasa gembira atau sedih, rindu, atau bersemangat, dan beberapa musik mampu untuk
mengubah pikiran, hingga pendengarnya melupakan persoalan selain fokus pada musik itu sendiri.
Musik dapat meningkatkan suasana hati dan membuka kunci memori yang paling dalam. Musik secara
intim berhubungan dengan peristiwa penting dalam kehidupan manusia, salah satu contoh: upacara
atau ibadah gereja, hampir tidak ada upacara yang tidak melibatkan musik sama sekali.
b. Fungsi musik dalam ibadah gereja
Dengan pernyataan diatas dapatlah disimpulkan betapa musik itu sangat berpengaruh pada
telinga, perasaan, dan pikiran manusia.Ada pengaruh khusus yang dapat mengubah seseorang saat
mendengarkan musik. Jika pernyataan ini dapat dihubungkan dengan peristiwa ibadah gereja, akan
sangat jelas terlihat bahwa fungsimusik adalah media perantara seseorang untuk dapat memuji Tuhan.
Selain itu juga dapat menambahkan semangat dan spirit jemaat dalam memuji dan menyembah kepada
Tuhan sebab secara spontanitas jemaatpun dapat berekspresi, menari bagi Tuhan bahkan bersoraksorai dalam memuji Tuhan.
Martasudjita Pr mengatakan dalam bukunya “Musik Gereja Zaman Sekarang” (Kumpulan
Makalah bersama Karl Edmund Prier) bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari musik.Liturgi
Gereja juga sejak awal mula tidak dapat melepaskan diri dari musik. Musik Liturgi, Musik Gereja,
8
Marsha Tambunan, Sejarah Musik Dalam Ilustrasi (Jakarta: Progress, 2004), 13.
10
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
atau Musica Sacra termasuk salah satu unsur dan bentuk ungkapan liturgi. Kemudian kutipan Karl
Edmund Prier dari A. Vernooji yang membedakan peranan fungsi musik liturgis misalnya, sebagai
ungkapan artistik, ungkapan religius/emosi sehingga musik itu sendiri melebihi peranannya sebagai
“musik kultis”, yaitu unsur rasional atau intelektual, untuk menyampaikan suatu message yang
membawa makna dan arti tertentu (maka artikulasi harus jelas), dan unsur emosional atau segi musikal
yang selalu melebihi peranan liturgis kearah apresiasi dan seni; ingin dinikmati dan dengan demikian
juga merupakan suatu godaaan untuk melepaskan diri dari tujuan.
Alkitab juga menjelaskan bahwa keterlibatan musik itu juga diharapkan oleh Allah, misalnya
“pujilah Tuhan dengan gendang dan kecapi” atau “pujilah Tuhan dengan sorak-sorak”, kata-kata ini
kerap kali Tuhan katakan dalam kitab suci Alkitab. Ada contoh lain yang menyatakan posisi
keberadaan musik pada mulanya sangat tinggi yaitu dalam tahta kerajaan surga pada awalnya posisi
pemuji atau penyembah (baik dalam pujian atau musik) dipimpin oleh malaikat Lucifer dimana yang
pada mulanya ia adalah pemain musik pertama yang pernah ada yang Allah ciptakan, tetapi yang
kemudian ia jatuh karena kesombongan yang ia miliki. Pada dasarnya, Tuhan Allah juga sangat cinta
musik sebab musik sendiri juga adalah bagian dari penyembahan itu sendiri.
William J. Reynolds (seorang pakar musik gereja) mengatakan dalam bukunya, “Building an
Effective Music Ministry”, mengatakan bahwa musik gereja adalah singing dan sharring jemaat dalam
penyembahan dan kesaksian.9 Dari pernyataan ini dapat diketahui bahwa dari makna musik gereja itu
sendiri sudah dapat diketahui bahwa musik itu memiliki fungsi yang sangat penting dalam ibadah
gereja. Dari sisi Alkitabiah manfaat dan keterlibatan musik gereja juga dapat diketahui lewat ayatayat yang menjelaskan fungsi atau kegunaan pentingnya musik bagi umat yang percaya kepada Tuhan,
yaitu:
Yubal disebut sebagai bapa semua orang yang memainkan kecapi dan seruling, Ugab dalam
bahasa Ibrani, dipakai untuk menyatakan sejenis pipa atau buluh yang digunakan sebagai alat musik
tiup. Kata Ibrani untuk harpa adalah Kinnor. Alat ini tergolong dalam alat musik dawai (Kej. 4:21).
Musik merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial/sekuler orang Ibrani. Kehidupan musik
orang ibrani bertumbuh dari jiwa orang-orang yang kehidupan sehari-harinya diatur oleh agama
mereka. Oleh karena itu ada beberapa fungsi musik dalam kehidupan orang-orang Ibrani, yaitu:
Pembuat Sukacita (Kejadian 31:27, Hak. 11:34, Yesaya 5:12, Ams. 5:23). Nyanyian Pekerja (Yes. 5:1;
16: 10). Untuk mengabarkan berita (Yes. 48:20). Kegembiraan Nasional (Bilangan 21:17).
Kemenangan dalam peperangan (Hak. 11:34). Anak Gembala (1 Sam. 16:18). Pemuda dipintu
gerbang (Ratapan 5:14). Selama Pesta (Yes 5:12, Amsal 6:5). Nyanyian wanita lajang (Yes. 23:15).
Perkabungan Ratapan (2 Sam. 1:18). Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan
murid-muridNya ke Bukit Zaitun, artinya sebelum Yesus pergi menggunakan waktuNya atau harihariNya untuk melayani Dia memperkuat diriNya sendiri dengan nyanyian (Mat. 26:30, Mar. 14:26),
seperti (Mazmur 113-118) setelah perjamuan Paskah. Di dalam bahasa Yunani kata humneo (dari kata
Humnos) berarti nyanyian pujian yang ditujukan untuk Allah. Musik juga digunakan untuk perayaan,
perjamuan, perkabungan, dan pesta-pesta. (Mat. 9:23, Mat. 6:2, Luk. 15:25; 1 Kor. 13:1).
Ada musik dan tarian saat anak yang hilang kembali. Inilah gambaran dari gereja yang
menaikkan pujian, tarian, dan kesukacitaan pada jiwa-jiwa yang kembali kepada Kristus. Kita harus
menerima bahwa Allah juga menyucikan dan menguduskan nyanyian dan tarian. Kisah Para Rasul
16:25 “Tetapi kira-kira tengah malam, Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada
Allah…” Hasilnya sangat luar biasa.Allah bertakhta diatas puji-pujian yang menyebabkan gempa
bumi besar yang menggoncangkan penjara pada waktu itu. Lalu kemudian mereka dibebaskan dan
kemudian kepala penjara bersama seluruh keluarganya menerima Kristus sebagai Allahnya. Inilah
9
William J. Reynold, Building an Effective Music Ministry (Tennessee: Convention Press,
1980), 9.
11
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
kisah besar tentang kuasa Allah di tengah-tengah puji-pujian gereja. Bila orang-orang melihat dan
mendengar lagu-lagu pujian yang dinamis pada jaman sekarang, mereka akan datang kepada kita dan
berkata,”apa yang harus aku kerjakan agar aku bisa diselamatkan?” (Mazmur 40:4).
Kutukan terakhir bagi Babilon adalah kenyataan bahwa tidak ada lagi musik yang terdengar
luar biasa di dalam kota kutukan. Musik merupakan bagian terpenting dari hati Allah dan bila ada
orang-orang atau tempat yang gelap dan penuh kesedihan dan di mana Allah tidak pernah hadir atau
tinggal, maka disitu tidak ada musik yang terdengar. Contoh lain dalam Perjanjian Baru tentang
paduan suara para malaikat beserta para pemain musiknya:
i) Bunyi Sangkakala pada akhir zaman (Mat. 24:31, 1 Kor 15:52, 1 Tes 1:8, Tes 4:16)
ii) Memberi Tanda Hari Tuhan dan Penghakiman (Wah. 8:2, 6, 8-13;9:1;10:1;11:15;13:14)
iii) Nyanyian pujian dan penyembahan nyanyian-nyanyian baru (Wah. 5:8,14:2, 19:1-8).
iv) Suara Allah seperti bunyi sangkakala (Wah. 1:10).
Profesional dalam pengetahuan dan praktek musikologis memang sangat diperlukan dalam
musik gereja, tetapi tetap tidak lepas dari pada esesensi secara teologis sebab hal ini terkait dengan apa
yang dikatakan ibadah gereja. Salah satu contoh ada empat hal yang sangat diperlukan dalam setiap
pelayanan rohani, termasuk pula dalam pelayanan musik, (dalam bahasa Inggris disebut ‘Empat S’)
adalah (sanctification), penaklukan diri (submission), kepekaan (sensitivity), dan keahlian (skill). Bila
keempat prinsip itu tidak bertumbuh dan bekerja dalam kehidupan seseorang, maka pelayanan tersebut
tidak akan berarti sama sekali.10
2. Peranan Pemain Musik Profesional Terhadap Perkembangan Pelayanan Musik Gereja
Salah satu contoh seperti yang telah dijelaskan di atas, penelitian yang telah dilakukan oleh
penulis terkait dengan peranan pemain musik profesional dalam bidang musik gereja yangberjudul
“Penggabungan Pemain Musik Formal atau Profesional Dengan Pemain Band Otodidak Di GPdI
Hayam Wuruk-Yogyakarta”, penelitian ini membuktikan bahwa pemain musik Chamber (yang
profesional), dan pemain musik Band (yang otodidak), mampu membentuk suatu kelompok mini
orchestra dengan melakukan metode penghapalan dan penyatuan pemahaman tentang ilmu musik dan
bentuk kerjasama dalam sebuah team. Pemain musik otodidaktetap memiliki keterbatasan dalam
proses penggabungan kelompok, sebab pada mulanya mereka tidak memiliki pengetahuan yang benar
tentang ilmu musik. Keberadaan posisi pemain musik otodidak akan mangalami stagnasi, sebab tidak
dapat dipungkiri bahwa jika tanpa pengetahuan yang benar, seorang pemain musik akan mengalami
kesulitan dalam mengembangkan skill maupun karya-karyanya.
Hal ini membuktikan hingga saat ini bahwa jika ada pemain musik profesional yangterlibat
secara langsung dalam ibadah gereja, maka musik gereja akan mengalami perkembangan,baik dalam
bentuk kelompok maupun individu. Faktor positif pada sisi lain jika ada pemain musik profesional
yang terlibat dalam musik gereja, akan mempengaruhi semangat belajar seseorang atau pelayan musik
lainnya dalam memahami pembelajaran seperti arransemen, pengembangan akord, dan lain
sebagainya. Ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh para pemusik gereja sehingga perlu adanya
pelatihan khusus agar pemain musik gereja menjadi profesional, hal ini dikaitkan dengan tiga
pertanyaan dasar, yaitu:
a. Musik apa yang diperlukan?
Musik yang diperlukan ialah musik liturgi atau musik ibadah, yaitu musik yang bisa
digunakan untuk mengungkapkan dan merayakan atau membangkitkan iman.Para pemusik harus
menyadari jenis musik ini.Pilihan lagu, alat musik, syair harus dapat dipertanggungjawabkan sebagai
10
Mike dan Viv Hibert, Pelayanan Musik (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), 43.
12
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
musik liturgy atau musik ibadah.Meskipun mempunyai ciri liturgis, musik Gereja tetap merupakan
suatu musik.Maka musik liturgy juga harus dapat dipertanggungjawabkan menurut ilmu musik pada
umumnya.Musik selalu merangkup melodi, ritmus dalam ruang dan waktu.Keempat hal itu harus juga
ada dalam musik liturgi atau musik gereja. Seorang pemusik gereja yang baik, tentu tidak hanya
memperhatikan sebuah nyanyian menurut melodi, ritme, syair, dan sebagainya, tetapi juga harus
memperhatikan ruangan tempat musik itu harus dibawakan dan kapan ia harus mulai dan mengakhiri
permainanya. Akustik gedung gereja juga harus diperhatikan oleh pemusik gereja.Dalam posisi ini,
gereja membutuhkan pemusik yang memiliki bakat, kemampuan dan pengetahuan yang memadai
dalam hal musik itu sendiri.
b. Musik yang bagaimana yang tepat untuk didengar Jemaat?
Pemusik juga harus memilih dan mengembangkan musik yang memperhatikan konteks
umat. Semua penjelasan yang telah tertera di atas adalah poin-poin penting mengapa gereja perlu
keterlibatan pemain profesional dengan maksud dan tujuan agar musik gereja dapat mengalami
perkembangan atau kemajuan yang lebih baik. Solusi lain yang telah dijelaskan, ialah membuat
pelatihan khusus bagi pemain otodidak yang mungkin sudah mampu bermain musik tetapi tidak
memahami pengetahuan musik dengan benar. Mengapa gereja harus melibatkan pemain musik yang
profesional, yang terdidik secara musikologis dan teologis?
i) Pemain musik harus mengerti maksud dari pemakaian alat-alat musik, yaitu: untuk melayani
Allah di hadiratNya (1 Taw 16:4, 6, 37), untuk memuji Allah (1 Taw 23:5; Maz 33:22, 71:22;
92:2-4; 98:5-6, 149:3, 150:3-5), untuk mengiringi penyanyi dalam sukacita dan puji-pujian (1
Taw 15:16, Maz. 81:2-3), untuk memanggil dan memimpin jemaat dalam beribadah (bilangan
10:1-10, Maz. 81:4), mempersiapkan jemaat untuk bernubuat (2 Raj 3:15, 1 Sam 10:5), untuk
menyampaikan nubuat ( 1 Taw 25:1-3), untuk memimpin dan dimainkan dalam peperangan
(Bil. 10:2-10), untuk mengantarkan dan mengumumkan kehadiran Allah (Maz. 47:6), untuk
mengajar segala bangsa memuji Allah (Maz 57:8-10).
ii) Harus mampu membentuk team untuk latihan bersama secara teratur, yaitu berdoa bersamasama, menerapkan kejujuran dan rasa tanggung jawab dalam kelompok, mempelajari firman
Tuhan secara bersama-sama, menentukan tujuan yang harus dicapai bersama dalam setiap
latihan, misalnya mempelajari lagu, bermain dengan akord-akord yang lebih banyak atau luas,
mempelajari teori musik, mengembangkan bentuk-bentuk puji-pujian dan penyembahan dan
latihan dinamika.
c. Apa yang Harus diperhatikan oleh Pemain Musik Profesional dari Sisi Kerohanian?
Ada beberapa syarat kerohanian yang harus diperhatikan oleh seorang pemain musik yang
wajib dilakukan layaknya seorang pemimpin, sebab musik juga memimpin jemaat untuk masuk dalam
pujian dan penyembahan tersebut walaupun lewat seorang pemimpin pujian atau sering disebut
Worship Leader. Ada tujuh syarat dalam mempersiapkan seorang pemimpin (dalam bidang apa saja).
Sebagai salah satu contoh, di dalam memimpin pujian tidak di perlukan seorang pemimpin pujian
yang “Hebat” tetapi pemimpin pujian ini harus dapat membawa jemaat untuk menyembah Tuhan.
Syarat utama, dia harus-lah seorang penyembah selain itu diperlukan seorang yang kreatif, dan yang
diperlengkapi kepemimpinan dan ketrampilan berkomunikasi, serta membangun kehidupan
penyembahan pribadi dengan Tuhan setiap waktu sebagai hal yang utama. Tujuh syarat pemimpin
pujian tersebut adalah: Sudah lahir baru dan kehidupan seorang penyembah. Penuh Roh Kudus.
Memiliki kemampuan atau kerinduan untuk melayani Tuhan. Memiliki kehidupan yang kudus (Im.
20:26, 1 Ptr. 1:15-16). Memiliki Firman Tuhan dalam kehidupannya (Maz. 146:6-9). Memiliki
13
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
kehidupan yang erat dengan Allah (Kej. 5:21-24). Dapat bernyanyi dengan nada yang tepat / tidak
sumbang, tidak perlu bersuara “emas”, tetapu menyanyi dengan benar.
Pemimpin pujian, harus sudah ada didalam hadirat Allah, sebagai imam, karena itu perlu
persiapan “rohani”. Pelayanan lahir dari dalam hadirat Allah. Hanya orang yang bertemu Allah bisa
mengajak orang lain merasakan “hadirat”Nya. Yes. 42:8, Aku ini Tuhan, itulah nama-Ku; Aku tidak
akan memberitahukan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyuran-Ku kepada patung. Yes.
30:18, sebab itu Tuhan menanti-nantikan saatnya hendak menunjukan kasih-Nya kepada kamu; sebab
itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab Tuhan adalah Allah yang adil; berbahagialah semua
orang yang menanti-nantikan Dia! Yehova mau menjadi pusat pandangan seorang pemimpin pujian
(Yes 42:8) dan itu sebenarnya tidaklah sukar, karena Yehova sendiri memiliki kerinduan untuk
menyatakan dirinya (Yes 30:18-20). Jangan menarik orang (jemaat) pada diri kita tetapi bawa
perhatian mereka kepada Tuhan. Tuhanlah pusat hidup seorang pemimpin Pujian. Syarat-Syarat di atas
akan dimiliki jika seorang pemimpin pujian hidup dalam persekutuan, dan bukan hanya bertekun
dalam latihan secara teknis. Hal itu tetap dan memang perlu, tetapi tanpa kehidupan yang “rohani”
seseorang yang ahli menyanyi hanyalah seorang “penyanyi” atau hanyalah seorang “MC” “Master of
Ceremony” pemimpin acara, seorang “intertainment”, tetapi tidak membawa jemaat merasakan
“hadirat Allah” tidak membawa jemaat masuk dalam “penyembahan”.
D. KESIMPULAN
Musik merupakan suatu kebutuhan gereja, dapat dikatakan setiap gereja selalu ingin
memiliki instrumen musik untuk keperluan ibadah, tidak dapat dipungkiri gereja tidak dapat lepas dari
apa yang dikatakan musik dengan pengertian bahwa nyanyian adalah vocal, tepuk tangan adalah
bagian dari ritme, semuanya itu adalah musik. Penulisan ini tidak mempermasalahkan gereja dengan
pengertian musik itu sendiri tetapi ingin mengatakan bahwa musik adalah salah satu kebutuhan dan
bagian penting daripada suatu ibadah gereja. Oleh karena musik adalah bagian yang juga dianggap
penting maka gereja tidak cukup hanya membutuhkan atau memperhatikan instrumen atau alat musik
itu sendiri saja tetapi juga perlu memperhatikan siapa yang berperan dalam memainkan alat musik
tersebut. Dalam melihat visi pelayanan musik dalam jangka panjang, atau melihat visi pelayanan ke
depan maka gereja perlu juga melihat perkembangan musik, melihat kebutuhan pelayanan dalam
pujian dan penyembahan perlu untuk dikembangkan yaitu dengan adanya pemain musik yang
profesional. Dalam beberapa gereja, musik tetap bisa aktif dengan pemain musik yang otodidak tetapi
tidak dapat dipungkiri agar pelayanan musik gereja dapat berkembang untuk lebih baik lagi, maka
perlu mengalami perkembangan.
Pengembangan yang diperlukan adalah penguasaan dalam memahami instrumen atau alat
maupun pengetahuan ilmu musik seperti teori musik secara umum, mengenal akor yang lebih lengkap,
arransemen dengan metode yang tepat, harmonisasi yang indah, penguasaan teknik dan dinamik serta
penguasaan dalam kerja sama kelompok musik. Oleh sebab itu pemain musik perlu untuk
mengembangkan diri kearah profesional, baik lewat pendidikan formal maupun dalam bentuk
pelatihan khusus.
14
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Daeng dan Dadi Permadi. Panduan Menjadi Guru Profesional. Bandung: Nuansa Aulia, 2013.
B.S. Sidjabat. Mengajar Secara Profesional. Bandung: Kalam Hidup, 2011.
Martasudjita pr, Karl Edmund Prier. Musik Gereja Zaman Sekarang. Yogyakarta: Pusat Musik
Liturgi, 2009.
Mike dan Viv Hibert. Pelayanan Musik. Yogyakarta: Andi Offset, 2001.
Reynold, William J. Building an Effective Music Ministry. Tennessee: Convention Press, 1980.
Sudarwan, Danim. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta, 2013
Tambunan, Marsha. Sejarah Musik Dalam Ilustrasi. Jakarta: Progress, 2004.
Wijanarko, Jarot. Pujian Penyembahan. Jakarta: Suara Pemulihan, 2005
Yahya, Murip. Profesi Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2013.
15
Download