78 KAJIAN EFEK SITOTOKSIK HASIL FRAKSINASI EKSTRAK

advertisement
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
KAJIAN EFEK SITOTOKSIK HASIL FRAKSINASI EKSTRAK ETANOL KULIT
BUAH ASAM KANDIS (Garcinia cowa Roxb.) TERHADAP SEL KANKER
PAYUDARA T47D DENGAN METODA MICROTETRAZOLIUM (MTT)
Fatma Sri Wahyuni, Edgar Firnando, Elidahanum Husni
Fakultas Farmasi Universitas Andalas
ABSTRAK
Telah dilakukan kajian efek sitotoksik hasil fraksinasi ekstrak etanol kulit buah asam
kandis (Garcinia cowa Roxb.) terhadap sel kanker payudara T47D secara in vitro, dengan
metode MTT. Prinsip kerja metoda MTT adalah kolorimetri dengan mengukur aktivitas
dehidrogenase mitokondria pada sel-sel hidup yang memiliki kemampuan untuk
mengkonversi MTT menjadi formazan. Pengujian fraksinasi heksan, etil asetat dan air
dilakukan dari konsentrasi 0,1 µg/ml, 1 µg/ml,10 µg/ml, dan 100 µg/ml. Dari hasil pengujian,
diperoleh nilai IC50 fraksi heksan, etil asetat dan air kulit buah asam kandis terhadap sel
kanker payudara T47D berturut-turut sebesar 3,53 µg/ml, 0,59 µg/ml, dan 3457,39 µg/ml .
Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa fraksi heksan dan fraksi etil asetat kulit buah asam
kandis (Garcinia cowa Roxb.) mampu menghambat pertumbuhan sel kanker payudara T47D
secara signifikan pada konsentrasi 10 µg/ml dan 100 µg/ml.
Kata kunci: Garcinia cowa Roxb., sel kanker payudara T47D, Metode Microtetrazolium
(MTT)
PENDAHULUAN
Kanker merupakan penyebab utama
kematian diseluruh dunia. Dari 58 juta
kematian di seluruh dunia dalam tahun 2005,
tercatat 7.6 juta (13%) diantaranya
disebabkan oleh kanker (Moeljopawiro,
2007). Jenis penyakit kanker yang paling
umum dijumpai adalah kanker payudara.
Kanker payudara merupakan penyebab
utama kematian pada wanita di berbagai
belahan dunia (Departemen Kesehatan,
2008).
Pengobatan kanker secara medis
memerlukan biaya yang sangat tinggi. Selain
melalui bedah dan radiasi, pengobatan
kanker
mengandalkan
kemoterapi.
Kemoterapi menggunakan obat-obat anti
kanker masih banyak terkendala masalah,
diantaranya masih belum efektifnya obat
dalam membunuh sel kanker dan efek
samping yang harus diderita oleh pasien.
Selain pengobatan konvensional tersebut,
masyarakat
juga
banyak
mencoba
kemungkinan
penyembuhan
dengan
pengobatan alternatif menggunakan ramuan
bahan alami (natural medicine) (Djajanegara
& Wahyudi, 2010).
Tumbuhan dari genus Guttiferae
(Garcinia) akhir-akhir ini banyak diteliti
kandungan dan aktivitasnya. Genus ini
dilaporkan mengandung santon, benzofenon,
triterpen, biflavonoid, benzoquinon, senyawa
α-mangostin, cowanin, cowanol, cowasanton,
rubrasanton,
β-mangostin,
tetrapreniltolouquinon,
dan
santon
terprenilasi (Rukachaisirikul et al., 2008;
Wahyuni et al., 2004; Kenji et al., 2003;
Peres et al., 2000; Sadaquat et al., 2000).
Senyawa santon terutama dikenal dengan
potensinya sebagai antikanker (Jabit et al.,
2009). Salah satu tanaman di genus ini yang
mulai banyak diteliti yaitu Garcinia cowa
Roxb. yang dikenal dengan nama daerah
asam kandis atau kandis.
Antikanker dapat dilakukan dengan
uji MTT assay yang merupakan salah satu
metode yang digunakan dalam uji sitotoksik.
Metode ini merupakan metode kolorimetrik,
dimana terjadinya reduksi garam kuning
78
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
tetrazolium MTT (3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)2,5-difeniltetrazolium bromid) oleh sistem
reduktase. Suksinat tetrazolium yang
termasuk dalam rantai respirasi dalam
mitokondria sel-sel yang hidup membentuk
kristal formazan berwarna ungu dan tidak
larut air. Penambahan reagen DMSO akan
melarutkan kristal berwarna ini yang
kemudian
diukur
absorbansinya
menggunakan microplate reader. Intensitas
warna ungu yang terbentuk proporsional
dengan jumlah sel hidup. Sehingga jika
intensitas warna ungu semakin besar, maka
berarti jumlah sel hidup semakin banyak
(Mosman, 1983).
Dari penelitian sebelumnya telah
diketahui bahwa ekstrak etanol kulit buah
asam kandis (Garcinia cowa Roxb.)
memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker
payudara T47D dengan IC50 19,33 µg/ml
(Sutma, 2012). Berdasarkan data hasil
penelitian yang telah dilakukan, dapat
diambil kesimpulan bahwa ekstrak etanol
kulit buah asam kandis berpotensi untuk
dikembangkan sebagai sumber baru dalam
mengembangkan obat kanker. Namun, masih
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
melakukan fraksinasi terhadap ekstrak etanol
kulit buah asam kandis (Garcinia cowa
Roxb.) untuk mengetahui aktivitas sitotoksik
masing-masing fraksi.
Dalam penelitian ini, dilakukan
pengujian sitotoksik terhadap fraksinasi
ekstrak etanol kulit buah asam kandis
terhadap sel kanker payudara T47D
menggunakan metoda MTT Assay. Parameter
yang diukur yaitu nilai IC50. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui efek
sitotoksik fraksinasi ekstrak etanol kulit buah
asam kandis terhadap sel kanker payudara
T47D.
METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan untuk fraksinasi
berupa erlenmeyer berbagai ukuran, gelas
Alat-alat yang digunakan untuk uji
aktivitas sitotoksik berupa sarung tangan
karet, botol semprot, labu Erlenmeyer, gelas
piala, flask T-25 (Iwaki®), botol Duran,
tabung Appendorf (Iwaki®), pipet mikro
(Ecopipette®), hemasitometer, timbangan
analitik, autoklaf (Hirayama®), lemari es
(Nasional®), inkubator 370C/5% CO2
(Thermo Scientific®), microbiological safety
cabinet air flow kelas II (Thermo
Scientific®), vortex (Etech®), penangas air
(Memert®), sentrifus (Thermo Scientific®),
tabung sentrifugal, mikroskop inverted
(Zeiss®),
plat
96
sumuran,
dan
spektrofotometer microplate (xMarkTM).
ukur, corong, spatel, pipet tetes, botol coklat,
vial, corong pisah, rotary evaporator.
Bahan yang digunakan untuk fraksinasi
berupa ekstrak etanol kulit buah asam kandis,
heksan, etil asetat, dan aquadest.
Bahan yang digunakan untuk uji efek
sitotoksik yaitu sel kanker payudara manusia
T47D, dimetil sulfoksida (DMSO), etanol
70%, air ultrapurifikasi, medium Roswell
Park Memorial Institute (RPMI) 1640
(Sigma-Aldrich®), Fetal Bovine Serum (FBS)
(Sigma-Aldrich®), Penicillin-Streptomycin,
Trypsin-EDTA, Phosphate buffer Saline
(PBS) (Sigma-Aldrich®), dan reagen 3-(4,5dimetilthiazol-2- il)-2,5- difeniltetrazolium
bromida (reagen MTT).
lapisan heksan terlihat jernih sehingga
diperoleh fraksi heksan. Hasil fraksi heksan
diuapkan dengan rotary evaporator sehingga
didapatkan ekstrak kental dari fraksi tersebut.
Lapisan air kemudian difraksinasi dengan etil
asetat dilakukan beberapa kali pengulangan
seperti perlakuan diatas sehingga diperoleh
fraksi air dan fraksi etil asetat. Hasil fraksi
etil asetat diuapkan dengan rotary
Fraksinasi Ekstrak Etanol Kulit Buah
Asam Kandis
Ekstrak etanol kulit buah asam kandis
difraksinasi dengan heksan dan air dalam
corong pisah, dikocok secukupnya. Setelah
itu dibiarkan sampai terbentuk 2 lapisan yaitu
lapisan heksan dan lapisan air. Perlakuan ini
dilakukan beberapa kali pengulangan sampai
79
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
evaporator sehingga didapatkan ekstrak
kental. Kemudian fraksi air sisa di uapkan
dengan rotary evaporator sehingga di
dapatkan ekstrak kental.
d) Penghitungan Sel
Tambahkan 2 ml trypsin-EDTA ke
dalam flask yang berisi kultur sel, kemudian
inkubasi 5-10 menit. Kemudian larutan
tripsin-EDTA yang berisi sel disentrifus
dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit.
Buang supernatan, lalu pelet disuspensikan
dalam 3 ml medium RPMI. Ambil 10 µl
suspensi sel, letakkan pada masing-masing
kotak penghitungan sel hemasitometer.
Lakukan penghitungan di bawah mikroskop.
Tentukan rata-rata jumlah sel aktif yang ada
untuk dapat membuat suspensi 2000 sel
dalam setiap sumur pada plat 96 sumuran.
Kultur Sel
a) Persiapan Alat
Alat-alat yang digunakan untuk
pengujian harus dalam keadaan bersih dan
steril. Wadah plastik dipersiapkan hanya
untuk satu kali pemakaian, dan sterilitasnya
terjamin selama kemasan tidak rusak. Untuk
alat-alat berbahan gelas, wadah dicuci bersih
dan dikeringkan. Kemudian disterilkan
dengan autoklaf pada suhu 1210C tekanan 15
lbs selama 15 menit. Sedangkan laminar air
flow
disterilkan dengan cara disemprot
dengan etanol 70% dan juga dilengkapi
dengan lampu UV.
b) Penyiapan Sel
Sel kanker payudara yang digunakan
yaitu sel T47D yang merupakan koleksi
Cancer Chemoprevention Research Center
(CCRC) dari Universitas Gajah Mada
(UGM). Sel kanker dikeluarkan dari freezer
(-80 0C), dihangatkan dalam penangas air
pada suhu 370C selama 2-3 menit. Setelah
mencair, sel dipindahkan ke dalam flask yang
telah berisi 10 ml media, diinkubasi selama
3-4 jam pada suhu 370C/5% C02, kemudian
diamati dibawah mikroskop untuk melihat
apakah sel melekat di dasar flask dan
membentuk lapisan monolayer. Medium
pertumbuhan diganti sekali dalam dua hari
dan bila jumlah sel di dalam flask mencapai
70-85%, lakukan sub-kultur sel.
c) Sub Kultur Sel
Medium yang ada di dalam flask
dibuang, kemudian tambahkan 2 ml trypsinEDTA lalu aduk perlahan, inkubasi selama 5
menit pada suhu 370C, 5% CO2, setelah itu
amati sel di bawah mikroskop. Kemudian
larutan tripsin-EDTA yang berisi sel
disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm
selama 5 menit. Buang supernatan, lalu pelet
disuspensikan dalam 3 ml medium.
Masukkan
ke dalam flask baru, aduk
perlahan. Inkubasi pada suhu 370C, 5% CO2
80
e) Peletakan Sel
Dibuat suspensi sel dalam medium
(jumlah dan volume terukur), campur
sempurna. Masukkan sebanyak 180 µl
suspensi ke dalam masing-masing sumur
kecuali sumur pada kolom pertama dan
terakhir. Kolom pertama dan terakhir
merupakan blanko yang hanya berisi medium
200 µl, sedangkan kolom kedua merupakan
kontrol yang berisi suspensi sel 200 µl.
Inkubasi pada suhu 370C, 5% CO2 selama 24
jam.
Pembuatan Larutan Uji
a) Larutan Stok
Ekstrak ditimbang sebanyak 100 mg.
Ekstrak dilarutkan dalam 1 ml DMSO untuk
mendapatkan konsentrasi larutan 100 mg/ml.
b) Pengenceran Larutan Uji
Medium dipipet 90 µl ke dalam 5
buah mikrotube. Larutan induk dibuat
dengan konsentrasi 10 mg/ml dengan cara
memipet 10 µl larutan larutan stok kemudian
dipindahkan ke dalam tabung pertama, aduk
sempurna. Pengenceran dilakukan bertingkat
dengan cara memindahkan 10 µl larutan uji
dari tabung pertama ke tabung kedua.
Lakukan hal yang sama untuk tabung
selanjutnya sehingga akan diperoleh larutan
dengan konsentrasi 100, 10, 1 dan 0,1 µg/ml
pada masing-masing sumur pada plat 96
sumuran.
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
ditentukan persentase sel yang terhambat
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Uji Proliferasi Sel (Uji MTT)
a) Peletakan Larutan Uji
Plat uji yang telah berisi sel dan telah
diinkubasi selama 24 jam, dibagi menjadi 3
bagian. Setiap bagian dirancang untuk empat
kali replikasi. Peletakan larutan uji dimulai
dari konsentrasi paling rendah. Pindahkan 20
µl larutan uji ke dalam masing-masing sumur
kecuali sumur kontrol dan sumur blanko .
Plat kembali diinkubasi selama 24 jam dalam
inkubator 370C/ 5% CO2. Amati perubahan
yang terjadi pada sel selama masa inkubasi.
Rumus % viabilitas sel
Dari % viabilitas sel ini,lalu dilakukan
perhitungan IC50. IC50 merupankan gambaran
efek sitiotoksik yang diberikan oleh fraksi,
yaitu kadar yang dapat menghambat
proliferasi sel sebesar 50%.
Hubungan antara log konsentrasi
larutan uji dengan viabilitas sel dapat
ditampilkan dalam bentuk grafik. Dari grafik
tersebut dapat ditentukan harga IC50 dengan
persamaan regresi linier dengan syarat r lebih
besar dari r tabel, kemudian masukan y = 50
pada persamaan regresi linier dan cari x nya
kemudian dihitung, antilog dari konsentrasi
tersebut sehingga diperoleh IC50 (konsentrasi
yang dapat menghambat 50 pertumbuhan sel)
larutan uji (CCRC, 2009).
Selanjutnya, data hubungan antara
konsentrasi sediaan uji dengan absorban
dianalisis secara statistik menggunakan
analisa varian (ANOVA) satu arah yang
dilanjutkan dengan uji wilayah berganda
Duncan (Duncan’s Multiple Range Test).
b) Peletakan Larutan MTT
Larutan MTT 5 mg/ml dipipet 20 µl
ke dalam masing-masing sumur. Inkubasi
selama 3-4 jam pada 370C, 5% CO2. Setelah
3-4 jam, akan terlihat adanya endapan ungu
kristal formazan. Medium yang mengandung
reagen MTT dibuang dengan cara dihisap
dari setiap sumur, sehingga yang tertinggal
hanya endapan ungu kristal formazan.
Larutkan endapan pada setiap sumur dengan
100 µl DMSO. Ukur serapannya dengan
spektrofotometer micrroplate pada λ 550
nm.
Analisis Data
Dengan menggunakan data absorban
yang diperoleh dari pengukuran, dapat
HASIL DAN DISKUSI
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
a) Hasil Uji Proliferasi Sel (Uji MTT)
Berdasarkan uji MTT yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai IC50 Fraksi Terhadap Sel Kanker Payudara T47D
Sampel
Fraksi Heksan
Fraksi Etil Asetat
Fraksi Air
Nilai IC50
3,53 µg/ml
0,59 µg/ml
3457,39 µg/ml
81
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Gambar 1.
Grafik Hubungan Konsentrasi Fraksi Heksan Vs % Viabilitas Sel Kanker
Payudara T47D
Gambar 2.
Grafik Hubungan Konsentrasi Fraksi Etil Vs % Viabilitas Sel Kanker Payudara
T47D
Gambar 3.
Grafik Hubungan Konsentrasi Fraksi Etil Vs % Viabilitas Sel Kanker Payudara
T47D
82
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Dengan demikian fraksi heksan dan
fraksi etil asetat kulit buah asam kandis
dinyatakan memiliki aktivitas sitotoksik
terhadap sel kanker T47D, sedangkan pada
fraksi air tidak memiliki efek sitotoksik
terhadap sel kanker payudara T47D dengan
nilai IC50 di atas 20 µg/ml.
Sebelumnya
telah
dilakukan
penelitian mengenai uji sitotoksik dari
ekstrak etanol kulit buah asam kandis
dengan nilai IC50 19,33 µg/ml (Sutma,
2012).
Sehingga dari pernyataan tersebut
dapat disimpulkan bahwa nilai IC50 dari
ekstrak etanol kulit buah asam kandis lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai IC50 dari
hasil fraksinasi ekstrak etanol kulit buah
asam kandis dan bisa dikatakan bahwa hasil
fraksinasi dari ekstrak etanol kulit buah
asam kandis lebih besar khasiat nya sebagai
anti kanker dibandingkan dengan ekstrak
etanol kulit buah asam kandis tersebut.
Dari pemeriksaan metabolit yang
telah dilakukan diketahui bahwa kulit buah
asam kandis mengandung senyawa fenolik.
Senyawa fenolik dikenal dengan
aktivitasnya
sebagai
antioksidan.
Kemungkinan, efek sitotoksik dari kulit
buah asam kandis ini, salah satunya
berkaitan dengan kandungan fenoliknya.
Fenolik berperan sebagai antioksidan karena
dapat menangkap radikal bebas dengan
melepaskan atom hidrogen dari gugus
hidroksilnya. Pemberian atom hidrogen ini
akan menyebabkan radikal bebas menjadi
stabil dan berhenti melakukan gerakan
ekstrim, sehingga tak merusak lipida,
protein, dan DNA (materi genetik) yang
menjadi target kerusakan seluler. Dengan
mekanisme seperti itu, radikal bebas dapat
dihancurkan atau distabilkan yang pada
akhirnya dapat menekan terjadinya kanker
(Shahidi, et al., 1995).
Nilai IC50 didapatkan dari grafik
antara log konsentrasi larutan uji vs %
viabilitas sel dengan persamaan regresi linier
dengan syarat r lebih besar dari r tabel,
kemudian masukan y = 50 pada persamaan
regresi linier dan cari x nya kemudian
dihitung, antilog dari konsentrasi tersebut
sehingga diperoleh IC50.
Menurut The American National Cancer
Institute, suatu ekstrak dikatakan memiliki
aktivitas sitotoksik apabila nilai IC50 < 20
µg/ml (Lee & Houghton, 2005). Perlakuan
dengan fraksi heksan dan etil asetat juga
memberikan pengaruh terhadap marfologi
sel. Sel yang hidup tampak masih banyak
dan berbentuk seperti daun (Gambar 4 A),
sedangkan sel yang sudah mengalami
kematian tampak berbentuk bulat dan
mengapung (Gambar 4 B,C). Sementara
farksi air (D) masih menyerupai control,
baik dari segi bentuk sel dan jumlahnya. Hal
ini menunjukkan bahwa pemberian fraksi
heksan dan etil asetat dapat menginduksi
terjadinya kematian sel pada sel kanker
payudara T47D, sementara fraksi air tidak
menunjukan
aktifitas
sitotoksik.
Gambar 4. Foto sel kanker payudara T47D
di sumuran plate sebagai control
(A) dan diberi perlakuan dengan
fraksi heksan (B), fraksi etil
asetat (C) dan fraksi air (D),
masing-masing
pada
konsentrasi10
ug/mL
(perbesaran 10x).
b) Pengolahan data menggunakan
ANOVA satu arah
Dari
hasil
pengolahan
data
menggunakan uji Analisa Varian (Anova)
satu arah yang membandingkan antara
persentase viabilitas sel kanker payudara
83
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
nyata antar kelompok konsentrasi sediaan uji
terhadap persentase viabilitas sel kanker
payudara T47D.
Hasil pengolahan data lanjutan yang
menggunakan uji wilayah berganda duncan
menunjukkan dua subset yang berbeda
antara fraksi heksan kulit buah asam kandis
pada kelompok yang memiliki konsentrasi
100 dan 10 µg/ml dengan kelompok yang
memiliki konsentrasi 1 dan 0,1 µg/ml, dan
demikian pula pada fraksi etil asetat kulit
buah asam kandis menunjukkan dua subset
yang berbeda antara kelompok yang
memiliki konsentrasi 100 dan 10 µg/ml
dengan
kelompok
yang
memiliki
konsentrasi 1 dan 0,1 µg/ml, nilai persentase
viabilitas dari tiap subset menunjukkan
adanya penurunan, dimulai dari konsentrasi
0,1 µg/ml sampai ke konsentrasi 100 µg/ml.
Sedangkan pada fraksi air kulit buah asam
kandis tidak memiliki perbedaan dan hanya
menunjukkan satu subset saja pada
kelompok yang memiliki konsentrasi
100,10,1 dan 0,1 µg/ml.
T47D dengan konsentrasi sediaan uji fraksi
heksan kulit buah asam kandis didapatkan
nilai yang signifikan (p = 0,002) < 0,05
dengan nilai F hitungnya 12,519, dan fraksi
etil asetat kulit buah asam kandis didapatkan
nilai yang signifikan juga yaitu (p = 0,001) <
0,05 dengan nilai F hitungnya 15,290, hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang
bermakna dari
masing-masing
konsentrasi sediaan uji dan menunjukkan
bahwa pemaparan fraksi heksan dan fraksi
etil asetat kulit buah asam kandis
memberikan pengaruh yang berbeda nyata
antar kelompok konsentrasi sediaan uji
terhadap persentase viabilitas sel kanker
payudara T47D. Sedangkan hasil yang
didapat dari fraksi air kulit buah asam kandis
ternyata tidak signifikan yaitu (p = 0,169) >
0,05 dengan nilai F hitungnya 2,176, hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang tidak bermakna dari masing-masing
konsentrasi sediaan uji dan menunjukkan
bahwa pemaparan fraksi air kulit buah asam
kandis tidak memberikan pengaruh yang
KESIMPULAN
lanjut dengan melakukan isolasi murni
terhadap fraksi heksan dan fraksi etil asetat
kulit buah asam kandis (Garcinia cowa
Roxb.) untuk menyelidiki senyawa aktif
antikanker pada fraksi tersebut yang bersifat
sitotoksik.
Berdasarkan data hasil penelitian
yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan bahwa fraksi heksan dan fraksi
etil asetat kulit buah asam kandis berpotensi
untuk dikembangkan sebagai sumber baru
dalam mengembangkan obat kanker.
Namun, masih diperlukan penelitian lebih
DAFTAR PUSTAKA
Abcam. (2007). T47D (Human ductal breast
epithelial tumor cell line) Whole
Cell Lysate (ab 14899) data sheet.
http://www.abcam.com/index.html
data sheet = 14899, diakses
November 2012
Abcams,
G.D.
(1994).
Gangguan
pertumbuhan,
proliferasi
dan
differensiasi sel. In S.A. Price, L.M.
Wilson (Eds). Patofisiologi, konsep
klinis proses-proses penyakit. (Edisi
4). Buku I. Penerjemah: P.
Anugerah. Jakarta: EGC.
American Cancer Society. Breast Cancer
Facts & Figures. (2009-2010).
Atlanta: American Cancer Society,
Inc.; 2009
American Cancer Society. Cancer Facts &
Figures . (2010). Atlanta: American
Cancer Society; 2010.
Burdall, E.S., Hanby M.A., Landsdown,
R.J.M., dan Speirs, V. (2003),
Bereast Cancer Cell Line, Breast
Cancer Res., 5(2): 89-95.
Burkill, I. (1966). A Dictionary of the
Economic Products of the Malay
84
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Freshney, R.I., (2004), Animal Cell Culture,
A Practical Approach, 4th Ed. IRL
Press: Washington DC.
Guyton, A. C. (1997). Buku ajar fisiologi
kedokteran. Setiawan, I. (Ed IX).
Jakarta : EGC.
Guyton, A. C. & Hall, J. E. (2006). Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi X).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Hanahan,D., R. A. Weinberg,. (2000) “The
Halfmark of Cancer”, Cell, 100:5770.
Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna
Indonesia. Jilid III. Jakarta: Yayasan
SaranaWana Jaya.
Hirshaut
&
Pressman,
(1992).
http://id.wikipedia.org. Diakses pada
tanggal 1 Oktober 2010.
Jabit, Md. Lip, Wahyuni, F.S, Rozida, K.,
Ahmad, I.D., Khozirah, S., Lajis
Nordin H, & Johnson, S. (2009).
Cytotoxic and nitric oxide inhibitory
activities of methanol extracts of
Garcinia species. Pharmaceutical
Biology. 47(11): 1019–1026.
Jena, B. S., Jayaprakasha, G. K., and
Sakariah, K. K. (2002). Organic
acids from leaves, fruits, and rinds of
Garcinia
cowa.
Journal
of
Agricultural and food chemistry 50
(12): 3431-3434.
Jochems, Carlo. (2009). Fetal Bovine
Serum: Are Cell Cultures Cruelty
Free. Diakses dari: http://www.allcreatures.org/clct/ar-fetal.html.
Diakses tanggal: 29 Mei 2012.
Jong, Wim de. (2004). Kanker, apakah itu?
pengobatan, harapan hidup dan
dukungan keluarga. Terjemahan:
Astoeti Suharto Heerdjan, Arcan:
Jakarta. Hal 2-16.
Kasugai S, Hasegawa N and Ogura
H.(1991). Application of the MTT
colorimetric assay to measure
cytotxic effect of phenolic compound
on established rat pulp cells. J. Dent
Res. 70: 127-130.
Kenji, M., Yukihiro, A., Emi, K., Tetsuro, I.,
Kenji, O., Toshiyuki, T., Munekazu,
Peninsula., 2nd ed. Ministry of
Agriculture and Co-Operatives,
Kuala Lumpur, Malaysia.
Campbell, A. N, J. B. Reece, L.G. Mitchell.
(2002). Biology. Erlangga. Jakarta
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG, and
Taylor MR. (2008). Biology. 4th Ed. ,
Addison Wesley World Student
Series, San Fransisco.
CCRC. (2009). Prosedur Tetap Uji
Sitotoksik
Metoda
MTT.
Yogyakarta:.
Fakultas
Farmasi,
UGM.
Clarke RB, Howell A, Anderson E. (1997).
Breast Cancer Res. Treat., 45: 121133.
Corner, J. (2001). What is the cancer. In. J.
Corner C. Bailey Cancer nursing
care in context. Oxford : Blackwell
Publishing.
Darwito, Suwito. (2009). Omega-3 dan
Kanker
Payudara.
http://darwitosuwitosaridinsangpemb
aharu.blogspot.com/2009/03/pengerti
an-kanker-payudara-kanker.
html.
(diakses tanggal 27 November 2012).
Departemen Kesehatan, (2009). Profil
Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
Djajanegara, I. & Wahyudi, P. (2010). Uji
Sitotoksisitas Ekstrak etanol Herba
ceplukan (Physalis angulata Linn.)
terhadap Sel T47D secara In Vitro. J.
Ilmu Kefarmasian Ind. 8, (1), 41-47.
Dipiro Joseph., Talbert, Robert L., Yee,
Gary C (2008). Pharmacotherapy: A
Pathophysiology Approach (7th
Edition). New York: The Mc GrawHill Companies Inc.
Dipiro Joseph T., Barbara G.Wells, Terry
L. Schwinghammer and Cecily V.
(2009). Pharmacotherapy Handbook,
2009, 7th Edition. New York: The
Mc Graw-Hill Companies Inc.
Doyle, A., dan Griffiths, J. B. (2000). Cell
and Tissue Culture for Medical
Research. John Willey and Sons Ltd.
: New York.
85
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
I., & Yoshinori, N. (2003). Cytotoxic
benzophenone derivatives
from
Garcinia species display a strong
apoptosis-inducing effect against
human leukemia cell lines. Biol
Pharm Bull. 26: 569–571.
Kuswibawati, Luciana. (2000). Apa Itu
Kanker.
Yogyakarta:
Penerbit
Universitas Sanata Dharma.
Knight, L. (2007). The Cell. In J.A. Gabriel
(Ed). The biology of cancer (pp.3343). Chichester : John Wiley & Sons
Ltd.
Lee, C.C & Houghton, P. (2005).
Cytotoxicity of plants from Malaysia
and Thailand used traditionally to
treat cancer. J Ethnopharmacol,
2005; 100: 237-243.
Lisdawati, Vivi, dkk. (2007). “Isolasi dan
Elusidasi Struktur Senyawa Lignan
dan Asam Lemak dari Ekstrak
Daging Buah Phaleria Macrocarp”.
Bul. Penel. Kesehatan 35, 3: 115 –
124.
Maryati & Sutrisna, EM. (2007). Potensi
Sitotoksik
Tanaman
ceplukan
(Physalis angulata L) terhadap Sel
HeLa. Pharmacon. Vol. 8, No.1, Juni
2007.
Melannisa, R. (2004). Pengaruh PGV-1 pada
Sel Kanker Payudara T47D yang
diinduksi 17β-Estradiol: Kajian
Antiproliferasi, Pemacuan Apoptosis
dan
Antiangiogenesis,
(Tesis).
Program Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Moeljopawiro, S., M.R. Anggela, D.
Ayuningtyas, B. Widaryanti, Y.Sari,
dan I.M.Budi. (2007). “Pengaruh
Sari Buah Merah (Pandanus
conoideus
Lamk.)
Terhadap
Pertumbuhan Sel Kanker Payudara
dan Sel Kanker Usus Besar”. Berkala
Ilmiah Biologi 6, 2 : 121 – 130.
Mosmann, T. (1983). Rapid colorimetric
assay for cellular growth and
survival: application to proliferation
and cytotoxicity assays. Journal of
Immunological Method, 16;65(1-2),
55-63.
Murray, R. K.(1999). Kanker, gen kanker
dan faktor pertumbuhan. In R. K.
Murray et al.(Eds.) Biokimia Harper,
Ed 24. Jakarta : EGC
Nafrialdi, & Gan, S,. (1995) Antikanker dan
imunosupresan. In Ganiswara, S. G.
et al, (Eds.) Farmakologi dan terapi,
Ed. 4, Jakarta : UIP.
Na Pattalung, P., Thongtheeraparp, W.,
Wiriyachitra , P. & Taylor, W.C.
(1994). Xanthones of Garcinia cowa.
Planta Med. 60: 365-368.
Panthong,
K.,
Pongcharoen,
W.,
Phongpaichit, S., & Taylor, W.C.
(2006). Tetraoxygenated xanthones
from the fruits of Garcinia cowa.
Phytochemistry. 67 (2006) 999–1004
Peres, V., Nagem, T.J., & Fernando, O.
(2000). Tetraoxygenated naturally
occurring
xanthones.
Phytochemistry. 55: 683–710.
Poomipamorn, S. & Kumomg, A. (1997).
Edible Multiporpuse ree Species
Faung Fa. Bangkok: Printing (in
Tai).
Pollard, Thomas D., William C. Earnshaw.
(2004). Cell Biology. Philadelphia
Saunders.
Rao, R. R. (1981). Ethnobotany of
Meghalaya: Medicinal Plants Used
by Khasi and Garo Tribes. Economic
Botany 35(1):4-9.
Rukachaisirikul,
V.,
Trisuwan,
K.,
Sukpondma, Y., & Phongpaichit, S.
(2008). A new benzoquinone
derivative from the leaves of
Garcinia parvifolia. Arch Pharm
Res. 31: 17–20.
Sadaquat, A., Renee, G., Subramaniam, S.,
Bleaulieu, C., & Spino, C. (2000).
Benzophenones
of
Garcinia
pseudoguttifera
(Clusiaceae).
Phytochemistry. 53: 281–284.
Shahidi, F. and M. Naczk. (1995). Food
Phenolics:
Sources,
Chemistry,
Effects, Applications. Ed. Technomic
Publishing Co. Inc.
Schafer, J.M., Lee, E.S., O’Regan, R.M.,
Yao, K., dan Jordan, V.C. (2000).
86
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Curcumin and Isoflavonoids. Envir.
Health Presp, 106 (12), 807-812.
Wahyuni, F.S., Byrne, L.T., Dachriyanus,
Dianita, R., Jubahar, J., Lajis, N.H.,
& Sargent, M.V., (2004). A New
Ring-Reduced
Tetraprenyltoluquinone
and
a
prenylated xanthone from Garcinia
cowa. Aust. J. Chem. 57: 223-226.
Whitmore, T.C. (1973). Guttiferae. In
T.C.Whitmore (ed.) Tree Flora of
Malaya 2: 162-236. Kuala Lumpur,
Longman Malaysia.
Yarbro, C., Frogge, M. and Goodman, M.
(2005). Cancer nursing: principles
and practice, 6th ed., Boston, MA:
Jones and Bartlett Publishers.
Zampieri, L., Bianchi, P., Ruff, P., dan
Arbuthnot, P. (2002). Differential
modulation by estradiol of Pglycoprotein drug resistance protein
expression in cultured MCF7 and
T47D breast cancer cells, Anticancer
Res., 22(4):2253-9
Rapid Development of Tamoxifenstimulated Mutant p53 Breast
Tumors (T47D) in Athymic Mice,
Clinical Cancer Research, 6, 43734380.
Sutma, S. (2012). Uji Efek Sitotoksik Ekstrak
Etanol Kulit Buah Asam Kandis
(Garcinia cowa Roxb.) Terhadap Sel
Kanker Payudara T47D Dengan
Metoda MTT. (Skripsi). Padang:
F.Farmasi, UNAND.
Tjay, T.H., Rahardja, K. (2002). Obat-obat
Penting : Khasiat, Penggunaan, dan.
Efek-Efek Sampingnya. Edisi VI.
Jakarta: Penerbit PT. Elex Media
Komputindo.
Van De Graaff, K.M., S. I. (1995). Concepts
human of anatomy and physiology.
Fourth Edition. Dubuque, Bogota,
Boston, London: Wm. C. Brown
Publishers.
Verma, S.P., Goldin, B.R., and Lin, P.S..
(1998). The Inhibition of the
Estrogenic Effects of Pesticides dan
Enviromental
Chemicals
by
87
Download