ISSN 2805 - 2754 GAMBARAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN BRONKITIS PADA An. A DI RUANG HAMKA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU Oleh: T.Anggraeni1), SS.Heni Sunaryanti 2) 1), 2) Dosen Akademi Keperawatan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta INTISARI Bronchitis adalah infeksi virus akut dengan efek maksimum pada tingkat bronkiolar; biasanya menyerang anak 2-12 bulan jarang setelah usia 2 tahun. Asuhan keperawatan pada An. A, 3 bulan dilakukan di ruang Hamka Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu pada tanggal 22 Nopember 2011 sampai dengan tanggal 26 Nopember 2011. Diagnosa medis bronchitis. Masalah keperawatan yang muncul ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan meningkatnya produksi lendir/ sekret, risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat, gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hospitalisasi. Kesimpulan semua masalah keperawatan yang ditegakkan teratasi sebagian karena asuhan keperawatan yang penulis lakukan sesuai dengan batas minimal waktu yang ditentukan, tidak sampai dengan paripurna (pulang). Batas waktu minimal penulis pakai karena penulis masih menyelesaikan beberapa target kompetensi yang lain. Kata kunci: bronchitis, virus, anak A. Pendahuluan Bronchitis adalah infeksi virus akut dengan efek maksimum pada tingkat bronkiolar; biasanya menyerang anak 212 bulan jarang setelah usia 2 tahun. (Wong, 2004: 460). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Galih Akbar Pinandhito di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Jogjakarta dengan metode penelitian: Penelitian ini tergolong deskriptif analitik yang dilakukan secara retrospektif. Subyek penelitian berjumlah 56 yang terdiri dari 28 bayi prematur dan 28 bayi matur yang terkena ISPA. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil data rekam medik rumah sakit tahun 2005. Pengolahan data dengan uji Chi-Square. Hasil dan kesimpulan kejadian ISPA pada bayi matur yaitu rhinitis (37,2 %), common cold (14,2 %), pneumonia (21,5 %), bronchitis (17,9 %), Bronchopneumonia (14,2 %), faringitis (0 %) dan kejadian ISPA pada bayi prematur yaitu rhinitis (21,4 %), common 22 cold (14,2 %), pneumonia (28,8 %), bronchitis (14,2 %), Bronchopneumonia (14,2 %), faringitis (7,2 %). (Pinandhito, 2010) Bronchitis merupakan bagian dari ISPA. Bronchitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi bronchitis kronik, sedangkan bronchitis kronik memungkinkan anak mudah mendapat infeksi. Gangguan pernapasan secara langsung sebagai akibat bronchitis kronik ialah bila lendir tetap tinggal didalam paru akan menyebabkan terjadinya ateletaksis atau bronkiektasis; kelainan ini menambah penderitaan pasien lebih lama. (Ngastiyah, 2005: 56). Dari data diatas bronchitis merupakan masalah yang masih sering dijumpai pada anak-anak di Indonesia, dan apabila tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan ateletaksis B. Penyebab Bronkitis disebabkan akut biasanya sering oleh virus seperti JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:22-30 Rhinovirus, Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang menderita morbilli, pertusis dan infeksi mycoplasma pneumoniae Penyebab lain dari bronkitis akut dapat juga oleh bakteri (staphylokokus, streptokokus, pneumokokus, hemophylus influenzae). Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur. Penyebab non infeksi adalah akibat aspirassi terhadap bahan fisik atau kimia. Faktor predisposisi terjadinya bronkitis akut adalah perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik memudahkan terjadinya bronchitis. C. Metoda Penelitian Penelitian dilaksanakan selama tiga hari, mulai tanggal 22 Nopember 2011 sampai dengan tanggal 26 Nopember 2011 di ruang Hamka Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu. Penelitian dilakukan dengan observasi secara mendalam (in depth observation) pada An. A, umur 3 bulan, dirawat dengan diagnosa medis bronkhitis. D. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian Pengkajian dilakukan pada hari Selasa tanggal 22 Nopember 2011 jam 09.00 WIB. Data didapatkan melalui wawancara dengan keluarga pasien dan didapatkan dari rekam medik. Identitas pasien nama pasien An. A, umur pasien 3 bulan, tanggal masuk 19 Nopember 2011, diagnosa masuk bronkitis. Riwayat kesehatan keluhan utama ibu pasien mengatakan batuk kekel disertai dahak. Riwayat penyakit sekarang ibu pasien mengatakan anaknya batuk kekel sejak 3 hari yang lalu (16 Nopember 2011), napasnya cepat dan dangkal, badannya panas. Kemudian oleh ibu dibawa ke RSU PKU Delanggu. Di IGD mendapat infuse RL 16 tpm. Kemudian dipindah ke ruang Hamka. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 20 Nopember 2011 WBC 37.5 k/uL, Lym 17.7 K/uL, Mid 2.7 K/uL, Gra 17.1 K/uL RLT 747 K/uL, MPV 6.2 fL. Hasil rongen tanggal 20 November 2011 infieltrat di pulmo dan peribronchial dextra, besar pulmo dalam batas normal. Pola fungsi nutrisi ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya minum Air Susu Ibu (ASI) kuat, belum makan makanan tambahan, kadang disilingi susu formula, anak biasa minum sambil duduk. Setelah sakit ibu pasien mengatakan kalau anaknya minum ASI sedikit. Pola istirahat dan tidur ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien istirahat kurang lebih 9 jam pada malam hari, ±2 jam siang hari, posisi tidur tengkurap, miring kanan, miring kiri, telentang, tenang dan tidak banyak gerak. Selama sakit ibu pasien mengatakan pasien istirahat ±7 jam pada malam hari, ±1 jam siang hari, posisi tidur tengkurap, miring kanan, miring kiri, telentang, tidurnya gelisah, sedikit-sedikit bangun dan rewel. Hasil pemeriksaan fisik berat badan 5,6 kg, tinggi badan 55 cm, suhu 36,6 0C, respiratory rate 48 x/menit, nadi 100 x/menit. Hidung terpasang canul oksigen 1 liter per menit. Pemeriksaan paru inspeksi dada simetris kanan dan kiri, tampak retraksi dada; palpasi taktil fremitus teraba; perkusi dulness; auskultasi terdapat bunyi tambahan ronchi. Program terapi Infus RL + Aminopilin 3cc 16 tpm mikro, injeksi indexon 3x 250mg, injeksi picin 3x100mg, peroral 3x ½ sendok makan (7,5mg), puyer batuk 3x1, nebulizer (ventolin 2,5mg: pulmicort 0.5mg: bisolvon 4 tetes: NaCl 1cc) 3x1. Masalah keperawatan yang muncul adalah ketidakefetifan bersihan jalan napas berhubungan dengan meningkatnya produksi lender/ sekret, risiko nutrisi kurang dari kebutuhan Gambaran Pelaksanaan ..................................................... 23 berhubungan dengan intake tidak adekuat, Rencana tindakan, implementasi dan evaluasi yang penulis susun sesuai dengan masalah tersebut diatas adalah : 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya produksi lendir/ sekret Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam bersihan jalan napas efektif. Dengan kriteria hasil tidak ada retraksi dada, sekret mampu dikeluarkan, auskultasi paru-paru tidak ada bunyi tambahan. Rencana tindakan disusun pada tanggal 22 Nopember 2011. Untuk mengatasi ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya produksi lendir/ secret, auskultasi bunyi paru, kaji/ pantau frekuensi pernapasan, kaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur, observasi karakteristik batuk, kolaborasi pemberian humidifikasi tambahan misalnya nebulizer. Tindakan keperawatan yang penulis lakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain: Menanyakan keadaan umum, mengauskultasi bunyi paru, mengkaji frekuensi napas, mengobservasi karakteristik batuk, memberikan posisi nyaman, dan memberikan nebulasi Evaluasi untuk masalah pertama evaluasi dilaksanakan tanggal 26 Nopember 2011, Subjektif (S): ibu pasien mengatakan pasien masih batuk, Objektif (O): ronchi masih terdengar, batuk masih, oksigen kanul sudah dilepas, Assasment (A): masalah teratasi sebagian, Planning (P): intervensi dilanjutkan. 2. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat. 24 Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam risiko kurang dari kebutuhan tidak terjadi. Dengan kriteria hasil pasien mampu menetek kuat. Rencana tindakan yang penulis susun untuk mengatasi masalah risiko nutrisi kurang dari kebutuhan adalah jelaskan pada orang tua pentingnya nutrisi yang adekuat, berikan suasana makan yang relaks, pertahankan kebersihan mulut yang baik, timbang berat badan setiap hari, dan berikan makanan (ASI) sedikit dan sering. Tindakan yang penulis lakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah menjelaskan pentingnya nutrisi, memotivasi ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin, memberikan suasana yang nyaman saat pasien menetek, dan membersihkan mulut pasien dengan kassa. Evaluasi untuk masalah keperawatan kedua dilakukan pada tanggal 24 Nopember 2011 S: ibu pasien mengatakan anak sudah kuat minum ASI, O: pasien tampak kuat menetek, A: masalah teratasi sebagian, P: intervensi dilanjutkan. 3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hospitalisasi. Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam kebutuhan istirahat tidur pasien normal dengan kriteria hasil anak tidur nyenyak, lama tidur pada malam hari 10 jam dan 5 jam pada siang hari. Rencana tindakan yang penulis susun dalam mengatasi masalah tersebut adalah kaji waktu tidur rutin pasien bersama keluarga, jelaskan pada keluarga penyebab gangguan tidur, dan ciptakan lingkungan yang nyaman/ batasi pengunjung. Tindakan yang penulis lakukan untuk mengatasi masalah gangguan JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:22-30 istirahat tidur adalah mengkaji waktu tidur pasien, menjelaskan penyebab gangguan tidur, menciptakan lingkungan yang nyaman, dan membatasi pengunjung. Evaluasi untuk masalah ketiga dilakukan pada tanggal 25 Nopember 2011, S: ibu pasien mengatakan dapat tidur nyenyak dan tidak rewel, O: pasien tampak tidur nyenyak, A: masalah teratasi sebagian, P: intervensi dilanjutkan. Untuk terapi disesuaikan dengan penyebab, karena bronkitis biasanya disebabkan oleh virus maka belum ada obat kausal. Obat yang diberikan biasanya untuk mengatasi gejala simptomatis (antipiretika, ekspektoran, antitusif, roburantia). Bila ada unsur alergi maka bisa diberikan antihistamin. Bila terdapat bronkospasme berikan bronkodilator. Penatalaksanaannya adalah istirahat yang cukup, kurangi rokok (bila merokok), minum lebih banyak daripada biasanya, dan tingkatkan intake nutrisi yang adekuat. Bila pengobatan sudah dilakukan selama 2 minggu tetapi tidak ada perbaikan maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotik boleh diberikan. Pemberian antibiotik adalah 7-10 hari, jika tidak ada perbaikan maka perlu dilakukan thorak foto untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda asing dalam saluran pernafasan dan tuberkulosis. 2. Pembahasan Pengkajian keperawatan merupakan salah satu dari komponen dari proses keperawatan yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari klien meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan. (Muttaqin, 2010:2). Pengumpulan data pada tahap pengkajian dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode, yaitu komunikasi, observasi, pemeriksaan fisik.(Nursalam, 2008: 34-41) Pengkajian dilakukan penulis pada tanggal 22 Nopember 2011 jam 09.00. Sumber data didapat melalui keluarga pasien dan status pasien. Dalam pendokumentasian pengkajian asuhan keperawatan pada An. A penulis menyadari terdapat data yang belum terdokumentasi yaitu pengkajian status nutrisi ABCD. Selain itu penulis juga menemukan data laboratorium WBC 37.5 K/uL (4.00-12.00 K/uL) karena penulis kurang teliti sehingga penulis tidak menegakkan masalah risiko infeksi. Penulis menyadari kekeliruan tersebut. Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya produksi lendir/ sekret. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif. (Carpenito, 2007: 381) Ketidakefektifan bersihan saluran napas adalah kegagalan dalam membersihkan cairan sekret dan sumbatan dari saluran napas untuk menjaga kebersihan jalan napas. (Smith, 2010:20) Batasan karakteristik batuk tak efektif atau tidak ada batuk, ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi jalan napas, bunyi napas abnormal, frekuensi, irama, kedalaman pernapasan abnormal. (Carpenito, 2007:381) Diagnosa ini penulis tetapkan sebagai prioritas pertama untuk diselesaikan karena menurut teori hierarki kebutuhan manusia yang dikemukakan Abraham Maslow. Gambaran Pelaksanaan ..................................................... 25 Hierarki kebutuhan dasar manusia termasuk lima tingkat prioritas. Dasar paling bawah atau tingkat pertama, termasuk kebutuhan fisiologis, seperti udara, air, dan makanan. (Potter, 2009:80) Data yang ditemukan pada An. A adalah pasien batuk hal ini terjadi karena akibat adanya peradangan pada bronkiolus, auskultasi paru ronchi hal ini terjadi karena penyempitan saluran nafas akibat adanya sekret. Tujuan yang penulis tetapkan untuk mengatasi masalah tersebut supaya jalan napas efektif dengan kriteria tidak ada retraksi dada, sekret mampu dikeluarkan, auskultasi paru-paru tidak ada bunyi tambahan karena hal tersebut meSmithkan bersihan jalan napas efektif dan kami tetapkan dalam waktu 3 x 24 jam. Rencana tindakan yang kami susun adalah: a. Auskultasi bunyi napas, rasionalnya beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat atau tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius. b. Kaji/ pantau frekuensi pernapasan rasionalnya pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi. c. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur rasionalnya peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan. d. Observasi karakteristik batuk rasionalnya batuk dapat menetap tetapi tidak efektif. Pastikan masukan cairan yang adekuat untuk mengencerkan sekresi. e. Kolaborasi pemberian humidifikasi tambahan misalnya 26 nebulizer rasionalnya kelembaban menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran dan dapat membantu menurunkan atau mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronkus. (Doenges, 2008: 49-54) Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana antara lain mengauskultasi bunyi paru, mengkaji frekuensi napas, mengobservasi karakteristik batuk, memberikan posisi nyaman, memberikan nebulasi. Tindakan yang dilakukan tapi tidak terdapat pada perencanaan yaitu menanyakan keadaan umum pasien. Evaluasi dilaksanakan tanggal 26 Nopember 2011, S: ibu pasien mengatakan pasien masih batuk, O: ronchi masih terdengar, batuk masih, oksigen kanul sudah dilepas, A: masalah teratasi sebagian, P: intervensi dilanjutkan. 2. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. (Smith, 2011:86) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dari tubuh adalah suatu keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau berisiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik. (Carpenito, 2007: 299) Batasan karakteristik asupan makanan tidak adekuat kurang dari yang dianjurkan dengan atau tanpa penurunan berat badan, berat JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:22-30 badan 10% sampai 20% atau lebih dibawah berat badan ideal, penurunan albumin serum. (Carpenito, 2007: 300) Diagnosa ini penulis tetapkan sebagai prioritas kedua untuk diselesaikan karena menurut teori hierarki kebutuhan manusia yang dikemukakan Abraham Maslow. Hierarki kebutuhan dasar manusia termasuk lima tingkat prioritas. Dasar paling bawah atau tingkat pertama, termasuk kebutuhan fisiologis, seperti udara, air, dan makanan. (Potter, 2009:80) setelah masalah oksigenasi masalah selanjutnya diatasi adalah masalah nutrisi. Data yang ditemukan pada An. A adalah pasien minum ASI tidak kuat (sedikit) karena keletihan. Tujuan yang penulis tetapkan untuk mengatasi masalah tersebut supaya risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tidak terjadi dengan kriteria pasien mampu menetek kuat hal tersebut meSmithkan intake pasien terpenuhi dan kami tetapkan dalam waktu 3 x 24 jam. Rencana tindakan yang kami susun adalah: a. Jelaskan pada orang tua pentingnya nutrisi yang adekuat untuk mengetahui asupan setiap kali makan (minum ASI) b. Berikan suasana makan yang relaks bertujuan untuk meningkatkan nafsu makan pasien. c. Pertahankan kebersihan mulut yang baik untuk mengurangi bau atau menghilangkan bau yang menyebabkan ingin muntah. d. Timbang berat badan setiap hari untuk mengetahui perkembangan berat badan. (Carpenito, 2007: 303) e. Berikan makanan (ASI) sedikit dan sering untuk mencegah kelelahan dan muntah. (Suriadi, 2006: 39) Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana antara lain menjelaskan pentingnya nutrisi, memotivasi ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin, memberikan suasana yang nyaman saat pasien menetek, membersihkan mulut pasien dengan kassa. Tindakan yang ada dalam rencana keperawatan namun tidak dilaksanakan adalah menimbang berat badan setiap hari karena keterbatasan waktu shift. Evaluasi dilakukan pada 24 Nopember 2011 S: ibu pasien mengatakan anak sudah kuat minum ASI, O: pasien tampak kuat menetek, A: masalah teratasi sebagian, P: intervensi dilanjutkan. 3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hospitalisasi. Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diingininya. (Carpenito, 2007: 456). Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal. Batasan karakteristik perubahan pola tidur normal, kurang puas tidur, sering terjaga. (Smith, 2011: 134) Masalah ini ditegakkan sebagai masalah ketiga karena dalah hierarki Maslow tingkatan dasar adalah kebutuhan fisiologi yang mencakup oksigenasi, cairan, nutrisi dan kebutuhan tidur. Data yang ditemukan pada An. A adalah ibu pasien mengatakan selama sakit anak tidur ±7jam pada malam hari, ±1jam siang hari, sedikit-sedikit bangun, anak tampak rewel, gelisah karena batuk dan lingkungan baru. Gambaran Pelaksanaan ..................................................... 27 Tujuan yang penulis tetapkan untuk mengatasi masalah tersebut supaya kebutuhan istirahat tidur pasien normal dengan kriteria anak tidur nyenyak, lama tidur pada malam hari 10 jam dan 5 jam pada siang hari dan kami tetapkan dalam waktu 3x24 jam. Rencana tindakan yang kami susun yaitu: a. Kaji waktu tidur rutin pasien bersama keluarga untuk mengetahui kebiasaan tidur pasien b. Jelaskan pada keluarga penyebab gangguan tidur untuk menghindari penyebabnya. c. Ciptakan lingkungan yang nyaman/ kurangi kebisingan untuk menciptakan suasana rileks.(Carpenito, 2007: 459) d. Berikan lampu malam untuk digunakan agar mampu mengontrol kegelapan. Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan adalah mengkaji waktu tidur pasien, menjelaskan penyebab gangguan tidur, menciptakan lingkungan yang nyaman. Rencana tindakan yang tidak dilakukan adalah memberikan lampu malam. Tindakan yang dilakukan tapi tidak ada dalam perencanaan adalah membatasi pengunjung karena dapat mengurangi kebisingan. Evaluasi dilakukan tanggal 25 Nopember 2011, S: ibu pasien mengatakan dapat tidur nyenyak dan tidak rewel, O: pasien tampak tidur nyenyak, A: masalah teratasi sebagian, P: intervensi dilanjutkan. Dalam penyusunan asuhan keperawatan penulis mengakui adanya diagnosa yang tidak penulis tegakkan karena kelalaian penulis yaitu risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama 28 yang ditandai dengan WBC 37.5 K/uL. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis melakukan injeksi picin 100mg dan indexon 250mg. Inilah asuhan keperawatan yang penulis lakukan pada An. A dengan bronchitis. Adapun dalam penulisan asuhan keperawatan penulis mempunyai kelemahan dan kekuatan. Kekuatannya adalah keluarga pasien kooperatif dan menataati himbauan perawat. Adapun kelemahannya adalah penulis tidak dapat memantau keadaan pasien selama 24 jam, pasien tidak dapat melakukan batuk efektif, pasien rewel. Kelemahan tersebut dapat teratasi dengan melibatkan orangtua. E. Simpulan dan Saran 1. Simpulan Setelah penulis menjabarkan berbagai hal yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada An. A dengan bronchitis mulai tanggal 22 Nopember 2011 sampai dengan tanggal 26 Nopember 2011 di bangsal Hamka Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu maka penulis menyimpulkan: a. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 22 Nopember 2011 dari pengkajian tersebut didapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan anak batuk kekel disertai dahak, anak minum ASI tidak kuat (sedikit), anak tidur ±7jam pada malam hari, ±1 jam disiang hari, posisi tidur tengkurap, miring kanan, miring kiri, telentang, tidurnya gelisah, sedikit-sedikit bangun dan rewel; data objektif pasien tampak batuk, terdengar ronchi pada auskultasi paru, terdapat retraksi dada, pemeriksaan rongen terdapat infieltrat di pulmo dan peribronchial dextra, anak tampak menetek lemah, JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:22-30 b. c. d. e. anak tampak rewel, respiratory rate 48x/menit, terpasang oksigen 1 liter nasal canul. Diagnosa yang penulis tegakkan adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya produksi lendir/ sekret, risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat, gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hospitalisasi. Rencana tindakan penulis susun sesuai dengan masalah yang muncul. Tindakan keperawatan penulis lakukan sesuai dengan tindakan yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan dilakukan secara komprehensif, bersama dengan perawat jaga di ruang Hamka RSU PKU Delanggu. Evaluasi dilakukan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan dalam tujuan keperawatan dari masingmasing diagnose yang ditentukan. Dalam pendokumentasian ada beberapa yang tidak terdokumentasi yakni pengkajian ABCD pada status nutrisi pasien. 2. Saran a. Bagi pasien dan keluarga Keluarga diharapkan segera membawa pasien ke pelayanan kesehatan jika tanda dan gejala bronchitis terdapat pada anak. b. Bagi instansi rumah sakit Agar dapat digunakan sebagai masukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan Bronkitis, serta dapat meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan kesehatan pada pasien. c. Bagi instansi pendidikan Sebagai pengembangan ilmu keperawatan terutama kajian pada anak dengan bronchitis dengan mengabungkan antara praktik klinik dengan teori. d. Bagi penulis Sebagai studi dokumentasi asuhan keperawatan serta latihan untuk menulis karya ilmiah. e. Bagi pembaca Sebagai bahan pembelajaran bagi pembaca tentang bronchitis. Daftar Pustaka Carpenito, L. J. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC: Jakarta Craft-Rosernberg, martha & Kelly Smith. 2011. Nanda Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Edisi ke-1. EGC: Jakarta Doenges, Moorhouse, Mur. 2008. Nursing Diagnosis Manual Planning Individualizing and Documenting Client Care. Edisi ke-3. Philadelphia, Davis Company. L. Betz, Cecily & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri (terjemahan). Edisi ke-3. EGC, Jakarta. Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik. Salemba Medika: Jakarta Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. EGC: Jakarta Nursalam. 2008. Proses Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik. Salemba Medika: Jakarta Gambaran Pelaksanaan ..................................................... 29 30 Potter & Potter. 2009. Fundamental Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. EGC: Jakarta Suriadi & Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi ke3. CV.Sagung Seto, Jakarta. http://digilib.fk.umy.ac.id/ddl.php?mod=bro wse&op=read&id=yopumyfkpp-gdlgalihakbar-194 Diunduh tanggal 1 Mei 2012 Jam 12.40 WIB JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:22-30