PENDIDIKAN POLITIK DAN PEMAHAMAN TUGAS, FUNGSI, DAN WEWENANG DPR RI (Pengaruh Kualitas Materi Pembelajaran, Efektivitas Simulasi, dan Kualitas Komunikator dalam Pendidikan Politik Melalui Kegiatan Parlemen Remaja Terhadap Tingkat Pemahaman Tugas, Fungsi, dan Wewenang DPR RI di Kalangan Pelajar SMA/SMK/MA Se-Indonesia Periode Tahun 2014) Disusun Oleh: PRADANA DIEVA WIDODO MUKTIYO JURNAL Diajukan untukMemenuhi Tugas-tugas dan Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 PENDIDIKAN POLITIK DAN PEMAHAMAN TUGAS, FUNGSI, DAN WEWENANG DPR RI (Pengaruh Kualitas Materi pembelajaran, Efektivitas Simulasi, dan Kualitas Komunikator dalam Pendidikan Politik Melalui Kegiatan Parlemen Remaja Terhadap Tingkat Pemahaman Tugas, Fungsi, dan Wewenang DPR RI di Kalangan Pelajar SMA/SMK/MA Se-Indonesia Periode Tahun 2014) Pradana Dieva Widodo Muktiyo Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Political education has an important role in building awareness and critical thinking of teenagers about politics, so that the teenagers which have no understanding about politic became understand in politic system that is a part of democracy process. As knowledge, political education that is done by Public Relations of Sekretariat Jenderal House of Representative of Indonesia (DPR RI) became very important to give an understanding of the duties, functions, and authorities of DPR RI. There is an activity, called Parlemen Remaja 201. The purpose of this research is to measure the influence of the variable that gave hypothesis: “there is a positive effect and significant between the quality of the lesson subject, the effectiveness of simulation, and the quality of the communicator to the level of understanding of the duties, functions, and authorities of DPR RI among Students”.The theory for this research is Information Integration. It is said that information is a potential power to influence somebody’s attitude that is relevance with bloom taxonomy. There is an understanding as one of kognitife level of people. The researcher used questioner as an instrument to get the data for the whole population (136 respondents). So it can be said that this is census research. The result of the analysis regresi linier with SPSS 18.0 showed 18.4% of the level of understanding of the duties, functions, and authorities of DPR RI among Students are caused by the quality of the lesson subject, the effectiveness of simulation, and the quality of the communicator. Then, 81.6% are caused by other variable. Based on the analysis, it can be seen Y = 12.519 + 0.410 X1 + 0.212 X2 + 0.319 X3 + e. it means as a partial, there is a positive effect, there is an increment dependent variable according to the value of independent variable. Keywords: Political Education, Level of Understanding, Youth Parliament, DPR RI 1 Pendahuluan Penguatan kepedulian atas perbaikan pengetahuan politik dan demokrasi yang diberikan kepada pelajar ini dilakukan mengingat, para pelajar yang juga merupakan pemilih pemula adalah salah satu bagian yang memiliki andil dalam proses politik dan demokrasi di Indonesia. Seperti diketahui bahwa kelak para remaja inilah yang akan melanjutkan kursi pemerintahan Indonesia baik dalam lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Merupakan sebuah ironi disaat peneliti menemui beberapa pemuda yang merupakan pemilih pemula namun mereka menyatakan bahwa mereka tidak tahu harus memilih sosok pemimpin seperti apa yang layak menjadi penutan dan dapat menerima aspirasi konstituennya dengan baik. Dikatakan oleh Aprillah dalam artikelnya bahwa, para pemilih pemula biasanya antusias untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS) karena untuk pertama kali menggunakan hak pilih mereka. Jiwa muda dan coba-coba masih mewarnai alur berpikir para pemilih pemula. Sebagian besar dari mereka hanya melihat momen pemilu sebagai ajang partisipasi dengan memberikan hak suara mereka kepada partai dan tokoh yang mereka sukai/gandrungi.1 Kebanyakan dari mereka bahkan tidak memiliki idealisme untuk menentukan wakil rakyat yang sesuai dengan visi idealis dalam dirinya. Terlebih beberapa dari mereka hanya menjadi korban euforia pesta demokrasi, dimana para remaja yang merupakan pemilih pemula ini hanya mengikuti lingkungan mayoritasnya untuk menentukan pilihannya dalam pemilu. Merujuk pada hal tersebut DPR RI melalui Hubungan Masyarakat Sekertariat Jendral (Humas Setjen) DPR RI berusaha mulai membangun pengertian atau pemahaman baru tentang politik dan demokrasi dengan melirik potensi pelajar yang notabenenya merupakan kalangan remaja dari golongan terdidik. Dibutuhkan pembangunan pemahaman tentang politik dan demokrasi terkait agar kelak para pelajar memiliki ketertarikan serta kompetensi untuk dapat berpartisipasi dalam politik dan demokrasi di Indonesia. 1 Aprillah, Ahmad. 2014. Artikel ; Menimbang Partisipasi Pemilih Pemula. <http://www.academia.edu/3854099/Menimbang_Partisipasi_Pemilih_Pemula> Diakses pada 2 Maret 2014, pukul 23.03 wib 2 Pendidikan merupakan bagian penting dalam peningkatan sumber daya manusia. Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional (sisdiknas) Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 disebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual aktif mengembangkan keagamaan, potensi pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Tujuan pendidikan nasional mencakup tiga kelompok kemampuan, yaitu : kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif. Pendidikan politik memiliki peranan penting dalam membangun kesadaran dan daya kritis remaja tentang politik, sehingga para remaja yang pada dasarnya belum memiliki pengetahuan politik, dapat memiliki pemahaman akan pelaksanaan sistem politik yang merupakan bagian dari proses demokrasi yang berasaskan pancasila. Sebagai bentuk transfer pengetahuan (knowledge), pendidikan politik yang dilakukan Humas Setjen DPR RI menjadi sangat penting guna memberikan suatu pemahaman terkait tugas, fungsi, dan wewenang DPR RI. Sebagai bentuk realisasi dalam mewujudkan ruang belajar politik guna meningkatkan pemahaman tentang tugas, fungsi, dan wewenang DPR RI melalui Biro Humas dan Pemberitaan Setjen DPR RI mengadakan kegiatan Parlemen Remaja 2014 dalam rangka memberikan pendidikan politik dan simulasi pengesahan undang-undang pada para pelajar pilihan dari 36 provinsi seIndonesia sebagai wujud kepedulian DPR RI terhadap pembelajaran Politik dan Demokrasi. Perubahan peningkatan pemahaman tentang tugas, fungsi dan wewenang DPR RI yang diharapkan kelak akan menjadi sebuah acuan bagi para pelajar sebagai remaja dari golongan terdidik untuk dapat diimplementasikan dalam proses demokrasi di Indonesia. Sehingga remaja yang pada umumnya sudah antipati terhadap kinerja DPR RI, bahkan diantara para remaja tersebut kelak memiliki semangat untuk dapat menjadi calon pengganti wakil rakyat yang sesuai dengan harapan bangsa. 3 Segala hal yang diperoleh penulis melalui kegiatan tersebutlah yang kemudian melatar belakangi penulis untuk menyusun sebuah penelitian dengan aspek komunikasi berupa komunikan. Sejauh mana pesan/informasi melalui materi pemebelajaran, dan simulasi yang diberikan oleh komunikator dalam suatu pendidikan politik dapat menimbulkan pemahaman bagi komunikan. Segala aspek yang telah dijelaskan diatas merupakan hal-hal yang melatar belakangi peneliti untuk menulis sebuah penelitian “Pengaruh Kualitas Materi Pembelajaran, Efektivitas Simulasi, dan Kualitas Komunikator dalam Pendidikan Politik Melalui Kegiatan Parlemen Remaja Terhadap Tingkat Pemahaman Tugas, Fungsi, dan Wewenang DPR RI di Kalangan Pelajar Se-Indonesia SMA/SMK/MA Periode Tahun 2014”. Perumusan Masalah Apakah ada pengaruh kualitas materi pembelajaran, efektivitas simulasi, dan kualitas komunikator dalam pendidikan politik melalui kegiatan parlemen remaja terhadap tingkat pemahaman tugas, fungsi, dan wewenang DPR RI di kalangan pelajar SMA/SMK/MA se-Indonesia periode tahun 2014? Tujuan Menganalisis pengaruh kualitas materi pembelajaran, efektivitas simulasi, dan kualitas komunikator dalam pendidikan politik melalui kegiatan parlemen remaja terhadap tingkat pemahaman tugas, fungsi, dan wewenang DPR RI di kalangan pelajar SMA/SMK/MA se-Indonesia periode tahun 2014. Tinjauan Pustaka a. Komunikasi Wilcox,dkk (2006:229), Komunikasi adalah tindakan mengirim informasi, gagasan, dan sikap dari seseorang terhadap yang lainnya. Besar kaitannya dalam hal ini dengan apa yang dikirim, siapa penerima, bagaimana proses pengirimannya, timbal balik (feedback) dari adanya informasi, gagasan, dan sikap tersebut. Aspek-aspek yang berkaitan dalam proses komunikasi tersebut sesungguhnya muncul dalam pribadi manusia yang dipengaruhi oleh faktor psikologis manusia itu sendiri. 4 Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.2 b. Komunikasi Politik Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis. Usaha menggapai the good life ini menyangkut bermacam-macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem, serta cara-cara melaksanakan tujuan itu.3 Soemarno (2007:1.4-1.5), Kegiatan komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasarkan konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia dalam kondisi konflik. Komunikasi Politik adalah suatu proses dan kegiatan-kegiatan membentuk sikap dan perilaku politik yang terintegrasi ke dalam suatu sistem politik dengan menggunakan seperangkat simbol-simbol yang berarti. c. Pendidikan Politik Dalam arti umum, pendidikan politik adalah cara bagaimana suatu bangsa mentransfer budaya politiknya dari generasi yang satu ke generasi kemudian. Pendidikan politik merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu bangsa., kerenanya setiap warga negara wajib mengetahuinya. Dikatakan oleh Naning (1982:8) bahwa pendidikan politik adalah usaha untuk memasyarakatkan politik, meningkatkan kesadaran setiap warga negara dalam berbangsa dan bernegara, serta meningkatkan kepekaan dan kesadaran rakyat terhadap hak, kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap bangsa dan negara. Soemarno (2007:5.14-5.15) Pendidikan politik dikualifikasikan kedalam dua sifat orientasi, yaitu: 1. Pendidikan yang berorientasi ke sifat integratif. 2. Pendidikan yang berorientasi pada kelompok atau partai. 2 Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal: 81 3 Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi. Hal: 15 5 Lebih jauh Soemarno menjelaskan pendidikan yang dilakukan pemerintah diarahkan untuk membentuk sikap, perilaku dan pola pikir yang bersifat integratif, yaitu suatu sikap yang melihat bangsa dalam satu kesatuan utuh, tidak terpecah oleh pola keyakinan,yang berada diluar pola keyakinan yang telah diterima bersama sebagai produk konsensus. d. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran yang selanjutnya disebut mata pelajaran merupakan materi bahan ajar berdasarkan landasan keilmuan yang akandibelajarkan kepada peserta didik sebagai beban belajar melalui metode dan pendekatan tertentu.4 Dilanjutkan oleh Sanjaya (2013:141) bahwa, Bahan atau materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka mencapai standar kompetensi setiap pelajaran dalam suatu pendidikan tertentu. Materi pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran, bahkan dalam pngajaran yang berpusat pada materi pelajaran, materi pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Sanjaya (2013:57-58) Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan materi pembelajaran : Potensi peserta didik, Relevan dengan karakteristik daerah, Tigkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik, Kebermanfaatan bagi peserta didik, Struktur keilmuan, Aktualisasi, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran, Relevan dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan, Sesuai dengan alokasi wakt yang tersedia. Materi pembelajaran yang juga disebut bahan ajar secara garis besar terdiri atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Dalam hal ini materi pembelajaran memiliki fungsi, yakni:Pedoman bagi guru yang kan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa. 4 Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional, Jakarta. Hal. 9 6 1. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi yang seharusnya dipelajari dan dikuasainya. 2. Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.5 e. Simulasi sebagai Model Pembelajaran Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2005:133) metode pembelajaran simulasi adalah satu metode bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta didik (ranah kognitif maupun keterampilan). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata kedalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan atau keterbatasan untuk melakukan praktek didalam situasi yang sesungguhnya.6 Anitah, dkk (2007: 5.23) prosedur yang harus ditempuh dalam penggunaan metode simulasi adalah dengan menetapkan topik simulasi yang diarahkan oleh guru, Menetapkan kelompok dan topik-topik yang akan dibahas, Simulasi diawali dengan petunjuk dari guru tentang prosedur, teknik, dan peran yang dimainkan, Proses pengamatan pelaksanaan simulasi dapat dilakukan dengan diskusi, Mengadakan kesimpulan dan saran dari hasil kegiatan simulasi.7 Model pembelajaran simulasi bertujuan untuk: melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, melatih memecahkan masalah, meningkatkan keaktifan belajar, memberikan motivasi belajar kepada siswa, melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok, menumbuhkan daya kreatif siswa, melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi. Kaitan Simulasi dengan kelompok model pembelajaran, adalah: simulasi diarahkan pada model pembelajaran sosial. Simulasi sosial adalah 5 Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia, Bandung. Hal 120-121 Depdiknas. 2005. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Direktorat Tenaga Pendidikan Direktorat Jendral Peningkata Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Hal 133. 7 Anitah, Sri, W, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka, Jakarta.Hal 5.23 6 7 simulasi yang dimaksudkan mengajak peserta melalui suatu pengalaman yang berkaitan dengan persoalan-persoalan sosial. f. Komunikator sebagai Sumber Informasi Pendidikan merupakan suatu kegiatan komunikasi, yang mana diartikan bahwa dalam proses pendidikan tersebut melibatkan dua komponen yaitu pengajar sebagai komunikator, dan pelajar sebagai komunikan. Pada dasarnya kegiatan komunikasi yang dilakukan antara pengajar dan pelajar sama saja, yakni bagaimana seorang pengajar (komunikator) dapat mentransfer informasi (knowledge) kepada pelajar (Komunikan). Dalam praktiknya seorang komunikator harus dapat bersikap empatik, yakni kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Dengan kata lain, dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Effendy (2007:39) Seperti yang dikatakan Azwar (1998:72-76) bahwa Efektivitas komunikator dalam menyampaikan pesannya akan tergantung pada beberapa hal yang telah diteliti secara ektensif, antara lain adalah : 1. Kredibilitas (credibility) Kredibilitas komunikator dilandasi oleh dua karakter penting, yaitu keahlian (kompetensi), dan keterpercayaan (trustworthiness). 2. Daya tarik (attractiveness) Daya tarik yang dimiliki komunikator akan berpengaruh pada persuasi yang dilakukan. Daya tarik biasanya dibentuk atas kemiripan seseorang dengan individu yang bersangkutan dan sejauh mana komunikator itu disukai. 3. Kekuatan (power) Kekutan atau power yang dimaksud dalam hal ini adlaah apa bila komunikator mempunyai kekuasaan dan pengaruh atas diri individu. g. Tingkat Pemahaman Menurut Cece Rakhmat dan Didi Suherdi (1999:51) mengatakan bahwa pemahaman merupakan jenjang Kemampuan ini menunjukkan pada kemampuan berfikir siswa untuk memahami bahasa-bahasa atau bahan ajar yang dipelajari. Dengan kemampuan ini siswa mampu menterjemahkan dan 8 mengorganisasikan bahan-bahan yang diterima kedalam bahasanya sendiri. Kata-kata kerja yang digunakan untuk menyampaikan kemampuan ini antara lain menjelaskan, merumuskan dengan kata-kata sendiri, menyimpulkan dan memberikan contoh. Atas adanya hal tersebut, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatan pemahaman para pelajar menurut Wahyudi yang disadur dalam jurnal pendidikan dan kebudayaan, No.036/Th ke-8,/Mei 2002, sebagai berikut: 1. Tingkat usia siswa (tingkat sekolah :SD, SLTP atau SMU). 2. Pendekatan yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar. 3. Motivasi siswa. Faktor tersebut merupakan hal-hal yang mempengaruhi tingkat pemahaman dalam mempelajari suatu materi. Tingkat pemahaman yang dihasilkan tergantung pada masing-masing individu/pelajar. Semakin tingkat usia atau tingkat pendidikan, pendekatan yang digunakan guru yang mana dalam kegiatan ini adalah pendekatan yang digunakan komunikator (narasumber kegiatan parlemen remaja), dan motivasi pelajar dalam menerima materi pembelajaran. maka semakin tinggi pula tingkatan pemahaman para pelajar terhadap pendidikan yang diberikan. h. Teori Penggabungan Informasi Paradigma dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tradisi Sibernetika, dengan pendekatan teori penggabungan informasi (Information integration). Litlejohn Stephen W. Dan Karen A Foss (2009:111) Bagi pelaku komunikasi berpusat pada cara kita mengakumulasi dan mengatur informasi tentang semua orang, objek, situasi, dan gagasan yang membentuk sikap atau kecenderungan untuk bertindak dengan cara yang positif atau negatif terhadap beberapa objek. Pendekatan penggabungan informasi adalah salah satu model paling populer yang menawarkan untuk menjelaskan pembentukan informasi dan perubahan sikap. Model ini bermula dengan konsep kognisi yang digambarkan dengan sebuah kekuatan sistem interaksi. Informasi adalah salah satu dari kekuatan tersebut dan berpotensi untuk memengaruhi sebuah sistem 9 kepercayaan atau sikap individu. Sebuah sikap dianggap sebagai sebuah akumulasi dari informasi tentang sebuah objek, seseorang, situasi, atau pengalaman. Sikap dalam hal ini dibagi atas beberapa aspek, seperti yang diungkap dalam taksonomi bloom (teori perubahan sikap) yang dibagi dalam tiga aspek, yakni : aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Dalam teori ini terdapat dua variabel yang memiliki peranan penting dalam mempengaruhi perubahan sikap, yakni: valence atau arahan dan bobot. Dimana valence/arahan mengacu pada apakah informasi mendukung keyakinan seseorang atau malah menyangkal mereka. Variabel kedua yang memengaruhi dampak dari informasi adalah bobot yang diberikan terhadap informasi. Bobot adalah sebuah kegunaan dari kredibilitas. Hipotesis a. Hipotesis Mayor “Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pendidikan politik dalam kegiatan “Parlemen Remaja”, terhadap tingkat pemahaman tugas, fungsi dan wewenang DPR RI di kalangan pelajar”. b. Hipotesis Minor 1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kualitas materi pembelajaran dalam kegiatan parlemen remaja, terhadap tingkat pemahaman tugas, fungsi, dan wewenang DPR RI di kalangan pelajar. 2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara efektivitas simulasi dalam kegiatan parlemen remaja, terhadap tingkat pemahaman tugas, fungsi, dan wewenang DPR RI di kalangan pelajar. 3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kualitas komunikator dalam kegiatan parlemen remaja, terhadap tingkat pemahaman tugas, fungsi, dan wewenang DPR RI di kalangan pelajar. Sajian dan Analisis Data a. Uji Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier ganda dalam penelitian ini digunakan untuk dapat memprediksi apakah ada pengaruh antara ketiga variabel independent 10 sebagai prediktor (kualitas materi pembelajaran X1, efektivitas simulasi X2, Kualitas komunikator X3) dengan variabel dependent (Tingkat pemahaman tugas, fungsi dan wewenang DPR RI) sebagai kriterium secara bersama-sama. Sehingga dapat menjawab hipotesa yang telah ada yakni “Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kualitas materi pembelajaran, efektivitas simulasi, dan kualitas komunikator terhadap tingkat pemahaman tugas, fungsi dan wewenang DPR RI dikalangan pelajar”. 1. Uji Korelasional Regresi linier Berganda Tabel 1. Hubungan Antar Variabel Correlations Uji Satatistik Pearson Correlation Sig. (1tailed) Variabel Tingkat Pemahaman Tugas Fungsi Wewenang DPR RI (Y) Kualitas Materi Pembelajaran (X1) Tingkat Pemahaman Tugas 1,000 ,306 Fungsi Wewenang DPR RI (Y) Kualitas Materi ,306 1,000 Pembelajaran (X1) Efektifitas ,322 ,298 Simulasi (X2) Kualitas ,302 ,222 Komunikator (X3) Tingkat Pemahaman Tugas . ,000 Fungsi Wewenang DPR RI (Y) Kualitas Materi ,000 . Pembelajaran (X1) Efektifitas ,000 ,000 Simulasi (X2) Kualitas ,000 ,005 Komunikator (X3) Sumber: Data Output perhitungan SPSS 18.0 Efektifitas Simulasi (X2) Kualitas Komunikator (X3) ,322 ,302 ,298 ,222 1,000 ,339 ,339 1,000 ,000 ,000 ,000 ,005 . ,000 ,000 . Pada tabel 4.6 terlihat hubungan antara variabel kualitas materi pembelajaran (X1), Efektivitas Simulasi (X2), dan Kualitas Komunikator (X3) dengan tingkat pemahaman tugas, fungsi dan wewenang DPR RI (Y). Selanjutnya untuk mengetahui besarnya hubungan antar variabel, peneliti menggunakan analisis product moment pearson yang mana dihasilkan oleh peneliti dengan menggunakan bantuan SPSS 18.0. Dimana uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan r hitung dengan r tabel. Dengan kriteria sebagai berikut : 11 Bila r hitung > r tabel, maka hipotesa diterima Bila r hitung < r tabel, maka hipotesa ditolak Untuk itu ditentukan terlebih dahulu df (degree of freedom / derajat kebebasan) signifikansi 5% atau 0,05 dengan rumus : df = n – 2= 134 Berdasarkan penghitungan df = 134 dengan taraf 0,05 dihasilkan nilai r tabel sebesar 0,142. Dikarenakan harga rx1y = 0,306, rx2y = 0,322, rx3y = 0,302 lebih besar dari pada r tabel, maka hipotesa yang menyatakan terbukti atau dapat diterima. Dengan kata lain terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas materi pembelajaran (X1), Efektivitas Simulasi (X2), dan Kualitas Komunikator (X3) dengan tingkat pemahaman tugas, fungsi dan wewenang DPR RI di kalangan pelajar. 2. Uji Koefisien Determinasi (R2) Tabel 2. Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,428a ,184 ,165 1,80704 a. Predictors: (Constant) Kualitas Materi Pembelajaran (X1), Efektifitas Simulasi (X2), Kualitas Komunikator (X3), b. Dependent Variable: Tingkat Pemahaman Tugas Fungsi Wewenang DPR RI (Y) Sumber: Data Output perhitungan SPSS 18.0 Koefisien determinasi merupakan ukuran seberapa besar pengaruh variable-variabel independen secara agregat terhadap variable dependen. Besar koefisien determinasi dapat dilihat pada nilai R Square(R2). Berdasarkan hasil analisis data statistik dengan program SPSS 18.0 diperoleh nilai R sebesar 0,184 atau 18,4%. Artinya 18,4% dari variabel tingkat pemahaman tugas, fungsi dan wewenang DPR RI (Y) dapat dijelaskan oleh variabel kualitas materi pembelajaran (X1), efektivitas simulasi (X2), dan kualitas komunikator (X3). Atas penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat sebesar 1 - 0,184 = 0,816 atau (81,6%) yang mempengaruhi Tingkat Pemahaman Tugas Fungsi Wewenang DPR RI yang berasal dari variabel lain. Dengan demikian sebanyak 81,6% tingkat pemahaman tugas, fungsi, dan 12 wewenang DPR RI dijelaskan/dipengaruhi variabel lain, bukan dari variabel Kualitas Materi Pembelajaran, Efektifitas Simulasi, Kualitas Komunikator. 3. Uji Model F / F test Tabel 3. Model F / F Test ANOVAb Model 1 a. b. Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 96.903 3 32.301 9.892 .000a Regression Residual Total 431.031 132 3.265 527.934 135 Predictors: (Constant), Kualitas Komunikator (X3), Materi Pembelajaran (X1), Efektifitas Simulasi (X2) Dependent Variable: Tingkat Pemahaman Tugas Fungsi Wewenang DPR RI (Y) Sumber: Data Output perhitungan SPSS 18.0 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bagaimana pengaruh antara variabel independen secara bersama-sama atau secara simultan terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis regresi dapat dilihat bahwa nilai F hitung adalah 9,892 signifikan pada taraf =5%. Dengan F tabel (V1=k, V2=n-k-1). Dimana diperoleh F tabel = 2,67 dan F hitung 9,892. Karena F hitung > F tabel yaitu 9,892 > 2,67 maka Ho ditolak (Hipotesa diterima). Berdasarkan hasil analisa diatas jika dikaitakan dengan hipotesa mayor yang telah ada, dimana dinyatakan bahwa “ada pengaruh positif dan signifikan antara pendidikan politik dalam kegiatan parlemen remaja terhadap tingkat pemahaman tugas, fungsi, dan wewenang DPR RI dikalangan pelajar”. Maka hipotesa yang ada terbukti (dapat diterima). 4. Uji Model T / T test Untuk dapat mengetahui hasil secara terperinci apakah ada pengaruh melalui masing-masing variabel dependen terhadap variabel independen, dilakukan Uji t atau T Test. Dengan demikian akan dapat diketahui apakah secara parsial (secara terpisah/tersendiri) variabel independen : kualitas materi pembelajaran (X1), efektivitas simulasi (X2), dan kualitas komunikator (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu : tingkat pemahaman tugas, fungsi dan wewenang DPR RI (Y). Dari pengujian parsial tersebut maka dijelaskan hasil secara terperinci, sebagai berikut : 13 Tabel 4. Koefisien Regresi Coefficientsa Unstandardized Coefficients Std. B Error Model (Constant) 1 Kualitas Materi Pembelajaran (X1) Efektifitas Simulasi (X2) Kualitas Komunikator (X3) 12,519 3,441 ,410 ,212 ,319 ,166 ,093 ,142 Standardized Coefficients t Sig. 3,638 ,000 2,472 2,278 2,251 ,015 ,024 ,026 Beta ,206 ,196 ,190 a. Dependent Variable: Tingkat Pemahaman Tugas Fungsi Wewenang DPR RI (Y) Sumber: Data Output perhitungan SPSS 18.0 Hasil uji koefisien X1, X2, X3 diperoleh nilai nilai signifikansi sebesar 0,015, 0,024, 0,026 yakni lebih kecil dari 0,05 ( nilai sig < 0,05) yang berarti nilai tersebut signifikan, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pertimbangan lainnya yaitu dengan membandingkan t hitung X1, X2, X3 sebesar dengan t tabel pada taraf = 0,05 (df = n-1 =135) yaitu t tabel = 1,656. Jika t hitung X1 (2,472) > t tabel (1,656), maka Ho ditolak. Dengan demikian maka disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan “Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas materi pembelajaran dalam kegiatan parlemen remaja, terhadap tingkat pemahaman tugas, fungsi, dan wewenang DPR RI di kalangan pelajar” terbukti kebenarannya dan dapat diterima. Jika t hitung X2 (2,278) > t tabel (1,656), maka Ho ditolak. Dengan demikian maka disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan “Ada hubungan yang positif dan signifikan antara efektivitas simulasi dalam kegiatan parlemen remaja, terhadap tingkat pemahaman tugas, fungsi, dan wewenang DPR RI di kalangan pelajar” terbukti kebenarannya dan dapat diterima. Jika t hitung X3 (2,251) > t tabel (1,656), maka Ho ditolak. Dengan demikian maka disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan “Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas komunikator dalam kegiatan parlemen remaja, terhadap tingkat pemahaman tugas, fungsi, dan 14 wewenang DPR RI di kalangan pelajar” terbukti kebenarannya dan dapat diterima. 5. Persamaan Regresi Linier Berganda Berdasarkan hasil tabulasi data yang diperoleh dari responden, kemudian dilakukan perhitungan atau pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 18.0. Dari hasil analisis dengan jumlah data sebanyak 136 tidak ditemukan data yang outlier (data yang menyimpang) sehingga dapat langsung dilakukan analisis dengan menggunakan regresi. Hasil analisis data (lihat tabel 4. Uji Koefisien Regresi) diperoleh nilai konstanta (a) sebesar 12,519. dan koefisien variabel X1 (b1) sebesar 0,410, koefisien variabel X2 (b2) sebesar 0,212. dan koefisien variabel X3 (b3) sebesar 0,319. Dengan demikian maka dapat dituliskan persamaan regresinya sebagai berikut: Y = 12,519 + 0,410 X1 + 0,212 X2 + 0,319X3 + e Persamaan persamaan regresi linier berganda diatas mempunyai arti bahwa secara parsial kualitas materi pembelajaran, efektivitas simulasi, kualitas komunikator, atau X1, X2 dan X3 berpengaruh. Besarnya koefisien regresi X1 (b1) sebesar 0,410 menunjukkan bahwa bila terjadi kenaikan materi pembelajaran satu satuan, maka akan terjadi kenaikan pada tingkat pemahaman tugas, fungsi dan wewenang DPR RI (Y) 0,410. Kondisi yag sama juga terjadi pada X2, bila koefisien regresi X2 (b2) sebesar 0,212 menunjukkan bahwa bila terjadi kenaikan efektivitas simulasi sebesar satu satuan, maka akan terjadi kenaikan pada tingkat pemahaman tugas, fungsi dan wewenang DPR RI (Y) sebesar 0,212. Hal serupa juga terjadi pada pada X3, bila koefisien regresi X3 (b3) sebesar 0,319 menunjukkan bahwa bila terjadi kenaikan motivasi sebesar satu satuan, maka akan terjadi kenaikan pada tingkat pemahaman tugas, fungsi dan wewenang DPR RI (Y) sebesar 0,319. b. Hasil Analisis Teori Analisis teori dalam penelitian ini didasarkan pada teori yang menjadi landasan dalam penelitian. Teori penggabungan informasi oleh Litle john dimana dinyatakan bahwa informasi merupakan suatu kekuatan yang berpotensi untuk 15 mempengaruhi sebuah sistem kepercayaaan atau perubahan sikap individu. Dimana dikaitkan dengan teori blomm / taksonomi bloom bahwa salah satu aspek dari perubahan sikap adalah aspek kognisi yang didalamnya terdapat pemahaman sebagai salah satu dari jenjang atas perubahan kognisi dalam diri seseorang. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, informasi yang dimaksud adalah hal-hal yang disampaikan dalam pendidikan politik melalui kegiatan parlemen remaja 2014. Kualitas Materi pembelajaran (X1) dalam hal ini merupakan suatu bentuk transfer knowledge yang dilakukan oleh seorang komunikator yang dilakukan oleh beberapa orang narasumber sesuai dengan bidang materi yang diberikan kepada komunikan yang merupakan pelajar SMA/SMK/MA sebagai perserta dalam kegiatan parlemen remaja 2014. Kesesuaian materi, kedalaman materi, kebermanfaatan materi menjadi tolak ukur kualitas materi pembelajaran yang diberikan dalam kegiatan parlemen remaja 2014. Dalam hal ini pelajar (peserta kegiatan parlemen remaja 2014) diberikan kesempatan untuk dapat meniru kegiatan atau pekerjaan yang secara nyata kegiatan ini juga merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh anggota dewan DPR RI dalam menjalankan salah satu tugasnya, yakni mengesahkan undang-undang. Dalam hal ini efektivitas simulasi (X2) yang dilakukan menjadi tolak ukur keberhasilan. Dimana keterlibatan peserta dalam proses simulasi, kesesuaian simulasi dengan kondisi sesungguhnya, dan interaksi sosial serta komunikasi dalam simulasi menjadi ukuran efektivitas simulasi yang dilakukan. Dibutuhkan kerja keras narasumber yang dalam hal ini disebut sebagai komunikator dalam kegiatan Parlemen Remaja 2014, yang mana bertugas sebagai seseorang yang menyampaikan informasi. Baik seorang narasumber yang bertugas dalam menyampaikan materi, maupun fasilitator yang bertugas memberikan arahan dalam simulasi yang dilakukan oleh para pelajar. Kualitas komunikator (X3) menjadi ukuran tersampainya informasi, dimana seperti pada teori telah dikatakan bahwa dalam menyampaikan pesannya kualitas komunikator dipengaruhi beberapa indikator yaitu : kredibiltas, daya tarik, kekuatan/power. Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan output dari adanya kegiatan parlemen remaja 2014 ini adalah tingkat pemahaman tugas, fungsi dan wewenang 16 DPR RI dikalangan pelajar (Y). Dimana adanya kualitas materi pembelajaran, efektivitas simulasi, dan kulaitas komunikator merupakan hal-hal yang mempengaruhi tingakat pemahaman tugas, fungsi dan wewenang DPR RI dikalangan pelajar. Variabel-variabel yang ada jika dikaitkan dengan penilitian, menunjukan bahwa kualitas materi pembelajaran (X1), efektivitas simulasi (X2) dan kualitas komunikator (X3) merupakan hal-hal yang dianggap memiliki pengaruh kuat dalam membentuk valence/arahan. Dirujuk dari terori penggabungan informasi, dimana valence/arahan mengacu pada apakah infomasi yang diperoleh para peserta parlemen remaja 2014 yang notabenenya adalah pelajar dapat mendukung keyakinan mereka sehingga valence/arahan yang ada dapat membentuk kecenderungan untuk bertindak atau perubahan sikap baik positif maupun negatif pada ranah kognitif. Model penggabungan informasi bermula dengan konsep kognisi dengan sebuah kekuatan sistem interaksi. Dalam hal ini kemampuan kognitif yang dimiliki para pelajar akan berpengaruh terhadap keberhasilan dalam memahami tugas, fungsi, dan wewenang DPR RI melalui pendidikan politik yang diberikan. Jika diakaitkan dengan teori penggabungan informasi yang mana menjelaskan pembentukan informasi dan perubahan sikap. Maka adanya pemahaman tugas, fungsi, dan wewenang DPR RI dikalangan pelajar yang dibentuk melalui pendidikan politik yang diberikan dalam kegiatan parlemen remaja 2014, merupakan bagian dari teori perubahan sikap dalam taksonomi bloom yang dibagi dalam tiga aspek, yakni : aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Perubahan sikap yang terbentuk merupakan perubahan tingkat pemahaman (aspek kognitif) yang dimiliki para pelajar setelah mengikuti kegiatan Parlemen Remaja 2014. Tingkat Pemahaman tugas, fungsi dan wewenang DPR RI dalam penelitian ini adalah suatu bentuk kemampuan berfikir siswa dalam menterjemahkan dan mengorganisasikan bahan-bahan yang diterima dengan bahasanya sendiri. Dengan kata lain siswa dapat menjelaskan, merumuskan, 17 menyimpulkan bagaimana tugas, fungsi, dan wewenang DPR RI atas apa yang telah diperoleh melalui pendidikan politik yang dilakukan. Dengan demikian pemilihan paradigma litle john tentang tradisi sibernetika dengan pendekatan penggabungan informasi dan kaitan taksonomi bloom dalam mendukung landasan teori yang ada dalam penelitian ini sudah benar. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan hasil analisis data yang ada, seluruh variabel independen terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen. Artinya sesuai dengan teori penggabungan informasi dan taksonomi bloom, bahwa dalam penelitian ini pembentukan informasi yang dilakukan benar-benar membentuk perubahan sikap di ranah kognitif. Sehingga paradigma litle john tentang tradisi sibernetika dengan pendekatan penggabungan informasi yang dikaitkan dengan taksonomi bloom dapat sepenuhnya diterapkan dalam penelitian ini. Kesimpulan 1. ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pendidikan politik (X) terhadap Tingkat Pemahaman Tugas Fungsi Wewenang DPR RI (Y). Ini berarti hipotesa mayor dalam penelitian dapat terbukti pada taraf signifikan 0,05 atau 5%. Dengan demikian dapat dikatakan secara bersama-sama (simulatan) dinyatakan bahwa semakin tinggi kualitas Pendidikan Politik (X) maka semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap tingakat pemahaman tugas, fungsi dan wewenang DPR RI di kalangan pelajar (Y). 2. Secara terpisah jika diperinci dapat disimpulkan bahwa : hipotesis yang menyatakan “Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Kualitas materi pembelajaran (X1) dalam kegiatan parlemen remaja, terhadap tingkat pemahaman tugas, fungsi, dan wewenang DPR RI di kalangan pelajar (Y)” terbukti kebenarannya dan dapat diterima. Hipotesis yang menyatakan “Ada hubungan yang positif dan signifikan antara efektivitas simulasi (X2) dalam kegiatan parlemen remaja, terhadap tingkat pemahaman tugas, fungsi, dan wewenang DPR RI di kalangan pelajar (Y)” terbukti kebenarannya dan dapat diterima. 18 Hipotesis yang menyatakan “Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas komunikator (X3) dalam kegiatan parlemen remaja, terhadap tingkat pemahaman tugas, fungsi, dan wewenang DPR RI di kalangan pelajar (Y)” terbukti kebenarannya dan dapat diterima. 3. Besaran pengaruh variable-variabel independen secara agregat terhadap variable dependen sebesar 0,184 atau 18,4%. Artinya 18,4% dari variabel tingkat pemahaman tugas, fungsi dan wewenang DPR RI (Y) dapat dijelaskan oleh variabel kualitas materi pembelajaran (X1), efektivitas simulasi (X2), dan kualitas komunikator (X3). Dan sisanya yaitu sebanyak 81,6% tingkat pemahaman tugas, fungsi, dan wewenang DPR RI dijelaskan/dipengaruhi variabel lain, bukan dari penelitian ini.. Adapun persamaan regresi dari penghitungan yang telah dilakukan dengan SPSS 18.0 adalah : Y = 12,519 + 0,410 X1 + 0,212 X2 + 0,319X3 + e Saran 1. Terpilihnya siswa-siswi terbaik dalam kegiatan parlemen remaja hendaknya dapat diberdayakan oleh DPR RI untuk dapat dikirim ke kancah parlemen remaja internasional sebagai wujud nyata bahwa Indonesia juga memiliki calon produk politik yang memiliki intelegency dan kempuan besar dikancah politik dunia. Adanya follow up atau tindak lanjut dari peserta terpilih yang telah mengikuti pendidikan politik yang dilakukan Humas DPR, sehingga manfaat yang diperoleh dari peserta bisa dimaksimalkan kembali. Selain itu bisa menjadi SDM (Sumber Daya Manusia) yang bisa membantu Humas dalam melakukan pendidikan politik dalam skala kecil antar sebaya. 2. Sesuai data yang diperoleh dari lapangan yang kemudian dianalisa dengan menggunakan metode regresi linier berganda, besaran pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak terlalu tinggi, yakni hanya 18,4 %, sehingga masih terdapat 81,6% variabel lainnya yang mempengaruhi tingkat pemahaman tugas, fugsi, dan wewenang DPR RI dikalangan pelajar. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan variabel yang berbeda dari penelitian ini. 19 Daftar Pustaka Anitah, Sri, W, dkk. (2007). Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka, Jakarta. Azwar, Sarifudin. (1998). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Belajar, Yogyakarta Budiardjo, Miriam. (2008). Dasar-dasar Ilmu Politik. Ikrar Mandiri Abadi, Jakarta. Cece Rakhmat & Didi Suherdi. (1999). Evaluasi Pembelajaran. Dirjen Dikti, Jakarta. Effendy, Onong Uchjana. (2007) . Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya, Bandung. Hamdani. (2011). Srategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia, Bandung. Litlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss. (2009). Teori Komunikasi. Penterjemah Hamdan, M. Yusuf. Salemba Humanika, Jakarta. Naning, Ramdlon S.H. (1982). Pendidikan Politik dan Regenerasi. Liberty, Yogyakarta. Mulyana, Deddy. (2010). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sanjaya, Wina. (2013). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana, Jakarta. Soemarno. (2007). Materi Pokok, Komunikasi Politik. Universitas Terbuka, Jakarta. Wilcox, Denis L.,P.H. Ault dan W.K. Agee. (2006). Public Relation, Strategi dan Taktik. Jilid satu. Interaksara, Batam. Depdiknas. (2005).Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Direktorat Tenaga Pendidikan Direktorat Jendral Peningkata Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional Aprillah, Ahmad. (2014). Artikel ; Menimbang Partisipasi Pemilih Pemula. <http://www.academia.edu/3854099/Menimbang_Partisipasi_Pemilih_Pe mula> Diakses pada 2 Maret 2014, pukul 23.03 wib 20