PDF

advertisement
26
Dentofasial, Vol.10, No.1, Februari 2011:26-31
Aktivitas fagositosis pada tikus wistar yang diinokulasi Candida albicans dan
diberi mimba (Azadirachta indica)
Phagocytosis activity on wistar rats were inoculated by Candida albicans and fed
with neem (Azadirachta indica)
I Dewa Ayu Ratna Dewanti
Bagian Biomedis
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember
Jember, Indonesia
ABSTRACT
Neem is one of the traditional medicine known by society as immunomodulator. On the other hand, 80% of oral
infection diseases is caused by C. albicans. This research is aimed to explain the phagocytosis activities on wistar
rats which were inoculated with C. albicans and fed with neem leaves. There are 5 groups, namely control group
(KO) with no treatment, the other treatment groups were classified into 4 groups. First group (KP1) was inoculated
with C. albicans only. KP2 was fed with 50 mg/day/kg BW aqueous extracts from neem leaves, then inoculated with
C. albicans start from day 8-21. KP3 was fed with 100 mg/day/kg BW aqueous extract from neem leaves, then
inoculated with C. albicans start from day 8-21. KP4 was fed with 200 mg/day/kg BW aqueous extract from neem
leaves, then inoculated with C. albicans start from day 8-21. On day 22, the tongue was swabbed for each group,
then cut for immunohistochemistry preparation. The study that there was significant difference showed that there
were different results computed using anova, HSD test, and linier regression. The conclusion was neem leaves
increased the phagocytosis activity of wistar rats, inoculated with C.albicans.
Key words: Azadirachta Indica juss, macrophage; phagocytosis, innate immune, Candida albicans
ABSTRAK
Mimba adalah salah satu tanaman tradisional yang dikenal masyarakat dan berfungsi sebagai imunomodulator. Di
sisi lain, 80% infeksi di mulut adalah kandidiasis dengan penyebab C. albicans. Penelitian ini bertujuan mengetahui
aktivitas fagositosis pada tikus wistar yang diinokulasi C. albicans dan diberi daun mimba. Terdapat 5 kelompok,
kelompok kontrol (KO) tidak diberi perlakuan. Kelompok perlakuan 1 diinokulasi C. albicans (KP1). KP2 diberi 50
mg/hari/kg BB ekstrak cair daun mimba, kemudian diinokulasi C. albicans dari hari 8-21. KP3 diberi 100
mg/hari/kg BB ekstrak cair daun mimba, kemudian diinokulasi C. albicans dari hari 8-21. Sedangkan KP4 diberi
200 mg/hari/kg BB ekstrak cair daun mimba, kemudian diinokulasi C. albicans dari hari 8-21. Semua kelompok
pada hari ke-22 dilakukan swab lidah, kemudian lidah dipotong untuk dibuat sediaan dengan imunohistokimia. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna baik dengan Anova, uji HSD, dan regresi linier. Sebagai
simpulan, daun mimba meningkatkan aktivitas fagositosis pada tikus wistar yang diinokulasi C. albicans.
Kata kunci: Azadirachta Indica juss, makrofag,fagositosis, innate immune, Candida albicans
Koresponden: I Dewa Ayu Ratna Dewanti, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember, Jl. Kalimantan 37
Jember, Telp.0331-333536, Faks.0331-331991, E-mail: [email protected]
PENDAHULUAN
Mimba (Azadirachta Indica) telah dikenal
dan dimanfaatkan masyarakat untuk mengatasi
berbagai macam penyakit, seperti cacingan, kudis,
malaria, infeksi jamur, tumor dan alergi.1-2
Beberapa penelitian membuktikan mimba
memodulasi imunitas alami dan adaptif,3-6
sedangkan imunitas alami (fagositosis) terutama
makrofag berperan penting melawan C. albicans
yang merupakan penyebab utama kandidiasis
mulut.7-8 Penelitian sebelumnya membuktikan
perasan daun mimba dapat menghambat
pertumbuhan C. albicans secara in vitro.9 Daun
mimba mempunyai khasiat antimikroba dan
sebagai imunomodulator. Makrofag sebagai
fagosit mengenali dan menghancurkan patogen
melalui beberapa reseptor merangsang produksi
substansi mikrobial melalui CD14 yang
diekspresikan
ke
permukaan
sel,
akan
mengaktifkan toll-like receptors (TLRs) serta NFκB.9-10 Stimulasi sitokin proinflamatori dan
aktivasi innate immunity tergantung keakuratan
pengenalan dari invasi patogen. Oksidatif antara
lain dengan cara menghasilkan superoksid dan NO
yang dihasilkan sistem iNOS, aktivitas keduanya
dapat diinduksi TNF-α, sedangkan aktivitas
fagositosis meliputi fungsi penelanan (fungicidal
uptake) dan pembunuhan intrasel (fungisidal).
Sedangkan non-oksidatif dengan memproduksi
sitokin, seperti TNF-α yang dapat memodulasi
IDA Ratna Dewanti: Aktivitas fagositosis pada tikus wistar yang diinokulasi C. albicans
aktivitas
fagositosis.10-12
Penelitian
lain
membuktikan ekstrak cair daun mimba dapat
meningkatkan jumlah makrofag, sehingga diduga
dapat mempengaruhi TNF-α yang merupakan
sitokin yang berperan mengaktivasi fagositosis.13
Untuk itu penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui aktivitas fagositosis pada tikus wistar
yang diinokulasi C. albicans dan diberi daun
mimba. Harapannya, di masa depan dapat
dihasilkan obat yang berasal dari tanaman dan
dapat bersifat imunomodulator maupun antijamur.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan sampel 25 ekor
tikus wistar jantan, yang memenuhi deklarasi
Helsinki, dengan berat 100-200 gr, usia 2-3 bulan
yang dilakukan adaptasi 1 minggu. Terdapat 5
kelompok yang terbagi menjadi kelompok kontrol
(KO), yaitu tikus yang tidak diberi konsumsi
ekstrak cair daun mimba dan tidak diinokulasi C.
albicans, KP1 yaitu tikus yang diinokulasi C.
albicans, KP2 yaitu tikus yang diberi konsumsi
ekstrak cair daun mimba dosis 50 mg/hari/kg BB,
kemudian mulai hari ke-8 sampai 21 diinokulasi
C. albicans. Selanjutnya, tikus yang diberi
konsumsi ekstrak cair daun mimba dosis 100
mg/hari/kg BB, kemudian mulai hari ke-8 sampai
21 diinokulasi C. albicans (KP3). Sedangkan KP4
adalah tikus yang diberi konsumsi ekstrak cair
daun mimba dosis 200 mg/hari/kg BB, kemudian
A
B
27
mulai hari ke-8 sampai 21 diinokulasi C. albicans.
Pada hari ke-22 masing-masing kelompok coba
diamati dengan cara swab ringan tanpa tekanan
dengan cotton bud pada dorsum lidah tikus wistar
dan ditanam pada Saburoud’s agar, dan setelah 48
jam dilakukan penghitungan koloni C. albicans.
Aktivitas fagositosis makrofag dilakukan
dengan memotong lidah untuk dibuat sediaan dan
pengecatan dengan cara imunohistokimia, dengan
deparanisasi menggunakan xylol.Xylol dihilangkan
dengan etanol mulai absolut sampai 70%, air, dan
phosphate buffer saline (PBS) pH 7,4 dan diberi
tripsin 0,0 25%. Preparat digenangi larutan H2O2
3%, dicuci dengan PBS 2x dan dilakukan proses
bloking dengan BSA 3%. Anti mouse fagositosis
direaksikan, diinkubasi selama 24 jam pada suhu
40C dalam humidity chamber, lalu direaksikan
dengan biotiyilized secondary Ab (anti rabbit).
Dicuci 3x dengan PBS, dan ditambahkan
streptavidin berlabel peroksidase dan diinkubasi
selama 1 jam. Selanjutnya dilakukan pencucian
kembali dengan dengan PBS 3x, direaksikan
dengan substrat DAB (diamine benzidine),
kemudian ditambahkan Meyer-HE. Data dianalisis
dengan Anova dan dilanjutkan uji HSD.
HASIL PENELITIAN
Data penelitian mengenai jumlah sel
makrofag yang aktif memfagosit C. albicans
terlihat di tabel 1.
C
Tabel 1. Data jumlah sel makrofag yang aktif menfagosit C. albicans
KO
KP1
KP2
KP3
KP4
E 9
3D 3
3
1
1
1
9
9
13 F 12
13
21
22
21
1
1
1
1
1
1
9
9
9
12
12
13
23
22
23
3
3 1. Aktivitas
3
2fagositosis
2
2pada makrofag
7
7
7
13 Panah
13hitam
13menunjukkan
21
21
21
Gambar
(pembesaran
400x).
aktivitas
2
2
2
2
2
2
8
8
8
11
11
11
21
21
fagositosis, panah abu-abu menunjukkan tidak ada aktivitas fagositosis. A. Kontrol pengecatan, 21
B.
1
1 fagositosis
1
1
1 terhadap
1
8
8 (KO),
8 C. Aktivitas
11
11
11 makrofag
22 terhadap
21
21
Aktivitas
makrofag
C. albicans
fagositosis
C.
albicans (KP1), D. Aktivitas fagositosis makrofag terhadap C. albicans (KP2), E. Aktivitas fagositosis
makrofag terhadap C. albicans (KP3), F. Aktivitas fagositosis makrofag terhadap C. albicans (KP4).
Dentofasial, Vol.10, No.1, Februari 2011:26-31
28
Hasil penelitian (gambar 1)
menunjukkan
aktivitas
fagositosis pada makrofag pada
kelompok yang diinokulasi C. albicans terjadi
penurunan
dibanding
kontrol,
sedangkan
kelompok perlakuan dengan ekstrak cair daun
mimba terjadi peningkatan, yaitu semakin tinggi
dosis ekstrak mimba yang diberikan semakin
tinggi
aktivitas
fagositosis.
Gambar
2
menunjukkan aktivitas fagositosis makrofag pada
epitel lebih tinggi dibandingkan subepitel. Hal ini
menunjukkan bahwa mungkin C. albicans banyak
dijumpai di epitel.
Perbedaan bermakna (p<0,01) terbukti dari
hasil uji manova dan juga dari uji HSD.
Selanjutnya dilakukan uji korelasi dengan regresi
linier menggambarkan hubungan positif yang
sangat erat (0,985) (gambar 3), sehingga semakin
tinggi dosis ekstrak cair daun mimba, maka
semakin tinggi aktivitas fagositosis sel makrofag.
Pola kontribusi diskriminan menunjukkan
kemampuan ekstrak cair daun mimba, yaitu
semakin tinggi dosis yang diberikan, maka
aktivitas fagositosis semakin tinggi.
Gambar 4 menunjukkan bahwa aktivitas
fagositosis (bulatan) terletak di sekitar garis yang
lurus ke kanan dengan posisi naik, artinya bahwa
semakin tinggi dosis mimba yang diberikan, maka
semakin meningkatkan aktivitas fagositosis.
Penghitungan jumlah C albicans pada lidah
tikus dan ditumbuhkan pada saburoud’s agar yang
dihitung menggunakan colonyFagositosis
counter (gambar 5).
25.00
F
a
g
o
s
i
t
o
s
i
s
A
B
Aktivitas fagositosis
Aktivitas
fagositmakrofag
makrofag
25
20
KO
15
Fagositosis
KP1
10
KP2
5
KP3
KP4
0
1
2
3
4
5
Sampel penelitian (5 sampel)
Gambar 3. Aktivitas fagositosis makrofag akibat
ekstrak cair daun mimba
Linear
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
0.00
Gambar 2. Aktivitas fagositosis pada makrofag
dengan teknik imunohistokimia (pembesaran
400x) di A. epitel, dan B. subepitel.
Observed
O :observasi
__: linear
50.00
100.00
150.00
200.00
Dosis Mimba (mg/kgBB)
Gambar 4. Grafik linier aktivitas fagositosis makrofag
Pada kelompok KO tidak didapati C.albicans.
Koloni C.albicans terbanyak pada kelompok KP1,
terkecil pada KP4. Hasil ini membuktikan bahwa
makin tinggi dosis ekstrak cair daun mimba,
makin sedikit koloni C albicans (gambar 5 dan 6).
Uji manova menunjukkan perbedaan
bermakna (p<0,01). Uji HSD terdapat perbedaan
bermakna, kecuali antara KP0 dengan KP4,
menunjukkan bahwa ekstrak cair daun mimba
dengan dosis 200mg/BB/hari dapat menurunkan
jumlah C. albicans sampai mendekati normal. Uji
korelasi (gambar 7) terdapat hubungan negatif
yang sangat erat (-0,973), semakin tinggi dosis
ekstrak cair daun mimba, semakin sedikit jumlah
koloni C albicans.
IDA Ratna Dewanti: Aktivitas fagositosis pada tikus wistar yang diinokulasi C. albicans
KO
KP1
KP2
KP3
29
KP4
Gambar 5. Jumlah koloni C albicans. C albicans pada sabouroud’s agar tampak sebagai bentukan bulat, putih
kekuningan, mengkilat, permukaan halus. Infeksi C albicans tidak mutlak ditentukan oleh jumlah spora, karena
satu hifa
sudah
menunjukkan
infeksi.
Jumlah
koloni
C. albicans antaradanya
kelompok
120
100
80
Jumlah koloni
J C. 60
albicans
U
40
KO
KP1
KP2
M
L 20
A 0
1
2
3
4
5
H
Sampel jumlah
penelitian (5
sampel) C. albicans
Gambar 6. Grafik
koloni
KP3
KP4
Jumlah koloni C albicans
120.00
O :observasi
__: linear
100.00
K
o
l
o
n
i
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
Dosis Mimba (mg/kgBB)
Gambar 7. Grafik linier jumlah koloni C.albicans
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daun
mimba dengan komponen imunomodulator
(diduga galic acid, catechin, epicatechin)
membangun keseimbangan baru melalui regulasi
sistem imun yang hasilnya dapat mempengaruhi
makrofag yang kita kenali dari produk yang
dihasilkan sel makrofag, dalam menghadapi
stresor. Aktivitas TLR2, TLR4 mempengaruhi
fospatidilinositol pada membran sel makrofag
dan akan mengaktifkan protein Rac, selanjutnya
akan mengaktivasi NF-κB dan AP-1 melalui jun
kinase melalui jalur MAPK (mitogen-activated
protein kinase). Termasuk jalur ini ERK
(extracelluler signal-regulated kinase), JNK (cjun N-terminal kinase) dan p38. ERK
mempengaruhi aktivitas jun, sedangkan p38
mempengaruhi produksi IL-6, IL-8 dan IL-12.
Aktivitas p38 dan ERK dapat mengaktivasi AP1. Ketiga jalur MAPK dapat diaktivasi dalam
waktu yang sama. NF-κB merupakan regulator
dari respons awal terhadap patogen dan sebagai
aktivator respons imun. NF-κB adalah p50-p65
dari keluarga protein heterodimer yang
mentranskripsi bermacam-macam gen. Aktivasi
NF-κB memerlukan fosforilasi protein IκB,
kemudian terjadi degradasi yang menyebabkan
p50-p65
berada dalam nukleus
dan
Observed
mengaktifkan
bermacam-macam
gen.
Setelah
Linear
terjadi pelepasan I-κB, maka terjadi peningkatan
aktivitas faktor transkripsi NF-κB yang
menstimulasi ekspresi gen yang mempengaruhi
produksi TNF-α yang berpengaruh pada aktivitas
fagositosis. Stimulasi ekspresi gen antara lain
mempengaruhi produksi TNF-α dalam respons
imun terhadap patogen. TNF-α berperan sebagai
imun primer dalam regulasi sistem imun. Khusus
pada
makrofag sitokin ini
meningkatkan
aktivitas dalam membunuh patogen, yang menjadi
mediator penting pada inflamasi.14-16 Ekstrak cair
daun mimba dengan komponen galic acid,
epicatechin, catechin, dapat menurunkan jumlah
koloni C albicans, meskipun jumlah ini tidak
mutlak menunjukkan adanya infeksi, tetapi
dapat digunakan untuk menunjukkan adanya
infeksi.
Jumlah
yang
lebih banyak dari
kelompok kontrol dapat digunakan sebagai
parameter terjadinya infeksi karena satu saja
bentuk
hifa sudah menunjukkan infeksi.
Penelitian ini menunjukkan jumlah koloni C.
albicans yang semakin menurun dengan semakin
tinggi dosis ekstrak daun mimba, karena dosis
200 mg/kg BB terlihat jumlah koloni paling
sedikit. Penurunan jumlah koloni C albicans
diduga karena kandungan imunomodulator (galic
acid, epicatechin, catechin) dan kandungan
nimbidin,
azadirachtin,
gedunin,
cyclic
trisulphide, cyclic tetrasulphide yang dapat
berfungsi
sebagai
antijamur.
Kandungan
imunomodulator dapat meningkatkan respons
30
imun terhadap C albicans, sedangkan kandungan
antijamur
dapat membunuh jamur secara
langsung dengan cara merusak membran sel
jamur.
Efek imunomodulator dapat terjadi
melalui CD14, TLR2, TLR4, TNF-α, aktivitas
fagositosis. Jadi penurunan jumlah koloni C.
albicans dapat melalui dua jalur, yaitu
pembunuhan secara langsung dan efek
imunomodulatori.
Pembunuhan secara langsung dapat terjadi
karena
kandungan
antijamur
(nimbidin,
azadirachtin,
gedunin,
trisulphida
dan
tetrasulphida) dapat merusak membran sel
jamur dengan merubah permeabilitas membran
sel, kemudian terbentuk pori-pori yang
menyebabkan membran sel menjadi bocor,
yang menyebabkan kematian sel jamur. Selain
itu kandungan sulfur pada daun mimba diduga
dapat berkompetisi dengan oksigen pada sel
jamur,
sehingga
menyebabkan
terjadinya
toksisitas pada jamur dan menyebabkan kematian
jamur.
Kelompok kontrol pada penelitian ini
memperlihatkan adanya sel makrofag yang aktif
menfagosit C. albicans. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh karena secara fisiologis aktivitas
fagositosis juga terjadi pada tikus wistar atau
karena pada saat penelitian sulit didapatkan
rongga mulut tikus yang steril terbebas dari C.
albicans, sedangkan pada jumlah koloni C.
albicans kelompok kontrol tidak dijumpai C.
albicans. Hal tersebut mungkin terjadi akibat
sudah
dapat
direspons
oleh
sel
imunokompeten, sehingga meskipun terdapat
aktivitas fagositosis namun pada saat dilakukan
penghitungan jumlah koloni tidak terdapat C
albicans.
SIMPULAN
Dari penelitian mengenai
aktivitas
fagositosis pada tikus wistar yang diinokulasi
Candida albicans dan diberi mimba (Azadirachta
indica), daun mimba meningkatkan aktivitas
fagositosis makrofag pada tikus wistar yang
diinokulasi C. albicans.
SARAN
Untuk hasil yang lebih baik diperlukan dosis
mimba yang lebih bervariasi serta aplikasi ke
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganguli SJ. Neem: A therapeutic for all seasons.
Current Sci 2002; 23: 82-11.
Dentofasial, Vol.10, No.1, Februari 2011:26-31
2. Goel RK, Sairam K. Anti ulcer drugs from
indigenous source with emphasis on musa
sapientum, tamrabhasma, asparagus racemous and
zingiber officinale. Indian J Pharmacol 2002; 34:
100-10.
3. Upadhayay
D,
Garg
S,
Talwar
GP.
Immunomodulation effects of neem Azadirachta
indica) oil. Int J Immunopharmacol 1992; 14(7):
1187-93.
4. SaiRam K, Sharma SK, Havazhagan G, Kumar D,
Selavamurthy W. Immunomodulatory effect of
NIM-76, a volatile fraction from neem oil. J
Ethnopharmacol 1997; 55(2): 133-9.
5. Sastrodihardjo S. Evaluasi daya insektisida dari
ekstrak daun mimba (Azadirachta indica A.
juss). Seminar Hasil Penelitian Pangan dan
Gizi, Ilmu Hayati, 1988. 17 PAU: Jakarta. Hlm:
18.
6. Sadekar D, Kolte AY, Barnase BS, Desai VF.
Immunopotentiating effects of Azadirachta indica
(Neem) dry leaves powder in broilers, naturally
infected with IBD virus. Indian J Exp Biol 1998;
36(11): 1151-3.
7. Lehner T. Immunologi of oral disease. In:
Imunologi pada penyakit mulut. Ed. 3. Alih bahasa:
Farida R, Suryadhana NG. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 1992. Hlm: 112-5.
8. Roeder A, Carsen J, KirChing, Rudolf A,
Rupec, Martin S, Gunther W, Hans CK. December
toll-like receptors as key mediators in innate
antifungal immunity. J Ethnopharmacol 2004; 107:
485-98.
9. Dewanti R. Daya hambat pertumbuhan C.
albicans oleh perasan daun mimba (Azadirachta
Indica juss). Maj Ked Gigi (Dent J), Edisi khusus
Temu Ilmiah Nasional III 6-9 Agustus 2003; Hlm.
342-4.
10. Diamond RD, Caron A, Lyman DR, Wysong.
Disparate effects of interferon-γ and tumor necrosis
factor-α on early neutrophil respiratory burst and
fungicidal responses to Candida albicans hyphae in
vitro. J Clin Invest 1991; 87: 711-20.
11. Newman SL, Angela H. Candida albicans is
phagocytosed, killed, and processed for antigen
presentation by human dendritic cells. Infect
Immunity 2001; 69 (11): 6813-22.
12. Ulmann BD, Hadley M, Wiriya C, Anna LL, Qiang
Z, Luis AV. Inducible defense mechanism against
nitric oxide in Candida albicans. Eukaryotic Cell
2004; 3 (3): 715-23.
13. Ray B, Banerjee BD, Sen PJ. Modulation of
humoral and cell-mediated immune responses by
Azadirachta indica (Neem) in mice. Indian J Exp
Biol 1996; 34 (7): 698-701.
14. Tada H, Eiji N, Hidetoshi S, Tshihiko W, Takeshi
M, Tatsuji M, dkk. Sachoromyces cerevisiae and
Candida albicans derived Mannan Induced
production of tumor necrosis factor alpha by human
monocytes in a CD14 and Toll-Like Receptor 4
IDA Ratna Dewanti: Aktivitas fagositosis pada tikus wistar yang diinokulasi C. albicans
dependent Manner. Mycrobiol Immunol 2002; 46
(7): 503-12.
15. Wang JE, Warris A, Ellingsen EA, Fio T, Espevick
T, Solberg S, Verwe PE. Involvement of CD14
and Toll-Like receptors in activation of human
31
monocyte. Mycrobiology and Immunology,
2001.Vol. 69: No. 4: 2402-6.
16. Outburg S, Joke S, Janneke EH, Jolande AL, Johan
SF, Polein P, dkk. J Translational Medicine. BMC
Infectious Dis 2005; 114 (5): 1471-86.
Download