40 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Signaling dan Asimetri

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Signaling dan Asimetri Informasi
Teori signaling dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan
untuk memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam perusahaan pada
umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat berkaitan
dengan kondisi mutakhir dan prospek perusahaan dibandingkan investor luar.
Dalam teori signaling perusahaan yang berkualitas bagus akan memiliki
insentif untuk meyakinkan investor luar bahwa perusahaannya benar-benar
bagus. Salah satu cara yang ditempuh agar perusahaan tersebut dapat
menyampaikan keunggulan kinerja perusahaan ke investor luar namun tidak
dapat ditiru oleh perusahaan berkinerja buruk yaitu dengan memberi sinyal
(signal) yang memebutuhkan biaya yang relatif mahal, yang tidak mungkin
perusahaan berkualitas rendah untuk menirunya.1
Konsep signaling dan asimetri informasi ini sangat berkaitan erat
terhadap teori-teori keuangan. Dalam teori simetri informasi mengatakan
bahwa investor memiliki informasi yang sama dengan yang dimiliki oleh para
manajer mengenai prospek perusahaan. Namun, dalam kenyataanya
manajemen memiliki informasi yang relatif lebih lengkap dibanding para
investor luar, hal ini disebut telah terjadinya informasi asimetri. informasi
asimetri ini mempunyai pengaruh penting terhadap struktur modal yang
1
Zaenal Arifin, Teori Keuangan dan Pasar Modal, (Yogyakarta: EKONISIA,2005), hlm. 11
40
41
optimal. Aspek informasi ini berkaitan dengan teori signaling, yakni suatu
tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan akan memberikan
petunjuk bagi para investor bagaimana mereka harus menilai prospek
perusahaan tersebut.2
Munculnya asimetri informasi tersebut menyulitkan investor dalam
menilai secara obyektif berkaitan dengan kualitas perusahaan. Pernyataanpernyataan yang dibuat manajer diragukan kebenarannya karena baik
perusahaan itu buruk maupun perusahaan itu bagus maka akan sama-sama
mengklaim bahwa perusahaan tersebut prospeknya bagus. Munculnya
asimetri informasi ini juga membuat investor secara rata-rata memberikan
penilaian yang lebih rendah terhadap semua saham perusahaan.3
Dalam teori signaling perusahaan yang berkualitas bagus akan
memiliki insentif untuk meyakinkan investor luar bahwa perusahaannya
benar-benar bagus. Salah satu cara yang ditempuh agar perusahaan tersebut
dapat menyampaikan keunggulan kinerja perusahaan ke investor luar namun
tidak dapat ditiru oleh perusahaan berkinerja buruk yaitu dengan memberi
sinyal (signal) yang memebutuhkan biaya yang relatif mahal, yang tidak
mungkin perusahaan berkualitas rendah untuk menirunya.4
Informasi asimetri ini mempunyai pengaruh penting terhadap struktur
modal yang optimal. Aspek informasi ini berkaitan dengan teori signaling,
yakni suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan akan
2
Najmundi, Manajemen Keuangan dan Akuntansi Syar’iyyah Modern, (Yogyakarta: CV.
ANDI, 2011), hlm. 308
3
Zaenal Arifin, Teori Keuangan dan Pasar Modal, (Yogyakarta: EKONISIA,2005), hlm. 11
4
Zaenal Arifin, Teori Keuangan dan Pasar Modal, (Yogyakarta: EKONISIA,2005), hlm. 11
42
memberikan petunjuk bagi para investor bagaimana mereka harus menilai
prospek perusahaan tersebut.5
Munculnya asimetri informasi tersebut menyulitkan investor dalam
menilai secara obyektif berkaitan dengan kualitas perusahaan. Pernyataanpernyataan yang dibuat manajer diragukan kebenarannya karena baik
perusahaan itu buruk maupun perusahaan itu bagus maka akan sama-sama
mengklaim bahwa perusahaan tersebut prospeknya bagus. Munculnya
asimetri informasi ini juga membuat investor secara rata-rata memberikan
penilaian yang lebih rendah terhadap semua saham perusahaan.6
B. Tinjauan Umum Tentang Pasar Modal
1.
Pengertian Pasar Modal
Istilah pasar biasanya digunakan istilah bursa, exchange dan market.
Sementara untuk istilah modal sering digunakan istilah efek, securities, dan
stock. Pasar modal menurut undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal Pasal 1 Ayat (2) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek. Sedangkan yang dimaksud dengan efek pada Pasal 1 Ayat (5)
adalah surat berharga yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial,
5
Najmundi, Manajemen Keuangan dan Akuntansi Syar’iyyah Modern, (Yogyakarta: CV.
ANDI, 2011), hlm. 308
6
Zaenal Arifin, Teori Keuangan dan Pasar Modal, (Yogyakarta: EKONISIA,2005), hlm. 11
43
saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.7
Pasar modal disebut juga dengan nama bursa efek. Bursa efek
menurut Pasal 1 Ayat (4) UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah
pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk
mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek diantara mereka.8
Pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya antara
permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang,
umumnya lebih dari satu tahun.9 Pasar modal adalah pasar yang dikelola
secara terorganisir dengan aktivitas perdagangan surat berharga, seperti
saham, obligasi, option, warrant, right, dengan menggunakan jasa perantara,
komisioner, dan underwriter.10
2.
Bentuk Instrumen Pasar Modal
Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat
berharga (efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efek
adalah setiap surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, right, warrant, opsi atau setiap
derivatif dari efek atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh Bapepam-LK
7
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009), hlm.109.
8
Ibid.
9
Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio (Jakarta: Erlangga, 2006),
hlm.43.
10
Subagyo, et. al, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Yogyakarta: STIE YKPN, 1999),
hlm. 115.
44
sebagai efek. Sifat efek yang diperdagangkan di pasar modal (bursa efek)
biasanya berjangka waktu panjang.11
Saham menjadi produk utama yang diperdagangkan di pasar modal,
dan memang tujuan utama keberadaan suatu pasar modal memperdagangkan
saham. Selain saham, hingga saat ini, efek yang diterbitkan dan
diperdagangkan di pasar modal Indonesia adalah saham (stock), saham
preferen
(preferredstock),
obligasi
(bond),
obligasi
konversi
(convertiblebond), right, warrant, reksadana, kontrak berjangka indeks saham
(indexfuture), kontrak opsi saham (singlestockoption), Surat Utang Negara
(SUN), instrumen syariah (obligasi syariah, reksadana syariah).12
C. Tinjauan Umum Tentang Pasar Modal Syariah
1.
Pengertian Pasar Modal Syariah
Secara sederhana, pasar modal syariah dapat diartikan sebagai pasar
modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi
ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti: riba, perjudian,
spekulasi dan lain-lain.13 Pasar modal syariah adalah pasar modal
yangdijalankan dengan konsep syariah, dimana setiap perdagangan surat
berharga menaati ketentuan transaksi sesuai dengan ketentuan syariah.14
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme
kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan
11
Andri Soemitra, op.cit., hlm.133.
Abdul Manan, op.cit., hlm.75.
13
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan
Tanya Jawab, Edisi Ketiga (Jakarta: Salemba Empat, 2012), hlm. 158.
14
Indah Yuliana, op. cit., hlm. 46.
12
45
mekanisme perdagangannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Pasar modal syariah secara prinsip berbeda dengan pasar modal
konvensional. Sejumlah instrumen syariah sudah digulirkan di pasar modal
Indonesia seperti dalam bentuk saham dan obligasi dengan kriteria tertentu
yang sesuai dengan prinsip syariah.15
2.
Landasan Hukum Pasar Modal Syariah
1) Firman Allah SWT
.‫ﻦ‬
َ ْ‫ﻦ اﱢرﺑَﺎ اِنْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ُﻣﺆْ ﻣِﻨِﯿ‬
َ ِ‫ﻦ اَ ﻣَﻨُﻮْا اﺗﱠﻘُﻮااﻟﻠَ َﮫ وَ َذرُواﻣَﺎ ﺑَﻘِﻲَ ﻣ‬
َ ْ‫ﯾَﺎ ٲَ ﱡﯾﮭَﺎ اّﻟَﺬِ ﯾ‬
ُ‫ﺳﻮْﻟِ ِﮫ وَاِنْ ﺗُﺒْ ُﺘ ْﻢ ﻓََﻠ ُﻜ ْﻢ رُ ُء وْس‬
ُ َ‫ﻦ اﻟﻠَ ِﮫ وَر‬
َ ِ‫ن ﻟَﻢْ ﺗَ ْﻔﻌَﻠُﻮاﻓَ ْﺎذَﻧُﻮا ِﺑﺤَ ْﺮبٍ ﻣ‬
ْ ِ‫ﻓَﺎ‬
َ‫َا ْﻣﻮَاﻟَﻜُ ْﻢ ﻻَ ﺗَﻈِْﻠﻤُﻮْنَ وَﻟَﺎ ﺗُﻈَْﻠﻤُﻮن‬
(٢٧٩ - ٢٧٨ : ‫)اﻟﺒﻘﺮه‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa
riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.
Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba) maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak (boleh) menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”
(QS. Al-Baqarah : 278-279).
15
Andri Soemitra, op. cit., hlm. 111.
46
3.
Fungsi Keberadaan Pasar Modal Syariah
Fungsi keberadaan pasar modal syariah adalah :16
1) Memungkinkan pemilik investasi berpartisipasi secara penuh dalam
perusahaan dengan sistem bagi hasil dan risiko.
2) Memungkinkan pemegang saham memperoleh likuiditas dengan menjual
saham yang mereka miliki sesuai dengan sistem di pasar modal.
3) Memperbolehkan perusahaan untuk meningkatkan modal eksternal untuk
membangun dan meningkatkan produksi mereka.
4) Menghindarkan operasi bisnis perusahaan dari perubahan harga saham
jangka pendek yang merupakan karakteristik utama dari pasar modal
non-Islam.
5) Memungkinkan investasi dalam ekonomi menjadi cermin kinerja
perusahaan dengan melihat harga saham perusahaan tersebut.
4.
Daftar Efek Syariah
Daftar Efek Syariah (DES) adalah kumpulan efek yang tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal, yang ditetapkan
oleh Bapepam-LK atau pihak yang disetujui Bapepam-LK. DES tersebut
merupakan panduan investasi bagi Reksa Dana Syariah dalam menempatkan
dana kelolaannya serta juga dapat dipergunakan oleh investor yang
mempunyai keinginan untuk berinvestasi pada Porofolio efek syariah.17
16
Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
hlm.535-536.
17
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, “Daftar Efek Syariah”.
http://www.bapepam.go.id/syariah/daftar_efek_syariah/index.html . Diakses 25 September 2013.
47
a)
Kategori Daftar Efek Syariah18
DES yang diterbitkan Bapepam-LK dapat dikategorikan
menjadi 2 jenis yaitu:
a.
DES Periodik
DES Periodik merupakan DES yang diterbitkan secara
berkala yaitu pada akhir Mei dan November setiap tahunnya. DES
periodik pertama kali diterbitkan Bapepam-LK pada tahun 2007.
b.
DES Insidentil
DES insidentil merupakan DES yang diterbitkan tidak
secara berkala. DES Insidentil diterbitkan antara lain yaitu:
1) penetapan saham yang memenuhi kriteria efek syariah syariah
bersamaan dengan efektifnya pernyataan pendaftaran Emiten
yang melakukan penawaran umum perdana atau pernyataan
pendaftaran Perusahaan Publik.
2) penetapan saham Emiten dan/atau Perusahaan Publik yang
memenuhi kriteria efek syariah berdasarkan laporan keuangan
berkala yang disampaikan kepada Bapepam-LK setelah Surat
Keputusan DES secara periodik ditetapkan.
18
Ibid.
48
b)
Efek Dalam Daftar Efek Syariah
Efek yang dapat dimuat dalam Daftar Efek Syariah yang
ditetapkan oleh Bapepam- LK meliputi:
a.
Surat berharga syariah yang diterbitkan oleh Negara Republik
Indonesia.
b.
Efek yang diterbitkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik yang
menyatakan bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya
dilakukan berdasarkan prinsip syariah sebagaimana tertuang dalam
anggaran dasar.
c.
Sukuk yang diterbitkan oleh Emiten termasuk Obligasi Syariah
yang telah diterbitkan oleh Emiten sebelum ditetapkannya
Peraturan ini.
d.
Saham Reksa Dana Syariah.
e.
Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Reksa Dana Syariah.
f.
Efek Beragun Aset Syariah.
g.
Efek berupa saham, termasuk Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(HMETD) syariah dan Waran syariah, yang diterbitkan oleh
Emiten atau Perusahaan Publik yang tidak menyatakan bahwa
kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya dilakukan
berdasarkan prinsip syariah, sepanjang Emiten atau Perusahaan
Publik tersebut:
1)
tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud
dalam angka 1 huruf b Peraturan Nomor IX.A.13.
49
2)
memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut:
a) total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan
total asset tidak lebih dari 45% (empat puluh lima per
seratus).
b) total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal
lainnya dibandingkan dengan total pendapatan usaha
(revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10%
(sepuluh per seratus)
h.
Efek Syariah yang memenuhi Prinsip-prinsip Syariah di Pasar
Modal yang diterbitkan oleh lembaga internasional dimana
Pemerintah Indonesia menjadi salah satu anggotanya dan,
i.
Efek Syariah lainnya.
D. Tinjauan Umum Tentang Saham
1.
Pengertian Saham
Saham adalah surat bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan yang
melakukan penawaran umum (go public) dalam nominal atau prosentase
tertentu. Sementara itu, saham adalah jumlah satuan dari modal kooperatif
yang sama jumlahnya bisa diputar dengan berbagai cara berdagang dan
harganya bisa berubah sewaktu-waktu tergantung keuntungan dan kerugian
kinerja perusahaan tersebut.19
19
Indah Yuliana, op. cit., hlm.59.
50
Dalam bahasa Belanda, saham disebut aandel, dalam bahasa Inggris
disebut share, dalam bahasa Jerman disebut aktie, dan dalam bahasa Perancis
disebut dengan action. Semua istilah ini mempunyai arti surat berharga yang
mencantumkan kata “saham” di dalamnya sebagai tanda bukti pemilihan
sebagian dari modal perseroan.20
Saham adalah klaim terhadap penghasilan bersih dan aset perusahaan,
yaitu dividen yang dibagikan kepada stockholder (pemegang saham) setelah
perusahaan memenuhi kewajibannya, seperti membayar gaji karyawan, pajak
dan kewajiban utangnya, termasuk kewajibannya terhadap bondholder
(pemegang obligasi). Oleh karena itu, saham disebut juga residualclaimant,
dan
pemegang
saham
memperoleh
penghasilan
yang
berfluktuasi,
berhubungan dengan keuntungan atau kerugian perusahaan penerbitnya.21
2.
Jenis-Jenis Saham
Saham merupakan surat berharga yang paling populer dan dikenal
luas masyarakat. Umumnya saham yang dikenal sehari-hari merupakan
saham
biasa
(commonstock).
Ada
beberapa
sudut
pandang
dalam
membedakan saham, yaitu:22
1)
Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim maka saham
terbagi atas:
a) Saham
biasa
(commonstock),
merupakan
saham
yang
menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian
20
Abdul Manan, op. cit., hlm.93.
Ktut Silvanita Mangani, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Erlangga, 2009),
hlm. 104.
22
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, op. cit., hlm. 6-8.
21
51
dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi.
b) Saham preferen (preferredstock), merupakan saham yang memiliki
karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa
menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga
bisa tidak mendatangkan hasil yang dikehendaki investor.
2)
Dilihat cara peralihannya, saham dapat dibedakan atas:
a) Saham atas unjuk (bearerstocks), artinya pada saham tersebut tidak
tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu
investor ke investor lain. Secara hukum, siapa yang memegang
saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan
berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
b) Saham atas nama (registeredstocks), merupakan saham yang ditulis
dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya
harus melalui prosedur tertentu.
3)
Ditinjau dari kineja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas:
a) Saham unggulan (blue-chipstocks), yaitu saham biasa dari suatu
perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di
industri sejenis, memilik pendapatan yang stabil dan konsisten
dalam membayar dividen.
b) Saham pendapatan (incomestocks), yaitu saham dari suatu emiten
yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari
rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
52
c) Saham pertumbuhan (growthstocks-well-known), yaitu sahamsaham dari emiten yang memiliki pendapatan yang tinggi, sebagai
leader industri sejenis yang memilki reputasi tinggi. Selain itu,
terdapat juga growthstock (lesserknown), yaitu saham dari emiten
yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri
growthstock.
d) Saham
spekulatif
(speculativestocks),
yaitu
saham
suatu
perusahaan yang tidak bisa konsisten memperoleh penghasilan dari
tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan
yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti.
e) Saham siklikal (countercyclicalstocks), yaitu saham yang tidak
terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis
secara umum.
3.
Harga Saham
1)
Pengertian Harga Saham
Harga saham yaitu harga yang ditentukan secara lelang
kontinu.23Harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan
kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana
perubahan fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan permintaan dan
penawaran yang terjadi di pasar bursa (pasar sekunder).24 Harga saham
merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang
23
Djoko Susanto dan Agus Sabardi, Analisis Teknikal di Bursa Efek (Yogyakarta: BPFE
UGM, 2002), hlm. 12.
24
Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Yogyakarta: BPFE, 1998), hlm. 88.
53
ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan
dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa.25
2)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham
Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Oleh
karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham, baik yang bersifat mikro maupun makro
ekonomi. Faktor makro ada yang bersifat ekonomi maupun non
ekonomi. Faktor makro ekonomi terinci dalam beberapa variabel
ekonomi, misalnya inflasi, suku bunga, kurs, valuta asing, tingkat
pertumbuhan
ekonomi,
harga
bahan
bakar
minyak
di
pasar
internasional, dan indeks saham regional.26
Faktor makro non ekonomi mencakup peristiwa politik
domestik, peristiwa sosial, peristiwa hukum, dan peristiwa politik
internasional. Sementara itu, faktor mikro ekonomi terinci dalam
beberapa variabel, misalnya laba per saham, dividen per saham, nilai
buku per saham, debt equity ratio, dan rasio keuangan lainnya.27
3)
Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan
pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar,
artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu
saat tertentu, apakah pasar sedang aktif atau lesu. Dengan adanya
indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham saat ini
25
Ibid.
Mohamad Syamsul, op.cit., hlm. 335.
27
Mohamad Syamsul, op.cit., hlm. 335.
26
54
apakah sedang naik, stabil atau turun. Misal, jika diawal bulan nilai
indeks 300 dan saat ini di akhir bulan menjadi 360, maka kita dapat
mengatakan
bahwa
secara
rata-rata
harga
saham
mengalami
peningkatan sebesar 20%.28
Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor
untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau
membeli suatu atau beberapa saham. Karena harga-harga saham
bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka nilai indeks pun
bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula.29
Di Bursa Efek Indonesia terdapat beberapa indeks harga saham,
diantaranya sebagai berikut:30
1) Indeks Individual, yaitu indeks masing-masing saham yang tercatat
di BEI.
2) Indeks Harga Saham Sektoral, yaitu indeks yang menggunakan
semua saham yang termasuk dalam
masing-masing sektor,
misalnya sektor keuangan, sektor pertambangan, dan lain-lain. Di
BEI indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor, yaitu sektor
pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi,
properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan dan jasa serta
manufaktur.
28
Iswi Hariyani dan Serfianto Dibyo Purnomo, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal
(Jakarta: Visi Media, 2010), hlm. 268-269.
29
Ibid.
30
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, op.cit., hlm. 30.
55
3) Indeks Harga Saham Gabungan, yaitu indeks yang menggunakan
semua saham tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. IHSG
mulai diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983
dengan menggunakan landasan dasar (baseline) tanggal 10 Agustus
1982.
4) Indeks LQ-45 yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan
mengacu pada dua variabel. Yaitu likuiditas perdagangan dan
kapitalisasi pasar. Setiap enam bulan, ada saham-saham baru yang
masuk ke dalam LQ-45.
5) Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Index (JII) yaitu indeks yang
terdiri atas 30 saham yang mengakomodasi syariat investasi dalam
Islam atau indeks yang berdasarkan syariah islam. Dengan kata
lain, dalam indeks ini dimasukkan saham-saham yang memenuhi
kriteria investasi dalam syariah Islam.
4.
Saham Syariah
a.
Pengertian Saham Syariah
Secara konsep, saham merupakan surat berharga bukti penyertaan
modal kepada perusahaan dan dengan bukti penyertaan tersebut
pemegang saham berhak untuk mendapatkan bagian hasil dari usaha
perusahaan tersebut. Konsep penyertaan modal dengan hak bagian hasil
usaha ini merupakan konsep yang tidak bertentangan dengan prinsip
56
syariah. Prinsip syariah mengenal konsep ini sebagai kegiatan
musyarakah atau syirkah.31
Berdasarkan analogi tersebut, maka secara konsep saham syariah
adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan
yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha maupun cara
pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Namun
demikian, tidak semua saham yang diterbitkan oleh emiten dan
perusahaan publik dapat disebut sebagai saham syariah.32
b.
Kriteria Saham Syariah
Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham
tersebut diterbitkan oleh:33
1) Emiten dan perusahaan publik yang secara jelas menyatakan dalam
anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha emiten dan perusahaan
publik tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
2) Emiten dan perusahaan publik yang tidak menyatakan dalam
anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha emiten dan perusahaan
publik tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, namun
memenuhi kriteria sebagai berikut:
31
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, “Pengenalan Produk Syariah”.
http://www.bapepam.go.id/syariah/pengenalan_produk_syariah.html. Diakses 25 September 2013.
32
Ibid.
33
Ibid.
57
a.
Kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah, yaitu
tidak melakukan kegiatan usaha:
1.
Perjudian dan permainan yang tergolong judi.
2.
Perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan
barang/jasa.
3.
Perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu.
4.
Bank berbasis bunga.
5.
Perusahaan pembiayaan berbasis bunga.
6.
Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian
(gharar) dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi
konvensional.
7.
Memproduksi, memperdagangkan dan/atau menyediakan
barang atau jasa haram zatnya (haramli-dzatihi), barang
atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi)
yang ditetapkan oleh DSN-MUI, dan/atau barang atau jasa
yang merusak moral dan bersifat mudharat.
8.
Melakukan transaksi yang mengandung unsur
suap
(risywah).
b.
Rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas
tidak lebih dari 82%, dan
c.
Rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal
lainnya dibandingkan total pendapatan usaha dan total
pendapatan lainnya tidak lebih dari 10%.
58
E. Tinjauan Umum Tentang Risiko Dalam Investasi
1.
Pengertian Risiko
Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian
tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang
diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini.34
2.
Jenis-Jenis Risiko
Risiko dalam investasi dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu:35
1) Risiko perusahaan yang spesifik atau unik (risiko yang dapat
didiversifikasi atau risiko yang tidak sistematis ‘unsystematic risk’),
merupakan bagian dari variasi dalam pengembalian investasi yang dapat
dihilangkan melalui diversifikasi oleh investor.
2) Risiko yang terkait dengan pasar (risiko yang tidak dapat didiversifikasi
atau risiko yang sistematis ‘systematic risk’), merupakan bagian dari
variasi-variasi
dalam
pengembalian
investasi
yang
tidak
dapat
dihilangkan melalui diversifikasi oleh investor.
Risiko sistematik diukur dengan koefisien beta yaitu koefisien
yang menunjukkan kepekaan keuntungan suatu saham teerhadap
perubahan keuntungan saham-saham secara rata-rata di pasar (indeks
market).36
34
Irham Fahmi, Manajemen Keuangan (Teori, Kasus, dan Solus), (Bandung: ALFABETA ,
cv, 2010), hlm. 169
35
Keown, Arthur J., et. al.Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Ed.10. Jilid 2.
(Jakarta: PT.Indeks, 2008), hlm. 201.
36
Lukas Setia Atmaja, Teori dan Praktik Manajemen Keuangan, (Yogyakarta: CV.ANDI,
2008). Hlm. 45.
59
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung risiko
sistematik (beta saham) dalam penelitian ini adalah
Ri
:
αi + βi.Rm + ei
F. Tinjauan Umum Tentang Kinerja Keuangan
1.
Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan mengunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.37 Menurut Hanafi,
pengukuran kinerja keuangan didefinisikan sebagai “financial performing
measurement” (pengukuran kinerja keuangan). Kinerja keuangan merupakan
kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam
pengoperasian bisnis selama periode akuntansi.38
Pengukuran kinerja keuangan digunakan perusahaan untuk melakukan
perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan
perusahaan lain. Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat
digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi
mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu
pengukuran yang dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal
maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memilik
kredibilitas yang baik.39
37
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 239.
Mamduh Hanafi, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi, Cet. Ke-1 (Yogyakarta:
YKPN, 2003), hlm. 69.
39
Munawir, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: Liberty, 2001), hlm. 62.
38
60
2.
Analisis Laporan Keuangan
a.
Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi
keuangan
perusahaan
pada
saat
ini
dalam
suatu
periode
tertentu.40Laporan keuangan adalah laporan pertanggung jawaban
manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang
dipercayakan kepadanya kepada pemangku kepentingan (stakeholders) di
luar perusahaan, pemilik perusahaan, pemerintah, kreditor dan pihak
lainnya.41
Analisa laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan
perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di
masa lalu, dan kemungkinannya di masa depan. Ada beberapa cara yang
dapat digunakan di dalam menganalisa keadaan keuangan perusahaan,
tetapi analisa dengan menggunakan rasio keuangan merupakan hal yang
sangat umum dilakukan dimana hasilnya akan memberikan pengukuran
relatif dari operasi perusahaan.42
b.
Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio digunakan untuk pandangan yang lebih jelas
terhadap karakter keuangan dari sebuah perusahaan. Hasil dari rasio
sering dapat digunakan untuk lebih menjelaskan posisi keuangan maupun
40
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), hlm. 66.
41
Budi Rahardjo, Dasar-dasar Analisis Fundamental Saham, Laporan Keuangan
Perusahaan, Membaca, Memahami dan Menganalisis (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2009), hlm. 1.
42
Lukman Syamsuddin, op. cit., hlm. 37.
61
kinerja keuangan dari sebuah perusahaan. Analisis rasio merupakan
analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos yang ada
dalam suatu laporan keuangan atau pos-pos antara laporan keuangan
neraca dan laporan laba rugi.43
Rasio keuangan merupakan hubungan yang dihitung dari informasi
keuangan sebuah perusahaan dan digunakan untuk tujuan perbandingan.
Penggunaan rasio akan menghilangkan masalah ukuran karena ukuran
akan secara efektif terbagi, yang akhirnya kita dapatkan adalah
presentase, kelipatan atau periode waktu.44 Rasio keuangan merupakan
penulisan ulang data akuntansi ke dalam bentuk perbandingan dalam
rangka
mengidentifikasi
kekuatan
dan
kelemahan
keuangan
perusahaan.45
Dalam praktiknya terdapat beberapa macam jenis rasio keuangan
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Jenisjenis rasio keuangan tersebut adalah sebagai berikut:46
1.
Rasio
Likuiditas,
terdiri
dari
currentratio,
quickratio,
networkingcapitalratio, dan cashflowliquidityratio.
2.
Rasio Solvabilitas, terdiri dari debttototalassets, debttoequity ratio,
times interest earned, cash flow coverage, long-term debt to total
capitalization, fixed charge coverage, dan cash flow adequancy.
43
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 72.
Stephen A. Ross, et. al, Pengantar Keuangan Perusahaan 1, Edisi Kedelapan alih bahasa
Ali Akbar Yulianto, dkk (Jakarta: Salemba Empat, 2009), hlm. 78.
45
Arthur J. Keown, et. al, Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi Kesepuluh,
alih bahasa Marcus Prihminto Widodo (Jakarta: Indeks, 2011), hlm. 74.
46
Irham Fahmi, op. cit., hlm. 120.
44
62
3.
Rasio Aktivitas, terdiri dari inventory turnover, day sales
outstanding, fixed assets turnover, total assets turnover, dan long
term assets turnover.
4.
Rasio Profitabilitas, terdiri dari gross profit margin, net profit
margin, return on assets dan return on equity.
5.
Rasio
Pertumbuhan,
terdiri
dari
pertumbuhan
penjualan,
pertumbuhan laba bersih, pertumbuhan laba per lembar saham,
pertumbuhan dividen per lembar saham, dan harga pasar per lembar
saham.
6.
Rasio Nilai Pasar, terdiri dari earning per share, price earning ratio,
book value per share, price book value, dividen yield, dan dividen
payout ratio.
Peneliti menggunakan analisis rasio keuangan sebagai alat untuk
mengukur kinerja keuangan yang mempengaruhi hargasaham. Rasio
keuangan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini terdiri dari
tiga buah rasio yaituReturn on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS),
Price Earning Ratio (PER).
c.
Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) adalah ukuran dari hasil yang diperoleh
para pemegang saham sepanjang tahun. Dari segi akuntansi, ROE
menjadi ukuran hasil akhir kinerja yang sebenarnya.47Return on
Equitymengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia
47
Stephen A. Ross, et. al, op.cit., hlm. 90.
63
bagi pemegang saham perusahaan. Rasio Return on Equity (ROE)
disebut juga dengan laba atas equity. Di beberapa referensi disebut juga
dengan rasio total asset turnover atau perputaran total asset. Rasio ini
mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya
yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas.48
Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola
modal sendiri secara efisien, mengukur tingkat keuntungan dari investasi
yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham
perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang
sering disebut sebagai rentabilitas usaha. Investor memandang bahwa
ROE merupakan indikator profitabilitas yang penting, karena ROE
merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
rangka melakukan tugasnya yakni menghasilkan keuntungan yang
maksimal bagi para pemilik modal.49
Return on Equity (ROE) menunjukkan bagian keuntungan yang
berasal dari (atau menjadi hak) modal sendiri, dan sering dipakai oleh
para investor dalam pembelian saham suatu perusahaan (karena modal
sendiri menjadi bagian pemilik). Adapun rumus Return on Equity (ROE)
adalah:50
=
48
ℎ
100%
Irham Fahmi, op.cit., hlm. 137.
Agnes Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 20.
50
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, op. cit., hlm.158.
49
64
Misalkan laba bersih PT Maju Jaya tahun 2010 sebesar Rp
17.150.000,- dan total ekuitasnya sebesar Rp 90.000.000,-, maka ROE
PT Maju Jaya sama dengan:51
=
17.150.000 , −(Laba Bersih)
100% = 19.05%
90.000.000 , −(Total Ekuitas)
ROE digunakan untuk mengukur rate of return (tingkat imbalan
hasil) ekuitas. Para analis sekuritas dan pemegang saham umumnya
sangat memperhatikan rasio ini, semakin tinggi ROE yang dihasilkan
perusahaan, akan semakin tinggi harga sahamnya. 52
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa tingkat ROE
memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga semakin
besar ROE semakin besar pula harga pasar, karena besarnya ROE
memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor
akan tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham
tersebut, dan hal itu menyebabkan harga pasar saham cenderung naik.53
d.
Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan
bagian keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per
lembar saham.54 EPS adalah salah satu dari dua alat analisis yang sering
51
Budi Rahardjo, Dasar-dasar Analisis Fundamental, Laporan Keuangan Perusahaan,
Membaca, Memahami dan Menganalisis (Yogyakarta: Gadjjah Mada University Press, 2009),
hlm. 141.
52
Andy Tambunan, Menilai Harga Wajar Saham (Jakarta: PT Grasindo, 2007), hlm. 179.
53
Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007), hlm. 156.
54
Budi Rahardjo, op.cit., hlm.154.
65
digunakan untuk mengevaluasi saham biasa disamping Price Earning
Ratio (PER) dalam lingkungan keuangan.55Earning Per Share atau
pendapatan per lembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang
diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang
dimiliki.56
Earning Per Share (EPS) menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memberikan imbalan pada setiap lembar saham biasa. Pembelian
saham biasa (common stock) umumnya lebih memperhatikan penghasilan
per lembar saham dari pada dividen yang diperoleh. Adapun rumus
earning per shareadalah:57
=
ℎ
ℎ
ℎ
Misalkan laba bersih PT Maju Jaya tahun 2010 sebesar Rp
17.150.000,- dan jumlah saham beredar sebanyak 30.000 lembar, maka
EPS PT Maju Jaya sama dengan:58
=
55
17.150.000, −(
30.000, −
ℎ
ℎ)
ℎ
=
571.67
Fabozzi, Manajemen Investasi Buku Satu (Jakarta: Salemba Empat, 2002), hlm. 359.
Irham Fahmi, op. cit., hlm. 137.
57
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, op.cit., hlm. 154.
58
Budi Rahardjo, Dasar-dasar Analisis Fundamental, Laporan Keuangan Perusahaan,
Membaca, Memahami dan Menganalisis (Yogyakarta: Gadjjah Mada University Press, 2009),
hlm. 141.
56
66
Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa
dan calon pemegang saham sangat tertarik akan EPS, karena hal ini
menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar
saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan EPS yang
besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu
perusahaan.59Di dalam perdagangan saham EPS sangat berpengaruh pada
harga pasar saham, semakin tinggi EPS semakin mahal suatu saham, dan
sebaliknya, karena EPS merupakan salah satu bentuk rasio keuangan
untuk menilai kinerja perusahaan, maka EPS mempunyai hubungan
positif dengan harga pasar saham.60
EPS merupakan komponen penting yang harus diperhatikan dalam
analisa
perusahaan,
karena
informasi
EPS
suatu
perusahaan
menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan
kepada semua pemegang saham dengan kata lain menggambarkan
prospek earning perusahaan di masa mendatang. Besarnya EPS dapat
diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan.
Menurut Husnan bahwa jika kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat.61
Dengan meningkatnya harga saham perusahaan, maka return saham yang
akan diperoleh investor juga akan semakin tinggi. Jika nilai EPS naik
maka harga saham mengalami kenaikan, return sahamnya juga
59
Lukman Syamsuddin, op.cit., hlm. 66.
Sawidji Widoatmojo, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal: Pengetahuan Dasar (Jakarta:
Jurnalindo, aksara grafika, 1996), hlm. 96.
61
Suad Husnan, op.cit., hlm. 317.
60
67
mengalami kenaikan. Pendapatan per saham perusahaan biasanya
menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang
saham dan manajemen. EPS menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan
dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai EPS semakin besar
keuntungan atau return yang diterima pemegang saham.62
G. Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio (PER) adalah menghitung nilai intrinsik saham
atau nilai fundamental dengan menggunakan nilai laba perusahaan
(earning). Salah satu pendekatan yang disenangi para investor adalah
pendekatan
Price
Earning
Ratio
(PER).63
Investor
biasanya
menghubungkan laba tahun berjalan terhadap currentprice dengan
menggunakan rasio harga terhadap laba (priceearningratio). Setelah EPS
untuk tahun mendatang dapat ditaksir, maka dengan mengalikan EPS
dengan PER akan dapat ditentukan suatu tingkat harga. PER adalah apa
yang investor bayar untuk aliran earnings. Investor dalam pasar modal
yang sudah maju menggunakan PER untuk mengukur apakah suatu
saham underprices atau overprices.64Adapun rumus Price Earning Ratio
adalah:65
=
62
ℎ
Iskandar Z Alwi, Pasar Modal Teori dan Aplikasi (Jakarta: Nasindo Internusa, 2003),
hlm. 77.
63
Djoko Susanto dan Agus Sabardi, Analisis Teknikal di Bursa Efek (Yogyakarta: UPP
STIM YKPN, 2010), hlm. 26.
64
Agnes Sawir, op.cit., hlm. 21.
65
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, op.cit., hlm.156.
68
Misalkan harga saham PT Maju Jaya tahun 2010 per lembar adalah
Rp 6.000,- dan EPS sebesar Rp 571,67 maka PER PT Maju Jaya sama
dengan:66
=
6.000, −(
571.67 (
ℎ
)
)
= 10.5
Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya
mempunyai PER yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar
mengharapkan pertumbuhan laba di masa mendatang. Sebaliknya
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung
mempunyai PER yang rendah pula.67
Semakin rendah harga PER suatu saham maka semakin murah
harganya untuk diinvestasikan. PER menjadi rendah nilainya bisa karena
harga saham cenderung turun atau karena meningkatnya laba bersih
perusahaan. Jadi, semakin kecil nilai PER maka semakin murah saham
dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin baik kinerja per
lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli
saham tersebut. Semakin tinggi PER semakin nampak rendah nilai EPS
apabila dibandingkan dengan harga sahamnya.68 Bagi investor, makin
kecil PER suatu saham makin bagus karena saham tersebut termasuk
murah.69
66
Budi Rahardjo, Dasar-dasar Analisis Fundamental, Laporan Keuangan Perusahaan,
Membaca, Memahami dan Menganalisis (Yogyakarta: Gadjjah Mada University Press, 2009),
hlm. 151.
67
Suad Husnan, op.cit., hlm. 300.
68
Ibid.
69
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, op.cit., hlm.154.
Download