BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah bagian dari sebuah karya seni yang dihasilkan dari daya cipta, karsa manusia dimana mengandung nilai seni yang tinggi dan juga merupakan perwujudan pikiran dalam bentuk tulisan. Karya sastra pada hakikatnya merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan tercipta melalui proses yang intensif, selektif dan subjektif. Penciptaan terhadap karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikonstruksikan dengan imajinasi sehingga akan di hasilkan sebuah karya yang tidak hanya sekedar menghibur, tetapi juga sarat dengan makna. Dalam menciptakan karya sastra, banyak aspek yang harus dipertimbangkan, misalnya aspek keindahan, nilai guna ataupun manfaatnya. Sastra merupakan karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusasteraan, penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa dan gaya cerita yang menarik (Zainuddin,1992 : 99). Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Sastra, selain dipergunakan sebagai karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi, sastra juga sebagai karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual dan emosional. Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil suatu pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi,1988:8). Universitas Sumatera Utara Sastra terbagi menjadi dua yaitu, Puisi dan Prosa. Puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu, dan prosa adalah karya sastra yang tidak terikat dan memiliki sifat penguraian seluruh pikiran dan perasaan (Zainuddin,1992:99-101). Contoh puisi adalah pantun dan syair, sedangkan contoh prosa adalah novel, cerita dan drama. Seiring dengan perkembangan dunia sastra, mulai terjadi pembatasan yang tipis antara khayalan dan kenyataan. Oleh sebab itu mulai dibicarakan pembagian sastra yanag lain. Dalam perkembangan sastra, karya sastra dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu (a) sastra imajinatif, dan (b) sastra non-imajinatif. Sastra imajinatif mempunyai ciri sebagai berikut: a. isinya bersifat khayali b. menggunakan bahasa yang konotatif c. memenuhi syarat-syarat estetika seni. Sedangkan sastra non-imajinatif mempunyai ciri sebagai berikut: a. isinya menekankan unsur faktual/faktanya. b. Menggunakan bahasa yang cenderung denotatif. c. Memenuhi unsur-unsur estetika seni. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesamaan antara sastra imajinatif dan non-imajinatif adalah masalah estetika seni. Unsur estetika seni meliputi keutuhan, keselarasan, keseimbangan. Sedangkan perbedaannya terletak pada isi dan bahasanya. Isi sastra imajinatif sepenuhnya bersifat khayal/fiktif, sedangkan isi sastra non-imajinantif didominasi oleh fakta-fakta. Selain itu dalam arti kesusasteraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra lisan (oral) dan sastra tulisan. Dan salah satu karya sastra tulisan adalah novel. Universitas Sumatera Utara Depdikbud dalam http://nesaci.com/jnis-dan-pengertian-novel/ novel adalah karangan yang panjang dan berbentuk prosa dan mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Sementara itu, Jassin dalam Zulfahnur (1996:67) mengatakan bahwa novel menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari tokoh cerita, dimana kejadian-kejadian itu menimbulkan pergolakan batin yang mengubah perjalanan nasib tokohnya. Pembagian novel berdasarkan mutunya menurut Zulfahnur (1996:72) dapat dibagi menjadi novel populer dan novel literer. Novel populer adalah novel yang menyuguhkan problema kehidupan yang berkisar pada cinta asmara yang sederhana dan bertujuan menghibur. Sedangkan novel literer disebut juga novel serius karena keseriusan atau kedalaman masalah-masalah kehidupan kemanusiaan yang diungkapkan pengarangnya. Dengan demikian, novel ini menyajikan persoalan-persoalan kehidupan manusia secara serius, filsafat, dan langgeng (abadi) yang bermanfaat bagi penyempurnaan dan aripnya kehidupan manusia, disamping pesona hiburan dan nikmatnya cerita. Salah satu unsur yang ada dalam Novel adalah teks. Teks adalah ungkapan bahasa yang menurut isi, sintaksis dan pragmatik merupakan suatu kesatuan yang saling bertautan yang memiliki makna dan juga sebagai pesan dalam situasi komunikasi (Luxemberg,1992:90). Sedangkan menurut Halliday(1992:13-14) teks adalah bahasa, tutur ataupun tulisan atau juga bentuk-bentuk sarana yang kita gunakan untuk menyatakan apa saja yang dipikirkan, yang memiliki maknamakna atau terdiri dari satuan makna. Universitas Sumatera Utara Dalam setiap novel pasti mengandung sebuah pesan, baik itu pesan pendidikan maupun pesan moral. Secara umum moral menyaran pada pengertian tentang ajaran yang baik dan yang buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap kewajiban dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila (KBBI, 1988). Karya sastra senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut pada dasarnya bersifat universal. Artinya sifat-sifat itu dimiliki dan di yakini kebenarannya oleh manusia sedunia. Pesan moral biasanya dikaitkan dengan agama. Menurut Mill dalam Henry (2003:427) agama senantiasa menerima kepercayaan yang luas untuk mempertahankan moralitas, karena manakala moralitas itu diajarkan secara formal, hampir selalu sebagai moralitas sebagaimana yang diajarkan agama. Motif utama bagi moralitas adalah pendapat yang baik. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk dalam kehidupan (Burhan, 1995: 320). Menurut Kenny dalam Burhan, (1995:321) Moral dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis yang dapat diambil dan ditafsirkan lewat cerita yang Universitas Sumatera Utara bersangkutan oleh pembaca. Pesan moral merupakan petunjuk yang sengaja diberikan pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Jenis dan wujud pesan moral yang terdapat dalam karya sastra akan bergantung pada keyakinan, keinginan, dan ketertarikan pengarang sebagai suatu saran. Moral berhubungan dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia, yang berkenaan dengan sifat baik dan buruk. Sedangkan agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi dan juga sebagai sarana ritual yang memungkinkan hubungan manusia dengan hal-hal yang diluar jangkauannya, yang memberikan jaminan dan keselamatan bagi manusia dalam mempertahankan moralnya. Pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dan pesan-pesan moral yang disampaikan oleh pengarang melalui cerita, sikap dan tingkah laku tokohtokoh yang ada dalam sebuah karya sastra. Karakter moral rakyat Jepang dibentuk sedari mereka kecil. Prinsip moral yang mereka anut terdiri dari empat elemen moral, yaitu On, Gimu, Giri dan Ninjo. Keempat unsur ini tidak diajarkan di bangku sekolah dasar. Menurut http://www.gallerydunia.com/2011/12/empat-prinsip-moral-jepang-yangpatut.html On berarti rasa hutang budi atas budi baik. Gimu, berarti kewajiban dan balas budi. Giri, adalah kebaikan. Ninjo, adalah rasa kasih sayang. Dengan prinsip on, seseorang akan merasa berhutang setiap kali orang lain berbuat baik padanya. Maka orang yang menerima on tersebut akan berkewajiban untuk membayarnya yang disebut gimu. Dengan prinsip giri, seseorang akan membantu Universitas Sumatera Utara temannya atau keluarganya semampunya. Dan prinsip ninjo, mengajarkan rasa empati terhadap sesama dan lingkungannya. Dengan prinsip ini, seseorang akan merasa semua manusia adalah satu dan sama. Mememiliki kewajiban yang sama pula untuk menjaga lingkungannya. Dalam semua pemakaiannya on mengandung arti suatu beban, suatu hutang, sesuatu yang harus dipikul seseorang dengan sebaik mungkin mencakup hutang seseorang dari yang paling besar sampai yang paling terkecil sekalipun yang harus dibayar.(Benedict, 1982:105). Gimu menurut Benedict(1982:122) adalah pembayaran-pembayaran tanpa batas/ tanpa syarat atas hutang yang telah diterima dari si pemberi on. Sedangkan giri menurut benedict(1982:125) adalah kebaikan yang diberikan kepada orang lain, tetapi terkadang giri menimbulkan beban yang sangat besar kepada penerimanya, merupakan kewajiban yang dibayar dengan tepat sama dengan kebaikkan yang diterima, yang memiliki batas waktu pembayarannya. Salah satu karya sastra yang penulis anggap banyak mengandung pesan moral, yang akan ditelaah teksnya adalah terdapat dalam novel dengan judul Saga No Gabai Bachan. Saga No Gabai Bachan ditulis oleh Yoshichi Shimada terdiri dari 245 halaman yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Novel ini menceritakan tentang kehidupan pengarang sendiri semasa kecil, dimana ia belajar banyak tentang moral-moral kehidupan yang ia terima dari Neneknya. Seperti sikap moral untuk menjaga lingkungan di sekitarnya walapun dengan cara yang sederhana sekalipun. Kemudian nenek membantu keluarga maupun orang lain ketika dalam kesulitan dan berusaha untuk membalas budi terhadap kebaikan Universitas Sumatera Utara yang telah diterima dari orang lain. Berusaha menjamu tamu dengan ikhlas dan tulus, walaupun dalam keadaan yang sangat sulit, karena kehidupannya yang miskin. Nenek tidak pernah pelit untuk memberi sumbangan pada kegiatan keagamaan. Nenek juga memberikan pinjaman kepada siapapun yang membutuhkan bantuannya, walaupun dia miskin, tanpa memikirkan apakah nenek masih punya uang untuk besok atau tidak. Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti bagianbagian teks mana saja yang mengandung unsur moral, dan pesan-pesan moral apa saja yang terkandung dalam novel tersebut dengan harapan dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang moralitas yang digambarkan Yoshici Shimada dalam karya sastranya. Dengan demikian penulis dalam pembuatan skripsi ini memilih judul “Analisis Moralitas Dalam Teks Novel “ Saga No Gabai Bachan ” Karya Yoshichi Shimada”. 1.2 Perumusan Masalah Sesuai dengan judul skripsi yaitu, “Anlisis Moralitas Dalam Teks Novel “ Saga No Gabai Bachan ” Karya Yoshichi Shimada”, maka proposal ini akan membahas tentang moralitas kehidupan yang tergambarkan dalam novel karangan Yoshichi Shimada. Dimana walaupun keadaan kehidupan dalam novel ini menunjukan banyak kekurangan dan kemiskinan yang melanda hampir seluruh aspek kehidupan dalam masyarakatnya. Tetapi tetap saja ada orang yang menjalani kehidupannya dengan menjunjung moral-moral yang ia yakini dan benar-benar deterapkan dalam kesehariaannya. Universitas Sumatera Utara Saga adalah sebuah kota kecil yang jauh dari keramaian. Kehidupan Tokunaga di Hiroshima memang sulit, kepindahannya ke Saga tidak membuat hidupnya menjadi nyaman, bersama neneknya ia malah harus hidup lebih miskin lagi dibanding ketika ia bersama ibunya di Hiroshima. Secara materi memang Tokunaga menjadi semakin miskin namun sikap hidup, pandangan, dan perilaku neneknya yang bersahaja ternyata membuat hidupnya menjadi kaya akan berbagai pengalaman hidup yang kelak akan membuatnya kaya dan bahagia secara batiniah. Kehidupan Tokunaga bersama neneknya memang sangat-sangat sederhana bahkan bisa dikatakan sangat miskin. Neneknya hanyalah seorang petugas kebersihan di sebuah universitas di Saga.. Namun walau hidup miskin bukan berarti Nenek Osano menyerah pada keadaan dan menjadi nenek yang murung. Bersama Tokunaga ia menjalani hidupnya secara optimis, wajahnya selalu berseri karena bagi dia kebahagiaan bukan ditentukan oleh uang, melainkan dari hati. Nenek Osano menerima kenyataan hidup bahwa ia hidup dalam kemiskininan, tapi ia tak mau bersedih dengan keadaannya. Dalam sebuah kesempatan Nenek Osano mengatakan pada Tokunaga bahwa ada dua jenis orang miskin yaitu miskin muram dan miskin ceria. Untuk menyiasati hidupnya yang serba kekurangan Nenek Osano memanfaatkan semua yang ada di sekitarnya. Ketika berangkat kerja Nenek Osano tanpa malu sengaja mengikatkan sebuah tali di pinggangnya dimana di ujungnya terdapat sebuah magnet yang menyapu tiap jalan yang dilaluinya. Universitas Sumatera Utara Dengan cara itu ia mendapat paku atau sampah logam yang berserakan di jalan untuk dikumpulkan dan dijual kembali, selain itu dengan cara seperti itu juga akan membuat jalanan akan terbebas dari paku. Orang-orang akan tenang berjalan tanpa rasa takut akan terkena paku. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan makanan tiap harinya nenek memanfaatkan sungai yang mengalir di depan rumahnya. Setiap hari ia mengumpulkan ranting-ranting yang terseret arus sungai, ranting-ranting itu kemudian dijemur dan dijadikan kayu bakar. Dengan cara seperti itu nenek membesihkan sungai dari sampah-sampah kotor ranting kayu dan juga sampah sayuran. Dari uraian diatas kita dapat melihat pesan-pesan moral yang ingin disampaikan pengarang. Dengan demikian penulis akan menggunakan teori pendekatan moralitas sebagai acuan penulis untuk menganalisis teks yang ada dalam novel. Untuk memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan berikut ini: 1. Apa saja prinsip-prinsip moral yang ada dalam masyarakat Jepang? 2. Pesan moral apa saja yang diangkat pengarang dalam novel Saga No Gabai Bachan? 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Dari berbagai permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis perlu membatasi agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang terlalu jauh, sehingga penulisan dapat terarah dan terfokus. Penelitian ini akan membahas Universitas Sumatera Utara tentang moral yang terkandung dalam novel “saga no gabai bachan” melalui teks-teksnya. Dalam analisis ini, penulis hanya terfokus pada penyampaian pesan moral yang terdapat dalam novel “ Saga no Gabai Bachan” karya Yoshici Shimada melalui teksnya saja. Penulis menganalisis penelitian ini dengan menggunakan pendekatan moralitas dan juga konsep – konsep moral yang ada di Jepang sebagai acuan penelitiannya. 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka Karya sastra adalah sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia. kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra adalah “kebenaran ” penggambaran, atau apa yang ingin digambarkan pengarang kedalam karyanya. Melalui penggambaran tersebut pembaca dapat menangkap gambaran seorang pengarang mengenai dunia sekitarnya, apakah itu sudah sesuai dengan hati nuraninya atau belum ( Pradopo, 2003: 26). Dari pendapat tersebut bahwa karya sastra merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam dunia nyata yang disampaikan oleh penulis melalui karya sastra tulisan. Dan salah satu hasil dari karya sastra tulisan adalah adalah novel. Menurut Depdikbud dalam http://nesaci.com/jnis-dan-pengertian-novel/ novel adalah karangan yang panjang dan berbentuk prosa dan mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Dalam sebuah novel pasti terdiri dari kumpulan-kumpulan teks. Universitas Sumatera Utara Menurut Barthes dalam Ratna (2005:218) teks adalah kumpulan kata–kata yang mengandung makna. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Halliday (1992:13-14) menurutnya teks adalah bahasa, tutur ataupun tulisan atau juga bentuk-bentuk sarana yang kita gunakan untuk menyatakan apa saja yang dipikirkan, yang memiliki makna-makna atau terdiri dari satuan makna. Didalam novel Saga No Gabai Bachan tersirat pesan moral yang ingin disampaikan si pengarang melalui teks-teksnya. Seperti sikap moral untuk menjaga lingkungan di sekitarnya. Kemudian moralitas untuk membantu keluarga maupun orang lain ketika dalam kesulitan dan berusaha untuk membalas budi terhadap kebaikan yang telah diterima dari orang lain. Juga perasaan empati dan rasa kasih sayang terhadap orang lain yang bukan keluarga atau sahabatnya. Berusaha menjamu tamu dengan ikhlas dan tulus, walaupun keadaan sangat menyulitkan, karena kehidupannya yang miskin. 1.4.2 Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan landasan atau titik tolak untuk menganalisis atau meneliti suatu permasalahan. Untuk meneliti dan menganalisis karya sastra diperlukan suatu teori pendekatan yang dapat berfungsi sebagai acuan yang dapat digunakan oleh penulis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan moral. Menurut Durkheim dalam Soekanto( 1985:6-11) bahwa sosiologis adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta- Universitas Sumatera Utara fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu. Kondisi masyarakat selalu dibicarakan dalam sastra yang berbentuk novel. Sosiologis sastra adalah analisis manusia dalam masyarakat dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu, dan memiliki hubungan antara karya sastra dengan masyarakatnya (Ratna,2004:59-61). Sosiologi sastra adalah pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya (Ratna,2003:2). Aspek-aspek kemasyarakatan diantaranya adalah moral. Moral sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra sebagai wadah atau sarana untuk menyampaikan pesan-pesan moral kepada para pembacanya (KBBI, 1988). Pendekatan moral ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa suatu karya sastra dianggap sebagai suatu medium atau alat yang paling efektif dalam membina moral dan kepribadian suatu kelompok masyarakat yang biasanya bisa diartikan sebagai norma yang berlaku di masyarakat. Norma bisa berdasarkan budaya atau konsep-konsep religi. Secara umum moral menyaran pada pengertian (tentang ajaran) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap kewajiban dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila Pesan moral merupakan petunjuk yang sengaja diberikan pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan (Burhan,1995:321). Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat dan pesan yang diperoleh pembaca lewat sastra, selalu dalam pengertian yang baik. Dengan Universitas Sumatera Utara demikian, jika dalam sebuah karya ditampilkan sikap dan tingkah laku tokohtokoh yang kuang terpuji, baik mereka berlaku sebagai tokoh antagonis maupun protagonis, tidaklah berarti pengarang menyarankan kepada pembaca untuk bertindak maupun bersikap demikian. Jenis ajaran moral itu sendiri dapat mencakup masalah, yang dapat dikatakan, bersifat tak terbatas. Ia dapat mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan, seluruh persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia. Sejak masa lampau, tiga agama utama di Jepang, Shinto, Buddha, dan Confusianisme, serta spirit Samurai dan Bushido, memberi landasan bagi pembentukan moral bangsa Jepang. Filosofi yang diajarkan adalah bagaimana menaklukan diri sendiri demi kepentingan yang lebih luas. Dan filosofi ini sangat memengaruhi serta menjadi inti dari sistem nilai di Jepang. Anak-anak diajarkan untuk memiliki harga diri, rasa malu, dan jujur. Mereka juga dididik untuk menghargai sistem nilai, bukan materi maupun harta. Pada masyarakat Jepang, mereka harus mengaplikasikan moral dalam kehidupan sehari sehari-hari mereka. Keempat dasar moral jepang adalah On, Gimu, Giri dan Ninjo. On berarti rasa hutang budi. Dengan prinsip ini, seseorang akan merasa berutang setiap kali orang lain berbuat baik padanya. Gimu, berarti kewajiban. Jika seseorang berhutang budi, maka kita akan berkewajiban untuk membayarnya. Giri, adalah kebaikan. Dengan prinsip ini, seseorang akan membantu temannya atau keluarganya semampunya. Ninjo, adalah rasa kasih sayang. Prinsip ini mengajarkan rasa empati terhadap sesama Universitas Sumatera Utara (http://kecerdasanmotivasi.wordpress.com/2012/10/02/moral-adalah-aturan-yangbersumber-dari-hati-nurani/). Karena penulis akan mengkaji tentang pesan moral yang tedapat dalam novel Saga No Gabai Bachan maka penulis menggunakan teori kontekstual. Kontekstual adalah pengungkapan nilai berita dan pentingnya pokok pembicaraan dalam pesan dan keterkaitan antar satu bagian teks dengan bagian-bagian lainnya ( Halliday, 1992:62) 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Sebelum melakukan sebuah penelitian maka harus di ketahui dahulu apa tujuan penelitian, yang difungsikan untuk mempermudah melakukan penelitian terhadap suatu masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: • Mendeskripsikan prinsip-prinsip moral apa saja yang ada dalam masyarakat Jepang. • Mendekripsikan pesan-pesan moral yang terkandung pada novel Saga No Gabai Bachan. 1.5.2 Manfat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : Sebagai sarana untuk penambahan wawasan kepada peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya. Universitas Sumatera Utara Untuk peneliti dan penikmat sastra, penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding dengan hasil-hasil penelitian yang lain. Bagi mahasiswa Jurusan Sastra Jepang dapat digunakan sebagai bahan bacaan yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang Jepang. 1.6 Metode Penelitian Penelitian (riset) merupakan proses yang sistematis meliputi pengumpulan dan analisis informasi (data) dalam rangka meningkatkan pengertian kita tentang hal yang kita minati dan yang ingin kita ketahui secara detail. Dalam penelitian diperlukan proses menganalisis yang merupakan proses menguraikan sebuah pokok masalah dari berbagai bagiannya. Penelahaan juga dilakukan pada satu bagian dan hubungan antar bagian lain dengan fungsi untuk mendapatkan pemahaman yang benar serta pemahaman masalah yang meyeluruh. Tujuantujuan dari penelitian diantaranya adalah untuk mengeksplorasi (exploration), mendeskripsi (description), memprediksi (prediction), mengeksplanasi (explanation), dan aksinya (action). Dalam melakukan penelitian, maka sangat membutuhkan metode penelitian, yang di pergunakan sebagai salah satu bahan penunjang dalam penulisan. Metode adalah cara pelaksanaan penelitian. Metode yang dipergunakan yaitu Metode Deskriptif. Metode deskriptif menurut Whitney (dalam Nazir, 1999 : 63) adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, Universitas Sumatera Utara kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Dalam penulisan ini, penulis menguraikan dan menjelaskan secermat mungkin dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang sudah ada. Yaitu pendekatan moral dan juga dengan mengunkan prinsip – prinsip dasar moral Jepang yang penulis ketahui. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi pustaka (library research) dan teknik simak catat. “Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap novel Saga No Gabai Bachan, buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.”(Nazir,1999:111). Studi kepustakaan mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Dan untuk menunjang penelitian ini, maka penulis juga menambah referensi dari internet. Universitas Sumatera Utara