109 ANALISIS POTENSI PRODUK UNGGULAN BIDANG AGROKOMPLEKS DI WILAYAH KABUPATEN KEDIRI Oleh: Sri Sulastri1, Hasyim1, Sofwani1, dan Soemarno2 1) Fakultas Pertanian, IPM, Malang 2) Fakultas Pertanian UNiversitas Brawijaya ABSTRAK Kajian potensi ekonomi Produk Unggulan di wilayah Dati II Kabupaten Kediri ini dimaksudkan untuk memberikan arah, pedoman, dan landasan dalam rangka pembangunan ekonomi rakyat yang maju, efisien dan tangguh, dengan membentuk sentra-sentra produk unggulan di masing-masing wilayah pada Dati I Kabupaten Kediri. Tujuan kegiatan ini adalah: (1). Identifikasinya potensi, kondisi dan permasalahan produk/ komoditas unggulan yang sudah berkembang, sedang berkembang dan akan dikembangkan pada suatu wilayah; (2). Peningkatkan kualitas dan kuantitas produk unggulan pada sentra produksi daerah setempat, melalui upayaupaya peningkatkan budidaya /teknologi produksi komoditas unggulan pada masingmasing wilayah; dan (3). Inventarisasi teknologi Produksi / budidaya maupun teknologi produksi komoditas unggulan, serta peningkatkan pengembangan sistem informasi bisnis dan informasi pasar komoditas unggulan. Beberapa hasil kajian diabstraksikan sbb: Produk unggulan wilayah merupakan produk hasil usaha masyarakat desa yang memiliki peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat desa. Berdasarkan pada kriteria ini, beberapa produk unggulan pertanian adalah: Padi sawah; Padi Gogo; Jagung; Kedelai; Kacang Tanah; Kelapa; Kopi; Tebu; Sapi perah; Sapi Potong; Kambing/ Domba; Ayam Buras; Ayam ras; Pisang; Mangga; Rambutan; Jambu air; Semangka/Melon/Ketimun; Melinjo; Pepaya; Durian; Nangka; Cabe; dan Sukun. Pengembangan produk-produk unggulan wilayah dalam rangka untuk memberdayakan ekonomi rakyat setempat dapat dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan Koperasi Pengelola Produk Unggulan sebagai “LEMBAGA EKONOMI RAKYAT YANG MENGAKAR & MANDIRI”. Koperasi seperti ini dapat dikembangkan dari lembaga-lembaga ekonomi tradisional yang telah ada, atau melalui rekayasa sosial yang sesuai. Beberapa macam kendala dalam pemberdayaan ekonomi rakyat di wilayah pedesaan ialah (1) keterbatasan kapabilitas sumberdaya alam, (2) masih adanya lokasi yang terisolir dan terbatasnya sarana dan prasarana fisik, (3) keterbatasan penguasaan modal dan teknologi, (4) lemahnya kemampuan kelembagaan penunjang pembangunan di tingkat perdesaan, dan (5) masih rendahnya akses masyarakat terhadap peluang-peluang bisnis yang ada. Berdasarkan faktor pembatas dan kendala yang ditemukan disusunlah konsep strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pengembangah usaha produk unggulan wilayah. Kelompok sasaran strategis dalam pengembangan produk unggulan wilayah adalah : (a) Kelembagaan sosial -tradisional yang ada di masyarakat, seperti koperasi, kelompok tani, kelompok peternak, Paguyuban dan lainnya; (b) AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 110 Lembaga Kelompok tani komoditas yang telah ada; (c). Warung pengecer bahan pokok, baik milik perorangan, kelompok (pra koperasi), maupun waserda milik koperasi untuk diberdayakan / dikembangkan usahanya; (d). Pengusaha dan Pengusaha Kecil, baik perorangan maupun kelompok, terutama jama'ah masjid/Kopontren yang bersangkutan yang bergerak di bidang produksi agribisnis/agroindustri dan sektor lainnya untuk diberdayakan/dikembangkan, sehingga pada gilirannya dapat memperluas kesempatan kerja (menyerap tenaga kerja); dan (e) Tenaga Kerja Terampil untuk dilatih dan ditempatkan sebagai pendamping dan atau tenaga profesional / pengelola unit-unit usaha. Penerapan teknologi tepat guna diharapkan dapat membantu pengembangan usaha produksi produk unggulan di wilayah pedesaan dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Keberadaan “POSYANTEKDES” (PUSAT PELAYANAN TEKNOLOGI PEDESAAN) di bawah kendali Koperasi Produk Unggulan dan bermitra dengan Perguruan Tinggi mampu menjadi wahana yang efektif dalam proses alih teknologi tepat guna di wilayah pedesaan. Kebun Teknologi ini dapat berfungsi ganda sebagai: (1). Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Tepat-guna, yang dapat diakses oleh para santri dan oleh masyarakat; (2) Pusat Penyuluhan, DEMOPLOT Ujicoba Penerapan Teknologi, dan Kaji Tindak ; (3). Pusat Pelayanan dan Informasi IPTEK yang mampu menjalin hubungan dengan jaringan informasi IPTEk yang lebih luas.. --------------Kata kunci: Produk Unggulan Wilayah PENDAHULUAN Pembangunan daerah hingga Pelita VI saat ini telah membuktikan bahwa kebutuhan sumberdaya alam semakin banyak dan senantiasa menghadapi berbagai kendala yang semakin serius, terutama di wilayah perdesaan. Dalam kondisi seperti ini sangat diperlukan penajaman prioritas pemanfaatan sumberdaya alam dan pembinaan sumberdaya wilayah lainnya dengan melibatkan secara penuh segenap warga setempat, terutama di daerah-daerah yang potensi sumber daya alamnya sangat terbatas dan kondisi pembangunan wilayahnya masih tertinggal dibandingkan dengan daerah lainnya. Dalam kondisi seperti ini diperlukan mekanisme perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi proyek-proyek pembangunan ekonomi secara cepat, tepat dan akurat. Wilayah Kabupaten Kediri terbagi menjadi beberapa wilayah kecamatan yang masing-masing mempunyai karakteristik dan potensi wilayah yang berbeda-beda, baik potensi sumber daya manusia, sumberdaya alam, serta infrastruktur penunjang pembangunan. Hal ini mengisyaratkan adanya berbagai produk unggulan wilayah yang secara potensial dapat dikembankan. Potensi sumberdaya ini tampaknya masih belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal, terutama karena terbatasnya modal dan teknologi. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain karena masih terbatasnnya informasi teknologi dan informasi pasar yang diperlukan untuk mengembang kan wilayah tersebut, AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 111 serta lemahnya akses masyarakat terhadap peluang-peluang bisnis yang ada. Suatu bentuk kelembagaan dengan ikatan-ikatan dan hubungan sosial-ekonomi berdasarkan kebutuhan masyarakat diperlukan dalam memba ngun Sentra Pengembangan Komo ditas Unggulan (SPAKU), sehingga memberikan manfaat dan memung kinkan keterlibatan penuh anggotaanggotanya. Langkah awal dalam upaya rekayasa dan peningkatan fungsi kelembagaan tersebut adalah mene mukan lembaga-lembaga tradisional yang tumbuh dalam komunitas perde saan khususnya dalam pengusahaan komoditas andalan, sejak penanaman, pertanahan, pengerahan tenaga kerja, perkreditan, panen dan pengolahan serta pemasaran hasil. Selanjutnya, keberhasilan sistem produksi menuntut adanya bentuk-bentuk kelembagaan yang lebih besar dan berorientasi ekonomis sehingga mampu mengelola sistem pertanian secara lebih efektif dan mampu meningkatkan kesejateran masyarakat. Dalam rangka pengem bangan komoditas unggulan yang berwawasan agroekosistem, dan mendukung upaya-upaya pemberda yaan ekonomi masyarakat, maka dipandang perlu untuk dilakukan identifikasi potensi komoditas UNGGUL AN wilayah serta strategi pengem bangannya. Salah satu upaya di wilayah Jawa Timur untuk mengentas kemiskinan masyarakat desa dan mencegah terjadinya kesenjangan antara desakota yang semakin melebar, ialah Gerakan Kembali ke Desa (GKD). Dengan GKD ini diharapkan pembangunan wilayah perdesaan dapat diselaraskan dengan wilayah lainnya yang lebih maju. Hal seperti ini dapat dicapai kalau pertumbuhan desa dapat dipacu sedemikian rupa sehinggga lebih cepat. GKD pada hakekatnya merupakan upaya teren-cana yang melibatkan kerjasama pemerintah , suasta dan segenap masyarakat untuk memberdayakan ekonomi masyarkat di wilayah perde-saan. Tujuan GKD secara lebih rinci adalah: (1). meningkatkan kesejah teraan masyarakat, pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja di perdesaan, (2) menciptakan pemerataan, mempersempit kesen-jangan, dan memperbaiki hubungan desa-kota, (3) meng gali potensi unggulan ekonomi lokal dan merang sang tumbuhnya peluang kerja dan kesempatan kerja dan berusaha, (4) mengeliminasi urbanisasi desa ke kota, (5) mendorong hubungan kerja yang harmonis antara pemerintah, suasta dan masya rakat, (6) menumbuhkan suasana kondusif bagi segenar masya rakat desa. Salah satu upaya di Jawa Timur untuk mengentas kemiskinan masyarakat desa dan mencegah terjadinya kesenjangan antara desa-kota yang semakin melebar, ialah Gerakan Kembali ke Desa (GKD). Dengan GKD ini diharapkan pembangunan wilayah perdesaan dapat diselaraskan dengan wilayah lainnya yang lebih maju. Hal seperti ini dapat dicapai kalau pertumbuhan desa dapat dipacu sedemikian rupa sehinggga lebih cepat. GKD pada hakekatnya meru pakan upaya terencana yang meli batkan kerjasama pemerintah , suasta dan segenap masyarakat untuk memba ngun wilayah perdesaan. Tujuan GKD secara lebih rinci adalah: (1). meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja di perdesaan, (2) menciptakan pemerataan, memper sempit kesenjangan, dan memperbaiki hubungan desa-kota, (3) menggali AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 112 potensi unggulan ekonomi lokal dan merangsang tumbuhnya peluang kerja dan kesempatan kerja dan berusaha, (4) mengeliminasi urbanisasi desa ke kota, (5) mendorong hubungan kerja yang harmonis antara pemerintah, suasta dan masyarakat, (6) menum buhkan suasana kondusif bagi segenar masyarakat desa. Beberapa program prioritas yang harus dikembangkan dalam GKD ialah: (1). Satu wilayah perdesaan satu produk unggulan Produk unggulan merupakan produk hasil usaha masyarakat desa yang memiliki peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat desa. Beberapa kriteria dari produk unggulan adalah (a) mempunyai daya saing yang tinggi di pasaran (keunikan /ciri spesifik, kuali tas bagus, harga murah); (b) memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang potensial dapat dikembangkan; (c) mempunyai nilai tambah tinggi bagi masyarakat perdesaan; (d) secara eko nomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan dan kemampuan sumberdaya manusia; (e) secara administrasi layak didukung oleh modal bantuan atau kredit. (2). Teknologi Masuk Desa Teknologi masuk desa meliputi upaya pengenalan, proses transformasi dan pelatihan masyarakat desa dengan tujuan meningkatkan ketrampilan dan nilai produk masyarakat desa. Beberapa kriteria teknologi ini ialah: (a) mendu kung upaya peningkatan nilai tambah produk lokal; (b) mampu meningkatkan jumlah produksi dan efisiensi; (c) tidak merugikan eksistensi tenagakerja lokal; (d) murah; mudah dipelajari; mudah perawatannya dan menjanjikan keuntungan; (e) dapat berupa teknologi material ataupun teknologi sosial. (3). Pengusaha masuk desa Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah (a) menjalin hubungan kemitraan yang saling menguntungkan dan adil; (b) pembatasan pengaruh negatif penetrasi modal dari luar; (c) produsen lokal harus didukung fasilitas kredit murah dan berkelanjutan; (d) diciptakan iklim kondusif bagi tumbuh-kembangnya pengusaha lokal yang mandiri (individu atau kelompok); (e) mengoptimalkan peranserta lembaga-lembaga yang ada. (4). Pasar Desa Pasar desa yang dimaksud ialah kegiatan untuk mendorong tumbuhnya media yang mendukung kelancaran proses pemasaran produk dan transaksi usaha di antara masyarakat desa itu sendiri atau dengan pihak luar desa. Beberapa macam kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan wilayah perdesaan di Jawa Timur ialah (1) keterbatasan kapabilitas sumber daya alam, (2) masih adanya lokasi yang terisolir dan terbatasnya sarana dan prasarana fisik, (3) keterbatasan penguasaan modal dan teknologi, (4) lemahnya kemampuan kelembagaan (formal dan non-formal) penunjang pembangunan di tingkat perdesaan, dan (5) masih rendahnya akses masyarakat terhadap peluang-peluang bisnis yang ada. Tujuan kegiatan Kajian potensi ekonomi Produk Unggulan wilayah ini adalah identifikasinya potensi, kondisi dan permasalahan produk/ komoditas unggulan yang sudah berkembang, sedang berkembang dan akan dikembangkan pada suatu wilayah. METODE PENELITIAN AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 113 1. Ruang Lingkup Ruang lingkup pekerjaan identifilkasi/ Pewilayahan komoditas /produk unggulan pada DATI I Kabupaten Kediri adalah sbb: 1. Pengumpulan data sekunder dan primer atas sektor-sektor ekonomi 2. Identifikasi potensi dan kondisi sumberdaya (alam dan manusia), agroekosistem, agroklimat, agrososio-teknologi, sosial ekonomi dan budaya masing-masing DATI II pada DATI II Kediri, pada subsektor industri, pertanian tanaman pangan, kehutanan dan perkebunan, perikanan dan peternakan. 3. Analisis /observasi Lapangan seperlunya 4. Analisis data sekunder dan primer 5. Penyusunan peta pewilayahan komoditas /produk unggulan subsektor pertanian mencakup lokasi, komoditas dan kegiatan 6. Penyusunan kesesuaian lokasi epengembangan sentra komoditas /produk unggulan 7. Penyusunan prioritas komoditas unggulan pada daerah setempat 8. Pembentukan sentra-sentra pengembangan produksi subsektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan darat dan peternakan. 2. Batasan Konsep 2.1. Sistem Usaha Produktif Menurut Mosher (l968) usahatani adalah suatu organisasi produksi, petani sebagai pelaksana untuk mengorganisasi tanah (alam), tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian baik yang didasarkan atas pencaharian laba atau tidak. Usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat menghasilkan pendapatan untuk membayar semua biaya dan alat yang diperlukan, dengan kata lain keberhasilan suatu usahatani berkaitan erat dengan pendapatan dan biaya yang dikeluarkan (Hadi Saputro, 1979). Kemampuan menghasilkan produk pertanian pangan ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk biofisik, sosial, ekonomi dan politik. Beberapa faktor bio-fisik penting yang berpengaruh terhadp keberhasilan usahatani adalah sumberdaya lahan dan air, kondisi agroklimat, teknologi pengelolaan tanaman, varietas tanaman yang memberikan respon tinggi terhadap pengelolaan, dan penyediaan sarana produksi. Di dalam sistem pertanian, lahan merupakan alat produksi yang mempunyai peran ganda, yaitu sebagai temapat pertumbuhan tanaman, menyediakan unsur hara, sumber air, tempat peredaran udara, dan tampat berlangsungnya berbagai macam kegiatan pengelolaan. Oleh karena itu pengetahuan tentang sifat-sifat dan karakteristik lahan merupakan dasar dari usaha pengembangan komoditi secara intensif. Di samping faktor lahan, pengetahuan tentang kondisi agroklimat juga memegang peranan penting. Beberapa unsur agroklimat seperti suhu, curah hujan , kelembaban, radiasi matahari dan angin, merupakan dasar pertimbangan penting untuk menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan dan periode pengusahaannya. Kesalahan dalam menentukan syarat iklim bagi tanaman akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak normal, sehingga produktivitasnya akan jauh menyim pang dari potensi sebenarnya. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 114 2.2. Wilayah Pengembangan Produk Unggulan Agro kompleks Dinamika pembangunan pertanian hingga saat ini telah membuktikan bahwa kebutuhan sumberdaya eko nomi semakin banyak dan senantiasa menghadapi berbagai kendala yang semakin serius, terutama ketersediaan sumberdaya lahan yang layak. Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan pentajaman prioritas pemanfaatan sum berdaya lahan dan sekaligus penge tatan pengawasan konversi lahan. Salah satu kebijakan pemerintah dalam hal ini adalah Tata Guna Lahan. Kebijakan umum ini telah berupaya membatasi penggunaan lahan sesuai dengan kapabilitasnya. Namun demikian kebijakan umum ini masih harus didukung dengan kebijakankebijakan yang lebih rinci di setiap kawasan penggunaan lahan pertanian. Akhir-akhir ini telah diperkenalkan konsepsi Pewilayahan Produk Unggul an untuk mendukung kebijakan pemba ngunan pertanian yang berkelanjutan dan secara lebih luas lagi untuk lebih memantapkan pendekatan pewila yahan pembangungan pada umumnya. Pada hakekatnya konsepsi pewila yahan komoditi ini ingin membatasi upaya pengembangan suatu komoditi pertanian pada lokasi yang memenuhi persyaratan agroekologis, memenuhi kelayakan agroekonomi dan agro-sosioteknologi, aksesibilitas lokasi memadai, dan diseconomic-externality yang ditimbulkannya dapat dikenda likan. Persesuaian syarat agroekologis menjadi landasan pokok dalam pengembangan komoditi. Penyimpang an dari persyaratan ini bukan hanya akan menimbulkan kerugian finansial dan ekonomi, tetapi juga akan mengakibatkan biaya-sosial yang berupa degradasi dan kemerosotan kualitas sumberdaya lahan. Di lokasilokasi tertentu, seperti lahan kering di bagian hulu DAS, biaya sosial tersebut bisa bersifat internal seperti kemunculan tanah-tanah kritis dan bersifat eksternal seperti sedimentasi di berbagai fasilitas perairan, serta merosotnya kualitas perairan di daerah bawahnya. Atas dasar inilah maka evaluasi kesesuaian agroekologis merupakan bottle neck dalam kerangka metodologi pewilayahan komoditi. Beberapa metode dan prosedur dapat digunakan untuk kepentingan ini. Evaluasi kesesuaian komoditi secara agroekologis dilakukan pada satuan analisis sistem-lahan dengan melibatkan berbagai jenis komoditi. Dengan demikian suatu wilayah akan terbagi ke dalam sejumlah sistem-lahan dan setiap sistem-lahan dimungkinkan adanya beberapa komoditi yang sesuai. Penyusunan skala prioritas bagi pengembangan sistem-lahan dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan location-value yang merupakan fungsi dari tingkat aksesibilitasnya. Sedangkan prioritas komoditi dapat disusun berdasarkan keunggulan komparatif dan daya dukung agro-sosio-teknologinya. Dalam kebijakan pembangunan pertanian secara nasional dan regional, pendekatan pengembangan wilahay tersebut dijabarkan dalam bentuk Kebijakan Pewilayahan Komoditas. Pewilayahan komoditas ini dianggap menjadi suatu sarana yang sangat penting dalam mengamankan produktivitas komoditi strategis, mengingat semakin besarnya intensitas persaingan antar komoditas dan persaingan antar sektor pembangunan. Persaingan-persaingan ini pada akhirnya akan terjelma kepada tingginya tekanan atas lahan dan AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 115 tingginya laju konversi penggunaan lahan. Hal ini selanjutnya akan berdampak sangat luas, baik terhadap pengembangan komoditas itu sendiri maupun terhadap kelestarian sumberdaya lahan dan kualitas lingkungan hidup secara luas. 2.3. Pendekatan Agribisnis / Agro-industri Sistem usaha pertanian yang mengintegrasikan faktor produksi lahan, tenagakerja, modal dan teknologi/manajemen sangat dipengaruhi oleh kondisi spesifik wilayah, yang mencakup bio-fisik, ekonomi, dan sosial. Sektor pertanian hingga saat ini masih diartikan sebagai "sistem usaha pertanian" yang sangat berkaitan erat dengan sistem lainnya seperti industri hulu, industri hilir, pemasraan/perdagangan dan permintaan datri konsumen. Keseluruhan aspek-aspek ini terintegrasi dalam pengertian makna yang luas lazim disebut "Sistem Agribisnis" . Keseluruhan sistem yang berkaitan dengan sektor pertanian tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya, kelembagaan, dan kebijaksanaan pembangunan pertanian. Dari keseluruhan sistem agribisnis seperti yang di-abstraksikan di atas, dapat diambil beberapa aspek atau bidang kajian epenting, yaitu: (a). Sistem Agribisnis dan Perdagangan / pemasaran (b). Sumberdaya manusia dan kelem bagaan (c). Pengelolaan sumberdaya alam (d). Sistem usaha pertanian (atau usahatani) (e). Pengembangan agroindustri (f). Rintisan dan pengembangan produk. Dengan demikian "agribisnis" meli puti seluruh sektor yang terlibat dalam pengadaan bahan masukan /input usahatani; terlibat dalam proses produk si bio-ekonomik; menangani pemro sesan hasil-hasil usahatani; penye baran, dan penjualan produk-produk pemrosesan tersebut kepada konsumen. Dalam kaitannya dengan komo ditas di suatu wilayah , sebagian besar aktivitas ekonomi dapat dilakukan oleh petani dan penduduk pedesaan dengan skala ekonomi yang berbedabeda. 3. Jenis dan Sumber Data Data dan informasi yang dikum pulkan diarahkan untuk dapat membe rikan gambaran tentang tata ruang dan potensi sumberdaya wilayah DATI II Kabupaten Kediri serta peruntukannya untuk pengembangan pertanian. Iden tifikasi komoditas yang dapat diusaha kan pada kawasan pertanian tersebut juga penting sebagai bahan pertim bangan untuk penyusunan rencana pengembangan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. DESKRIPSI KONDISI DAN POTENSI WILAYAH 1.1. Letak dan Luas Kabupaten Kediri yang, terletak di bagian tengah Jawa Timur, yang secara geografis terletak antara 111o.47'112.o.18.'BT dan 7.o.36.'- 8.o.0' LS.. Wilayah Kabupaten Kediri terbagi ke dalam 21 wilayah kecamatan. Luas wilayahnya secara keseluruhan adalah sekitar 138.605 ha dengan luas lahan sawah 48.631ha dan sekitar 89.974 ha merupakan lahan tegalan dan kebun campuran . 1.2. Sumberdaya Lahan AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 116 Sistem pertanian lahan kering merupakan penggunaan terluas dan dikelola oleh penduduk setempat untuk menanam tanaman pangan dengan pola tanam yang melibatkan padi gogo, jagung, ubikayu, kacang tanah dan kedelai. Sebagian lahan merupakan lahan sawah setengah teknis dan sawah irigasi sederhana dengan pola tanam padi-padi-palawija dan sawah tadah hujan dengan pola tanam padipalawija. Tabel 1. Sebaran luas lahan kering menurut wilayah Kecamatan Kecamatan Pekarangan Tegalan Perkebun an Hutan negara Lainnya Mojo 1784 4472 382 1093 999 Semen 627 1616 4017 131 Ngadiluwih 1545 1185 299 Keras 1826 822 96 Kandat 3129 2672 15 2 Wates 1971 2403 576 324 Ngancar 1172 1879 3044 2209 279 Plosoklaten 1736 1103 3147 699 Gurah 1545 761 222 Puncu 1176 1727 1829 1680 Kepoung 1450 2317 368 3638 753 Kandangan 697 771 804 7 Pare 3361 947 Kunjang 538 103 Palemahan 1026 106 86 Purwoasri 775 228 157 Papar 992 102 60 Pagu 1336 522 86 Gampengrejo 1188 193 238 Grogol 1739 2308 2759 985 Tarokan 993 1313 515 209 Jumlah 30.608 27447 9464 16.715 5489 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kediri. 1.2. Sumberdaya Manusia Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Jumlah 8730 6391 3029 2744 5818 5274 8583 6685 2528 6412 8526 2279 4328 641 1220 1160 1154 1944 1619 7791 3030 89.886 Laju pertumbuhan penduduk dengan rataan sebesar 0.10 - 1.84 %/tahun, nilai tertinggi terjadi pada tahun 1980/1981. Jumlah penduduk pada tahun 1992 sebanyak 1.305.675 AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 118 jiwa yang teridri dari 640.124 jiwa lakilaki dan 665.441 jiwa perempuan, dalam 292.658 rumah tangga. Kepadatan penduduk secara geografis sebesar 500 - 1800 jiwa/Km 2, wilayah yang padat penduduknya ialah Gampengrejo, Ngadiluwih, Pare, Papar, Purwoasri dan Gurah. Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin. Kelompok Umur Anak-anak Dewasa Jumlah Laki-Laki 266.172 373.952 Jumlah penduduk (jiwa) Perempuan 273.720 391.721 Jumlah 539.892 765.673 640.124 665.441 Sumber : Kabupaten Kediri dalam Angka 1995/96 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Sistem pendidikan masyarakat secara fungsional dilayani oleh berbagai kelembagaan pendidikan formal baik negeri maupun swasta umum, maupun yang berkaitan dengan keagamaan khususnya yang ada di Kabupaten Kediri adalah kelembagaan pendidikan formal keislaman, dan pendidikan non-formal. Peranan lembaga non-formal belum banyak berkembang walaupun mempunyai peluang untuk dikembangkan lebih jauh, untuk dapat lebih mendukung program-program pembangunan pedesaan. Tingkat pendidikan penduduk di masa-masa yang akan datang diantaranya masih dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan pendidikan orang tuanya, motivasi bersekolah dari anakanak, serta adanya sarana dan prasarana pendidikan, khususnya yang berada didaerah ini. Disamping pendidikan formal, pendidikan non-formal khususnya dalam bentuk Pondok Pesantren, belum banyak berkembang di wilayah ini. Walaupun demikian pendidikan keagamaan Islam di langgar/masjid atau pengajian- pengajian cukup berkembang, sesuai dengan besarnya pemeluk agama Islam di wilayah ini ( >90% jumlah penduduk beragama Islam). Bahkan berbagai penyampaian informasi tentang pembangunan banyak memanfaatkan forum-forum pengajian ini. Tabel 3. Jumlah penduduk, dan kepadatannya Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah rumah tangga Kepadatan (jiwa/km2) Luas wilayah (ha) AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 118 Mojo 57.431 13.287 Semen 42.477 9.479 Ngadiluwih 60.096 15.383 Keras 60.581 14.060 Kandat 87.857 20.151 Wates 76.068 18.010 Ngancar 36.617 8.688 Plosoklaten 60.916 14.206 Gurah 67.675 15.596 Puncu 48.171 11.169 Kepoung 70.134 15.556 Kandangan 44.337 10.269 Pare 133.978 25.917 Kunjang 33.148 7.407 Palemahan 48.628 11.633 Purwoasri 54.833 11.925 Papar 46.225 9.592 Pagu 73.605 15.823 Gampengrejo 69.130 14.415 Grogol 84.040 19.265 Tarokan 49.728 10.827 Jumlah 1.305.675 292.658 Sumber: Kabupaten Kediri dalam Angka, 1997. Matapencaharian Penduduk dan Ketenagakerjaan Sebagian besar penduduk Kabupaten arjosari mempunyai matapencaharian dalam bidang pertanian, sedangkan lainnya dalam bidang-bidang peternakan, industri/ pengrajin, buruh-buruh, perdagangan dan berbagai bidang jasa lainnya seperti kesehatan, angkutan. Dari total penduduk usia produktif yang ada , ternyata belum seluruhnya bekerja. Hal ini khususnya sebagai akibat sebagian besar ibu rumah tangga yang tidak bekerja mencari penghasilan, termasuk umur produktif yang masih sekolah, umur dibawah 64 tahun yang sudah tidak mampu bekerja lagi, serta tenaga kerja yang sedang mencari pekerjaan. Banyak terdapat angkatan muda putus sekolah yang enggan bekerja disektor pertanian, dan 559 528 1436 1155 1013 993 389 688 1331 706 664 1064 1550 1106 1016 1290 1276 1218 1791 785 1054 10273 8042 4185 5243 8672 7658 9405 8859 5083 6825 10565 4167 8642 2998 4788 4250 3622 6044 3859 10705 4720 138605 tidak mendapatkan pekerjaan diluar sektor pertanian, sehingga masih menganggur. Tingkat Gizi dan Kesehatan Masyarakat Gambaran tentang gizi masyarakat dikaji dari informasi kesehatan yang tersedia di Puskemas,dari pola konsumsi harian oleh masyarakat dan persepsi masyarakat tentang makan dan bahan pangan, serta keadaan sanitasi lingkungan pemukiman. Bahan makanan pokok di wilayah Kabupaten Kediri adalah beras. walaupun demikian dari segi lauk-pauknya masih sangat terbatas, apalagi kebutuhan buah-buahan/sayuran yang dikonsumsi, hanya mengandalkan dari tanaman yang dimiliki. Rataan penduduk di wilayah Kabupaten Kediri menggunakan 70-80% total pendapatan AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 119 digunakan untuk makan dan minum, dan hanya 20-30% untuk keperluan non makanan dan minum. Oleh sebab itu persepsi tentang makan lebih mengutamakan kenyang dahulu baru kemudian gizi adalah wajar mengingat kondisi perekonomian yang masih terbatas. Tempat pembuangan khususnya sampah padat dilakukan di belakang rumah atau di pekarangan, begitu juga sampah cair juga dibuang begitu saja di belakang rumah dengan jarak rataan 5 M atau dibuang disaluran air limbah yang dibuat secara sederhana yang kondisinya menunjukkan tidak difungsikan. Pemilikan sumur untuk mandi,cuci dan memasak juga masih terbatas, setiap sumur digunakan sekitar 5-10 RT. 1.3. Sistem Produksi Pertanian di Wilayah Pedesaan (1). Potensi Produksi Komoditi Perkebunan Potensi produksi komoditi perkebunan di wilayah Kabupaten Kediri ini disajikan berikut ini. Tabel 4. Luas Areal dan Produksi Komoditi Perkebunan No Komoditas 1 2 3 4 5 6 7 Tebu Rakyat Intensifikasi Kopi Cengkeh Kapok Randu Kelapa Jambu Mete Melinjo Luas Areal (ha) Total Produksi (ton) 18.785,60 1.375,95 671,70 2.003,17 8.042,86 444,26 18,712 1.672.963,60 492,839 117,175 272,75 7.037,22 282,830 11,224 Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995. A. Tanaman Tebu Sentra produksi tebu pada saat sekarang ialah Kecamatan Kandat, Ngadiluwih, dan Wates. Budidaya tanaman ini telah dikenal dengan baik hampir oleh seluruh masyarakat, terutama petani lahan kering. Namun demikian masih tampak bahwa keragaman sistem produksinya masih sangat tinggi, dan produktivitasnya masih relatif rendah. Tabel 5. Potensi Produksi Tebu Menurut Kecamatan Kecamatan Kandat Ngadiluwih Luas areal (ha) 2.581,30 1.984,30 Total Produksi (ton) 215.097,50 179.212,30 AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 120 Wates 1.600,20 Gurah 1.330,50 Purwoasri 1.239,00 Pagu 922.00 Ploso Klaten 1.047,50 Pare 986,50 Ngancar 1.006,20 Papar 732,80 Gampengrejo 766,20 Pelemahan 791,10 Kunjang 632,50 Puncu 664,00 Kandangan 485,70 Kepung 515,70 Grogol 422,00 Keras 585,00 Tarokan 299,80 Semen 123,10 Mojo 61,20 Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995. B. Tanaman Kapok Randu Tanaman kapok randu biasanya ditanam di batas lahan tegalan / pekarangan sebagai tanaman pagar atau tanaman pembatas. Sumbangan penghasilan petani dari tanaman kapok randu ini cukup memadai mengingat biaya produksinya hampir tidak ada. Tanaman ini dapat berfungsi sebagai pohon rambatan bagi aneka tanaman menjalar. 147.238,60 130.272,90 121.278,20 106.207,10 94.763,00 84.585,70 79.673,00 77.032,70 72.055,50 62.598,90 54.842,50 48.970,20 44.692,30 42.165,40 36.812,90 35.031,20 24.853,70 10.870,50 4.609,50 C. Tanaman Jambu Mete Tanaman jambu mete banyak dijumpai di wilayah Kecamatan Plosoklaten dan mampu memberikan tambahan penghasilan pada petani. Tanaman ini merupakan salah satu dari beberapa jenis tanaman yang mempu bertahan terhadap gejolak kondisi agroekologi setempat. Pohonnya dapat berfungsi sebagai rambatan bagi tanaman merambat lainnya.. Tabel 6. Produksi Kapok Randu Menurut Kecamatan Kecamatan Pare Kandangan Luas areal (ha) 390,51 179,93 Total Produksi (ton) 60,80 24,10 AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 121 Tarokan 168,95 Pelemahan 159,37 Semen 114,90 Ploso Klaten 109,77 Kepung 98,12 Keras 84,40 Mojo 91,50 Gurah 90,36 Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995. 22,70 22,20 17,90 16,80 16,60 12,70 12,30 10,60 Tabel 7. Sentra Produksi Jambu Mete di Kabupaten Kediri Kecamatan Luas areal (ha) Ploso Klaten 306,67 Tarokan 56,56 Kepung 16,58 Mojo 15,51 Pare 13,29 Grogol 8,33 Kunjang 5,59 Semen 9,32 Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995 D. Tanaman Kelapa Tanaman kelapa dapat digunakan sebagai tanaman naungan bagi tanaman pekarangan. E. Tanaman Kopi Rakyat Sentra produkci kopi rakyat pada saat sekarang ialah Kecamatan Kepung. Budidaya tanaman ini telah dikenal dengan baik hampir oleh Total Produksi (ton) 228,300 27,900 5,600 5,200 4,700 3,600 3,400 3,250 seluruh masyarakat, terutama petani lahan kering. Namun demikian masih tampak bahwa keragaman sistem produksinya masih sangat tinggi, dan produktivitasnya masih relatif rendah. Diperkirakan upaya intensifikasi masih mampu meningkatkan produksi. Kendala yang dihadapi oleh petani untuk menambah populasi tanamannya ialah bibit /tanaman muda yang mati akibat kemarau panjang. Tabel 8. Sentra Produksi Kelapa Menurut Kecamatan Kecamatan Ngadiluwih Grogol Keras Luas areal (ha) 790,90 716,95 614,90 Total Produksi (ton) 793,79 657,80 609,59 AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 122 Ngancar 373,01 Kandat 642,39 Wates 517,88 Ploso Klaten 456.92 Papar 437,43 Pagu 388,40 Tarokan 282,46 Gurah 391,20 Gampengrejo 290,78 Mojo 467,45 Semen 267,40 Pare 340,55 Kepung 286,80 Pelemahan 229,02 Purwoasri 181,59 Puncu 160,88 Kunjang 121,15 85,70 Kandangan Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995 577,24 490,35 483,75 424.85 396,14 309,69 273,59 254,55 249,11 247,89 247,89 242,40 207,42 204,96 131,90 125,03 88,60 31,64 Tabel 9. Potensi Produksi Kopi Rakyat Menurut Kecamatan Kecamatan Luas areal (ha) Total Produksi (ton) Kepung 688,52 Kandangan 188,73 Ngancar 195,62 Puncu 143,43 Ploso Klaten 55,98 Mojo 21,29 Kandat 20,21 Wates 17,91 Semen 10,36 Pare 9,87 Sumber: Kabupaten Kediri dalam Angka, 1995 F. Tanaman Melinjo Sentra produkci melinjo pada saat sekarang ialah Kecamatan Pare dan Puncu. Budidaya tanaman ini telah dikenal dengan baik hampir oleh seluruh masyarakat, terutama petani lahan kering. Namun demikian masih tampak bahwa keragaman sistem 291,110 61,570 53,043 50,119 13,627 5,616 4,396 3,998 2,295 2,448 produksinya masih sangat tinggi, dan produktivitasnya masih relatif rendah. Diperkirakan upaya intensifikasi masih mampu meningkatkan produksi. Kendala yang dihadapi oleh petani untuk menambah populasi tanamannya ialah bibit /tanaman muda yang mati akibat kemarau panjang. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 2 Tabel 10. Potensi Produksi Melinjo Menurut Kecamatan Kecamatan Luas areal (ha) Pare Puncu Ngadiluwih Grogol Kunjang Total Produksi (kw) 8000 5838 3188 1010 676 4800 3501 1912 606 405 Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1994 (2). Potensi Produksi Tanaman Pangan A. Komoditas Padi Tanaman padi sawah dan padi ladang (gogo) mempunyai prospek yang snagat baik untuk dikembangkan di beberapa wilayah kecamatan. Jenisjenis tanaman padi ladang sesuai untuk diusahakan sebagai tanaman monokultur maupun sebagai tanaman sela dalam sistem tumpangsari . Potensi produksi dan luas panen disajikan dalam Tabel 11. B. Komoditi Palawija Tanaman pangan di lahan kering yang menonjol produksinya di wilayah ini ialah jagung, ubikayu, kacangtanah, kacang hijau dan kedelai. Jenis-jenis tanaman palawija ini sangat sesuai untuk diusahakan sebagai tanaman monokultur maupun sebagai tanaman sela dalam sistem tumpangsari . Potensi produksi dan luas panen tanaman palawija ini disajikan dalam Tabel 12. C. Hortikultura Sayuran Tanaman hortikultura sayuran ini yang menonjol produksinya di wilayah ini meliputi sayuran dataran tinggi dan dataran rendah. Jenis-jenis tanaman palawija ini sangat sesuai untuk diusahakan sebagai tanaman monokultur maupun sebagai tanaman sela dalam sistem tumpangsari . Potensi produksi dan luas panen tanaman ini disajikan dalam Tabel 13. Tabel 11. Produksi Tanaman Padi sawah dan Padi Ladang Kecamatan Mojo Semen Ngadiluwih Keras Kandat Padi sawah Luas (ha) Produksi (kwt) 2038 1772 621 865 889 118068 95796 36372 54638 53442 Padi ladang Luas (ha) Produksi (ton) 1618 118 73693 4889 AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 124 Wates 3161 187550 Ngancar 1136 66526 Plosoklaten 3802 220712 Gurah 3398 218772 Puncu 683 38625 Kepoung 3794 207655 Kandangan 3021 193678 Pare 6813 447465 Kunjang 2442 142711 Palemahan 4747 290956 Purwoasri 2838 169269 Pagu 4155 260078 Gampngrejo 2177 125321 Grogol 3902 233263 72 Tarokan 2118 133601 65 Jumlah 56084 3402456 1873 Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995 3239 2932 84753 Tabel 12. Total Produksi Tanaman Pangan Palawija Kecamatan Jagung Total Produksi (kwt) Ubikayu Kedelai Kacangtanah Mojo 46679 653576 620 1099 Semen 27450 402581 167 8725 Gurah 84404 20580 797 Puncu 195844 9965 672 2467 Kunjang 101669 10386 502 Palemahan 238108 42855 14607 1528 Purwoasri 73576 10437 1856 Papar 146591 9473 3009 542 Pagu 300879 14625 1795 6668 Gampengrejo 96621 7071 741 1187 Grogol 244259 762279 4438 8478 Tarokan 76210 525574 4237 1285 Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995 Tabel 13. Total Produksi Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan Kecamatan Mojo Semen Wates Plosoklaten Gurah Puncu Cabai 71 769 348 344 6342 1448 K.panjang 247 296 600 277 Total Produksi (kwt) B.merah Terong 100 2482 13 390 594 16442 Kacanghijau 22 497 25 130 485 963 927 72 Tomat 102 920 288 AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 125 Kandangan 365 1910 Pare 5956 148 79790 Kunjang 887 722 Palemahan 4080 511 54167 Pagu 10808 4593 18886 Gampengrejo 288 202 Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995 D. Buah-buahan Tanaman hortikultura buah-buahan ini yang menonjol produksinya di wilayah ini meliputi buah dataran tinggi dan buah dataran rendah. Jenis-jenis tanaman ini sangat sesuai untuk 748 476 925 9792 13 471 diusahakan sebagai tanaman monokultur maupun sebagai tanaman sela dalam sistem tumpangsari . Potensi produksi dan luas panen tanaman ini disajikan dalam Tabel 14. Tabel 14. Total Produksi Tanaman Buah-buahan Menurut Kecamatan Kecamatan Total Produksi (kw) Nanas Pisang Pepaya Mojo 1077 14682 Semen 144 21 Ngadiluwih 1592 2526 Kandat 45532 1691 17841 Ngancar 411191 3640 4946 Plosoklaten 6800 50000 212622 Gurah 223 13552 4515 Puncu 1778 2255 8490 Kandangan 62 3040 2400 Pare 71 15401 2012 Kunjang 1350 446 518 Purwoasri 908 743 114 Papar 5283 11 10888 115 Pagu 590 3083 5269 Grogol 101739 607 339 Tarokan 6860 1007 53 Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995 (3). Potensi Produksi Peternakan Mangga 13640 145088 6456 2653 269 655 2922 1710 3000 Rambutan 315 3 1449 3776 2573 701 1503 264 9000 1920 70 77 599 A. Ternak Besar Tabel 15. Populasi Ternak Ruminansia Menurut Kecamatan Kecamatan Sapi Potong Mojo 5330 Total Populasi (ekor): Sapi Perah Kambing Kerbau 6 4583 254 Kelinci 425 AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 126 Semen 3995 10 6398 Ngadiluwih 6998 25 13883 Keras 5995 10 9035 Kandat 6145 54 8161 Wates 5185 559 7503 Ngancar 3095 592 4496 Plosoklaten 4725 410 7114 Gurah 6130 194 8209 Puncu 3725 805 4455 Kepoung 4790 297 4391 Kandangan 2540 966 4263 Pare 4175 37 4626 Kunjang 5845 5045 Palemahan 3510 5386 Purwoasri 3995 3244 Papar 5696 509 6060 Pagu 6490 489 6771 Gampengrejo 2890 196 5985 Grogol 5735 5706 Tarokan 4875 7074 Jumlah 101863 5159 135391 Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995. 217 243 249 232 61 175 226 325 329 569 295 709 594 222 385 375 292 425 289 30 6496 410 225 95 650 625 250 970 1250 790 425 180 615 195 980 950 245 273 215 9740 AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 1 B. Unggas Penyebaran populasi unggas disajikan dalam Tabel 16 berikut. Konsentrasi populasi terdapat di wilayah Kecamatan Kandat, Ngadiluwih, Keras, Puncu dan Kepung untuk ayam buras; sedangkan ayam ras terpusat di Kecamatan Keras, Wates, dan Pare. Tabel 16. Populasi Ternak Unggas menurut Kecamatan Kecamatan Ayam Kampung Total Populasi (ekor): Ayam Ras Mojo 49850 15500 Semen 69500 22600 Ngadiluwih 89328 48500 Keras 89125 125750 Kandat 112550 72500 Wates 61295 131900 Ngancar 51950 21750 Plosoklaten 49800 51200 Gurah 54525 50750 Puncu 80625 64576 Kepoung 84150 15730 Kandangan 66750 22900 Pare 59750 155500 Kunjang 65789 26925 Palemahan 77970 11750 Purwoasri 71650 16500 Papar 60700 19550 Pagu 89950 40500 Gampengrejo 70870 50960 Grogol 85760 11750 Tarokan 41750 7250 Jumlah 1483637 984341 Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995. 1.4. Pendapatan Wilayah PDRB Kabupaten Kediri tahun 1995 sekitar Rp 996 079,84 juta; dua Itik 7150 10850 9725 7740 11705 8160 8790 10420 14800 10370 7150 8449 5075 9375 12825 7270 17545 16350 8190 10375 6405 205719 sektor yang dominan ialah Pertanian (43%) dan Perdagangan (26%) Sektor Sektor AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 128 Tabel 17. PDRB Kabupaten Kediri Tahun 1992 atas Dasar Harga Konstan (Juta rupiah) Lapangan Usaha 01. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 1.1. Tanaman Bahan Makanan 1.2. Tanaman Perkebunan 1.3. Peternakan dan hasilnya 1.4. Kehutanan 1.5. Perikanan 02. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2.1. Pertambangan tanpa Migas 2.2. Penggalian 03. INDUSTRI 04. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 4.1. Listrik 4.1. Air Bersih 05. BANGUNAN 06. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 6.1. Perdagangan, Besar/Eceran 6.2. Restoran 07. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7.1. PENGANGKUTAN 7.1.1. Angkutan Rel 7.1.2. Angkutan Jalan Raya 7.1.3. Jasa Penunjang Angkutan 7.2. Komunikasi 7.2.1. Pos dan Telekomunikasi 7.2.2. Jasa Penunjang Komunikasi 08. KEUANGAN PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 09. Sewa Bangunan 10. JASA-JASA 11. Adm. Pemerintahan & Pertahanan PDRB % Rp 54.19 202.220,66 0.93 4.459,91 8.38 0.27 40.679,70 1.445,55 1.07 15.13 5.340,06 71.025,67 2.30 12.247,00 2.56 12.033,07 4.81 2.51 7.85 28.357,76 12.383,11 40.630,57 100.00 430.823,06 Sumber: Kabupaten Kediri dalam Angka, 1994/95. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 129 2. Analisis Kendala Pengembangan Pertanian Lahan kering 2.1. Sumberdaya Alam 2.1.1. Lahan dan Penggunaan Lahan (1). Analisis Bentang Lahan Tabel 18 berikut ini mengikh tisarkan kondisi bentang lahan secara garis besar di wilayah Kabupaten Kediri. Pengamatan lapangan dilaku kan di beberapa lokasi yang mewakili tipe bentuk lahan. Tabel 18. Ikhtisar Kondisi Bentang Lahan di Wilayah Kediri No. 1. 2. 3. 4. 5. Uraian Slope% Teras Jenis Tanah Solum Textur Warna 6. Erosi Aktual Datar 5 - > 40 % Bangku dan Gulud Aluvial, Regosol , Mediteran Sebagian besar < 30 cm Lempung liat berdebu Coklat Kekuningan Merah Kekuningan Berat Sesuai dengan kemiringan lahan dan tebalnya solum tanah, sebagian besar lahan mempunyai masalah serius untuk budidaya tanaman pertani an secara intensif. Kendala kimia yang dijumpai adalah rendahnya kandungan bahan organik tanah dan nitrogen, sehingga seringkali merupakan faktor penyebab rendahnya produksi akibat tanaman kekurangan unsur. Untuk mengatasi diperlukan tindakan pemupukan atau penambahan unsur organik. (2). Pola Penggunaan Lahan Sekarang Ikhtisar umum tentang pola penggunaan lahan sekarang di wilayah Kabupaten Kediri disajikan dalam Tabel 19. Lahan kering merupakan tipe yang dominan, dan lahan ini dikelola sebagai tegalan, kebun campuran, dan pekarangan. Kecuali lahan kering terdapat pula sawah setengah teknis/sederhana dan sawah tadah hujan. Pengelolaan lahan tegalan dengan pola tumpanggilir dan tumpangsari, secara keseluruhan produktivitas yang dihasilkan masih rendah, khususnya jagung hanya berkisar 10-15 Ku/Ha, dan ubikayu 5-10 ton/Ha. Pada lahan kebun dan pekarangan dengan pola tanam campuran, secara umum intensitas perawatannya masih rendah, sehingga produktivitasnya juga rendah. Produktivitas pada sawah juga masih rendah khususnya akibat dosis pemupukan yang masih di bawah anjuran dan terjadinya stress air. Tabel 19. Ikhtisar Pola Penggunaan Lahan di Wilayah Kabupaten Kediri AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 130 Land Use POLA TANAM Tegalan Tmpang Gilir Kebun campu r an Tmpang sari Campur an JENIS TANAMAN SEMUSIM Tahunan Ubi kayu Jagung Padi Gogo Kactanah Jagung Kac.tanah Ubi kayu Cengkeh Kopi Pekara ngan Campur an Ubi kayu Lengkuas Jahe Kunyit Temu lawak Sawah Padi-Pa di-Pala wija Padi Jagung Kac.tanah Kacang hijau Kelapa Hibrida Mlinjo Cengkeh Kopi Mlinjo Kp randu Kelapa Pisang Jati Sengon Mangga - PENGOLAHAN Gulud Gulud TERAS - HAMA Penya kit Tikus Tikus Gulud - Tikus Gulud Teras Seder- - hana Gulud Gulud - - Tikus Tikus KETERsediaan air Cukup Cukup Sedang Cukup I.Cukup II.Krang Cukup Cukup HASIL Uk=124 J =22 Pg=38.5 Kc= 9.5 J =23.5 Kd=10 Ck= 0.45 Kp= 6.80 Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup K = 9.90 Kh=12 Mlj: Ck= 0.45 Kp= 6.8 Mlj: Kpr: K = 9.9 Ps= Lg=37.4 Jh=50 Mg= P =43.6 J =23.9 Kc= Kj= 7.3 Keterangan: P = Padi Uk = Ubi kayu Kc = Kac.tanah Ck = Cengkeh Mlj= Mlinjo K = Kelapa Dalam; Pg = Padi Gogo J = Jagung Kj = Kacang hijau Kp = Kopi Ps = Pisang Kh = Kelapa Hibrida; Lg = Lengkuas Jh = Jahe Ky = Kunyit Tl = Temu lawak Intensitas polatanam tumpangsari di lahan tegalan yang hanya dua kali/tahun, masih dapat ditingkatkan menjadi tiga kali/tahun dengan penga turan pola tanam secara tumpanggilir dan varietas genjah. Dengan cara tumpanggilir dengan ubikayu, maka luas tanaman ubikayu dapat bertambah dan produksi totalnya juga bertambah. Produktivitas pada lahan kering maupun sawah masih dapat ditingkatkan dengan peningkatan jumlah pemupukan sampai seperti anjuran, serta peningkatan pemanfaatan air sungai dan air hujan melalui pembuatan chek- dam dengan saluran irigasi atau bak penampung air hujan untuk mengisi kekurangan pada waktu terjadi defisit, khususnya sekitar bulan Mei- Juli. (3). Neraca lengas lahan dan kalender pertanaman Gambaran umum tentang kondisi lengas lahan dan pola tanam dominan tampak bahwa defisit air terjadi selama empat-lima bulan dalam musim pertumbuhan tanaman yang berlang sung selama 12 bulan, yaitu dari bulan Januari hingga bulan Desember. Adanya defisit lengas tanah selama lima bulan (Juni - Oktober) di musim kemarau, untuk lahan kering nampaknya sudah diantisipasi oleh petani dengan pola tanam khusus, AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 131 yaitu pada bulan Oktober secara tumpang sari Jagung+ Ubi kayu, dan pertengahan Februari panen jagung, kemudian awal Mei tanam lagi kacangtanah dan pertengahan Juni dipanen. Selanjutnya di lapangan tinggal ada ubikayu yang dipanen pada akhir september atau awal Oktober. Kendala yang dihadapi adalah pada waktu tanaman baru berumur satu-dua bulan ternyata mengalami defisit air, sehingga produktivitas pada musim tanam ke dua umumnya lebih rendah dibandingkan pada musim tanam I. Sedangkan untuk padi gogo (MT I) pada waktu tanaman menginjak umur tiga bulan ternyata mengalami defisit air sehinnga mengganggu pertumbuh an dan produksi. 2.1.2. Sumberdaya Air dan Ekosistem Perairan Pengadaan air bersih bagi kepentingan penduduk sehari-hari dilakukan melalui sumur galian, pompa air dalam maupun yang dangkal, selama ini belum merupakan kendala penting di wilayah kecamatan ini. Sumur-sumur galian penduduk umumnya kekurangan air di musim kemarau, debitnya mengalami penurunan yang tajam. Walaupun demikian keberadaan sumur dalam maupun dangkal ini sangat diperlukan, khususnya untuk menanggulangi kemungkinan penurunan yang tajam di musim kemarau serta mengantisipasi meningkatnya kebutuhan air rumah tangga. Kebutuhan air untuk keperluan pertanian, peternakan dan lainnya mengandalkan air hujan. Air sungai yang karena letaknya cukup curam sehingga belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Dari gambaran neraca lengas lahan diketahui bahwa di Kabupaten Kediri terjadi surplus air hujan pada bulan-bulan Januari, Februari, Maret, April, Nopember dan Desember, dan defisit air hanya terjadi pada bulan Mei dan Juli. Perkiraan surplus air hujan sepanjang tahun disajikan dalam Tabel 20. Kondisi yang ada sekarang ialah bahwa seba gian surplus air hujan tersebut mengalir di permukaan tanah menuju ke sungaisungai dan hanya sebagian dapat dimanfaatkan oleh penduduk setempat. Oleh sebab itu jika pembuatan chekdam dapat terlaksana, dan air sungai yang ada dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin melalui pembuatan jaringan irigasi sederhana karena memang debit sungai juga tidak besar, maka defisit air akan dapat teratasi. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 132 Tabel.20. Hasil Perkiraan Neraca Lengas Lahan No. Bulan Curah hujan Surplus ............... ... mm ........ 1. Januari 336 + 2. Februari 574 + 3. Maret 316 + 4. April 250 + 5. M e i 87 0 6. J u n i 18 7. J u l i 21 8. Agustus 54 9. September 52 10.Oktober 53 11.Nopember 199 0 12.Desember 292 + Total 2252 Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1997. Defisit ............ - 2.2. Komoditas Unggulan Wilayah (1). Komoditas Unggulan Wilayah kecamatan adalah sbb: No Kecamatan Komoditas Andalan Komoditas Unggulan 1 2 Gampengrejo Grogol 3 Gurah 4 5 Kandangan Kandat Padi, Jagung, Melinjo, Sapi perah Padi,Gogo, Jagung, Kc.tanah, kedelai, Mangga, kelapa, Sapi potong, Kambing/ domba, Ayam buras Padi, Jagung, Kc.tanah, Cabai, Melinjo Rambutan, Jambu air, Pisang, Salak, Kelapa, Sukun, Nangka, Tebu, Sapi potong, Kambing Padi, Rambutan, Durian, Kopi, ayam, buras Ubikayu, Ubijalar, Cabai, Mangga, Pepaya, Pisang, Melinjo, Kelapa , Sukun, Nangka, Tebu, Sapi potong 6 Kepung 7 Keras 8 Kunjang 9 Mojo Padi, Bw.merah, Durian, melinjo, Sukun, Ayam buras kc.tanah, Kelapa, Tebu, Sapi potong, Ayam buras Padi, Jagung, kedelai. kc.hijau, Cabai, Melinjo, Nangka Padi, Ubikayu, Kc.tanah, Kedelai, Mangga, Ubikayu Itik Sapi perah Rambutan Durian, Salak Kambing Kopi Ketimun Pisang Gogo AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 133 10 Ngadiluwih 11 Ngancar 12 Pagu 13 14 Papar Pare 15 Pelemahan 16 Plosoklaten 17 Puncu 18 Purwoasri 19 20 Semen Tarokan 21 Wates Pepaya, Kelapa, Kambing, Ayam buras Ubijalar, Mangga, Rambutan, Durian, Melinjo, Tebu, Sapi potong, Kambing /domba, Ayam buras Cabai, Pepaya, Pisang, Salak, melinjo, Kopi, Sukun, Nanas, Sapi perah Padi, Gogo, Bw.merah, Rambutan, pepaya, Kac.panjang, Pepaya, Kelapa, Nangka, Tebu, Sapi perah, Kambing /domba, ayam buras Padi, Jagung, Kedelai,Kc.hijau, Salak, kelapa Jagung, Kc.hijau, Cabai, Jambu air, Pisang, Melinjo, kelapa, ayam buras Padi, Jagung, Kc.tanah, Kedelai,B.merah, Cabai, Melinjo, Sapi potong, Ayam buras Padi, Jagung, Ubijalar, Cabai, Pepaya, Pisang, Kopi, Kelapa, Nanas, Tebu, Sapi potong, Kambing/domba Jagung,Kc.tanah, Bw.merah, Cabai, Durian, Melinjo, Kopi, Nanas, Nangka, Sapi perah, Ayam buras Padi, Kc.tanah, Jambu air, Tebu, Sapi potong Padi, Ubikayu, Kc.tanah, Bw.merah Gogo, Ubikayu, Kc.tanah, kedelai, mangga, Jambu air, Kelapa, Nangka Padi, Cabai, Wates, Pisang, Durian, Salak, Kelapa, nanas, Sapi perah Sukun Nangka Kelapa Kc.tanah Cabai Sapi potong Ubijalar Padi, ayam ras Bw.merah Melinjo Jamb. mete Pepaya Kedelai Kc.hijau Mangga Tebu AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 134 (2). Lokasi SPAKU Komoditas Unggulan No. Komoditas Unggulan Lokasi SPAKU Daerah Pengembangan 1. Padi sawah Pare 2. 3. Padi Gogo Jagung Mojo Pagu 4. Kedelai Purwoasri 5. Kacang Tanah Pagu 6. 7. 8. Kacang Hijau Ubikayu Kelapa Purwoasri Grogol Ngadiluwih 10. Kopi Kepung 11. Kapok Randu Kandangan 12. 13. Jambu mete Tebu Plosoklaten Wates 14 Rosella Sapi perah Sapi Potong Pare Kandangan Pagu Kerbau Pare 15. Kambing/ Domba Kandat 16. Ayam Buras Kandat 17. Ayam ras Itik Kelinci Ikan Kolam Darat Pare Gurah Pagu Pare Plemahan, Plosoklaten, Gurah, Mojo, Semen, Wates, Kepung, Kandangan, Kunjang, Purwoasri, Papar, Pagu, grogol, Gampengrejo Pagu, Tarokan, Grogol Parem Pelemahan, Plosoklaten, grogol, papar, Puncu, Gampengrejo, Kunjang, Gurah Tarokan, Grogol, kunjang, Pelemahan, Papar, Mojo Grogol, Semen, pelemahan, Purwoasri, Tarokan, Gurah, Mojo, Keras, Puncu Pelemahan, Papar, Pare, Kunjang Mojo, Semen, Tarokan, kandat grogol, Kandat, keras, Mojo, Wates, Plosoklaten, Papar, Tarokan, Pagu, pare, Gurah Kandangan, Ngancar, Puncu, Plosoklaten Pare, Tarokan, Semen, Plemahan, Keras, Plosoklaten, Puncu Tarokan, Pare, Kepung Pagu, Gurah, Kandat, Plosoklaten, Purwoasri, keras, Ngadiluwih Kandangan, Kunjang, Papar Puncu, Ngancar, Gpengrejo, Wates Keras, Kandat, Wates, Gurah, Grogol, Purwoasri, Plemahan, Plosoklaten Kandangan, kunjang, Gurah, Gampengrejo, Plosoklaten Mojo, Ngadiluwih, Grogol, Plosoklaten, Keras, Gurah, Pagu Ngadiluwih, Puncu, Pare, Pagu, grogol, Plemahan, Kandangan, Mojo puncu, Gurah, Wates, kandat, Keras Plosoklaten, Kandangna, Pare, Pagu Gurah, Plosoklaten, grogol, Kandat Purwoasri, Plosoklaten, Ngadiluwih, Mojo, Pagu, Grogol, Gampengrejo AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 135 (3). Komoditas Buah-buahan Buah-buahan Lokasi SPAKU Daerah Pengembangan Pisang Keras Mangga Rambutan Jambu: air Salak Semangka/ Melon/Ketimun Melinjo Semen Kandat Pagu Kandat Keras Pepaya Durian Nangka Cabe Puncu Kandat Ngadiluwih Pagu Sukun Ngadiluwih Plosoklaten Pare, Kandat, Plosoklaten, Ngancar, Wates, Gurah, Pagu Tarokan, Grogol, Mojo, Ngadiluwih, Kandat Ngadiluwih, Wates, Gurah, Pagu, Kandangan Purwoasri, Pare, Tarokan, Gurah Wates, Gurah, Ngancar, Papar Plosoklaten, Kandat, Gurah Kandat, Gurah, Ngadiluwih, kunjang, Pare, Puncu, Gampengrejo, Kepung, Ngancar, Plemahan Ngancar, Plosoklaten, Kandat, Mojo, Pagu Kandangan, Kepung, Ngadiluwih, puncu, Wates Kandat, Gurah, Puncu, Pagu, Tarokan, Kunjang Puncu, Ngancar, Kunjang, Gurah, Kandat, Wates, Plosoklaten, Pare, Pelemahan Kandat, Ngancar, Kepung, Gurah KESIMPULAN DAN SARAN 1. Produk Unggulan Wilayah Kecamatan Produk unggulan wilayah merupa kan produk hasil usaha masyarakat desa yang memiliki peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat desa. Berdasarkan pada kriteria ini, beberapa produk unggulan pertanian adalah: Padi sawah; Padi Gogo; Jagung; Kedelai; Kacang Tanah; Kelapa; Kopi; Tebu; Sapi perah; Sapi Potong; Kambing/ Domba; Ayam Buras; Ayam ras; Pisang; Mangga; Rambutan; Jambu air; Semangka/Melon/Ketimun; Melinjo; Pepaya; Durian; Nangka; Cabe; dan Sukun. 2. Koperasi Pengelola Produk Unggulan Pengembangan produk-produk unggulan wilayah dalam rangka untuk memberdayakan ekonomi rakyat setempat dapat dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan Koperasi Pengelola Produk Unggulan sebagai “LEMBAGA EKONOMI RAKYAT YANG MENGAKAR & MANDIRI”. Koperasi seperti ini dapat dikembangkan dari lembaga-lembaga ekonomi tradisional yang telah ada, atau melalui rekayasa sosial yang sesuai. 3. Strategi Pengembangan Sentra Produk Unggulan Beberapa macam kendala dalam pemberdayaan ekonomi rakyat di wilayah pedesaan ialah (1) keterba tasan kapabilitas sumberdaya alam, (2) masih adanya lokasi yang terisolir dan terbatasnya sarana dan prasarana fisik, (3) keterbatasan penguasaan modal dan teknologi, (4) lemahnya kemam puan kelembagaan penunjang pemba ngunan di tingkat perdesaan, dan (5) masih rendahnya akses masyarakat terhadap peluang-peluang bisnis yang AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 136 ada. Berdasarkan faktor pembatas dan kendala yang ditemukan disusunlah konsep strategi pemberdayaan eko nomi masyarakat melalui pengem bangan usaha produk unggulan wilayah. 4. Kelompok sasaran Lingkup Kegiatan dan Kelompok sasaran strategis dalam pengembangan produk unggulan wilayah adalah : a. Kelembagaan sosial -tradisional yang ada di masyarakat, seperti koperasi, kelompok tani, kelompok peternak, Paguyuban dan lainnya b. Lembaga Kelompok tani komo ditas yang telah ada. c. Warung pengecer bahan pokok, baik milik perorangan, kelompok (pra koperasi), maupun waserda milik koperasi untuk diberdayakan / dikembangkan usahanya. d. Pengusaha dan Pengusaha Kecil, baik perorangan maupun kelom pok, terutama jama'ah masjid / Kopontren yang bersangkutan yang bergerak di bidang produksi agribisnis/agroindustri dan sektor lainnya untuk diberdayakan / dikembangkan, sehingga pada gilirannya dapat memperluas kesempatan kerja (menyerap tenaga kerja). e. Tenaga Kerja Terampil untuk dilatih dan ditempatkan sebagai pendamping dan atau tenaga profesional / pengelola unit-unit usaha. 5. RANCANGAN KEBUN TEKNO LOGI: PUSAT INFORMASI DAN PELAYANAN TEKNOLO GI DESA (POSYANTEKDES) Penerapan teknologi tepat guna diharapkan dapat membantu pengem bangan usaha produksi produk unggul an di wilayah pedesaan dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyara kat desa. Proses alih teknologi yang efektif mensyaratkan beberapa hal penting, a.l.: 1. Peran-serta secara aktif semua instansi terkait dan masyarakat penerima/pengguna untuk menghadapi dan mengatasi kendala yang ada 2. Kerjasama dan komunikasi yang terprogram dalam suatu forum dialogis yang melibatkan semua komponen yang terkait 3. Tersedianya wadah bagi forum dialogis antara masyarakat, pembawa, dan sumber teknologi yang berada dekat dengan masyarakat dan mudah diakses oleh segenap masyarakat (POSYANTEKDES). 4. Adanya kelembagaan yang akomo datif dan partisipatif, didukung oleh adanya iklim inovatif dan tenaga yang terlatih, serta dilengkapi dengan fasilitas penunjang dan sistem informasi yang memadai. 5. Adanya tokoh panutan masyarakat yang mampu menggalang segenap potensi masyarakat untuk diarahkan dan disiapkan untuk mengadopsi teknologi. Keberadaan “POSYANTEKDES” di bawah kendali Koperasi Produk Unggul an dan bermitra dengan Perguruan Tinggi mampu menjadi wahana yang efektif dalam proses alih teknologi tepat guna di wilayah pedesaan. Kebun Teknologi ini dapat berfungsi ganda sebagai: (1). Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Tepat-guna, yang dapat diakses oleh para santri dan oleh masyarakat sekitar PONPES AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999 137 (2). Pusat Penyuluhan, DEMOPLOT Ujicoba Penerapan Teknologi, dan Kaji Tindak (3). Pusat Pelayanan dan Informasi IPTEK yang mampu menjalin hubungan dengan jaringan informasi IPTEk yang lebih luas.. DIPERTA 1995. Laporan Tahunan 1995. Cabang Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Dati II Kediri DAFTAR PUSTAKA DIPERTA 1996. Laporan Tahunan 1996. Cabang Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Dati II Kediri BPS 1995. Kabupaten Kediri Dalam Angka 1995. Kantor Statistik Kabupaten Dati II Kediri. DIPERTA 1997. Laporan Tahunan 1997. Cabang Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Dati II Kediri BPS 1996. Kabupaten Kediri Dalam Angka 1996. Kantor Statistik Kabupaten Dati II Kediri. DISBUN 1996. Laporan Tahunan 1996. Cabang Dinas Perkebunan Daerah Kabupaten Dati II Kediri BPS 1997. Kabupaten Kediri Dalam Angka 1997. Kantor Statistik Kabupaten Dati II Kediri. DISBUN 1997. Laporan Tahunan 1997. Cabang Dinas Perkebunan Daerah Kabupaten Dati II Kediri BPS. 1998. Potensi Desa Kabupaten Kediri Tahun 1996. Kantor Statistik Kabupaten Dati II Kediri. DISNAK 1996. Laporan Tahunan 1996. Cabang Dinas Peternakan Daerah Kabupaten Dati II Kediri AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999