I. PENDAHULUAN Pare (Momordica charantia) adalah salah satu tanaman hortikultura yang tumbuh di daerah tropis dan subtropis, seperti Asia, Amerika Selatan dan Afrika Timur. Selain dimanfaatkan sebagai salah satu bahan makanan, pare juga digunakan sebagai tanaman obat (Grover & Yadav, 2004). Pare diketahui bermanfaat menurunkan kadar kolesterol (Shintawati et al., 2011), mempunyai efek antidiabetik (Evacuasiany et al., 2005), antipiretik (Ermawati, 2010) dan antimikroba (Leelaprakash et al., 2011), mencegah proliferasi sel kanker dan sel tumor (Hsu et al., 2012), dan lain sebagainya. Mengingat banyaknya manfaat pare dan penggunaannya yang cukup luas di masyarakat, maka tidak menutup kemungkinan bahwa wanita hamil ataupun wanita yang tengah merencanakan kehamilan juga mengonsumsi pare. Di sisi lain, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pare berkhasiat sebagai anti fertilitas (Naseem et al., 1998). Pare dapat memicu terjadinya aborsi (Chan et al., 1984; Chan et al., 1986; Amah et al., 2011), dan juga digunakan untuk meluruhkan haid (Hazarika et al., 2008; Borokini et al., 2013). Ekstrak etanol daun pare berdasarkan hasil uji fitokimia mengandung flavonoid, saponin, alkaloid dan glikosida (Aulya, 2012). Saponin bersifat sitotoksik terhadap sel terutama sel yang sedang mengalami perkembangan. Flavonoid menghambat sejumlah proses perkembangan sel di dalam tubuh melalui penghambatan sejumlah reaksi enzimatik (Nurliani, 2007). Alkaloid dari tanaman dapat menyebabkan berhentinya pembelahan mitosis zigot maupun embrio pada stadium metafase (Wurlina, 2006). Flavonoid, saponin dan alkaloid dalam daun pare berfungsi sebagai antimikroba dengan cara menghancurkan permeabilitas dinding sel (Santoso et al., 2012). Glikosida dalam daun, buah dan biji pare merupakan glikosida triterpenoid yang dikenal dengan momordikosida atau momordisin, suatu senyawa bio.unsoed.ac.id yang bersifat sitotoksis (Fitriawati, 2001). Glikosida lainnya dalam tanaman pare menurut Paul & Raychaudhuri (2010), diantaranya adalah momorkarin, momordenol, momordisilin, momordisinin, momordin, karantin, kukurbitin dan kukurbitasin. Momordin-I, α-momorkarin dan β-momorkarin merupakan senyawa Ribosome Inactivating Proteins (RIP’s). Ribosome Inactivating Proteins menghambat sintesis protein dan menginduksi apoptosis sel (Shukla et al., 2012). Zat-zat yang dikonsumsi induk selama kehamilan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan embrio dan fetus. Zat-zat tersebut akan diterima fetus melalui kelenjar uterus pada saat sebelum implantasi (Sundaryono, 2011) dan melalui plasenta pada saat sesudah implantasi (Setyawati & Yulihastuti, 2011). Zat yang mampu menimbulkan mortalitas embrio, perkembangan terhambat, cacat lahir (malformasi), keguguran pada manusia dan resorpsi pada rodensia, dikategorikan sebagai zat teratogenik (Wijayanto et al., 2007). Zat teratogenik dapat berupa makanan dan obat, baik obat standar maupun jamu atau obat tradisional. Berdasarkan hal-hal tersebut serta belum banyaknya penelitian mengenai pengaruh pare terhadap perkembangan fetus, maka penelitian ini perlu dilakukan. Permasalahan yang perlu dijawab dalam penelitian ini adalah : 1) Apakah ekstrak etanol daun pare yang diberikan selama periode kehamilan berpengaruh terhadap perkembangan fetus mencit; 2) Berapakah dosis ekstrak etanol daun pare yang paling berpengaruh terhadap perkembangan fetus mencit. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui : 1. Perkembangan fetus mencit yang diberi ekstrak etanol daun pare selama periode kehamilan. 2. Dosis ekstrak etanol daun pare yang paling berpengaruh terhadap perkembangan fetus mencit. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pemberian dosis ekstrak etanol daun pare yang efektif bagi kehamilan mencit. Informasi ini dapat dikembangkan lebih lanjut dalam pemanfaatan ekstrak etanol daun pare bagi wanita yang sedang berada dalam masa kehamilan ataupun yang sedang merencanakan kehamilan. bio.unsoed.ac.id 2