BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kabupaten Purworejo Tahun 2016 merupakan penjabaran Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2016. Program dan kegiatan yang menjadi prioritas di tahun 2016 diarahkan kepada penyelesaian pencapaian tujuan sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Pelaksanaan pembangunan daerah disusun dalam suatu tahapan tertentu untuk menjamin adanya konsistensi dan keberlanjutan proses pembangunan serta keterkaitan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan daerah. Dengan mempertimbangkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang telah dicapai pada tahun sebelumnya, serta masalah dan tantangan yang akan dihadapi pada pelaksanaan tahun berjalan dengan RKPD, ditetapkan prioritas pembangunan daerah tahunan yang dijabarkan ke dalam program dan kegiatan pokok pembangunan untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan. Prioritas pembangunan tahunan disusun berdasarkan kriteria : a. Memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian sasaran-sasaran pembangunan sesuai tema pembangunan; b. Memiliki sasaran-sasaran dan indikator kinerja yang terukur sehingga langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat; c. Mendesak dan penting untuk segera dilaksanakan, merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk melaksanakannya; d. Realistis untuk dilaksanakan dan diselesaikan dalam kurun waktu satu tahun. Sebagai dokumen perencanaan pembangunan RKT merupakan pedoman bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), di mana kebijakan APBD ditetapkan secara bersama-sama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Pemerintah Daerah. Dengan cakupan dan cara penetapan tersebut, RKT mempunyai fungsi pokok sebagai berikut: a. Menjadi acuan bagi seluruh pelaku pembangunan, karena memuat seluruh kebijakan publik; b. Menjadi pedoman dalam penyusunan APBD, karena memuat sasaran dan prioritas pembangunan daerah satu tahun; 1 c. Menciptakan kepastian kebijakan, karena merupakan komitmen Pemerintah Daerah 2 Dasar hukum a. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan danKinerjaInstansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); b. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2006Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4663); c. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasiaonal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); d. PeraturanPemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara,Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4689); e. Instruksi Presiden RepublikIndonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; f. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; g. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan ReformasiBirokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, PelaporanKinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 3. Evaluasi Penyelenggaraan Pembangunan Daerah Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen pembangunan. Bersama-sama dengan perencanaan menjadi komponen dalam siklus pelaksanaan pembangunan. Hasil evaluasi adalah merupakan review atas segala hal yang mengarah pada sebuah keberhasilan maupun 2 kegagalan atas upaya yang telah dikerjakan. keberadaannya seandainya dapat menjadi Menjadi sangat esensial titik tolak pelaksanaan pembangunan periode berikutnya. Penyelenggaraan pembangunan Kabupaten Purworejo menghasilkan berbagai pencapaian. Pokok-pokok hasil capaian pelaksanaan pembangunan Kabupaten Purworejo disajikan dalam 2 kelompok besar yaitu Kondisi Umum Daerah dan Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan. 1. Kondisi Umum Daerah 1.1 Aspek Geografi dan Demografi 1. Letak, luas dan batas wilayah Secara geografis, Kabupaten Purworejo merupakan bagian dari Propinsi Jawa Tengah, yang terletak pada posisi antara 1090 47’ 28” 1100 8’ 20” Bujur Timur dan 7o 32’ – 7o 54” Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Purworejo adalah 1.034,82 km2 yang terdiri dari + 2/5 daerah dataran dan 3/5 daerah pegunungan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara : Kabupaten Wonosobo dan Magelang Sebelah timur : Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY Sebelah : Samudra Indonesia : Kabupaten Kebumen selatan Sebelah barat 2. Kondisi Topografi Kondisi kemiringan lereng atau lereng Kabupaten Purworejo dapat dibedakan menjadi empat (4) kategori yaitu: a. Kemiringan 0 – 2% meliputi bagian selatan dan tengah wilayah Kabupaten Purworejo, b. Kemiringan 2 – 15% meliputi sebagian Kecamatan Kemiri, Bruno, Bener, Loano, dan Bagelen, c. Kemiringan 15 – 40% meliputi bagian utara dan timur wilayah Kabupaten Purworejo, d. Kemiringan > 40% meliputi sebagian Kecamatan Kaligesing, Loano, Gebang, Bruno, Kemiri, dan Pituruh. 3 Bagelen, Posisi ketinggian Kabupaten Purworejo berkisar antara 0 meter sampai dengan 1.064 meter di atas permukaan laut. Kondisi topografi Kabupaten Purworejo secara umum adalah sebagai berikut : a. Bagian selatan dan barat merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 – 25 meter di atas permukaan air laut. b. Bagian utara dan timur merupakan daerah berbukit-bukit dengan ketinggian antara 25 – 1064 meter di atas permukaan air laut. 3. Kondisi Klimatologis Kondisi iklim suatu daerah sangat berpengaruh pada potensi daerah bersangkutan, baik dalam potensi sumber daya alam maupun dalam potensi bencana alam. Kabupaten Purworejo beriklim tropis dengan dua musim dalam setahunnya yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Rata-rata suhu udara di Purworejo antara 19–28oC dengan curah hujan rata-rata per tahun berkisar antara 620 mm/tahun hingga 3.720 mm/tahun. Berdasarkan perbandingan bulan basah dan bulan kering setiap tahun maka curah hujan di Kabupaten Purworejo termasuk dalam kategori tinggi. Curah hujan yang tinggi tersebut secara langsung dapat mengakibatkan penjenuhan pada tanah permukaan sehingga mempengaruhi drainase permukaan tanah. Hujan dengan intensitas tinggi merupakan salah satu pemicu (trigger factor) terjadinya bencana yaitu banjir dan longsor lahan di Kabupaten Purworejo. 4. Kondisi Geologi Kondisi geologi di Kabupaten Purworejo dapat dirinci menjadi bahasan mengenai lithologi/batuan, stratigrafi dan struktur geologi. Ketiga aspek geologi tersebut penting kaitannya dengan beberapa fenomena alam khususnya kebencanaan seperti longsor, banjir maupun kekeringan. Proporsi litologi batuan Kabupaten Purworejo berupa batuan sedimen dan perselingan batuan gunung api sebesar 60,1% terdapat di bagian utara dan timur wilayah Kabupaten Purworejo pada daerah dengan topografi tinggi dan 39,9% aluvium tersebar pada daerah dengan topografi rendah di bagian selatan dan barat Kabupaten Purworejo. Susunan batuan/stratigrafi yang menyusun wilayah Kabupaten Purworejo mengikuti tata stratigrafi 4 pada Pegunungan Serayu Utara yang berada di bagian utara dan Pegunungan Menoreh yang berada di bagian timur. Kabupaten Purworejo sendiri memiliki empat bentuk lahan asal proses, meliputi bentuk lahan asal proses struktural, bentuk lahan asal proses fluvial, bentuk lahan asal proses marin dan bentuk lahan asal proses denudasional. 5. Kondisi Hidrologi Kondisi hidrologi yang dapat dilihat dari potensi air tanah dan keberadaan air permukaan satu daerah adalah tidak sama dengan daerah lainnya walaupun keduanya mempunyai curah hujan yang sama. Hal ini disebabkan kondisi lahan (geologi, geomorfologi, dan tanah) setiap daerah berbeda. Perbedaan-perbedaan ini akhirnya membawa keberagaman dalam potensi sumber daya alam dan potensi kebencanaan alam sehingga pengembangan sumber daya alam daerah harus memperhatikan potensi-potensi alam tersebut. Pengembangan sumber daya alam harus memperhatikan kesinambungan pemanfaatan dan kelestarian lingkungan. Kekeliruan pengembangan sumber daya alam selain berdampak pada degradasi sumber daya alam bersangkutan juga berperan dalam memicu terjadinya bencana alam yang berakibat sangat merugikan. Kabupaten Purworejo memiliki potensi air yang berasal dari air permukaan dan air bawah tanah. Di Kabupaten ini terdapat beberapa sungai yang mengalir di daerah ini dan bermuara di Samudera Indonesia. Sungai-sungai ini termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Bogowonto, Cokroyasan dan Wawar. Hulu-hulu sungai tersebut umumnya berada di bagian timur dan utara Kabupaten Purworejo. 6. Kondisi Penggunaan Lahan Pengunanan lahan Kabupaten Purworejo dibagi menjadi dua kategori yaitu lahan kering seluas 72,854.80 Ha atau 70,40 % dan tanah sawah seluas 30,626.97 Ha atau 29,60%. Lahan kering terdiri dari 10,116.50 Ha berupa tanah bangunan dan halaman sekitarnya, 51,598.14 Ha berupa tegal/kebun /ladang/huma, 6,857.88 Ha berupa hutan negara, dan sisanya berupa padang rumput, tambak, 5 tanah lainnya. Luas sawah beririgasi adalah 27,677.14 Ha, sedangkan sawah tadah hujan seluas 2949.83 Ha. Dinamika penggunaan lahan di Kabupaten Purworejo kurang terkendali. Sebagian besar perubahan yang terjadi berupa alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian seperti untuk perumahan dan permukiman. 7. Potensi Pengembangan Wilayah Potensi budidaya pengembangan yang wilayah direncanakan mengoptimalkan pemanfaatan budidayajuga diarahkan sesuai diarahkan pada kemampuan kawasan lahan guna sumber daya.Pemanfaatan kawasan dalamrangkamendukung terciptanya struktur ruang yang mendukung bagi pengembangan berbagai sektor pembangunan dan integrasiwilayah.Pengembangan kawasan budidaya di KabupatenPurworejo dilakukan secara efektif dan efesien serta sinergis, agar pemenfaatan ruang dan sumber daya dapat dilakukan secara optimal. Berkenaan dengan itu, strategi pengembangan kawasan budidaya ditekankan pada upaya-upaya optimalisasi pemanfaatan mempertahankan kelestarian sumberdaya lingkungan dengan guna tetap mewujudkan pembangunan berkelanjutan. 8. Wilayah Rawan Bencana Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Di Wilayah Kabupaten Purworejo terdapat 4 (empat) kawasan rawan bencana alam, yaitu kawasan rawan bencana banjir, kawasan rawan bencana tanah longsor, kawasan rawan bencana gelombang pasang dan kawasan rawan bencana kekeringan. 9. Demografi a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Purworejo menurut hasil Sensus Penduduk pada tahun 2010 adalah 694.404 jiwa. Sedangkan kondisi pada akhir tahun 2013 adalah 705.485 jiwa. Dilihat dari 6 persebarannya, Kecamatan Purworejo dan Kecamatan Kutoarjo memiliki jumlah penduduk yang paling banyak yaitu 11,92 % dan 8,36% dari jumlah penduduk Kabupaten Purworejo. Adapun Prosentase Persebaran Penduduk Kabupaten Purworejo Tahun 2013 sebagaimana tersaji pada gambar berikut. Gambar 2.1. Prosentase Persebaran Penduduk Kabupaten Purworejo Tahun 2013 Sumber Data : Purworejo Dalam Angka Tahun 2014 b. Usia Sebagian besar Penduduk Purworejo berusia antara 15–64 Tahun. Rasio beban ketergantungan di Purworejo tahun 2013 adalah 54,24. Artinya 100 penduduk usia produktif (15-64) rata-rata menanggung beban 54,24 penduduk usia tidak produktif (0-14 dan 65 keatas). Kepadatan penduduk Kabupaten Purworejo rata-rata 684,65 orang/km2. Dari sisi kewilayahan, terdapat tiga kecamatan yang kepadatan penduduknya di atas 1.000 orang/km2 yaitu Kecamatan Purworejo dengan kepadatan penduduk sebesar 1.589,05 orang/km2, Kecamatan Kutoarjo dengan kepadatan penduduk 7 sebesar 1.563,56 kepadatan orang/km2 penduduk sebesar danKecamatan 1.067,24 Bayan orang/km2. dengan Hal ini disebabkan karena tiga kecamatan tersebut memang merupakan kawasan Aglomerasi yaitu kawasan strategis tumbuh cepat Kota Purworejo-Kota Kutoarjo. Sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Kaligesing dengan kepadatan penduduk sebesar 393,56 orang/km2 dan Kecamatan Bruno dengan kepadatan penduduk sebesar 403,27 orang/km2. Dua kecamatan tersebut memang merupakan daerah dengan kondisi geografis berupa pegunungan yang sebagian wilayahnya memiliki hutan yang cukup luas. Laju pertumbuhan penduduk Purworejo dari tahun 2010 2013 adalah 1,595%. Rata-rata pertumbuhan penduduk Purworejo pertahun sebesar 0,531%. Pertumbuhan penduduk Kecamatan yang di atas rata-rata Kabupaten Purworejo adalah Kecamatan Ngombol, Purwodadi, Bagelen, Purworejo, Banyuurip, Bayan, Butuh, dan Bruno. Salah satu ukuran kualitas yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kualitas pembangunan manusia yang telah berhasil dicapai adalah dengan Human Development Index (HDI) atau Indek Pembangunan mengukur tiga Pembangunan Manusia dimensi Manusia (IPM). (IPM) merupakan pokok pembangunan Indeks indikator manusia untuk yang mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, yaitu Angka Usia Harapan Hidup (AHH) untuk mengukur peluang hidup. Sedangkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf merupakan dimensi pokok yang menunjukkan status tingkat pendidikan. Pengeluaran rill per kapita guna mengukur akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak. Perkembangan IPM Kabupaten Purworejo dalam kurun waktu tahun 2008-2013 menunjukkan peningkatan. Capaian IPM Kabupaten Purworejo pada tahun 2013 sebesar 74,18 meningkat dari tahun 2012 sebesar 73,53. Jika dibandingkan target yang tercantum dalam dokumen RPJMD Kabupaten Purworejo 20112015. 8 Komponen pembentuk indikator IPM ada 4 yaitu: Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Lama Sekolah serta Pengeluaran per Kapita. Angka harapan hidup adalah perkiraan lama hidup ratarata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut umur. Angka ini adalah angka pendekatan yang menunjukan kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama. Standar UNDP besarnya adalah 25 < x > 85 (minimal 25 tahun dan maksimal 85 tahun). Pada tahun 2011 angka harapan hidup di Kabupaten Purworejo adalah 70,78 tahun meningkat menjadi 71,04 tahun di tahun 2012. Pada tahun 2013 meningkat menjadi 71,44. Kondisi ini masih di bawah Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 71,97 di tahun 2013. Angka melek huruf adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Standar UNDP minimal 0% dan maksimal 100%. Pada tahun 2011 angka melek huruf di Kabupaten Purworejo mencapai 91,74% meningkat menjadi 92,79% di tahun 2012. Pada tahun 2013 meningkat menjadi 93,53. Kondisi ini lebih baik dari Provinsi Jawa Tengah yang hanya mencapai 91,71% di tahun 2013. Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Indikator ini dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki. Standar UNDP adalah minimal 0 tahun dan maksimal 15 tahun. Pada tahun 2010 rata-rata lama sekolah di Kabupaten Purworejo adalah 7,75 tahun meningkat menjadi 7,84 tahun di tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi 7,93 tahun di tahun 2012. Pada tahun 2013 meningkat menjadi 8,02. Kondisi ini lebih baik dari Provinsi Jawa Tengah yang hanya mencapai 7,43 tahun di tahun 2013. Pengeluaran per Kapita Disesuaikan merupakan pengeluaran riil perkapita yang telah disesuaikan untuk menggambarkan daya beli masyarakat. Standar UNDP maksimal Rp. 737.720,- yang merupakan proyeksi dari daya beli tertinggi yang dicapai Jakarta pada tahun 2018 dengan asumsi tingkat pertumbuhan daya beli sebesar 6,5% per tahun selama periode 1993-2018. Pengeluaran riil perkapita di Kabupaten Purworejo meningkat dari Rp. 634,970,- di 9 tahun 2010 menjadi Rp. 636.340,- di tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi Rp. 638.510,- di tahun 2012. Pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp. 641.040,-. Namun demikian, pengeluaran per kapita Kabupaten Purworejo masih relatif sedikit lebih rendah dari Provinsi Jawa Tengah yang mencapai Rp. 646.440. IPM Kabupaten Purworejo meningkat setiap tahunnya dan di atas angka provinsi maupun nasional. Indikator Pembentuk IPM Kabupaten Purworejo yang perlu perhatian adalah Usia Harapan Hidup dan yang perlu kerja keras adalah Pengeluaran per Kapita Disesuaikan. 1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 1. PDRB dan Perkembangannya a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu bagian dari sistem neraca ekonomi regional yang didalamnya merekam hasil-hasil dari kegiatan ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu (satu tahun). PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. b. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga tahun tertentu sebagai tahun dasar, dimana dalam periode tahun sampai dengan tahun 2011 ini menggunakan tahun dasar tahun 2000. c. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. d. Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 PDRB Kabupaten Purworejo atas harga berlaku adalah 6.466.490,69 juta rupiah dan meningkat menjadi 7.143.081,12 juta rupiah, atau meningkat tiap tahun sebesar 10,46%. Sedangkan untuk PDRB atas dasar harga konstan mencapai 3.016.597,82 juta rupiah di tahun 2010 menjadi 3.168.113,50 juta rupiah di tahun 2011, 10 atau meningkat 5,02%. Artinya bahwa jika dibandingkan dengan tahun dasar tahun 2000, maka perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku mencapai 3,78 kali dan untuk harga konstan mencapai 1,67 kali di tahun 2011. 2. Laju Inflasi a. Kondisi perekonomian daerah tidak bisa lepas dari pengaruh inflasi yang terjadi dalam kurun waktu tertentu, terutama pengaruh kebijakan makro oleh pemerintah secara nasional. Inflasi menunjukan kestabilan tingkat perekonomian perkembangan di suatu harga wilayah. serta Dengan mencermati tingkat inflasi yang terjadi di suatu wilayah tertentu dari waktu ke waktu akan diketahui tingkat perkembangan harga dan kestabilan perekonomian di wilayah tersebut. b. Dilihat dari persebaran inflasi menurut kelompok barang dan jasa pada tiga tahun terakhir, maka kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menjadi pemicu inflasi pada akhir tahun 2012 yang mencapai 8,09%. Secara regional Jawa Tengah laju inflasi Kabupaten Purworejo relatif cukup baik. Di Provinsi Jawa Tengah terdapat empat daerah yang dijadikan Kota Survey Biaya Hidup (SBH) yaitu Kabupaten Banyumas khususnya Purwokerto, Kota Surakarta, Kota Semarang dan Kota Tegal. Empat daerah ini yang menjadi barometer tingkat perekonomian perkembangan wilayah regional harga di Jawa serta kestabilan Tengah. Jika dibandingkan dengan empat kota SBH tersebut, laju inflasi Kabupaten Purworejo masih lebih rendah dari Purwokerto dan relatif lebih mendekati Tegal. Jika dibandingkan dengan daerah sekitar, laju inflasi Kabupaten Purworejo tahun 2012 masih sedikit lebih tinggi dari Kabupaten Magelang. Namun demikian tetap dapat kita simpulkan bahwa Kabupaten Purworejo memiliki perkembangan harga dan stabilitas perekonomian yang relatif cukup baik. 11 3. PDRB per kapita PDRB per kapita berbeda dengan pendapatan per kapita. PDRB per kapita menunjukan kemampuan masyarakat dalam menghasilkan nilai tambah, sedangkan pendapatan perkapita menunjukan besarnya pendapatan yang diterima masyarakat atas penggunaan faktor produksi yang dimiliki di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu. Pada tahun 2010 nilai PDRB per kapita Kabupaten Purworejo mencapai Rp. 9.299.166,25 dan meningkat menjadi 10.257.226,13 pada tahun 2011. Namun kondisi di tahun 2011 tersebut masih berada di bawah PDRB per kapita Provinsi Jawa Tengah yang mencapai Rp. 15.376.170,75 maupun skala nasional yang mencapai Rp. 30.812.926,11. 4. Indikator ketimpangan Regional Kondisi pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah perlu dilihat dari sisi pemerataan pembangunan di masing-masing wilayah pendukung. Hal tersebut diperuntukan untuk dapat menekan timbulnya kesejangan pembangunan kewilayahan khususnya yang disebut dengan ketimpangan wilayah. Ketimpangan itu sendiri terjadi salah satunya karena akibat dari kegiatan ekonomi yang belum merata. tersebut dapat dianalisis Ketimpangan pembangunan dengan menggunakan indeks ketimpangan regional yang dinamakan indeks ketimpangan Williamson. Indeks ini dihitung dengan menggunakan komponen utama yaitu PDRB per Kapita serta jumlah penduduk masing-masing kecamatan. Angka indeks ketimpangan Williamson yang semakin kecil atau mendekati nol menunjukan ketimpangan yang semakin kecil atau dengan kata lain semakin merata, dan apabila semakin besar atau semakin jauh dari nol menunjukan ketimpangan yang semakin melebar. Indek ketimpangan Williamson dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu melalui indek ketimpangan menurut lapangan usaha dan indek ketimpangan menurut kewilayahan atau antar kecamatan. Indek ketimpangan menurut lapangan usaha 12 menunjukan tingkat ketimpangan yang terjadi antar sembilan kelompok lapangan kabupaten. usaha yang ada di seluruh wilayah Sedangkan indek ketimpangan kewilayahan atau antar kecamatan menunjukan tingkat ketimpangan yang terjadi antar wilayah kecamatan. Jika dilihat menurut lapangan usaha, Indeks ketimpangan menurut lapangan usaha di Kabupaten Purworejo dari data empiris tahun 2010-2011 menunjukan grafik sedikit meningkat yaitu dari 0,6912 menjadi 0,74613. Artinya bahwa terjadi kesenjangan menurut lapangan usaha di Kabupaten Purworejo dimana beberapa sektor terjadi penguatan dan menjadi sangat dominan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi antar wilayah sektoral kecamatan sementara sektor yang lain berada di bawah rata-rata umum kabupaten. Jika dicermati maka sektor pertanian, industri, dan perdagangan dan jasa masih merupakan sektor dominan di Kabupaten Purworejo. Kondisi ini dapat dikatakan masih sejalan dengan visi misi daerah dimana menkankan pada pembangunan menuju daerah agribisnis. Jika dilihat menurut kewilayahan, ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Purworejo secara makro terdapat kesenjangan kewilayahan khususnya antara beberapa wilayah kecamatan yang secara geografis berada di dataran tinggi dengan beberapa wilayah kecamatan yang berada di daerah dataran rendah dan datar yang sebagian merupakan kota pusat pertumbuhan. diantaranya Indeks ketimpangan wilayah kecamatan Kabupaten Purworejo dari data empiris tahun 2010-2011 justru menunjukan grafik menurun yaitu 0,3800 menjadi 0,37141 menurut PDRB atas dasar harga berlaku. Kondisi ini menunjukan bahwa pemerataan pembangunan antar kecamatan yang dihitung berdasar kondisi empiris di tahun 2011 relatif lebih merata dari tahun sebelumnya. Jika dilihat dari pertumbuhan indek ketimpangan wilayah berdasar PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, 13 perkembangan kesenjangan antar wilayah di tahun 2010-2011 juga mengalami penurunan yaitu 0,3500 menjadi 0,34209. Artinya bahwa walaupun beberapa kecamatan relatif berada di bawah kondisi secara umum rata-rata wilayah yang lainnya namun proses akumulasi dan mobilisasi sumber-sumber berupa akumulasi modal, ketrampilan tenaga kerja dan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu daerah tidak menjadi pemicu kesenjangan dalam laju pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Adanya heterogenitas dan beragam karakteristik suatu wilayah dapat disimpulkan terjadi proses saling mendukung (backward and forward linkage) antar wilayah sehingga menyebabkan tidak terjadinya kecenderungan konsentrasi aktivitas ekonomi secara parsial yang memunculkan kondisi ketimpangan sektoral antar daerah di Kabupaten Purworejo. 2. Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan 2.1 Evaluasi pencapaian prioritas pelaksanaan pembangunan sampai dengan tahun berjalan Evaluasi pembangunan adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberikan nilai secara obyektif atas pencapaian hasil-hasil pelaksanaan pembangunan yang telah direncanakan sebelumnya. Evaluasi pembanguan dilaksanakan secara sistematis dengan mengumpulkan, menganalisis data informasi untuk menilai kelayakan serta pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pasca kegiatan. 2.2 Evaluasi Atas Pelaksanaan Pembangunan Dalam Dimensi Kewilayahan. Perkembangan pembangunan suatu daerah pada dasarnya adalah merupakan wilayah-wilayah pembangunan akumulasi yang menjadi Kabupaten dari perkembangan cakupannya. Purworejo merupakan pembangunan Perkembangan akumulasi dari perkembangan pembangunan 16 Kecamatan dan 494 desa yang ada di Purworejo. Dengan demikian perkembangan pembangunan sebuah Kabupaten salah satu faktor 14 penentunya adalah sejauhmana perkembangan wilayah-wilayah cakupannya, seberapa besar sumber-sumber, berupa kesenjangan antar wilayah yang ada. Proses akumulasi dan mobilisasi akumulasi modal, ketrampilan tenaga kerja dan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan pemicu dalam laju pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Adanya heterogenitas dan beragam karakteristik suatu wilayah menyebabkan kecenderungan terjadinya konsentrasi aktivitas ekonomi secara parsial dan seringkali memunculkan kondisi ketimpangan antar daerah. 2.2.1 Ketimpangan Antar Wilayah Ketimpangan pembangunan antar kecamatan yang terjadi di Kabupaten Purworejo dapat ditinjau dengan menggunakan indeks ketimpangan regional yang dinamakan indeks ketimpangan Williamson. Yang dihitung dengan menggunakan komponen utama yaitu PDRB per kapita serta jumlah penduduk, masing-masing untuk tiap kecamatan. Angka indeks ketimpangan williamson yang semakin kecil atau mendekati nol menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil atau dengan kata lain semakin merata, dan bila semakin jauh dari nol menunjukkan ketimpangan yang semakin melebar. Indeks Williamson Kabupaten Purworejo meningkat terus sejak tahun 2006 sampai 2011. Fenomena tersebut menunjukkan adanya peningkatan dalam hal ketimpangan antar wilayah. Kesenjangan antar wilayah Kecamatan yang tampak dalam Indeks Williamson tersebut mengungkap adanya beberapa wilayah yang secara relatif berada di bawah kondisi secara umum rata-rata wilayah yang lainnya. Apabila dipetakan dengan menggunakan tipologi Klasen maka akan tampak tipologi suatu wilayah apakah berada dibawah atau diatas rata-rata wilayah lainnya. Berikut tabel yang menunjukkan pengklasifikasian wilayah dalam 4 kuadran mengikuti pola tipologi klasen 15 Tabel. Empat Kuadran Tipologi Klasen Yc ap Tinggi Rendah Maju dgn pertumbuhan cepat Purworejo Kutoarjo Banyuurip Maju tapi tertekan Purwodadi Butuh Berkembang cepat R Tinggi Rendah Bayan Kurang berkembang Grabag Bagelen Ngombol Kaligesing Pituruh Kemiri Bruno Gebang Loano Bener Sumber: Analisis, 2013 Berdasarkan tipologi klasen tersebut diatas dua wilayah dalam kategori maju dengan pertumbuhan cepat, 3 wilayah dalam kategori berkembang cepat, 2 wilayah dalam kategori maju tapi tertekan dan 9 wilayah dalam kategori kurang berkembang. Perkembangan kondisi masing-masing wilayah selama 3 tahun terakhir menunjukkan bahwa 2 wilayah menunjukkan perkembangan yang meningkat yaitu Ngombol Banyuurip dan Butuh, 1 wilayah mengalami penurunan Ngombol, dan 13 wilayah kondisinya tetap (yaitu Purwodadi, Bagelen, Kaligesing, Purworejo, Bayan, Kutoarjo, Pituruh, Kemiri, Bruno, Gebang, Loano,Grabag dan Bener). Perkembangan tersebut tampak dalam tabel berikut ini : 16 Tabel. Perkembangan Wilayah Berdasarkan Tipologi Klasen Tahun 2011 Tabel Perkembangan Wilayah Berdasarkan Tipologi Klasen Tahun 2011 No Kecamatan 1. Grabag 2. Ngombol Tipologi 2009 2010 Berkembang Kurang Kurang cepat berkembang berkembang Kurang Berkembang cepat Berkembang 3. Purwodadi 2011 Maju Tapi Kurang Ket. Tetap Turun berkembang Maju tapi tertekan Maju tapi tertekan Tetap Tetap Tertekan 4. 5. Bagelen Kaligesing Kurang Kurang Kurang Berkembang berkembang berkembang Berkembang Berkembang cepat cepat 6. 7. Purworejo Banyuurip Kurang Maju Dgn Maju dengan Maju dengan Pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan Cepat cepat cepat Maju Dgn Maju tapi tertekan Pertumbuhan Bayan Berkembang 9. Kutoarjo Maju dengan Tetap Naik pertumbuhan Cepat 8. Tetap berkembang cepat Berkembang cepat Berkembang cepat Tetap Maju Dgn Maju dengan Maju dengan Tetap Pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan Cepat cepat cepat Maju Tapi Kurang Maju tapi tertekan Naik Tertekan berkembang Tetap cepat 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Butuh Pituruh Kemiri Bruno Gebang Loano Bener Kurang Kurang Kurang Berkembang berkembang berkembang Kurang Kurang Kurang Berkembang berkembang berkembang Kurang Kurang Kurang Berkembang berkembang berkembang Kurang Kurang Kurang Berkembang berkembang berkembang Kurang Kurang Kurang Berkembang berkembang berkembang Berkembang Kurang Kurang cepat berkembang berkembang Sumber: Analisis, 2013 2.2.2. Karakteristik Ekonomi Wilayah 17 Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Karakteristik suatu wilayah yang dapat pula menjadi salah satu penyebab terjadinya kesenjangan yang diantaranya tampak dalam kekuatan masing-masing sektor produksinya. Demikian juga mengenai aktivitas ekonomi masyarakat Kabupaten Purworejo yang secara Kecamatan. administratif Tampak bahwa tersebar ke sebagian dalam besar 16 wilayah wilayah secara struktural didominasi oleh agrikultural, namun beberapa wilayah sudah mulai bergerak pada sektor manufaktur dan jasa. Berdasar struktur produksi tiap-tiap wilayah tersebut, maka hampir semua kecamatan telah mengalami pergeseran struktur ekonomi. Sektor primer (agraris) perlahan bergeser ke sector sekunder (manufacture) dan sector tersier (jasa). Kondisi pada tahun 2011, tipe kecamatan, yaitu : a. Bertipe agraris ada 12 kecamatan yaitu kecamatan Grabag, Ngombol, Purwodadi, Bagelen, Kaligesing, Butuh, Pituruh, Kemiri, Bruno, Gebang, Loano dan Bener. b. Bertipe industri ada 2 kecamatan yaitu kecamatan Banyuurip dan kecamatan Bayan c. Bertipe jasa-jasa ada 2 kecamatan yaitu kecamatan Purworejo dan Kecamatan Kutoarjo. Meskipun demikian selama periode ini kecamatan yang masih bertipe agraris secara perlahan-lahan bergeser kearah industri dan jasa-jasa 2.2.3. Upaya Pengembangan Wilayah Pembangunan wilayah telah dilakukan pemerintah daerah melalui program kegiatan yang dikelola oleh satuan kerja perangkat daerah maupun melalui bantuan sosial kemasyarakatan dan hibah dari pemerintah daerah langsung kepada masyarakat. Secara umum alokasi pada beberapa wilayah tampak relatif lebih besar dari wilayah lain. Pada beberapa skema bantuan memang tidak dapat didistribusikan merata untuk semua wilayah namun disesuaikan dengan jumlah kelompok sasaran yang ada di masingmasing wilayah. Misal untuk 18 Dana Alokasi Untuk Desa didistribusikan sesuai dengan jumlah desa yang ada dalam suatu wilayah. Distribusi bantuan kemasyarakatan, hibah serta bantuan sosial pada tahun 2012 sudah relatif terdistribusi ke 16 wilayah, namun demikian tetap ada wilayah yang alokasinya relatif sangat kecil dibanding wilayah lainnya. Yang relatif lebih besar pada satu wilayah perlu untuk dioptimalkan lagi dari sisi pemerataannya pada periode yang akan datang. Tidak hanya mempertimbangkan proposal yang masuk namun secara proaktif perlu disusun pola alokasi yang lebih merata ke semua wilayah. Kinerja pelaksanaan kegiatan di kecamatan selama tahun 2012 secara umum dari sisi kuantitas (% realisasi output) cukup baik, namun dari sisi kualitas terdapat beberapa kegiatan yang kurang optimal dalam pelaksanaannya. Beberapa upaya lain dalam hal peningkatan kapasitas wilayah, terdapat dalam program dan kegiatan-kegiatan yang dikelola oleh beberapa satuan kerja perangkat daerah. sarana prasarana jalan, pendidikan, Meliputi peningkatan kesehatan, pertanian, perikanan dan kelautan maupun perindustrian dan perdagangan. RENCANA KINERJA TAHUNAN KABUPATEN : PURWOREJO TAHUN ANGGARAN : 2016 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja 1 1. 2 3 4 BIDANG PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN DAN OLAH RAGA Meningkatnya aksesibilitas pendidikan Pendidikan anak usia dini, non formal dan informal 1. APK PAUD 4-6 tahun 2. APK PAUD 0-6 tahun 19 71.93% 32.00% No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 1 2 3 3. Prosentase Angka Buta Huruf (Penurunan) 4. Persentase Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) berkinerja A dan B 5. % Ketersediaan kurikulum muatan lokal PAUD, dan Pendidikan Non Formal 6. % Keterlaksanaan kurikulum muatan lokal PAUD, dan Pendidikan Non Formal 1.% ketersediaan sarana prasarana penunjang pembelajaran PAUDNI Target Kinerja 4 0.21% 47.06% 100% 100% 45% Pendidikan Dasar 1. APK SD/ SDLB/MI/ Paket A 2. APM SD/ SDLB/MI/ Paket A 3. APK SMP/ SMPLB/ MTs/ Paket B 4. APM SMP/ SMPLB/ MTs/ Paket B 5. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD dan 6 km untuk SMP dari kelompok permukiman permanen di daerah terpencil 6. Di setiap SD dan SMP tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru. 7. Di setiap SD tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan; 8. Di setiap SMP tersedia 1 (satu) 20 100.0% 86.27% 98.9% 81.5% 100% 50.3% 96.00% 94.00% No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 1 2 3 orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran; 9. Di setiap SD tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifi kasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik; 10. Di setiap SMP tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masingmasing sebanyak 40% dan 20%; 11. Di setiap SMP tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris; 12. Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SD berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik 13. Kepala SMP berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik 14. Di setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; 15. % Ruang kelas SD sesuai standar nasional pendidikan dan memenuhi Keamanan, Kebersihan, Keindahan 16. % Ruang kelas SMP sesuai standar nasional pendidikan 21 Target Kinerja 4 89.00% 54.00% 41.00% 65.00% 86.00% 100.00% 74.9% 89.0% No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 1 2 3 dan memenuhi Keamanan, Kebersihan, Keindahan 17. % SD yang memiliki perpustakaan 18. % SMP yang memiliki Laboratorium Penunjang 19. % SD yang memiliki sanitasi layak 20. % SMP yang memiliki sanitasi layak 21. % ketersediaan sarana prasarana penunjang pembelajaran SD/SMP Target Kinerja 4 80.01% 83.15% 100.0% 100.0% 76.80% Pendidikan Menengah 1. APK SMA/SMK/MA/Paket C 2. APM SMA/SMK/MA/Paket C 3. % Ruang kelas SMA/SMK sesuai standar nasional pendidikan dan memenuhi Keamanan, Kebersihan, Keindahan 4. % SMA/SMK yang memiliki sanitasi layak 5. % ketersediaan sarana prasarana penunjang pembelajaran SMA/SMK 1. Pemenuhan Kebutuhan Tenaga Pendidik PAUDNI 2. Ketersediaan Pendidik yang telah berkualifikasi S-1/D-IV dan bersertifikat pendidik PAUDNI 3. Ketersediaan Tenaga Kependidikan Non Guru PAUDNI 4. Di setiap SD tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan; 5. Di setiap SMP tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah 22 85.4% 75.7% 90.0% 2,650 1,250 96.00% 94.00% No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 1 2 3 khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran; 6. Di setiap SD tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifi kasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik; 7. Di setiap SMP tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masingmasing sebanyak 40% dan 20%; 8. Di setiap SMP tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris; 9. Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SD berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik 10. Kepala SMP berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik 11. Di setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; 12. Pemenuhan Kebutuhan Tenaga Pendidik Pendidikan Menengah 13. Ketersediaan Pendidik yang telah berkualifikasi S-1/D-IV dan bersertifikat pendidik pendidikan menengah 14. Ketersediaan Tenaga Kependidikan Non Guru 23 Target Kinerja 4 89.00% 54.00% 41.00% 65.00% 86.00% 100.00% 100.00% No. Sasaran Strategis 1 2 Indikator Kinerja 3 Pendidikan menengah 1. Angka putus sekolah a. Jenjang SD/SDLB/MI b. Jenjang SMP/SMPLB/MT's c.Jenjang SMA/SMK/MA 2. Angka Kelulusan SD/SDLB/MI 3. Angka Kelulusan SMP/MTs/SMPLB 4. Angka Kelulusan SMA/SMK/MA 5. Angka lulus pendidikan kesetaraan paket A 6. Angka lulus pendidikan kesetaraan paket B 7.% Ketersediaan kurikulum muatan lokal pendidikan dasar 8. % Keterlaksanaan kurikulum muatan lokal pendidikan dasar 9.Prosentase sekolah yang menetapkan RAPBS tepat waktu 10. Nilai rata rata Ujian Nasional a. SD/MI b. SMP/MTs c. Pendidikan Menengah 11. % Pengelolaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang sesuai standar 12. Jumlah event kompetisi Bidang Pendidikan 13. Angka melanjutkan jenjang SMP/MTs 14. Angka melanjutkan jenjang SMA/MA/SMK Meningkatnya 1). Cakupan Kajian Seni 50% perlindungan dan pemanfaatan asset budaya 2). Cakupan Fasilitasi Seni 30% 3).Cakupan Gelar Seni 75% 4). Misi Kesenian 100% 5). Cakupan Sumber Daya Manusia Kesenian 25% 6). Cakupan Tempat 100% 7). Cakupan Organisasi 34% 24 Target Kinerja 4 0.04% 0.07% 0,10% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 6.90 5.50 6.25 65.2% 100% 100% 60.00% 85.71% 100.00% 100.00% 85.71% 50.00% 100.00% No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja 1 2 3 4 1). Jumlah cagar budaya yang diregistrasi 2). Jumlah cagar budaya yang direvitalisasi 3). Tersedianya museum yang representative 4). Cakupan Pembinaan Nilai Sejarah, Adat, dan Tradisi Meningkatnya 1. Jumlah pemuda pelopor prestasi pemuda dan kabupaten olahraga 2. Jumlah organisasi kepemudaan aktif 3. Jumlah Kewirausahaan Pemuda 4. Prosentase organisasi kepramukaan yang aktif 5. Jumlah prestasi olahraga 6. Jumlah penyelenggaraan kejuaraan olahraga tingkat daerah Kabupaten 7. Jumlah event olahraga untuk masyarakat 8. Prosentase klub / organisasi olahraga yang aktif 2. 279 83 1 15 6 20 12 100% 30 13 2 87% BIDANG KESEHATAN Meningkatnya usia harapan hidup masyarakat 1. Cakupan pelayanan pasien rawat jalan yang tertangani 2. Jumlah Puskesmas dengan sarpras sesuai standar 3. Jumlah Puskesmas dengan SDM yang sesuai standar 4. Cakupan pelayanan pasien rawat inap yang tertangani 5. Jumlah Puskesmas rawat inap dengan sarpras sesuai standar 6. Jumlah Puskesmas rawat inap dengan SDM yang sesuai standar 25 100% 2 2 100% 1 1 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 1 2 3 6. Cakupan pelayanan gawat darurat level I (RS ) di kabupaten Pelayanan Gawat Darurat (RS) level I di Kabupaten Pelayanan Gawat Darurat (RS) di Kabupaten 7. Cakupan Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Fasilitas Penunjang Pelayanan Kesehatan&Tenaga Kesehatan yg teregristrasi 1. Cakupan ketersedian obat dan perbekes sesuai kebutuhan 2. % pengawasan obat dan makanan 3. % penggunaan obat rasional 4. Cakupan Pelayanan Sertifikasi Produk Pangan 1. Persentase anak mendapat imunasi dasar lengkap ( >= 85% sasaran) 2. Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 3. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit a. Acude Falcid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk berusia < 15 tahun b. Pneumonia Balita ditangani c. Pasien baru TB BTA positif d. Penderita DBD yang ditangani e. Penderita diare ditangani f. Kasus baru HIV/AIDS ditangani g. Kasus Baru Kusta ditangani h. Penderita malaria ditangani i. Angka kesakitan malaria j. Juml Desa HCI(khusus malariatinggi) DESA MCI (Midle Case Incidence) Desa HCI (High Case Incidence) k. Kasus ISPA Balita ditangani l. Kasus penyakit tidak menular ditangani 26 Target Kinerja 4 75% 6 8 100% 100% 32% 95% 100% 92.30% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 0,9‰ 100% 16 14 100% 100% No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 1 2 3 4. Terkendalinya populasi lalat di TPS dan TPA 5. Cakupan rumah sehat 6. Terpantaunya kesehatan TTU/TPM 7. Jumlah sample air yang diperiksa 8. Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam 9. Cakupan pelayanan kesehatan jemaah haji 1. Angka Kematian bayi (per 1000 kelahiran hidup) 2. Angka kematian balita (AKABA) 3. Angka kematian ibu (AKI) (per 100.000 kelahiran hidup) sesuai MDGs 4. Cakupan kunjungan Ibu Hamil K4 5. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 6. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 7. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 8. Cakupan kunjungan bayi 9. Cakupan pelayanan anak balita 10. Cakupan pelayanan ibu nifas 11. Cakupan puskesmas PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) 12. Cakupan Pelayanan Kesehatan LANSIA 13. Prevalensi gizi buruk 14. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapatkan perawatan 15. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI usia 6-24 bulan bagi keluarga miskin 16. Jumlah kasus kretin baru 17. Prosentase konsumsi garam 27 Target Kinerja 4 20% 75% 100% 460 100% 100% 12/1000 KH 13,5/1000 KH 102/100.0 00 KH 95% 100% 95% 80% 90% 80% 95% 6 60% 0.09% 100% 100% 0 kasus >90% No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 1 2 3 beryodium masyarakat 18. Cakupan anemia ibu hamil (target Nasional) 19. Cakupan anemia ratri (target Nasional) 20. Cakupan ibu hamil KEK 21. Cakupan KEK Ratri 22. Cakupan Balita Usia 0-6 Bulan yang mendapat ASI Eksklusif 23. Cakupan desa siaga aktif mandiri 24. Proporsi Posyandu Mandiri 25. Prosentase PKD aktif 26. Prosentase upaya promosi kesehatan 27. Jenis media informasi kesehatan yang dipergunakan (elektronik, visual) 28. Juml Sasaran (orang) yg mendptkan pelayanan inf. kes yg dilakukan 29. Jumlah Sistem informasi yang dipergunakan Pelayanan kesehatan 30. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 31. Persentase cakupan pelayanan kesehatan Rumah sakit 32. Cakupan pelayanan gawat darurat level 3 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di kabupaten / kota Target Kinerja 4 <15 % <15 % <20% <20% 86% 6.48% 23,72% 32% 100% 4 jenis 39,520 4 39,520 39,520 4 33. Cakupan rumah tangga sehat yang melaksanakan PHBS 75% 1. Cakupan Masy. Miskin yg mendpt Jaminan Kesehatan miskin (JKN Kesehatan) 2. Jumlah Masyarakat Miskin Yang Mendapat Jaminan Kesehatan (PBI) 3. Cakupan pelayanan kesehatan 100% 28 258,689 20% No. Sasaran Strategis 1 2 3. Indikator Kinerja 3 rujukan pasien masy miskin peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran) 4. Cakupan Kepesertaan JKN BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN SUMBER DAYA AIR Target Kinerja 4 70% Meningkatnya 1. Cakupan akses air bersih cakupan air bersih bagi masyarakat 86.52% 2. Persentase cakupan layanan air minum Perkotaan 3. Persentase cakupan layanan air minum Perdesaan Meningkatnya akses 4. Prosentase sampah yang layanan infrastruktur tertangani dasar masyarakat 5. Prosentase TPA yang memenuhi kriteria dan dioperasikan secara layak 6. Prosentase cakupan layanan persampahan 7. Tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai 8. Cakupan akses sanitasi layak 9. Prosentase cakupan layanan air limbah perkotaan 10. Prosentase saluran drainase dalam kondisi baik 83.88% 11. Prosentase Bangunan gedung Negara dalam Kondisi baik 12. Prosentase bangunan gedung yang tertangani kelaikan fungsinya 13. Prosentase penataan bangunan dan lingkungan di kawasan perkotaaan 14. Prosentase kesesuaian bangunan dengan RTBL 15. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi mantap 15. Peningkatan kapasitas jalan kabupaten 16. Prosentase Jembatan dalam Kondisi Baik 17. Peningkatan kapasitas jembatan 29 82.20% 42.02% 100% 100% 87.35% 86.73% 0.09% 27.83% 85% 0% 30.00% 100% 74.27% 5.00% 96.77% 46.67% Target Kinerja No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 1 2 3 18. Prosentase permohonan IUJK yang terlayani sesuai SOP 19. Jenis Data dan Informasi Jasa Konstruksi 1. Tersedianya informasi rencana tata ruang 4 100% 2. Terselenggaranya pemanfaatan ruang kabupaten sesuai rencana 3. Terselenggaranya pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten 4. Prosentase luas Ruang Terbuka Hijau publik di wilayah perkotaan Meningkatnya akses 1. Tertanganinya pembangunan layanan infrastruktur infrastruktur di kawasan dasar masyarakat strategis (Minapolitan, Agropolitan, Perbatasan (KSCT), Purwokulon, KutoarjoPurworejo, Kemiri, Purwodadi, kawasan pariwisata, kawasan industri) 2. Prosentase Trotoar dalam kondisi baik 3. Prosentase PJU dalam kondisi baik 99.9% Meningkatnya kualitas penataan ruang Meningkatnya cakupan pelayanan irigasi 1. Cakupan layanan irigasi pada DI kewenangan kabupaten 2.Prosentase Saluran irigasi dalam Kondisi Berfungsi 3.Prosentase Bendung/Bangunan Air dalam Kondisi Berfungsi 4. Prosentase drainase irigasi dalam kondisi berfungsi 5. Prosentase tingkat penanganan kerusakan sungai 6. Prosentase tingkat penanganan bangunan pengendali daya rusak air 7. Prosentase pelaksanaan kegiatan pengembangan pengelolaan dan konservasi sungai dan sumber daya air 8.Prosentase pelaksanaan kegiatan pemberdayaan 30 100% 4% 100% 17.89% 55.6% 73.00% 79.19% 100.00% 33.45% 30.47% 22.39% 20.79% 24.29% 16.28% 5% No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 1 2 3 masyarakat dalam pengembangan pengelolaan dan konservasi sungai dan sumber daya air 1). Prosentase Rumah layak Huni Menurunnya dan berkurangnya kemiskinan dan pengangguran 4. Target Kinerja 4 84.03% 2). Prosentase Kebutuhan rumah (backlog rumah) 3). Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan PSU 4). Prosentase kawasan permukiman kumuh yang tertangani 5).Cakupan perbaikan perumahan dan lingkungan akibat bencana alam/social 6). Prosentase Rumah layak Huni 7). Prosentase Kebutuhan rumah (backlog rumah) 8). Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan PSU 9). Prosentase kawasan permukiman kumuh yang tertangani 10.Cakupan perbaikan perumahan dan lingkungan akibat bencana alam/social 60.84% 1. Prosentase PMKS yang mendapatkan penanganan 46,14% 63.77% 40.00% 20.00% 84.03% 60.84% 63.77% 40.00% 20.00% BIDANG SOSIAL Menurunnya prosentase keluarga miskin 2. Persentase (%) PMKS yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya 3. rosentase (%) Pembinaan Panti sosial skala kabupaten 4.Cakupan Wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (WKBSM) yang 31 0,7% 100% 9,72% No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 1 2 3 menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial yang dibina 5. Prosentase daerah rawan bencana yang masyarakatnya disiapsiagakan 6. Prosentase (%)keluarga korban bencana yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat 7. Prosentase penanganan pemulihan trauma bagi korban bencana kabupaten 8. Prosentase penyediaan kebutuhan dasar bagi korban bencana 9. Penghargaan kepada keluarga pahlawan perintis dan veteran 10. Pemeliharaan taman makam pahlawan 5. Target Kinerja 4 300 desa 100% 100% 100% 3 event 1 lokasi BIDANG TENAGA KERJA Menurunnya jumlah pengangguran 1. Jumlah pencari kerja terdaftar yang ditempatkan 2. Jumlah masyarakat yang terlibat dalam kegiatan Perluasan Kerja 3. Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi 4. Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis masyarakat 5. Pelatihan berdasarkan unit kompetensi 6. Prosentase Pembinaan Lembaga Pelatihan Kerja 7. Angka sengketa pengusaha pekerja per tahun tertangani 8. Prosentase Perusahaan yang sudah memenuhi persyaratan terbentuknya sarana hubungan industrial 9. Prosentase Perusahaan yang menfasilitasi tenaga kerja mengikuti jamsostek 32 2350 orang 920 orang 32 240 10 orang 100% 100.00% 38.26% 30,26% No. Sasaran Strategis 1 2 6. Indikator Kinerja 3 10. Prosentase pekerja/buruh yang menjadi peserta jamsostek 11. Rasio rata-rata upah minimum kabupaten dibanding angka KHL (Kebutuhan Hidup Layak) 12. Prosentase perusahaan yang sudah menerapkan UMK 13. Prosentase penanganan kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja 14. Prosentase penanganan pekerja anak 15. Prosentase perusahaan yang menerapkan peraturan ketenagakerjaan Target Kinerja 4 70,48% 100% 33,60% 100% 100.00% 37.33% BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Meningkatnya kesetaraan gender 1. Prosentase Program dan Kegiatan Responsif Gender di SKPD Kabupaten 2. Prosentase Anggaran Responsif Gender di SKPD Kabupaten 3. Prosentase Desa yang menerapkan perencanaan dan penganggaran responsif gender 4. Cakupan ketersediaan tenaga pelayanan pengaduan terlatih yang mampu menindaklanjuti pengaduan 5. Cakupan ketersedian bantuan hukum untuk mendampingi perempuan dan anak korban dan atau saksi KTP/KTA 6. Cakupan layanan pemulangan bagi perempuan dan anak korban kekerasan 7. Prosentase Capaian indikator Kabupaten Purworejo Layak Anak 8. Prosentase pemenuhan perlindungan anak, kesejahteraan anak, dan hakhak anak 9. Prosentase penanganan tindak 33 72% 32% 10% 100% 100% 100% 70% 75% 100% No. Sasaran Strategis 1 2 7. Indikator Kinerja 3 kekerasan pada perempuan dan anak 10. Jumlah kegiatan peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak BIDANG KETAHANAN PANGAN Meningkatnya 1. Ketersediaan bahan pangan produktivitas sector dibandingkan kebutuhan pertanian dalam arti pangan penduduk luas 2. Prosentase skor pola pangan harapan 8. 9. BIDANG PERTANAHAN Optimalisasi tata 1. Prosentase tanah negara yang kelola pemerintahan teridentifikasi yang baik dan 2. Prosentase tanah yang kondusivitas daerah. bersertifikat di Kabupaten Purworejo 3. Tingkat pelayanan pengadaan dan sengketa tanah BIDANG LINGKUNGAN HIDUP Meningkatnya kualitas lingkungan hidup 1. Prosentase perusahaan wajib amdal (UKL/UPL/SPPL) yang diawasi 2. Prosentase Tingkat Ketaatan Penanggungjawab Usaha/ Kegiatan terkait Pengendalian Pencemaran Air 3. Prosentase Informasi Luasan kerusakan Tanah untuk produksi biomassa 4. Prosentase Tingkat Ketaatan Penanggungjawab Usaha/ Kegiatan terkait Pengendalian Pencemaran Udara 5. Prosentase Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani 6. Cakupan pengelolaan keneka ragaman hayati 7. Prosentase Rumah tangga yang menerapkan 3R 34 Target Kinerja 4 5 1:1 85.70% 100% 100% 100% 50% 60% 100% 100% 100% 20.00% 18% No. 1 10. 11. 12. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 2 3 BIDANG ADM KEPENDUDUKAN DAN CAPIL Meningkatnya 1. Prosentase kepemilikan Kartu kualitas pelayanan Keluarga public 2. Persentase penduduk yang memiliki akta kelahiran 3. Prosentase Penduduk yang memiliki KTP 4. Tingkat keakuratan pencatatan peristiwa kependudukan 5. Tingkat updating database kependudukan BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA 1. Prosentase ketersediaan data profil desa 2. Jumlah PKK aktif di desa/kelurahan 3. Prosentase UP2K (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga) yang aktif 4. Jumlah Pasar Desa yang aktif 5. Jumlah UED-SP LPM (Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam Lumbung Pangan Masyarakat) yang aktif 6. Jumlah Simpan pinjam kelompok perempuan yang aktif 7. Jumlah UEP (Usaha Ekonomi Produktif) yang aktif 8. Jumlah BKAD (Badan Kerjasama Antar Desa) 7. Jumlah kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KESEJAHTERAAN SOAIAL Menurunnya 1. Prevenlace Rate (CPR)/ Peserta prosentase keluarga KB Aktif miskin 2. DO (drop out) KB (%) 3. Unmet Need (PUS yg tidak 35 Target Kinerja 4 93% 96.32% 90% 100% 100% 20% 494 100% 113 494 2545 121 15 9 keg 82.85% 11.75% 7.50% No. Sasaran Strategis 1 2 Indikator Kinerja 4. 5. 6. 7. 3 ingin anak tapi tidak ber KB)(%) Prosentase Jumlah peserta KB Mandiri Prosentase remaja mendapat penyuluhan KRR Prosentase perkawinan remaja perempuan usia kurang dari 20 tahun Jumlah UPPKS yang aktif 8. Persentase anggota UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera) yang ber KB 9. Jumlah Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) aktif 10. Jumlah Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) aktif 11. Jumlah Kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL) aktif 12. Jumlah IMP (Institusi Masyarakat Pedesaan/Perkotaan) yang aktif 13. Target Kinerja 4 41.15% 3.45% 18.70% 287 kelompok 68% 544 254 478 494 BIDANG PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PARIWISATA Meningkatnya kualitas pelayanan public 1. Cakupan ketersediaan rambu Jalan 2. Cakupan ketersediaan marka jalan 3. Cakupan ketersediaan APILL 4. Prosentase titik parkir yang terlayani 5. Prosentase tersedianya angkutan umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan kabupaten 6. Prosentase tersedianya halte yang layak fungsi pada setiap prasarana kabupaten yang telah dilayani angkutan umum 7. Prosentase rasio ijin trayek 36 100.00% 81.00% 100.00% 90.00% 75.00% 62.50% 100% Target Kinerja No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 1 2 3 8. Prosentase kendaraaan umum laik jalan 9. Prosentase terpenuhinya standar keselamatan bagi angkutan umum 10. Prosentase tersedianya unit pengujian kendaraan wajib uji yang layak fungsi 11. Prosentase terpenuhinya standar keselamatan pada perlintasan sebidang 4 100% 12. Cakupan pengembangan dan pemberdayaan Kelompok Informasi 13. Prosentase data dan informasi pemerintahan yang dipublikasikan 14. Prosentase SKPD yang memiliki jaringan berbasis LAN 15. Prosentase pendirian tower telekomunikasi sesuai cellplan 16. Cakupan desa yang terlayani Teknologi Informasi 17. Peningkatan jumlah pengunjung pariwisata ( orang/tahun ) 100.00% Meningkatnya keterbukaan informasi dan komunikasi public Berkembangnya dan meningkatnya daya jual potensi wisata 14. BIDANG KOPERASI DAN UKM Meningkatnya peran 1. Prosentase Jumlah Koperasi sektor perdagangan, aktif. kualitas koperasi dan UMK 2. Prosentase Jumlah Koperasi sehat. 3. Prosentase Peningkatan jumlah Usaha mikro kecil 4. Prosentase usaha mikro yang berkembanng menjadi usaha kecil. 15. BIDANG PENANAMAN MODAL Meningkatnya nilai 1. Prosentase jumlah perijinan 37 100% 100% 100% 68.00% 100.00% 100.00% 100.00% 261,034 85% 80% 20% 2% 100% No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja 1 2 3 4 investasi yang dilayani 2. Prosentase peningkatan nilai investasi. 16. BIDANG KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN Meningkatnya 1. Prosentase arsip yang dikelola kualitas pelayanan public 2.Prosentase pengelolaan arsip sesuai dengan pedoman kearsipan 3.Prosentase Kunjungan 4. Prosentase jumlah unit yang dibina 5. Prosentase jumlah koleksi bahan pustaka 17. BIDANG PERTANIAN Meningkatnya 1. Jumlah luasan panen ketersediaan, komoditas pertanian(Ha/th) distribusi dan berbasis produk unggulan konsumsi serta keamanan pangan 2. Panjang jaringan irigasi perdesaan dalam kondisi baik (m) 3. Luasan penerapan teknologi intensifikasi pertanian (Ha) 4. Prosentase penerapan tehnologi IB 5. Prosentase cakupan pelayanan penyuluhan (WIBI) 6. Prosentase pengukuhan kenaikan kelas kelompok Lanjut Madya Utama 7. Cakupan layanan pemotongan ternak pada RPH 8. Prosentase kenaikan Populasi Ternak Besar 9. Prosentase kenaikan Populasi Ternak Kecil 10. Prosentase kenaikan Populasi Ternak Unggas Meningkatnya usaha 11. Jumlah produksi komoditas agribisnis dalam perkebunan potensial 38 2.0% 15% 45% 10% 20% 5% 70,500 291,300 1090 80% 100% 9% 2% 3% 100% 1% 9% 5% No. 1 18. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja 2 pengelolaan potensi pertanian 3 4 12. Jumlah produksi kelapa (ton) 24.967,09 setara kopra 13. Jumlah produksi kelapa deres 18.655,89 dalam bentuk gula (ton) 14. Jumlah produksi cengkeh 532,03 (ton) 15. Prosentase Peningkatan 10% jumlah kelompok tani yang menerapkan Teknologi intensifikasi perkebunan (kelompok) BIDANG OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN Meningkatnya kapasitas pengorganisasian pelaksanaan pemerintahan, 1. Prosentase peningkatan PAD pembangunan, terhadap pendapatan daerah kemasyarakatan dan pengelolaan keuangan dan asset daerah 2. Tingkat capaian PAD terhadap target 3. Prosentase pengelolaan aset yang dikelola dengan baik 4. Prosentase pemantauan penyusunan APBDes tepat waktu 5.Prosentase ketepatan waktu dan keakuratan laporan keuangan daerah 6. Tertib pengelolaan keuangan daerah 1. Prosentase ketersediaan jumlah pegawai sesuai formasi 2. Prosentase pejabat struktural dan fungsional yang telah memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan 3. Tingkat disiplin pegawai 4. Prosentase penyelesaian administrasi kepegawaian 39 14.30% 100% 100% 100% 100% 100% 87% 90% 92% 100% No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja 1 2 3 4 Meningkatnya kapasitas pengawasan kebijakan pembangunan 1. Prosentase peningkatan kapabilitas anggota DPRD 100% 2. Prosentase tingkat pelaksanaan fungsi DPRD 100% Meningkatnya 1. Tingkat ketersediaan kebijakan kapasitas daerah untuk penyelenggaraan pengorganisasian pemerintahan daerah pelaksanaan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan pengelolaan keuangan dan asset daerah 2. Prosentase jumlah urusan daerah yang dikoordinasikan 3. Tingkat pelayanan pembentukan kerjasama daerah 4. Tingkat koordinasi bidang pemerintahan umum 5. Prosentase penyelesaian layanan administrasi pemerintah daerah 6. Tingkat pelayanan kedinasan kepala daerah/ wakil kepala daerah 7. Tingkat perkembangan media lokal dalam penyebarluasan informasi pembangunan dan pemerintahan daerah 8. Tingkat Pengkajian dan Penelitian Bidang Komunikasi dan Informasi 9. Tingkat kapasitas SDM bidang komunikasi dan informasi 10. Tingkat kemudahan akses masyarakat terhadap informasi publk 11. Tingkat Pelayanan Kedinasan Pimpinan Daerah 12. Prosentase ketertiban administrasi pemerintahan 40 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja 1 2 3 4 desa 13. Prosentase layanan persandian Meningkatnya 1. Prosentase cakupan desa yang kapasitas pembinaan diperiksa/dievaluasi dan pengawasan internal pelaksanaan pembangunan 2. Prosentase cakupan satuan kerja yang diperiksa per tahun 3. Prosentase cakupan maturitas SPIP bernilai 2 pada 10 SKPD 4. Prosentase pengembalian kerugian negara/daerah ke kas negara/daerah 5. Prosentase cakupan pemeriksaan kasus yang tertangani 6. Prosentase SDM Pemeriksa yang mengikuti Bimtek 7. Tingkat ketersediaan sistem dan prosedur pengawasan Meningkatnya 1. Capaian penyelesaian kapasitas permasalahan bidang pengorganisasian pemerintahan pelaksanaan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan pengelolaan keuangan dan asset daerah 2. Capaian penyelesaian permasalahan bidang pembangunan 3. Capaian penyelesaian permasalahan bidang kemasyarakatan 4. Cakupan jumlah desa/ kelurahan yang terbina 5. Prosentase jumlah permohonan pelayanan yang terlayani Meningkatnya kesiapsiagaan pemerintah 1. Tertanganinya gangguan trantibum 41 100 % 20% 80% 20% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% No. 1 Sasaran Strategis 2 kabupaten dan masyarakat dalam mitigasi dan penanggulangan bencana Indikator Kinerja 3 1. Cakupan wilayah pencegahan bencana 2. Kelompok jejaring kebencanaan 4. Prosentase ketersediaan analisis jenis bencana 5. Cakupan sarana prasarana kesiapsiagaan bencana kewilayahan 6. Cakupan kejadian tangap darurat yang tertangani 7. Tingkat pemberdayaan masyarakat pasca bencana 8. Cakupan pemenuhan sarana prasarana pasca bencana 9. Cakupan pelayanan kebakaran di kabupaten 10. Tingkat penanganan kejadian kebakaran Meningkatnya kapasitas pengorganisasian pelaksanaan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan pengelolaan keuangan dan asset daerah Target Kinerja 4 25% 12 klmpk 28.5% 3.4% 100.0% 20.0% 60% 17.10% 100% 11. Tingkat waktu tanggap (response time rate) 100% 12. Prosentase aparatur pemadam kebakaran yang memenuhi standar kualifikasi 100% 13. Jumlah mobil pemadam kebakaran diatas 3000 – 5000 liter pada WMK. 3 unit Prosentase tertib administrasi kelurahan (terlayaninya masyarakat untuk administrasi pemerintahan kelurahan); (ketersediaan prioritas pembangunan kelurahan; terfasilitasi dan terkoordinasinya pelaksanaan pembangunan kelurahan); dan (terjaganya kondusifitas ketertiban dan keamanan kelurahan; terfasilitasi dan 42 100% No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 1 2 3 terbinanya kegiatan pemberdayaan masyarakat) Target Kinerja 4 Purworejo, 1 Januari 2016 Pj. BUPATI PURWOREJO AGUS UTOMO, S. Sos 43 KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan {RKT) Kabupaten Purworejo Tahun 20rc merupakan penjabaran program-prograrn dari Rencana Pem$angunan Jangka Menengah (RPJMD) Tahun 2AL6-2A2A. Kegiatan-kegiatan indikatif yang akan dilaksanakan pada tahun 2016 berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dalam kurun waktu 1 (satu) tahun rnerupakan hasil evaluasi penyel,enggaraan pembangunan daerah tahun lalu, kineda makro daerah dan kinerja rnilrro (SKPD pengelola kegiatan), tamtangan utarra dan prioritas pembangunan tahun 2015. RKT berisi materi dasar hukurn, kondisi aktual Kabupaten Purworejo, lingkungan strategis yang berpengaruh, visi, misi arah dan tuljuan pembangunan daerah, sasaran pembangunan daerah, prCIgram prioritas pembangunan daerah dan kegiatan bidang urusan w4iib maupun urusan pilihan daerah Kabupaten Purworejo. ini dimaksudkan sebagai acuar dan pedomarl untuk mengetahui tingkat ketercapaian tr.rjuan daerah serta oneningkatnya RICI Daerah akuntabilitas kinerja yang transparan menuju good govenrance. Furworejo, 1 Januari 2016 keuangan dan asset daerah pembangunan kelurahan) ; dan (terjaganya kondusilitas ketertiban dan keamanan kelurahan; terfasiiitasi dan terblnanya kegiatan pemberdayaan masyarakat) Puiworejo, 1 Pj. BUPATT flIAGUS Januari 2016 o