BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN 1.1 Profil Keluarga Dampingan Program Pendampngan Keluarga (PPK) adalah program unggulan yang dikembangkan sebagai muatan lokal dalam pelaksanaan program KKN PPM di Universitas Udayana. PPK termasuk dalam program pokok non tema yang wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa peserta KKN yang bersifat individu. Jumlah kerja efektif mahasiswa untuk kegiatan PPK adalah 90 jam. Setiap mahasiwa peserta KKN-PPM XIII Unud wajib mendampingi satu keluarga prasejahtera. Penulis mendapat kesempatan untuk mendampingi satu keluarga prasejahtera yang ada di salah satu dari tiga banjar yang ada di Desa Selat tepatnya di banjar Selat Peken, yaitu keluarga I Wayan Widiana. Keluarga Bapak I Wayan Widiana tinggal di rumah milik sendiri. Beliau memiliki seorang anak yang baru berusia 2 tahun bernama Ni Putu Ari Pradnyasari. keluarga I Wayan Widiana menempati lahan seluas ± 2,5 are. Beliau bekerja sebagai pengrajin ukir sedangkan istrinya bekerja sebagai buruh jahit. Untuk lebih jelasnya, identitas keluarga I Wayan Widiana dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Identitas Keluarga I Wayan Widiana: No Nama JK Umur Pendidikan Hubungan dgn KK Pekerjaan Pengrajin 1 I Wayan Widiana L 33 th SLTP KK 2 Ni Ketut Mertini P 22 th SLTP Istri KK Buruh jahit P 37 th Anak KK - 3 Ni Putu Ari Pradnyasari Belum bersekolah Ukir Rumah keluarga Bapak I Wayan Widiana terdiri dari 4 bangunan yang terdiri dari 2 ruang tidur, kamar mandi, dapur dan Bale Gede. Rumah Ibu Bapak I Wayan Widiana berukuran 5 x 6 meter yang terdiri dari 1 kamar dengan dinding batako dan atap seng dimana kamar tidur bersebelahan dengan dapur. Terdapat 1 satu jendela dan lampu penerangan yaitu bohlam 9 watt untuk kamar dan 5 watt untuk dapur, sehingga penerangan dirasa kurang. Kamar tidur Bapak I Wayan Widiana berukuran 3x3 m yang digunakan untuk beristirahat bersama anak dan suaminya. Kamar tersebut berisi 1 kasur berukuran 120 x 200 cm, 1 buah lemari baju, dan 1 buah meja. Ruangan juga terasa lembab karena ventilasi di ruangan hanya 1 dan jendela yang jarang terbuka. Lantai bangunan tersebut berupa semen. Bapak I Wayan Widiana juga menempati bangunan lain yang dan digunakan sebagai tempat bersantai, menonton dan terkadang tidur. Bangunan dengan dinding batako dan arsitektur Bali dan lantai semen. Terdapat 1 televisi dan 1 kasur di dalamnya. Bangunan tersebut lebih baru dibangun dan terkesan lebih terang serta tidak lembab. Di depan bangunan tersebut terdapat bale gede terbuat dari kayu yang dipergunakan untuk bersantai dan menerima tamu yang berkunjung ke rumah. Kamar mandi kurang terawat, terdapat 1 kloset jongkok dan 1 bak penampungan air dengan berlantaikan keramik namun mulai menghitam dan berlumut. Dapur Ibu Ni Ketut Mertini berada disebelah kamarnya. Berukuran 2x3 m, berlantai semen dengan 1 jendela dan pintu di satu sisinya. Ibu murtini telah menggunakan kompor gas untuk memasak. 1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan 1.2.1 Pendapatan keluarga Bapak I Wayan Widiana bekerja sebagai pengrajin ukir. Pendapatan beliau setiap bulannya kurang lebih Rp500.000,00- Rp1.000.000,00 tergantung banyaknya pengrajin yang membutuhkan keahliannya. Kondisi fisik Ibu Ni Ketut Mertini tergolong masih kuat dan muda, namun 1,5 tahun terakhir Ibu Murtini didiagnosis menderita penyakit hormon (Hipertiroidism). Akibat dari penyakitnya tersebut Ibu Ni Ketut Mertini sering mengeluh cepat lelah dan berat badannya terus menurun. Namun beliau masih tetap bisa bekerja sebagai buruh jahit. Beliau menerima pesanan jahitan dari pengepul kain Bali. Upah untuk satu helai celana berkisar antara Rp1.200,00- Rp1.500,00. Biasanya beliau menerima 100 lembar celana dalam sekali pesanan dan dapat diselesaikan dalam kurun 2 waktu kurang dari 1 minggu. Pesanan tersebut tidak selalu ada, biasanya dalam sebulan beliau menerima pesanan 1-3 kali pesanan. Dalam sebulan beliau mengatakan penghasilan rata – rata Rp 150.000,00 – Rp 450.000,00. Menurut beliau penghasilan sehari – hari tergolong kurang untuk menghidupi dirinya, suami dan anaknya. Anaknya sudah tidak minum ASI lagi sehingga perlu biaya tambahan untuk membeli susu formula. Selain itu juga sejak 2 tahun belakangan beliau harus rutin meminum obat karena penyakit hormon tersebut. 1.2..2 Pengeluaran keluarga a. Kebutuhan sehari-hari Perincian untuk kebutuhan sehari-hari keluarga Bapak I Wayan Widiana adalah sebagai berikut : Makan Sehari – hari : Rp 20.000,- Sembahyang sehari –hari : Rp 5.000,- Rokok : Rp 20.000,- Susu : Rp 5.000,- b. Sosial Untuk biaya-biaya di bidang sosial biasanya keluarga ini tidak menganggarkan secara khusus pembiayaannya. Apabila terdapat pengeluaran tertentu di bidang sosial seperti iuran banjar, uang untuk warga yang memiliki duka (sakit, kematian, ngaben), uang untuk hadiah apabila terdapat warga yang punya hajatan, iuran untuk sumber air yang dimiliki desa, dan sebagainya biasanya disesuaikan. Jadi, apabila ada pengeluaran mendadak yang berkaitan dengan keperluan sosial maka semua biaya tersebut disesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga saat itu. c. Kesehatan Keluarga Bapak I Wayan Widiana termasuk dalam keluarga pra sejahtera sehingga mereka bisa mendapatkan pengobatan gratis dari puskesmas 3 yaitu dengan JKBM (Jaminan Kesehatan Bali Mandara). Sejak 1,5 tahun terakhir istri Bapak I Wayan Widiana didiagnosis menderita penyakit hormon sehingga beliau harus minum obat setiap hari dan rutin kontrol ke dokter setiap 3 bulan. Namun, Ibu Ni Ketut Mertini terkadang tidak menggunakan fasilitas JKBM dikarenakan menurut beliau terlalu lama mengantre di rumah sakit bila menggunakan kartu JKBM, sehingga beliau membeli obat di apotik dengan uang pribadi. Untuk pengobatannya beliau memerlukan biaya kurang lebih Rp60.000,- dalam 1 bulan. Apabila ada keluarga yang sakit beliau akan memeriksakan ke Pustu terdekat dengan menggunakan kartu JKBMnya. d. Lain-lain Biaya rutin yang harus di keluarkan adalah biaya listrik sebesar Rp 30.000/Bulan. Di samping itu Bapak I Wayan Widiana mengeluarkan biaya untuk air yakni sebesar Rp 50.000,- per bulannya dan mendapatkan air sebanyak 5000 liter untuk keluarga nya dan anaknya. 4