Vol. 1, No. 2 (24-26) 2016 Bio – Edu : Jurnal Pendidikan Biologi International Standard of Serial Number 2527-6999 Inventarisasi Serangga Predator Hama Padi Pada Areal Pertanian Desa Letmafo Kecamatan Insana Tengah Ludgardis Ledhenga, Theresia Enob, Blasius Atinic a a Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Timor, Kefamenanu, TTU – NTT, 85613, Indonesia, email: [email protected] Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Timor, Kefamenanu, TTU – NTT, 85613, Indonesia Article Info Abstrak Article history: Kerusakan akibat serangan serangga hama telah seringkali dialami oleh para petani di Desa Letmafo Kecamatan Insana Tengah. Salah satu contoh tanaman pertanian yang mengalami kerusakan adalah tanaman padi yang di serang oleh hama putih, ulat penggerek, hama wereng coklat, wereng hijau, dan walang sangit. Upaya pengendalian yang dilakukan adalah dengan menggunakan serangga predator hama. Namun, sebelum melakukan upaya pengendalian , hal yang perlu diperhatikan terlebih dahulu adalah mempelajari morfologi dan biologi serangga-serangga yang berperan sebagai hama pada tanaman pertanian. Data yang lengkap tentang inventarisasi serangga predator hama padi pada areal pertanian Desa Letmafo Kecamatan Insana Tengah belum dilaporkan secara lengkap.. Tujuan penelitian untuk mengetahui apa sajakah jenis- jenis serangga predator yang terdapat di areal persawahan padi. Metode yang di gunakan adalah metode jelajah dengan teknik observasi dalam pengamatan dan pengambilan sampel. Identifikasi jenis- jenis serangga predator yang terdapat di areal persawahan padi menggunakan kunci determinasi dari buku sumber Kanisius 1991. Selain itu dengan cara mencocokkan dengan gambar- gambar dan ciri- ciri yang ada dalam buku pedoman dan internet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian Desa Letmafo Kecamatan Insana Tengah ditemukan tujuh (7) jenis serangga predator. Jenis serangga predator ini sebagai serangga yang dapat mengurangi populasi hama padi. Ke tujuh (7) jenis serangga predator tersebut antara lain adalah : capung abdomen bengkak (Paragomphus lineatus Male.), Capung bermata besar (Orthetrum Sabina D.), Capung peluncur (Pantala flavescens L.), Capung jarum (Schnura senegalensis Rambur.), Kumbang kubah (Menochilus sexmaculatus L.), Jangkrik (Gryllus assimilis sp.), Belalang sembah (Mantis religiosa L.). Keywords: Inventarisasi, Serangga Predator, Persawahan Padi, Desa Letmafo, Kec. Insana Tengah 1. Pendahuluan Serangga entomofagus merupakan salah hewan pemakan tumbuh – tumbuhan (fitogafus) dan pemakan serangga lain. Serangga-serangga yang tergolong dalam kelompok ini sangat tertarik pada tanaman, baik sebagai sumber makanan atau sebagai tempat berlindung. Bagian – bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan oleh serangga-serangga entomofagus diantaranya daun, tangkai, ranting maupun batang dan juga nektar bunga dan cairan tanaman. Di daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Desa Letmafo Kecamatan Insana Tengah telah dilaporkan terjadi penurunan hasil produksi tanaman pertanian karena kerusakan yang disebabkan oleh serangga hama. Salah satu contoh tanaman pertanian yang mengalami kerusakan adalah tanaman padi yang di serang oleh hama putih, ulat penggerek, hama wereng coklat, wereng hijau, dan walang sangit. Untuk mengatasi kerusakan tanaman yang disebabkan oleh serangga hama tersebut maka perlu dilakukan upaya pengendalian. Sebelum melakukan upaya pengendalian , hal yang perlu diperhatikan terlebih dahulu adalah mempelajari morfologi dan biologi serangga-serangga yang berperan sebagai hama pada tanaman pertanian, sehingga ketika melakukan pengendalian dapat tepat pada sasaran ( Untung 2001). Serangga yang dapat digunakan dalam upaya pengendalian hama tersebut adalah serangga-serangga predator. Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan, membunuh atau memangsa binatang lainnya (Untung 2006). Sebagian besar predator melakukan aktivitas predasi selama perkembangan larvanya, meskipun perilaku predasi ini pada beberapa predator berlanjut sampai imago. Namun, secara umum predator bersifat tidak spesifik, artinya serangga predator dapat memangsa jenis serangga lainnya secara umum. Kerusakan akibat serangan serangga hama yang dialami oleh para petani di Desa Letmafo Kecamatan Insana Tengah telah sering terjadi, namun data yang lengkap tentang inventarisasi serangga predator hama padi pada areal pertanian Desa Letmafo Kecamatan Insana Tengah belum dilaporkan secara lengkap. Kurangnya data tentang serangga predator dikarena belum ada penelitian yang dilakukan untuk mengidentifikasi serangga predator, sehingga selama ini masyarakat belum memahami secara pasti tentang peranan seerangga predator dalam upaya pengendalian hama yang menyerang tanaman pertanian. 2. Metode 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari - bulan Maret 2016 di Areal Persawahan Padi, Desa Letmafo, Kecamatan Insana Tengah. 2.2. Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah Alkohol (70%) berfungsi untuk mengawetkan serangga yang diperoleh dari lokasi penelitian. Alat-alat yang digunakan diantaranya net serangga darat : untuk menangkap serangga, dan botol sampel untuk menyimpan serangga yang diperoleh dari lokasi penelitian. 2.3. Analisis Data Data penelitian ini dianalisis secara non statistik yang menggunakan cara sebagai berikut: 1. Mencocokkan spesimen dengan gambar dalam buku entomologi pertanian. Karangan Jumar (2000) dan buku kunci determinasi serangga. 2. Mencocokkan specimen dengan gambar-gambar yang ada di dalam buku sumber sebagai berikut : a. Entomologi Pertanian. b. Biologi Insekta Entomologi. c. Menggunakan kunci determinasi serangga. d. Bertanya kepada orang yang lebih tahu atau yang memiliki keahlian khusus. Ludgardis Ledheng, Theresia Eno dan Blasius Atini/ Bio – Edu 1 (2) 24–26 3. Mencocokan ciri-ciri specimen yang ditemukan dengan buku sumber. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Hasil Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Letmafo Kecamatan Insana Tengah terdapat 7 (tujuh) spesies serangga predator, tujuh famili dan tiga ordo yang dapat di lihat pada tabel 1. No. 1. 3. Nama Indonesia Capung berapdomen bengkak Capung bermata besar Capung peluncur 4. Capung jarum 5. Kumbang kubah 6. 7. Jangkrik Belalang sembah 2. Nama Ilmiah Paragomphus lineatus Male. Famili Gomphidae Orthetrum sabina D. Aeshnidae Pantala flavescens L. Schnura senegalensis Rambur. Menochilus sexmaculatus L. Gryllus assimilis Sp. Mantis religiosa L. Libellulidae Ordo Odonata Coenagrionidae Coccinelidae Coeloptera Gryllidae Mantidae Orthoptera Berdasarkan data pada tabel.1 jenis serangga predator yang ditemukan di lokasi penelitian adalah capung berabdomen bengkak (Paragomphus lineatus Male.) dengan nama famili Gomphidae dan ordo Odonata, capung bermata besar (Orthetrum sabina D.) dengan nama famili Aeshnidae dan ordo Odonata, capung peluncur (Pantala flavescens L.) dengan nama famili Libellulidae dan ordo Odonata, capung jarum (Schnura senegalensis Rambur.) dengan nama famili coenagrionidae dan ordo Odonata, kumbang kubah (Menochilus sexmaculatus L.) dengan nama famili Coccinelidae dan ordo Coeloptera, jangkrik (Gryllus assimilis Sp.) dengan nama famili Gryllidae dan ordo Orthoptera, belalang sembah (Mantis religiosa L.) dengan nama famili Mantidae dan ordo Orthoptera. 3.2. Pembahasan Serangga predator hama padi pada areal pertanian Desa Letmafo Kecamatan Insana Tengah ditemukan 7 (tujuh) jenis serangga predator, di antaranya adalah Capung berapdomen bengkak (Paragomphus lineatus Male), Capung bermata besar (Orthetrum sabina D.), Capung peluncur (Pantala flavescens L.), Capung jarum (Schnura senegalensis Rambur.), Kumbang kubah (Menochilus sexmaculatus L.), Jangkrik (Gryllus assimilis Sp.), dan Belalang sembah (Mantis religiosa L.). Dari ke tujuh jenis serangga predator tersebut menunjukkan bahwa komunitas serangga predator sangat sedikit bila dibandingkan dengan serangga hama. Berdasarkan data pada tabel.1 Jenis serangga predator yang ditemukan dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu: 1. Predator monofagus adalah: predator yang hanya memakan satu jenis mangsa. 2. Predator oligofagus adalah: predator yang memakan beberapa jenis mangsa. 3. Predator polifagus adalah: predator yang memakan banyak jenis mangsa. Selain beberapa jenis serangga predator yang ditemukan, ada juga jenis hama yang dimakan oleh serangga predator, yang dapat di lihat pada tabel 2. 24 Vol. 1, No. 1 (54-58) 2016 Bio – Edu : Jurnal Pendidikan Biologi International Standard of Serial Number 2527-6999 Tabel 2. Jenis – Jenis Predator Dan Jenis Hama Yang Di Makan No Jenis Predator Jenis Hama Yang Di Makan 1. Capung berabdomen bengkak (Paragomphus lineatus Male.) Capung mata besar (Orthetrum sabina D. ) Hama putih, hama putih palsu, dan penggerek batang 2. 3. Capung peluncur (Pantala flavescens L.) 4. Capung jarum (Schnura senegalensis Rambur.) Kumbang kubah (Menochilus sexmaculatus L). 5. 6. Jangkrik (Gryllus assimilis Sp.) 7. Belalang sembah (Mantis religiosa L.) Hama putih, hama putih palsu, penggerek batang dan wereng hijau. Wereng coklat, wereng hijau, penggerek batang, hama putih, dan hama putih palsu. Wereng coklat, wereng hijau, penggerek batang, hama putih, dan hama putih palsu Memangsa 5-10 mangsa (telur, nimpha, larva dewasa ) wereng batang padi dari pada yang dewasa. Memakan larva kecil, wereng, memangsa telur penggerek batang bergaris, penggerek batang kepala gelap, penggulung daun, ulat grayak, nimfa wereng batang dan wereng daun. Wereng coklat, wereng hijau, penggerek batang, walang sangit, hama ganjur, ulat grayak, hama putih dan hama putih palsu. Gol. Predator Predator oligofag Predator oligofag Predator poligofag Predator poligofag Predator poligofag Predator poligofag Predator poligofag Capung berabdomen bengkak (Paragomphus lineatus Male.) memiliki bentuk tubuh ramping, panjang seluruh tubuh dari bagian caput sampai ujung abdomen 40 mm. Pada bagian caput terdapat sepasang antena, tipe antena berbentuk setaceus, mata berbentuk faset atau mata majemuk, tipe arah mulut berbentuk prognatus (horizontal). Pada bagian toraks terdapat protoraks, mesotoraks dan metatotaks masing- masing terdapat sepasang tungkai. Tungkai pertama dan tungkai kedua ukurannya sama 8 mm, dan pada tungkai ketiga ukurannya lebih besar yaitu 10 mm. Pada mesotoraks dan metatoraks terdapat sepasang sayap dimana pada sayap depan ukuranya 35 mm dan sayap belakang dengan ukuran 33 mm. Pada tibia terdapat terdapat 5 pasang duri atau taji yang ukurannya ramping, pada bagian femur ukuran lebih besar dari pada tibia. Pada bagian tarsus terdapat 3 segmen, memiliki sepasang kuku tarsus atau claw. Pada bagian abdomen terdapat 7 segmen. ruas abdomen akhir menggembung (membengkak) seperti alat pemukul. Capung bermata besar (Orthetrum sabina D.) memiliki bentuk tubuh ramping, panjang seluruh tubuh dari bagian caput sampai ujung abdomen 38 mm. Pada bagian caput terdapat sepasang antena, tipe antena berbentuk setaceus, mata berbentuk faset atau mata majemuk yang berdekatan, tipe arah mulut berbentuk prognatus ( horizontal ). Pada bagian toraks terdapat protoraks, mesotoraks dan metatotaks masing- masing terdapat sepasang tungkai. Tungkai pertama dan tungkai kedua ukurannya sama 8 mm, dan pada tungkai ketiga ukurannya lebih besar yaitu 10 mm. Pada mesotoraks dan metatoraks terdapat sepasang sayap dimana pada sayap depan ukuranya 35 mm dan sayap belakang dengan ukuran 33 mm. Pada tibia terdapat terdapat 5 pasang duri atau taji yang ukurannya ramping, pada bagian femur ukuran lebih besar dari pada tibia. Pada bagian tarsus terdapat 3 segmen, memiliki sepasang kuku tarsus atau claw. Pada bagian abdomen terdapat 7 segmen. Capung peluncur (Pantala flavescens L.) memiliki bentuk tubuh ramping, panjang seluruh tubuh dari bagian caput sampai ujung abdomen 45 mm. Pada bagian caput terdapat sepasang antena, tipe antena berbentuk setaceus, mata berbentuk faset atau mata majemuk yang berdekatan, tipe arah mulut berbentuk prognatus ( horizontal ). Pada bagian toraks terdapat protoraks, mesotoraks dan metatotaks masing- masing terdapat sepasang tungkai. Tungkai pertama dan tungkai kedua ukurannya sama 9 mm, dan pada tungkai ketiga ukurannya lebih besar yaitu 10 mm. Pada mesotoraks dan metatoraks terdapat sepasang sayap yang bervariasi dimana pada sayap depan ukuranya 33 mm dan sayap belakang dengan ukuran 34 mm. Pada tibia terdapat terdapat 5 pasang duri atau taji yang ukurannya ramping, pada bagian femur ukuran lebih besar dari pada tibia. Pada bagian tarsus terdapat 3 segmen, memiliki sepasang kuku tarsus atau claw. Pada bagian abdomen terdapat 7 segmen. Capung jarum (Schnura senegalensis Rambur.) memiliki bentuk tubuh ramping, panjang seluruh tubuh dari bagian caput sampai ujung abdomen 25 mm. Pada bagian caput terdapat sepasang antena, tipe antena berbentuk setaceus, mata berbentuk faset atau mata majemuk yang berdekatan, tipe arah mulut berbentuk prognatus ( horizontal ). Pada bagian toraks terdapat protoraks, mesotoraks dan metatotaks masing- masing terdapat sepasang tungkai. Tungkai pertama dan tungkai kedua ukurannya sama 4 mm, dan pada tungkai ketiga ukurannya lebih besar yaitu 5 mm. Pada mesotoraks dan metatoraks terdapat sepasang sayap yang berbentuk seperti batang dimana pada sayap depan ukuranya 16 mm dan sayap belakang dengan ukuran 14 mm. Pada tibia terdapat 5 pasang duri atau taji yang ukurannya ramping, pada bagian femur ukuran lebih besar dari pada tibia. Pada bagian tarsus terdapat 3 segmen, memiliki Ludgardis Ledheng, Theresia Eno dan Blasius Atini/ Bio – Edu 1 (2) 24–26 sepasang kuku tarsus atau claw. Abdomen panjang dan ramping, pada bagian abdomen terdapat 7 segmen. Kumbang kubah (Menochilus sexmaculatus L.) memiliki bentuk tubuh lebar, bulat, bagian kepala sebagian atau seluruh tubuhnya cepat tersembunyi di bawah pronotum. Pada bagian caput terdapat sepasang antena, tipe antena berbentuk filiform, tipe arah mulut berbentuk prognatus (horizontal ). Tipe alat mulut menggigit dan mengunyah. Pada bagian toraks terdapat protoraks, mesotoraks dan metatotaks masing- masing terdapat sepasang tungkai, tipe tungkai natatorial. Jangkrik (Gryllus assimilis Sp.) memiliki bentuk tubuh besar, panjang seluruh tubuh dari bagian caput sampai ujung abdomen 20 mm. Pada bagian caput terdapat sepasang antena, tipe antena berbentuk setaceus, mata berbentuk tunggal atau oseli, tipe arah mulut berbentuk prognatus (horizontal). Pada bagian toraks terdapat protoraks, mesotoraks dan metatotaks masing- masing terdapat sepasang tungkai. Tungkai pertama dan tungkai kedua ukurannya sama 16 mm, dan pada tungkai ketiga ukurannya lebih panjang yaitu 28 mm dengan ukuran femurnya lebih besar. Pada tibia terdapat 10 pasang duri, pada tarsus memiliki 3 segmen dan sepasang kuku tarsus ( claw). Jangkrik tidak memiliki sayap ( serangga apterygota). Belalang sembah (Mantis religiosa L.) memiliki bentuk tubuh ramping, panjang seluruh tubuh dari bagian caput sampai ujung abdomen 85 mm. Pada bagian caput terdapat sepasang antena, tipe antena berbentuk filiform, mata berbentuk faset atau mata majemuk, tipe arah mulut berbentuk hipognatus ( vertikal ). Pada bagian toraks terdapat protoraks, mesotoraks dan metatotaks masing- masing terdapat sepasang tungkai. Protoraksnya panjang dengan ukuran 18 mm. Tungkai pertama ukurannya 68, tungkai kedua ukurannya 64, dan tungkai ketiga ukurannya 72 dengan tipe tungkai raptorial. Memiliki 3 pasang femur, memiliki 3 pasang tibia yang terdapat duri, memikili 3 pasang tarsus, memiliki 3 pasang kuku tarsus, memiliki 3 pasang trokhantor, memiliki 2 pasang sayap di mana sayap depan ukurannya 54 dan sayap belakang 44 mm. Pada bagian abdomen terdapat 8 ruas. Berdasarkan data pada tabel. 2 predator yang ditemukan banyak yang tergolong predator poligofag karena jenis mangsa atau hama yang dimakan oleh predator tersebut lebih dari satu hama atau banyak. Keuntungan dari predator yang bersifat polyfagus adalah bisa bertahan pada kondisi jumlah populasi mangsa yang sedikit, karena bisa mendapatkan mangsa alternatif. Kelemahan kecil pemanfaatan predator adalah perlunya waktu cukup lama untuk mendapatkan predator yang efektif sebagai agen hayati pengendalian hama tanaman. Pengendalian hayati menggunakan predator membutuhkan penelitian yang kompleks dan melibatkan kaitan antara pemangsa, mangsa (hama) dan tanaman inang dari mangsa. Berkurangnya serangga predator juga disebabkan karena perlakuan pestisida yang tidak bijaksana oleh petani. Pestisida yang digunakan oleh petani mengakibatkan resistensi atau daya tahan dari serangga predator terhadap pestisida tidak maksimal sehingga menyebabkan serangga predator berkurang. Jenis predator yang ditemukan ada yang bersifat monofagus, oligofagus dan poligofagus. Tetapi yang lebih banyak ditemukan di lokasi penelitian pada umumnya bersifat polifagus yang memangsa berbagai jenis serangga hama. Serangga predator berperan dalam keseimbangan hayati sehingga dapat mencegah mengurangi meningkatnya populasi hama. 4. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data maka dapat di simpulkan bahwa jenis-jenis serangga predator pada tamanan padi ( Orysa sativa L.) di Desa Letmafo Kecamatan Insana Tengah sebanyak 7 jenis: capung berabdomen bengkak (Paragomphus lineatus Male.), capung mata besar (Orthetrum Sabina D.), capung peluncur (Pantala flavescens L.), capung jarum (Schnura senegalensis Rambur.), kumbang kubah (Menochilus sexmaculatus L.), jangkrik (Gryllus assimilis Sp.) dan belalang sembah (Mantis religios L.). Dari ke tujuh jenis serangga predator tersebut yang dominan adalah capung mata besar (Orthetrum Sabina D.), capung jarum (Schnura senegalensis Rambur.) dan kumbang kubah (Menochilus sexmaculatus L). 25 Vol. 1, No. 1 (54-58) 2016 Bio – Edu : Jurnal Pendidikan Biologi International Standard of Serial Number 2527-6999 Pustaka Anonim. 2012. Pengendalian musuh alami. http: // www.com. Diakses pada hari rabu 14 Maret 20015. Anonim. 2015. Klasifikasi capung dan jenis- jenis capung. http://id.wikipedia. org/wiki. Diakses pada hari senin 21 Mei 2016. Anonimus. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius. Yogyakarta. Ameilia Zuliyanti siregar. 2007. Jurnal hama tanaman padi. Penerbit : Jakarta Deback. 1997. Peranan predator dalam pengendalian hayati. Penerbit : Jakarta Holling. 1961. Hbungan predator dengan mangsa. Ann. rev. Entomol 6: 163182 http : //id. Wikipedia.org/wiki. Klasifikasi ilmiah capung Di akses pada hari rabu 23 Mei 2016 http : // id. Wikipedia. Org/wiki/capung, di akses pada hari selasa 12 April 2016 Jumar. 2000. Entomologi pertanian. Rineka Cipta. Jakarta Mahrub, dkk. 1998. Keunggulan pengendalian hayati. Penerbit : Gajah Mada Mochamat, H. 2009. Biologi insekta entomologi. Graha Ilmu. Yogyakarta Okto. 1995. Peranan predator dalam pengendalian hayati. Penerbit : Jakarta Purnomo, H. 2009. Pengantar pengendalian hayati. Penerbit Andi Yogyakarta Symsurizal. 2007. Ekologi Tumbuhan. Penerbit: UniversitasNegeri Padang. Padang Stehr. 1975. Peranan predator dalam pengendalian hayati. Penerbit : Jakarta Symsurizal. 2007. Ekologi Tumbuhan. Penerbit: UniversitasNegeri Padang. Padang Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Penerbit: Universitas Gajah Mada. Yogyakarta Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Penerbit :Universitas Gajah Mada. Yogyakarta Ludgardis Ledheng, Theresia Eno dan Blasius Atini/ Bio – Edu 1 (2) 24–26 26