BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembentukan Organisme Bioflok 4.1.1 Populasi Bakteri Populasi bakteri pada teknologi bioflok penting untuk diamati, karena teknologi bioflok didefinisikan sebagai teknologi yang memanfaatkan bakteri heterotrofik sebagai pengolah limbah dalam perairan (Aiyushirota 2009). Dari hasil pengamatan, diduga bakteri yang terdapat dalam bioflok adalah Bacillus (Gambar 7). Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi Hasil uji mikrobiologi menunjukan jumlah koloni bakteri dalam 1 mL bioflok sebesar 86 x 107 cfu/mL, pertumbuhan bakteri pada media biakan nutrien agar menunjukan koloni bakteri yang berada pada bagian atas nutrien agar, warna putih dan permukaannya datar. Dari ciri-ciri yang diamati, diduga bakteri yang tumbuh dalam media agar merupakan bakteri Bacillus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tay et al. (1982) bahwa pertumbuhan bakteri Bacillus pada media biakan menunjukan morfologi berbentuk ireguler, permukaan koloni kasar, datar dan agak mengkilap, warna koloni putih. 4.1.2 Kelimpahan Plankton Bioflok terbentuk oleh bermacam-macam organisme, dengan adanya bakteri dalam bioflok maka proses degradasi bahan organik akan lancar, sehingga menghasilkan zat-zat yang bermanfaat bagi pertumbuhan plankton. Bahan organik yang mengalami mineralisasi oleh bakteri akan diubah menjadi bahan anorganik seperti nitrat dan fosfat. Bahan organik ini dapat digunakan secara langsung oleh fitoplankon dalam air untuk kelangsungan hidupnya. Fitoplankton makanan bagi zooplankton, sehingga jumlahnya melimpah. Hal ini menyebabkan perairan tersebut menjadi subur. Zooplankton merupakan pakan alami bagi sebagian besar ikan, dengan demikian maka ketersediaan pakan alami bagi ikan akan tetap terjaga. Kelimpahan plankton dapat menjadi indikasi tingkat kesuburan, kelimpahan plankton dipengaruhi oleh senyawa nitrat dan fosfat yang merupakan elemen utama bagi pertumbuhan plankton. Hasil kelimpahan plankton pada media bioflok tercantum pada Tabel 4. Tabel 4. Kelimpahan Plankton Pada Media Bioflok No Kelompok Kelimpahan (Ind/L) 1 Chlorophyceae 93267 2 Rotatoria 28567 3 Protozoa 8100 Kelimpahan plankton yang tinggi menunjukan kesuburan yang tinggi juga, artinya ketersedian pakan alami yang berlimpah. Makanan merupakan salah satu faktor penunjang dalam perkembangan benih ikan mas koki, ikan memerlukan energi untuk kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan energi perlu diberikan makanan yang berkualitas tinggi sehingga memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Nilai nutrisi makanan, pada umumnya dilihat dari komposisi gizinya seperti kandungan protein, lemak, kadar air, serat kasar dan abu (Hariati 1989). Rotifera memiliki kandungan gizi yang tinggi, menurut Anonim (1990), kandungan gizi dari rotifera adalah: kadar air 85,70 %, protein: 8,60 %, lemak: 4,50 %, abu: 0,70 %. Terpenuhinya nutrisi dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada ikan, menurut Galeotti (1998) bahan imunostimulan dapat berasal dari komponen bakteri, ekstrak tumbuhan dan hewan, serta faktor nutrisi. Selain itu, menurut Lewis et al dalam Taufik (1996), fitoplankton mempunyai aktifitas antibakteri dimana proses fotosintesa sel fitoplankton yang menghasilkan karbohidrat atau polisakarida memiliki peranan penting dalam menekan perkembangan bakteri patogen. Hasil pengamatan plankton terdapat pada Gambar 8. (a) (b) (c) Gambar 8. (a) Spirogyra, (b) Chlorella, (c) Rotatoria Sumber : Dokumentasi Pribadi 4.2 Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas Koki Sebelum Uji Tantang Kelangsungan hidup benih ikan mas koki merupakan sebuah tolak ukur mengenai keberhasilan benih ikan mas koki untuk hidup dalam suatu perlakuan penelitian, yaitu penambahan bioflok sebagai pakan alami untuk benih ikan mas koki. Penambahan bioflok sesuai perlakuan feeding rate, yaitu 0 %, 7 %, 14 %, 21 % dan 28 % memberikan hasil kelangsungan hidup yang sama pada setiap perlakuan yaitu 100 %. Kelangsungan hidup yang tinggi dari semua perlakuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kualitas benih awal ikan mas koki, pakan yang diberikan dan kualitas air selama pemeliharaan. Kualitas benih ikan merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan budidaya ikan. Kualitas benih ikan yang bermutu baik dapat membantu ikan tahan terhadap kondisi lingkungan yang buruk dan nutrisi dari pakan yang kurang baik. Pada penelitian ini benih ikan mas koki yang digunakan bermutu baik sehingga dapat menghasilkan kelangsungan hidup yang tinggi yaitu 100 %. Pemberian bioflok sebagai pakan alami sesuai feeding rate ternyata memerlukan waktu untuk benih ikan mas koki menyesuaikan dengan pakan alami bioflok yang diberikan. Waktu yang diperlukan yaitu selama empat hari untuk adaptasi sampai benih ikan mas koki mulai memakan pakan alami bioflok. Pemeliharaan benih ikan mas koki yang diberi pakan alami bioflok sebelum uji tantang dilakukan selama 20 hari. Menurut Supriyadi (2004) pemberian pakan alami yang tepat pada benih ikan mas koki adalah sekitar 10 % - 15 % dari bobot tubuhnya. Pada benih ikan mas koki tanpa pemberian pakan alami bioflok kelangsungan hidupnya sama dengan benih ikan mas koki yang diberi pakan alami bioflok yaitu 100 %. Hal ini dipengaruhi oleh pakan buatan yang diberikan pada benih ikan mas koki selama pemeliharaan yaitu pakan buatan PF-600 dengan kandungan protein sebanyak 39 % sehingga dapat memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh benih ikan mas koki untuk kelangsungan hidupnya. Kualitas air berperan sangat penting sebagai media hidup bagi ikan, maka dalam budidaya perairan, kualitas air atau media hidup bagi ikan mutlak diperhatikan demi menjaga kehidupan yang sesuai bagi ikan budidaya. Pengamatan kualitas air media pemeliharaan benih ikan mas koki sebelum uji tantang tercantum pada Tabel 5. Tabel 5. Kisaran Kualitas Air Media Pemeliharaan Benih Ikan Mas koki No Parameter Kisaran Optimum * Kisaran Selama Pemeliharaan 1 Suhu (ºC) 22 – 26 23,3-24,8 2 pH 5-7 ppm 6,4-7,1 3 DO 6-7 6,4-6,9 4 Amonia <1 0,003-0,006 Keterangan : * Menurut Bachtiar (2005) Derajat kelangsungan hidup benih ikan mas koki selama penelitian adalah 100% pada setiap perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air selama penelitian masih dalam keadaan yang layak untuk menunjang derajat kelangsungan hidup benih ikan mas koki. Kualitas air selama pemeliharaan berada pada kisaran normal disebabkan secara rutin dilakukan penyiponan atau pergantian air dalam akuarium. 4.3 Pengamatan Gejala Klinis Ikan Mas Koki Pasca Uji Tantang Pengamatan gejala klinis dilakukan setelah uji tantang, pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas koki yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila dengan kepadatan 108 cfu/mL meliputi pengamatan ciri fisik, respon terhadap pakan dan pengamatan respon terhadap kejutan (Lampiran 3). Tujuan dari dilakukannya uji tantang ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian bioflok untuk mencegah serangan bakteri Aeromonas hydrophila. Pengamatan ciri fisik dilakukan dengan cara mengamati kerusakan tubuh ikan mas koki bagian luar akibat terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Pengamatan gejala klinis ciri fisik benih ikan mas koki yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila mulai terlihat setelah dilakukan pengamatan selama 4 jam, ikan mas koki yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila mengalami gejala stres, cenderung berenang di permukaan air dan berada dekat aerasi. Pada hari kedua ciri fisik mulai terlihat pada perlakuan D dan E (pemberian bioflok 21 % dan 28 %) yaitu terdapat luka dan bercak-bercak merah di sekitar kepala, tubuh dan pangkal sirip punggung. Pada hari ke-3 semua perlakuan telah terlihat gejala klinis serangan bakteri Aeromonas hydrophila yaitu pada perlakuan D dan E (pemberian bioflok 21 % dan 28 %) luka pada ikan semakin besar menjadi tukak dan bengkak pada bagian tubuh ikan disertai pendarahan, sisik terlepas, warna ikan kusam, gerakan ikan cenderung lamban dan berenang di permukaan air. Pada perlakuan A (pemberian bioflok 0 %) terdapat tukak di bagian tubuh ikan, warna kusam, sisik terlepas, gerakan ikan lamban dan mengap-mengap di permukaan air. Pada perlakuan B (pemberian bioflok 7 %) terdapat luka pada bagian tubuh ikan dan sisik ikan mengalami kerusakan. Pengamatan pada perlakuan C (pemberian bioflok 14 %) gejala klinis yang terlihat yaitu terdapat bercak-bercak merah di sekitar kepala dan tubuh ikan, warna ikan cemerlang, ikan yang dipelihara mengalami gejala stres (Gambar 9). (a) (b) Gambar 9. Gejala Klinis Pasca Uji Tantang, (a) Terdapat Tukak Pada Punggung Ikan, (b) Terdapat Luka Pada Punggung Ikan Sumber : Dokumentasi Pribadi Pengamatan respon terhadap kejutan dilakukan dengan cara memberikan ketukan pada dinding akuarium tempat pemeliharaan, respon dikatakan baik apabila ketika akuarium diketuk ikan langsung merespon menjauhi dinding akuarium, namun sebaliknya respon ikan dikatakan kurang apabila disaat dinding akuarium diketuk ikan tidak merespon dan cenderung diam. Pada ikan yang dipelihara dengan penambahan bioflok dan diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila menunjukan hasil yang berbeda-beda terhadap respon gerak yang diperlihatkan ikan untuk kembali pada kondisi normal (Tabel 6). Tabel 6. Respon Kejutan Benih Ikan Mas Koki Pasca Uji Tantang Pengamatan Hari Ke 1 2 3 4 5 6 7 8-14. 1 + + A 2 + + 3 + + 1 + + + B 2 + + + 3 + + + + Perlakuan C 1 2 3 + + + + + + + + + + + + + + + 1 + + D 2 + 3 + Keterangan : ( + ) : Respon terhadap kejutan normal dan aktif ( - ) : Respon terhadap kejutan tidak ada 1 + E 2 + 3 + Hasil pengamatan yang dilakukan menunjukan bahwa penambahan bioflok memberikan pengaruh terhadap ketahanan benih ikan mas koki dari serangan bakteri Aeromonas hydrophila. Pada perlakuan A (pemberian bioflok 0 %) waktu kembali normal benih ikan mas koki terhadap respon kejutan memerlukan waktu yang cukup lama yaitu pada hari ketujuh, sedangkan pada perlakuan B (pemberian bioflok 7 %) waktu kembali normal pada hari keenam. Pada perlakuan C (pemberian bioflok 14 %) membuat aktivitas atau gerak udang lebih cepat kembali normal yaitu pada hari keempat. Pada perlakuan D dan E (pemberian bioflok 21 % dan 28 %) benih ikan mas koki kembali normal pada hari kedelapan. Pengamatan respon terhadap pakan dilakukan dengan cara memberikan pakan kepada ikan yang telah diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila, respon ikan terhadap pakan dikatakan baik apabila pada saat ikan diberi pakan langsung merespon dengan memakan pakan yang diberikan. Namun, sebaliknya respon ikan terhadap pakan dikatakan kurang jika pada saat pakan diberikan ikan tidak merespon dan cenderung menjauhinya. Pada ikan yang dipelihara dengan penambahan bioflok, respon ikan terhadap pemberian pakan bervariasi. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh perlakuan penambahan bioflok terhadap patogenitas bakteri Aeromonas hydrophila. Respon yang diperlihatkan ikan mas koki untuk kembali normal tertera pada Tabel 7. Tabel 7. Respon Benih Ikan Mas Koki Terhadap Pakan Pasca Uji Tantang Pengamatan Hari Ke 1 2 3 4 5 6 7 8-14. 1 + + A 2 + + + 3 + + 1 + + + B 2 + + + 3 + + + Perlakuan C 1 2 3 - + + + + + + + + + + + + + 1 + D 2 + Keterangan : ( + ) : Respon terhadap pakan normal dan aktif ( - ) : Respon terhadap pakan tidak ada 3 + + 1 + E 2 + 3 + Hasil pengamatan terhadap respon pakan benih ikan mas koki yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada hari kesatu sampai hari ketiga respon pakan tidak ada. Kondisi tersebut sesuai dengan pendapat Sitanggang (2002) yang menyatakan salah satu ciri ikan yang terkena infeksi bakteri Aeromonas hydrophila adalah nafsu makannya berkurang. Pada perlakuan A (pemberian bioflok 0 %) respon benih ikan mas koki terhadap pakan memerlukan waktu untuk kembali normal yang cukup lama yaitu ikan normal pada hari ketujuh. Sedangkan pada perlakuan B (pemberian bioflok 7%) waktu benih ikan mas koki terhadap respon pakan kembali normal pada hari keenam. Pada perlakuan C (pemberian bioflok 14 %) respon pakan cepat kembali normal yaitu pada hari kelima. Pada perlakuan D dan E (pemberian bioflok 21% dan 28 %) respon pakan benih ikan mas koki memerlukan waktu yang paling lama dibandingkan dengan semua perlakuan yaitu respon pakan kembali normal pada hari kedelapan. Gejala klinis yang berbeda-beda dari setiap perlakuan menunjukan adanya pengaruh dari pemberian bioflok terhadap serangan bakteri Aeromonas hydrohila. Hal ini diduga karena keberadaan bakteri Bacillus dan plankton yang terdapat pada bioflok memiliki kemampuan untuk menekan patogenitas dan pertumbuhan dari bakteri patogen sehingga gejala klinisnya ringan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Moriarty (1999) bahwa Bacillus memiliki kemampuan memproduksi antibiotik dalam bentuk lipopeptida, salah satunya adalah iturin. Iturin membantu Bacillus berkompetisi dengan mikroorganisme lain sebagai antibiotik bagi mikroorganisme lain atau menurunkan tingkat pertumbuhannya. Iturin juga memiliki aktivitas antibiotik terhadap bakteri dan virus patogen. Selain itu, menurut Lewis et al. dalam Taufik (1996) fitoplankton mempunyai aktifitas antibakteri dimana proses fotosintesa sel fitoplankton yang menghasilkan karbohidrat atau polisakarida memiliki peranan penting dalam menekan perkembangan bakteri patogen sehingga gejala klinis yang terjadi tergolong ringan. Namun, pemberian pakan alami dengan jumlah yang melebihi atau kurang dari kebutuhan tubuh memberikan efek buruk pada kondisi benih ikan mas koki. 4.3 Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas Koki Pasca Uji Tantang Kelangsungan hidup adalah persentase ikan yang hidup dari jumlah seluruh ikan yang dipelihara dalam suatu wadah. Kelangsungan hidup merupakan salah satu parameter keberhasilan organisme tersebut untuk hidup dalam suatu perlakuan penelitian dalam hubungannya dengan ketahanan terhadap lingkungan, parasit dan penyakit. Pengamatan kelangsungan hidup benih ikan mas koki yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian bioflok dapat meningkatkan ketahanan tubuh ikan terhadap bakteri yang diinfeksikan. Berdasarkan hasil pengamatan, mortalitas ikan mas koki yang dipelihara dengan media yang ditambahkan bioflok dan diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila memberikan hasil yang berbeda-beda antar perlakuan, data mortalitas dapat dilihat pada Gambar 10. 10 Jumlah Ikan Mati (ekor) 9 8 feeding rate 0 % 7 feeding rate 7 % 6 feeding rate 14 % 5 feeding rate 21 % 4 feeding rate 28 % 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 Pengamatan Hari Ke- 7 8 9-14. Gambar 10. Grafik Jumlah Ikan Mati Pasca Uji Tantang Mortalitas pada setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda pada setiap harinya, mortalitas benih ikan mas koki yang tinggi terjadi pada hari kedua setelah penginjeksian. Hal ini diduga antibodi pada tubuh ikan memerlukan waktu yang cukup lama untuk menghambat serangan bakteri Aeromonas hydrophila. Pada hari ketiga sampai dengan hari kedelapan mortalitas ikan mengalami penurunan, pada hari kesembilan sampai hari keempat belas tidak terjadi kematian pada benih ikan mas koki. Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama 14 hari, maka dapat dihitung tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas koki. Tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas koki pada masing-masing perlakuan tertera Kelangsungan Hidup (%) pada Gambar 11. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 68.89 75.56 57.78 51.11 42.22 0%. 7% 14% 21% 28% Feeding rate (%) Gambar 11. Grafik Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas Koki Perbedaan perlakuan pada saat pemeliharaan benih ikan mas koki setelah uji tantang memberikan persentase kelangsungan hidup yang berbeda, hal ini menandakan bahwa penambahan media bioflok dapat mempengaruhi ketahanan tubuh ikan mas koki terhadap serangan bakteri Aeromonas hydrophila. Pada perlakuan A (penambahan bioflok 0 %) persentase kelangsungan hidup rendah yaitu 57,78 %. Kelangsungan hidup yang rendah dikarenakan mekanisme pertahanan yang terjadi dalam tubuh benih ikan mas koki setelah bakteri (antigen) yang diinfeksikan masuk kedalam tubuh benih ikan mas koki adalah pertamatama antigen tersebut akan diproses oleh makrofag yang ada di dalam jaringan. Makrofag sebagai antigen precenting cell akan memberikan pesan kepada limposit sehingga produksi dan proliferasi limfosit menjadi sel plasma akan meningkat. Kemudian sel plasma akan menghasilkan antibodi sebagai mekanisme kekebalan humoral (Anderson 1974 dalam Haryani 2012). Mekanisme ketahanan tubuh ini memerlukan waktu yang lama dan melalui reaksi-reaksi yang kompleks, oleh karena itu ketika benih ikan mas koki diinfeksikan bakteri Aeromonas hydrophila mekanisme ketahanan tubuh ikan tidak dapat melindungi ikan dari bakteri patogen sehingga mudah terserang penyakit dan kelangsungan hidupnya rendah. Kelangsungan hidup yang rendah ini, juga disebabkan benih ikan mas koki pada perlakuan A (Penambahan Bioflok 0 %) mengalami gejala klinis yang cukup berat dan respon ikan terhadap pakan memerlukan waktu yang relatif lama sehingga benih ikan mas koki kekurangan asupan nutrisi yang dapat menyebabkan ikan menjadi lemah dan mudah terserang penyakit sehingga kelangsungan hidupnya rendah. Pada perlakuan B dan C (pemberiaan bioflok 7 % dan 14 %) memberikan persentase kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan A (pemberian bioflok 0 %) yaitu 68,89 % dan 75,56 %. Hal ini diduga karena organisme yang ada dalam bioflok merupakan imunostimulan, menurut Galeotti 1998) bahan imunostimulan dapat berasal dari komponen bakteri, ekstrak tumbuhan dan hewan, serta faktor nutrisi. Imunostimulan merupakan suatu senyawa biologi, sintesis atau bahan lainnya yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Raa et al 1992). Galeotti (1998) mengungkapkan bahwa imunostimulan dapat meningkatkan respon kekebalan spesifik dan non-spesifik ikan. Apabila masuk ke dalam tubuh ikan, imunostimulan akan merangsang makrofag untuk memproduksi interleukin yang akan menggiatkan sel limfosit yang kemudian membelah menjadi limfosit-T dan B (Raa et al 1992). Selanjutnya dijelaskan bahwa limfosit-T memproduksi interferon yang meningkatkan kemampuan makrofag sehingga dapat mengfagositosis bakteri, virus dan partikel asing lainnya yang masuk ke tubuh ikan. Masuknya imunostimulan juga akan merangsang makrofag untuk memproduksi lebih banyak lisozim dan komplemen. Interleukin juga menggiatkan limfosit-B menjadi meningkat dalam memproduksi antibodi. Meningkatnya antibodi pada benih ikan mas koki terlihat dari gejala klinis pada perlakuan C (pemberian bioflok 14 %) gejala klinisnya tergolong ringan sehingga respon pakan dan respon kejutan lebih cepat kembali pada kondisi normal, keadaan ini mempengaruhi kelangsungan hidup benih ikan mas koki menjadi tinggi yaitu 75,56 %. Sedangkan pada perlakuan B (pemberian bioflok 7 %) memberikan persentase yang lebih rendah dari perlakuan C (pemberian bioflok 14 %) namun lebih tinggi dari perlakuan A (pemberian bioflok 0 %) yaitu 68, 69 %. Perbedaan persentase kelangsungan hidup ini menunjukan pemberian bioflok optimum sebanyak 14 % dari bobot biomassa benih ikan mas koki, sehingga pemberian bioflok 7 % dari bobot biomassa benih ikan mas koki tidak mencukupi untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan terhadap serangan bakteri Aeromonas hydrophila. Pada perlakuan D dan E (pemberian bioflok 21 % dan 28 %) persentase kelangsungan hidupnya rendah yaitu 51,11 % dan 42,22 %. Hal ini menunjukan pemberian bioflok hanya efektif sampai pemberian 14 % dari bobot biomassa benih ikan mas koki. Pemberian bioflok yang berlebih memberikan efek negatif terhadap benih ikan mas koki, salah satunya adalah mengganggu kesetimbangan media pemeliharaan benih ikan mas koki sehingga ikan mengalami stress, kondisi ini membuat ikan menjadi lemah dan mudah terserang penyakit. Dilihat dari gejala klinisnya yang mulai terlihat sejak hari kedua benih ikan mas koki sudah terserang bakteri Aeromonas hydrophila, respon pakan dan respon kejutan pada perlakuan D dan E (pemberian bioflok 21 % dan 28 %) memerlukan waktu kembali normal yang lama. Hal ini membuat benih ikan mas koki kekurangan asupan nutrisi sehingga kelangsungan hidupnya rendah. Hasil analisis sidik ragam kelangsungan hidup benih ikan mas koki menunjukan bahwa perlakuan penambahan pakan alami bioflok sebagai upaya pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kelangsungan benih ikan mas koki. Hasil uji Duncan pada taraf kepercayaan 95 % memperlihatkan bahwa rata-rata tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas koki pada perlakuan D (pemberian bioflok 21%) dengan perlakuan A dan E (pemberian bioflok 0 % dan 28 %) tidak berbeda nyata, namun perlakuan A (pemberian bioflok 0 %) berbeda nyata dengan perlakuan E (pemberian bioflok 28 %). Perlakuan B (pemberian bioflok 7 %) dengan perlakuan A dan C (pemberian bioflok 0 % dan 14 %) tidak berbeda nyata, namun pada petlakuan C (pemberian bioflok 14 %) dan A (pemberian bioflok 0 %) terdapat perbedaan yang berbeda nyata (Tabel 8). Tabel 8. Kelangsungan Hidup Ikan Mas Koki Setelah Uji Duncan Feeding Rate (%) Kelangsungan Hidup (%) Signifikan 0 57,78 ± 10,18 bc 7 68,89 ± 13,87 cd 14 75,56 ± 13,87 d 21 51,11 ± 3,84 ab 28 42,22 ± 10,18 a Keterangan : Tiap rata-rata perlakuan yang diikuti huruf yang sama memberikan pengaruh tidak berbeda nyata menurut uji Duncan Tingkat kelangsungan hidup tertinggi diperoleh pada perlakuan C (pemberian bioflok 14 %), menunjukan bahwa penambahan bioflok sebanyak 14 % dari bobot biomassa ikan merupakan jumlah yang paling tepat untuk mempertahankan kehidupan benih ikan mas koki yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila selama masa pengamatan 14 hari. Berdasarkan analisis regresi (Lampiran 6) menunjukan bahwa adanya pengaruh dari pemberian bioflok terhadap tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas koki yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila (Gambar 12). 100 Kelangsungan Hidup (%) 90 80 70 60 50 40 30 20 y = -0.10365889x2 + 2.20392517x + 58.73142857 R² = 0.53496990 10 0 0 5 10 15 20 25 30 Pemberian Bioflok (Feeding Rate) Gambar 12. Grafik Hubungan Pemberian Bioflok Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas Koki Pada Gambar 12 terlihat bahwa analisis regresi untuk melihat antara pemberian bioflok dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas koki yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila menghasilkan hubungan kuadratik dengan mengikuti persamaan y = -0,103x2 + 2,203x + 58,73. Dari hasil analisis regresi, pemberian pakan alami bioflok terhadap kelangsungan hidup akan optimum pada pemberian pakan alami bioflok 10,631 % dari bobot biomassa ikan dan nilai kelangsungan hidup optimum benih ikan mas koki sebesar 70,446 %. 4.5 Kualitas Air Dalam usaha budidaya kualitas air harus selalu diperhatikan agar keberadaan ikan budidaya dalam lingkungan yang baik dan seimbang. Kualitas air yang tidak mendukung atau kurang baik dapat menyebabkan ikan stres dan mudah terserang penyakit. Kisaran kualitas air selama penelitian tertera pada Tabel 9. Tabel 9. Kualitas Air Media Pemeliharaan Benih Ikan Mas Koki Parameter Kisaran Optimum* Suhu DO Amonia mg/L 22º - 26ºC 5-7 ppm <1 Kisaran Selama Penelitian 0 23,9-24,5 6,2-6,6 0,003-0,006 7% 24,2-24,7 6,0-6,3 0,003-0,006 14 % 23,7-24,3 6,2-6,3 0,003-0,006 21 % 23,3-23,9 6,0-6,2 0,006-0,01 28 % 23,8-23,9 6,1-6,3 0,006-0,01 Keterangan : *Bachtiar 2005 Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian yang diperoleh menunjukan pH air antara 6,4 – 6,9, suhu air antar 23,3º - 24,7ºC, DO antara 6,2 – 6,6 dan amonia antara 0.003-0,01. Dari hasil pengukuran kualitas air pH, Suhu, DO dan amonia tidak menunjukan adanya perbedaan dengan kualitas air yang disyaratkan bagi usaha budidaya ikan mas koki.