PENGARUH POLA ASUH TERHADAP GANGGUAN

advertisement
PGM 2004,27(2): 3446
Pengaruhpda asuh temadap pertumbuhan bayi
Agus Triwinarto; dkk
PENGARUH POLA ASUH TERHADAP GANGGUAN PERTUMBUHAN BAY1 SAMPAI UMUR
SEMBILAN BULAN: Studi kasus di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor
Agus Triwnarto dan An& lrawati
ABSTRACT
THE EFFECT OF CHILD CARING PRACTICES TO INFANT GROWTH FALTERING SINCE
BIRTH TO 9 MONTHS OLDS: A Case Study in Sub District Sukaraja, District Bogor
Introduction: Growth faltering in Indonesian infant started when they are less than six month old and continued until
they grow up. Child care including feeding pattern may as a caused this pmblem. The main factors related with growth
faltering are unbalanced food consumption ( m a w and r n i w nutrient) and infectious disease.
Objectives: The study was aimed to assess the contribution of infant care to infant gmwth faltering before they reach
age of nine month old. The study was designed as cohort prospective Fi-nine babies were followed from birth until
nine months old, in Sukaraja Subdistrict, Bogor Regency. Child care aspects being monitored were feeding pattern,
nutrition consumption and health care. Infant growth measured by weight and length gain, based on CDC-NCHS 2000
growth curve. Repeated measured analysis were used to evaluate when growth faltering begins. Multiple linier
regressionswere used to evaluate the impact of child care on infant growth.
Results: The result of the study showed that child care significantly contribute infant weight gain and length gain when
birth weight, birth length, frequency of infection, sex, age of mother, education of mother, nutrition and health
knowledge of mother and ratio food to total expenditure were controlled. Growth faltering in weight due to child care
starts when they reach two months old, and continue until nine months old. Growth faltering in length due to child care
starts when they reach five months old, and continue until Uiey the age reach nine month.
Conclusions: Infant care especially during the first month of lie is an important period to prevent infant from early
growth faltering. [Penel Gizi Makan 2004,27(2): 34-46].
Keywords: child care, feeding pattern, growth faffering
.PENDAHULUAN
-..-....- --....
D
i Indonesia angka prevalensi gizi kurang (berat
badan rendah) pada anak usia 0-58 bulan
masih cukup tinggi, yaitu 28,3%, sedangkan
pada anak usia 0-12 buian Gkitar 8% (1). Hambatan
pertumbuhan sudah tejadi sejak awal kehidupan,
yaitu sejak berumur 4 - 6 bulan dan paling sering
dijumpai setelah bayi b e ~ m u r6 bulan sampai 12
bulan (2). Analisis antropometri data Susenas 19891999 menunjukkan telah tejadi hambatan
pertumbuhan bayi pada usia 4-6 bulan, baik di wilayah
perdesaan maupun perkotaan (3).
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di
lokasi berbeda menunjukkan bahwa pada umur 4-6
bulan, kurva pertumbuhan berat badan mulai
menurun, dan pada umur 12 bulan mencapai skor di
bawah - 2 SD menurut baku WHO-NCHS (4, 5, 6).
Pada umur enam bulan asupan zat gizi dari AS1
sudah rnulai tidak cukup sehingga, selain AS!, bayi
mulai memerlukan makanan pendamping AS1 (MPASI). Makin menurunnya jumbh AS1 yang dikonsumsi
bayi menyebabkan efek perlindungan pada bayi
terhadap penyakit lnfeksi juga semakin menurun (7).
Kualitas aid
=.-. dan kebenihan MPASI
. ~ ~.
. ~serta
.- sanitasi
lingkungan yang kurang baik menyebabkan bayi
mudah sakit infeksi, terutama diare (8).
Konsumsi energi dan zat gizi serta saki infeksi
merupakan
penyebab
langsung
gangguan
oertumbuhan 191. Penvebab tidak lanasuno aanaauan
brtumbuhan Salah iaktor pola as& (9), faktor ibu
(status gizi, paritas, umur, pendidikan, pengetahuan
gizi dan kesehatan), faktor bayi (jenis kelamin, berat
dan panjang bayi lahir), serta faktor sosial ekonomi
(rasio pengeluaran pangan dan jumlah anggota rumah
tangga) (10, 11, 12). Pola asuh meliputi pola
pemberian makan pada bayi (AS1 dan MPASI),
penyiapan makan, kebersihan din dan perawatan
kesehatan ketika sakit (13). Dengan demikian pola
asuh dapat merupakan faktor yang dominan pada
~~
- - --
Pengaruhpda surh teff~adappemnnbuhan b q i
PGM 2M)4.27(2): 3446
pertumbuhan bayi Oleh sebab itu dilakukan peneliin
untuk mengetahui penga~h pola asuh pada
gangguan pertumbuhan bayi sampai umur sembilan
bulan. Pertumbuhan bayi diukur melalui pertambahan
berat dan panjang bayi mengacu pada kuwa
pertumbuhan CDC-NCHS (14).
CARA
Desain, Lokasi, Populasi dan Sampel
Desain penelitian adalah kohor prospektif. Desain
ini dipilih untuk mengetahui penga~hpola asuh
tehadap gangguan peltumbuhan bayi sampai umur
sembilan bulan. Pemilihan kumn waktu hingga
sembilan bulan didasarkan atas pertimbangan bahwa
bayi sudah mendapat imunisasi lengkap, dan
frekuensi ke posyandu masih cukup baik.
Penelitian dilakukan di enam desa yang ada di
Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi
Jawa Barat, dengan pertimbangan pada tahun M02,
prevalensi anak balita gizi kurang cukup tinggi, yaitu
25.58%.
Populasi penelitian adalah pasangan ibu-bayi
yang ada di enam desa tersebut. Sampel penelitian
adaiah pasangan ibu-bayi yang memenuhi kriteria
inklusi (bayi lahir cukup bulan, berat badan bayi lahir
normal (2 2500 gram), bayi mendapat AS1 dan
bersedia ikut dalam penelitian ini).
Jumlah ibu-bayi yang diteliti dihitung dengan
menggunakan rumus besar sampel untuk peneltian
kohor (15) :
2 SDZ[Z, + &I2
N =
(vl-v32
dengan L = 95% dan Zo = 80%.
lndikator peltambahan berat dan panjang bayi
didasarkan atas hasil penelitian Kusharisupeni (16)
dan Kusin, et al (17). Standar pertambahan berat dan
panjacy bayi mengacu pada CDC-NCHS (2000).
Jumlah subjek yang diteliti dan dianalisis datanya
sebanyak 59 pasang ibu-bayi, yang telah memenuhi
jumlah sampel minimal, yaitu sebanyak 55 pasang
ibu-bayi. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara
skrir.~ngterhadap s e l u ~ hibu-bayi yang ada di enam
desa tersebut dalam k u ~ nwaktu 10 bulan sampai
jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi.
Agus Triwinarto; dkk
Data yang Dikumpulkan dan Cara Pengukuran
Data berat-panjang badan bayi, penyakit infeksi
dan status gizi ibu dikumpulkan setiap bulan sejak
bayi lahir sampai bemmur sembilan bulan. Data berat
dan panjang badan bayi lahir dikumpulkan dalam 24
jam setelah bayi lahir. Data paritas, umur ibu, tinggi
badan ibu, pendidikan, pengetahuan gizi dan
kesehatan (guna ASI, kolost~m,guna zat gizi,
sumber zat gizi, penanganan diare, pemberian
MP-AS1 sesuai dengan umur), jumlah anggota ~ m a h
tangga dan pengduaran ~ m a tangga
h
dikumpulkan
satu kali, yaitu pada saat subjek menyatakan bersedia
terlibat pada penelitian ini. Data pola asuh diamati
sejak bayi bemmur satu sampai sembilan bulan
dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Ada 7
(tujuh) faktor pola asuh, yaitu: I ) , bayi mendapat ASI;
2) MP-AS1 sesuai umur bayi; 3) pembenan MP-AS1
secara bersih dan benar, 4) melakukan pemeriksaan
ke posyandu secara rutin; 5) kebersihan diri dan
perawatan kesehatan yang baik; 6) imunisasi; dan 7)
membawa anak ke Puskesmas bila sakit. Masingmasing faktor pola asuh mendapat skor 1 bila ibu
menjawab benar, dan skor 0 bila ibu menjawab salah.
Selanjutnya bila jumlah skor r 7 dikategorikan
sebagai pola asuh baik, dan bila skor < 7
dikategorikan pola asuh kurang baik.
Berat badan bayi diukur dengan menggunakan
timbangan injak digital berketelitian 0,01 kg. Panjang
badan bayi diukur dengan menggunakan stadiometer
berketelitian 0,l un. Tinggi badan ibu diukur dengan
menggunakan microtoise berketelitian 0,l cm.
Kuantitas dan kualitas MP-AS1 dikumpulkan dengan
metode recall 1 x 24 jam (Gibson, 2003). Jumlah
karbohidrat, protein dan lemak dianalisis dengan
menggunakan program nuirisoff. Jumlah energi dalam
MP-AS1 me~pakanpenjumlahan dari jumlah energi
dari karbohidrat, protein dan lemak dari MP-AS1 yang
dikonsumsi bayi. Data penyakit infeksi (diare dan
infeksi pemafasan akut) ditetapkan menurut hasil
pemeriksaan pehgas kesehatan puskesmas
setempat dengan menggunakan kuesioner. Berat
badan ibu diukur dengan menggunakan timbangan
digital 'Seca' dengan ketelitian 0,l kg, sedangkan
tinggi badan ibu diukur dengan rnenggunakan
mikmtoise berketelitian 0.1 cm. Data karakteristik ibu
(paritas dan umur) dan data sosial ekonomi
dikumpulkan dengan wawancara menggunakan
kuesioner tersbuktur.
PGM 2004,27(2): 34-46
P e n g a ~ pda
h asuhI tehadap pertumbuhan bayi
Pengendalian mutu data dilakukan sebelum dan
saat pengumpulan data serta ketika coding, editing
dan cleaning data. Sebelum pengumpulan data,
dilakukan pelatihan dan uji coba kuesioner, serta
validasi antar enumerator. Setiap kali alat ukur akan
digunakan dilakukan pengecekan. Bila ditemukan
data yang meragukan, segera dilakukan verifikasi ke
lapangan.
Analisis dan Manajemen Data
Pemeriksaan kenormalan data dilakukan dengan
uji Kolmogorov-Smimov, Data pertambahan berat dan
panjang bayi tidak terdistribusi dengan normal
sehingga dilakukan transfonnasi logaritmik, dan data
yang disajikan adaiah nilai rata-rata dan SD.
Repeatedmeasures analyses of covariancw dilakukan
untuk melihat perbedaan pertambahan berat-panjang
bayi akibat pengaruh masing-masing faktor. Analisis
regresi linier ganda dilakukan untuk mengkonfirmasi
pengaruh pola asuh pada gangguan pertumbuhan
setelah dikontrol dengan faktor lainnya. Sebelum
repeated measures analysis of covariance dan regresi
linier ganda dilakukan pemeriksaan data dengan
tahapan analisis kolinearitas, interaksi, dan uji
confounding.
Pada bagian ini diuraikan hasil penelitian berikut
bahasannya, yang terdiri dari empat bagian, yaitu:
tentang karakteristik subjek (ibu, bayi dan
sosial lingkungan), &,
tentang pola asuh bayi,
@
@
J
tentang konsumsi gizi dari MPASI, dan
tentang p e n g a ~ hpola asuh pada gangguan
pertumbuhan bayi. Terdapat 95 pasang ibu-bayi
terdaftar pada penelitian ini, namun hanya 59 pasang
ibu-bayi yang datanya lengkap dan dapat diolah.
Sebanyak 36 subjek tidak dapat dianalisis karena data
tidak lengkap dan subjek drop out karena pindah,
bayi meninggal dan bayi sakit.
m,
Karakteristik Subjek
Karakteristik subjek pada penelitian ini terlihat
pada Tabel 1. Proporsi bayi laki-laki lebih sediki
dibandingkan dengan bayi perempuan. Berat dan
panjang badan bayi lahir pada kedua kebmpok pola
asuh tidak berbeda benakna, dan lebih rendah dari
rata-rata berat dan panjang badan lahir menurut CDG
Agus Trhninarto; dkk
NCHS yaitu 3530 gram dan 49,98 an (14). Dabm
k u ~ nwaktu sembilan bulan, lebih banyak bayi
dengan pola asuh kurang baik yang pemah sakit
infeksi (ISPA dan diare) dibandingkan dengan bayi
dengan pola asuh baik (p = 0,03).
Pmporsi ibu yang b e ~ m u 5r 25 tahun dan > 25
tahun hampir sama. Rata-rata ibu bemmur 25 lahun
(termuda 17 tahun dan tertua 41 tahun), dengan lama
pendidikan rata-rata hampir lima tahun (antara 1 dan
12 tahun). Menurut indeks masa tubuh (IMT),
sebagian besar ibu (86%) berstalus gizi normal dan
14% berstatus gizi kurus (IMT < 18,5). Status gizi ibu
pada kelompok pola asuh tidak berbeda bermakna.
Tinggi badan ibu pada kedua kelompok pola asuh
juga tidak berbeda bermakna, yaitu sekitar 148,5 crn.
Pengetahuan gui dan kesehatan ibu dari bayi dengan
pola asuh baik, lebih baik dibandingkan dengan ibu
bayi denqan wla asuh kurana baik. dan lebih banvak
~ b bay!
u iengan poa asuh bGk yang berpengetahian
g ~ dan
z ~ kesehatan balk (55 3%) d~bandlngkandengan
ibu bayi dengan pola asuh kurang baik ( 3 3 9 4 .
Pengetahuan gizi dan kesehatan yang dikaji adalah
pengetahuan tentang guna makanan, guna
karbohidrat, protein, dan lemak, ASI, guna KMS, MPASI, imunisasi dan diare.
Rasio pengeluaran mmah tangga untuk makanan
pada kedua kelompok pola asuh sama, yaitu sebesar
65% dari total pengeluaran mmah tangga, yang
berarti proporsi pengeluaran untuk makanan masih
lebih besar dari pengeluaran lainnya (hanya sekitar
35%). Proporsi keluarga dengan rasio pengeluaran
lebih besar dari 65% lebih banyak pada bayi dengan
pola asuh baik, dibandingkan dengan bayi dengan
pola asuh kurang baik. Namun, sebagian besar subjek
penelitian ini tergolong keluarga dengan tingkat sosial
ekonomi rendah. Median jumlah anggota ~ m a h
tangga subjek pada penelitian ini adalah empat lima
orang (minimum 2 dan maksimum 10 orang).
-
PGM 2004,27(2): 34-16
P e n g a ~pda
h asuh tehadap pedmbuhan bayi
Agus Triwinario; dkk
Tabel 1
Karakteristik Ibu, Bayl dan Soaial Ekonomi (N = 59)
I
Karakteristlk
Nilai p
Faktor bayi
Jenis kelamin (%)
Laki-laki
'
Perempuan
Berat bayi lahir (gram) (rerata f SD)
Panjang bayi lahir (cm) (rerata f SD)
Pernah sakit infeksi (ISPA dan atau diare)(%)'
Faktor ibu
Umur (tahun) (rerata f SD)
Umur (%)
S 25 tahun
> 25 tahun
Pendidikan (tahun) (rerata SD)
IMT (BBTTB2) (rerata f SD)
Status gizi (%)
Kurus (IMT c 18,5
Normallgemuk 5 18,5
Tinggi badan (cm) (rerata SD)
Pengetahuan gizi dan kesehatan (%)
Baik fskor 2 7)
~uranafskor 2 7 1
*
*
I Faktor sosial ekonomi
1
Rasio pengeluaran panganltotal (%)
<65%
1 Jumlah anggota RT (orang) (median)
Keteranaan:
Angka &lam k u ~ n gmenyatakan jumlah subjek
1 Sedikitnya tiga kali sampai umur sembilan bulan
Pola Asuh Bayi
Pola pemberian makan, perawatan kesehatan dan
kebersihan diri pada bayi dengan pola asuh baik
cenderung lebih baik dibandingkan dengan bayi
dengan pola asuh kurang baik (Tabel 2). Terdapat
644% (38 bayi) dengan pola asuh yang baik (skor r
7) dan 35.6% (21) bayi dengan pola asuh kurang baik
(skor< 7). Bayi yang mendapat AS1 eksklusifsampai 4
.
%
5,O
~,
--
.~
%~.,
4.0
bulan 'hanya' 5%. AS1 pertama kali diperkenalkan 1-2
hari sesudah bayi dilahirkan. Bayi dengan pola asuh
baik cenderung mendapat AS1 pertama lebih dini dari
bayi dengan pola asuh kurang baik. Ketika ibu
melahirkan, kader segera menginformasikan kepada
peneliti dan dalam waktu kurang dari 24 jam, peneliti
mewawancarai ibu sekaligus mengamati pola
pemberian AS1 dan MPASl sejak hari pertama bayi
lahir.
PGM 2004,27(2): 3446
Pt3nga~h
@a asuh tetitadap perfumbuhan bayi
Agus Ttiwinarto; dkk
Pola Pernkrian Mkn, P m w t a n Krrhalan dm K M i h a n Diri
MenIImt Pola h u h Bay1di Kuamalan Sukarajl, Ibbupaten Bogor
Keterangan:
1 Teh, air guia, madu, air putih
2 Teh, air aula, madu, air putih, susu fwmula (SGM, Danmw, Bendera), bubur nasi, bubur beras, biskuit,
makank bayi produk industti (pmmina, rnilna), pisang.
3 Pola asun balk (saor 2 7) adalah 1) bayi mendapat ASI; 2) MPASl sesuai umur bayi; 3) pemberian
MPASl secara bersih dan benar: 4) melakukan ~emeriksaanke wsvandu secara rutin: 5)kebersihan
diri dan perawatan kesehatan yang baik; 6) imu'nisasi dan 7) membawa anak ke ~uskesmasbila anak
sakit.
Walaupun beberapa bayi sudah mendapat AS1
pada hari pertama kehidupannya, sebagian besar bayi
mendapat makananlminuman lain (MP-ASI) selain
AS1 justru pada hari pertama-kedua setelah lahir. Bayi
dengan pola asuh kurang baik lebih banyak yang
mendapat MP-ASi semi padatlpadat dibandingkan
dengan bayi dengan pola asuh baik. Jenis MP-ASl
yang pertama kali diberikan kepada bayi terbanyak
adalah pisang dan bubur beraslnasi. Kondisi ini
memberi gambaran bahwa bayi sudah mendapat
makanan padat sebelum berumur 4 bulan.
Konsumsi Zat Gizi dari MP-AS1
Konsumsi gizi mempakan faktor langsung dari
gangguan pertumbuhan bayi (9). Pada bayi umur
kurang dari 4-6 bulan, AS1 merupakan makanan
terbaik bagi bayi, dan sebaiknya pada umur tersebut
bayi hanya mendapat AS1 saja (8).Kenyataannya,
pada peneliian ini sebagian besar ibu sudah
memberikan makanan selain ASI, baik berupa cairan,
semi-padat maupun padat, pada bayi sejak umur satu
bulan. Pemberian MPASI sebelum waktunya,
terutama bila kualitas gizi dan higienis rendah,
membawa konsekuensi bayi sakl diare dan defisiensi
zat gizi (Hop et al., 2000). Oleh sebab itu. pada
penelitian ini dilii p m g a ~ hkonsumsi energi dan
protein dari MP-AS1 terhadap pertumbuhan bayi.
.
Pengmh pola esuh tehadap pemmbuhan bayi
PGM 2004.27(2): 34-46
-.-p
.c
O
Agus Triwinarto;dkk
225
205
185
165
145
125
10s
85
u l e
45
25
5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Umur (bulan)
Gambar I
Konsuml Energi dad MP-AS1 terhadap AKG
Menurut Pola Asuh Bayi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Umur (bulan)
Gambar 2
Konsumsi Protein dad MP-ASi MIIuN~
Poh Asuh Bay1
PGM 2004,27(2): 24-46
Pengcvuh pda ascrh temadap psfiumbrhan bayi
&us T M a * dkk
berpengaruh pada gangguan pettambahan bwt
bayi (p<O,O5), dan gangguan pertambahan berat
bayi akibat pola asuh yang kurang baik terjadi mulai
umur dua bulan. Selanjutnya sampai bayi berumur
sembilan bulan, pertambahan berat bayi dengan
pola asuh kurang baik secara benakna lebih
rendah dad bayi dengan pola awh baik (p <0,00).
Analisis yang sama juga membuktikan bahwa
pola asuh berpengaruh pada gangguan
pertambahm panjang bayi, dan gangguan panjang
bayi akibat pola asuh kurang baik teriadi mulai umur
lima bulan (P = 0,OO). ~adaumursatu bulan sampai
empat bulan, walaupun pola asuh tidak
berpengaruh bmakna pada pertambahan panjang
bayi, namun pettambahan panjang bayi dengan
pola asuh kurang baik cenderung lebih rendah dari
bayi dengan pda asuh baik. Pada umur lima
sampai sembilan bulan, pertambahan panjang bayi
dengan pola asuh kurang baik secara bermakna
kbih rendah dari bayi dengan pola asuh baik
(P=O,OO). Untuk lebih jelasnya gambaran
pertumbuhan bayi menurut pola asuh dapat dilihat
pada Tabel 3; Gambar 3 dan Gambar 4 berikut.
Pada penelitian ini data kuantitas dan k u a M
AS1 tidak diteliti sehingga besamya kontribusi
konsumsi energi dan protein dari AS1 tidak dapat
diketahui. Gambar 1 dan Gambar 2 di atas
menunjukkan bahwa sejak umur satu bulan bayi
sudah mengonsumsi sumber energi dan pmtein
yang bukan dari ASI. Padahal seharusnya sebelum
umur empat bulan, energi dan protein yang
dikonsumsi bayi seharusnya hanya dari AS1 saja.
Pada umur satu sampai empat bulan, konsumsi
enemi dan protein bayi dengan pola asuh kurang
baikiebih binyak dari-bayidingan pola asuh baik,
sebaliknya pada umur lima sampai sembilan bulan,
konsumsi energi dan protein bayi dengan pola asuh
baik lebih banyak dari bayi dengan pola asuh
kurang baik. Makin bertambah umur bayi, semakin
bertambah jumlah konsumsi makanan yang bukan
dari ASI, dan pada umur lima sampai sembilan
bulan, konsumsi energi dari MPASl antara 13 dan
25% AKG; dan konsumsi protein mencapai 32
sampai 49 % AKG.
P e n g a ~ h Pola Asuh Terhadap Gangguan
Pettumbuhan
Hasil repeated measures analysis d c o v w ~ ' a n ~ ~
menunjukkan bahwa pola asuh terbukti
Tabd 3
Pertambahan Bent dan Panjang Bayl Kurnuldlf Menurut Pda h u h Bayl
Umur
(bulan)
Baik
n.38
Bent W (gram)
Kurang Baik
n=21
I
Nllai p
I
Balk
n = 38
Panjang Bayl (cm)
Kurang Baik
n = 21
I
I
Nilal p
PensaruhMaWq-bsi
PGM M04,27(2):3446
1
2
3
4
5
6
Umur (bulan)
7
&us Triwinarto; dkk
8
9
Gambar 3
Pertambahan Eknt Bayi Kumulltif k u n i t Pdr h u h
Dibandingkandangan Standar CDC-NCHS (2000)
Urnur (bulan)
Gambar 4
Pertambahan Panjrng Bay1 Kumulatif Menunit Poll h u h
Dibandingkan dengan Standar CDC-NCHS (2000)
PGM 2004,27(2): 34-46
~
@
J
a
~
~
~ peuS~Triwinarto:
b dkk g
TWS
Penga~hPok h u h podr Pnt*nbrhnPnjrrgbyl8mprl Umur SmnbAm
(eterangan:
balisis regresi linief ganda; Angka dalam kII~ngmenyatakan nilai p; 1 Energldan pmtein daii MPdSl
i
PGM 200.1,27(2): 34-46
P e n g a ~phd a asuh tefftadap pertumbuhm bayi
BAHASAN
Pola pemberian makan pada bayi di daerah
penelitian masih belum baik, sebagaimana di
Madura, lndramayu dan NTB. Sebagian besar bayi
sudah mendapat MP-AS1 sebelum waktunya
(sebelum umur empat bulan), penundaan inisiasi
AS1 dan pada hari pertama bayi sudah mendapat
makanan yang bukan AS1 (17,18, 19).
Pada SnGitian ini, gangguan pertumbuhan linier
karena ~ o l aasuh kurana baik sudah mulai teriadi
sejak bayi berumur lima b a n , lebih dini satu~&lin
dibandingkan dengan hasil penelitian di Leuwiliang
(Bogor ndrarnay~,dan Mad-ra 0 mana ganggLan
gerturnbullan nner sddah teradl se~akbavl bemm~r
enam bulan (10. 16, 17). ~usharisupen;(l6) juga
membuktikan bahwa gangguan pertumbuhan linier
berhubungan dengan gangguan pertumbuhan linier
pada interval umur berikutnya. Schmidt et al (10)
mernbuktikan bahwa timbulnya gangguan
pertumbuhan linier disebabkan deh faktor
lingkungan.
Pada penelitian ini, gangguan perhrmbuhan
menuru! pertambahan berat bayi karena pola asuh
kurana baik sudah mulai teriadi seiak bavi berumur
dua bu~an. Pola pemberidn maian tiiak benar
terutarna pada awal kehidupan bayi, yang
menyebabkan gangguan pertambahan berat bayi
telah dibuktikan oleh lrawati (11). Pada penelitian
tersebut terbukti bahwa pemberian MP-AS1
sebelum waktunya menyebabkan kuantitas AS1
yang dikonsumsi bayi lebih sedikit, yang
kemungkinan menyebabkan konsumsi zat gizi dari
AS1 tidak mencukupi kebutuhan bayi. Padahal pada
umur ernpat bulan, kebutuhan zat gizi bayi lebih
banyak dari sebelumnya. Selain itu pada bayi
dengan pola asuh tidak baik, frekuensi sakit diare
pada umur tiga bulan secara krmakna lebih sering
(1,96+1,02 kali) dibandingkan dengan bayi dengan
pola asuh baik (0,68 + 1,05 kali) (p = 0,02) (data
tidak disajikan). Oleh sebab itu pada umur empat
bulan, pertambahan berat bayi dengan pola asuh
kurang baik jauh lebih rendah dari seharusnya
(Garnbar 3).
WHO (8) mengemukakan bahwa salah satu
faktor yang menyebabkan gangguan pertumbuhan
adalah kondisi higiene personal dan sanitasi
lingkungan yang tidak baik, sebagaimana yang
biasa terjadi di negera berkernbang. Kondisi ini
tampaknya yang terjadi pada penelitian ini, di rnana
higiene personal dan sanitasi lingkungan yang
belum baik merupakan faktor yang menyebabkan
pertumbuhan bayi pada penelitian ini lebih rendah
Agus Triwinarto; dkk
dari standard (14). Walaupun pola asuh sudah baik,
namun kondisi hygiene personal dan sanitasi
lingkungan kernungkinan yang menyebabkan
pertumbuhan bayi tersebut tetap masih lebih
rendah dari srandar.
1. P0la asuh berpeflga~h pada gangguan
pertambahan berat bayi sejak berumur satu
bulan, dan berlanjut sampai bayi be~rnur
sembilan bulan (retainedeffecf).
2. Pola asuh mulai berpengaruh pada gangguan
pectambahan panjang bayi ketika bayi berumur
lima bulan, dan berlanjut sampai bayi berumur
sembilan bulan (retained effed).
SARAN
Perlu dilakukan penyuluhan tentang :
a. Perawatan sesegera mungkin ketika bayi sakit
dengan membawa ke pusat layanan kesehatan
b. Pemberian AS1 eksklusif sedikitnya selama
enam bulan agar bayi mendapat energ dan
protein secara maksimal.
c. Pemberian MP-AS1 dengan kualitas dan
kuantitas yang memenuhi kebutuhan bayi
setelah bayi berumur enam bulan.
RUJUKAN
1. Jahari AB; Sandjaja; Sudiman. H; Soekirman;
Jus'at, I;Jalal, F: Latief. D dan Atrnarita (2003).
Status Gizi Balita di lndonesia Sebelum dan
Selama Krisis (Analisis Data Antropmetri
SUSENAS 19841999). W~dyaKarya Nasional
Pangan dan Gid VII. Jakarta, 29 Februari - 2
Maret 2WO.
2. Sunawang. Perbaikan Makanan Pendamping
AS1 Di lndonesia Dalam: Kumpulan Makalah
Diskusi Pakar Bidang Gid Tentang MP-AS1
Antropometn dan BBLR. Cipanas. 19-21
Januari 2000. Jakarta: Persagi. LIPI, dan
Unicef, 2000.
3. Aman, A. bsamya Permasalahan Gizi Kurang
pada Balita di lndonesia Saat ini dan Upayaupaya
Tembosan
Pemerintah
dalam
Menanggulanginya.
Majalah
Kesehatan
Masyarakat lndonesia 2000,28(10): ..... (hal).
4. Djais. 1992.
PGM 2M)4,27(2): 34-46
~ P d a ~ W f J ~ p e r t ~ b e y&usi T-
5. LaSef, D. Program AS1 Eksklusil dm Makanm
Pendamping AS1 (MP-ASI) &&I Kumpulan
Makalah Diskusi Pakar Biiang Gid Tentang
MP-ASI. Antropometn dan BBLR. Cipmas, 1921 Januari 2000. Jakarta: Persagi. LIPI, dan
Unicef, 2000.
6. Thaha, AR. Studi PenilaM W a n
Pendamping AS1 di Kabupaten Baru. Sulawesi
Selatan
Kumpulan Makalah Diskusi
Pakar Bidang Gizi Tentang MP-AS1
Antropometri dan BBLR. Cipanas 19-21 Januari
2000. Jakarta: Persagi, LIPI, dan Unicef, 2000.
7. Susanto, JC. KMS sebagai Alat Deteksi Dini
Hambatan Pertumbuhan Pengalaman dati
Semarang m K u m p u l a n Makalah Diskusi
Pakar Bidang Gizi Tentang MP-AS1
Antropometri dan BBLR. Cipanas, 19-21
Januari 2000. Jakarta: Persagi, LIPI, dan
Unicef, 2000.
8. Wwld Health Organbatim. The O p m l
Duration of Exdusive Breastfe6dlhg: Result of a
WHO
Systematic
Review.
2001.
www.who.inthnt-~r-200l/enlnote2001-07,htm
9. ACCNISCN. Nutrition Throughout the Life
Cycle'. 4m. 2000. Report on The WoM Nubibn
Situation. Geneva: ACCNISCN, 2000. p. 1- 3.
lO.Schmidt, MK: Muslimatun, S; West, CE;
Schultink, W; Gross, R; and Haulvast, JGA.
Nubitional Status and Linear Growth of
Indonesian Infants in West Java Are
Determined More bv Prenatal Enwmnment than
by Postnatal ~actors. J Nutr 2002,132: 22022207
11. Irawati, A. Penga~hpemberian MP-AS1 dini
terhadap gangguan pertumbuhan bayi dengan
berat lahir normal sampai umur empat bulan
(studi kohor prospektif). Disertasi. Depok:
Pmaram Dokor llmu Kesehatan MasMrakat
program Pasca Sarjana. Fakultas ~ e k h a t a "
Masyarakat Universitas Indonesia, 2004.
dkk
12. Vilblpando. S aml N a m . ML. Gro4h M n g
is
prevented by
breast-feeding in
underprivileged infants fmm Mexico Ci.J Nub
2000.130: 546-552.
13. Engle PL, Bentley, M and P&. G. The mle of
care in nutrition pmgrammes: Current r e ~ ~ a r c h
and a research agenda. Pmceediis of be
N u b i M Society 59: 25-35.
14. CDC Gmwlh Charts: United SWes 2000.
www.cdc.aovlarowMcharts/ May 30 (2WO).
15.Lamffhow, 1990.
16. Kushsrisupeni. Peran Berat Lahir dan Masa
Gestasi temadap Pertumbuhan tinier Bayi di
Kecamatan Sliyeg dan Kecamatan Gabus
Wetan, Kabupaten Indramayu. Jawa Barat
19951997. Depok: Disertasi. Depok: Program
Doktw llmu Kesehatan Masyarakat Program
Pascasajana, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, 1999.
17. Kusin d m Kardjati, S (editor). Ma$md and
Child Nutri6on in Madura, Indonesia (1994).
Netherlands: Royal Tropical Institute, 1994.p.
83-110.
18. U t m , B. Health and Sodal Dimensions of
Infant Feeding: Lessons hom Indramayu, West
Java. A Thesis submitted iw the degree of
Doctw of Philcsophy. Dwrography Prcgram,
Division of Demography and Socidogy,
Research School of Social Sdences. Canberra:
The Australian National University. 1996.
19. Ronoatmodio, S. Faktor risiko kernatian
neonatus di Kecamatan Kentak. Nusatenggara
Barat 1992 - 1993. Disertasi. Depok: Program
Doktw llmu Kesehatan Masyarakat Program
Pascasajana, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, 1996.
Download