perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Hal ini penting untuk membentuk tindakan seseorang. Sebagian besar pengetahuan dapat diperoleh melalui indra penglihatan dan pendengaran (Notoatmodjo, 2007). Menurut Mubarak (2011), pengetahuan merupakan seluruh apa yang diketahui berdasarkan hasil pengalaman yang telah didapatkan oleh setiap manusia. Pengetahuan berbeda dengan kepercayaan, takhayul, dan penerangan yang keliru. b. Jenis Menurut Budiman dan Riyanto (2013), pengetahuan merupakan bagian dari perilaku kesehatan. Ada dua jenis pengetahuan sebagai berikut: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 1) Pengetahuan Implisit Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang berbentuk dari pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata misalnya keyakinan pribadi, perspektif dan prinsip. Secara implisit pengetahuan sulit untuk ditransfer ke orang lain biasanya pengetahuan ini berisi kebiasaan dan budaya. 2) Pengetahuan Eksplisit Pengetahuan secara eksplisit yaitu pengetahuan yang disimpan dalam wujud nyata atau wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata diaplikasikan dalam tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. c. Tahapan Menurut Notoatmodjo (2007), menyebutkan ada enam tahapan pengetahuan yaitu: 1) Tahu (Know) Kemampuan untuk mengenali maupun mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan merupakan kata yang tepat untuk mengukur bahwa orang tersebut telah tahu materi yang telah dipelajari. Misalnya, suami dapat mendefinisikan IMD. 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara baik terhadap objek commit to user yang diketahui dan dapat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 mengintrepertasikan materi tersebut secara benar. Misalnya suami dapat menjelaskan keuntungan dari IMD. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi yaitu kemampuan dalam menggunakan materi pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Misalnya suami membantu mempersiapkan kebutuhan selama IMD. 4) Analisis (Analysis) Analisis yaitu suatu kemampuan untuk suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih ada hubungan satu sama lain. Misalnya suami melakukan analisis perilaku bayi saat IMD. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis terkait dengan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya suami mempunyai niat untuk mendukung pelaksanaan IMD. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berhubungan dengan kemampuan untuk penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian dapat berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri maupun memakai kriteria yang sudah ada. Misalnya suami dapat mengambil kesimpulan bahwa respons positif dibutuhkan dalam membantu keberhasilan proses IMD. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 d. Cara Memperoleh Pengetahuan a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan a) Cara coba salah adalah cara memperoleh pengetahuan dengan coba salah dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan alternatif masalah, jika kemungkinan itu gagal maka akan dicoba. b) Cara kekuasaan atau otoritas yaitu pemimpin di masyarakat baik informal atau formal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai orang lain yang mempunyai otoritas, baik berdasarkan fakta maupun penalaran dapat sebagai sumber pengetahuan. c) Berdasarkan pengalaman pribadi yaitu dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan melalui pemecahan yang dihadapi masa lalu. 2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara modern dapat disebut penelitian ilmiah atau biasa disebut metodologi penelitian, sehingga, akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2007). e. Proses Perilaku Tahu Menurut pembentukan Notoatmodjo tindakan (2007), seseorang Pengetahuan (overt merupakan behaviour). dasar Berdasarkan penelitian, perilaku yang didasari oleh pengetahuan kesadaran, dan sikap yang positif akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan untuk terjadinya sebuah perilaku, yaitu: 1) Awareness (Kesadaran) Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek. b. Interest (Ketertarikan) Dimana individu mulai menaruh perhatian dan mulai tertarik kepada stimulus. Sikap subjek sudah mulai timbul pada tahap ini. c. Evaluation (Menimbang-nimbang) Individu tindakan akan mempertimbangkan baik maupun buruknya terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru sesuai apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adoption Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. commit to user dengan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 f. Faktor –Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan Menurut Wawan dan Dewi (2010), faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan yaitu : 1) Faktor Internal a) Pendidikan Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah pula dalam menerima informasi, sehingga pengetahuan yang dimiliki semakin bertambah. Demikian sebaliknya, apabila seorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, akan menghambat perkembangan sikap dalam memperoleh informasi baru (Mubarak, 2011). b) Pekerjaan Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu serta dapat memberikan pengalaman maupun pengetahuan. c) Umur Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 Menurut Papalia dan Feldman (2014), tahap perkembangan utama perkembangan manusia dibagi menjadi delapan periode sebagai berikut: (1) Periode Pranatal (pembuahan- kelahiran): Kemampuan untuk belajar dan mengingat berkembang (2) Bayi dan Batita (lahir-usia 3 tahun): Kemampuan penggunaan bahasa berkembang pesat (3) Awal masa anak (usia 3-6 tahun): Kognitif menghasilkan ideide yang tidak masuk akal (4) Pertengahan masa anak (usia 6 -11 tahun): Memori dan kemampuan bahasa meningkat (5) Remaja (usia 11-20 tahun): Pemikiran belum matang (6) Peralihan Dewasa Muda (usia 20-40 tahun): pemikiran dan perkembangan moral menjadi lebih kompleks (7) Pertengahan masa dewasa (usia 40-65 tahun): Kemampuan mental di puncak, pengalaman ketrampilan praktis menyelesaikan masalah. (8) Dewasa akhir atau lanjut (usia 65 keatas): intelegensi dan memori memburuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 2) Faktor Eksternal a) Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat memengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Dalam hal ini petugas kesehatan dapat menjadi sarana meningkatkan pengetahuan dengan memberikan penyuluhan atau konseling pada suami. Hal ini terdapat pada Peraturan Pemerintah No 33 tahun 2012 Pasal 13 ayat 1 menyebutkan bahwa untuk mencapai pemanfaatan pemberian ASI eksklusif secara optimal, tenaga kesehatan wajib memberikan informasi dan edukasi kepada ibu atau keluarga dari bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan sampai dengan periode pemberian ASI eksklusif selesai b) Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat memengaruhi sikap dalam menerima informasi. Menurut Lowdermilk (2013), kepercayaan dan praktik budaya sangat penting menentukan sikap orang tua dalam penyesuaian peran keluarga baru. Hal ini tercermin dari interaksi antara orang tua yang memberikan perawatan kepada bayinya. g. Kriteria Tingkat Pengukuran Menurut Notoatmodjo (2007) Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan. Menurut Arikunto dalam Wawan dan Dewi (2010), tingkat pengetahuan seseorang dapat diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu: a. Baik (jawaban terhadap kuesioner 76 – 100% benar) b. Cukup (jawaban terhadap kuesioner 56 – 75% benar) c. Kurang (jawaban terhadap kuesioner < 56% benar) 2. Konsep Sikap a. Pengertian Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus maupun objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Wawan dan Dewi, 2010). Menurut Secord and Backman dalam Azwar (2013), sikap merupakan keteraturan tertentu dalam hal kognitif (pemikiran), afektif (perasaan), dan konatif (predisposisi tindakan) terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 b. Komponen Sikap Menurut Azwar (2013) struktur sikap terdiri dari 3 komponen: 1) Komponen Kognitif Komponen kognitif menggambarkan apa yang dipercayai mengenai apa yang benar oleh seseorang pemilik sikap. Kepercayaan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai objek tertentu yang akan diharapkan. 2) Komponen Afektif Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional seseorang terhadap suatu objek. Komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu objek. 3) Komponen Konatif Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan kepercayaan dan perasaan seseorang dalam berprilaku berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya dengan cara-cara tertentu. c. Tahapan Menurut Notoatmodjo (2007) tingkatan sikap terdiri dari 4 tahap yaitu: 1) Menerima (Receiving) Tahap menerima diartikan sebagai kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan dalam bentuk masalah, situasi maupun gejala. Receiving dapat berarti kemauan untuk menerima stimulus. Misalnya sikap suami tentang IMD dapat dilihat dari kesediaan suami untuk menerima penjelasan Inisiasi Menyusu Dini dari petugas kesehatan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 2) Merespons (Responding) Memberikan jawaban bila berikan pertanyaan, menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Walaupun jawaban benar atau salah seseorang sudah menerima ide tersebut. Misalnya suami mendukung secara positif proses IMD kepada ibu. 3) Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang suami mengajak keluarga untuk mendukung IMD. 4) Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala risiko yang telah dipilihnya adalah tingkatan sikap yang paling tinggi. Misalnya suami mau menemani ibu dalam melakukan IMD walaupun suami mempunyai keterbatasan waktu untuk melakukan pekerjaan lainnya. d. Pengukuran Ranah afektif berbeda dengan ranah kognitif dalam pengukurannya karena ranah afektif yang diukur adalah menerima, merespons, menghargai, mengorganisasi, dan menghayati. Skala dalam pengukuran ranah afektif menggunakan skala sikap. Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden. Skala yang biasanya commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 digunakan adalah skala likert. Hasil pengukuran berupa kategori sikap berupa sikap positif maupun sikap negatif (Budiman dan Riyanto, 2013). Menurut Azwar (2013) pengukuran sikap responden relatif lebih negatif atau positif dapat dilihat nilai T nya, nilai T adalah nilai standar skala likert. Sikap responden relatif lebih positif jika nilai T > mean T sedangkan pada sikap relatif negatif jika T ≤ mean T. Adapun T dihitung menggunakan rumus : T = 50 + 10 ̅ Keterangan: x = Skor responden pada skala sikap yang diubah menjadi skor T ̅ = Mean skor kelompok s = Deviasi standar skor kelompok e. Faktor-faktor yang memengaruhi Sikap Menurut Azwar (2013) faktor-faktor yang memengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap antara lain: 1) Pengalaman Pribadi Pengalaman pribadi merupakan pembentukan dasar dari sikap dan pengalaman seseorang. Oleh sebab itu, sikap akan mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 2) Pengaruh Orang lain yang dianggap penting Pada dasarnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting dalam kehidupannya. Hal ini dimotivasi oleh keinginan untuk menghindar konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Pengaruh keluarga atau orang lain melalui bertukar pikiran akan meningkatkan pengetahuan suami agar belajar mengenali sinyal-sinyal yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir (Suradi, 2010). Menurut Faizah (2012), tenaga kesehatan dapat menjadi sumber informasi karena suami sebagai pendamping ibu biasanya terlibat secara langsung dalam memperoleh informasi tentang IMD di pelayanan kesehatan. 3) Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan yang telah tertanam tanpa disadari mengarahkan sikap manusia terhadap berbagai masalah. Kebudayaan memberikan corak pengalaman yang bewarna di dalam masyarakat. Pada saat pertemuan pertama dengan bayi, berdasarkan kebudayaan agama Islam wajib hukumnya untuk mengadzankan bayi segera setelah lahir. Oleh karena itu, suami diberikan kesempatan mengadzankan bayinya di dada ibunya. Hal ini merupakan suatu pengalaman yang berkesan bagi ibu, bayi dan suami (Roesli, 2008). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 4) Media Masa Media masa baik melalui surat kabar, radio maupun lainnya seharusnya menyajikan berikan faktual bukan disampaikan secara objektif yang dipengaruhi oleh sikap penulisnya. Sehingga hal ini akan memengaruhi konsumen. 5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Ajaran agama dan moral dari lembaga pendidikan maupun lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan (spiritual) sehingga konsep tersebut memengaruhi sikap seseorang. f. Fakta Emosional Suatu bentuk sikap menggambarkan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berperan sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk pertahanan ego. Sikap ayah dalam mendukung pelaksanaan IMD sangat berarti bagi ibu. Suami dapat berperan aktif terhadap proses IMD melalui dukungan secara emosional dan praktis karena IMD merupakan langkah awal keberhasilan pemberian ASI secara eksklusif (Roesli, 2008). f. Sikap Suami dalam IMD Pendampingan kegiatan IMD melalui dukungan moril, bantuan dan pengawasan sudah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2012 pasal 13. Pendampingan suami dalam memberikan dukungan kepada ibu termasuk dukungan sosial yang sangat kompleks karena suami commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 mulai mendampingi ibu saat kehamilan, persalinan bahkan sampai nifas. Kehadiran suami yang paling berarti yaitu pada saat proses persalinan. Hal yang perlu diperhatikan pertama kali oleh suami adalah pengetahuan suami dalam dalam mengambil keputusan sebab, pengetahuan menjadi dasar sikap dalam menentukan keberhasilan IMD. Keterlibatan suami dalam mencari informasi sebagai salah satu hal yang memengaruhi keberhasilan IMD. Suami dianjurkan belajar mengenali sinyal-sinyal yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir dengan banyak membaca, bertukar pikiran dengan orang lain (Suradi, 2010). Menurut Sriasih (2014) dukungan suami sangat dianjurkan dalam IMD karena dapat mendorong ibu untuk melakukan IMD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan suami dan IMD. Apabila suami kurang mendukung adanya IMD, maka risiko ketidakberhasilan IMD akan mengalami tujuh kali lebih besar daripada suami yang memberikan dukungan pada ibu. Kurangnya dukungan suami selama Inisiasi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan suami akibat belum diberikan informasi berupa konseling mengenai Inisiasi Menyusu Dini saat mendampingi ibu dalam memeriksakan kehamilan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sirajuddin (2013) motivasi maksimal dari suami akan memberikan kesan positif kepada ibu untuk diperhatikan dan dihargai, sehingga dukungan emosional dari suami sangat memengaruhi keberhasilan IMD. Suami yang tidak mendukung terjadi karena menganggap proses menyusui melibatkan hubungan antara commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 istri dan bayi. Sehingga, banyak suami cenderung menyerahkan segala pemberian ASI pada ibu saja dan tidak perlu ikut campur dalam proses tersebut Menurut Mannion (2013) dorongan suami secara verbal serta keterlibatan aktif dalam kegiatan menyusui dikaitkan dengan menguatkan keyakinan dan kemampuan ibu untuk menyusui. Ibu yang mendapatkan dukungan positif menunjukkan kepercayaan diri yang lebih tinggi dalam menyusui. Suami dapat memberikan motivasi berupa keyakinan tentang IMD. Pemberian dukungan juga dapat dilakukan secara fisik, emosional maupun psikologis (Mansur dan Budiarti, 2014). Sebelum IMD, suami dapat memberikan dukungan melalui ikut berpatisipasi aktif dalam mengambil keputusan, memiliki sikap positif serta mempunyai pengetahuan yang luas tentang pentingnya IMD sebagai langkah awal menyusui. Suami dapat menganalisis keuntungan IMD baik bagi ibu maupun bayi. IMD memberi kesempatan untuk mengoptimalkan kemampuan bayi dalam menemukan puting susu ibu sendiri. Keuntungan IMD bagi ibu yaitu membentuk kelekatan ibu terhadap bayinya. Selain itu, memberikan manfaat bagi suami untuk mengembangkan kelekatan dengan bayinya. Hal ini sangat baik dilakukan karena IMD merupakan masa sensitif untuk meningkatkan kedekatan hubungan ayah, ibu dan bayi. Menurut Mansur dan Budiarti (2014) masa setelah bayi lahir merupakan masa sebagai commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 psikis honeymoon sebab kelekatan orang tua akibat kontak yang lama akan menciptakan hubungan baru yang romantis kepada bayinya. 3. Konsep IMD a. Pengertian Inisiasi Dini (early initation) merupakan proses pemberian ASI kepada bayi secara langsung setelah bayi lahir. IMD (IMD) atau permulaan menyusu dini adalah mulainya bayi menyusu sendiri setelah lahir dengan cara merangkak mencari payudara atau dinamakan the breast crawl dan membiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya selama satu jam setelah lahir (KBBI, 2014; Roesli, 2008). IMD adalah menyusui bayi pada ibu segera setelah lahir selambatnya 30 menit setelah kelahiran dengan dibiarkan mencari puting susu sendiri. Lama IMD biasanya 55 menit sampai 2 jam (Werdayanti, 2013). b. Keuntungan 1) Bagi Ibu Adanya rangsangan dari mulut bayi dalam menghisap puting susu akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin dan prolaktin pada ibu. Hormon prolaktin akan meningkatkan produksi ASI dan menunda ovulasi. Sementara itu, hormon oksitosin meningkatkan pengeluaran kolostrum serta memengaruhi ibu dalam membantu kontraksi uterus, sehingga mengurangi adanya perdarahan membuat ibu menjadi rileks (JNPK-KR, 2008). commit to user pascapersalinan dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 Gerakan menendang bayi pada perut ibu menjadi terapi pemicu kontraksi rahim karena ada pengeluaran hormon oksitosin, sehingga membantu mempercepat pelepasan plasenta (Werdayanti, 2013). 2) Bagi Bayi Bayi segera menyusu mendorong ketrampilan menyusui lebih cepat dalam melatih reflek mencari (rooting reflex), reflek menghisap (sucking reflex) dan reflek menelan (swallowing reflex). Reflek hisap terjadi pada 20-30 menit pertama setelah bayi lahir. Jika bayi tidak disusui reflek ini akan berkurang cepat dan akan muncul kembali dalam keadaan secukupnya pada 40 jam. Padahal kandungan kolostrum puncaknya terjadi pada 12 jam pertama. Kolostrum yaitu makanan dengan kualitas tinggi mengandung antibodi yang berguna sebagai kekebalan pasif. Reflek menghisap bayi terjadi pada puncaknya 20-30 menit setelah bayi lahir. Selain itu, kontak kulit ibu dan bayi akan meningkatkan jalinan kasih sayang, meningkatkan berat badan bayi dengan lebih cepat serta dapat mencegah kehilangan panas tubuh bayi yang berlebihan karena suhu ibu dapat menyesuaikan suhu tubuh bayi sehingga bayi lebih tenang (JNPK-KR, 2008; Roesli, 2008). Menurut Niels Bregman dalam Roesli (2008) kulit ibu dapat menyesuaikan dengan kondisi bayi baru lahir. Kulit ibu setelah melahirkan naik satu derajat dibandingkan dengan ibu yang tidak melahirkan, dan secara otomatis suhu ibu naik dua derajat apabila bayi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 kedinginan. Sebaliknya, suhu kulit ibu akan turun satu derajat, jika bayi kepanasan. Jalinan kasih sayang ibu kepada bayi dapat diungkapkan pertama kali melalui bounding attachment. Bounding attachment merupakan langkah awal pembentukan kasih sayang antara ibu dan bayi baru lahir secara terus menerus, sehingga akan menimbulkan interaksi/ ikatan antara orang tua dan bayinya (Mansur dan Budiarti, 2014). Menurut Saifuddin (2009) manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan dan detak jantung, mengurangi infeksi nosokomial karena adanya kolonisasi di usus bayi akibat bayi menjilat bakteri baik di kulit ibu, akan mempercepat pengeluaran mekonium, sehingga kadar bilirubin normal dan menurunkan insiden ikhterus pada bayi baru lahir. c. Tahapan Perilaku Bayi dalam IMD a. 30 menit pertama: Stadium istirahat/ diam dalam keadaan siaga (rest/ quite alert stage), bayi hanya diam tidak melakukan gerakan dan sesekali mata terbuka lebar melihat ibunya. Masa ini merupakan masa yang istimewa sebab bayi dalam keadaan aman mulai menyesuaikan kondisi intrauteri ke ekstrauteri. b. Antara 30-40 menit: Bayi mengeluarkan sedikit suara dan gerakan di mulut seperti menjilat dan ingin minum. Adanya vernix caseosa dan bau cairan amnion yang melapisi tangan bayi akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 c. Bayi mulai mengeluarkan air liur pertanda bahwa ada makanan disekitarnya. d. Bayi mulai merangkak ke payudara dengan menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu. Areola sebagai sasaran pencariannya, bayi dapat menoleh kekiri maupun kekanan dan meremas daerah puting susu dengan jari-jarinya. Secara mandiri, bayi sudah dapat membedakan terang dan gelap pada areola. Hal ini membangkitkan indra peciuman dan penglihatan bayi. Ketika bayi menemukan puting susu, bayi siap menyusui akan mengulum puting kemudian membuka mulut lebar dan melekat dengan baik (Saleha, 2009; Werdayanti, 2013). d. Hal yang Menyebabkan Bayi Mampu Menemukan Sendiri Puting Susu Ibunya: 1) Sensory Inputs Sensory inputs terdiri dari indra penciuman bayi yang sensitif terhadap bau khas ibunya, indra penglihatan bayi mampu membedakan pola hitam putih, bayi akan mengenali wilayah putting dan areola karena bewarna gelap, indra pengecap yaitu bayi mampu merasakan cairan ketuban yang melekat di daerah jari-jarinya sehingga bayi suka menjilati tangannya saat bayi baru lahir, indra pendengaran dimulai sejak bayi didalam kandungan mendengarkan suara ibunya, dan indra perasa dari sentuhan kulit dengan ibunya merupakan sensasi utama mendapatkan kehangatan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 2) Central Component Kemampuan bayi dalam mengeksplorasi lingkungan pertama yaitu pada tubuh ibunya. Rangsangan ini harus segera dilakukan karena jika terlalu lama dibiarkan, bayi akan kehilangan kemampuan. Selain itu, bayi yang dipisahkan dengan ibunya akan lebih sering menangis daripada bayi yang diletakkan di tubuh ibunya. 3) Motor Output Gerak alamiah pada bayi pertama kali adalah merangkak diatas tubuh ibunya. Selain bayi mencari puting susu, gerakan bayi merangkak bermanfaat untuk mendorong plasenta dan mengurangi perdarahan pada rahim (Aprillia, 2010). e. Langkah-langkah Menurut JNPK-KR (2008) terdapat 3 langkah IMD a. Langkah 1: Melahirkan bayi, lakukan penilaian dan keringkan tubuh bayi. b. Langkah 2: Melakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit satu jam dengan memasang selimut dan topi pada bayi. c. Langkah 3: Membiarkan bayi mencari dan menemukan puting susu ibu secara mandiri. Kemudian dilanjutkan dengan asuhan bayi baru lahir seperti pemberian vitamin K1 dan suntikan hepatitis B. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 f. Tata Laksana Pelaksanaan IMD merupakan hasil interaksi antara pengetahuan dan sikap. Menurut Werdayanti (2013) tata laksana IMD berdasarkan UNICEF 2007: a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan. b. Disarankan dalam menolong persalinan, petugas kesehatan mengurangi penggunaan obat kimiawi atau mengganti dengan cara non kimiawi, misalnya pijat, aroma terapi atau hypnobirthing. c. Biarkan ibu menentukan cara dan posisi dalam persalinan. d. Kepala dan badan bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangan tanpa menghilangkan lemak putih (vernix). e. Apabila bayi tidak memerlukan tindakan resusitasi. Bayi ditengkurapkan didada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu, keduanya diselimuti. Jika perlu bayi menggunakan topi. f. Ibu dapat merangsang mulut bayi dengan sentuhan lembut. Namun biarkan bayi mencari puting ibu sendiri. Menurut Proverawati (2010) Beberapa teknik untuk membuka mulut bayi diantaranya, merangsang mulut bayi dengan meletakkan jari disepanjang putting disamping bibir atas bayi, dari sudut ke sudut dengan sentuhan lembut sampai mulut bayi melebar. Kemudian mengulangi sampai bayi terbuka lebar dan memiliki lidah maju. g. Ibu didukung untuk mengenali tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Menurut Suradi (2010) Posisi ibu yang berbaring mungkin commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 tidak dapat mengamati aktivitas yang dilakukan bayi. Dukungan suami sangat berharga bagi ibu, suami dapat membantu ibu untuk mengenali aktivitas bayi karena hal ini akan meningkatkan kepercayaan ibu dalam menyusui bayinya. h. Biarkan kontak kulit ibu dan bayi tetap terjaga paling tidak 1 jam atau lebih sampai proses menyusui awal selesai. Apabila bayi belum menyusu, dekatkan bayi ke puting tetapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. Berikan waktu 30 menit atau 1 jam lagi. i. Bayi dipisahkan dengan ibu untuk ditimbang, diukur, diberi vitamin K dan di cap. j. Rawat gabung merupakan ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, selama 24 jam bayi tetap dalam jangkauan ibu. Bayi diberikan makanan hanya ASI tanpa ditambahkan makanan pre-laktal kecuali atas indikasi medis. g. Faktor Penghambat Keberhasilan IMD a. Ibu yang menggunakan obat kimiawi saat kelahiran memungkinkan bayi sulit menyusu karena kelehiran dengan obat-obatan ataupun tindakan, seperti operasi sesar, vakum forsep, sakit karena di lakukan episiotomi akan mengganggu kemampuan alamiah bayi sehinggga bayi menyusui dengan lemah. Bahkan menurut Dr. Lennart Righard dalam Roesli (2008) bayi yang lahir dengan obat-obatan dan segera terpisah dari ibunya maka tidak akan dapat menyusui sendiri commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 b. Adanya kebijakan dari rumah sakit untuk tidak melakukan IMD dengan alasan sebagai berikut: 1) Ibu lelah dan masih kesakitan setelah proses persalinan. Padahal, ini tidak benar. Rangsangan dari bayi akan mengeluarkan hormon oksitosin yang akan menenangkan ibu, membuat ibu dan bayinya menjadi nyaman. 2) Adanya kepercayaan masyarakat yang tidak mengijinkan ibu untuk menyusui sebelum payudaranya dibersihkan. 3) Adanya anggapan masyarakat bahwa ASI yang bewarna kekuningan adalah susu basi dan pengeluaran ASI pertama masih sangat sedikit. 4) Masih minimnya tenaga kesehatan yang terlatih. 5) Kamar bersalin terbatas dan banyak pasien yang sudah mengantri. 6) Belum adanya kesepakatan antara petugas kesehatan tentang IMD khususnya pada bayi baru lahir melalui seksio sesarea. 7) Ada anggapan bahwa bayi akan kedinginan. Sebagian besar petugas kesehatan khawatir bila bayi baru lahir mengalami hipotermi. Padahal tubuh ibu berfungsi sebagai inkubator alami. 8) Menurut masih adanya penatalaksanaan bayi baru lahir dengan membersihkan, menimbang, mengukur, memberikan vitamin K dan obat tetes mata segera mungkin. (Werdayanti, 2013; Suradi, 2010) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 c. Praktek IMD yang kurang tepat seperti bayi diletakkan di dada ibu dengan dibedong (tidak adanya kontak kulit secara langsung). Bayi dibiarkan di dada ibu untuk bonding attachment lama 10-15 menit sampai tenaga kesehatan menjahit luka perineum, setelah itu bayi disusukan kemudian dipindahkan ke ruang pemulihan (Roesli, 2008). d. Ibu mendorong mulut bayi ke puting susu untuk segera disusui setelah lahir, padahal bayi belum siap menyusu. Bayi dapat menunjukkan kesiapannya dalam 30-40 menit. Pada jenis persalinan secara seksio sesarea IMD membutuhkan waktu yang lebih lama dan tingkat keberhasilan hanya 50% (Aprillia, 2010). e. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fikawati dan Syafiq Kurangnya pengetahuan dan pengalaman ibu dapat menjadi faktor predisposisi kegagalan pelaksanaan IMD. Selain itu, faktor kemungkinan terpenting adalah ibu tidak difasilitasi melakukan IMD. 4. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Suami tentang IMD Pengetahuan merupakan hasil dari “Tahu” yang terjadi setelah mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu dengan menggunakan indra penglihat, pendengar, dan perasa. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan dasar pembentukan perilaku dari seseorang terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2007). Sikap merupakan respons yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap memiliki 3 komponen yakni kemampuan kognitif, afektif commit to user perpustakaan.uns.ac.id dan digilib.uns.ac.id 32 konatif. Kemampuan kognitif (keyakinan), kemampuan afektif (emosional) dan kemampuan konatif (tindakan). Dibutuhkan keyakinan, emosional dan tindakan suami untuk mendukung ibu karena ketiga komponen tersebut akan memberikan keselarasan sikap suami dalam melaksanakan IMD (Azwar, 2013). Pengetahuan suami akan memengaruhi sikap suami tentang IMD. Perubahan sikap didasari oleh pengetahuan yang positif melalui langkah adanya penerimaan stimulasi yang berupa materi maupun objek tentang IMD dari orang lain, misalnya informasi dari keluarga maupun petugas kesehatan akan memengaruhi perhatian suami. Perhatian suami akan meningkatkan rasa ketertarikan suami terhadap stimulus. Sehingga stimulus dapat bekerja lebih efektif dan dilanjutkan pada proses berikutnya yaitu evaluasi, suami dapat mempertimbangkan tindakannya sehingga bersedia untuk melakukan suatu perubahan sikap baik positif maupun negatif dalam pelaksanaan IMD. Suami yang memiliki pengetahuan baik akan cenderung menganjurkan dan mengijinkan istrinya untuk melaksanakan IMD. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 B. Kerangka Pemikiran Berdasarkan teori yang telah dikemukakan dalam tinjauan pustaka dapat digambarkan kerangka konsep sebagai berikut: Pengetahuan Suami tentang IMD Awareness Interest Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan suami: a. Pendidikan b. Pekerjaan c. Umur d. Lingkungan e. Budaya Evaluation Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap suami: a. Pengalaman pribadi b. Pengaruh orang lain c. Kebudayaan d. Faktor emosional Sikap Suami tentang IMD Trial Positif Negatif Adoption Tingkah laku Gambar 2.1 Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap suami tentang IMD Keterangan: : Variabel yang diteliti : Variabel luar yang tidak diteliti C. Hipotesis Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap suami tentang IMD. commit to user