7 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Hal ini penting untuk
membentuk tindakan seseorang. Sebagian besar pengetahuan dapat
diperoleh melalui indra penglihatan dan pendengaran (Notoatmodjo,
2007).
Menurut Mubarak (2011), pengetahuan merupakan seluruh apa yang
diketahui berdasarkan hasil pengalaman yang telah didapatkan oleh setiap
manusia. Pengetahuan berbeda dengan kepercayaan, takhayul, dan
penerangan yang keliru.
b. Jenis
Menurut Budiman dan Riyanto (2013), pengetahuan merupakan
bagian dari perilaku kesehatan. Ada dua jenis pengetahuan sebagai
berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
1) Pengetahuan Implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang berbentuk dari
pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat
nyata misalnya keyakinan pribadi, perspektif dan prinsip. Secara
implisit pengetahuan sulit untuk ditransfer ke orang lain biasanya
pengetahuan ini berisi kebiasaan dan budaya.
2) Pengetahuan Eksplisit
Pengetahuan secara eksplisit yaitu pengetahuan yang disimpan dalam
wujud nyata atau wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata
diaplikasikan dalam tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
c. Tahapan
Menurut
Notoatmodjo
(2007),
menyebutkan
ada
enam
tahapan
pengetahuan yaitu:
1) Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengenali maupun mengingat materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan
merupakan kata yang tepat untuk mengukur bahwa orang tersebut
telah tahu materi yang telah dipelajari. Misalnya, suami dapat
mendefinisikan IMD.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara
baik
terhadap
objek
commit to user
yang
diketahui
dan
dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
mengintrepertasikan materi tersebut secara benar. Misalnya suami
dapat menjelaskan keuntungan dari IMD.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi yaitu kemampuan dalam menggunakan materi pada situasi
dan
kondisi
yang
sebenarnya.
Misalnya
suami
membantu
mempersiapkan kebutuhan selama IMD.
4) Analisis (Analysis)
Analisis yaitu suatu kemampuan untuk suatu materi atau objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih ada hubungan satu sama
lain. Misalnya suami melakukan analisis perilaku bayi saat IMD.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis terkait dengan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Misalnya suami mempunyai niat untuk mendukung pelaksanaan
IMD.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berhubungan dengan kemampuan untuk penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian dapat berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri maupun memakai kriteria yang sudah ada.
Misalnya suami dapat mengambil kesimpulan bahwa respons positif
dibutuhkan dalam membantu keberhasilan proses IMD.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
d. Cara Memperoleh Pengetahuan
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a) Cara coba salah adalah cara memperoleh pengetahuan dengan coba
salah dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan alternatif masalah, jika kemungkinan itu gagal maka
akan dicoba.
b) Cara kekuasaan atau otoritas yaitu pemimpin di masyarakat baik
informal atau formal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan
berbagai orang lain yang mempunyai otoritas, baik berdasarkan
fakta maupun penalaran dapat sebagai sumber pengetahuan.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi yaitu dapat digunakan sebagai
tambahan pengetahuan melalui pemecahan yang dihadapi masa
lalu.
2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara modern dapat disebut penelitian ilmiah atau biasa disebut
metodologi penelitian, sehingga, akhirnya lahir suatu cara untuk
melakukan penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2007).
e. Proses Perilaku Tahu
Menurut
pembentukan
Notoatmodjo
tindakan
(2007),
seseorang
Pengetahuan
(overt
merupakan
behaviour).
dasar
Berdasarkan
penelitian, perilaku yang didasari oleh pengetahuan kesadaran, dan
sikap yang positif akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan untuk terjadinya sebuah perilaku, yaitu:
1) Awareness (Kesadaran)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus atau objek.
b. Interest (Ketertarikan)
Dimana individu mulai menaruh perhatian dan mulai tertarik
kepada stimulus. Sikap subjek sudah mulai timbul pada tahap ini.
c. Evaluation (Menimbang-nimbang)
Individu
tindakan
akan
mempertimbangkan
baik maupun buruknya
terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti
sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru sesuai apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption
Dimana
subyek
telah
berperilaku
baru
sesuai
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
commit to user
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
f. Faktor –Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan
Menurut
Wawan
dan
Dewi
(2010),
faktor-faktor
yang
memengaruhi pengetahuan yaitu :
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah
pula dalam menerima informasi, sehingga pengetahuan yang
dimiliki semakin bertambah. Demikian sebaliknya, apabila seorang
memiliki tingkat pendidikan yang rendah, akan menghambat
perkembangan sikap dalam memperoleh informasi baru (Mubarak,
2011).
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang
kehidupannya
dan
kehidupan
keluarga.
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu serta
dapat memberikan pengalaman maupun pengetahuan.
c) Umur
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
Menurut Papalia dan Feldman (2014), tahap perkembangan utama
perkembangan manusia dibagi menjadi delapan periode sebagai
berikut:
(1) Periode Pranatal (pembuahan- kelahiran): Kemampuan untuk
belajar dan mengingat berkembang
(2) Bayi dan Batita (lahir-usia 3 tahun): Kemampuan penggunaan
bahasa berkembang pesat
(3) Awal masa anak (usia 3-6 tahun): Kognitif menghasilkan ideide yang tidak masuk akal
(4) Pertengahan masa anak (usia 6 -11 tahun): Memori dan
kemampuan bahasa meningkat
(5) Remaja (usia 11-20 tahun): Pemikiran belum matang
(6) Peralihan Dewasa Muda (usia 20-40 tahun): pemikiran dan
perkembangan moral menjadi lebih kompleks
(7) Pertengahan masa dewasa (usia 40-65 tahun): Kemampuan
mental
di
puncak,
pengalaman
ketrampilan
praktis
menyelesaikan masalah.
(8) Dewasa akhir atau lanjut (usia 65 keatas): intelegensi dan
memori memburuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia
dan
pengaruhnya
yang
dapat
memengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
Dalam
hal
ini
petugas
kesehatan
dapat
menjadi
sarana
meningkatkan pengetahuan dengan memberikan penyuluhan atau
konseling pada suami. Hal ini terdapat pada Peraturan Pemerintah
No 33 tahun 2012 Pasal 13 ayat 1 menyebutkan bahwa untuk
mencapai pemanfaatan pemberian ASI eksklusif secara optimal,
tenaga kesehatan wajib memberikan informasi dan edukasi kepada
ibu atau keluarga dari bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan
kehamilan sampai dengan periode pemberian ASI eksklusif selesai
b) Sosial Budaya
Sistem
sosial
budaya
yang
ada
pada
masyarakat
dapat
memengaruhi sikap dalam menerima informasi.
Menurut Lowdermilk (2013), kepercayaan dan praktik budaya
sangat penting menentukan sikap orang tua dalam penyesuaian
peran keluarga baru. Hal ini tercermin dari interaksi antara orang
tua yang memberikan perawatan kepada bayinya.
g. Kriteria Tingkat Pengukuran
Menurut
Notoatmodjo
(2007)
Pengukuran
pengetahuan
dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan.
Menurut Arikunto dalam Wawan dan Dewi (2010), tingkat
pengetahuan seseorang dapat diinterpretasikan dengan skala yang bersifat
kualitatif, yaitu:
a. Baik (jawaban terhadap kuesioner 76 – 100% benar)
b. Cukup (jawaban terhadap kuesioner 56 – 75% benar)
c. Kurang (jawaban terhadap kuesioner < 56% benar)
2. Konsep Sikap
a. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus maupun objek. Manifestasi sikap itu
tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup (Wawan dan Dewi, 2010).
Menurut Secord and Backman dalam Azwar (2013), sikap merupakan
keteraturan tertentu dalam hal kognitif (pemikiran), afektif (perasaan), dan
konatif
(predisposisi tindakan) terhadap suatu aspek di lingkungan
sekitarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
b. Komponen Sikap
Menurut Azwar (2013) struktur sikap terdiri dari 3 komponen:
1) Komponen Kognitif
Komponen kognitif menggambarkan apa yang dipercayai mengenai
apa yang benar oleh seseorang pemilik sikap. Kepercayaan menjadi
dasar pengetahuan seseorang mengenai objek tertentu yang akan
diharapkan.
2) Komponen Afektif
Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional seseorang terhadap suatu objek. Komponen ini disamakan
dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu objek.
3) Komponen Konatif
Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan kepercayaan dan
perasaan seseorang dalam berprilaku berkaitan dengan objek sikap
yang dihadapinya dengan cara-cara tertentu.
c. Tahapan
Menurut Notoatmodjo (2007) tingkatan sikap terdiri dari 4 tahap yaitu:
1) Menerima (Receiving)
Tahap menerima diartikan sebagai kepekaan seseorang dalam
menerima rangsangan dalam bentuk masalah, situasi maupun gejala.
Receiving dapat berarti kemauan untuk menerima stimulus. Misalnya
sikap suami tentang IMD dapat dilihat dari kesediaan suami untuk
menerima penjelasan Inisiasi Menyusu Dini dari petugas kesehatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
2) Merespons (Responding)
Memberikan jawaban bila berikan pertanyaan, menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.
Walaupun jawaban benar atau salah seseorang sudah menerima ide
tersebut. Misalnya suami mendukung secara positif proses IMD
kepada ibu.
3) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan suatu masalah adalah
indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang suami mengajak
keluarga untuk mendukung IMD.
4) Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala risiko yang telah dipilihnya adalah
tingkatan sikap yang paling tinggi. Misalnya suami mau menemani
ibu dalam melakukan IMD walaupun suami mempunyai keterbatasan
waktu untuk melakukan pekerjaan lainnya.
d. Pengukuran
Ranah afektif berbeda dengan ranah kognitif dalam pengukurannya
karena ranah afektif yang diukur
adalah menerima, merespons,
menghargai, mengorganisasi, dan menghayati. Skala dalam pengukuran
ranah afektif menggunakan skala sikap. Skala sikap dinyatakan dalam
bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden. Skala yang biasanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
digunakan adalah skala likert. Hasil pengukuran berupa kategori sikap
berupa sikap positif maupun sikap negatif (Budiman dan Riyanto, 2013).
Menurut Azwar (2013) pengukuran sikap responden relatif lebih
negatif atau positif dapat dilihat nilai T nya, nilai T adalah nilai
standar skala likert. Sikap responden relatif lebih positif jika nilai T >
mean T sedangkan pada sikap relatif negatif jika T ≤ mean T. Adapun T
dihitung menggunakan rumus :
T = 50 + 10
̅
Keterangan:
x = Skor responden pada skala sikap yang diubah menjadi skor T
̅ = Mean skor kelompok
s = Deviasi standar skor kelompok
e. Faktor-faktor yang memengaruhi Sikap
Menurut Azwar (2013) faktor-faktor yang memengaruhi sikap keluarga
terhadap objek sikap antara lain:
1) Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi merupakan pembentukan dasar dari sikap dan
pengalaman seseorang. Oleh sebab itu, sikap akan mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi terjadi dalam situasi yang melibatkan
faktor emosional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
2) Pengaruh Orang lain yang dianggap penting
Pada dasarnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah
dengan sikap orang yang dianggap penting dalam kehidupannya. Hal
ini dimotivasi oleh keinginan untuk menghindar konflik dengan orang
yang dianggap penting tersebut. Pengaruh keluarga atau orang lain
melalui bertukar pikiran akan meningkatkan pengetahuan suami agar
belajar mengenali sinyal-sinyal yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir
(Suradi, 2010).
Menurut Faizah (2012), tenaga kesehatan dapat menjadi sumber
informasi karena suami sebagai pendamping ibu biasanya terlibat
secara langsung dalam memperoleh informasi tentang IMD di
pelayanan kesehatan.
3) Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan yang telah tertanam tanpa disadari mengarahkan sikap
manusia terhadap berbagai masalah. Kebudayaan memberikan corak
pengalaman yang bewarna di dalam masyarakat. Pada saat pertemuan
pertama dengan bayi, berdasarkan kebudayaan agama Islam wajib
hukumnya untuk mengadzankan bayi segera setelah lahir. Oleh
karena itu, suami diberikan kesempatan mengadzankan bayinya di
dada ibunya. Hal ini merupakan suatu pengalaman yang berkesan
bagi ibu, bayi dan suami (Roesli, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
4) Media Masa
Media masa baik melalui surat kabar, radio maupun lainnya
seharusnya menyajikan berikan faktual bukan disampaikan secara
objektif yang dipengaruhi oleh sikap penulisnya. Sehingga hal ini
akan memengaruhi konsumen.
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Ajaran agama dan moral dari lembaga pendidikan maupun lembaga
agama sangat menentukan sistem kepercayaan (spiritual) sehingga
konsep tersebut memengaruhi sikap seseorang.
f. Fakta Emosional
Suatu bentuk sikap menggambarkan pernyataan yang didasari oleh
emosi yang berperan sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk pertahanan ego.
Sikap ayah dalam mendukung pelaksanaan IMD sangat berarti bagi
ibu. Suami dapat berperan aktif terhadap proses IMD melalui
dukungan secara emosional dan praktis karena IMD merupakan
langkah awal keberhasilan pemberian ASI secara eksklusif (Roesli,
2008).
f. Sikap Suami dalam IMD
Pendampingan kegiatan IMD melalui dukungan moril, bantuan dan
pengawasan sudah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 33 tahun
2012 pasal 13.
Pendampingan suami
dalam memberikan dukungan
kepada ibu termasuk dukungan sosial yang sangat kompleks karena suami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
mulai mendampingi ibu saat kehamilan, persalinan bahkan sampai nifas.
Kehadiran suami yang paling berarti yaitu pada saat proses persalinan.
Hal yang perlu diperhatikan pertama kali oleh suami adalah
pengetahuan
suami
dalam
dalam
mengambil
keputusan
sebab,
pengetahuan menjadi dasar sikap dalam menentukan keberhasilan IMD.
Keterlibatan suami dalam mencari informasi sebagai salah satu hal yang
memengaruhi keberhasilan IMD. Suami dianjurkan belajar mengenali
sinyal-sinyal yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir dengan banyak
membaca, bertukar pikiran dengan orang lain (Suradi, 2010).
Menurut Sriasih (2014) dukungan suami sangat dianjurkan dalam IMD
karena dapat mendorong ibu untuk melakukan IMD. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan suami dan IMD.
Apabila
suami
kurang
mendukung
adanya
IMD,
maka
risiko
ketidakberhasilan IMD akan mengalami tujuh kali lebih besar daripada
suami yang memberikan dukungan pada ibu. Kurangnya dukungan suami
selama Inisiasi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan suami akibat
belum diberikan informasi berupa konseling mengenai Inisiasi Menyusu
Dini saat mendampingi ibu dalam memeriksakan kehamilan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sirajuddin (2013)
motivasi maksimal dari suami akan memberikan kesan positif kepada ibu
untuk diperhatikan dan dihargai, sehingga dukungan emosional dari suami
sangat memengaruhi keberhasilan IMD. Suami yang tidak mendukung
terjadi karena menganggap proses menyusui melibatkan hubungan antara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
istri dan bayi. Sehingga, banyak suami cenderung menyerahkan segala
pemberian ASI pada ibu saja dan tidak perlu ikut campur dalam proses
tersebut
Menurut Mannion (2013) dorongan suami secara verbal serta
keterlibatan aktif dalam kegiatan menyusui dikaitkan dengan menguatkan
keyakinan dan kemampuan ibu untuk menyusui. Ibu yang mendapatkan
dukungan positif menunjukkan kepercayaan diri yang lebih tinggi dalam
menyusui.
Suami dapat memberikan motivasi berupa keyakinan tentang IMD.
Pemberian dukungan juga dapat dilakukan secara fisik, emosional maupun
psikologis (Mansur dan Budiarti, 2014). Sebelum IMD, suami dapat
memberikan dukungan melalui ikut berpatisipasi aktif dalam mengambil
keputusan, memiliki sikap positif serta mempunyai pengetahuan yang luas
tentang pentingnya IMD sebagai langkah awal menyusui.
Suami dapat menganalisis keuntungan IMD baik bagi ibu maupun
bayi. IMD memberi kesempatan untuk mengoptimalkan kemampuan bayi
dalam menemukan puting susu ibu sendiri. Keuntungan IMD bagi ibu
yaitu membentuk kelekatan ibu terhadap bayinya. Selain itu, memberikan
manfaat bagi suami untuk mengembangkan kelekatan dengan bayinya.
Hal ini sangat baik dilakukan karena IMD merupakan masa sensitif untuk
meningkatkan kedekatan hubungan ayah, ibu dan bayi. Menurut Mansur
dan Budiarti (2014) masa setelah bayi lahir merupakan masa sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
psikis honeymoon sebab kelekatan orang tua akibat kontak yang lama akan
menciptakan hubungan baru yang romantis kepada bayinya.
3. Konsep IMD
a. Pengertian
Inisiasi Dini (early initation) merupakan proses pemberian ASI kepada
bayi secara langsung setelah bayi lahir. IMD (IMD) atau permulaan
menyusu dini adalah mulainya bayi menyusu sendiri setelah lahir dengan
cara merangkak mencari payudara atau dinamakan the breast crawl dan
membiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya selama satu jam setelah
lahir (KBBI, 2014; Roesli, 2008).
IMD adalah menyusui bayi pada ibu segera setelah lahir selambatnya
30 menit setelah kelahiran dengan dibiarkan mencari puting susu sendiri.
Lama IMD biasanya 55 menit sampai 2 jam (Werdayanti, 2013).
b. Keuntungan
1) Bagi Ibu
Adanya rangsangan dari mulut bayi dalam menghisap puting susu
akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin dan prolaktin pada
ibu. Hormon prolaktin akan meningkatkan produksi ASI dan menunda
ovulasi. Sementara itu, hormon oksitosin meningkatkan pengeluaran
kolostrum serta memengaruhi ibu dalam membantu kontraksi uterus,
sehingga
mengurangi
adanya
perdarahan
membuat ibu menjadi rileks (JNPK-KR, 2008).
commit to user
pascapersalinan
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Gerakan menendang bayi pada perut ibu menjadi terapi pemicu
kontraksi rahim karena ada pengeluaran hormon oksitosin, sehingga
membantu mempercepat pelepasan plasenta (Werdayanti, 2013).
2) Bagi Bayi
Bayi segera menyusu mendorong ketrampilan menyusui lebih cepat
dalam melatih reflek mencari (rooting reflex), reflek menghisap
(sucking reflex) dan reflek menelan (swallowing reflex). Reflek hisap
terjadi pada 20-30 menit pertama setelah bayi lahir. Jika bayi tidak
disusui reflek ini akan berkurang cepat dan akan muncul kembali
dalam keadaan secukupnya pada 40 jam. Padahal kandungan
kolostrum puncaknya terjadi pada 12 jam pertama. Kolostrum yaitu
makanan dengan kualitas tinggi mengandung antibodi yang berguna
sebagai kekebalan pasif. Reflek menghisap bayi terjadi pada
puncaknya 20-30 menit setelah bayi lahir. Selain itu, kontak kulit ibu
dan bayi akan meningkatkan jalinan kasih sayang, meningkatkan berat
badan bayi dengan lebih cepat serta dapat mencegah kehilangan panas
tubuh bayi yang berlebihan karena suhu ibu dapat menyesuaikan suhu
tubuh bayi sehingga bayi lebih tenang (JNPK-KR, 2008; Roesli,
2008).
Menurut Niels Bregman dalam Roesli (2008) kulit ibu dapat
menyesuaikan dengan kondisi bayi baru lahir. Kulit ibu setelah
melahirkan naik satu derajat dibandingkan dengan ibu yang tidak
melahirkan, dan secara otomatis suhu ibu naik dua derajat apabila bayi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
kedinginan. Sebaliknya, suhu kulit ibu akan turun satu derajat, jika
bayi kepanasan.
Jalinan kasih sayang ibu kepada bayi dapat diungkapkan pertama kali
melalui bounding attachment. Bounding attachment merupakan
langkah awal pembentukan kasih sayang antara ibu dan bayi baru lahir
secara terus menerus, sehingga akan menimbulkan interaksi/ ikatan
antara orang tua dan bayinya (Mansur dan Budiarti, 2014).
Menurut Saifuddin (2009) manfaat IMD bagi bayi adalah membantu
stabilisasi pernapasan dan detak jantung, mengurangi infeksi
nosokomial karena adanya kolonisasi di usus bayi akibat bayi menjilat
bakteri baik di kulit ibu, akan mempercepat pengeluaran mekonium,
sehingga kadar bilirubin normal dan menurunkan insiden ikhterus
pada bayi baru lahir.
c. Tahapan Perilaku Bayi dalam IMD
a. 30 menit pertama: Stadium istirahat/ diam dalam keadaan siaga (rest/
quite alert stage), bayi hanya diam tidak melakukan gerakan dan
sesekali mata terbuka lebar melihat ibunya. Masa ini merupakan masa
yang istimewa sebab bayi dalam keadaan aman mulai menyesuaikan
kondisi intrauteri ke ekstrauteri.
b. Antara 30-40 menit: Bayi mengeluarkan sedikit suara dan gerakan di
mulut seperti menjilat dan ingin minum. Adanya vernix caseosa dan
bau cairan amnion yang melapisi tangan bayi akan membimbing bayi
untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
c. Bayi mulai mengeluarkan air liur pertanda bahwa ada makanan
disekitarnya.
d. Bayi mulai merangkak ke payudara dengan menghentak-hentakkan
kepala ke dada ibu. Areola sebagai sasaran pencariannya, bayi dapat
menoleh kekiri maupun kekanan dan meremas daerah puting susu
dengan jari-jarinya. Secara mandiri, bayi sudah dapat membedakan
terang dan gelap pada areola. Hal ini membangkitkan indra peciuman
dan penglihatan bayi.
Ketika bayi menemukan puting susu, bayi siap menyusui akan
mengulum puting kemudian membuka mulut lebar dan melekat
dengan baik (Saleha, 2009; Werdayanti, 2013).
d. Hal yang Menyebabkan Bayi Mampu Menemukan Sendiri Puting
Susu Ibunya:
1) Sensory Inputs
Sensory inputs terdiri dari indra penciuman bayi yang sensitif
terhadap bau khas ibunya, indra penglihatan bayi
mampu
membedakan pola hitam putih, bayi akan mengenali wilayah putting
dan areola karena bewarna gelap, indra pengecap yaitu bayi mampu
merasakan cairan ketuban yang melekat di daerah jari-jarinya
sehingga bayi suka menjilati tangannya saat bayi baru lahir, indra
pendengaran dimulai sejak bayi didalam kandungan mendengarkan
suara ibunya, dan indra perasa dari sentuhan kulit dengan ibunya
merupakan sensasi utama mendapatkan kehangatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
2) Central Component
Kemampuan bayi dalam mengeksplorasi lingkungan pertama yaitu
pada tubuh ibunya. Rangsangan ini harus segera dilakukan karena
jika terlalu lama dibiarkan, bayi akan kehilangan kemampuan. Selain
itu, bayi yang dipisahkan dengan ibunya akan lebih sering menangis
daripada bayi yang diletakkan di tubuh ibunya.
3) Motor Output
Gerak alamiah pada bayi pertama kali adalah merangkak diatas tubuh
ibunya. Selain bayi mencari puting susu, gerakan bayi merangkak
bermanfaat untuk mendorong plasenta dan mengurangi perdarahan
pada rahim (Aprillia, 2010).
e. Langkah-langkah
Menurut JNPK-KR (2008) terdapat 3 langkah IMD
a. Langkah 1: Melahirkan bayi, lakukan penilaian dan keringkan tubuh
bayi.
b. Langkah 2: Melakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama
paling sedikit satu jam dengan memasang selimut dan topi pada bayi.
c. Langkah 3: Membiarkan bayi mencari dan menemukan puting susu
ibu secara mandiri. Kemudian dilanjutkan dengan asuhan bayi baru
lahir seperti pemberian vitamin K1 dan suntikan hepatitis B.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
f. Tata Laksana
Pelaksanaan IMD merupakan hasil interaksi antara pengetahuan dan
sikap. Menurut Werdayanti (2013) tata laksana IMD berdasarkan
UNICEF 2007:
a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.
b. Disarankan
dalam
menolong
persalinan,
petugas
kesehatan
mengurangi penggunaan obat kimiawi atau mengganti dengan cara
non kimiawi, misalnya pijat, aroma terapi atau hypnobirthing.
c. Biarkan ibu menentukan cara dan posisi dalam persalinan.
d. Kepala dan badan bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangan
tanpa menghilangkan lemak putih (vernix).
e. Apabila
bayi
tidak
memerlukan
tindakan
resusitasi.
Bayi
ditengkurapkan didada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit
ibu, keduanya diselimuti. Jika perlu bayi menggunakan topi.
f. Ibu dapat merangsang mulut bayi dengan sentuhan lembut. Namun
biarkan bayi mencari puting ibu sendiri.
Menurut Proverawati (2010) Beberapa teknik untuk membuka mulut
bayi diantaranya, merangsang mulut bayi dengan meletakkan jari
disepanjang putting disamping bibir atas bayi, dari sudut ke sudut
dengan sentuhan lembut sampai mulut bayi melebar. Kemudian
mengulangi sampai bayi terbuka lebar dan memiliki lidah maju.
g. Ibu didukung untuk mengenali tanda atau perilaku bayi sebelum
menyusu. Menurut Suradi (2010) Posisi ibu yang berbaring mungkin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
tidak dapat mengamati aktivitas yang dilakukan bayi. Dukungan
suami sangat berharga bagi ibu, suami dapat membantu ibu untuk
mengenali aktivitas bayi karena hal ini akan meningkatkan
kepercayaan ibu dalam menyusui bayinya.
h. Biarkan kontak kulit ibu dan bayi tetap terjaga paling tidak 1 jam atau
lebih sampai proses menyusui awal selesai. Apabila bayi belum
menyusu, dekatkan bayi ke puting tetapi jangan memasukkan puting
ke mulut bayi. Berikan waktu 30 menit atau 1 jam lagi.
i. Bayi dipisahkan dengan ibu untuk ditimbang, diukur, diberi vitamin
K dan di cap.
j. Rawat gabung merupakan ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar,
selama 24 jam bayi tetap dalam jangkauan ibu. Bayi diberikan
makanan hanya ASI tanpa ditambahkan makanan pre-laktal kecuali
atas indikasi medis.
g. Faktor Penghambat Keberhasilan IMD
a. Ibu yang menggunakan obat kimiawi saat kelahiran memungkinkan
bayi sulit menyusu karena kelehiran dengan obat-obatan ataupun
tindakan, seperti operasi sesar, vakum forsep, sakit karena di lakukan
episiotomi akan mengganggu kemampuan alamiah bayi sehinggga
bayi menyusui dengan lemah. Bahkan menurut Dr. Lennart Righard
dalam Roesli (2008) bayi yang lahir dengan obat-obatan dan segera
terpisah dari ibunya maka tidak akan dapat menyusui sendiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
b. Adanya kebijakan dari rumah sakit untuk tidak melakukan IMD
dengan alasan sebagai berikut:
1) Ibu lelah dan masih kesakitan setelah proses persalinan. Padahal,
ini tidak benar. Rangsangan dari bayi akan mengeluarkan hormon
oksitosin yang akan menenangkan ibu, membuat ibu dan bayinya
menjadi nyaman.
2) Adanya kepercayaan masyarakat yang tidak mengijinkan ibu
untuk menyusui sebelum payudaranya dibersihkan.
3) Adanya anggapan masyarakat bahwa ASI yang bewarna
kekuningan adalah susu basi dan pengeluaran ASI pertama masih
sangat sedikit.
4) Masih minimnya tenaga kesehatan yang terlatih.
5) Kamar bersalin terbatas dan banyak pasien yang sudah mengantri.
6) Belum adanya kesepakatan antara petugas kesehatan tentang IMD
khususnya pada bayi baru lahir melalui seksio sesarea.
7) Ada anggapan bahwa bayi akan kedinginan. Sebagian besar
petugas kesehatan khawatir bila bayi baru lahir mengalami
hipotermi. Padahal tubuh ibu berfungsi sebagai inkubator alami.
8) Menurut masih adanya penatalaksanaan bayi baru lahir dengan
membersihkan, menimbang, mengukur, memberikan vitamin K
dan obat tetes mata segera mungkin.
(Werdayanti, 2013; Suradi, 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
c. Praktek IMD yang kurang tepat seperti bayi diletakkan di dada ibu
dengan dibedong (tidak adanya kontak kulit secara langsung). Bayi
dibiarkan di dada ibu untuk bonding attachment lama 10-15 menit
sampai tenaga kesehatan menjahit luka perineum, setelah itu bayi
disusukan kemudian dipindahkan ke ruang pemulihan (Roesli, 2008).
d. Ibu mendorong mulut bayi ke puting susu untuk segera disusui
setelah lahir, padahal bayi belum siap menyusu. Bayi dapat
menunjukkan kesiapannya dalam 30-40 menit. Pada jenis persalinan
secara seksio sesarea IMD membutuhkan waktu yang lebih lama dan
tingkat keberhasilan hanya 50% (Aprillia, 2010).
e. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fikawati dan Syafiq
Kurangnya pengetahuan dan pengalaman ibu dapat menjadi faktor
predisposisi kegagalan pelaksanaan
IMD. Selain itu, faktor
kemungkinan terpenting adalah ibu tidak difasilitasi melakukan IMD.
4. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Suami tentang IMD
Pengetahuan merupakan hasil dari “Tahu” yang terjadi setelah
mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu dengan menggunakan
indra penglihat, pendengar, dan perasa. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan dasar
pembentukan perilaku dari seseorang terhadap suatu objek (Notoatmodjo,
2007).
Sikap merupakan respons yang masih tertutup terhadap suatu stimulus
atau objek. Sikap memiliki 3 komponen yakni kemampuan kognitif, afektif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
dan
digilib.uns.ac.id
32
konatif.
Kemampuan
kognitif
(keyakinan),
kemampuan
afektif
(emosional) dan kemampuan konatif (tindakan). Dibutuhkan keyakinan,
emosional dan tindakan suami untuk mendukung ibu karena ketiga komponen
tersebut akan memberikan keselarasan sikap suami dalam melaksanakan IMD
(Azwar, 2013).
Pengetahuan
suami akan memengaruhi sikap suami tentang IMD.
Perubahan sikap didasari oleh pengetahuan yang positif melalui langkah
adanya penerimaan stimulasi yang berupa materi maupun objek tentang IMD
dari orang lain, misalnya informasi dari keluarga maupun petugas kesehatan
akan memengaruhi perhatian suami. Perhatian suami akan meningkatkan rasa
ketertarikan suami terhadap stimulus. Sehingga stimulus dapat bekerja lebih
efektif dan dilanjutkan pada proses berikutnya yaitu evaluasi, suami dapat
mempertimbangkan tindakannya sehingga bersedia untuk melakukan suatu
perubahan sikap baik positif maupun negatif dalam pelaksanaan IMD. Suami
yang memiliki pengetahuan baik akan cenderung menganjurkan dan
mengijinkan istrinya untuk melaksanakan IMD.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan dalam tinjauan pustaka dapat
digambarkan kerangka konsep sebagai berikut:
Pengetahuan Suami
tentang IMD
Awareness
Interest
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan suami:
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
c. Umur
d. Lingkungan
e. Budaya
Evaluation
Faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap
suami:
a. Pengalaman
pribadi
b. Pengaruh orang
lain
c. Kebudayaan
d. Faktor emosional
Sikap Suami
tentang IMD
Trial
Positif
Negatif
Adoption
Tingkah laku
Gambar 2.1 Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap suami tentang
IMD
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel luar yang tidak diteliti
C. Hipotesis
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap suami tentang IMD.
commit to user
Download