HEALTH 35 Edisi Minggu Bisnis Indonesia 5 September 2010 KLINIK DADANG ARIEF PRIMANA Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Kedokteran Olahraga Olahraga ideal selama puasa Tanya: 5 Jurus hadapi serangan Selamat siang dr Dadang. Perkenalkan saya Hendra, usia 29 tahun, ingin menanyakan tentang olahraga yang ideal untuk dilakukan pada bulan suci ini. Berapa lama dan kegiatan apa saja yang bisa saya lakukan, agar badan tetap fit dan tidak kelelahan. Terima kasih. jantung koroner HENDRA, Jakarta Jawab: Yang terhormat Hendra, Olahraga secara umum merupakan aktivitas fisik. Olahraga bisa berlangsung apabila ada energi, adenosin trifosfat (ATP) untuk kontraksi otot. Olahraga berat dan waktu panjang, kontraksi otot mendapat pasokan energi tambahan yang disediakan glikogen otot, glukosa darah yang berasal dari makanan. Olahraga berat dalam waktu lama pada Ramadan dapat menurunkan glikogen otot dan glukosa darah. Kontraksi otot saat olahraga selain menghasilkan energi gerak untuk kontraksi otot juga menghasilkan energi panas. Energi panas saat olahraga meningkatkan suhu tubuh sehingga berkeringat. Orang berolahraga saat puasa akan kelelahan dan lemas akibat glikogen dan glukosa darah turun. Selain itu, orang berolahraga saat berpuasa akan haus akibat berkeringat banyak untuk mendinginkan suhu tubuh. Oleh karena itu, olahraga yang ideal untuk dilakukan di bulan suci ini agar badan tetap fit dan tidak kelelahan yaitu olahraga kesegaran jasmani sesuai dengan kondisi tubuh. Anda bisa puasa penuh, terus aktif bekerja dan olahraga kesegaran jasmani secara teratur selama puasa Ramadan. Olahraga kesegaran jasmani berupa jalan kaki, renang atau jalan kaki diselingi jogging 4-5 hari per minggu selama 1 jam. Anda jalan kaki pada pagi hari setelah salat subuh atau sore hari saat mendekati buka puasa. Selama bulan puasa, Anda harus mengonsumsi makanan alamiah, gizi seimbang, beragam, dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Waktu sahur, Anda bisa makan nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah. Saat buka puasa, Anda minum air dan mengonsumsi buah-buahan. Setelah salat Magrib, Anda bisa makan nasi, lauk hewani, lauk nabati, dan sayuran. Selesai salat Tarawih, Anda minum susu rendah lemak encer atau susu tidak kental. Anda juga dianjurkan minum air putih sedikit-sedikit tetapi sering pada malam hari. BLOOMBERG BISNIS INDONESIA P enyakit jantung koroner untuk saat ini menempati posisi pertama sebagai penyebab kematian di dunia termasuk Indonesia. Sebanyak 40% orang yang meninggal karena serangan jantung tidak mengetahui kalau dirinya mengidap penyakit jantung koroner. Banyak orang salah kaprah ketika dirinya terkena serangan jantung. Kebanyakan orang mengira bahwa dirinya hanyalah terkena masuk angin biasa. Menurut kardiolog Santoso KaroKaro, masyarakat yang salah persepsi ini melakukan pengobatan dengan mengerik atau memijat untuk mengeluarkan anginnya. Alhasil, terjadilah keterlambatan pengobatan yang seharusnya diberikan. Maka apabila rasa sakit atau nyeri di sekitar dada dirasa agak aneh, seperti tertekan, kemudian rasa sakitnya menjalar ke lengan (terutama lengan kiri), ke leher seperti dicekik, atau ke rahang, sehingga keringat dingin muncul dan tubuh menjadi lemas, waspadalah itu adalah gejala serangan jantung. Gejala yang juga dikenal dengan nama angina pectoris (AP) biasanya dapat timbul setelah banyak makan, aktivitas fisik berlebihan, merokok, kedinginan, stres emosional (marahmarah, terlalu sedih, dan lain-lain). Biasanya gejala tersebut akan berulang terus selama 20 menit. Santoso menambahkan, terkadang ada yang sampai pingsan karena terjadi gangguan irama jantung. Gejala di atas adalah gejala khas serangan jantung. Menurutnya, ada juga gejala yang tidak khas. Gejala yang tidak khas ini rasanya seperti sakit maag. Umumnya gejala seperti ini terjadi pada pagi hari, sekitar subuh hingga pukul 10. Bagaimana caranya agar pertolongan yang diberikan tidak terlambat? Dia menganjurkan kepada masyarakat agar mengetahui protokol standar dunia pengobatan serangan jantung, yang dinamakan MONA (Morfin, Oksigen, Nitrat dan Aspirin). Pertama, orang yang terkena serangan jantung ini pada 5 menit pertama harus mulai mencurigai bahwa dirinya terkena serangan jantung. Kedua, meminta pertolongan. ”Call for help atau meminta pertolongan ini masyarakat diharuskan menelepon rumah sakit untuk meminta pertolongan. Karena di rumah sakit peralatannya lebih lengkap,” ujar dokter yang sudah pensiun bertugas di RS Harapan Kita itu. Ketiga, ambulan dari rumah sakit pun datang dan segera memberikan MONA. Pemberian MONA ini di luar negeri sudah ada protokolnya, tetapi sayang di Indonesia belum ada. Akan tetapi, masyarakat tidak perlu terlalu khawatir, karena protokol tersebut telah dikomunikasikan kepada dokter praktik dan dokter yang membuka unit gawat darurat. Santoso juga mengatakan, khusus untuk pemberian aspirin, penderita boleh langsung memakannya ketika gejala serangan jantung terasa. Aspirin ini biasanya tidak bersalut, sehingga ketika memakannya harus dikunyah kemudian telan, lalu boleh meminum air. Aspirin ini mampu mengurangi risiko kematian akibat serangan jantung hingga 20%. Oleh karena itu, Santoso menyarankan agar orang yang memiliki faktor risiko sakit jantung selalu membawa aspirin di kantongnya. Faktor risiko penyakit jantung ada yang bisa dicegah dan ada yang tidak bisa dicegah. Faktor yang tidak bisa dicegah adalah riwayat keluarga, laki-laki lebih sering terkena daripada perempuan yang belum menopause, dan usia. Sementara faktor risiko yang dapat dicegah adalah diabetes, hipertensi, hiperkolesterol, rokok, dan stres. Faktor risiko yang dapat dicegah ini biasanya sangat berkaitan dengan gaya hidup. Stres picu faktor risiko Khusus mengenai stres, Santoso menuturkan, ”Stres itu ada dua tipikal, pertama stres kronis dan kedua stres akut.” Aspirin mampu mengurangi risiko kematian akibat serangan jantung hingga 20%. Stres kronis adalah stres berkepanjangan yang mampu memicu pengerasan pembuluh darah arteri. Bila terjadi di otak maka akan mengakibatkan stroke, bila terjadi di jantung akan mengakibatkan serangan jantung. ”Stres kronis ini bisa disebabkan karena pola hidup dan kerja yang penuh stres karena time management yang buruk, bahkan kemacetan pun bisa menjadi salah satu pemicu stres,” ujarnya. Sementara stres akut biasa terjadi ketika suasana kacau, seperti saat gempa bumi, kerusuhan, dan lain-lain. Menurut Santoso, penderita serangan jantung lebih banyak akibat dari stres kronis. Oleh karena itu, untuk mengurangi faktor risiko itu, dia memberikan tips. Pertama, tidak merokok. Kedua, makanmakanan sehat dan bergizi seimbang. Ketiga, beraktivitas fisik. Bagi dewasa muda berjalan minimal 10.000 langkah per hari. Sementara usia tua bila tidak ada keluhan berjalan 3.500-7.000 langkah per hari. Keempat, tidak terburu-buru. Kelima, harus punya hobi untuk melepas stres. Susan Bahtiar, duta Yayasan Jantung Indonesia, menuturkan untuk mengurangi faktor risiko penyakit jantung dirinya rutin memeriksakan tekanan darah dan kadar kolesterol. Juga selalu mengukur lingkar pinggang. ”Perempuan Indonesia yang memiliki linggar pinggang lebih dari 88 cm harus waspada karena faktor risiko penyakit jantungnya sangat tinggi,” ujar Susan. Selain itu, Susan kini mempunyai hobi baru yaitu memotret. Menjalani hobi menurutnya sangat membantu untuk menghidari stres. (M03)