Semester Pendek 2014 PRAKTIKUM BIOKIMIA MODUL SISTEM

advertisement
Semester Pendek 2014
PRAKTIKUM BIOKIMIA MODUL SISTEM CARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI
PERTEMUAN 1 : PROTEIN
PENDAHULUAN
Protein adalah molekul organik yang terbanyak di dalam sel. Lebih dari 50% berat kering sel
terdiri atas protein. Selain itu, protein adalah biomolekul yang sesungguhnya, karena senyawa ini yang
menjalankan berbagai fungsi dasar kehidupan, antara lain protein berkontraksi melakukan gerak,
menjalankan berbagai proses metabolisme dalam bentuk enzim.
PROTEIN PLASMA
Kadar protein total dalam serum pada orang dewasa berkisar antara 6 – 8,2 g/dL. Protein total
serum pada orang dewasa merupakan campuran berbagai protein yang masing – masingnya mempunyai
fungsi berlainan. Protein merupakan makromolekul yang tidak dapat menembus membran pembuluh
darah sehingga berperan untuk mempertahankan tekanan osmotik darah.
Dengan teknik elektroforesis, protein serum dapat dipisah menjadi 5 pita yaitu albumin, α1
globulin, α2 globulin, β globulin dan γ globulin.
Albumin serum disintesis dalam hati dan berfungsi sebagai regulator tekanan osmotik darah.
Pada beberapa keadaan kadar albumin darah dapat turun, misalnya :
1. Penurunan sintesis , contoh :
 Kerusakan sel hati
 Defisiensi protein dalam diet (malnutrisi dan kelaparan)
2. Gangguan absorpsi protein
 Kehilangan protein melalui :
 Ginjal (sindroma nefrotik)
 Kulit (luka bakar)
 Saluran cerna
3. Penyakit hati dengan asites
Albumin merupakan 60% dari protein total. Kadar protein serum berbeda dengan kadar protein
plasma. Kadar protein plasma lebih tinggi ± 0,3 g/dL sebab mengandung fibrinogen.
Penetapan kadar protein total serum saja tidak terlalu mempunyai penting secara klinis. Untuk
menegakkan diagnosis penyakit tertentu perlu ditetapkan kadar fraksi – fraksi protein yaitu albumin dan
globulin.
Untuk menetapkan kadar fraksi albumin dan globulin, terlebih dahulu dilakukan penetapan kadar
protein total dengan metoda biuret. Selanjutnya baru ditetapkan kadar fraksi albumin dengan teknik
pengikatan warna menggunakan bromkresol hijau. Kadar fraksi globulin merupakan selisih dari kadar
protein total dan kadar fraksi albumin.
1
Semester Pendek 2014
1.1 PERCOBAAN 1 : UJI SUSUNAN ELEMENTER PROTEIN
TUJUAN
PRINSIP DASAR
: Mengidentifikasi protein dari kandungan unsur – unsur penyusunnya.
: Protein merupakan senyawa organik yang tersusun atas unsur karbon (C),
Hidrogen (H), Oksigen (O) dan Nitrogen (N). Beberapa jenis protein juga
mengandung unsur tambahan seperti belerang (S) dan fosfor (P)
ALAT DAN BAHAN
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Alat
Alat pemanas spritus
Tabung reaksi
Tabung ukur
Cawan porselin
Object glass
Kertas lakmus
Bahan
NaOH 10%
Pb asetat 5%
HCl pekat
Sampel
Putih telur
Gelatin
Air liur
Larutan pati 1%
Susu
Glisin
CARA KERJA :
A. Uji Unsur karbon, hidrogen dan Oksigen
1. Masukkan masing – masing sampel sebanyak 1 ml ke dalam cawan porselin
2. Letakkan object glass ke atas cawan porselin tadi, panaskan
3. Amati apakah ada pengembunan pada object glass
Note : adanya pengembunan membuktikan adanya atom H dan O pada sampel
4. Angkat object glass, kemudian hidu apakah ada bau seperti bau rambut terbakar
Note : terciumnya bau seperti bau rambut terbakar menunjukkan adanya atom N pada
sampel
5. Amati cawan porselin, apakah terjadi peng-arangan
Note : adanya peng – arangan menunjukkan adanya atom –C pada sampel
B. Uji Unsur nitrogen
1. Masukkan 1 ml sampel ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian panaskan
3. Perhatikan apakah tercium bau amoniak dan ujilah uapnya dengan kertas lakmus merah
Note : Adanya amoniak membuktikan terdapatnya atom N pada sampel. Amoniak
merupakan basa lemah (basa akan menyebabkan terbentuknya warna biru pada kertas
lakmus) dan mempunyai bau yang khas (bau urin)
2
Semester Pendek 2014
C. Uji Unsur belerang (sulfur)
1.
2.
3.
4.
Masukkan 1 ml sampel ke dalam tabung reaksi
Tambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian panaskan
Tambahkan 4 tetes larutan Pb asetat 5%
Bila larutan menghitam, berarti terbentuk PbS. Kemudian tambahkan 4 tetes HCl pekat
dengan hati – hati
5. Perhatikan bau khas belerang dari belerang yang teroksidasi
HASIL PERCOBAAN :
Hasil
Putih telur
 Peng- arangan
 Pengembunan
 Bau
rambut
terbakar
 Bau amoniak
 Terbentuk
endapan hitam
 Bau
khas
belerang
 Kesimpulan
Gelatin
Air liur
INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN :
3
Pati
Susu
Glisin
Semester Pendek 2014
1.2 PERCOBAAN 2 : UJI BIURET
TUJUAN
: Mengidentifikasi ikatan peptida pada protein melalui uji biuret. Reaksi ini tidak
terjadi pada makromolekul lain.
PRINSIP DASAR : Protein terdiri asam amino – asam amino yang terhubung melalui ikatan peptida.
Ikatan peptida pada protein dan polipeptida, bila direaksikan dengan Cu2+
dalam suasana alkali akan berwarna lembayung. Reaksi ini positif
ALAT DAN BAHAN
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Alat
Tabung reaksi
Tabung ukur
Pipet tetes
Pereaksi
NaOh 10%
CuSO4 0,1 %
Sampel
Putih telur
Serum
Air liur
Larutan pati 1%
Gelatin
Glisin
CARA KERJA :
1. Sediakan 6 tabung reaksi. Isilah masing – masingnya dengan 2 ml putih telur, 2 ml serum, 2
ml air liur, 2 ml larutan pati 1%, 2 ml susu, dan 2 ml glisin.
2. Tambahkan NaOH 10% pada setiap tabung
3. Tambahkan 3 tetes CuSO4 0,2%. Kocoklah tabung.
Note : bila belum terbentuk warna lembayung, CuSO4 dapat ditambahkan lagi sampai 10
tetes
4. Amati apakah terbentuk warna lembayung pada keenam tabung tersebut
HASIL PERCOBAAN
Tabung
Putih telur
Serum
Air liur
Uji biuret (warna lembayung)
Larutan pati 1%
Susu
Glisin
INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN :
4
Semester Pendek 2014
1.3 PERCOBAAN 3 : PENETAPAN KADAR PROTEIN SERUM TOTAL (BIURET)
TUJUAN
:
Menetapkan kadar
spektrofotometer
protein
serum
total
dengan
menggunakan
PRINSIP DASAR
: Suatu zat berwarna menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu.
 Plasma darah yang mengandung berbagai jenis protein akan berwarna
lembayung pada uji biuret.
 Jumlah cahaya yang diserap suatu larutan pada panjang gelombang tertentu
sebanding dengan kadar zat dalam larutan.
ALAT DAN BAHAN
No
1.
Alat
Tabung reaksi
2.
Tabung ukur
3.
Pipet tetes
Pereaksi
Sampel
Larutan NaOH 2,5 M (larutan
Serum
harus bebas CO2)
Pereaksi biuret
Larutan standar protein (human
serum albumin/bovine serum
albumin 6,0 gr/dL)
CARA KERJA :
Pipetkan ke dalam tabung reaksi :
Larutan
Blanko
Standar 1
Pereaksi biuret 8,0 ml
8,0 ml
Serum
Standar
100 μl
albumin
Aquades
50 μl
Diamkan selama 30 menit pada suhu kamar
Baca serapan pada panjang gelombang 540 nm
Perhitungan :
Kadar protein total =
𝐴𝑢−𝐴𝑏
𝐴𝑠−𝐴𝑏
Standar 2
8,0 ml
100 μl
-
𝑥 4 𝑔𝑟/dL
HASIL PERCOBAAN
Kadar protein serum total OP 1 dan OP 2 adalah :
INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN :
5
Uji 1
8,0 ml
100 μl
-
Uji 2
8,0 ml
100 μl
-
Semester Pendek 2014
PRAKTIKUM BIOKIMIA 2 : DARAH
Tujuan Pembelajaran : mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengenceran dan menentukan konsentrasi zat terlarut pada larutan
2. Menentukan kadar NaCl yang isotonis dengan cairan tubuh manusia
3. Menjelaskan pengaruh larutan isotonis, hipotonis dan hipertonis terhadap membran
eritrosit
4. Melakukan pemeriksaan golongan darah manusia dengan penggolongan sistem ABO
dan rhesus.
5. Melakukan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit
6. Mengetahui nilai normal dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan hemoglobin
dan hematokrit
7. Menghitung indeks rata – rata eritrosit (MCV, MCH dan MCHC)
8. Mengetahui nilai normal MCV, MCH dan MCHC dan menginterpretasikan hasil
pemeriksaan
9. Menganalisis penyebab anemia dari contoh kasus yang diberikan.
PERCOBAAN 1 : PENGARUH LARUTAN ISOTONIK, HIPOTONIK DAN HIPERTONIK PADA
MEMBRAN ERITROSIT
TUJUAN
PRINSIP DASAR
: Memperlihatkan pengaruh larutan hipertonik / hipotonik terhadap
membrane sel darah merah
: Dalam larutan hipotonik sel darah merah akan menggembung karena
cairan dari luar akan masuk ke dalam sel darah merah. Bila
pembengkakan SDM melewati batas fragilitas SDM, sel itu akan pecah
atau terjadi hemolisis. Hemoglobin akan larut dalam cairan hipotonik
sehingga larutan akan berwarna merah jernih. Di dalam larutan
hipertonik terhadap tekanan osmotic plasma darah maka cairan dari
SDM akan keluar dari sel sehingga SDM akan mengkerut (crenated).
TEORI PRAKTIKUM :
Semua membran biologis mempunyai suatu struktur yang sama yaitu terbentuk dari
molekul – molekul lipid dan protein yang satu dengan lainnya saling dihubungkan dengan ikatan
– ikatan nonkovalen. Molekul – molekul lipid tersusun dalam dwilapis lipid (lipid bilayer) dan
merupakan struktur dasar membran. Lipid ini berperan sebagai pembatas yang bersifat
impermiabel relative terhadap aliran molekul – molekul yang larut dalam air. Molekul - molekul
protein seolah – olah larut dalam lapisan lipid bilayer dan berperan sebagai perantara dari
berbagai fungsi membrane, antara lain untuk fasilitas transport. Fungsi protein membran :
6
Semester Pendek 2014



Enzim yang mengkatalisis reaksi – reaksi yang berhubungan dengan peran membran dalam
sel hidup
Sebagai protein struktural yang menyusun rangka sel
Reseptor untuk menerima dan meneruskan sinyal kimia dari dan ke dalam lingkungan sel.
Berbagai percobaan berikut memperlihatkan hal – hal yang mempengaruhi membran
sel darah merah dan suatu model mengenai proses difusi larutan koloid melalui suatu
membran.
PENGARUH LARUTAN ISOTONIK, HIPOTONIK dan HIPERTONIK TERHADAP MEMBRAN SEL
ERITROSIT
Larutan terdiri dari zat terlarut dan pelarut. Pada tubuh makhluk hidup pelarutnya
adalah air. Air dapat berpindah melewati membran semipermiabel, yaitu dari daerah dengan
konsentrasi zat terlarut rendah menuju daerah dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih
tinggi. Hal ini dikenal sebagai proses osmosis.
Bila 2 larutan dipisahkan oleh membran semipermiabel memiliki osmolaritas yang
berbeda, yakni komom 1 dengan konsentrasi rendah dan kolom 2 dengan konsentrasi tinggi
seperti pada gambar di bawah (gambar a). Maka air (pelarut) akan berpindah dari kolom I
menuju kolom 2. Hal ini menyebabkan jumlah volume di kolom 2 meningkat. Namun hal ini
tidak akan menyebabkan semua air di kolom 1 akan habis berpindah, karena semakin banyak
air di dalam kolom 2 maka akan semakin memberikan gaya dorong yang mendorong air
tersebut kembali ke kolom pertama. Hal ini dikenal sebagai tekanan hidrostatik. Selain itu
larutan juga memiliki tekanan osmotik, yaitu tekanan yang dikarenakan zat terlarut memiliki
gaya untuk menarik air.
Suatu larutan dikatakan isotonik bila larutan tersebut mempunyai osmolaritas yang
sama dengan osmolaritas plasma, ± 425 mOsm. Pengaruh larutan isotonic, hipotonik dan
hipertonik terhadap sel adalah sebagai berikut:
1. Suatu sel yang kita tempatkan di dalam larutan isotonik tidak mengalami perpindahan
cairan baik dari dalam ataupun dari luar sel.
2. Sebaliknya bila suatu sel ditempatkan dalamlarutan hipotonik, maka cairan dari luar
akan berpindah masuk ke dalam sel menyebabkan sel tersebut menggembung dan bila
melbihi kapasitas membran akan menyebabkan membrane ruptur /pecah/lisis.
3. Bila suatu sel ditempatkan di dalam larutan yang hipertonik (osmolaritas > osmolaritas
plama), maka air dari dalam sel akan keluar, menyebabkan sel mengkerut / krenasi.
7
Semester Pendek 2014
MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN
Menentukan konsentrasi larutan pada pengenceran adalah menurut rumus berikut :
𝑉1 . 𝐶1 = 𝑉2 . 𝐶2
Keterangan : V1 = volume larutan 1
C1 = konsentrasi larutan 1
V2 = volume larutan 2
C2 = konsentrasi larutan 2
ALAT DAN BAHAN
No
1.
2.
3.
Alat
Tabung reaksi
Tabung ukur
Mikroskop
Pereaksi
Sampel
Darah segar
CARA KERJA dan HASIL :
1. Ke dalam 10 tabung reaksi, isikan campuran berikut :
Tabung Air suling
NaCl 2% (ml)
% NaCl
Hemolisis
1.
10,0
0,0
2.
9,0
1,0
3.
8,0
2,0
4.
7,5
2,5
5.
7,0
3,0
6.
6,5
3,5
7.
6,0
4,0
8.
5,5
4,5
9.
5,0
5,0
10.
4,5
5,5
2. Campur dengan baik
3. Tambahkan 2 tetes suspense darah ke dalam setiap tabung dan kocok dengan
membalik- balikkan tabung perlahan. Diamkan selama 1 jam.
4. Perhatikan dan catatlah derajat hemolisis pada tiap tabung.
5. Periksa di bawah mikroskop bentuk eritrosit pada tabung 3, 8 dan 10.
6. Tentukan pada konsentrasi NaCl berapakah yang isotonis dengan cairan tubuh manusia.
INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN :
8
Semester Pendek 2014
PERCOBAAN 2 : PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH
TUJUAN :
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan golongan darah dan
menginterpretasikan hasil pemeriksaan.
PRINSIP DASAR : antigen spesifik + antibodi yang sesuai  reaksi aglutinasi (menggumpal)
TEORI PRAKTIKUM :
Golongan darah adalah pengklasifikasian darah berdasarkan ada atau tidak adanya
zat antigen spesifik pada permukaan membran eritrosit. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah
tersebut.
Sistem penggolongan darah yang paling banyak dikenal adalah sistem ABO dan
sistem penggolongan darah Rhesus.
Dalam proses transfusi darah harus benar-benar memperhatikan golongan darah
karena ketidakcocokkan golongan darah si penerima dengan si pendonor dapat
menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal,
syok, dan kematian bagi si penerima.
Pembagian golongan darah sistem ABO berdasarkan ada/tidaknya antigen A dan B
yang terdapat pada membran eritrosit. Sedangkan sistem rhesus berdasarkan adanya
antigen rhesus (antigen D). Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 1. Penggolongan golongan darah sistem ABO
Antigen membran eritrosit
A
B
A dan B
Tidak ada antigen
Antibodi pada serum
Anti – B
Anti – A
Anti-A dan Anti-B
Golongan darah
A
B
AB
O
Tabel 2. Penggolongan golongan darah sistem rhesus
Antigen membran eritrosit
Rhesus
Tidak ada antigen
Antibodi pada serum
Tidak ada antibodi
Anti –rhesus
9
Golongan darah
Rhesus (+)
Rhesus (-)
Semester Pendek 2014
Alat dan bahan :
1. Serum berisi anti-A, serum berisi anti-B dan serum berisi anti-D
Cara Kerja :
1. Teteskan serum yang berisi antibodi ke masing-masing tempat yang sesuia
2. Teteskan darah yang akan diperiksa
3. Perhatikan apakah terjadi aglutinasi
Hasil pemeriksaan :
Interpretasi dan Kesimpulan :
10
Semester Pendek 2014
PERCOBAAN 3 : PENGUKURAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH
TUJUAN
:
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin dan
menginterpretasikan hasil pemeriksaan.
PRINSIP DASAR : darah + larutan HCL 0,1 N akan terbentuk hematin asam yang berwarna
coklat tua. warna tersebut di tambahkan aquadest, hingga warnaya
sama dengan warna pada batang standar.
TEORI PRAKTIKUM :
Hemoglobin (Hb) adalah protein di dalam eritrosit yang berfungsi mengikat oksigen.
Bila hemoglobin lebih rendah dari nilai normal maka disebut anemia. Apabila nilai
hemoglobin lebih tinggi dari nilai normal maka disebut polisitemia. Banyak kondisi yang
dapat menyebabkan anemia di antaranya :
- Perdarahan akut / kronis
- Pemecahan eritrosit yang abnormal seperti pada thalasemia, malaria, dll
- Gangguan produksi eritrosit : defisiensi zat gizi (seperti besi, asam folat), infeksi
kronik, infiltrasi sel ganas, kelainan endokrin, gagal ginjal kronik, anemia
sederoblastik, efek samping obat, dll.
Untuk mengetahui penyebab anemia perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan yaitu
serum iron, feritin, TIBC, gambaran darah tepi, dan elektroforesa Hb. Pemeriksaan tersebut
dilakukan secara bertahap sesuai indikasi.
Nilai Normal :
Laki – laki = 14 – 18 g/dL
Perempuan = 12 – 16 g/dL
CARA KERJA :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Isi tabung sahli dengan larutan HCL 0,1 N sampai angka 2 g %
Hisaplah darah dengan pipet sahli sampai tepat pada tanda 20 uL/ 0,02 ml
Bersihkan bagian luar pipet dengan kapas/tissue kering
Tiup darah dari pipet ke dalam larutan HCL 0,1 N dalam tabung sahli
Bilas pipet sahli beberapa kali dengan larutan HCL dalam tabung sahli (hisap dan tiup
beberapa kali)
Biarkan 10 menit untuk terbentuknya hematin asam yang sempurna
11
Semester Pendek 2014
7.
8.
9.
Encerkan larutan hematin asam dengan aquadest tetes demi tetes sambil di aduk
sampai warna larutan sama dengan warna batang standart
Baca meniskus larutan pada tabung sahli (g% atau g/dl)
Ketelitian dengan cara kolorimetrik visual dilaporkan dengan skala ½ g/dl, sehinggan
laporannya menjadi 11, 11 ½ , 12, 12 ½ , dan seterusnya. Jangan melaporkan dalam
bentuk angka desimal seperti 10,6 15,5 dan seterusnya
HASIL PEMERIKSAAN :
OP laki-laki :
OP perempuan :
ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI :
12
Semester Pendek 2014
PERCOBAAN 4 : PENETAPAN KADAR HEMATOKTRIT DARAH
TUJUAN
: Menetapkan kadar hematokrit dan menganalisis hasilnya
PRINSIP DASAR : darah merupakan suspensi yang terdiri dari zat terlarut dan pelarut.
Apabila dilakukan sentrifuge, komponen darah dapat terpisah, menjadi
zat terlarut (padat) dan pelarut (plasma). Hemtokrit adalah
perbandingan antara volume eritrosit (bagian zat terlarut/padat) dengan
total volume darah seluruhnya.
TEORI PRAKTIKUM :
Nilai Normal :
Laki – laki
= 47% ± 7 g/dL
Perempuan = 42% ± 5 g/dL
Peningkatan nilai hematokrit dinamakan hemokonsentrasi, bisa diakibatkan oleh
berkurangnya volume plasma, misalnya terjadi pada kasus dehidrasi, demam berdarah
dengue, dll. Penurunan nilai hematokrit disebut hemodilusi, dapat ditemukan normal pada
ibu hamil setelah trimester 2.
CARA KERJA :
1. Isilah tabung mikrokapiler yang khusus dengan darah hingga ¾ bagian
2. Tutuplah kedua ujungnya dengan bahan penutup khusus
3. Masukkan tabung kapiler tersebut ke dalam sentrifuge khusus dengan kecepatan
16.000 rpm selama 3 – 5 menit
4. Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan grafik atau alat khusus
5. Nilai hematokrit : volume eritrosit (merah) dibandingkan dengan volume total
HASIL PEMERIKSAAN :
ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI :
13
Semester Pendek 2014
PERCOBAAN 5 : PENETAPAN INDEKS RATA-RATA ERITROSIT
Indeks eritrosit rata-rata adalah perhitungan yang menentukan besarnya volume
eritrosit dan konsentrasi hemoglobin dalam setiap sel. Volume eritrosit menggambarkan
ukuran eritrosit, sementara konsentrasi hemoglobin sebanding dengan warna eritrosit.
Klasifikasi anemia berdasarkan indeks eritrosit akan membantu menunjukkan etiologi
anemia itu sendiri.
Ada 3 perhitungan indeks eritrosit, yaitu Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean
Corpuscular Hemoglobin (MCH) dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC).
1. Mean Corpuscular Volume (MCV)
 Volume rata- rata eritrosit menunjukkan ukuran eritrosit (normositik,
mikrositik dan makrositik.
 Digunakan sebagai klasifikasi anemia berdasarkan morfologi.
MCV =

Nilai normal : 80 – 100 fl (femtoliter) pada dewasa atau 76 – 86 femtoliter
(anak < 1 tahun). Hal ini berarti ukuran eritrosit normal (normositik)
Abnormal : mikrositik < (80-100 fl) < makrositik

2.
ℎ𝑒𝑚𝑎𝑡𝑜𝑘𝑟𝑖𝑡 (%)

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 (𝑗𝑢𝑡𝑎)
X 10 femtoliter /(μm3) / 10-15 L
Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
 Menunjukkan kadar hemoglobin dalam
satu sel eritrosit sehingga
menggambarkan warna eritrosit.
 Dipakai untuk melihat derajat beratnya anemia.
 MCH =
ℎ𝑒𝑚𝑜𝑔𝑙𝑜𝑏𝑖𝑛 (𝑔/𝑑𝐿)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 (𝑗𝑢𝑡𝑎)
X 10
 Nilai normal : 27 – 32 pikogram (pg) pada dewasa atau 23 – 31 pg (anak). Hal
ini berarti warna eritrosit normal (normokrom); krom = warna
 Abnormal : hipokrom < 27 pg
3.
Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
 Menunjukkan perbandingan rata – rata kadar hemoglobin dengan volume
eritrosit.
 Digunakan untuk memantau terapi anemia
ℎ𝑒𝑚𝑜𝑔𝑙𝑜𝑏𝑖𝑛 (𝑔/𝑑𝐿)

MCHC =

Nilai normal = 32-36 g/dL
ℎ𝑒𝑚𝑎𝑡𝑜𝑘𝑟𝑖𝑡 (%)
x 100
14
Semester Pendek 2014
Berdasarkan indeks rata-rata eritrosit, anemia diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
Klasifikasi anemia
1. Mikrositik
Nilai MCV
Menurun
2.
Normositik
Normal
3.
Makrositik
Meningkat









Penyebab yang mungkin :
Defisiensi besi
Thalassemia
Anemia aplastik
Anemia pada penyakit kronik
Penyakit ginjal kronik
Anemia hemolitik
Spherositosis
Defisiensi asam folat
Defisiensi vitamin B12
15
Download