Semester Pendek 2014 PRAKTIKUM BIOKIMIA MODUL SISTEM CARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI PERTEMUAN 1 : PROTEIN PENDAHULUAN Protein adalah molekul organik yang terbanyak di dalam sel. Lebih dari 50% berat kering sel terdiri atas protein. Selain itu, protein adalah biomolekul yang sesungguhnya, karena senyawa ini yang menjalankan berbagai fungsi dasar kehidupan, antara lain protein berkontraksi melakukan gerak, menjalankan berbagai proses metabolisme dalam bentuk enzim. PROTEIN PLASMA Kadar protein total dalam serum pada orang dewasa berkisar antara 6 – 8,2 g/dL. Protein total serum pada orang dewasa merupakan campuran berbagai protein yang masing – masingnya mempunyai fungsi berlainan. Protein merupakan makromolekul yang tidak dapat menembus membran pembuluh darah sehingga berperan untuk mempertahankan tekanan osmotik darah. Dengan teknik elektroforesis, protein serum dapat dipisah menjadi 5 pita yaitu albumin, α1 globulin, α2 globulin, β globulin dan γ globulin. Albumin serum disintesis dalam hati dan berfungsi sebagai regulator tekanan osmotik darah. Pada beberapa keadaan kadar albumin darah dapat turun, misalnya : 1. Penurunan sintesis , contoh : Kerusakan sel hati Defisiensi protein dalam diet (malnutrisi dan kelaparan) 2. Gangguan absorpsi protein Kehilangan protein melalui : Ginjal (sindroma nefrotik) Kulit (luka bakar) Saluran cerna 3. Penyakit hati dengan asites Albumin merupakan 60% dari protein total. Kadar protein serum berbeda dengan kadar protein plasma. Kadar protein plasma lebih tinggi ± 0,3 g/dL sebab mengandung fibrinogen. Penetapan kadar protein total serum saja tidak terlalu mempunyai penting secara klinis. Untuk menegakkan diagnosis penyakit tertentu perlu ditetapkan kadar fraksi – fraksi protein yaitu albumin dan globulin. Untuk menetapkan kadar fraksi albumin dan globulin, terlebih dahulu dilakukan penetapan kadar protein total dengan metoda biuret. Selanjutnya baru ditetapkan kadar fraksi albumin dengan teknik pengikatan warna menggunakan bromkresol hijau. Kadar fraksi globulin merupakan selisih dari kadar protein total dan kadar fraksi albumin. 1 Semester Pendek 2014 1.1 PERCOBAAN 1 : UJI SUSUNAN ELEMENTER PROTEIN TUJUAN PRINSIP DASAR : Mengidentifikasi protein dari kandungan unsur – unsur penyusunnya. : Protein merupakan senyawa organik yang tersusun atas unsur karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O) dan Nitrogen (N). Beberapa jenis protein juga mengandung unsur tambahan seperti belerang (S) dan fosfor (P) ALAT DAN BAHAN No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Alat Alat pemanas spritus Tabung reaksi Tabung ukur Cawan porselin Object glass Kertas lakmus Bahan NaOH 10% Pb asetat 5% HCl pekat Sampel Putih telur Gelatin Air liur Larutan pati 1% Susu Glisin CARA KERJA : A. Uji Unsur karbon, hidrogen dan Oksigen 1. Masukkan masing – masing sampel sebanyak 1 ml ke dalam cawan porselin 2. Letakkan object glass ke atas cawan porselin tadi, panaskan 3. Amati apakah ada pengembunan pada object glass Note : adanya pengembunan membuktikan adanya atom H dan O pada sampel 4. Angkat object glass, kemudian hidu apakah ada bau seperti bau rambut terbakar Note : terciumnya bau seperti bau rambut terbakar menunjukkan adanya atom N pada sampel 5. Amati cawan porselin, apakah terjadi peng-arangan Note : adanya peng – arangan menunjukkan adanya atom –C pada sampel B. Uji Unsur nitrogen 1. Masukkan 1 ml sampel ke dalam tabung reaksi 2. Tambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian panaskan 3. Perhatikan apakah tercium bau amoniak dan ujilah uapnya dengan kertas lakmus merah Note : Adanya amoniak membuktikan terdapatnya atom N pada sampel. Amoniak merupakan basa lemah (basa akan menyebabkan terbentuknya warna biru pada kertas lakmus) dan mempunyai bau yang khas (bau urin) 2 Semester Pendek 2014 C. Uji Unsur belerang (sulfur) 1. 2. 3. 4. Masukkan 1 ml sampel ke dalam tabung reaksi Tambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian panaskan Tambahkan 4 tetes larutan Pb asetat 5% Bila larutan menghitam, berarti terbentuk PbS. Kemudian tambahkan 4 tetes HCl pekat dengan hati – hati 5. Perhatikan bau khas belerang dari belerang yang teroksidasi HASIL PERCOBAAN : Hasil Putih telur Peng- arangan Pengembunan Bau rambut terbakar Bau amoniak Terbentuk endapan hitam Bau khas belerang Kesimpulan Gelatin Air liur INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN : 3 Pati Susu Glisin Semester Pendek 2014 1.2 PERCOBAAN 2 : UJI BIURET TUJUAN : Mengidentifikasi ikatan peptida pada protein melalui uji biuret. Reaksi ini tidak terjadi pada makromolekul lain. PRINSIP DASAR : Protein terdiri asam amino – asam amino yang terhubung melalui ikatan peptida. Ikatan peptida pada protein dan polipeptida, bila direaksikan dengan Cu2+ dalam suasana alkali akan berwarna lembayung. Reaksi ini positif ALAT DAN BAHAN No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Alat Tabung reaksi Tabung ukur Pipet tetes Pereaksi NaOh 10% CuSO4 0,1 % Sampel Putih telur Serum Air liur Larutan pati 1% Gelatin Glisin CARA KERJA : 1. Sediakan 6 tabung reaksi. Isilah masing – masingnya dengan 2 ml putih telur, 2 ml serum, 2 ml air liur, 2 ml larutan pati 1%, 2 ml susu, dan 2 ml glisin. 2. Tambahkan NaOH 10% pada setiap tabung 3. Tambahkan 3 tetes CuSO4 0,2%. Kocoklah tabung. Note : bila belum terbentuk warna lembayung, CuSO4 dapat ditambahkan lagi sampai 10 tetes 4. Amati apakah terbentuk warna lembayung pada keenam tabung tersebut HASIL PERCOBAAN Tabung Putih telur Serum Air liur Uji biuret (warna lembayung) Larutan pati 1% Susu Glisin INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN : 4 Semester Pendek 2014 1.3 PERCOBAAN 3 : PENETAPAN KADAR PROTEIN SERUM TOTAL (BIURET) TUJUAN : Menetapkan kadar spektrofotometer protein serum total dengan menggunakan PRINSIP DASAR : Suatu zat berwarna menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu. Plasma darah yang mengandung berbagai jenis protein akan berwarna lembayung pada uji biuret. Jumlah cahaya yang diserap suatu larutan pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan kadar zat dalam larutan. ALAT DAN BAHAN No 1. Alat Tabung reaksi 2. Tabung ukur 3. Pipet tetes Pereaksi Sampel Larutan NaOH 2,5 M (larutan Serum harus bebas CO2) Pereaksi biuret Larutan standar protein (human serum albumin/bovine serum albumin 6,0 gr/dL) CARA KERJA : Pipetkan ke dalam tabung reaksi : Larutan Blanko Standar 1 Pereaksi biuret 8,0 ml 8,0 ml Serum Standar 100 μl albumin Aquades 50 μl Diamkan selama 30 menit pada suhu kamar Baca serapan pada panjang gelombang 540 nm Perhitungan : Kadar protein total = 𝐴𝑢−𝐴𝑏 𝐴𝑠−𝐴𝑏 Standar 2 8,0 ml 100 μl - 𝑥 4 𝑔𝑟/dL HASIL PERCOBAAN Kadar protein serum total OP 1 dan OP 2 adalah : INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN : 5 Uji 1 8,0 ml 100 μl - Uji 2 8,0 ml 100 μl - Semester Pendek 2014 PRAKTIKUM BIOKIMIA 2 : DARAH Tujuan Pembelajaran : mahasiswa mampu : 1. Melakukan pengenceran dan menentukan konsentrasi zat terlarut pada larutan 2. Menentukan kadar NaCl yang isotonis dengan cairan tubuh manusia 3. Menjelaskan pengaruh larutan isotonis, hipotonis dan hipertonis terhadap membran eritrosit 4. Melakukan pemeriksaan golongan darah manusia dengan penggolongan sistem ABO dan rhesus. 5. Melakukan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit 6. Mengetahui nilai normal dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit 7. Menghitung indeks rata – rata eritrosit (MCV, MCH dan MCHC) 8. Mengetahui nilai normal MCV, MCH dan MCHC dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan 9. Menganalisis penyebab anemia dari contoh kasus yang diberikan. PERCOBAAN 1 : PENGARUH LARUTAN ISOTONIK, HIPOTONIK DAN HIPERTONIK PADA MEMBRAN ERITROSIT TUJUAN PRINSIP DASAR : Memperlihatkan pengaruh larutan hipertonik / hipotonik terhadap membrane sel darah merah : Dalam larutan hipotonik sel darah merah akan menggembung karena cairan dari luar akan masuk ke dalam sel darah merah. Bila pembengkakan SDM melewati batas fragilitas SDM, sel itu akan pecah atau terjadi hemolisis. Hemoglobin akan larut dalam cairan hipotonik sehingga larutan akan berwarna merah jernih. Di dalam larutan hipertonik terhadap tekanan osmotic plasma darah maka cairan dari SDM akan keluar dari sel sehingga SDM akan mengkerut (crenated). TEORI PRAKTIKUM : Semua membran biologis mempunyai suatu struktur yang sama yaitu terbentuk dari molekul – molekul lipid dan protein yang satu dengan lainnya saling dihubungkan dengan ikatan – ikatan nonkovalen. Molekul – molekul lipid tersusun dalam dwilapis lipid (lipid bilayer) dan merupakan struktur dasar membran. Lipid ini berperan sebagai pembatas yang bersifat impermiabel relative terhadap aliran molekul – molekul yang larut dalam air. Molekul - molekul protein seolah – olah larut dalam lapisan lipid bilayer dan berperan sebagai perantara dari berbagai fungsi membrane, antara lain untuk fasilitas transport. Fungsi protein membran : 6 Semester Pendek 2014 Enzim yang mengkatalisis reaksi – reaksi yang berhubungan dengan peran membran dalam sel hidup Sebagai protein struktural yang menyusun rangka sel Reseptor untuk menerima dan meneruskan sinyal kimia dari dan ke dalam lingkungan sel. Berbagai percobaan berikut memperlihatkan hal – hal yang mempengaruhi membran sel darah merah dan suatu model mengenai proses difusi larutan koloid melalui suatu membran. PENGARUH LARUTAN ISOTONIK, HIPOTONIK dan HIPERTONIK TERHADAP MEMBRAN SEL ERITROSIT Larutan terdiri dari zat terlarut dan pelarut. Pada tubuh makhluk hidup pelarutnya adalah air. Air dapat berpindah melewati membran semipermiabel, yaitu dari daerah dengan konsentrasi zat terlarut rendah menuju daerah dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi. Hal ini dikenal sebagai proses osmosis. Bila 2 larutan dipisahkan oleh membran semipermiabel memiliki osmolaritas yang berbeda, yakni komom 1 dengan konsentrasi rendah dan kolom 2 dengan konsentrasi tinggi seperti pada gambar di bawah (gambar a). Maka air (pelarut) akan berpindah dari kolom I menuju kolom 2. Hal ini menyebabkan jumlah volume di kolom 2 meningkat. Namun hal ini tidak akan menyebabkan semua air di kolom 1 akan habis berpindah, karena semakin banyak air di dalam kolom 2 maka akan semakin memberikan gaya dorong yang mendorong air tersebut kembali ke kolom pertama. Hal ini dikenal sebagai tekanan hidrostatik. Selain itu larutan juga memiliki tekanan osmotik, yaitu tekanan yang dikarenakan zat terlarut memiliki gaya untuk menarik air. Suatu larutan dikatakan isotonik bila larutan tersebut mempunyai osmolaritas yang sama dengan osmolaritas plasma, ± 425 mOsm. Pengaruh larutan isotonic, hipotonik dan hipertonik terhadap sel adalah sebagai berikut: 1. Suatu sel yang kita tempatkan di dalam larutan isotonik tidak mengalami perpindahan cairan baik dari dalam ataupun dari luar sel. 2. Sebaliknya bila suatu sel ditempatkan dalamlarutan hipotonik, maka cairan dari luar akan berpindah masuk ke dalam sel menyebabkan sel tersebut menggembung dan bila melbihi kapasitas membran akan menyebabkan membrane ruptur /pecah/lisis. 3. Bila suatu sel ditempatkan di dalam larutan yang hipertonik (osmolaritas > osmolaritas plama), maka air dari dalam sel akan keluar, menyebabkan sel mengkerut / krenasi. 7 Semester Pendek 2014 MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN Menentukan konsentrasi larutan pada pengenceran adalah menurut rumus berikut : 𝑉1 . 𝐶1 = 𝑉2 . 𝐶2 Keterangan : V1 = volume larutan 1 C1 = konsentrasi larutan 1 V2 = volume larutan 2 C2 = konsentrasi larutan 2 ALAT DAN BAHAN No 1. 2. 3. Alat Tabung reaksi Tabung ukur Mikroskop Pereaksi Sampel Darah segar CARA KERJA dan HASIL : 1. Ke dalam 10 tabung reaksi, isikan campuran berikut : Tabung Air suling NaCl 2% (ml) % NaCl Hemolisis 1. 10,0 0,0 2. 9,0 1,0 3. 8,0 2,0 4. 7,5 2,5 5. 7,0 3,0 6. 6,5 3,5 7. 6,0 4,0 8. 5,5 4,5 9. 5,0 5,0 10. 4,5 5,5 2. Campur dengan baik 3. Tambahkan 2 tetes suspense darah ke dalam setiap tabung dan kocok dengan membalik- balikkan tabung perlahan. Diamkan selama 1 jam. 4. Perhatikan dan catatlah derajat hemolisis pada tiap tabung. 5. Periksa di bawah mikroskop bentuk eritrosit pada tabung 3, 8 dan 10. 6. Tentukan pada konsentrasi NaCl berapakah yang isotonis dengan cairan tubuh manusia. INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN : 8 Semester Pendek 2014 PERCOBAAN 2 : PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH TUJUAN : Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan golongan darah dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan. PRINSIP DASAR : antigen spesifik + antibodi yang sesuai reaksi aglutinasi (menggumpal) TEORI PRAKTIKUM : Golongan darah adalah pengklasifikasian darah berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen spesifik pada permukaan membran eritrosit. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut. Sistem penggolongan darah yang paling banyak dikenal adalah sistem ABO dan sistem penggolongan darah Rhesus. Dalam proses transfusi darah harus benar-benar memperhatikan golongan darah karena ketidakcocokkan golongan darah si penerima dengan si pendonor dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian bagi si penerima. Pembagian golongan darah sistem ABO berdasarkan ada/tidaknya antigen A dan B yang terdapat pada membran eritrosit. Sedangkan sistem rhesus berdasarkan adanya antigen rhesus (antigen D). Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel 1. Penggolongan golongan darah sistem ABO Antigen membran eritrosit A B A dan B Tidak ada antigen Antibodi pada serum Anti – B Anti – A Anti-A dan Anti-B Golongan darah A B AB O Tabel 2. Penggolongan golongan darah sistem rhesus Antigen membran eritrosit Rhesus Tidak ada antigen Antibodi pada serum Tidak ada antibodi Anti –rhesus 9 Golongan darah Rhesus (+) Rhesus (-) Semester Pendek 2014 Alat dan bahan : 1. Serum berisi anti-A, serum berisi anti-B dan serum berisi anti-D Cara Kerja : 1. Teteskan serum yang berisi antibodi ke masing-masing tempat yang sesuia 2. Teteskan darah yang akan diperiksa 3. Perhatikan apakah terjadi aglutinasi Hasil pemeriksaan : Interpretasi dan Kesimpulan : 10 Semester Pendek 2014 PERCOBAAN 3 : PENGUKURAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH TUJUAN : Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan. PRINSIP DASAR : darah + larutan HCL 0,1 N akan terbentuk hematin asam yang berwarna coklat tua. warna tersebut di tambahkan aquadest, hingga warnaya sama dengan warna pada batang standar. TEORI PRAKTIKUM : Hemoglobin (Hb) adalah protein di dalam eritrosit yang berfungsi mengikat oksigen. Bila hemoglobin lebih rendah dari nilai normal maka disebut anemia. Apabila nilai hemoglobin lebih tinggi dari nilai normal maka disebut polisitemia. Banyak kondisi yang dapat menyebabkan anemia di antaranya : - Perdarahan akut / kronis - Pemecahan eritrosit yang abnormal seperti pada thalasemia, malaria, dll - Gangguan produksi eritrosit : defisiensi zat gizi (seperti besi, asam folat), infeksi kronik, infiltrasi sel ganas, kelainan endokrin, gagal ginjal kronik, anemia sederoblastik, efek samping obat, dll. Untuk mengetahui penyebab anemia perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan yaitu serum iron, feritin, TIBC, gambaran darah tepi, dan elektroforesa Hb. Pemeriksaan tersebut dilakukan secara bertahap sesuai indikasi. Nilai Normal : Laki – laki = 14 – 18 g/dL Perempuan = 12 – 16 g/dL CARA KERJA : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Isi tabung sahli dengan larutan HCL 0,1 N sampai angka 2 g % Hisaplah darah dengan pipet sahli sampai tepat pada tanda 20 uL/ 0,02 ml Bersihkan bagian luar pipet dengan kapas/tissue kering Tiup darah dari pipet ke dalam larutan HCL 0,1 N dalam tabung sahli Bilas pipet sahli beberapa kali dengan larutan HCL dalam tabung sahli (hisap dan tiup beberapa kali) Biarkan 10 menit untuk terbentuknya hematin asam yang sempurna 11 Semester Pendek 2014 7. 8. 9. Encerkan larutan hematin asam dengan aquadest tetes demi tetes sambil di aduk sampai warna larutan sama dengan warna batang standart Baca meniskus larutan pada tabung sahli (g% atau g/dl) Ketelitian dengan cara kolorimetrik visual dilaporkan dengan skala ½ g/dl, sehinggan laporannya menjadi 11, 11 ½ , 12, 12 ½ , dan seterusnya. Jangan melaporkan dalam bentuk angka desimal seperti 10,6 15,5 dan seterusnya HASIL PEMERIKSAAN : OP laki-laki : OP perempuan : ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI : 12 Semester Pendek 2014 PERCOBAAN 4 : PENETAPAN KADAR HEMATOKTRIT DARAH TUJUAN : Menetapkan kadar hematokrit dan menganalisis hasilnya PRINSIP DASAR : darah merupakan suspensi yang terdiri dari zat terlarut dan pelarut. Apabila dilakukan sentrifuge, komponen darah dapat terpisah, menjadi zat terlarut (padat) dan pelarut (plasma). Hemtokrit adalah perbandingan antara volume eritrosit (bagian zat terlarut/padat) dengan total volume darah seluruhnya. TEORI PRAKTIKUM : Nilai Normal : Laki – laki = 47% ± 7 g/dL Perempuan = 42% ± 5 g/dL Peningkatan nilai hematokrit dinamakan hemokonsentrasi, bisa diakibatkan oleh berkurangnya volume plasma, misalnya terjadi pada kasus dehidrasi, demam berdarah dengue, dll. Penurunan nilai hematokrit disebut hemodilusi, dapat ditemukan normal pada ibu hamil setelah trimester 2. CARA KERJA : 1. Isilah tabung mikrokapiler yang khusus dengan darah hingga ¾ bagian 2. Tutuplah kedua ujungnya dengan bahan penutup khusus 3. Masukkan tabung kapiler tersebut ke dalam sentrifuge khusus dengan kecepatan 16.000 rpm selama 3 – 5 menit 4. Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan grafik atau alat khusus 5. Nilai hematokrit : volume eritrosit (merah) dibandingkan dengan volume total HASIL PEMERIKSAAN : ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI : 13 Semester Pendek 2014 PERCOBAAN 5 : PENETAPAN INDEKS RATA-RATA ERITROSIT Indeks eritrosit rata-rata adalah perhitungan yang menentukan besarnya volume eritrosit dan konsentrasi hemoglobin dalam setiap sel. Volume eritrosit menggambarkan ukuran eritrosit, sementara konsentrasi hemoglobin sebanding dengan warna eritrosit. Klasifikasi anemia berdasarkan indeks eritrosit akan membantu menunjukkan etiologi anemia itu sendiri. Ada 3 perhitungan indeks eritrosit, yaitu Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC). 1. Mean Corpuscular Volume (MCV) Volume rata- rata eritrosit menunjukkan ukuran eritrosit (normositik, mikrositik dan makrositik. Digunakan sebagai klasifikasi anemia berdasarkan morfologi. MCV = Nilai normal : 80 – 100 fl (femtoliter) pada dewasa atau 76 – 86 femtoliter (anak < 1 tahun). Hal ini berarti ukuran eritrosit normal (normositik) Abnormal : mikrositik < (80-100 fl) < makrositik 2. ℎ𝑒𝑚𝑎𝑡𝑜𝑘𝑟𝑖𝑡 (%) 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 (𝑗𝑢𝑡𝑎) X 10 femtoliter /(μm3) / 10-15 L Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) Menunjukkan kadar hemoglobin dalam satu sel eritrosit sehingga menggambarkan warna eritrosit. Dipakai untuk melihat derajat beratnya anemia. MCH = ℎ𝑒𝑚𝑜𝑔𝑙𝑜𝑏𝑖𝑛 (𝑔/𝑑𝐿) 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 (𝑗𝑢𝑡𝑎) X 10 Nilai normal : 27 – 32 pikogram (pg) pada dewasa atau 23 – 31 pg (anak). Hal ini berarti warna eritrosit normal (normokrom); krom = warna Abnormal : hipokrom < 27 pg 3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) Menunjukkan perbandingan rata – rata kadar hemoglobin dengan volume eritrosit. Digunakan untuk memantau terapi anemia ℎ𝑒𝑚𝑜𝑔𝑙𝑜𝑏𝑖𝑛 (𝑔/𝑑𝐿) MCHC = Nilai normal = 32-36 g/dL ℎ𝑒𝑚𝑎𝑡𝑜𝑘𝑟𝑖𝑡 (%) x 100 14 Semester Pendek 2014 Berdasarkan indeks rata-rata eritrosit, anemia diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : Klasifikasi anemia 1. Mikrositik Nilai MCV Menurun 2. Normositik Normal 3. Makrositik Meningkat Penyebab yang mungkin : Defisiensi besi Thalassemia Anemia aplastik Anemia pada penyakit kronik Penyakit ginjal kronik Anemia hemolitik Spherositosis Defisiensi asam folat Defisiensi vitamin B12 15