DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229, Telp. (024) 8508007 PENGAJUAN PROPOSAL SKRIPSI Nama : Anky Octorindha Atmaja NIM : 6250407058 Program Studi : Ilmu Keolahragaan, S1 Cabang Ilmu : Tes dan Pengukuran I. Judul Skripsi STUDI EKSPLORATIF MODEL ALAT PENGUKUR KESEGARAN JASMANI PADA IBU – IBU PKK DESA KARANGJATI KEC. BERGAS KAB. SEMARANG USIA 35 – 40 TAHUN. II. Latar Belakang Kemajuan zaman modern, ilmu pengetahuan, dan teknologi menuntut manusia agar selalu dalam kondisi prima. Kesehatan dan kesegaran jasmani adalah modal dasar seseorang tercapainya kondisi tersebut. Untuk menjalankan segala aktifitas dan kewajiban manusia sebagai seorang warga negara yang harus ikut andil dalam pembangunan , manusia tidak cukup dengan berstatus “sehat”, namun lebih dari itu manusia harus sehat dan bugar baik jasmani and rohani. Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Untuk dapat mencapai kondisi kesegaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan komponen kesegaran jasmani dengan metode latihan yang benar. Olahraga merupakan salah satu sarana yang tepat untuk menjaga tubuh agar tetap sehat dan bugar. Sebagian masyarakat di Indonesia sebenarnya sudah sadar akan arti pentingnya olahraga, akan tetapi hampir semuanya tidak mengetahui cara mengukur tingkat kesegaran jasmaninya. Alat ukur kesegaran jasmani yang sudah sering digunakan adalah instrument MFT (Multistage Fitness Test). Beberapa instansi sudah sering menggunakannya untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani anggotanya. Namun, tes tersebut sering kali mendapatkan hasil yang kurang memuaskan. Penelitian yang penah dilakukan pada karyawan Pemda dan mahasiswa FIK – UNNES hasilnya sangat mengejutkan, tidak ada yang mencapai tingkatan baik. Bahkan pada mahasiswa FIK, yang notabene masyarakat olahraga, 85% diantaranya berstatus kurang sampai kurang sekali. Hasil uji semacam itu menimbulkan pertanyaan yang mendasar, apakah memang umumnya masyarakat Indonesia berkesegaran jasmani kurang?, atau memang instrument MFT sudah memenuhi validitas yang baik untuk masyarakat Indonesia? ataukah perlu dirancang instrument baru yang cocok menurut kriteria tertentu, misalnya kelompok usia dan jenis kelamin dan kondisi fisik masyarakat Indonesia?. Dari uraian diatas, peneliti sangat tertarik untuk merancang instrument alat ukur kesegaran jasmani sebagai pengembangan MFT. Dengan judul “Studi Eksploratif Model Alat Ukur Kesegaran Jasmani pada Ibu PKK Desa Karangjati Kec. Bergas Kab. Semarang Usia 35-40 Tahun”. Penelitian ini bermaksud merancang model tes kesegaran bagi golongan wanita usia 35-40 tahun dan mengembangkan instrument MFT yang sudah ada, sebagai berikut : 2.1 Gerakan lari bolak – balik untuk manusia dewasa dan manula, merupakan gerakan yang tergolong berat, yang dapat menimbulkan tekanan psychis. Sehingga pada rancangan ini, gerak lari akan diganti dengan gerakan “Jalan”. 2.2 Gerakan shuttle pada MFT yang berupa arah balikan tetap, menimbulkan kebosanan bagi testi. Dampaknya akan menurunkan motvasi pada saat pelaksanaan. Sehingga pada penelitian ini, arah balikan akan dirancang dengan model lain. III. Rumusan Masalah Permasalahan yang ditemukan oleh penulis adalah bahwa penerapan MFT untuk orang dewasa dan usia lanjut, tuntutannya terlalu tinggi. Akibatnya ketika diterapkan hasilnya kurang baik, bahkan cenderung rendah. Untuk itu, diperlukan model alat ukur tingkat kesegaran jasmani yang cocok untuk dengan kondisi masyarakat Indonesia. Dalam penelitian ini dikhususkan pada ibu – ibu usia 35 – 40 tahun. Karena alat ukur yang sudah ada dipandang tidak dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut. IV. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah menganalisa model alat ukur kesegaran jasmani yang merupakan pengembangan dari MFT dalam rangka menciptakan alat ukur kesegaran jasmani yang sesuai dengan kondisi ibu – ibu usia 35 – 40 tahun. V. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 5.1. Membantu menemukan kelebihan dan kekurangan model alat ukur pengembangan MFT untuk mendapatkan alat ukur kesegaran jasmani yang sesuai dengan kondisi masyarakat dan sesuai kebutuhan. 5.2. Bagi instansi terkait, ketika alat ukur ini teruji validitas, reliabilitas, dan obyektifitasnya, maka dapat menambah jumlah alat ukur yang ada. 5.3. Bagi peneliti, menemukan solusi terkait dengan kendala yang ada dilapangan, ketika melaksanakan tes kesegaran jasmani. VI. Landasan Teori 6.1. Teori kebutuhan Dasar Manusia Men sana in corpore sano, dengan sangat jelas peribahasa dalam bahasa latin ini menerangkan bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Pengaruh kesehatan dalam hidup manusia sangat penting. Tubuh yang sehat akan menimbulkan aliran pikiran yang positif. Demikian pula yang diungkapkaan oleh Abraham Maslow dalam Teori Hierarki kebutuhan dasar manusia. Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 6.1.1. Kebutuhan fisiologis Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, antara lain pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan (minuman), nutrisi (makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh, dan seksual. 6.1.2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis. a. Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup seperti penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan dan sebagainya. b. Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali, karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain dan sebagainya 6.1.3. Kebutuhan rasa cinta Kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan, persahabatan, mendapat tempat dalam keluarga, kelompok sosial, dan sebagainya. 6.1.4. Kebutuhan akan harga diri Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini terkait, dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain. 6.1.5. Kebutuhan aktualiasasi diri Kebutuhan aktualiasasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa unsur – unsur mengenai kesehatan dan fisiologisnya merupakan dasar dari kebutuhan kehidupan manusia. Oleh sebab itu, kesehatan merupakan hal pokok yang harus dijaga manusia guna memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Sehingga tercapai keseimbangan antara jasmani dan rohani. 6.2. Kesegaran Jasmani 6.2.1. Pengertian Kesegaran jasmani Secara umum kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari – hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga untuk melakukan aktifitas lainnya. Menurut para ahli, terdapat beberapa pengertian dan definisi kesegaran jasmani, diantaranya : 1. Prof. Soedjatmo Soemowardoyo menyatakan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi alat tubuhnya dalam batas fisologi terhadap lingkungan (ketinggian, kelembapan suhu, dan sebagainya) danatau kerja fisik dengan yang cukup efisien tanpa lelah secara berlebihan. 2. Prof. Sutarman menyatakan bahwa kesegaran jasmani adalah suatu aspek, yaitu aspek fisik dan kebugaran yang menyeluruh (total fitness) yang member kesanggupan kepada seseorang untuk menjalankan hidup yang produktif dan dapat menyesuaikan diri pada tiap pembebanan fisik (physical stress) yang layak. 3. Sadoso Sumosardjuno (1989 : 9) mendefinisikan Kesegaran Jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, serta masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan mendadak. dengan kata lain Kesegaran jasmani dapat pula didefinisikan sebagai kemampuan untuk menunaikan tugas dengan baik walaupun dalam keadaan sukar, dimana orang yang kesegaran jasmaninya kurang, tidak akan dapat melakukannya. 4. Sumosardjuno dan Giri Widjojo menyatakan kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi alat-alat tubuh dalam batas fisiologi terhadap keadaan lingkungan atau kerja fisik secara efisien tanpa lelah berlebihan. Secara singkat dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa orang melakukan aktifitas yang berkaitan dengan olahraga, dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani dan menjaga tubuhnya agar tetap bugar. Akan tetapi, masyarakat di Indonesia sebagian besar belum mengerti tolok ukur tingkat kesegaran jasmani mereka, sehingga mereka tidak dapat mengkategorikan dalam tingkatan bagaimana kesegaran jasmani mereka. Sehingga diperlukan sebuah model alat ukur kesegaran jasmani yang cocok untuk masyarakat di Indonesia sehingga akan mempermudah mengetahui sejauh mana kebugaran tubuh yang secara tidak langsung akan menambah motivasi untuk lebih sadar terhadap arti penting kesehatan. 6.3. Pengembangan MFT Tes multistage merupakan tes yang dilakukan dilapangan, sederhana namun menghasilkan suatu perkiraan yang cukup akurat untuk mengukur kesegaran jasmani dan konsumsi oksigen manusia. Dalam Penelitian ini, karena bermaksud merancang model tes kesegaran bagi golongan wanita usia 35-40 tahun dan mengembangkan instrument MFT yang sudah ada, sebagai berikut : 6.3.1 Gerakan lari bolak – balik untuk manusia dewasa dan manula, merupakan gerakan yang tergolong berat, yang dapat menimbulkan tekanan psychis. Sehingga pada rancangan ini, gerak lari akan diganti dengan gerakan “Jalan”. 6.3.2 Gerakan shuttle pada MFT yang berupa arah balikan tetap, menimbulkan kebosanan bagi testi. Dampaknya akan menurunkan motvasi pada saat pelaksanaan. Sehingga pada penelitian ini, arah balikan akan dirancang dengan model lain. 6.3. Kerangka Berfikir Dengan tes yang dilakukan dari pengembangan tes MFT, yaitu dengan mengubah gerakan lari menjadi gerakan jalan, dan lintasan yang bolak – balik menjadi lintasan berbentuk angka 8, maka akan menjadi mudah dilakukan dengan baik oleh ibu – ibu. Secara fisik mereka tidak perlu melakukan aktifitas yang menguras banyak tenaga. Selain itu motivasi untuk melakukan tes juga meningkat karena dengan bentuk lintasan yang unik tidak akan membuat testi merasa bosan secara psychis. VII. Metodologi Penelitian 8.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002: 108). Populasi adalah seluruh individu yang dimaksud untuk diselidiki. Populasi dibatasi sejumlah individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama (Sutrisno Hadi, 1998: 220). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah ibu – ibu PKK Desa Karangjati. 8.2 Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2002: 109). Dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling kelompok (cluster sampling), yaitu ibu – ibu PKK Desa Karangjati yang berusia 35 – 40 tahun. 8.3 Variabel Penelitian Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi obyek dari suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998: 87). Dalam penelitian ini yang diteliti adalah dua variabel, yaitu: 8.3.1 Variabel Bebas (X) Variable bebas dari penelitian ini adalah model alat ukur kesegaran jasmani yang merupakan pengembangan dari tes multistage 8.3.2 Variabel Terikat (Y) Variabel terikat dari penelitian ini adalah hasil kesegaran jasmani ibu – ibu PKK Desa Karangjati Usia 35 – 40 tahun. 8.4 Langkah – langkah penelitian 8.4.1. Konsep awal Tes Kesegaran Jasmani, yang dimaksud dengan konsep awal adalah rancangan pengembangan MFT 8.4.2. Uji coba lapangan I, yaitu pencobaan rancangan yang sudah ada pada testi. 8.4.3. Analisa kelebihan dan kekurangan, dari rancangan model tersebut akan ditemukan kelebihan dan kekurangannya. Hal itu akan digunakan untuk revisi dan perbaikan. 8.4.4. Revisi konsep kesegaran jasmani. 8.4.5. Uji coba lapangan 2, setelah ada revisi model alat ukur jasmani. 8.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data tingkat kesegaran jasmani dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes yang merupakan pengembangan dari tes multistage yaitu dengan langkah sebagai berikut : 1. Testi diberikan pengarahan tentang tes yang akan dilakukan. 2. Testi secara bergantian melakukan gerakan jalan dengan lintasan angka 8. 3. Total panjang lintasan adalah 40m dengan titik temu di tengah. 4. Testi harus menempuh lintasan dan kembali ke titik temu pada bunyi “tut” yang telah disiapkan dan diputarkan peneliti dalam sebuah kaset. 5. Testi melakukan gerakan terus – menerus hingga level yang mampu di capai. gambar lintasan model alat ukur Keliling lingkaran 20m Titik start dan titik temu bunyi “tut” DAFTAR PUSTAKA Ismaryati, 2008, Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta : LPP UNS dan UNS Press Suharsimi Arikunto, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. ……………………, 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Sutrisno Hadi, 1988. Statistik Jilid II. Yogyakarta : Andi Offset ……………………. , 2004. Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta : Andi Offset. http://shinobuwulanqueeny.blogspot.com/2010/04/cara-pengambilan-sampelpenelitian.html http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/09/kesegaran-jasmani-pengertianfungsi.html http://ws-or.blogspot.com/2011/04/aktivitas-kebugaran-jasmani_08.html http://www.scribd.com/doc/22056994/kebugaran-jasmani