LAPORAN KHUSUS Jakarta Antimicrobial Update (JADE) 2011 Bertempat di Hotel Shangrila, 15-17 April 2011, dilangsungkan Jakarta Antimicrobial Update (JADE) 2011 dengan tema “Infectious Diseases: New Challenges, New Solutions”. Acara ini diikuti oleh lebih dari 1200 peserta dokter umum, dokter spesialis, ataupun mahasiswa. Berikut laporan singkat seputar workshop dan simposium JADE 2011. Workshop JADE 2011 JADE 2011 diawali dengan workshop pada tanggal 15 April 2011. Salah satunya adalah workshop Sepsis, dengan pembicara dr. Khie Chen, SpPD, KPTI. Beberapa hal penting pada workshop tersebut: • Sepsis merupakan sindrom klinis yang dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti pneumonia, luka yang terinfeksi, dan infeksi intra-abdomen, melibatkan multi-organ, dan responsnya berlangsung sistemik. • Proses inflamasi pada sepsis merupakan respons terhadap infeksi yang bertujuan untuk mengeliminasi patogen yang terlibat. Dalam proses inflamasi, dikenal istilah “homeostasis balance”, yaitu keseimbangan antara inflamasi dan yang menghentikan inflamasi tersebut. 394 • Terdapat dua bentuk respons pejamu terhadap sepsis: - pada keadaan compensated, responsnya berupa takikardia, takipnea, demam, leukositosis, trombositosis, hiperglikemia, peningkatan reaktan fase akut (CRP, prokalsitonin, LDH, albumin) - pada keadaan decompensated (multiple organ dysfunction/failure), responsnya meliputi penurunan kesadaran, hipotermia, hipotensi, syok, penurunan PaO2, peningkatan kreatinin serum, oliguria, anemia, leukopenia, trombositopenia, dan koagulopati. • Dikenal pula istilah severe sepsis, yaitu sepsis ditambah dengan keterlibatan minimal dua organ. • Konsep umum penatalaksanaan sepsis mencakup: - eliminasi sumber infeksi - terapi anti-mikrobial - terapi suportif - modifikasi respons imun. • Pemilihan antibiotik dilakukan berdasarkan patogennya, lokasi infeksinya, infeksinya didapat dari masyarakat atau dari rumah sakit, apakah ada faktor risiko yang lain, dan kepekaan bakteri penyebab infeksi (apakah resisten atau sensitif). Bila infeksinya dari masyarakat dan bakterinya masih sensitif, antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriaxone. Bila infeksinya didapat dari rumah sakit dan ada kemungkinan bakterinya resisten, antibiotik spektrum luas menjadi pilihan utama, seperti golongan carbapenem. Namun, bila berisiko terinfeksi Pseudomonas, dapat dikombinasikan dengan cefepime, ceftazidime, aminoglycoside atau quinolone. Bila dicurigai ada keterlibatan MRSA, dikombinasikan dengan tygecycline, vancomycin atau linezolid. Ditambahkan pula pada pemberian antibiotik, dianjurkan untuk dilakukan deeskalasi. Simposium JADE 2011 Seusai workshop, acara dilanjutkan dengan simposium pada hari kedua dan ketiga (16-17 April 2011). Beberapa topik pilihan: Facing Multiple Drug Resistance Pathogen: What Strategy Should We Do? - Dr. dr. Suhendro, SpPD, KPTI • Multi-Drug Resistant Organism (MDRO) merupakan organisme yang resisten terhadap satu antibiotik atau lebih. CD K 1 8 6 / V o l . 3 8 n o . 5 / J u l i- Ag u s t u s 2 0 1 1 LAPORAN KHUSUS • MDRO yang sering dijumpai adalah MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus aureus), VRE (Vancomycin Resistant Enterococcus), dan ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase). • Infeksi yang disebabkan oleh MDRO menyebabkan rawat inap menjadi lebih lama, biaya rumah sakit lebih tinggi, serta peningkatan mortalitas dan morbiditas. • Strategi yang dapat dipakai, antara lain, adalah dengan mengendalikan penggunaan antibiotik, menggunakan data mikrobiologik setempat, mengobati infeksinya (bukan mengobati kolonisasi), tahu kapan harus menggunakan vancomycin, dan tahu kapan pemberian antibiotik harus dihentikan. • Pada penelitian dr. Fauzi di RSCM tahun 2010, terapi empiris tercatat sebesar 78,3%, terapi definitif sebesar 15,1%, dan terapi profilaktik sebesar 6,6%. • Untuk memberikan terapi empiris, hal-hal yang menjadi pertimbangan adalah patogen yang mungkin menjadi penyebab, distribusi patogen setempat, pola resistensi, dan faktor risiko resistensi. • Pemberian antibiotik dimulai secara empiris sambil menunggu hasil kultur; setelah hasil kultur keluar, dilakukan deeskalasi sampai antibiotik dihentikan. Microbial and Susceptibility Pattern of Gram Negative Infections - dr. Budiman Bela, Sp MK • Di Amerika Serikat, sekitar 30% infeksi didapat dari rumah sakit. • Bakteri Gram negatif yang sering menyebabkan infeksi adalah Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter baumanii, dan Enterobacteriaceae penghasil ESBL atau karbapenemase. • Pola isolat di RS Siloam (2009): Acinetobacter baumanii (12%), Escherichia coli (12%), Klebsiella pneumoniae (12%), dan Pseudomonas aeruginosa (22%). • Di Indonesia, bakteri Gram negatif (yang sering menjadi penyebab infeksi terkait rumah sakit) cenderung resisten terhadap antibiotik yang digunakan. • Colistin - antibiotik yang sudah lama dipakai, tetapi sulit ditemukan di Indonesia - dapat menjadi solusi atas masalah peningkatan kasus infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif yang resisten terhadap banyak antibiotik. C DK 1 8 6 / Vo l . 38 no. 5/Jul i -A g us tus 2011 Treatment of Severe Gram Negative Infections - Dr. dr. Suhendro, SpPD, KPTI • Antibiotik diberikan pada jam-jam pertama untuk kasus severe sepsis (level of evidence -ID) dan kasus syok septik (IB). • Antibiotik yang diberikan adalah antibiotik broad spectrum (IB). • Pertimbangkan kombinasi antibiotik bila ditemukan Pseudomonas aeruginosa (2D) atau pada terapi empiris untuk kasus demam neutropenik (2D). Treatment of Acinetobacter baumanii Infection: Place of Imipenemʼs Role - dr. Ceva W. Pitoyo, KP • Acinetobacter baumanii merupakan bakteri Gram negatif yang sering berperan dalam infeksi nosokomial. • Bakteri ini juga berbahaya dan berpotensi untuk menjadi resisten terhadap banyak antibiotik. • Acinetobacter baumanii dapat ditemukan di daerah tubuh yang lembap, seperti di aksila, lipat paha, sela-sela jari kaki; pada sekitar 43% kasus, juga ditemukan kolonisasi pada orang dewasa. • Bakteri ini masuk dalam daftar bakteri berbahaya dan jumlahnya meningkat di ICU. • Mekanisme terjadinya resistensi yaitu ekspresi efflux pump yang berlebihan atau menghasilkan enzim beta-lactamase (termasuk ESBL dan metallo beta-lactamase). • Terapi yang direkomendasikan pada infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif MDR (multi-drug resistant), termasuk Acinetobacter baumanii, adalah sebagai berikut: - A. baumanii penghasil ESBL: imipenem 500 mg IV tiap 6 jam atau meropenem 1-2 g IV tiap 8 jam atau doripenem 500 mg tiap 8 jam dengan infus selama 1-4 jam - Carbapenem resistant P. aeruginosa dan A. baumanii: colistin 2,5-5 mg/kg/ hari dibagi dalam 2-4 dosis atau tigecycline dosis muat 100 mg IV, kemudian 50 mg IV tiap 12 jam. Untuk A. baumanii, dapat diberikan ampicillin sulbactam dengan dosis sulbactam sampai dengan 6 g/hari. Optimizing the Pharmacokinetics and Pharmacodynamics of Carbapenem in Severe Infections - dr. Khie Chen, SpPD, KPTI • Optimalisasi penggunaan antibiotik merupakan upaya untuk meningkatkan efektivitas antibiotik yang digunakan dan mencegah terjadinya resistensi kuman. Terdapat 2 aspek dalam optimalisasi peng• gunaan antibiotik yaitu appropriate (sesuai patogen penyebab) dan adequate (dosis dan cara pemberian yang adekuat). • Salah satu upaya optimalisasi adalah dengan memanfaatkan aspek farmakokinetik dan farmakodinamik untuk mencapai daya bunuh mikroba yang optimal. Parameter farmakokinetik adalah Cmaks, • Cmin, waktu paruh, volume distribusi, AUC, dan ikatan protein. Parameter farmakodinamik adalah kemampuan antibiotik membunuh mikroba bergantung waktu (time-dependent) atau konsentrasi (concentration-dependent). • Parameter farmakodinamik yang digunakan pada antibiotik adalah yang bersifat timedependent atau concentration-dependent. • Antibiotik golongan beta-lactam (seperti carbapenem) tergolong antibiotik timedependent yang memerlukan cakupan 40% di atas MIC untuk mencapai hasil optimal. • Untuk memperpanjang T>MIC, antibiotik diberikan secara extended infusion (pemberian antibiotik secara drip IV selama waktu tertentu misalnya 1-4 jam) dan continuous infusion (pemberian antibiotik secara drip IV selama 24 jam). • Doripenem merupakan carbapenem baru dengan spektrum luas terhadap bakteri Gram positif dan negatif. Dosis doripenem dapat diberikan sebesar 500 mg tiap 8 jam dan pada kondisi berat diberikan hingga 1 g tiap 8 jam. Pemberian secara extended infusion selama 4 jam dapat memperpanjang T>MIC hingga 49%. Role of Echinocandin in Systemic Candidiasis - dr. Gatot Ismanoe, SpPD, KPTI • Kandidiasis invasif diperkirakan terkait dengan 47% kematian. Keterlambatan terapi infeksi jamur me• nyebabkan mortalitas meningkat lebih dari 35%. • Anti-fungal Echinocandin memiliki aktivitas fungisidal yang poten terhadap kebanyakan spesies Candida. Anti-fungal ini dipertimbangkan pada pasien yang sebelumnya pernah mendapat anti-fungal golongan azole dan dengan sakit berat. 395 LAPORAN KHUSUS • Pada terapi kandidemia, anti-fungal golongan Echinocandin memiliki efikasi dan profil keamanan yang baik. • Micafungin, salah satu Echinocandin dengan aktivitas in vitro terhadap spesies Candida termasuk Candida non-albicans seperti Candida glabrata yang resisten terhadap antifungal sebelumnya seperti fluconazole. • Micafungin dan caspofungin mengalami metabolisme yang minimal di hati tetapi bukan merupakan substrat untuk enzim cytochrome P450. Ringkasan suatu review sistematik dan meta• analisis yaitu: - Fluconazole tidak direkomendasikan sebagai terapi empirik untuk infeksi berat - Efikasi caspofungin dan micafungin setara dengan amphotericin B - Echinocandin memiliki profil keamanan yang setara dengan azole - Echinocandin dapat dipertimbangkan sebagai terapi utama pada terapi empirik kandidiasis sistemik/invasif - Amphotericin B liposomal merupakan alternatif yang baik bila tidak ada kelainan fungsi organ • Golongan Echinocandin masuk dalam guideline IDSA 2009 untuk penatalaksanaan infeksi jamur sistemik sebagai terapi utama pasien dengan infeksi Candida dengan atau tanpa neutropenia. Management of Septic Shock; Empirical Antibiotic Treatment - dr. Khie Chen, SpPD, KPTI • Strateginya adalah dengan memberikan antibiotik inisial dengan spektrum luas sesuai patogen penyebab. • Bila infeksi terjadi pada pasien dengan risiko tinggi terinfeksi kuman yang resisten seperti Klebsiella pneumoniae dan Escherichia coli yang menghasilkan ESBL, Pseudomonas aeruginosa, atau Acinetobacter baumanii, pilihan antibiotiknya antara lain golongan carbapenem, piperacillin-tazobactam, cefepime, dan ceftazidime. • Pada kecurigaan infeksi Pseudomonas dan Acinetobacter, ditambahkan aminoglycoside (amikacin) atau fluoroquinolone (ciprofloxacin atau levofloxacin). • Dosis antibiotik diberikan seoptimal mungkin sesuai fungsi organ dan optimalisasi pemberian sesuai time-dependent atau concen- 396 tration-dependent. Durasi pemberian antibiotik sebaiknya sesingkat mungkin antara 7-14 hari. Management of Resistant Salmonella Infection - Prof. dr. Herdiman T. Pohan, SpPD, KPTI • Penelitian di Jakarta (1990-1994) melaporkan insidens demam tifoid yang resisten terhadap antibiotik sebesar 9,5% dan di Makasar (2007) melaporkan insidens sebesar 6,8%. • Mekanisme terjadinya resistensi masih belum jelas, diperkirakan karena berkurangnya efikasi terapi empirik, terbatasnya pilihan antibiotik setelah diagnosis ditegakkan, transmisi gen yang resisten secara horizontal, resisten terhadap cephalosporin spektrum luas karena ESBL. • Kasus-kasus resisten yang tidak ditangani dengan baik akan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas serta kemungkinan resistensi Salmonella terhadap antibiotik lain. • Antibiotik pilihan untuk demam tifoid yang ESBL meliputi aminoglycoside (jarang digunakan karena nefrotoksik dan ototoksik), carbapenem (harganya mahal), monobactam (terpilih karena toksisitas rendah dan costeffectiveness). Linezolid in MRSA treatment: What is the superiority? - Prof. dr. Herdiman T Pohan, SpPD, KPTI • Staphylococcus aureus yang resisten methicillin diperantarai oleh gen mecA yang berperan dalam perubahan PBP2a. • Beberapa antibiotik terpilih untuk terapi MRSA yaitu golongan glycopeptide (vancomycin dan teicoplanin) atau oxazolidindione (line- zolid). • Linezolid merupakan antibiotik dengan spektrum sempit untuk bakteri Gram positif termasuk MRSA. • Linezolid memiliki ikatan dengan protein yang rendah tetapi memiliki kadar yang tinggi di jaringan termasuk di paru dan jaringan lunak. • Dapat dilakukan step down therapy karena linezolid memiliki sediaan IV dan oral. • Linezolid dapat dipertimbangkan untuk indikasi VISA, VRSA, dan VRE di masa yang akan datang. • Diperkirakan 1 dari 2 wanita akan mengalami setidaknya 1 episode sistitis akut tanpa komplikasi selama hidupnya. • Sekitar 75-90% infeksi saluran kemih disebabkan oleh Escherichia coli. • Dengan meningkatnya resistensi Escherichia coli terhadap trimethoprim-sulfamethoxazole, antibiotik beta-lactam, fluoroquinolone, maka dilakukan penilaian ulang terhadap terapi empirik yang tepat untuk infeksi saluran kemih. • Terapi jangka pendek saat ini terpilih karena kepatuhan pasien meningkat, efek samping lebih sedikit, resistensi lebih jarang, dan biaya lebih sedikit. • Guideline IDSA dan EAU setuju bahwa tujuan terapi infeksi saluran kemih dengan antibiotik jangka pendek adalah menghilangnya gejala klinis, menurunkan kekambuhan, untuk profilaksis reinfeksi. • Fosfomycin trometamol merupakan antibiotik yang: - diindikasikan untuk sistitis dengan dosis tunggal - memiliki kadar bakterisidal di urin tinggi - termasuk kategori B untuk kehamilan sehingga menjadi pilihan pada bakteriuria asimtomatik dan infeksi saluran kemih pada ibu hamil - masuk guideline EAU sebagai terapi lini pertama pada sistitis akut tanpa komplikasi, infeksi saluran kemih berulang, bakteriuria asimtomatik, dan sistitis pada kehamilan - bekerja dengan menghambat enzim yang membentuk dinding bakteri, menghancurkan biofilm yang sudah matang, menghambat perlekatan bakteri - jarang menyebabkan resistensi karena dosisnya dosis tunggal, hanya untuk infeksi saluran kemih, dan tidak dijumpai resistensi silang. Modern Approaches in the Treatment of Uncomplicated UTI, Guidelines on Urological Infections EAU Updated 2010 - H. Gunawan Subrata, MD, PhD, MBA C D K 1 8 6 / V o l . 3 8 n o . 5 / J u l i- Ag u s t u s 2 0 1 1 LAPORAN KHUSUS • MDRO yang sering dijumpai adalah MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus aureus), VRE (Vancomycin Resistant Enterococcus), dan ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase). • Infeksi yang disebabkan oleh MDRO menyebabkan rawat inap menjadi lebih lama, biaya rumah sakit lebih tinggi, serta peningkatan mortalitas dan morbiditas. • Strategi yang dapat dipakai, antara lain, adalah dengan mengendalikan penggunaan antibiotik, menggunakan data mikrobiologik setempat, mengobati infeksinya (bukan mengobati kolonisasi), tahu kapan harus menggunakan vancomycin, dan tahu kapan pemberian antibiotik harus dihentikan. • Pada penelitian dr. Fauzi di RSCM tahun 2010, terapi empiris tercatat sebesar 78,3%, terapi definitif sebesar 15,1%, dan terapi profilaktik sebesar 6,6%. • Untuk memberikan terapi empiris, hal-hal yang menjadi pertimbangan adalah patogen yang mungkin menjadi penyebab, distribusi patogen setempat, pola resistensi, dan faktor risiko resistensi. • Pemberian antibiotik dimulai secara empiris sambil menunggu hasil kultur; setelah hasil kultur keluar, dilakukan deeskalasi sampai antibiotik dihentikan. Microbial and Susceptibility Pattern of Gram Negative Infections - dr. Budiman Bela, Sp MK • Di Amerika Serikat, sekitar 30% infeksi didapat dari rumah sakit. • Bakteri Gram negatif yang sering menyebabkan infeksi adalah Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter baumanii, dan Enterobacteriaceae penghasil ESBL atau karbapenemase. • Pola isolat di RS Siloam (2009): Acinetobacter baumanii (12%), Escherichia coli (12%), Klebsiella pneumoniae (12%), dan Pseudomonas aeruginosa (22%). • Di Indonesia, bakteri Gram negatif (yang sering menjadi penyebab infeksi terkait rumah sakit) cenderung resisten terhadap antibiotik yang digunakan. • Colistin - antibiotik yang sudah lama dipakai, tetapi sulit ditemukan di Indonesia - dapat menjadi solusi atas masalah peningkatan kasus infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif yang resisten terhadap banyak antibiotik. C DK 1 8 6 / Vo l . 38 no. 5/Jul i -A g us tus 2011 Treatment of Severe Gram Negative Infections - Dr. dr. Suhendro, SpPD, KPTI • Antibiotik diberikan pada jam-jam pertama untuk kasus severe sepsis (level of evidence -ID) dan kasus syok septik (IB). • Antibiotik yang diberikan adalah antibiotik broad spectrum (IB). • Pertimbangkan kombinasi antibiotik bila ditemukan Pseudomonas aeruginosa (2D) atau pada terapi empiris untuk kasus demam neutropenik (2D). Treatment of Acinetobacter baumanii Infection: Place of Imipenemʼs Role - dr. Ceva W. Pitoyo, KP • Acinetobacter baumanii merupakan bakteri Gram negatif yang sering berperan dalam infeksi nosokomial. • Bakteri ini juga berbahaya dan berpotensi untuk menjadi resisten terhadap banyak antibiotik. • Acinetobacter baumanii dapat ditemukan di daerah tubuh yang lembap, seperti di aksila, lipat paha, sela-sela jari kaki; pada sekitar 43% kasus, juga ditemukan kolonisasi pada orang dewasa. • Bakteri ini masuk dalam daftar bakteri berbahaya dan jumlahnya meningkat di ICU. • Mekanisme terjadinya resistensi yaitu ekspresi efflux pump yang berlebihan atau menghasilkan enzim beta-lactamase (termasuk ESBL dan metallo beta-lactamase). • Terapi yang direkomendasikan pada infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif MDR (multi-drug resistant), termasuk Acinetobacter baumanii, adalah sebagai berikut: - A. baumanii penghasil ESBL: imipenem 500 mg IV tiap 6 jam atau meropenem 1-2 g IV tiap 8 jam atau doripenem 500 mg tiap 8 jam dengan infus selama 1-4 jam - Carbapenem resistant P. aeruginosa dan A. baumanii: colistin 2,5-5 mg/kg/ hari dibagi dalam 2-4 dosis atau tigecycline dosis muat 100 mg IV, kemudian 50 mg IV tiap 12 jam. Untuk A. baumanii, dapat diberikan ampicillin sulbactam dengan dosis sulbactam sampai dengan 6 g/hari. Optimizing the Pharmacokinetics and Pharmacodynamics of Carbapenem in Severe Infections - dr. Khie Chen, SpPD, KPTI • Optimalisasi penggunaan antibiotik merupakan upaya untuk meningkatkan efektivitas antibiotik yang digunakan dan mencegah terjadinya resistensi kuman. Terdapat 2 aspek dalam optimalisasi peng• gunaan antibiotik yaitu appropriate (sesuai patogen penyebab) dan adequate (dosis dan cara pemberian yang adekuat). • Salah satu upaya optimalisasi adalah dengan memanfaatkan aspek farmakokinetik dan farmakodinamik untuk mencapai daya bunuh mikroba yang optimal. Parameter farmakokinetik adalah Cmaks, • Cmin, waktu paruh, volume distribusi, AUC, dan ikatan protein. Parameter farmakodinamik adalah kemampuan antibiotik membunuh mikroba bergantung waktu (time-dependent) atau konsentrasi (concentration-dependent). • Parameter farmakodinamik yang digunakan pada antibiotik adalah yang bersifat timedependent atau concentration-dependent. • Antibiotik golongan beta-lactam (seperti carbapenem) tergolong antibiotik timedependent yang memerlukan cakupan 40% di atas MIC untuk mencapai hasil optimal. • Untuk memperpanjang T>MIC, antibiotik diberikan secara extended infusion (pemberian antibiotik secara drip IV selama waktu tertentu misalnya 1-4 jam) dan continuous infusion (pemberian antibiotik secara drip IV selama 24 jam). • Doripenem merupakan carbapenem baru dengan spektrum luas terhadap bakteri Gram positif dan negatif. Dosis doripenem dapat diberikan sebesar 500 mg tiap 8 jam dan pada kondisi berat diberikan hingga 1 g tiap 8 jam. Pemberian secara extended infusion selama 4 jam dapat memperpanjang T>MIC hingga 49%. Role of Echinocandin in Systemic Candidiasis - dr. Gatot Ismanoe, SpPD, KPTI • Kandidiasis invasif diperkirakan terkait dengan 47% kematian. Keterlambatan terapi infeksi jamur me• nyebabkan mortalitas meningkat lebih dari 35%. • Anti-fungal Echinocandin memiliki aktivitas fungisidal yang poten terhadap kebanyakan spesies Candida. Anti-fungal ini dipertimbangkan pada pasien yang sebelumnya pernah mendapat anti-fungal golongan azole dan dengan sakit berat. 395 LAPORAN KHUSUS • Pada terapi kandidemia, anti-fungal golongan Echinocandin memiliki efikasi dan profil keamanan yang baik. • Micafungin, salah satu Echinocandin dengan aktivitas in vitro terhadap spesies Candida termasuk Candida non-albicans seperti Candida glabrata yang resisten terhadap antifungal sebelumnya seperti fluconazole. • Micafungin dan caspofungin mengalami metabolisme yang minimal di hati tetapi bukan merupakan substrat untuk enzim cytochrome P450. Ringkasan suatu review sistematik dan meta• analisis yaitu: - Fluconazole tidak direkomendasikan sebagai terapi empirik untuk infeksi berat - Efikasi caspofungin dan micafungin setara dengan amphotericin B - Echinocandin memiliki profil keamanan yang setara dengan azole - Echinocandin dapat dipertimbangkan sebagai terapi utama pada terapi empirik kandidiasis sistemik/invasif - Amphotericin B liposomal merupakan alternatif yang baik bila tidak ada kelainan fungsi organ • Golongan Echinocandin masuk dalam guideline IDSA 2009 untuk penatalaksanaan infeksi jamur sistemik sebagai terapi utama pasien dengan infeksi Candida dengan atau tanpa neutropenia. Management of Septic Shock; Empirical Antibiotic Treatment - dr. Khie Chen, SpPD, KPTI • Strateginya adalah dengan memberikan antibiotik inisial dengan spektrum luas sesuai patogen penyebab. • Bila infeksi terjadi pada pasien dengan risiko tinggi terinfeksi kuman yang resisten seperti Klebsiella pneumoniae dan Escherichia coli yang menghasilkan ESBL, Pseudomonas aeruginosa, atau Acinetobacter baumanii, pilihan antibiotiknya antara lain golongan carbapenem, piperacillin-tazobactam, cefepime, dan ceftazidime. • Pada kecurigaan infeksi Pseudomonas dan Acinetobacter, ditambahkan aminoglycoside (amikacin) atau fluoroquinolone (ciprofloxacin atau levofloxacin). • Dosis antibiotik diberikan seoptimal mungkin sesuai fungsi organ dan optimalisasi pemberian sesuai time-dependent atau concen- 396 tration-dependent. Durasi pemberian antibiotik sebaiknya sesingkat mungkin antara 7-14 hari. Management of Resistant Salmonella Infection - Prof. dr. Herdiman T. Pohan, SpPD, KPTI • Penelitian di Jakarta (1990-1994) melaporkan insidens demam tifoid yang resisten terhadap antibiotik sebesar 9,5% dan di Makasar (2007) melaporkan insidens sebesar 6,8%. • Mekanisme terjadinya resistensi masih belum jelas, diperkirakan karena berkurangnya efikasi terapi empirik, terbatasnya pilihan antibiotik setelah diagnosis ditegakkan, transmisi gen yang resisten secara horizontal, resisten terhadap cephalosporin spektrum luas karena ESBL. • Kasus-kasus resisten yang tidak ditangani dengan baik akan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas serta kemungkinan resistensi Salmonella terhadap antibiotik lain. • Antibiotik pilihan untuk demam tifoid yang ESBL meliputi aminoglycoside (jarang digunakan karena nefrotoksik dan ototoksik), carbapenem (harganya mahal), monobactam (terpilih karena toksisitas rendah dan costeffectiveness). Linezolid in MRSA treatment: What is the superiority? - Prof. dr. Herdiman T Pohan, SpPD, KPTI • Staphylococcus aureus yang resisten methicillin diperantarai oleh gen mecA yang berperan dalam perubahan PBP2a. • Beberapa antibiotik terpilih untuk terapi MRSA yaitu golongan glycopeptide (vancomycin dan teicoplanin) atau oxazolidindione (line- zolid). • Linezolid merupakan antibiotik dengan spektrum sempit untuk bakteri Gram positif termasuk MRSA. • Linezolid memiliki ikatan dengan protein yang rendah tetapi memiliki kadar yang tinggi di jaringan termasuk di paru dan jaringan lunak. • Dapat dilakukan step down therapy karena linezolid memiliki sediaan IV dan oral. • Linezolid dapat dipertimbangkan untuk indikasi VISA, VRSA, dan VRE di masa yang akan datang. • Diperkirakan 1 dari 2 wanita akan mengalami setidaknya 1 episode sistitis akut tanpa komplikasi selama hidupnya. • Sekitar 75-90% infeksi saluran kemih disebabkan oleh Escherichia coli. • Dengan meningkatnya resistensi Escherichia coli terhadap trimethoprim-sulfamethoxazole, antibiotik beta-lactam, fluoroquinolone, maka dilakukan penilaian ulang terhadap terapi empirik yang tepat untuk infeksi saluran kemih. • Terapi jangka pendek saat ini terpilih karena kepatuhan pasien meningkat, efek samping lebih sedikit, resistensi lebih jarang, dan biaya lebih sedikit. • Guideline IDSA dan EAU setuju bahwa tujuan terapi infeksi saluran kemih dengan antibiotik jangka pendek adalah menghilangnya gejala klinis, menurunkan kekambuhan, untuk profilaksis reinfeksi. • Fosfomycin trometamol merupakan antibiotik yang: - diindikasikan untuk sistitis dengan dosis tunggal - memiliki kadar bakterisidal di urin tinggi - termasuk kategori B untuk kehamilan sehingga menjadi pilihan pada bakteriuria asimtomatik dan infeksi saluran kemih pada ibu hamil - masuk guideline EAU sebagai terapi lini pertama pada sistitis akut tanpa komplikasi, infeksi saluran kemih berulang, bakteriuria asimtomatik, dan sistitis pada kehamilan - bekerja dengan menghambat enzim yang membentuk dinding bakteri, menghancurkan biofilm yang sudah matang, menghambat perlekatan bakteri - jarang menyebabkan resistensi karena dosisnya dosis tunggal, hanya untuk infeksi saluran kemih, dan tidak dijumpai resistensi silang. Modern Approaches in the Treatment of Uncomplicated UTI, Guidelines on Urological Infections EAU Updated 2010 - H. Gunawan Subrata, MD, PhD, MBA C D K 1 8 6 / V o l . 3 8 n o . 5 / J u l i- Ag u s t u s 2 0 1 1