Jakarta Antimicrobial Update (JADE) 2011

advertisement
LAPORAN KHUSUS
Jakarta Antimicrobial Update (JADE) 2011
Bertempat di Hotel Shangrila, 15-17 April
2011, dilangsungkan Jakarta Antimicrobial
Update (JADE) 2011 dengan tema “Infectious
Diseases: New Challenges, New Solutions”.
Acara ini diikuti oleh lebih dari 1200 peserta
dokter umum, dokter spesialis, ataupun mahasiswa. Berikut laporan singkat seputar workshop dan simposium JADE 2011.
Workshop JADE 2011
JADE 2011 diawali dengan workshop pada
tanggal 15 April 2011. Salah satunya adalah
workshop Sepsis, dengan pembicara dr. Khie
Chen, SpPD, KPTI.
Beberapa hal penting pada workshop tersebut:
• Sepsis merupakan sindrom klinis yang dapat
disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti
pneumonia, luka yang terinfeksi, dan infeksi
intra-abdomen, melibatkan multi-organ, dan
responsnya berlangsung sistemik.
• Proses inflamasi pada sepsis merupakan respons terhadap infeksi yang bertujuan untuk
mengeliminasi patogen yang terlibat. Dalam
proses inflamasi, dikenal istilah “homeostasis
balance”, yaitu keseimbangan antara inflamasi dan yang menghentikan inflamasi tersebut.
394
• Terdapat dua bentuk respons pejamu terhadap sepsis:
- pada keadaan compensated, responsnya
berupa takikardia, takipnea, demam, leukositosis, trombositosis, hiperglikemia,
peningkatan reaktan fase akut (CRP, prokalsitonin, LDH, albumin)
- pada keadaan decompensated (multiple
organ dysfunction/failure), responsnya
meliputi penurunan kesadaran, hipotermia, hipotensi, syok, penurunan PaO2,
peningkatan kreatinin serum, oliguria,
anemia, leukopenia, trombositopenia, dan
koagulopati.
• Dikenal pula istilah severe sepsis, yaitu sepsis
ditambah dengan keterlibatan minimal dua
organ.
• Konsep umum penatalaksanaan sepsis mencakup:
- eliminasi sumber infeksi
- terapi anti-mikrobial
- terapi suportif
- modifikasi respons imun.
• Pemilihan antibiotik dilakukan berdasarkan
patogennya, lokasi infeksinya, infeksinya didapat dari masyarakat atau dari rumah sakit,
apakah ada faktor risiko yang lain, dan kepekaan bakteri penyebab infeksi (apakah
resisten atau sensitif). Bila infeksinya dari
masyarakat dan bakterinya masih sensitif,
antibiotik yang dapat diberikan adalah
ceftriaxone. Bila infeksinya didapat dari
rumah sakit dan ada kemungkinan bakterinya resisten, antibiotik spektrum luas menjadi
pilihan utama, seperti golongan carbapenem.
Namun, bila berisiko terinfeksi Pseudomonas, dapat dikombinasikan dengan cefepime,
ceftazidime, aminoglycoside atau quinolone.
Bila dicurigai ada keterlibatan MRSA, dikombinasikan dengan tygecycline, vancomycin atau linezolid. Ditambahkan pula
pada pemberian antibiotik, dianjurkan untuk
dilakukan deeskalasi.
Simposium JADE 2011
Seusai workshop, acara dilanjutkan dengan
simposium pada hari kedua dan ketiga (16-17
April 2011).
Beberapa topik pilihan:
Facing Multiple Drug Resistance Pathogen:
What Strategy Should We Do?
- Dr. dr. Suhendro, SpPD, KPTI
• Multi-Drug Resistant Organism (MDRO)
merupakan organisme yang resisten terhadap satu antibiotik atau lebih.
CD K 1 8 6 / V o l . 3 8 n o . 5 / J u l i- Ag u s t u s 2 0 1 1
LAPORAN KHUSUS
• MDRO yang sering dijumpai adalah MRSA
(Methicillin Resistant Staphylococcus aureus),
VRE (Vancomycin Resistant Enterococcus),
dan ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase).
• Infeksi yang disebabkan oleh MDRO menyebabkan rawat inap menjadi lebih lama,
biaya rumah sakit lebih tinggi, serta peningkatan mortalitas dan morbiditas.
• Strategi yang dapat dipakai, antara lain,
adalah dengan mengendalikan penggunaan antibiotik, menggunakan data mikrobiologik setempat, mengobati infeksinya
(bukan mengobati kolonisasi), tahu kapan
harus menggunakan vancomycin, dan tahu
kapan pemberian antibiotik harus dihentikan.
• Pada penelitian dr. Fauzi di RSCM tahun
2010, terapi empiris tercatat sebesar 78,3%,
terapi definitif sebesar 15,1%, dan terapi
profilaktik sebesar 6,6%.
• Untuk memberikan terapi empiris, hal-hal
yang menjadi pertimbangan adalah patogen yang mungkin menjadi penyebab, distribusi patogen setempat, pola resistensi, dan
faktor risiko resistensi.
• Pemberian antibiotik dimulai secara empiris
sambil menunggu hasil kultur; setelah hasil
kultur keluar, dilakukan deeskalasi sampai
antibiotik dihentikan.
Microbial and Susceptibility Pattern of
Gram Negative Infections
- dr. Budiman Bela, Sp MK
• Di Amerika Serikat, sekitar 30% infeksi didapat dari rumah sakit.
• Bakteri Gram negatif yang sering menyebabkan infeksi adalah Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter baumanii, dan Enterobacteriaceae penghasil ESBL atau karbapenemase.
• Pola isolat di RS Siloam (2009): Acinetobacter baumanii (12%), Escherichia coli
(12%), Klebsiella pneumoniae (12%), dan
Pseudomonas aeruginosa (22%).
• Di Indonesia, bakteri Gram negatif (yang
sering menjadi penyebab infeksi terkait rumah
sakit) cenderung resisten terhadap antibiotik yang digunakan.
• Colistin - antibiotik yang sudah lama dipakai,
tetapi sulit ditemukan di Indonesia - dapat
menjadi solusi atas masalah peningkatan
kasus infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Gram negatif yang resisten terhadap
banyak antibiotik.
C DK 1 8 6 / Vo l . 38 no. 5/Jul i -A g us tus 2011
Treatment of Severe Gram Negative
Infections - Dr. dr. Suhendro, SpPD, KPTI
• Antibiotik diberikan pada jam-jam pertama
untuk kasus severe sepsis (level of evidence
-ID) dan kasus syok septik (IB).
• Antibiotik yang diberikan adalah antibiotik
broad spectrum (IB).
• Pertimbangkan kombinasi antibiotik bila ditemukan Pseudomonas aeruginosa (2D)
atau pada terapi empiris untuk kasus demam
neutropenik (2D).
Treatment of Acinetobacter baumanii
Infection: Place of Imipenemʼs Role
- dr. Ceva W. Pitoyo, KP
• Acinetobacter baumanii merupakan bakteri
Gram negatif yang sering berperan dalam
infeksi nosokomial.
• Bakteri ini juga berbahaya dan berpotensi
untuk menjadi resisten terhadap banyak
antibiotik.
• Acinetobacter baumanii dapat ditemukan
di daerah tubuh yang lembap, seperti di
aksila, lipat paha, sela-sela jari kaki; pada
sekitar 43% kasus, juga ditemukan kolonisasi
pada orang dewasa.
• Bakteri ini masuk dalam daftar bakteri berbahaya dan jumlahnya meningkat di ICU.
• Mekanisme terjadinya resistensi yaitu ekspresi efflux pump yang berlebihan atau
menghasilkan enzim beta-lactamase (termasuk ESBL dan metallo beta-lactamase).
• Terapi yang direkomendasikan pada infeksi
berat yang disebabkan oleh bakteri Gram
negatif MDR (multi-drug resistant), termasuk
Acinetobacter baumanii, adalah sebagai
berikut:
- A. baumanii penghasil ESBL: imipenem
500 mg IV tiap 6 jam atau meropenem
1-2 g IV tiap 8 jam atau doripenem 500
mg tiap 8 jam dengan infus selama 1-4
jam
- Carbapenem resistant P. aeruginosa
dan A. baumanii: colistin 2,5-5 mg/kg/
hari dibagi dalam 2-4 dosis atau tigecycline dosis muat 100 mg IV, kemudian
50 mg IV tiap 12 jam. Untuk A. baumanii,
dapat diberikan ampicillin sulbactam
dengan dosis sulbactam sampai dengan
6 g/hari.
Optimizing the Pharmacokinetics and
Pharmacodynamics of Carbapenem in
Severe Infections - dr. Khie Chen, SpPD, KPTI
• Optimalisasi penggunaan antibiotik merupakan upaya untuk meningkatkan efektivitas
antibiotik yang digunakan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman.
Terdapat
2 aspek dalam optimalisasi peng•
gunaan antibiotik yaitu appropriate (sesuai
patogen penyebab) dan adequate (dosis dan
cara pemberian yang adekuat).
• Salah satu upaya optimalisasi adalah dengan
memanfaatkan aspek farmakokinetik dan
farmakodinamik untuk mencapai daya bunuh
mikroba yang optimal.
Parameter
farmakokinetik adalah Cmaks,
•
Cmin, waktu paruh, volume distribusi,
AUC, dan ikatan protein. Parameter farmakodinamik adalah kemampuan antibiotik
membunuh mikroba bergantung waktu
(time-dependent) atau konsentrasi (concentration-dependent).
• Parameter farmakodinamik yang digunakan
pada antibiotik adalah yang bersifat timedependent atau concentration-dependent.
• Antibiotik golongan beta-lactam (seperti
carbapenem) tergolong antibiotik timedependent yang memerlukan cakupan 40%
di atas MIC untuk mencapai hasil optimal.
• Untuk memperpanjang T>MIC, antibiotik diberikan secara extended infusion (pemberian antibiotik secara drip IV selama waktu
tertentu misalnya 1-4 jam) dan continuous
infusion (pemberian antibiotik secara drip
IV selama 24 jam).
• Doripenem merupakan carbapenem baru
dengan spektrum luas terhadap bakteri
Gram positif dan negatif. Dosis doripenem
dapat diberikan sebesar 500 mg tiap 8 jam
dan pada kondisi berat diberikan hingga 1 g
tiap 8 jam. Pemberian secara extended infusion selama 4 jam dapat memperpanjang
T>MIC hingga 49%.
Role of Echinocandin in Systemic Candidiasis - dr. Gatot Ismanoe, SpPD, KPTI
• Kandidiasis invasif diperkirakan terkait
dengan 47% kematian.
Keterlambatan
terapi infeksi jamur me•
nyebabkan mortalitas meningkat lebih dari
35%.
• Anti-fungal Echinocandin memiliki aktivitas
fungisidal yang poten terhadap kebanyakan
spesies Candida. Anti-fungal ini dipertimbangkan pada pasien yang sebelumnya
pernah mendapat anti-fungal golongan
azole dan dengan sakit berat.
395
LAPORAN KHUSUS
• Pada terapi kandidemia, anti-fungal golongan
Echinocandin memiliki efikasi dan profil
keamanan yang baik.
• Micafungin, salah satu Echinocandin dengan
aktivitas in vitro terhadap spesies Candida
termasuk Candida non-albicans seperti Candida glabrata yang resisten terhadap antifungal sebelumnya seperti fluconazole.
• Micafungin dan caspofungin mengalami
metabolisme yang minimal di hati tetapi
bukan merupakan substrat untuk enzim
cytochrome P450.
Ringkasan
suatu review sistematik dan meta•
analisis yaitu:
- Fluconazole tidak direkomendasikan
sebagai terapi empirik untuk infeksi
berat
- Efikasi caspofungin dan micafungin setara
dengan amphotericin B
- Echinocandin memiliki profil keamanan
yang setara dengan azole
- Echinocandin dapat dipertimbangkan
sebagai terapi utama pada terapi empirik
kandidiasis sistemik/invasif
- Amphotericin B liposomal merupakan
alternatif yang baik bila tidak ada kelainan
fungsi organ
• Golongan Echinocandin masuk dalam guideline IDSA 2009 untuk penatalaksanaan
infeksi jamur sistemik sebagai terapi utama
pasien dengan infeksi Candida dengan atau
tanpa neutropenia.
Management of Septic Shock; Empirical
Antibiotic Treatment - dr. Khie Chen, SpPD,
KPTI
• Strateginya adalah dengan memberikan
antibiotik inisial dengan spektrum luas
sesuai patogen penyebab.
• Bila infeksi terjadi pada pasien dengan risiko
tinggi terinfeksi kuman yang resisten seperti
Klebsiella pneumoniae dan Escherichia coli
yang menghasilkan ESBL, Pseudomonas
aeruginosa, atau Acinetobacter baumanii,
pilihan antibiotiknya antara lain golongan
carbapenem, piperacillin-tazobactam, cefepime, dan ceftazidime.
• Pada kecurigaan infeksi Pseudomonas dan
Acinetobacter, ditambahkan aminoglycoside
(amikacin) atau fluoroquinolone (ciprofloxacin
atau levofloxacin).
• Dosis antibiotik diberikan seoptimal mungkin
sesuai fungsi organ dan optimalisasi pemberian sesuai time-dependent atau concen-
396
tration-dependent. Durasi pemberian antibiotik sebaiknya sesingkat mungkin antara
7-14 hari.
Management of Resistant Salmonella
Infection - Prof. dr. Herdiman T. Pohan, SpPD,
KPTI
• Penelitian di Jakarta (1990-1994) melaporkan
insidens demam tifoid yang resisten terhadap
antibiotik sebesar 9,5% dan di Makasar
(2007) melaporkan insidens sebesar 6,8%.
• Mekanisme terjadinya resistensi masih belum
jelas, diperkirakan karena berkurangnya efikasi terapi empirik, terbatasnya pilihan antibiotik setelah diagnosis ditegakkan, transmisi
gen yang resisten secara horizontal, resisten terhadap cephalosporin spektrum luas karena ESBL.
• Kasus-kasus resisten yang tidak ditangani
dengan baik akan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas serta kemungkinan
resistensi Salmonella terhadap antibiotik lain.
• Antibiotik pilihan untuk demam tifoid yang
ESBL meliputi aminoglycoside (jarang digunakan karena nefrotoksik dan ototoksik), carbapenem (harganya mahal), monobactam (terpilih karena toksisitas rendah dan costeffectiveness).
Linezolid in MRSA treatment: What is
the superiority? - Prof. dr. Herdiman T Pohan,
SpPD, KPTI
• Staphylococcus aureus yang resisten methicillin diperantarai oleh gen mecA yang berperan dalam perubahan PBP2a.
• Beberapa antibiotik terpilih untuk terapi MRSA
yaitu golongan glycopeptide (vancomycin dan
teicoplanin) atau oxazolidindione (line- zolid).
• Linezolid merupakan antibiotik dengan spektrum sempit untuk bakteri Gram positif
termasuk MRSA.
• Linezolid memiliki ikatan dengan protein
yang rendah tetapi memiliki kadar yang
tinggi di jaringan termasuk di paru dan
jaringan lunak.
• Dapat dilakukan step down therapy karena
linezolid memiliki sediaan IV dan oral.
• Linezolid dapat dipertimbangkan untuk
indikasi VISA, VRSA, dan VRE di masa yang
akan datang.
• Diperkirakan 1 dari 2 wanita akan mengalami setidaknya 1 episode sistitis akut tanpa
komplikasi selama hidupnya.
• Sekitar 75-90% infeksi saluran kemih disebabkan oleh Escherichia coli.
• Dengan meningkatnya resistensi Escherichia
coli terhadap trimethoprim-sulfamethoxazole, antibiotik beta-lactam, fluoroquinolone,
maka dilakukan penilaian ulang terhadap
terapi empirik yang tepat untuk infeksi
saluran kemih.
• Terapi jangka pendek saat ini terpilih karena
kepatuhan pasien meningkat, efek samping
lebih sedikit, resistensi lebih jarang, dan
biaya lebih sedikit.
• Guideline IDSA dan EAU setuju bahwa tujuan
terapi infeksi saluran kemih dengan antibiotik
jangka pendek adalah menghilangnya gejala
klinis, menurunkan kekambuhan, untuk
profilaksis reinfeksi.
• Fosfomycin trometamol merupakan antibiotik yang:
- diindikasikan untuk sistitis dengan dosis
tunggal
- memiliki kadar bakterisidal di urin tinggi
- termasuk kategori B untuk kehamilan
sehingga menjadi pilihan pada bakteriuria
asimtomatik dan infeksi saluran kemih
pada ibu hamil
- masuk guideline EAU sebagai terapi lini
pertama pada sistitis akut tanpa komplikasi,
infeksi saluran kemih berulang, bakteriuria
asimtomatik, dan sistitis pada kehamilan
- bekerja dengan menghambat enzim yang
membentuk dinding bakteri, menghancurkan biofilm yang sudah matang, menghambat perlekatan bakteri
- jarang menyebabkan resistensi karena dosisnya dosis tunggal, hanya untuk infeksi
saluran kemih, dan tidak dijumpai resistensi silang.
Modern Approaches in the Treatment of
Uncomplicated UTI, Guidelines on Urological Infections EAU Updated 2010
- H. Gunawan Subrata, MD, PhD, MBA
C D K 1 8 6 / V o l . 3 8 n o . 5 / J u l i- Ag u s t u s 2 0 1 1
LAPORAN KHUSUS
• MDRO yang sering dijumpai adalah MRSA
(Methicillin Resistant Staphylococcus aureus),
VRE (Vancomycin Resistant Enterococcus),
dan ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase).
• Infeksi yang disebabkan oleh MDRO menyebabkan rawat inap menjadi lebih lama,
biaya rumah sakit lebih tinggi, serta peningkatan mortalitas dan morbiditas.
• Strategi yang dapat dipakai, antara lain,
adalah dengan mengendalikan penggunaan antibiotik, menggunakan data mikrobiologik setempat, mengobati infeksinya
(bukan mengobati kolonisasi), tahu kapan
harus menggunakan vancomycin, dan tahu
kapan pemberian antibiotik harus dihentikan.
• Pada penelitian dr. Fauzi di RSCM tahun
2010, terapi empiris tercatat sebesar 78,3%,
terapi definitif sebesar 15,1%, dan terapi
profilaktik sebesar 6,6%.
• Untuk memberikan terapi empiris, hal-hal
yang menjadi pertimbangan adalah patogen yang mungkin menjadi penyebab, distribusi patogen setempat, pola resistensi, dan
faktor risiko resistensi.
• Pemberian antibiotik dimulai secara empiris
sambil menunggu hasil kultur; setelah hasil
kultur keluar, dilakukan deeskalasi sampai
antibiotik dihentikan.
Microbial and Susceptibility Pattern of
Gram Negative Infections
- dr. Budiman Bela, Sp MK
• Di Amerika Serikat, sekitar 30% infeksi didapat dari rumah sakit.
• Bakteri Gram negatif yang sering menyebabkan infeksi adalah Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter baumanii, dan Enterobacteriaceae penghasil ESBL atau karbapenemase.
• Pola isolat di RS Siloam (2009): Acinetobacter baumanii (12%), Escherichia coli
(12%), Klebsiella pneumoniae (12%), dan
Pseudomonas aeruginosa (22%).
• Di Indonesia, bakteri Gram negatif (yang
sering menjadi penyebab infeksi terkait rumah
sakit) cenderung resisten terhadap antibiotik yang digunakan.
• Colistin - antibiotik yang sudah lama dipakai,
tetapi sulit ditemukan di Indonesia - dapat
menjadi solusi atas masalah peningkatan
kasus infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Gram negatif yang resisten terhadap
banyak antibiotik.
C DK 1 8 6 / Vo l . 38 no. 5/Jul i -A g us tus 2011
Treatment of Severe Gram Negative
Infections - Dr. dr. Suhendro, SpPD, KPTI
• Antibiotik diberikan pada jam-jam pertama
untuk kasus severe sepsis (level of evidence
-ID) dan kasus syok septik (IB).
• Antibiotik yang diberikan adalah antibiotik
broad spectrum (IB).
• Pertimbangkan kombinasi antibiotik bila ditemukan Pseudomonas aeruginosa (2D)
atau pada terapi empiris untuk kasus demam
neutropenik (2D).
Treatment of Acinetobacter baumanii
Infection: Place of Imipenemʼs Role
- dr. Ceva W. Pitoyo, KP
• Acinetobacter baumanii merupakan bakteri
Gram negatif yang sering berperan dalam
infeksi nosokomial.
• Bakteri ini juga berbahaya dan berpotensi
untuk menjadi resisten terhadap banyak
antibiotik.
• Acinetobacter baumanii dapat ditemukan
di daerah tubuh yang lembap, seperti di
aksila, lipat paha, sela-sela jari kaki; pada
sekitar 43% kasus, juga ditemukan kolonisasi
pada orang dewasa.
• Bakteri ini masuk dalam daftar bakteri berbahaya dan jumlahnya meningkat di ICU.
• Mekanisme terjadinya resistensi yaitu ekspresi efflux pump yang berlebihan atau
menghasilkan enzim beta-lactamase (termasuk ESBL dan metallo beta-lactamase).
• Terapi yang direkomendasikan pada infeksi
berat yang disebabkan oleh bakteri Gram
negatif MDR (multi-drug resistant), termasuk
Acinetobacter baumanii, adalah sebagai
berikut:
- A. baumanii penghasil ESBL: imipenem
500 mg IV tiap 6 jam atau meropenem
1-2 g IV tiap 8 jam atau doripenem 500
mg tiap 8 jam dengan infus selama 1-4
jam
- Carbapenem resistant P. aeruginosa
dan A. baumanii: colistin 2,5-5 mg/kg/
hari dibagi dalam 2-4 dosis atau tigecycline dosis muat 100 mg IV, kemudian
50 mg IV tiap 12 jam. Untuk A. baumanii,
dapat diberikan ampicillin sulbactam
dengan dosis sulbactam sampai dengan
6 g/hari.
Optimizing the Pharmacokinetics and
Pharmacodynamics of Carbapenem in
Severe Infections - dr. Khie Chen, SpPD, KPTI
• Optimalisasi penggunaan antibiotik merupakan upaya untuk meningkatkan efektivitas
antibiotik yang digunakan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman.
Terdapat
2 aspek dalam optimalisasi peng•
gunaan antibiotik yaitu appropriate (sesuai
patogen penyebab) dan adequate (dosis dan
cara pemberian yang adekuat).
• Salah satu upaya optimalisasi adalah dengan
memanfaatkan aspek farmakokinetik dan
farmakodinamik untuk mencapai daya bunuh
mikroba yang optimal.
Parameter
farmakokinetik adalah Cmaks,
•
Cmin, waktu paruh, volume distribusi,
AUC, dan ikatan protein. Parameter farmakodinamik adalah kemampuan antibiotik
membunuh mikroba bergantung waktu
(time-dependent) atau konsentrasi (concentration-dependent).
• Parameter farmakodinamik yang digunakan
pada antibiotik adalah yang bersifat timedependent atau concentration-dependent.
• Antibiotik golongan beta-lactam (seperti
carbapenem) tergolong antibiotik timedependent yang memerlukan cakupan 40%
di atas MIC untuk mencapai hasil optimal.
• Untuk memperpanjang T>MIC, antibiotik diberikan secara extended infusion (pemberian antibiotik secara drip IV selama waktu
tertentu misalnya 1-4 jam) dan continuous
infusion (pemberian antibiotik secara drip
IV selama 24 jam).
• Doripenem merupakan carbapenem baru
dengan spektrum luas terhadap bakteri
Gram positif dan negatif. Dosis doripenem
dapat diberikan sebesar 500 mg tiap 8 jam
dan pada kondisi berat diberikan hingga 1 g
tiap 8 jam. Pemberian secara extended infusion selama 4 jam dapat memperpanjang
T>MIC hingga 49%.
Role of Echinocandin in Systemic Candidiasis - dr. Gatot Ismanoe, SpPD, KPTI
• Kandidiasis invasif diperkirakan terkait
dengan 47% kematian.
Keterlambatan
terapi infeksi jamur me•
nyebabkan mortalitas meningkat lebih dari
35%.
• Anti-fungal Echinocandin memiliki aktivitas
fungisidal yang poten terhadap kebanyakan
spesies Candida. Anti-fungal ini dipertimbangkan pada pasien yang sebelumnya
pernah mendapat anti-fungal golongan
azole dan dengan sakit berat.
395
LAPORAN KHUSUS
• Pada terapi kandidemia, anti-fungal golongan
Echinocandin memiliki efikasi dan profil
keamanan yang baik.
• Micafungin, salah satu Echinocandin dengan
aktivitas in vitro terhadap spesies Candida
termasuk Candida non-albicans seperti Candida glabrata yang resisten terhadap antifungal sebelumnya seperti fluconazole.
• Micafungin dan caspofungin mengalami
metabolisme yang minimal di hati tetapi
bukan merupakan substrat untuk enzim
cytochrome P450.
Ringkasan
suatu review sistematik dan meta•
analisis yaitu:
- Fluconazole tidak direkomendasikan
sebagai terapi empirik untuk infeksi
berat
- Efikasi caspofungin dan micafungin setara
dengan amphotericin B
- Echinocandin memiliki profil keamanan
yang setara dengan azole
- Echinocandin dapat dipertimbangkan
sebagai terapi utama pada terapi empirik
kandidiasis sistemik/invasif
- Amphotericin B liposomal merupakan
alternatif yang baik bila tidak ada kelainan
fungsi organ
• Golongan Echinocandin masuk dalam guideline IDSA 2009 untuk penatalaksanaan
infeksi jamur sistemik sebagai terapi utama
pasien dengan infeksi Candida dengan atau
tanpa neutropenia.
Management of Septic Shock; Empirical
Antibiotic Treatment - dr. Khie Chen, SpPD,
KPTI
• Strateginya adalah dengan memberikan
antibiotik inisial dengan spektrum luas
sesuai patogen penyebab.
• Bila infeksi terjadi pada pasien dengan risiko
tinggi terinfeksi kuman yang resisten seperti
Klebsiella pneumoniae dan Escherichia coli
yang menghasilkan ESBL, Pseudomonas
aeruginosa, atau Acinetobacter baumanii,
pilihan antibiotiknya antara lain golongan
carbapenem, piperacillin-tazobactam, cefepime, dan ceftazidime.
• Pada kecurigaan infeksi Pseudomonas dan
Acinetobacter, ditambahkan aminoglycoside
(amikacin) atau fluoroquinolone (ciprofloxacin
atau levofloxacin).
• Dosis antibiotik diberikan seoptimal mungkin
sesuai fungsi organ dan optimalisasi pemberian sesuai time-dependent atau concen-
396
tration-dependent. Durasi pemberian antibiotik sebaiknya sesingkat mungkin antara
7-14 hari.
Management of Resistant Salmonella
Infection - Prof. dr. Herdiman T. Pohan, SpPD,
KPTI
• Penelitian di Jakarta (1990-1994) melaporkan
insidens demam tifoid yang resisten terhadap
antibiotik sebesar 9,5% dan di Makasar
(2007) melaporkan insidens sebesar 6,8%.
• Mekanisme terjadinya resistensi masih belum
jelas, diperkirakan karena berkurangnya efikasi terapi empirik, terbatasnya pilihan antibiotik setelah diagnosis ditegakkan, transmisi
gen yang resisten secara horizontal, resisten terhadap cephalosporin spektrum luas karena ESBL.
• Kasus-kasus resisten yang tidak ditangani
dengan baik akan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas serta kemungkinan
resistensi Salmonella terhadap antibiotik lain.
• Antibiotik pilihan untuk demam tifoid yang
ESBL meliputi aminoglycoside (jarang digunakan karena nefrotoksik dan ototoksik), carbapenem (harganya mahal), monobactam (terpilih karena toksisitas rendah dan costeffectiveness).
Linezolid in MRSA treatment: What is
the superiority? - Prof. dr. Herdiman T Pohan,
SpPD, KPTI
• Staphylococcus aureus yang resisten methicillin diperantarai oleh gen mecA yang berperan dalam perubahan PBP2a.
• Beberapa antibiotik terpilih untuk terapi MRSA
yaitu golongan glycopeptide (vancomycin dan
teicoplanin) atau oxazolidindione (line- zolid).
• Linezolid merupakan antibiotik dengan spektrum sempit untuk bakteri Gram positif
termasuk MRSA.
• Linezolid memiliki ikatan dengan protein
yang rendah tetapi memiliki kadar yang
tinggi di jaringan termasuk di paru dan
jaringan lunak.
• Dapat dilakukan step down therapy karena
linezolid memiliki sediaan IV dan oral.
• Linezolid dapat dipertimbangkan untuk
indikasi VISA, VRSA, dan VRE di masa yang
akan datang.
• Diperkirakan 1 dari 2 wanita akan mengalami setidaknya 1 episode sistitis akut tanpa
komplikasi selama hidupnya.
• Sekitar 75-90% infeksi saluran kemih disebabkan oleh Escherichia coli.
• Dengan meningkatnya resistensi Escherichia
coli terhadap trimethoprim-sulfamethoxazole, antibiotik beta-lactam, fluoroquinolone,
maka dilakukan penilaian ulang terhadap
terapi empirik yang tepat untuk infeksi
saluran kemih.
• Terapi jangka pendek saat ini terpilih karena
kepatuhan pasien meningkat, efek samping
lebih sedikit, resistensi lebih jarang, dan
biaya lebih sedikit.
• Guideline IDSA dan EAU setuju bahwa tujuan
terapi infeksi saluran kemih dengan antibiotik
jangka pendek adalah menghilangnya gejala
klinis, menurunkan kekambuhan, untuk
profilaksis reinfeksi.
• Fosfomycin trometamol merupakan antibiotik yang:
- diindikasikan untuk sistitis dengan dosis
tunggal
- memiliki kadar bakterisidal di urin tinggi
- termasuk kategori B untuk kehamilan
sehingga menjadi pilihan pada bakteriuria
asimtomatik dan infeksi saluran kemih
pada ibu hamil
- masuk guideline EAU sebagai terapi lini
pertama pada sistitis akut tanpa komplikasi,
infeksi saluran kemih berulang, bakteriuria
asimtomatik, dan sistitis pada kehamilan
- bekerja dengan menghambat enzim yang
membentuk dinding bakteri, menghancurkan biofilm yang sudah matang, menghambat perlekatan bakteri
- jarang menyebabkan resistensi karena dosisnya dosis tunggal, hanya untuk infeksi
saluran kemih, dan tidak dijumpai resistensi silang.
Modern Approaches in the Treatment of
Uncomplicated UTI, Guidelines on Urological Infections EAU Updated 2010
- H. Gunawan Subrata, MD, PhD, MBA
C D K 1 8 6 / V o l . 3 8 n o . 5 / J u l i- Ag u s t u s 2 0 1 1
Download