BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pesan 2.1.1 Pengertian Pesan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Pesan
2.1.1 Pengertian Pesan
Shvoong dalam http://id.shvoong.com/social- sciences / communication
-media- studies / 2205221- pengertian -pesan -dalam komunikasi/
#ixzz2Zgpan0Zt) diakses 21 Juli 2013 mengemukakan bahwa pesan adalah
keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya
mempunyai inti pesan atau tema sebagai pengaruh didalam usaha mencoba
mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan
panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan adalah tujuan
akhir dari pesan itu sendiri. Pesan (message) terdiri dari dua aspek, yaitu isi
pesan
(The
contentof
message)
dan
lambang/simbol
untuk
mengekspresikannya. Lambang utama pada komunikasi umumnya adalah
bahasa, karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan pikiran dan
perasaan, fakta dan opini hal yang kongkrit dan abstrak, pengalaman yang
sudah lalu dan yang akan datang dan sebagainya. Pesan merupakan
seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Pesan
dapat berupa gagasan, pendapat dan sebagainya yang sudah dituangkan dalam
suatu bentuk dan melalui lambang komunikasi diteruskan kepada orang lain
atau komunikan.
Pesan adalah setiap pemberitahuan, kata, atau komunikasi baik lisan
maupun tertulis, yang dikirimkan dari satu orang ke orang lain. Pesan menjadi
inti dari setiap proses komunikasi yang terjalin.
Menurut Hanafi dalam Shvoong diakses 21 Juli 2013 ada tiga faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam pesan, yaitu :
-
Kode pesan, adalah sekumpulan simbol yang dapat disusun sedemikian
rupa, sehingga bermakna bagi seseorang;
-
Isi pesan, adalah bahan atau material yang dipilih sumber untuk
menyatakan maksudnya;
-
Wujud pesan, adalah keputusan-keputusan yang dibuat sumber mengenai
bagaimana cara sebaiknya menyampaikan maksud-maksud dalam bentuk
pesan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pesan adalah serangkaian isyarat yang diciptakan oleh seseorang untuk
saluran tertentu dengan harapan bahwa serangkaian isyarat atau simbol itu
akan mengutarakan atau menimbulkan suatu makna tertentu dalam diri
orang lain yang hendak diajak berkomunikasi.
2.1.2 Jenis-Jenis Pesan
Secara umum, jenis pesan terbagi menjadi dua, yakni pesan verbal
dan non-verbal.Pesan verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya
menggunakan kata-kata, dan dapat dipahami isinya oleh penerima
berdasarkan apa yang didengarnya.Sedangkan, pesan non-verbal adalah
jenis pesan yang penyampaiannya tidak menggunakan kata-kata secara
langsung, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan gerakgerik, tingkah laku, mimik wajah, atau ekspresi muka pengirim pesan.
Pada pesan non-verbal mengandalkan indera penglihatan sebagai
penangkap stimuli yang timbul. (http://www.masgino.com/2012/11/
menerima-dan-menyampaikan-pesan-telepon.htmjenis-jenis pesan).
2.1.3 Tujuan Pesan
Adapun
tujuan
pesan
menurut
Masgino
(dalam
http://www.masgino. com /2012/11/ menerima-dan-menyampaikan-pesantelepon.htmjenis-jenispesan)
yaitu
untuk
berkomunikasi
dan
menyampaikan pesan kepada teman, saudara, atau keluarga untuk berbagai
keperluan. Berkomunikasi melalui telepon termasuk jenis komunikasi
tidak langsung, karena pesan adalah perintah, nasihat, permintaan, amanat
yang disampaikan melalui orang lain maka jika mendapat pesan, kamu
harus menyampaikannya, karena itu adalah amanat. Jadi, menurut saya
penerima pesan
jangan menunda-nunda untuk menyampaikan pesan
kepada orang yang dimaksud, tujuannya supaya orang tersebut bisa
melaksanakan pesan atau amanat yang dititipkan kepada si penerima pesan
dan penelpon atau orang yang menitipkan pesan merasa puas, begitu juga
dengan orang yang menerima maupun menyampaikan pesan.
2.1.4 Langkah-Langkah Menyampaikan Pesan
Menurut De Vito, pesan adalah pernyataan tentang pikiran dan
perasaan kita yang dikirim kepada orang lain agar orang tersebut
diharapkan bisa mengerti dan memahami apa yang diinginkan oleh
sipengirim pesan. Dan agar pesan yang disampaikan mengena pada
sasarannya, maka suatu pesan harus memenuhi syarat-syarat:
- Pesan harus direncanakan secara baik-baik, serta sesuai dengan
kebutuhan kita;
- Pesan tersebut dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua
belah pihak;
- Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta
menimbulkan kepuasan. Dalam bentuknya pesan merupakan sebuah
gagasan-gagasan yang telah diterjemahkan ke dalam simbol-simbol
yang dipergunakan untukmenyatakan suatu maksud tertentu (dalam
http://id. shvoong. com/social-sciences /communication -media-studies/
2205221-pengertian-pesan-dalam-komunikasi/#ixzz2Zgpan0Zt) diakses
pada tanggal 20 Juli 2013.
Menurut Masgino cara menyampaikan pesan kepada orang lain
adalah sebagai berikut:
- Ingat-ingatlah pokok-pokok pesan yang hendak kita sampaikan;
- Sampaikan pesan kepada orang lain dengan runtut, baik, dan benar;
- Runtut, artinya informasi yang disampaikan urut dari awal sampai akhir
dan antar informasi saling berhubungan;
- Informasi diucapkan dengan jelas dan dengan nada yang meyakinkan
(http://www. masgino.com/ 2012 /11 /menerima -dan-menyampaikan
pesan-telepon.htmjenis-jenis pesan), di akses 24 Juli 2013.
2.2. Hakikat Media Telepon
2.2.1 Pengertian Media
Kata Media berasal dari bahasa latin medius yang secara harafiah
berarti „tengah‟, atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Gerlach dan Ely ( dalam Arsyad Azhar, 2011:3) mengatakan bahwa media
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian
yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks,
dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian
media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat
grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau ferbal.
Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian di
antaranya akan diuraikan berikut ini. AECT (Association of Education and
Communication Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala
bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi. Di samping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media
sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (dalam Arsyad Azhar
2011:3) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak
dan mendamaikannnya. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi
atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama
dalam proses belajar, siswa, dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat
pula mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang
melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling
canggih, dapat disebut media.
Heinich, dkk (dalam Arsyad Azhar 2011:4) mengemukakan istilah
medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan
penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang
diproyeksikan,
bahan-bahan
cetakan,
dan
sejenisnya
adalah
media
komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka
media itu disebut media pembelajaran. Selain dengan batasan ini, Hamidjojo
dalam Arsyad Azhar (2011:4) memberi batasan media sebagai semua
perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar
ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang
dikemukakan sampai kepada penerima yang dituju.
Gene L. Wilkinson mengartikan media sebagai alat dan bahan selain
buku teks yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan informasi dalam
suatu situasi belajar mengajar. Sedangkan menurut Gagne media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang
siswa untuk belajar Pendapat Gene dan Gagne hampir sama dengan pendapat
Wong, di mana Wong mengartikan bahwa media adalah sebagai alat atau
mekanisme untuk menyalurkan pesan keindraan siswa/ sasaran didik ( http:
//id. shvoong. com/ social-sciences/ education /2250595–pengertian-mediamenurut-para-ahli/#ixzz2KqR3h9pp) diakses 24 Juli 2013.
Selanjutnya Gagne (dalam Suryadin Asyraf, 2011:62) mengemukakan
media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsang untuk belajar. Gagne memaknai media sebagai alat untuk
memudahkan proses belajar siswa yang berasal dari lingkungan sekitar siswa.
Jika dimaknai secara dangkal akan mengacu pada hal-hal yang dialami,
artinya yang telah tersedia di alam sekitar siswa saja, misalnya halaman,
pepohonan, batu, bunga, bahkan manusia. Akan tetapi, jika dikaji lebih luas
dapat mengacu pada hal yang lebih luas daripada itu, yaitu bisa juga bendabenda yang direkayasa sedemikian rupa, sehingga dapat merangsang dan
memudahkan proses belajar siswa.
Pendapat lain tentang pengertian media dikemukakan oleh Briggs
(dalam Suryadin Asyraf, 2011:63), media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Contohnya, buku,
film, dan kaset. Jika dibandingkan pendapat-pendapat sebelumnya, tampak
pengertian yang disusun Briggs lebih lengkap mmengenai sasaran media
pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
hakikat media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesanpesan pembelajaran dan merupakan alat yang dapat digunakan sebagai
perantara antara siswa deangan materi pembelajaran agar siswa dapat belajar
dengan mudah.
2.2.2 Fungsi Media
Menurut pendapat Sardiman, dkk (dalam Suryadin Asyraf, 2011:64)
media pembelajaran berfungsi sebagai berikut:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas;
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera;
3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik;
4) Dapat mengatasi perbedaan latar belakang siswa dan guru.
Media pembelajaran menurut Kemp dan Dayton (Arsyad Azhar
2011:19-21)
dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu
digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang
besar jumlahnya, yaitu: 1) memotivasi minat atau tindakan; 2) menyajikan
informasi, dan; 3) memberi instruksi. Sedangkan menurut Arsyad Azhar
(2011:21) media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang
terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau
mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran
dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis
dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi
yang efektif. Di samping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat
memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan
perorangan siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
dapat disimpulkan bahwa fungsi media adalah sebagai alat bantu mengajar
yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang
ditata dan ciptakan oleh guru serta memungkinkan interaksi yang lebih
langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan menurut
kemampuan maupun minat siswa.
2.2.3 Pengertian Telepon
Kata telepon yang bahasa Inggrisnya adalah telephone berasal dari
bahasa Yunani, yaitu dari kata tele yang artinya dari jarak jauh dan phone
yang berarti suara atau getaran suara. Definisi dari telepon ada bermacammacam, antara lain:
Sugono Dendy dkk (2011:167) mengungkapkan bahwa telepon
merupakan sarana baru untuk berkomunikasi. Cara menelpon yang
menyenangkan dan efisien berpengaruh terhadap orang lain. Oleh karena itu,
sikap ramah dan hormat dalam bertelepon perlu diperhatikan. Jika berbicara
dalam telepon sebaiknya menggunakan tutur kata dan nada suara yang sopan
serta ramah sebagaimana halnya kita bertamu atau menerima tamu. Kita
harus tulus dan mau mendengarkan apa saja yang dikatakan lawan bicara
kita.
Hutagalung Inge (2007:111) berpendapat bahwa telepon mempunyai
peran penting sebagai salah satu sarana untuk berkomunikasi. Bersikap wajar
dan ramah dalam pembicaraan telepon perlu dilakukan seakan-akan berbicara
dengan berhadapan muka. Penggunaan telepon harus efisien, penjelasan yang
diberikan harus tepat, singkat, dan mudah dimengerti. Berhati-hatilah agar
nada kesal jangan terdengar pada suara dan jangan menganggap bahwa
panggilan telepon merupakan gangguan pada pekerjaan maupun kehidupan
pribadi.
Hisnu Tantya dan Winardi (2008:179) mengemukakan bahwa telepon
merupakan alat komunikasi yang sering digunakan. Dengan menekan nomor
tujuan dalam waktu singkat dapat berkomunikasi dengan teman atau siapa
saja baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pendapat Hisnu Tantya dan
Winardi sama dengan pendapat
Ermawati Rus Imtan (2007:150) bahwa
telepon adalah alat untuk bercakap-cakap antara dua orang atau lebih yang
berjauhan tempatnya.
Sebagai kesimpulan dari semua definisi di atas, telepon adalah suatu
alat untuk bicara dan mendengar yang dihubungkan secara elektrik, kabel,
gelombang radio, maupun satelit untuk berkomunikasi dari jarak yang
berjauhan.
2.2.4 Mengenal Media Telepon
Sejak pesawat telepon ditemukan oleh A. Graham Bell dari Amerika
Serikat, bentuknya tidak banyak mengalami perubahan. Maksudnya, bila
dibanding dengan sepeda atau mobil banyak tahapan inovasi yang dialami.
Sedangkan telepon dari dulu bentuknya masih tetap memiliki dua unsur
sarana utama, yaitu alat bicara dan alat dengar.
Berbicara mengenai , Alexander Graham Bell. Ia lahir di Edinburgh,
Skotlandia pada tahun 1847, kemudian pindah ke Toronto dan besar serta
menetap di Boston, Amerika Serikat. Dalam profesinya, Bell sangat
menyukai bidang pendidikan untuk orang tuli. Karena kecintaannya pada hal
tersebut, akhirnya pada tahun 1876 dia membuat alat yang disebut dengan
electrical speech machine. Kemudian alat tersebut dikenal secara luas
sebagai telepon sampai sekarang ini. Sejak alat itu ditemukan, berita segera
tersebar ke seluruh pelosok Amerika Serikat, bahkan sampai Eropa.
Pada tahun 1878, untuk pertama kalinya Bell berhasil membuat
komunikasi antara dua orang dari tempat yang berbeda. Pada tahun 1888,
dimulai percobaan berkomunikasi antar kota dari negara bagian yang berbeda
dan percobaan itu berhasil. Seseorang bisa berkomunikasi langsung dari
Boston ke Newyork City.
Sejarah adanya telepon dimulai dari sifat dasar manusia untuk
berkomunikasi. Ketika manusia mulai bisa berkomunikasi secara langsung,
kemudian meningkat keinginannya untuk bisa berkomunikasi dari jarak jauh.
Ada beberapa upaya dan tanda-tanda yang diupayakan manusia untuk bisa
berkomunikasi dari jarak jauh antara lain:
1) Dengan menggunakan asap dan arti tanda dari suatu suku tertentu;
2) Menggunakan isyarat mega dan awan di langit;
3) Memakai pantulan sinar matahari ke kaca;
4) Mengguanakan bunyi-bunyian gendering;
5) Terompet;
6) Merpati pengantar berita;
7) Semafor;
8) Morse, dan lain sebagainya.
2.2.5 Menerima dan Menyampaikan Pesan Lewat Telepon
Ketika bercakap-cakap melalui telepon, kita harus menunjukkan
sikap santun. Misalnya,
ketika akan mengawali dan mengakhiri
pembicaraan dengan seseorang dalam telepon, terlebih dahulu kita harus
mengucapkan salam, seperti assalamu „alaikum, halo, atau selamat pagi.
Begitu pula ketika bertelepon, sebaiknya kita menyebutkan identitas terlebih
dahulu, baru kemudian menyampaikan maksud dan tujuan menelepon. Hal
lain yang perlu diperhatikan ketika menerima telepon menurut Warsidi Edi
(2008:87) adalah sebagai berikut:
1) Memberikan perhatian sepenuhnya dalam keadaan apapun dan
berbicara dengan sopan serta ramah;
2) Menyediakan alat untuk mencatat seandainya ada yang harus dicatat;
3) Menyebutkan identitas diri, misalnya, “selamat pagi, di sini keluarga
Yudi?”;
4) Menyebutkan nama penelpon yang telah menyebutkan identitasnya,
misalnya, “oh, Tante Nurul, apa kabar?”;
5) Menanyakan maksud penelpon dengan sopan. Misalnya, “maaf, saya
belum mengerti maksud kakak.”;
6) Menjawab setiap pertanyaan dengan santun, seperti kalimat, “baik
tante” atau “terima kasih, Pak”;
7) Mengusahakan tidak menutup pembicaraan terlebih dahulu sebelum
penelpon menyudahi pembicaraan. Kalaupun terpaksa menutup
pembicaraan lebih dahulu, gunakan kalimat yang sopan, misalnya,
“sudah dulu, ya!” atau “maaf, saya tutup dulu teleponnya, ya!”
Soenarno Adi (2008:126) mengemukakan bahwa pesan adalah
suatu bagian yang sangat penting dalam berkomunikasi melalui telepon.
Pesan juga merupakan informasi yang penting, yang harus disampaikan
oleh seseorang penelpon dalam hal-hal seperti berikut:
1. Jika orang yang dicari tidak dijumpai;
2. Jika orang yang dituju masih sedang berbicara (on line);
3. Jika penelpon dalam keadaan tergesa-gesa untuk menyelesaikan urusan
yang lain, sedangkan berita tersebut dirasakan harus segera sampai pada
penerima.
Seringkali penelpon merasakan kekecewaan yang berat apabila:
1. Pesan tidak segera disampaikan;
2. Pesan tersebut tidak tahu dari siapa dan darimana;
3. Ada pesan dimeja kerja, tetapi tanpa tanggal;
4. Pesan untuk penelpon kembali, tetapi tidak diberikan nomor telepon;
5. Tidak ada jam sewaktu telepon diterima;
6. Tidak disebutkan siapa saja yang menerima pesan tersebut;
7. Pesan sama sekali tidak bisa dipahami atau dibaca.
Setelah kita mengetahui arti pentingnya sebuah pesan
dalam
komunikasi melalui telepon, diharapkan kita bisa menangani setiap jenis
pesan kepada orang lain secara tepat dan profesional. Kalau dilihat dari
kenyataan bahwa banyak masalah yang timbul dalam menerima dan
menyampaikan pesan, hendaknya hal ini dilakukan dengan hati-hati dan penuh
konsentrasi secara khusus. Yang terpenting, pesan langsung harus diulang untuk
menghindari kesalahan. Hal ini bukan untuk ditakuti, karena jika pesan yang
disampaikan tidak tepat atau menimbulkan penafsiran pengertian yang lain akan
berakibat fatal. Mari kita bandingkan dua dialog berikut:
Dialog 1
Operator : Selamat pagi, CV. Laut Biru.
Penelpon : Selamat pagi. Apa betul ini penyalur alat kantor dan stationery?
Operator : Betul!
Penelpon : Pak Benny ada?
Operator : Tidak ada.
Penelpon : Ke mana ya? Apa mungkin masih belum pulang menghadiri seminar
yang di Balai Kota?
Operator : Mungkin!
Penelpon : Kira-kira pukul berapa ya Bapak pulang?
Operator : Kurang tahu!
Dialog 2
Operator : Selamat pagi, CV. Laut Biru?
Penelpon : Selamat pagi. Apa betul ini penyalur alat kantor dan stationery?
Operator : Betul, Pak. Ada yang bisa saya bantu Pak?
Operator : Saya Herman, dari toko Anda yang di jl. Semeru. Pak Benny ada?
Operator : Pak Benny kebetulan sedang berada ke luar kantor, barangkali ada
pesan untuk Bapak, Pak Herman?
Penelpon : Oh tidak, apa mungkin Pak Benny masih sedang menghadiri
seminar yang di Balai Kota? Pukul berapa ya kira-kira Bapak
pulang?
Operator : Betul Pak Herman, Pak Benny masih mengikuti seminar. Biasanya
sebelum jam makan siang Bapak sudah tiba di kantor. Nanti kami
sampaikan kalau Pak Herman menelpon Pak Benny.
Penelpon : Ya, juga sampaikan kalau saya perlu dikirim 20 set lagi
perlengkapan kantor seperti dikirim 2 Agustus lalu. Sampaikan
pembeli utama kami senang sekali dengan service yang diberikan
CV. Laut Biru.
Dalam dialog 1, tampak kurang adanya unsur belpful dari pihak
penerima telepon. Dalam keadaan seperti ini pasti kita akan membedakan
dialog yang pertama dan kedua. Dalam kenyataan sehari-hari, justru yang
sering terjadi dalam dialog pertama, tetapi unsur penting yang tidak
tampak adalah ekstraordinary service yang perlu diberikan kepada
penelpon. Apalagi jika dialog terjadi secara formal, artinya di tempat kerja
atau usaha.
Menurut Artati Budi (2008:92) dalam menyampaikan pesan
melalui telepon ada beberapa langkah yang harus kita perhatikan yaitu:
1. Angkatlah gagang telepon, tekan nomor dengan tangan. Jangan
menekan dengan pensil atau benda tajam;
2. Ucapkan salam dan perkenalkan diri saat teleponmu diterima;
3. Setelah selesai, ucapkan salam yang tepat;
4. Letakkan kembali gagang telepon pada tempatnya setelah selesai
memakainya;
5. Baik angka pada telepon rumah, telepon umum, maupun handphone
digunakan dengan cara ditekan. Maka dari itu, hati-hati menekan
nomor;
6. Sebutkan maksud kamu, gunakan bahasa yang sesuai. Kalau kita
bertelepon dengan orang yang lebih tua, pakailah kalimat yang sopan
dan kalau bertelepon dengan teman sebaya, kita boleh menggunakan
percakapan yang tidak baku.
Menurut Soenarno Adi (2008:21-29)
urutan seseorang di dalam
menerima telepon secara kronologis diuraikan sebagai berikut:
1) Ketika telepon berdering, langkah-langkah yang harus diperhatikan:
- Kertas dan pena sebaiknya sudah tersedia di dekat pesawat telepon;
- Konsentrasi;
- Jangan membiarkan telepon bordering lebih dari tiga kali;
- Mengangkat gagang telepon dengan hati-hati;
- Menjaga jarak mulut;
- Memegang bandset dengan tangan kiri;
- Posisi tubuh bebas.
2) Menjawab telepon
Ketika telepon berdering, jawaban apa yang sebaiknya pertama kali
diberikan kepada penelpon?
- Jangan menjawab dengan kata “halo”, “hai”, atau “ya”.
- Ucapkanlah salam: “selamat pagi”, “selamat siang”, “selamat sore”,
atau “selamat malam”.
- Menyebutkan nama perusahaan (jika berada di perusahaan).
- Menjawab semua pertanyaan penelpon dengan sopan dan sabar.
3) Percakapan di telepon
Dalam percakapan diperlukan tindakan positif bagi penerima telepon.
Tindakan positif bisa juga diartikan sebagai suatu upaya untuk
membuat kondisi menjadi bagus, bahkan lebih bagus. Tentu saja
untuk membuat sikap positif tergantung dari suasana dan keadaan
percakapan antara penelpon dan penerima telepon. Sebut saja dalam
suasana kerja di kantor, sikap positif yang bisa ditunjukkan antara lain
sebagai berikut:
- Berbicara dengan sopan;
- Memerhatikan keadaan si penelpon dengan seksama.
4) Menerima dan menyampaikan pesan
Menerima pesan hendaknya memerhatikan kejelasan dalam setiap
pesan dan tulisan untuk orang yang diberi pesan. Jika diringkas, dalam
menerima pesan perlu diperhatikan hal-hal berikut:
- Mengulang setiap pesan;
- Menulis dengan huruf yang jelas dan mudah dibaca;
- Menulis tanggal;
- Menulis jam;
- Menulis pencatat pesan;
- Menyampaikan pesan dengan segera.
5) Menutup pembicaraan
Kesan yang positif bisa ditunjukkan dalam hal-hal seperti yang
tercantum di bawah ini:
- Menanyakan apakah ada pesan lagi;
- Mengucapkan terima kasih;
- Memberi salam;
- Memberi kesempatan penelpon menutup sambungan terlebih dahulu;
- Meletakkan gagang telepon kembali dengan hati-hati;
- Memprioritaskan hal-hal yang perlu ditindaklanjuti.
2.2.6 Etika Menyampaikan Pesan Melalui Telepon
Pesan adalah amanat yang disampaikan melalui orang lain atau
media lain. Pesan singkat merupakan sebuah amanat yang disampaikan
secara singkat. Isi pesan singkat dapat bermacam-macam, seperti rencana
kegiatan, penjelasan tentang sesuatu yang akan terjadi, permintaan maaf,
dan lain-lain. Pesan singkat dapat ditulis di secarik kertas. Tulisan pesan
singkat cukup diletakkan di tempat yang akan dibaca oleh orang yang
dituju. Selain itu, tulisan pesan singkat dapat diberikan secara langsung.
Di lingkungan dinas atau perkantoran, pesan singkat ini biasa disebut
memo (memorandum). Memo berguna untuk mengingatkan atau
memberikan penugasan tentang suatu urusan, biasanya dari atasan kepada
bawahannya. Isinya singkat. Selain itu, biasanya ditulis tangan. Bahasa
memo harus singkat, komunikatif, dan santun. Pesan-pesan yang
disampaikan dalam memo biasanya tidak ada kalimat pembuka atau kalimat
penutup, penulis langsung kepada pesan yang dimaksudkannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kamu sering menggunakan pesawat
telepon untuk berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada teman,
saudara, atau keluarga untuk berbagai keperluan. Berkomunikasi melalui
telepon termasuk jenis komunikasi tidak langsung. Pembicara dan lawan
bicara tidak berhadapan langsung. Walaupun demikian, kalimat yang
diucapkan melalui pesawat telepon harus mencerminkan etiket kesantunan
dan keefektifan. Perhatikanlah hal-hal berikut:
1. Mengawali pembicaraan
Saat menelepon, awalilah dengan ucapan salam yang santun. Halo,
selamat pagi. Bisa bicara dengan Pak Tanu? Halo, selamat malam. Ini
Muti. Bisa bicara dengan Erna, Pak? Assalaamu'alaikum. Bisa bicara
dengan Alif, bu? Saya Kiko teman sekelasnya. Selamat siang, PT
Pupuk Kaltim? Saya Tono dari LBH Bandung, bisa bicara dengan Pak
Kosim, bagian pemasaran?
2. Menerima telepon
Jika menerima telepon, kamu tidak boleh langsung menutup telepon
setelah mengetahui orang yang dimaksud
penelepon tidak ada.
Sampaikanlah kata-kata seperti berikut. Mau ke Kak Lia? Sebentar ya ,
saya lihat dulu! Maaf, ayah belum pulang. Ada pesan? Selamat siang,
Pak Kosim sedang memimpin rapat. Ada pesan?
3 . Menyampaikan identitas
Sikap santun dalam bertelepon adalah menyampaikan identitas.
Ungkapkan jati dirimu dengan jelas, misalnya Saya Tia, bu, temannya
di bimbel. Daninya ada, bu? Menebak identitas si penerima telepon
bukanlah sikap yang santun, misalnya Ini Dani, ya! Kalau yang
menerima telepon adalah benar yang bernama Dani tidak masalah,
tetapi jika yang menerima telepon ternyata ayahnya, tentu hal ini
menjadi lain masalah.
4. Menutup pembicaraan
Jika pembicaraan dalam telepon selesai, sampaikanlah kata penutup,
seperti Selamat pagi/siang/sore/malam atau salam bagi orang
muslim Assalaamu'alaikum/Wa'alaikum salam.
Soenarijati Endang, dkk (2008:15) mengemukakan bahwa ada
beberapa etika yang harus kita perhatikan dalam menyampaikan pesan
melalui telepon, yaitu:
1) Gunakan bahasa yang efektif dan santun;
2) Perhatikan siapa yang diajak berbicara dan gunakan sapaan yang
sesuai;
3) Ucapkan salam pembuka, misalnya assalamu „alaikum, selamat pagi,
halo;
4) Isi percakapan sebaiknya singkat dan padat;
5) Akhiri
percakapan
dengan
salam
penutup,
misalnya
wa‟alaikumussalam, sampai jumpa, selamat pagi;
6) Hindari pemakaian kata yang tidak perlu.
Dalam menyampaikan pesan melalui telepon ada beberapa langkah
yang harus kita perhatikan yaitu:
1. Angkatlah gagang telepon, tekan nomor dengan tangan. Jangan
menekan dengan pensil atau benda tajam;
2. Ucapkan salam dan perkenalkan dir isaat telponmu diterima;
3. Setelah selesai, ucapkan salam yang tepat;
4. Letakkan kembali gagang telepon pada tempatnya setelah selesai
memakainya;
5. Baik angka pada telepon rumah, telepon umum, maupun handphone
digunakan dengan cara ditekan. Maka dari itu, hati-hati menekan
nomor;
6. Gunakan bahasa yang sesuai. Kalau kita bertelepon dengan orang
yang lebih tua, pakailah kalimat yang sopan dan kalau bertelepon
dengan teman sebaya, kita boleh menggunakan percakapan yang
tidak baku.
Berikut contoh menyampaikan pesan melalui telepon.
Kakak : “Hallo, ini kak Andri”. Apa Kabar?”
Adik
: “Baik, ini adik Santi.”
“Ada apa kak Andri?”
Kakak : “Dik Santi, tolong sampaikan pesan buat ayah dan ibu minggu
depan aku sama teman-teman mau pulang ke rumahku.”
Adik
: “Maksudnya ke rumah kita?”
Kakak : “Ia ke rumah kita, katanya mau melihat tanaman sayuran
milik bapak yang bagus dan subur.”
Adik
: “Kenapa mereka tahu, kak?”
Kakak : “Kan, kakak bercerita, kebetulan ada tugas dari guru cara
menanam sayuran di tanah darat.”
Adik
: “Begitu ceritanya.”
“Ia saya sampaikan pada ayah dan ibu.”
Kakak : “Terima kasih”.
2.2.7 Manfaat Media Telepon
Menurut Soenarno Adi (2008:2) berkomunikasi melalui telepon
mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:
1) Lebih praktis, dibanding kita bepergian langsung untuk mengadakan
hubungan atau kontak dengan seseorang;
2) Lebih murah, maksudnya jika dibandingkan dengan datang ke lokasi
tertentu, apalagi jaraknya yang jauh maka dapat melakukan hubungan
atau komunikasi;
3) Lebih cepat, maksudnya jika dibandingkan dengan mengangkat
telepon dan memutar nomor yang dituju seorang akan langsung
berkomunikasi;
4) Lebih efisien, baik dari segi waktu, biaya, tenaga maupun energi yang
dikeluarkan untuk berkomunikasi
2.2.8 Kelemahan dan Kebaikan Berbicara Melalui Telepon
Disisi lain ada juga kekurangan yang kita temukan dalam
komunikasi melalui pesawat telepon, antara lain untuk keperluan tertentu
orang lebih merasa puas, sopan, atau leluasa jika bisa bertemu langsung
dengan seseorang yang diajak bekomunikasi. Hal ini bisa terjadi dalam
acara-acara seperti yang dikemukakan oleh Soenarno Adi (2008:3) berikut
ini:
1) Pertemuan resmi empat mata;
2) Pertemuan seseorang yang sudah lama tidak berjumpa;
3) Ingin memberikan, meminta barang tertentu dalam berkomunikasi, atau
transaksi langsung sehingga tidak ada pilihan lain harus bertemu.
Pendapat Soenarno Adi berbeda dengan pendapat Suherli. Menurut
Suherli (2006:42) kelemahan berkomunikasi melalui telepon terdiri
dari dua, yaitu: 1) kurang praktis tidak bisa dibawa karena besar, berat,
dan membutuhkan jalur; 2) jika aliran listrik padam otomatis telepon
pun tidak dapat berfungsi. Sedangkan kebaikan telepon terdiri dari: 1)
biaya menggunakan akan lebih ringan jika berhubungannya dengan
telepon yang sama; 2) juga dapat menyimpan pesan jika kita sedang
tidak ada.
Dalam kenyataan sehari-hari, keberadaan telepon ditengahtengah kehidupan dirasakan sangat penting kegunaannya sehingga
sampai
sekarang
orang
tetap
menggunakannya
sebagai
alat
komunikasi canggih yang tidak pernah akan pudar nilainya.
2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan
Skripsi
Trisnawati
tahun
2012
yang
berjudul
meningkatkan
keterampilan berbicara dalam menyampaikan pesan melalui media telepon
pada siswa kelas IV SDN No. 10 Kota Barat Kota Gorontalo. Penelitian yang
digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas, di mana yang menjadi subjek
penelitian adalah siswa kelas IV SDN 10 Kota Barat Kota Gorontalo yang
terdiri dari 25 orang siswa. Data yang diperoleh melalui tes, obsevasi, catatan
lapangan, dan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah mereduksi
data, sajian data, penarik kesimpulan, dan verifikasi data. Dari dua siklus
dalam penelitian ini diperoleh hasil tes pada setiap akhir siklus, pembelajaran
kegiatan menyampaikan pesan dengan menggunakan media telepon dapat
meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan
presentasi pada siklus 1 sebesar 73%, dan presentasi pada siklus 2 meningkat
menjadi 82%. Berdasarkan hasil analisis angket siswa diketahui bahwa siswa
merasa senang
dengan pembelajaran menggunakan media telepon dan
keterampilan berbicara siswapun meningkat.
Adapun perbedaan dengan penelitian peneliti adalah dilaksanakan di
sekolah yang berbeda. Dalam penelitian ini peneliti tidak mengamati siswa
tetapi hanya mengamati guru kelas IV mengajar materi menyampaikan pesan.
Peneliti
melihat
guru
mengajar
menggunakan
media
telepon
dan
memperagakan cara menyampaikan pesan menggunakan telepon dan terbukti
dengan menggunakan media telepon maka kemampuan siswa menyampaikan
pesan dapat meningkat.
Download