Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 PERKEMBANGAN HUKUM INDONESIA DALAM MENCIPTAKAN UNIFIKASI DAN KODIFIKASI HUKUM Oleh : Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar Abstract Indonesian legal development is the creations of legal expectations are aligned and balanced for all aspects of life. The history of the development of law in Indonesia has shown unification and codification very difficult to apply in Indonesia, because of the complex Indonesian society. In addition , the applicable legal pluralism in Indonesia led to thorough unification difficult to apply whereas codification can only be done partially. Keywords : Indonesian Legal Development, Unification, Codification. Abstrak Perkembangan hukum Indonesia merupakan pengharapan terciptanya hukum yang selaras dan seimbang bagi segala aspek kehidupan. Sejarah perkembangan hukum Indonesia telah memperlihatkan unifikasi maupun kodifikasi sangat sulit diterapkan di Indonesia karena kompleksnya masyarakat Indonesia. Selain itu, pluralism hukum berlaku di Indonesia, sehingga unifikasi menyeluruh sulit dilakukan, sedangkan kodifikasi hanya dapat dilakukan secara parsial. Kata Kunci : Perkembangan Hukum Indonesia, Unifikasi, Kodifikasi. A. 1. beragam PENDAHULUAN Perkembangan hukum Indonesia pengharapan mengarahkan hukum Indonesia menuju suatu system yang bisa Latar Belakang Masalah merupakan untuk menciptakan mendukung semangat bangsa. Terpeliharanya hukum adat, berlakunya hukum yang menjiwai bangsa. Sebagai hukum Negara yang sedang berkembang, maka merupakan pilihan-pilihan hukum yang system hukum Indonesia masih terus sering menjadi perdebatan. Aneka ragam mengalami atau unifikasi hukum mencari suatu bentuk hukum yang terdapat di Indonesia tepat untuk menyebabkan banyak terjadinya konflik diterapkan. Banyaknya pemikiran yang hukum yang berkembang baik antara system perubahan Islam hukum yang 109 110 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 hukum yang tertulis maupun hukum tidak berkembang tertulis (hukum adat/hukum kebiasaan). diselesaikan dengan cara kekerasan. Sebagai Negara hukum, Indonesia merupakan Negara d. yang kaya akan Otonomi sehingga daerah seringkali menyebabkan perpecahan karena membentuk opini budaya termasuk di dalamnya budaya tentang hukum yang plural dan majemuk, tapi pendatang sehingga memunculkan pluralisme hukum yang ada dalam sejarah diskriminasi. hukum Indonesia menyebabkan beberapa e. putra daerah dan putra Sifat kedaerahan sangat menyulitkan hal yaitu : menciptakan sistem hukum yang a. berjiwa kebangsaan. b. Sulitnya mencari kepastian hukum karena kemajemukan yang berbeda Sebab-sebab itu membawa akibat tersebut mengakibatkan hukum di yang cukup untuk membentuk system Indonesia menjadi beragam dan sulit hukum yang diinginkan. Akibat-akibatnya diatur. menimbulkan Persatuan menjadi dan kesatuan pertaruhan menyulitkan dalam yang bangsa cukup menyamakan hal konflik, yaitu : a. Tidak adanya kepercayaan terhadap hukum karena sifat kedaerahan yang masih mengedepankan hukum adat. b. Penyelesaian konflik menjadi bagian yang teramat diselesaikan rumit karena untuk banyak kepentingan dan system hukum yang yang berimplikasi pada saat timbulnya suatu persepsi masyarakat tentang suatu hal cukup kuat. c. beberapa Negara dan lebih Menganggap hukum daerahnya lebih baik dari yang lain. c. Menyempitkan cara berpikir karena lebih mempertahankan mengutamakan hukum adat Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 masing-masing daripada mengedepankan hukum Negara. memperoleh kekuasaannya bukanlah dari Tuhan ataupun dari raja maupun Negara, Sebagai Negara yang memiliki akan tetapi berdasarkan atas hukum; yang wilayah yang cukup besar dan jumlah berdaulat adalah hukum, baik pemerintah penduduk yang banyak, menyebabkan maupun rakyat memperoleh kekuasaan Indonesia menjadi kaya akan banyak hal dari hukum1. termasuk adat istiadat yang berkembang Sedangkan konsep Negara hukum di masing-masing wilayah dengan ragam menurut Frederich Julius Stahl memiliki budaya yang menarik dan berkembang empat unsur yaitu : sebagai suatu kekayaan bangsa tapi a. Hak-hak Dasar Manusia. seringkali hal itu menyulitkan untuk b. Pembagian Kekuasaan. membangun c. Pemerintahan berdasarkan peraturan- sistem hukum yang menaungi dan menjiwai bangsa Indonesia. 2. peraturan, dan d. Rumusan Masalah maka dapat dirumuskan beberapa masalah a. b. Usaha dan Ada dua asas hukum sebagai bagian dari hidup kejiwaan manusia, Bagaimanakah sejarah hukum dalam asas hukum ada cita-cita hukum Indonesia ? yang ingin diraih yaitu : Bagaimanakah membangun hukum a. Indonesia dalam menciptakan unifikasi hukum ? 3. Tata Perselisihan2. Berdasarkan latar belakang di atas, yaitu : Peradilan Asas hukum umum yaitu asas hukum yang berhubungan dengan seluruh bidang hukum. Kerangka Teoritis 1 Teori Kedaulatan Hukum menurut Krabbe yaitu bahwa pemerintah Kansil,C.S.T., Christine S.T. Kansil, 2004, Ilmu Negara (Umum dan Indonesia), Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 139-140. 2 Mukthie Fadjar, 2005, Tipe Negara Hukum, Banyumedia Publishing, Malang, hal. 42. 111 112 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 b. Asas hukum khusus berfungsi dalam B. PEMBAHASAN bidang yang lebih sempit seperti 1. Sejarah Hukum Indonesia dalam bidang hukum perdata, hukum pidana dan sebagainya, sering Ketika pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1942, akibat kalah berperang merupakan penjabaran asas hukum dengan umum.3 meninggalkan wilayah Indonesia, maka Dalam hukum Jepang, terpaksa Hindia system hukum yang ditinggalkan di Belanda, ditemukan adatrecht, terdiri atas Indonesia masih merupakan hukum yang bagian-bagian : beraneka warna a. tata pemerintah Hukum asli dari bangsa Malaiopolynesia umumnya, bangsa Menurut yaitu : orang Timur asing yang ada di a. juga hukum b. rakyatnya sendiri. b. Unsur-unsur hukum agama di daerahdaerah dan mengenai hal-hal serta sebanyak yang di situ hukum aslinya telah dirubah bentuknya atau didesak c. oleh hukum agama itu4. d. 3 Sudikno Mertokusumo, 2007, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hal. 10-11. 4 Kusumadi Pudjosewojo, 2008, Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 80. Soepomo, di Hindia Belanda terdapat lima tatanan peradilan Indonesia khususnya, dan mengenai Hindia-Belanda (pluralisme hukum). Peradilan Gubernemen yang meliputi seluruh wilayah Hindia Belanda. Peradilan Pribumi : di bagianbagian Hindia Belanda di mana rakyatnya “dibiarkan menyelenggarakan peradilannya sendiri terdapat hakim-hakim pribumi yang mengadili menurut tatanan peradilan pribumi, di samping hakim-hakim gubernemen. Di dalam kebanyakan daerah swapradja di samping tatanan peradilan gubernemen terdapat juga tatanan Peradilan Swapradja. Peradilan Agama : baik di bagian-bagian Hindia Belanda di mana terdapat peradilan gubernemen maupun di daerahdaerah di mana peradilan agama merupakan bagian dari peradilan pribumi, atau di dalam daerah- Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 daerah Swapradja sebagai bagian dari peradilan swapradja itu. Peradilan Desa : yang terdapat di kebanyakan masyarakat desa5. e. terarah pada kepentingan satu tujuan, peperangan yakni Pemerintah Militer Jepang6. Keanekaragaman hukum dan Dengan Proklamasi Kemerdekaan pengadilan, mengakibatkan perlunya pada pengaturan yang membantu hakim tanggal 17 Agustus 1945, dan terbentuklah sebuah Negara baru yaitu pejabat administrasi pemerintah Indonesia. Dan dengan itu tatanan hukum (birokrasi) eksekutif untuk menentukan colonial Belanda terhapus dengan hukum mana yang berlaku. sendirinya, dan di atasnya terbentuk Pada masa penguasaan Jepang, tatanan hukum baru. Tatanan hukum baru tata hukum Hindia Belanda masih tetap tersebut tidak segera berwujud perangkat berlaku sebagai hukum positif. Perubahan kaidah hukum positif yang tertulis, merupakan tatanan penting yang dilakukan oleh penguasa melainkan militer Jepang tidak banyak, masih hanya hukum tidak tertulis yang belum terbatas pada perubahan susunan badanmemperlihatkan bentuk yang jelas dan, badan pengadilan dengan penyesuaian karena itu, memerlukan pemositivan lebih hukum acaranya serta menetapkan lanjut. Pada dasarnya, tata hukum hukuman yang lebih berat terhadap Indonesia yang ada dan berlaku pada saat pelanggaran di bidang hukum pidana. itu adalah kaidah dan pranata Hukum Tatanan hukum pada masa Interregnum Adat setempat serta Hukum Agama ini dapat dikualifikasi termasuk tipe sejauh sudah diresapi ke dalam Hukum Tatanan Hukum Represif, sebab semua Adat. Pada tanggal 18 Agustus 1945 keputusan dan pertimbangannya hanya 6 5 Sunaryati Hartono, 2006, Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Asas Hukum bagi Pembangunan Hukum Nasional, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 15. Bernard Arief Sidharta, 2000, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum Sebuah Penelitian tentang fundasi Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan Ilmu Hukum sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Hukum Nasional Indonesia, Mandar Maju, Bandung, hal. 55. 113 114 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 ditetapkan dan diberlakukan Undang- dapat dipandang sebagai strategi politik Undang Dasar 1945, dan dengan itu untuk mempersatukan Indonesia di bawah menjadi satu kekuasaan nasional. Pada masa itu, jelas sosok kepositivitasan tatanan hukum Negara Indonesia. mulai merebak ke permukaan Pada masa 1950 terjadi perubahan pertentangan antara tiga jajaran penegak penting dalam bidang penyelenggaraan hukum yang juga ikut membawa dampak hukum adalah negative pada perkembangan tatanan badan hukum pada penyederhanaan masa dan itu unifikasi dan mutu pengadilan ke dalam Pengadilan Negeri, peradilan. Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung, antara hakim dan jaksa yang berkaitan dengan penunjukan hukum acaranya. Hal dengan masalah kedudukan dan citra. ini dilakukan dengan Undang-Undang No. Persoalan 7 / 1947 (27 Februari 1947) tentang berlangsung antara jaksa dan polisi, organisasi dan Kekuasaan Mahkamah sesungguhnya dalam hal ini yang menjadi Agung dan Kejaksaan Agung, yang dasar permasalahan berkaitan dengan kemudian status dan prestise. Tetapi, persoalan yang diintegrasikan ke dalam Pertama-tama pelaksananaan kedua pertentangan pertentangan Undang-Undang No. 19 / 1948, yakni dimunculkan Undang-Undang tentang Susunan dan kekuasaan antara pihak kepolisian dan Kekuasaan Badan-badan Kehakiman dan pihak badan penuntut umum. Berlakunya Kejaksaan, langkah Undang-Undang Dasar Sementara 1950 pemisahan fungsi eksekutif dan fungsi menetapkan bahwa Republik Indonesia pengadilan. untuk adalah Negara Hukum yang demokratis mengunifikasikan badan peradilan yang dan berbentuk Negara kesatuan dengan mencerminkan desentralisasi dan dekonsentrasi, serta yang mencakup Adanya kehendak semangat persatuan nasional . Reorganisasi badan pengadilan menganut adalah yang system pembagian pemerintahan Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 parlementer dan system multipartai yang Pada masa 1965, disahkannya liberalistik. Selain itu, UUDS-1950 juga undang-undang no 19 tahun 1964 tentang mengharapkan kodifikasi untuk beberapa Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan bidang hukum tertentu tanpa secara Kehakiman pada pasal 1 Ayat (1) eksplisit mengharuskan unifikasi hukum. ditetapkan bahwa : Sehubungan Pasal 1 dengan ini, berkenaan dengan politik hukum yang ditempuh, di kalangan para yuris Indonesia pada masa (1) Semua peradilan di seluruh wilayah Republik Indonesia adalah peradilan Negara, yang ditetapkan dengan Undang-Undang. itu terdapat perbedaan pendapat yang Dalam hal ini dimaksudkan adalah hingga derajat tertentu. Di bawah peradilan dimaksudkan sebagai peradilan pengaruh Mazhab Sejarah dan relativisme Negara, budaya, menghendaki agar bagi rakyat Indonesia tetap berlaku Hukum Adatnya masing-masing untuk melindungi bangsa Indonesia asli melaksanakan menjalankan fungsi hukum dan sebagai pengayoman dalam Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan kemungkinan Manipol/Usdek yang menuju masyarakat dirugikan dalam dinamika perdagangan Sosialis Indonesia. Tidak ada tempat bagi liberal. Pandangan yang bertujuan baik ini peradilan dalam feodalistis, atau peradilan Adat yang dirinya dari yang sendiri mengandung dampak merugikan bangsa Indonesia, dilakukan karena, Negara. dalam implementasinya, menyebabkan bangsa Indonesia terasing berdampak dari perkembangan menghambat proses swapraja bukan besar juga penyelenggaraan interaksi dan merosotnya integrasi cultural bangsa Indonesia7. alat Undang-Undang dan dunia yang bersifat perlengkapan ini juga terhadap proses peradilan dan kehidupan hukum di Indonesia. Ketentuan ini juga membuka jalan untuk adanya campur tangan dari 7 Ibid, hal. 61-62. 115 116 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 Presiden untuk peradilan dengan mencampuri alasan proses kepentingan Namun, sebaliknya sulit disangkal bahwa rentang waktu sejak Proklamasi revolusi, yang dalam praktek berdampak Kemerdekaan hingga tahun 1993 adalah selain juga periode formatif tatanan politik Negara mempercepat proses demoralisasi, para Republik Indonesia yakni periode yang di melemahkan posisi, hakim dan penegak hukum lainnya. Perkembangan hukum Indonesia berlanjut pada pemerintahan orde baru. Keinginan untuk mewujudkan Negara Hukum dengan rule of law-nya dan pemerintahan yang kuat, bersih dan berwibawa. Berbagai usaha dilakukan untuk menata ulang penyelenggaraan kehidupan bernegara. Dengan semangat perjuangan untuk mewujudkan Pancasila dalamnya berlangsung berbagai upaya untuk membangun politik sebagai hukum Indonesia memperlihatkan ciri-ciri Tatanan Hukum Represif, yang pada dasarnya bertentangan dengan cita-cita tentang tatanan hukum yang terkandung dalam Undang-Undang dasar 1945, yakni tatanan hukum yang mandiri namun responsif terhadap perkembangan tuntutan kebutuhan hukum Bangsa Indonesia. tatanan pengorganisasian penyelenggaraan kehidupan suatu bangsa yang baru menghadirkan diri sebagai bangsa yang merdeka yang berkeinginan untuk mengatur diri sendiri secara mandiri, yang asas-asas pokoknya dan kerangka umum struktur dasarnya dicantumkan dalam UUD 1945. dan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen. Perkembangan suatu Sementara itu, dalam keadaan apapun masyarakat akan selalu memerlukan hukum, meskipun dengan kualitas yang tidak sesuai dengan harapan. Karena itu, dalam kaitan dengan kenyataan kemasyarakatan dewasa ini, kehadiran tatanan hukum yang memperlihatkan ciri-ciri yang represif hingga tahun 1993 itu memang tidak dapat dielakkan. tampaknya Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 2. Membangun Hukum Indonesia Untuk Menciptakan Unifikasi Hukum Berdasarkan hukum, teori pemerintahan kedulatan yakni konfigurasi yang tersusun atas produk perundang-undangan nasional sesudah Proklamasi kemerdekaan, produk kedaulatan dari hukum bukan karena undangan yurisprudensi kekuasaan raja atau dari Tuhan tapi dari Hindia Belanda, hukum adat lokal, dan hukum yang dibentuk oleh pihak yang hukum berwenang. itu, konvensi internasional dan pranata hukum pembangunan hukum merupakan bagian asing. Tentang hal ini, GBHN 1993 untuk mengamanatkan agar secepat mungkin Oleh mendapatkan pluralistik, karena pengembangan hukum dan dan Islam, perundang- ditambah sejumlah menciptakan aktualisasi hukum untuk dengan semua unsur system hukum, baik lunak prioritas, maupun keras. Secara formal, sebagian undangan zaman Hindia Belanda diganti besar dengan pembangunan unsur operasional memperhatikan zaman seluruh produk pertimbangan produk perundang- perundang-undangan (kelembagaan hukum) sudah dilaksanakan nasional. Bangunan tata hukum Indonesia berupa sudah diberlakukannya berbagai yang undang-undang yang mengatur kehidupan berintikan Cita hukum Pancasila, dan masyarakat Indonesia. Yang masih harus dioperasionalkan ke dalam kenyataan dilakukan melalui asas-asas hukum nasional pada adalah melengkapi tersusun secara dan kekurangannya serta mengkaji ulang yang proses sudah terlaksana untuk menyempurnakan, melalui baik segi kualitas substansi maupun segi yurisprudensi. Asas-asas hukum nasional kualitas konsistensinya. ini terdiri atas asas-asas hukum (yang kini pembentukan hierarkis hukum positif perundang-undangan dan Tentang materi hukum, hingga berlaku atau diakui secara) universal, tata asas-asas hukum yang didistilasi dari hukum Indonesia masih 117 118 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 hukum adat, asas-asas hukum yang sedangkan bagian-bagian yang sensitif diderivasi secara langsung dari Pancasila dibiarkan tumbuh sendiri dulu, sampai dan asas-asas hukum teknis sektoral.8 kelak Tata hukum yang akan dibangun secara dijadikan hierarkis piramidal tersusun atas Cita berbicara tentang unifikasi, Umar Said Hukum Pancasila, asas Hukum Nasional, menyebutkan bahwa unifikasi adalah dan kaidah-kaidah Hukum Positif yang penyatuan hukum yang berlaku secara terdiri nasional;atau penyatuan pemberlakuan atas perundang-undangan, menjadi yurisprudensi undang-undang.9 nasional10. Ketika yurisprudensi, pranata dan kaidah Hukum hukum Adat dalam hukum secara nasional untuk hukum- kenyataan dan belum diangkat menjadi hukum yang bersifat sensitif yaitu hukum- ketentuan undang-undang, kaidah-kaidah hukum hukum Islam sejauh sudah diresepsi pelaksanaan hukum kebiasaan sangat sulit dalam Hukum Adat atau sudah menjadi untuk diunifikasi karena masing-masing ketentuan undang-undang dan hukum daerah memiliki kebiasaan. berbeda seperti sepanjang masih hidup secara atau yang Penyatuan mengarah adat kepada istiadat contohnya yang Undang- Pengembangan hukum Indonesia Undang tentang Pornografi yang banyak yang masih pluralisme, menurut Mochtar mendapat penolakan dari masyarakat di Kusumaatmadja, Indonesia daerah kodifikasi tersebut dilaksanakan akan mempengaruhi parsial, dalam arti bahwa hanya bidang- esensi pelaksanaan kegiatan adat di bidang hukum yang tidak sensitif saja, daerah mereka. Sejarah perkembangan semestinya hukum unifikasi dan yang menganggap jika UU seperti hukum kontrak, hukum perbankan, 9 dan hukum pidana yang dikodifikasi, 8 Ibid, hal. 81. Sunaryati Hartono, Op.cit, hal. 25. Umar Said, 2009, Pengantar Hukum Indonesia Sejarah dan Dasar-Dasar Tata Hukum Serta Politik Hukum Indonesia, Cetakan Pertama, Setara Press, Malang, hal. 30. 10 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 Hukum ketika Indonesia Belanda juga menjajah kesulitan untuk kulturnya dimana sarananya. hukum Transformasi sebagai tersebut memberlakukan hukum Perdata secara ditempuh melalui berbagai cara dan unifikasi sehingga terjadi tiga pembagian tindakan yaitu : golongan masyarakat dimana bagi a. Masyarakat dibiarkan berkembang secara alami tanpa campur tangan dari pihak manapun. Cara ini biasanya memakan waktu yang sangat lama. Perubahan masyarakat secara mendadak dan cepat (revolusioner). Tranformasi masyarakat melalui cara ini sering kali terjadi sebagai akibat peristiwa berdarah yang bertujuan menggantikan pimpinan Negara ataupun asasasas pemerintahan secara tibatiba. Kelemahan dari cara revousioner ini adalah bahwa besar kemungkinannya masyarakat akan mengalami set back karena perubahan itu terjadi secara terlalu mendadak. Karena itu, di abad ke-20 ini lebih banyak ditempuh cara yang lebih evolusioner, yaitup erubahan masyarakatyang direncanakan dan diarahkan supaya perubahan masyarakat terjadi secara bertahap dan wajar ( evolusioner )12. golongan pribumi masih menggunakan hukum adat. Kemajemukan masyarakat Indonesia pluralisme pelaksanaan menyebabkan hukum timbulnya juga dalam hukum-hukum tertentu b. terutama hukum keperdataannya. Selain itu, kodifikasi hukum juga diperlukan untuk beberapa hukum yang dapat dilakukan kodifikasi. Kodifikasi adalah membukukan hukum sejenis, secara lengkap, sistematis menjadi satu dalam satu kitab Undang-Undang, hal itu misalnya : Hukum Pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, hukum perdata dalam Kitab Undang-Undang Perubahan dan pembauran Hukum Perdata, hukum dagang dalam masyarakat yang dibiarkan secara alami Kitab Undang-Undang Hukum Dagang11. mungkin mengakibatkan perkembangan Selain diadakan masyarakat kea rah yang tidak diinginkan transformasi masyarakat baik struktur dan atau bahkan mengakibatkan kemunduran 11 Ibid. itu, perlu 12 Ibid, hal. 27. 119 120 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 dan kekacauan (anarki). Sedangkan untuk memahami sifat hakikatnya dan perubahan dan pembauran yang dilakukan konsekuensi diterimanya konsep tersebut. secara revolusioner dan dalam waktu yang Apabila hukum diberi peranan sebagai singkat, kurang berakar dalam masyarakat perubahan dan pembangunan, pemikiran sehingga mengacaukan struktur dan kultur ini masyarakat yang ada sebelumnya. terhadap pengaruh timbal balik antara Sejak Revolusi Industri, hukum membuktikan (karena mentransformasikan diinginkan dari kesadaran hukum dan masyarakat, dan bahwa mulai berperan sebagai sarana untuk masyarakat, adanya salah satu agar sebab) memang masyarakat yang masyarakat agraris menjadi masyarakat bersangkutan berubah secara lebih cepat industri dan dari masyarakat tradisional dan menuju suatu arah yang tertentu. menjadi masyarakat modern-kapitalis. Kini menjelang berakhirnya abad Namun demikian, setiap cara perubahan 20, perlu diusahakan untuk mengganti masyarakat mengandung kekurangannya semua perangkat aturan hukum yang sendiri. Jika dalam masyarakat tradisional berasal dari masa Hindia Belanda dengan perubahan masyarakat terjadi dengan perundang-undangan sangat memperbaiki dan meningkatkan mutu lambat, dalam negeri menggunakan hukum sebagai pembaruan masyarakat, yang sarana terdapat kehidupan hukum, nasional termasuk peradilannya. sambil praktek Terselenggaranya kemungkinan bahwa aspirasi masyarakat kehidupan hukum yang bermutu akan yang bersangkutan kurang diperhatikan. menciptakan kesempatan yang sama bagi Karena itu, pemikiran terhadap peranan tiap warganegara untuk mengembangkan hukum diri secara optimal yang akan lebih sebagai alat perubahan dan pembangunan itu perlu ditempatkan pada mendorong kreativitas, alur persepsi yang disepakati bersama memungkinkan semua fungsi dan hukum Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 terlaksana, khususnya fungsi sebagai sarana pembaharuan masyarakat. struktur maupun kultur yang difasilitasi oleh hukum juga perlu dilakukan untuk mengubah cara pandang dan pemikiran C. PENUTUP masyarakat terhadap pembaharuan Sejarah Hukum Indonesia setelah hukum. Pembaharuan hukum sangat kekalahan Hindia Belanda meninggalkan diperlukan untuk membangun suatu banyak aturan-aturan hukum yang plural system hukum yang berdasarkan cita-cita dan masih majemuk. Selain itu sistem bangsa yaitu hukum berdasarkan peradilanpun masih bersifat plural dan Pancasila. Pembangunan Hukum yang masih terdapat diskriminasi. Seiring direncanakan secara cermat harus berjalannya waktu, pada tahun 1950, telah diarahkan untuk membangun tatanan dilakukan unifikasi terhadap peradilan hukum nasional yang modern dengan yaitu pembentukan Pengadilan Negeri, mengacu Cita Hukum Pancasila, yang Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung mampu memberikan kerangka dan aturandan pada tahun 1964, pengadilan swapraja aturan hukum yang efisien dan responsif tidak diberlakukan kembali dan semuanya bagi penyelenggaraan kehidupan masa menuju ke pengadilan Negara. tatanan hukum kini dan masa depan. Politik hukum Perkembangan dalam bentuk penciptaan hukum yang Indonesiapun masih bersifat represif. diharapkan (ius constituendum) mengarah Sedangkan, membangun Hukum pada Indonesia yang unifikasi hukum diterapkan menciptakan masih karena sifat sangat unifikasi hukum sangat sulit suatu terwujud karena respon terhadap penyatuan masyarakat sulit hukum secara pluralistik nasional terutama hukum yang ternyata masyarakat dan hukum yang ada.. Selain konflik terhadap hukum kebiasaan itu, transformasi terhadap masyarakat baik menjadi hal yang tidak mudah untuk 121 122 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 dicarikan solusi karena peradaban bangsa Indonesia sangat menghormati hukum kebiasaan yang berlaku di daerah. Oleh karena itu, para pembentuk kebijakan harus berfikir lebih sistematis dan realistis ketika akan memberlakukan unifikasi terhadap aturan yang hanya bersifat pelengkap (komplementer) saja bukan aturan yang bersifat imperative, harus mampu bersikap fleksible dan tidak memaksakan pemberlakuan aturan tersebut jika bertentangan dengan hukum kebiasaan setempat. DAFTAR PUSTAKA Buku Bernard Arief Sidharta, 2000, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum Sebuah Penelitian tentang fundasi Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan Ilmu Hukum sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Hukum Nasional Indonesia, Mandar Maju, Bandung. Kansil, C.S.T., Christine S.T. Kansil, 2004, Ilmu Negara (Umum dan Indonesia), Pradnya Paramita, Jakarta. Kusumadi Pudjosewojo, 2008, Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Mukthie Fadjar, 2005, Tipe Negara Hukum, Banyumedia Publishing, Malang. Sudikno Mertokusumo, 2007, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta. Sunaryati Hartono, 2006, Bhineka Tunggal Ika Sebagai Asas Hukum bagi Pembangunan Hukum Nasional, Citra Aditya Bakti, Bandung. Umar Said, 2009, Pengantar Hukum Indonesia Sejarah dan DasarDasar Tata Hukum Serta Politik Hukum Indonesia, Cetakan Pertama, Setara Press, Malang.