BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Katsura Imperial Villa dibangun oleh Pangeran Hachijo Toshihito pada tahun 1620-an di sepanjang Sungai Katsura, Kyoto. Desainnya menggabungkan taman klasik yang indah dengan kedai-kedai teh pedesaan dan kesederhanaan pada bangunan utama. Bangunan ini merupakan sebuah pondok dari keluarga kekaisaran Hachi no Miya. Katsura lebih dikenal sebagai tempat peristirahatan bagi keluarga kekaisaran yang dikenal sebagai Heian Kyo karena bangunan ini memberikan suasana damai dan tenang. Konsep yang diambil pada Katsura adalah bangunan dengan unfinished wooden posts atau tiang kayu belum mengalami proses plitur dan juga menggunakan atap jerami dengan luas totalnya adalah 69.000 meter persegi termasuk area tambahan. Pangeran Toshihito meninggal pada tahun 1629 mengakibatkan pembangunan Katsura berhenti. Namun, setelah Pangeran Noritada beranjak dewasa, ia meneruskan pembangunan Katsura dengan menyisihkan uang dari hasil kerja kerasnya. Akan tetapi pembangunan Katsura tidak sesuai dengan rancangan arsitektur ayahnya. Pangeran Noritada menambahkan ruangan hasil desainnya sendiri seperti Shoin Baru. Dalam pembangunan Katsura, terdapat pencampuran ide-ide arsitektur tradisional Jepang dan budaya Budha. Pengaruh ide tradisional Jepang seperti 42 43 pada penggunaan tatami, fusuma, dan shoji serta adanya ceruk dekoratif (tokonoma) dan ruang bermeja (tsukeshoin), sedangkan pengaruh budaya Budha tercermin pada desain rumah-rumah teh di Katsura yang merupakan sebuah contoh arsitektur Zen Buddhisme yang juga mempengaruhi arsitektur dan lanskap. Upacara minum teh yang dilakukan di paviliun, merupakan bagian yang sangat penting dari masyarakat Jepang, hal ini juga merupakan ritual spiritual yang melambangkan kesempurnaan dalam tradisi Zen. Saat mengunjungi Katsura, pengujung yang datang akan dimudahkan untuk berjalan mengelilingi Katsura, karena hanya terdapat satu akses yang terhubung pada seluruh penjuru Katsura seperti komplek Shoin, dilanjutkan dengan memandangi taman bunga lalu berjalan mengelilingi taman air, Geppa-ro, Shokin-tei, Shoka-tei, rumah teh Shoi-ken dan segala sesuatunya yang terdapat di dalam Katsura. Pemandangan alam buatan yang sangat asri menjadikan pangunjung betah untuk berlama-lama berada di wilayah Katsura. Bahan-bahan material yang berasal dari alam memberikan kesan menyejukkan ketika mengunjungi Katsura. Batu, bambu dan kayu adalah bahan utama yang digunakan dalam konstruksi Katsura. Penggunaan batu terlihat dari beberapa aksen seperti jalan batu atau batu pijakan, lentera dan juga cekungan air yang berfungsi sebagai pengambilan air saat upacara minum teh. Penggunaan bambu tercerminkan dari desain beberapa pagar dan pintu masuk yang sebagian besar berbahan dasar bambu. Aksen kayu pada Katsura juga muncul dalam bangunan Katsura yang sepenuhnya berbahan utama kayu. 44 Selain bangunan, taman Katsura juga menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh desainernya. Pengaturan dengan berpedoman pada ilmu feng shui diterapkan ketika membangun vila dan taman ini. Peletakan tanaman dan bangunan sangat diperhitungkan sehingga membuat Katsura seperti tidak ada panorama kosong.