PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN LARUTAN NON ELEKTROLIT KELAS X SMA NEGERI 2 MALANG Hidya Septina Rahayu, M. Su’aidy, Fauziatul F. Universitas Negeri Malang Email: [email protected] ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ceramah-praktikum dan bagaimanakah hasil belajar afektif serta psikomotorik siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dibandingkan model pembelajaran ceramah-praktikum. Data dikumpulkan dengan menggunakan soal tes dengan lima pilihan jawaban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (dengan skor rata-rata 90,14) lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ceramah-praktikum (dengan skor rata-rata 88,47). Hasil belajar afektif siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (skor rata-ratanya 74,53) lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ceramah-praktikum (skor rata-ratanya 65,34). Hasil belajar psikomotorik siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing memperoleh skor rata-rata 74,80 lebih baik daripada skor rata-rata siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ceramah-praktikum 68,33. Kata kunci: inkuiri terbimbing, hasil belajar, larutan elektrolit dan larutan non elektrolit Kimia merupakan salah satu mata pelajaran sains yang sering dianggap sulit oleh siswa. Kesulitan dalam mempelajari ilmu kimia terkait dengan karakteristik ilmu kimia, antara lain: materi ilmu kimia mayoritas bersifat abstrak, sifat materi ilmu kimia berurutan dan berkembang dengan cepat. Berdasarkan karakteristik ilmu kimia di atas, kegiatan pembelajaran hendaknya menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu materi kimia yang diajarkan adalah larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Materi ini akan lebih mudah dipahami siswa jika dilakukan dengan disertai kegiatan praktikum. Untuk itu ada beberapa model pembelajaran yang dapat diusulkan agar siswa dapat lebih mudah memahami karakteristik materi ini, salah satunya adalah model pembelajaran inkuiri. Menurut Pavelich dan Abraham (2011:3), model pembelajaran inkuiri dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inkuiri terbuka/ bebas (free inquiry) dan inkuiri terbimbing (guided inquiry). Model pembelajaran inkuiri terbuka/ bebas merupakan model pembelajaran inkuiri yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mencari atau merumuskan masalah tentang topik yang dipilih guru dan merencanakan sendiri penyelidikannya (Depdiknas, 2008:12), sedangkan dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing suatu masalah dirumuskan oleh guru dan siswa dibimbing untuk memecahkannya. Beberapa tahapan yang dilakukan selama menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Rumusan masalah METODE Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Pebruari tahun 2013 dan menggunakan rancangan eksperimen semu (Quasy Exsperimental Design) post test only dan rancangan deskriptif. Rancangan eksperimen digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar kognitif siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Rancangan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-IPA SMA Negeri 2 Malang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen perlakuan (silabus, RPP, Handout, dan LKS) dan instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Instrumen untuk mengukur hasil belajar siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit berjumlah 35 soal tes obyektif dan masing-masing soal memiliki 5 alternatif jawaban. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan merupakan instrumen yang digunakan untuk memberi perlakuan kepada siswa selama proses pembelajaran. Instrumen ini berupa silabus pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hand out dan LKS yang disusun berdasarkan standard kompetensi dasar. Instrumen pengukuran dalam penelitian ini, yaitu instrumen untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengambil data hasil belajar kognitif berupa soal tes pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban yang memiliki validitas butir soal antara 0,520-0,629; tingkat kesukaran butir soal antara 0,572-0,886; daya beda butir soal antara 0,235-0,471 dan reliabilitasnya sebesar 0,924. Untuk mengukur hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa digunakan lembar observasi. Pada penelitian ini diperoleh dua data siswa. Pertama, data kemampuan awal siswa berupa nilai tes materi reaksi redoks. Kedua, data hasil belajar siswa yang diperoleh dari merata-rata nilai tes larutan elektrolit dan nonelektrolit. Analisis data hasil belajar siswa dilakukan dengan menggunakan uji t independent, yang terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas varian. HASIL Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa Data kemampuan awal siswa diperoleh dari hasil ulangan harian materi reaksi redoks. Sedangkan hasil belajar siswa diperoleh dari rata-rata hasil ulangan harian materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Deskripsi data kemampuan awal siswa dan hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel . Tabel 3.1 Data Kemampuan Awal Siswa dan Hasil Belajar Uraian Jumlah siswa Rata-rata Median Nilai tertinggi Nilai terendah Kemampuan Awal Siswa Eksperimen Kontrol 35 76,94 78,00 91,00 54,00 36 76,72 80,50 94,00 33,00 Hasil Belajar Siswa Eksperimen Kontrol 35 92,97 94,00 100,00 81,00 Hasil Analisis Data Kemampuan Awal dan Hasil Belajar Siswa 36 86,50 85,59 100,00 76,00 Data kemampuan awal siswa digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelas yang digunakan memiliki kemampuan awal yang sama atau berbeda. Hipotesis pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ceramah-praktikum. Untuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama dan untuk pengujian hipotesis dianalisis menggunakan uji t independent dengan bantuan SPSS 17.0 for Windows. Sebelum diuji perlu dilakukan uji persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varian. Berdasarkan hasil uji persyaratan analisis diperoleh bahwa data kemampuan awal dan hasil belajar siswa memiliki sebaran normal dan memiliki ragam yang homogen. Hasil uji t independent, dapat dilihat pada Tabel 3.2 dibawah ini: Tabel 3.2 Hasil uji t independent Kemampuan Awal Hasil Belajar df 69 69 Nilai Signifikansi 0,993 0,012 Berdasarkan Tabel 3.2 di atas diperoleh nilai signifikansi kemampuan awal siswa sebesar 0,993. Oleh karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan kedua kelas tersebut memiliki kemampuan awal yang sama. Sedangkan nilai signifikansi data hasil belajar siswa sebesar 0,012. Oleh karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi lerutan elektrolit dan non elektrolit. PEMBAHASAN A. Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki tahapan-tahapan yang dapat mendorong siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui kegiatan praktikum atau pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diamati. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada penelitian ini dapat terlaksana dengan baik, semua tahap-tahap dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dilakukan dengan baik. Namun, pada pertemuan pertama masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat hipotesis. Karena banyak siswa yang masih belum bisa membuat hipotesis, akhirnya guru membimbing siswa dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada hipotesis yang akan dibuat. B. Hasil Belajar Kognitif Siswa Hasil uji hipotesis menunjukkan ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran ceramah praktikum. Hasil belajar psikomotorik siswa didapat melalui lembar observasi selama kegiatan pembelajaran praktikum dapat diketahui bahwa rata-rata nilai psikomotorik siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan, akan tetapi peningkatan pada kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki skor rata-rata 92,97, sedangkan siswa yang diajar dengan model pembelajaran ceramahpraktikum memiliki skor rata-rata 86,50. Menurut Fay sebagimana dikuitip oleh Alfishyar (2011: 14), partisipasi siswa saat pembelajaran dalam hal mengajukan pertanyaan, menyususn hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis data merupakan aktivitas yang berkaitan erat dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Sehingga, siswa akan berperan aktif selama proses pembelajaran dan diharapkan hasil belajar kognitif siswa juga akan semakin lebih baik. Hal ini dimungkinkan karena siswa dituntut untuk berperan aktif selama proses pembelajaran. C. Hasil Belajar Afektif Siswa Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai afektif tiap pertemuan pada siswa kelas eksperimen mengalami peningkatan. Hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dibedakan dengan membandingkan skor rata-rata dan prosentase yang terdapat dalam rubrik kelas eksperimen dan kelas kontrol. Skor rata-rata untuk kelas eksperimen, yaitu 77,53 dan untuk kelas kontrol, yaitu 65,34. Hal ini dimungkinkan karena siswa dituntut untuk berperan aktif selama proses pembelajaran. D. Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Hasil belajar psikomotorik siswa didapat melalui lembar observasi selama kegiatan pembelajaran praktikum. Nilai rata-rata untuk kelas eksperimen, yaitu 74,80 dan kelas kontrol, yaitu 68,33. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa secara rata-rata hasil belajar psikomotorik siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran ceramah-praktikum. Pengaruh pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing membuat siswa terampil dalam mengumpulkan data melalui kegiatan praktikum atau pengamatan secara langsung, mengolah serta menganalisis data untuk memperoleh kesimpulan. PENUTUP Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil uji-t pada taraf signifikansi α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar kognitif antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran ceramah-praktikum. Nilai rata-rata siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing (92,97) lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran ceramah-praktikum (86,50) 2. Rata-rata hasil belajar afektif siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (77,53) lebih tinggi daripada siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ceramah-praktikum (65,34). Jumlah siswa yang diajar dengan model pembelajaran ceramah-praktikum memiliki nilai hasil belajar afektif dengan kriteria cukup sebesar 6%; kriteria baik sebesar 88%; dan kriteria sangat baik sebesar 6%. Jumlah siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang memiliki nilai hasil belajar afektif dengan kriteria cukup sebesar 0%; kriteria baik sebesar 57%; dan kriteria sangat baik sebesar 43%. 3. Rata-rata hasil belajar psikomotor siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (74,80) lebih tinggi daripada siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ceramah-praktikum (68,33). Jumlah siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ceramah-praktikum memiliki nilai hasil belajar psikomotor dengan kriteria cukup sebesar 23%; kriteria baik sebesar 39%; dan kriteria sangat baik sebesar 38%. Jumlah siswa yang diajar menngunakan model pembelajaran inuiri terbimbing yang memiliki nilai hasil belajar psikomotor dengan kriteria cukup sebesar 9%; kriteria baik sebesar 49%; dan kriteria sangat baik sebesar 42%. Saran Apabila ingin menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing perlu mempertimbangkan waktu pembelajaran karena siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan guru kimia sebaiknya mengulang konsep dasar yang berkaitan dengan materi larutan elektrolit dan larutan non elektrolit, serta merancang strategi pembelajarannya disesuaikan karakteristik materinya DAFTAR RUJUKAN Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga Universitas Press. Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas. Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sastrawijaya, T. 1988. Proses Belajar Mengajar Kimia. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Setiawan, Dhidik. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Terhadap Ketuntasan Hasil Belajar Siswa di SMKN 3 Buduran Sidoarjo. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro , 2 (1): 303-304. Roestiyah, N.K. 2008. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Nana, S. 1991. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: PT Sinar Baru. Nana, S. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar-Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ibrahim, M. 2007. Pembelajaran Inkuiri, (Online), (http://herfis.blogspot.com/2010/07/pembelajaran-inkuiri.html),diakses 3 Desember 2010 Mahmuddin. 2010. Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran, (Online), (http://www.mahmuddin_blog/wordpress.com), diakses 22 Agustus 2010. Munawar, I. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar, (Online), (http://www.indramunawar. blogspot.com), diakses 22 Agustus 2010.