PEMBERITAAN MEDIA MASA TELEVISI TENTANG KONFLIK

advertisement
PEMBERITAAN MEDIA MASA TELEVISI TENTANG
KONFLIK INDONESIA – MALAYSIA
DAN OPINI MAHASISWA
(Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media
Televisi Tentang Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange
yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa
Departemen Etnomusikologi FIB – USU)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mempeoleh Gelar
Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Diajukan Oleh :
DEDI SYAHPUTRA
080904004
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
PEMBERITAAN MEDIA MASA TELEVISI TENTANG KONFLIK
INDONESIA – MALAYSIA
DAN OPINI MAHASISWA
(Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Tentang Pencaplokan
Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini
Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mempeoleh Gelar Sarjana Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik
Diajukan Oleh :
DEDI SYAHPUTRA
080904004
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Pemberitaan Konflik Indonesia-Malaysia Dan
Opini Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi
Mengenai Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan
Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB
– USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah
pengaruh pemberitaan tentang konflik pencaplokan lagu daerah Rasa
Sayange oleh Malaysia di media massa (televisi) terhadap opini mahasiswa
Departemen Etnomusikologi FIB-USU. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori Komunikasi Massa , Teori Agenda Setting, teori
Media Masa dan Televisi, Teori Opini Publik, Berita. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode studi korelasional yang mencari hubungan antara
variabel X (Pemberitaan media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu
aderah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia) dengan variabel Y
(Opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU).Sampel penelitian
ini adalah mahasiswa-mahasiswi yang yang masih aktif berkuliah di
Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, dengan karakteristik stambuk 20082011 dimana total populasinya adalah sebanyak 167 orang dan sampelnya
adalah sebanyak 33 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah
Proportional Stratified Sampling dimana teknik penarikan sampel yang
bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen
dikelompokan berdasarkan karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok
mempunyai anggota sampel yang relatif homogen dan Incidental Sampling,
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Library Reasearch dengan
menggunakan bahan bacaan dan buku sebagai bahan referensi dan Field
Research dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian .
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, analisis
tabel silang dan uji hipotesis yang menggunakan rumus Range Spearman,
sedangkan untuk mengukur tinggi rendahnya korelasi digunakan skala
berdasarkan Guilford.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
antara pemberitaan pada media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu
daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terhadap opini
mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, dimana hal ini
disebabkan justru telah semakin pintarnya responden dalam menilai, dan
menanggapi isu-isu peristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang
kemudian dimuat dan diberitakan oleh media masa, hal ini ditandai dengan
hasil penelitian yang dilihat dari kuisioner yang kemudian telah dijawab oleh
responden sendiri, bahwa responden yang merasa memahami pemberitaan
baik isi, kualitas, dan kredibilitas pemberitaan yang disampaikan oleh media
televisi yang ditonton, malah memiliki perasaan yang tidak marah, hal ini
dikarenakan bahwa responden tidak lagi hanya sekedar mengeluarkan
pendapat dan kemudian melontarkan perasaan berupa amarah, namun
dapat menilai berasal dari manakah sumber konflik pencaplokan lagu
daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia tersebut berasal dan
tentunya pihak manakah yang patut disalahkan atas terjadinya konflik
pencaplokan aset budaya tersebut.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti ucapkan ke hadirat Allah SWT atas
kesempatan dan berkat yang diberikanNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi yang Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Mengenai Konflik
Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia
Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU. Skripsi ini
merupakan tugas akhir peneliti sebagai syarat pendidikan sarjana (S-1).
Dalam penulisan penelitian dan penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat
banyak bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan
ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Kepada kedua orang tua peneliti yang selalu mendukung dan membantu
peneliti baik dukungan moril, materil dan juga untuk Mbak tersayang
Novrianti dan Sri Puspita serta Adik-adik tercinta Venny Lia Lidya, Putri
Devi, dan Dimas Hidayatullah, terlebih untuk setiap doa yang senantiasa
mengiringi setiap langkah dalam hidup peneliti.
2.
Kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3.
Kepada Ibu Drs. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
4.
Kepada Ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si selaku Sekretaris Departemen
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Kepada Alm. Bapak Drs. T. Nur Alamsyah, yang selama hidupnya pernah
menjadi dosen wali peneliti, dan senantiasa memperkenalkan, mengajari,
membimbing, dan memotivasi peneliti ketika duduk di bangku perkuliahan.
6.
Kepada Ibu Dra. Dayana Manurung. MS.i selaku dosen wali pengganti
peneliti yang juga senantiasa selalu mengajari dan mengarahkan peneliti
selama duduk di bangku perkuliahan.
7.
Kepada Ibu Dra. Inon Beydha, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing
peneliti yang senantiasa memberikan motivasi dan membantu peneliti dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini.
8.
Kepada Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik yang juga telah membantu peneliti dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini.
9.
Kepada Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D, dan Ibu Dra.
Heristina
Dewi
M.Pd
selaku
ketua
dan
sekretaris
Departemen
Etnomusikologi, FIB-USU dan Kak Adri sebagai pembantu pimpinan
Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, yang telah meluangkan waktu,
pikiran, dan tenaga, demi kelancaran dan kesuksesan peneliti untuk
mengadakan penelitian di Departemen Etnomusikologi, FIB-USU.
10.
Kepada rekan-rekan mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU
yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk mengisi kuisioner
penelitian.
11.
Untuk Kak Ros, Kak Icut, Kak Maya selaku Staf Departemen Ilmu
Komunikasi yang banyak membantu dari penyelesaian studi sampai
penyelesaian skripsi.
Universitas Sumatera Utara
12.
Sahabat-sahabat tersayang Anita Tandiono, Elvina Tjiong, Suci Al-Fallah,
M. Arie Kurnia Purba, Mawi Anna, Lia Febrianti, Jefri Haris, Inda Sari
Melia, yang senantiasa memberikan motivasi kepada peneliti, juga sebagai
teman ngobrol, teman tertawa, teman bersama. Untuk sahabat-sahabat
penulis yang juga menjadi motivasi saat penulis melaksanakan penelitian,
Sylviana Uli F Sihite, Kariza Siahaan, Bintang Oktavia , Sondang Mariana,
Melisa Angelina, Dama Paundra Falatehan, Irmina Sagala, dan Ika
Damayanti.
13.
Juga Sahabat-sahabat yang peneliti sayangi Dian Sasmi Wulandari, T.
Yudha Afriyansyah, Sri Wahyuni, M. Aulia Muda, Rafli Ardhi Your, Gerry
Syahputra dan Bang Icung yang senantiasa telah menghibur dan memberi
motifasi pada peneliti ketika peneliti sedang merasa kesusahan saat
menghadapi proses penelitian.
14.
Rekan-rekan
IMAJINASI
(Ikatan
Mahasiswa
Departemen
Ilmu
Komunikasi) FISIP-USU, periode kepengurusan 2009-2010 dan 2010-2011.
Dan rekan-rekan angkatan 2008 Departemen Ilmu Komunikasi FISIP-USU.
Universitas Sumatera Utara
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, peneliti memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
skripsi ini. Peneliti juga mengharapkan ide, saran, kritik dari pembaca untuk
perbaikan yang lebih baik ke depannya. Semoga skripsi ini dapat memenuhi
harapan dan bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Medan, Maret 2012
Peneliti
DEDI SAYAPUTRA
NIM : 080904004
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
I.2. Perumusan Masalah ................................................................ 7
I.3. Pembatasan Masalah ............................................................... 7
I.4. Tujuan Penelitian .................................................................... 8
I.5. Manfaat Penelitian .................................................................. 8
I.6. Kerangka Teori ........................................................................ 9
I.6.1. Komunikasi Massa ........................................................ 9
I.6.2. Teori Agenda Setting ..................................................... 10
I.6.3. Media Massa dan Televisi ............................................. 11
I.6.4. Opini Publik .................................................................. 14
I.6.5. Berita ............................................................................. 15
I.7. Kerangka Konsep dan Operasional Variabel............................ 16
I.8. Hipotesis .................................................................................. 22
BAB II.
LANDASAN TEORI
II.1. Komunikasi Massa ................................................................. 23
II.1.1. Pengertian Komunikasi Massa ..................................... 23
II.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa ................................. 24
II.1.3. Fungsi Komunikasi Massa ........................................... 26
II.1.4. Unsur-unsur Komunikasi Massa................................... 28
II.2. Teori Agenda Setting .............................................................. 30
II.3. Media Massa dan Televisi ...................................................... 33
II.3.1. Media Massa ................................................................ 33
II.3.2. Televisi ......................................................................... 35
II.4. Opini Publik ........................................................................... 37
II.4.1. Sejarah dan Defenisi Opini Publik ............................... 37
II.4.2. Proses Pembentukan Opini Publik ............................... 39
II.4.3. Kekuatan Opini Publik ................................................. 42
II.5. Berita ...................................................................................... 43
BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................. 44
III.1.1. Sejarah fakultas Ilmu Budaya – USU ........................ 44
III.1.2. Departemen Etnomusikologi ...................................... 50
III.2. Metodologi Penelitian .......................................................... 56
III.2.1. Metode Penelitian ...................................................... 56
III.2.2. Lokasi Penelitian ........................................................ 56
III.3. Populasi dan Sampel ............................................................ 57
III.3.1. Populasi ...................................................................... 57
Universitas Sumatera Utara
III.3.2. Sampel ........................................................................ 58
III.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 61
III.5. Teknik Analisis Data ............................................................ 62
BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN
IV.1. Analisis Tabel Tunggal ......................................................... 65
IV.1.1. Karakteristik Responden ............................................ 65
IV.1.2. Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik
Pencaplokan Lagu Daerah rasa Sayange yang Dilakukan
Malaysia ...................................................................... 69
IV.1.3. Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU
...................................................................................... 84
IV.2. Analisis Tabel Silang ............................................................ 95
IV.3. Uji Hipotesis ......................................................................... 98
IV.4. Pembahasan .......................................................................... 100
BAB V.
PENUTUP
V.1. Kesimpulan ............................................................................ 104
V.2. Saran ....................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Operasional Variabel .......................................................................... 19
Daftar Pelopor Pendiri FIB-USU ........................................................ 45
Populasi ............................................................................................... 57
Penarikan Sampel ................................................................................ 60
Jenis Kelamin ...................................................................................... 65
Usia ...................................................................................................... 66
Suku ..................................................................................................... 67
Stambuk ............................................................................................... 68
Stasiun Televisi yang Paling Sering Ditonton Oleh Responden ......... 69
Stasiun Televisi yang Paling Sering Dipilih Responden Untuk
Menonton
Berita.................................................................................................... 71
Stasiun Televisi yang Paling Sering Menyajikan Berita Menuru
Responden............................................................................................ 73
Stasiun Televisi yang Paling Sering Menayangkan Pemberitaan
Konflik Antara Indonesia dan Malayasia .......................................... 75
Pernah Atau Tidak Pernahkah Responden Melihat Pemberitaan
Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan
Oleh Malaysia ...................................................................................... 77
Tingkat Keseringan Stasiun Televisi yang Dipilih Oleh Responden
Dalam Menayangkan Pemberitaan Konflik Pencaplokan Lagu
Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia ....................... 78
Tingkat Kejelasan Isi Berita yang Disampaikan ................................. 80
Tabel 16 Tingkat Kemenarikan Isi Berita yang Disampaikan Menurut
Responden ........................................................................................... 81
Tabel 17 Tingkat Kepahaman Responden Terhadap Berita yang
Disampaikan ....................................................................................... 82
Tabel 18 Tingkat Kepercayaan Responden terhadap Berita yang
Disampaikan ....................................................................................... 84
Tabel 19 Perasaan Responden Ketika Melihat Pemberitaan Konflik
Pencaplokan Lagu Daera Rasa Sayange yang Dilakukan oleh
Malaysia ............................................................................................... 86
Tabel 20 Tindakan yang Harus Dilakukan Pemerintah Indonesia dalam
Menangani Kasus Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang
Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden ................................... 87
Tabel 21 Ada atau Tidak kah Tindakan yang Dilakukan oleh Pemerintah
dalam Menangani Kasus Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange
yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden .......................... 88
Tabel 22 Tingkat Ketegasan Pemerintah Indonesia dalam Merespon,
Menghadapi, atau Menangani Kasus Konflik Pencaplokan Lagu
Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut
Responden ........................................................................................... 89
Tabel 23 Asal Penyebab Terciptanya Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa
Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden ........... 90
Universitas Sumatera Utara
Tabel 24 Pihak yang Patut Disalahkan Atas Terjadinya Pencaplokan Lagu
Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut
Responden........................................................................................... 92
Tabel 25 Dapat Berakhir atau Tidak Dapat Berakhirkah Konflik Antara
Indonesia dan Malaysia Di Masa yang Akan Datang Menurut
Responden........................................................................................... 94
Tabel Silang
Tabel 26 Hubungan Tingkat Kepahaman Responden Penelitian Dengan
Perasaan Responden............................................................................. 95
Tabel 27 Stambuk Responden dan Opini Responden Mengenai Pihak
yang Patut Disalahkan Terkait Konflik Pencaplokan
Lagu Daerah Rasa Sayange Yang Dilakukan Oleh Malaysia.............. 96
Tabel 28 Tingkat kredibilitas pada Stasiun Televisi
dan Ada atau Tidakkah Tindakan yang Dilakukan Pemerintah
Indonesia............................................................................................... 97
Tabel 29 Hasil Uji Hipotesis................................................................................ 98
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Konsep .......................................................................... 18
Gambar 2 Proses Pembentukan Opini Publik ................................................. 41
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Kuisioner Penelitian
Tabel Fortron Cobol
Surat Izin Penelitian dari FISIP USU
Surat Izin Penelitian dari Departemen Etnomusikologi FIB-USU
Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian dari Departemen
Etnomusikologi FIB-USU
Lembar Bimbingan
Data Pribadi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Pemberitaan Konflik Indonesia-Malaysia Dan
Opini Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi
Mengenai Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan
Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB
– USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah
pengaruh pemberitaan tentang konflik pencaplokan lagu daerah Rasa
Sayange oleh Malaysia di media massa (televisi) terhadap opini mahasiswa
Departemen Etnomusikologi FIB-USU. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori Komunikasi Massa , Teori Agenda Setting, teori
Media Masa dan Televisi, Teori Opini Publik, Berita. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode studi korelasional yang mencari hubungan antara
variabel X (Pemberitaan media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu
aderah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia) dengan variabel Y
(Opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU).Sampel penelitian
ini adalah mahasiswa-mahasiswi yang yang masih aktif berkuliah di
Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, dengan karakteristik stambuk 20082011 dimana total populasinya adalah sebanyak 167 orang dan sampelnya
adalah sebanyak 33 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah
Proportional Stratified Sampling dimana teknik penarikan sampel yang
bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen
dikelompokan berdasarkan karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok
mempunyai anggota sampel yang relatif homogen dan Incidental Sampling,
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Library Reasearch dengan
menggunakan bahan bacaan dan buku sebagai bahan referensi dan Field
Research dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian .
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, analisis
tabel silang dan uji hipotesis yang menggunakan rumus Range Spearman,
sedangkan untuk mengukur tinggi rendahnya korelasi digunakan skala
berdasarkan Guilford.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
antara pemberitaan pada media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu
daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terhadap opini
mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, dimana hal ini
disebabkan justru telah semakin pintarnya responden dalam menilai, dan
menanggapi isu-isu peristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang
kemudian dimuat dan diberitakan oleh media masa, hal ini ditandai dengan
hasil penelitian yang dilihat dari kuisioner yang kemudian telah dijawab oleh
responden sendiri, bahwa responden yang merasa memahami pemberitaan
baik isi, kualitas, dan kredibilitas pemberitaan yang disampaikan oleh media
televisi yang ditonton, malah memiliki perasaan yang tidak marah, hal ini
dikarenakan bahwa responden tidak lagi hanya sekedar mengeluarkan
pendapat dan kemudian melontarkan perasaan berupa amarah, namun
dapat menilai berasal dari manakah sumber konflik pencaplokan lagu
daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia tersebut berasal dan
tentunya pihak manakah yang patut disalahkan atas terjadinya konflik
pencaplokan aset budaya tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Tidak hanya dikenal sebagai negara yang bertetangga. Indonesia dan
Malaysia juga dikenal bangsa yang serumpun, yakni sebuah bangsa yang berasal
dari nenek moyang yang sama. Tidak hanya memiliki kesamaan nenek moyang,
Indonesia dan Malaysia adalah bangsa yang juga memilik kesamaan, mulai dari
bahasa, warna kulit, warna rambut, warna mata, kesamaan budaya, serta topografi
daerahnya. Tidak hanya itu, salah satu suku yang terdapat di Indonesia juga
merupakan suku yang terbesar yang ada di Malaysia, yakni Melayu, hampir
diseluruh pulau sumatera penduduknya adalah Melayu dan tersebar di beberapa
bagian wilayah di pulau Kalimantan. Suku Melayu merupakan suku terbesar dan
merupakan bangsa asli negara Malaysia. Hal inilah yang menjadi persamaan
mencolok antara bangsa Indonesia dan Malaysia. Namun pada kenyataannya tidak
begitu, justru negara yang jaraknya sangat berdekatan itu memiliki permasalahan
yang sangat kompleks, sehingga dapat mempengaruhi keharmonisan hubungan
bangsa serumpun ini. Begitu banyak masalah yang timbul, hal tersebut tidak
hanya timbul di waktu belakangan ini. Beberapa kejadian konflik yang
berkepanjangan tersebut, menjadi catatan sejarah perjalanan kedua bangsa yang
memiliki akar suku bangsa melayu tersebut.
Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1961 saat 16 tahun Indonesia merdeka
konflik ini pun bermula, konflik yang lebih dikenal dengan “ Konfrontasi
Indonesia – Malaysia “, hal ini terjadi dikarenakan perebutan tapal batas wilayah
antara kedua negara, Perang ini berawal dari keinginan Federasi Malaya lebih
Universitas Sumatera Utara
dikenal
sebagai
Persekutuan Tanah Melayu
pada
tahun
1961
untuk
menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak kedalam Federasi Malaysia yang
tidak sesuai dengan Persetujuan Manila oleh karena itu keinginan tersebut
ditentang oleh Presiden Soekarno yang menganggap pembentukan Federasi
Malaysia yang sekarang dikenal sebagai Malaysia sebagai "boneka Inggris"
merupakan kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru serta dukungan
terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan pemberontakan di
Indonesia. Pada 1961, Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi.
Kalimantan, sebuah provinsi di Indonesia, terletak di selatan Kalimantan. Di utara
adalah Kerajaan Brunei dan dua koloni Inggris; Sarawak dan Borneo Utara,
kemudian dinamakan Sabah. Sebagai bagian dari penarikannya dari koloninya di
Asia Tenggara, Inggris mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan
Semenanjung Malaya, Federasi Malaya dengan membentuk Federasi Malaysia.
Rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia, Presiden Soekarno
berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi
Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan ini, sehingga
mengancam kemerdekaan Indonesia.
Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika para demonstran
menyerbu gedung KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia), merobek-robek
foto Soekarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tuanku
Abdul Rahman - Perdana Menteri Malaysia saat itu dan memaksanya untuk
menginjak Garuda, amarah Soekarno terhadap Malaysia pun meledak (Widiyanta.
Danar, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Soekarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan demonstrasi antiIndonesian yang menginjak-injak lambang negara Indonesia dan ingin melakukan
balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang
Malaysia.
Namun tidak hanya sampai pada pristiwa konfrontasi, pertentangan antara
Indonesia dan Malaysia berujung, itu adalah sebuah babak permulaan saja, tahun
demi tahun berlalu, namun masih tetap ada saja pertentangan yang timbul.
Bahkan di tahun – tahun belakangan ini begitu banyak ketegangan terjadi,
mulai dari sengketa perebutan wilayah, seperti Pulau Sipadan dan Ligitan. Tidak
hanya terlibat dalam perebutan dan sengketa wilayah, konflik ketegangan antar
kedua bangsa serumpun ini juga terjada di berbagai bidang, seperti halnya pengklaiman beberapa situs warisan budaya yang dimiliki oleh Indonesia, seperti
halnya saat malaysia meng-klaim kepemilikan Tari Pendet, Reog Ponorogo, alat
musik Angklung, kesenian Batik, masakan Rendang, bahkan kini negeri itu juga
mencaplok lagu daerah Rasa Sayange yang berasal dari Maluku, Indonesia.
Khusus pada penelitian ini peneliti mengambil permasalahan pencaplokan
lagu daerah Rasa Sayange yang sejatinya adalah lagu daerah Maluku, letak
kontroversinya adalah Lagu ini digunakan oleh Departemen Pariwisata Malaysia
untuk mempromosikan kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar bulan
Oktober 2007. Sementara Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor
mengatakan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu kepulauan Nusantara
(Malay archipelago), Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu bersikeras lagu
"Rasa Sayange" adalah milik Indonesia karena ia merupakan lagu rakyat yang
telah membudaya di provinsi Maluku sejak leluhur, sehingga klaim Malaysia itu
Universitas Sumatera Utara
adalah salah. Gubernur melihat bukti otentik bahwa lagu Rasa Sayange
merupakan lagu rakyat Maluku, dan setelah bukti tersebut terkumpul, akan
diberikan kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Menteri Pariwisata
Malaysia Adnan Tengku Mansor menyatakan bahwa rakyat Indonesia tidak bisa
membuktikan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Indonesia.
Bagaimanapun, bukti tersebut akhirnya ditemukan. 'Rasa Sayange' diketahui
direkam pertama kali di perusahaan rekaman Lokananta Solo 1962
Tentang bukti rekaman "Rasa Sayange", bukti lagu tersebut direkam oleh
Lokananta, Solo, Indonesia pada tahun 1962 dalam piringan hitam Gramophone.
Rekaman master dari piringan ini masih disimpan oleh Perum PNRI (Percetakan
Negara Republik Indonesia) Cabang Surakarta yang dahulunya adalah PN
(Percetakan Negara) Lokananta. Ini dikenal sebagai rekaman pertama terhadap
lagu ini. Piringan hitam tersebut didistribusikan sebagai souvenir kepada
partisipan Asian Games ke 4 tahun 1962 di Jakarta, dan lagu "Rasa Sayange"
adalah salah satu lagu rakyat Indonesia di piringan tersebut, bersama dengan lagu
etnis lain Indonesia seperti Sorak-sorak Bergembira, O Ina ni Keke, dan Sengko
Dainang.
Pemberitaan tentang konflik ini menjadi berita di berbagai media massa.
Semakin banyaknya media memberitakan pastilah menimbulkan pro dan kontra.
Hal ini tentunya dengan didorongnya kekuatan media massa sendiri yang dapat
menciptakan kerangka berfikir seseorang, sehingga dengan kekuatan tersebut para
pemilik media ingin menguasai kerangka berfikir yang nantinya dapat membentuk
sebuah opini dan tentunya hal tersebut dapat dimanfaatkan sesuai dengan
keinginan pemilik media itu sendiri. Perang adu argumen, adu statement, protes di
Universitas Sumatera Utara
setiap daerah, demontrasi besar-besaran yang malah justru mempersatukan
sebagai bangsa yang kehilangan akar budayanya seolah-olah menjadi makanan
setiap hari di media massa.
Media massa sangat berperan besar dalam mempengaruhi dan menentukan
sikap khalayak. Setiap pemberitaan dalam media akan memunculkan perubahan
yang signifikan. Media memberikan begitu banyak informasi mengenai
lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih jauh. Media mempengaruhi
kebiasaan konsumsi, media memberikan model dan contoh (positif dan negatif)
yang mempengaruhi perkembangan dan perilaku. Media menolong kita untuk
berinteraksi secara lebih efektif dengan kelompok sosial dan lingkungan. Pada
tingkat yang lain, adalah juga jelas bahwa media massa sekarang mendorong dan
mempengaruhi fungsi institusi-institusi sosial yang menonjolkan, seperti dalam
bidang politik, pemerintahan, sistem keadilan dan bisnis.
Begitu besar pengaruh media hingga dapat membentuk opini pada
masyarakat, dengan mengkonsumsi berita yang dimuat oleh media opini-opini
yang ada pada masyarakat khususnya pada mahasiswa akhirnya membentuk pola
pikir pada diri mahasiswa tersebut.
Adapun alasan peneliti mengadakan penelitian dengan mengambil
permasalahan pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange adalah peneliti ingin
mengetahui secara langsung kepedulian kita sebagai bangsa yang merdeka dan
berdaulat, walau isu yang peneliti angkat sudah tidaklah “up date” lagi, dan alasan
mengapa peneliti mengadakan penelitian yang mengambil opini mahasiswa
adalah dikarenakan bahwa selama ini kita hanya melihat dan mendengar
pandangan publik secara umum melalui media, namun belum pernah mendengar
Universitas Sumatera Utara
dan menampung pandangan atau opini dari mahasiswa dalam bentuk penelitian
secara langsung. Selaku masyarakat intelektual, mahasiswa hendaknya tidak
hanya memberikan opini namun juga dapat memberikan saran yang terbaik dalam
memandang dan memahami permasalahan ini. Serta tentunya peneliti sangat ingin
mengetahui sejauh mana mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini
mengkonstruksikan, menilai, dan memahami permasalahan yang dimuat dalam
pemeberitaan media televisi itu sendiri, apakah mahasiswa tersebut, dapat
mencerna dan menelaah isi yang disampaikan atau hanya sebagai bahan informasi
saja. Serta yang terakhir adalah bertujuan untuk mengetahui apakah media mampu
membentuk, mempengaruhi opini pada diri mahasiswa dan respondennya. Dan
yang menjadi alasan mengapa peneliti mengadakan penelitian di Departemen
Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya-USU adalah peneliti mengharapkan
selaku mahasiswa Ilmu Budaya, hendaknya responden secara jeli dapat
memahami hal ini dan dapat memberikan masukan demi terciptanya jalan keluar.
Hal ini dikarenakan menyangkut dengan masalah perebutan warisan budaya
Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti sejauh
manakah pengaruh pemberitaan pada media televisi mengenai konflik
pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terhadap
opini mahasiwa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU
Universitas Sumatera Utara
I.2. Perumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
“sejauh manakah pengaruh pemberitaan pada media televisi mengenai
konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia
terhadap opini mahasiwa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU?”
I.3. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih
jelas dan terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan
masalah yang akan diteliti adalah :
1. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh pemberitaan konflik pencaplokan
lagu daerah Rasa Sayange oleh Malaysia media massa (televisi).
2. Penelitian ini difokuskan pada opini mahasiswa mengenai konflik
Indonesia dan Malaysia yang diberitakan oleh media massa (televisi).
3. Responden
dalam
penelitian
ini
adalah
mahasiswa
Departemen
Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya – USU, yang berada pada stambuk
2008-2011.
Universitas Sumatera Utara
I.4. Tujuan Penelitian.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui sejauh manakah pengaruh pemberitaan pada media
televisi mengenai konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan
oleh Malaysia terhadap opini mahasiwa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU
I.5. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan tambahan pemikiran untuk ilmu komunikasi terutama topik
bahasan yang berhubungan dengan opini mahasiswa pasca pemberitaan mengenai
konflik antara Indonesia dengan Malaysia di media massa dan sebagai bahan
pertimbangan untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah pengetahuan masyarakat
mengenai permasalahan yang sedang terjadi saat ini yang di terbitkan oleh media
Massa. Bahwa kita harus menjaga keutuhan bangsa, baik menjaga hubungan antar
masyarakatnya, kebudayaan serta wilayah dan aset-aset bangsa sehingga tetap
menjadi negara yang berdaulat dan harus bisa mempertahankan wilayah serta aset
negara kita.
3. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
serta memperluas khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIPUSU.
Universitas Sumatera Utara
I.6. Kerangka Teori
Dalam melaksanakan penelitian, teori digunakan sebagai landasan yang
digunakan untuk menjelaskan masalah. Setiap penelitian memerlukan kejelasan
titik
tolak
atau
landasan
berfikir
dan
memecahkan
atau
menyoroti
permasalahannya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokokpokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah peneliti akan
disoroti (Nawawi, 2001:39).
I.6.1. Komunikasi Massa
Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin
“communicatio“. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti
sama. Sama yang dimaksud berarti sama makna dan arti. Jadi komunikasi terjadi
apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan
komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2004:30)
Menurut Harold Lasswell (Mulyana, 2005:62) cara yang terbaik untuk
menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut : Who Says Shat In Wich Channel To Whom With What Effect ? (Siapa
Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa ?).
Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-unsur proses
komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media, komunikan, efek.
Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner (Ardianto, 2004:3), yakni “komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar”. Sedangkan
defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh pakar komunikasi
yakni Gerbner “kommunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang
Universitas Sumatera Utara
berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling
luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004:4)
Komunikasi mempunyai efek tertentu menurut Liliweri, (2004:39), secara
umum terdapat tiga efek komunikasi massa, yaitu: (a) efek kognitif, dimana pesan
komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan,
pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. Efek ini berkaitan
dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. (b)
efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya
perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah dan berkurang
rasa tidak senangnya terhadap suatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan
radio atau menonton televisi. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau
nilai. (c) efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang
mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini
merujuk pada prilaku nyata yang dapat diminati, yang meliputi pola-pola
tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.
I.6.2. Teori Agenda Setting
Agenda setting menjelaskan begitu besarnya pengaruh media--berkaitan
dengan kemampuannya dalam memberitahukan kepada audiens mengenai isu isu apa sajakah yang penting. Sedikit kilas balik ke tahun 1922, kolumnis walter
lippman mengatakan bahwa media memiliki kemampuan untuk menciptakan
pencitraan - pencitraan ke hadapan publik.
McCombs and Shaw melakukan analisis dan investigasi terhadap jalannya
kampanye pemilihan presiden pada tahun 1968, 1972, dan 1976. Pada
penelitiannya yang pertama (1968), mereka menemukan dua hal penting, yakni
kesadaran dan informasi. Dalam menganalisa fungsi agenda setting media ini
mereka berkesimpulan bahwa media massa memiliki pengaruh yang cukup
signifikan terhadap apa yang pemilih bicarakan mengenai kampanye politik
tersebut, dan memberikan pengaruh besar terhadap isu - isu apa yang penting
untuk dibicarakan.
Universitas Sumatera Utara
Agenda setting merupakan penciptaan kesadaran publik dan pemilihan isu
- isu mana yang dianggap penting melalui sebuah tayangan berita. Dua asumsi
mendasar dari teori ini adalah (http://sulastomo.blogspot.com/2010/12/teoriagenda-setting.html):
1.
Pers dan media tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya, melainkan
mereka membentuk dan mengkonstruk realitas tersebut.
2.
Media menyediakan beberapa isu dan memberikan penekanan lebih kepada
isu tersebut yang selanjutnya memberikan kesempatan kepada publik untuk
menentukan isu mana yang lebih penting dibandingkan dengan isu lainnya.
I.6.3 Media Massa Dan Televisi
Media massa atau dalam hal ini disebut pula media jurnalistik merupakan
alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Sebab komunikasi massa
sendiri secara sederhana, berarti kegiatan komunikasi yang menggunakan media
(communicating with media).
Menurut Bittner, komunikasi massa dipahami sebagai “message
communicated through a mass medium to large number of people”, suatu
komunikasi yang dilakukan melalui media kepada sejumlah orang yang tersebar
di tempat-tempat yang tidak ditentukan. Jadi media massa menurutnya adalah,
suatu alat transmisi informasi, seperti surat kabar, majalah, buku, film, radio, dan
televisi, atau suatu kombinasi bentuk dari bentuk-bentuk media itu (Muhtadi,
1999:73)
Universitas Sumatera Utara
Everett M, Rogers mengatakan ada dua jenis media massa yaitu, media
massa modern dan media massa tradisional. Media massa modern adalah media
massa yang menggunakan teknologi modern yang selalu berkembang menuju
kesempurnaan, yaitu: surat kabar, majalah, buku, film, radio, televisi. Sedangkan
media massa tradisional diantaranya adalah teater rakyat, juru dongeng keliling,
dan juru pantun (Effendi, 1990: 20).
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi
sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom
(hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata
tele "jauh" dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin,
sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang
menggunakan media visual/penglihatan.” (http://id.wikipedia.org/wiki/televisi)
Pada tahun 1884, Paul Gottlieb Nipkow, seorang mahasiswa 23 tahun di Jerman,
mematenkan sistem televisi elektromekanik yang menggunakan cakram Nipkow,
sebuah cakram berputar dengan serangkaian lubang yang disusun secara spiral ke
pusat cakaram yang digunakan dalam proses perasteran. (Morrisan, 2008: 6)
Menurut Scornis dalam bukunya Television and Society ; An Incuest and
Agenda (1985), dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar,
majalah, buku, dan sebagainya), televisi tampaknya mempunyai sifat yang
istimewa, ia merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Bisa bersifat
informatif, hiburan maupun pendidikan, bahkan gabungan dari ketiga unsur di
atas. (Wawan, 1996: V)
Universitas Sumatera Utara
Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI
menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai
siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 pukul 14.30
WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4
dari stadion utama Glora Bung Karno. (Milla Day, 2004: 16)
Pada dasarnya televisi mempunyai sifat sebagai berikut, dapat didengar
dan dilihat bila ada siaran, dapat dilihat dan didengar kembali bila diputar
kembali, daya rangsang sangat tinggi, elektris, harga relatif mahal, daya jangkau
besar. (Morrisan, 2008: 11)
Adapun dampak yang ditimbulkan dari media televisi adalah sebagai
berikut: (Wawan, 1996: 100)
1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seorang individu atau pemirsa
menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang
melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh, acara kuis di televisi.
2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang
ditayangkan televisi. Contoh, model pakaian, model rambut, dari bintang
televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik.
3. Dampak prilaku, yakni proses tertananmya nilai-nilai sosial budaya yang
telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa
sehari-hari. Contoh, tayangan Rahasia Ilahi yang mengimplementasikan
kehidupan religi bagi masyarakat.
Dari teori ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, media massa secara pasti
dapat mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media membentuk opini
publik untuk membawanya kepada perubahan.
Universitas Sumatera Utara
I.6.4. Opini Publik
Opini menurut Cutlip and Centre adalah suatu ekspresi tentang sikap
mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial yang menimbulkan pendapat
berbeda-beda (Sastropoetro, 1990:41)
Dan William Albing berpendapat bahwa opini itu dinyatakan kepada suatu
hal yang kontroversial atau sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang berlainan
mengenai masalah tersebut. Opini timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap
suatu persoalan atau isu. Opini berupa reaksi pertama dimana orang mempunyai
perasaan ragu-ragu dengan suatu yang lain dari kebiasaan, ketidak cocokan dan
adanya perubahan penilaian.
Dalam effective public relations, opini publik adalah sebuah ekspresi
energi sosial yang mengintegrasikan aktor individual ke dalam pengelompokan
sosial dengan cara mempengaruhi politik. Gagasan umum tentang opini publik
menyatakan bahwa opini publik adalah sekumpulan pandangan individu terhadap
isu yang sama.
Untuk memahami opini seseorang dan publik tersebut, menurut R.P.
Abelson bukanlah perkara yang mudah karena berkitan dengan unsur-unsur
pembentuknya (Cutlip,2006:262), yaitu :
1. Kepercayaan mengenai sesuatu (belief)
2. Apa yang sebenarnya dirasakan untuk menjadi sikapnya (attitude)
3. Persepsi (perception), yaitu sebuah proses memberikan makna yang
berakar dari beberapa faktor, yakni :
a. Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut
seseorang/masyarakat.
b. Pengalaman masa lalu/kelompok tertentu menjadi landasan atau
pendapat atau pandangan.
c. Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut
atau nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat).
d. Berita-berita dan pendapat-pendapat yang berkembang yang
kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang.
Bisa diartikan berita-berita yang dipublikasikan itu dapat sebagai
pembentuk opini masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
I.6.5. Berita
Menurut Hepwood memberikan pengertian berita sebagai laporan pertama
dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. (Pereno,
2002:6) Secara umum berita adalah laporan kejadian yang baru saja terjadi dari
kejadian yang penting dan disampaikan secara benar dan tidak memihak sehingga
dapat menarik perhatian para pembaca berita.
Dalam berita juga terdapat jenis-jenis berita yaitu:
1. Straight News: berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan
lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini,
jenis berita Straight News dipilih lagi menjadi dua macam :
a. Hard News: yakni berita yang memiliki nilai lebih dari segi
aktualitas dan
kepentingan atau amat penting segera diketahui
pembaca.
b. Soft News, nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih
merupakan berita pendukung.
2. Depth News: berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal
yang ada di bawah suatu permukaan.
3. Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau
penyelidikan dari berbagai sumber.
4. Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan pendapat atau
penelitian penulisnya/reporter.
5. Opinion News: berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat
para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal,
peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya ( Romli, 2003:3 ).
Universitas Sumatera Utara
Unsur-Unsur Berita
Dalam Berita Harus terdapat unsur-unsur berita yaitu :
(1) What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
(2) Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
(3) Where - di mana terjadinya peristiwa itu?
(4) When - kapan terjadinya?
(5) Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
(6) How - bagaimana terjadinya?
(7) What next - terus bagaimana?
I.7. Kerangka Konsep dan Operasional Variabel
Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian
yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang
dicapai dan dapat mengantarkan pada perumusan hipotesa ( Nawawi, 1995: 40 ).
Konsep adalah penggambaran secara tepat tentang fenomena yang hendak
diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara
abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu, yang menjadi pusat perhatian
ilmu sosial ( Singarimbun, 1995: 57 )
Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam
menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah
yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka
Universitas Sumatera Utara
harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dinamakan variabel bebas
dikarenakan bebas dalam mempengaruhi variabel lainnya.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemberitaan Media Massa
(Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang
Dilakukan Malaysia.
b. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
dari adanya variabel bebas. Disebut sebagai variabel terikat karena variabel
ini dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Opini Mahasiswa Departemen
Etnomusikologi FIB-USU.
c. Karakterakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah Jenis Kelamin, Usia,
Suku.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka dapat dibentuk model teoritis
sebagai berikut :
Gambar 1
Kerangka Konsep
Variabel Bebas ( X )
Variabel Terikat ( Y )
Pemberitaan
Media
Massa (Televisi) Tentang
Konflik Pencaplokan Lagu
Daerah Rasa Sayange yang
Dilakukan Malaysia.
Opini Mahasiswa
Departemen Etnomusikologi
FIB-USU.
Karakteristik
Responden
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan
diatas, maka untuk mempermudahkan penelitian, perlu dibuat operasional
variabel-variabel sebagai berikut :
Tabel 1
Operasional Variabel
Konsep Teoritis
Operasional Varibel
Variabel Bebas (X)
Pemberitaan
Media
Massa
Tentang
Konflik
(Televisi)
Pencaplokan Lagu Daerah Rasa
Sayange
yang
Dilakukan
Malaysia.
Variabel Terikat (Y)
Opini Mahasiswa
a.
Frekuensi Pemberitaan
b.
Kejelasan Isi Pesan
c.
Penyajian Pesan
d.
Pemahaman Tentang Isi Pesan
a. Kepercayaan (belief).
Kepercayaan terhadap isi pemberitaan di
media massa
b. sikap (attitude).
Sikap mahasiswa terhadap pemberitaan
c. Persepsi (perception).
Persepsi
mahasiswa
terhadap
pemberitaan pencapokan lagu daerah
Rasa Sayange yang dilakukan Malaysia
Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
b. Usia
c. Suku
d. Stambuk
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan operasional variabel yang disusun, maka dapat di ambil
defenisi operasional variabelnya yakni dimana defenisi variabel operasional
adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk
mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional variabel adalah
suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin mengukur
variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46)
Defenisi operasional dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Variabel Bebas (X), Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang
Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan
Malaysia.
a. Frekuensi Pemberitaan, seberapa sering pemberitaan akan hal konflik
pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange di media massa (televisi)
diangkat.
b. Kejelasan Isi Pesan, pemberitahuan akan isi informasi secara jelas, dan
terpercaya.
c. Penyajian Pesan, bagaimana pesan tersebut disajikan melalu
pemberitaan di media massa.
d. Pemahaman Tentang Isi Pesan adalah pengertian dan pemahaman
khalayak terhadap isi pesan yang disampaikan pemberitaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2. Variabel Terikat (Y), Opini Mahasiswa Etnomusikologi FIB-USU
a. Belief, kepercayaan mengenai suatu hal atau apa yang diyakini
responden sebagai suatu kebenaran.
b. Attitude, apa yang sebenarnya dirasakan responden untuk menjadi
sikapnya dalam menghadapi pemberitaan di media massa.
c. Perception, yaitu sebuah proses memberikan makna yang berakar dari
beberapa faktor, yakni latar belakang budaya, pengalaman masa lalu,
dan nilai-nilai yang dianut dan berita berkembang.
3. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin, yaitu penggolongan jenis kelamin responden yang
terdiri dari laki-laki dan perempuan
b. Usia, yaitu umur responden
c. Suku, yaitu sub kebudayaan yang melekat di dalam diri responden.
Universitas Sumatera Utara
I.8. Hipotesis
Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa
ditinggalkan karena ia merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun,
1995:43). Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai
hubungan antara 2 variabel atau lebih.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho
: Tidak terdapat hubungan pengaruh pemberitaan tentang konflik
pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange di media massa (televisi) terhadap opini
mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU.
Ha
: Terdapat hubungan pengaruh pemberitaan tentang konflik pencaplokan
lagu daerah Rasa Sayange di media massa (televisi) terhadap opini mahasiswa
Departemen Etnomusikologi FIB - USU.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Komunikasi Massa
II.1.1. Pengertian Komunikasi Massa
Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin
“communicatio“. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti
sama. Sama yang dimaksud berarti sama makna dan arti. Jadi komunikasi terjadi
apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan
komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2004:30)
Menurut Harold Lasswell (Mulyana, 2005:62) cara yang terbaik untuk
menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut : Who Says Shat In Wich Channel To Whom With What Effect ? (Siapa
Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa ?).
Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-unsur proses
komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media, komunikan, efek.
Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner yakni “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah orang besar”. Sedangkan defenisi komunikasi massa
yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yakni Gerbner “kommunikasi
massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga
dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat
industri (Ardianto, 2004:4).
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi mempunyai efek tertentu menurut Liliweri, (2004:39), secara
umum terdapat tiga efek komunikasi massa, yaitu: (a) efek kognitif, dimana pesan
komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan,
pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. Efek ini berkaitan
dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. (b)
efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya
perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah dan berkurang
rasa tidak senangnya terhadap suatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan
radio atau menonton televisi. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau
nilai. (c) efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang
mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini
merujuk pada prilaku nyata yang dapat diminati, yang meliputi pola-pola
tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.
II.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa
Adapun karakteristik yang dimiliki oleh komunikasi massa antara lain adalah :
1.
Komunikator Terlembagakan.
Sesuai dengan pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan
lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi kompleks, maka
proses pemberian pesan yang diberikan oleh komunikator harus bersifat
sistematis dan terperinci.
2.
Pesan Bersifat Umum.
Pesan dapat berupa fakta, peristiwa ataupun opini. Namun tidak semua fakta
atau peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media
massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus
memenuhi kriteria pengting atau menarik.
3.
Komunikannya yang Anonim dan Heterogen.
Komunikan yang dimiliki komunikasi massa adalah anonim ( tidak dikenal )
dan heterogen ( terdiri dari berbagai unsur )
4.
Media Massa Menimbulkan Keserempakan.
Universitas Sumatera Utara
Keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak dengan
sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan
penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.
5.
Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan.
Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan
sistem tertentu dan disesuaikan karakteristik media massa yang digunakan.
Di dalam komunikasi
antarpersonal,
yang menentukan
efektivitas
komunikasi bukanlah struktur, tetapi aspek hubungan manusia, bukan pada
“ apanya “ tetapi “ bagaimana “. Sedangkan pada komuniaksi massa
menekankan pada “ apanya “(Ardianto, 2004:7-8)
6.
Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah.
Komunikator dan komunikan tidak dapat terlibat secara langsung, karena
proses pada komunikasi massa yang menggunakan media massa.
7.
Stimulasi Alat Indra “ Terbatas “.
Stimulasi alat indra tergantung pada media massa. Pada surat kabar dan
majalah, pembaca hanya melihat, pada media radio khalayak hanya
mendengarkan, sedangkan pada media televisi dan film kita menggunakan
indra pengelihatan dan pendengaran.
8.
Umpan Balik Tertunda ( Delayed ).
Hal ini dikarenakan oleh jarak komunikator dengan komunikan yang
berjauhan dan katakter komunikan yang anonim dan heterogen (Ardianto,
2004:7-8).
Universitas Sumatera Utara
II.1.3. Fungsi Komunikasi Massa
fungsi dari komunikasi massa adalah sebagai berikut :
a.
Penafsiran ( Interpretation )
Fungsi penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan
kepada khalayak, serta dilengkapi perspektif ( sudut pandang )
terhadap berita atau tanyangan yang disajikan.
b.
Pertalian ( Linkage )
Dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga
membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama
tentang sesuatu.
c.
Penyebaran Nilai-nilai ( Transmission Of Values )
Dengan cara media massa itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media
massa itu memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak
dan apa yang diharapkan oleh mereka.
d.
Hiburan ( Entertainemnt )
Berfungsi sebagai penghibur tiada lain tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan pikiran khalayak.
e.
Fungsi Informasi
Media massa berfungsi sebagai penyebar informasi bagi pembaca,
pendengar, atau pemirsa.
Universitas Sumatera Utara
f.
Fungsi Pendidikan
Salah satu cara media massa dalam memberikan pendidikan adalah
dengan melalui pengajaran etika, nilai, serta aturan-aturan yang
berlaku bagi pembaca atau pemirsa.
g.
Fungsi Mempengaruhi
Secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, Features, iklan, artikel
dan sebagainya.
h.
Fungsi Proses Pengembangan Mental.
Media massa erat kaitannya dengan prilaku dan pengalaman
kesadaran manusia.
i.
Fungsi Adaptasi Lingkungan
Yakni penyesuaian diri terhadap lingkungan dimana khalayak dapat
beradaptasi dengan lingkungannya dengan dibantu oleh media massa,
ia bisa lebih mengenal bagaimana keadaan lingkungannya melalui
media massa.
j.
Fungsi Memanipulasi Lingkungan
Berusaha untuk mempengaruhi, komunikasi yang digunakan sebagai
alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan.
k.
Fungsi Meyakinkan ( To Persuade )
-
Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai
seseorang.
-
Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang
-
Menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu (Effendi,
2003:29).
Universitas Sumatera Utara
II.1.4. Unsur-unsur Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan proses yang dilakukan melalui media
massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi
kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam
komunikasi massa adalah:
1.
Komunikator
a.
Merupakan pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi
informasi modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka
informasi tersebut dengan cepat ditangkap oleh publik
b.
Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagai informasi,
pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang
tersebar tanpa diketahui jelas keberadaan mereka.
c.
Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili
institusi formal yang bersifat mencari keuntungan dari penyebaran
informasi tersebut.
2. Media Massa
Media massa merupakan media komunikasi dan informasi yang
melakukan penyebaran secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat
secara massal pula. Media massa adalah institusi yang berperan sebagai
agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah
paradigma utama media massa.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan :
a. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media
edukasi.
b. Sebagai media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan
informasi kepada masyarakat.
c. Terakhir media massa sebagai media hiburan. (Bungin, 2006:85)
3. Informasi Massa
Informasi massa merupakan informasi yang diperuntukan kepada
masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi
oleh pribadi. Dengan demikian, maka informasi massa adalah milik
publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing.
4. Gatekeeper
Merupakan penyeleksi informasi informasi. Sebagaimana diketahui bahwa
komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media
massa, mereka inilah yang akan menyeleksi informasi yang akan disiarkan
atau tidak disiarkan.
5. Khalayak
Khalayak merupakan massa yang menerima informasi massa yang
disebarkan oleh media massa, mereka ini terdiri dari publik pendengar
atau pemirsa sebuah media massa.
Universitas Sumatera Utara
6. Umpan Balik
Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya mempunyai sifat
tertunda sedangkan dalam komunikasi tatap muka bersifat langsung. Akan
tetapi, konsep umpan balik tertunda dalam komunikasi massa ini telah
dikoreksi karena semakin majunya teknologi, maka proses penundaan
umpan balik menjadi sangat tradisional (Bungin, 2006:71).
II.2. Teori Agenda Setting
Agenda setting menjelaskan begitu besarnya pengaruh media--berkaitan
dengan kemampuannya dalam memberitahukan kepada audiens mengenai isu isu apa sajakah yang penting. Sedikit kilas balik ke tahun 1922, kolumnis walter
lippman mengatakan bahwa media memiliki kemampuan untuk menciptakan
pencitraan - pencitraan ke hadapan publik.
McCombs and Shaw melakukan analisis dan investigasi terhadap jalannya
kampanye pemilihan presiden pada tahun 1968, 1972, dan 1976. Pada
penelitiannya yang pertama (1968), mereka menemukan dua hal penting, yakni
kesadaran dan informasi. Dalam menganalisa fungsi agenda setting media ini
mereka berkesimpulan bahwa media massa memiliki pengaruh yang cukup
signifikan terhadap apa yang pemilih bicarakan mengenai kampanye politik
tersebut, dan memberikan pengaruh besar terhadap isu - isu apa yang penting
untuk dibicarakan.
Universitas Sumatera Utara
Agenda setting merupakan penciptaan kesadaran publik dan pemilihan isu
- isu mana yang dianggap penting melalui sebuah tayangan berita. Dua asumsi
mendasar dari teori ini adalah (http://sulastomo.blogspot.com/2010/12/teoriagenda-setting.html):
1. Pers dan media tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya,
melainkan mereka membentuk dan mengkonstruk realitas tersebut.
2. Media menyediakan beberapa isu dan memberikan penekanan lebih
kepada isu tersebut yang selanjutnya memberikan kesempatan kepada
publik untuk menentukan isu mana yang lebih penting dibandingkan
dengan isu lainnya.
Kekuatan media dalam mempengaruhi khalayak
Dalam agenda setting, yang menentukan kekuatan media dalam
mempengaruhi khalayak dijelaskan dalam konsep need for orientation
(McCombs, Maxwell & Reynolds: 2002). Konsep ini menyediakan penjelasan
teoritis untuk keragaman di dalam proses agenda-setting, melampau kategori isu
obtrusive (isu yang dialami langsung) dan unobtrusive (tidak dialami langsung)
oleh khalayak.
Need for orientation didasarkan pada konsep psikolog Edward Tolman
general theory of cognitive mapping yang menyatakan bahwa manusia
membentuk peta di dalam pikirannya untuk membantu mengarahkan lingkungan
ekseternalnya. Konsep ini mirip dengan gagasan Lippmann tentang pseudoenvironment – lingkungan yang diciptakan oleh media. Selanjutnya konsep need
for orientation juga menyatakan bahwa ada perbedaan individu dalam
kebutuhannya akan orientasi terhadap isu dan juga perbedaan dalam kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
akan latar belakang informasi terhadap isu tertentu (McCombs, Maxwell &
Reynolds: 2002).
Secara konseptual, need for orientation diefinisikan dalam dua konsep,
yaitu relevansi dan ketidakmenentuan; yang peran masing-masing terjadi secara
berurutan. Relevansi adalah yang pertama kali menentukan apakah media akan
mempengaruhi agenda atau tidak. Bila individu merasa media dianggap memiliki
tingkat relevansi yang tinggi terhadap informasi yang dibutuhkan individu, besar
kemungkinan media akan berpengaruh kuat terhadap individu tadi. Sedangkan
pada tahap kedua, ketidakmenentuan menunjukkan apakah individu sudah
memiliki/menentukan terhadap isu yang menjadi agenda media. Dalam konteks
pemilihan umum, ketidakmenentuan ini bisa diligat pada posisinya sebagai
decided/undecided voters. Media akan sangat berpengaruh terhadap individu yang
memiliki tingkat relevansi dan ketidak menentuan yang tinggi.
Di samping faktor need for orientation itu, riset belakangan juga
menunjukkan bahwa dampak agenda-setting terjadi secara kuat di kalangan yang
terdidik. Di samping tingkat pendidikan, kredibilitas juga menentukan tingkat
pengaruh media dalam agenda-setting.
Mengingat bahwa agenda setting berada pada domain dengan asumsi
powerful media effect, maka sebenarnya efek media terhadap khalayak memang
besar. Hanya saja tidak serta merta demikian. Ada faktor-faktor yang
mengekskalasi tingkat kekuatan pengaruh agenda setting. Di antaranya adalah
langsung-tidak langsung jenis pengalaman terhadap isu yang sedang diagendakan,
tingkat need for orientation yang ada pada khalayak, tingkat pendidikan serta
tingkat kredibilitas media yang melakukan setting terhadap agenda tertentu Wanta,
(W & Ghanem, S, “Effects of Agenda Setting” in Preiss, R.W et. Al Eds.2007).
Universitas Sumatera Utara
II.3. Media Massa dan Televisi
II.3.1. Media Massa
Media memiliki peran sentral dalam menyaring informasi dan membentuk opini
masyarakat sementara peran lainnya adalah menekankan pentingnya media massa
sebagai alat kontrol sosial. Dari segi makna, “media massa” adalah alat/sarana
untuk menyebar-luaskan berita, analisis, opini, komentar, materi pendidikan dan
hiburan. Sedangkan dari segi etimologis, “media massa” adalah “komunikasi
massa” yang memiliki arti sebutan lumrah di kalangan akademis untuk studi
“media massa”.
Ada beberapa bentuk media massa yang kita kenal sekarang ini, yaitu:
1. Surat Kabar
Koran (dari bahasa Belanda: Krant, dari bahasa Perancis courant) atau
surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang,
biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran,
yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa
berupa even politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca. Surat
kabar juga biasa berisi karikatur yang biasanya dijadikan bahan sindiran
lewat gambar berkenaan dengan masalah-masalah tertentu, komik, TTS dan
hiburan lainnya (http://id.wikipedia.org/wiki/Koran).
2. Majalah
Tipe suatu majalah ditentukan oleh khalayak yang dituju. Artinya, sejak
awal redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya
Universitas Sumatera Utara
apakah anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa, atau untuk
pembaca umum dari remaja sampai dewasa (Ardianto, 2004:112).
Meskipun sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap berbeda dengan
surat kabar karena majalah memiliki karakteristik tersendiri, yaitu:
a. Penyajian lebih dalam.
b. Nilai aktualitas lebih lama, berbeda dengan surat kabar yang
aktualitasnya hanya satu hari nilai aktualitas majalah bisa sampai satu
minggu.
c. Gambar atau foto lebih banyak dikarenakan memiliki jumlah halaman
yang lebih banyak.
d. Cover, menarik atau tidaknya suatu majalah ditentukan pada tipe dari
majalahnya serta konsistensi majalah tersebut dalam menampilkan ciri
khas majalahnya.
3. Radio
Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes, keunggulan
radio adalah dimana saja, dan sangat beragam. Kekuatan radio dalam
mempengaruhi khalayak sudah dibuktikan dari masa ke masa di berbagai
negara.
4. Televisi
Menurut agee dari sebuah media komunikasi yang ada, televisilah yang
paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Sebanyak 99% orang
Amerika memiliki televisi di rumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali
hiburan, berita, dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi
sekita tujuh jam dalam sehari (Ardianto, 2004:128). Sama dengan fungsi
Universitas Sumatera Utara
media massa lainnya, fungsi televisi juga memberi informasi, mendidik,
membujuk, dan menghibut.
5. Film
Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual dibelahan
dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film
televisi, dan film video laser setiap minggunya. Seperti halnya televisi,
tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh
hiburan. Akan tetapi film dapat terkandung unsur informatif maupun
edukatif bahkan persuasi (Ardianto, 2004:136).
6. Komputer dan Internet
Menurut Laquey, internet merupakan jaringan longgar dari ribuan
komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia (Ardianto,
2004:142). Dewasa ini internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar
dan berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang tidak dapat
diabaikan (Ardianto, 2004:57-58).
II.3.2. Televisi
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi
sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom
(hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata
tele "jauh" dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin,
sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang
menggunakan media visual/penglihatan.” (http://id.wikipedia.org/wiki/televisi)
Pada tahun 1884, Paul Gottlieb Nipkow, seorang mahasiswa 23 tahun di
Jerman, mematenkan sistem televisi elektromekanik yang menggunakan cakram
Universitas Sumatera Utara
Nipkow, sebuah cakram berputar dengan serangkaian lubang yang disusun secara
spiral ke pusat cakaram yang digunakan dalam proses perasteran. (Morrisan,
2008: 6)
Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI
menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai
siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 pukul 14.30
WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4
dari stadion utama Glora Bung Karno. (Milla Day, 2004: 16)
Pada dasarnya televisi mempunyasi sifat sebagai berikut, dapat didengar
dan dilihat bila ada siaran, dapat diliaht dan didengar kembali bila diputar
kembali, daya rangsang sangat tinggi, elektris, harga relatif mahal, daya jangkau
besar. (Morrisan, 2008: 11)
Adapun dampak yang ditimbulkan dari media televisi adalah sebagai
berikut: (Wawan, 1996: 100)
1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seorang individu atau pemirsa
menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang
melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh, acara kuis di televisi.
2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang
ditayangkan televisi. Contoh, model pakaian, model rambut, dari bintang
televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik.
3. Dampak prilaku, yakni proses tertananmya nilai-nilai sosial budaya yang
telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa
sehari-hari. Contoh, tayangan Rahasia Ilahi yang mengimplementasikan
kehidupan religi bagi masyarakat.
Dari teori ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, media massa secara pasti
dapat mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media membentuk opini
publik untuk membawanya kepada perubahan.
Universitas Sumatera Utara
II.4. Opini Publik
II.4.1. Sejarah dan Defenisi Opini Publik
Istilah Opini Publik diserap secarah utuh dari bahasa inggris – public
opinion, yang kemudian disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Istilah
Opini Publik itu digunakan antara lain oleh Omi Abudrrahman ( 1986 ), Kartadi
Suhandang ( 1973 ) dan M.O. Tambunan ( 1994 ). Namun, pakar yang lain seperti
Astrid Susanto ( 1975 ) dan Anwar Arifin ( 1998 ) lebih suka menggunakan istilah
pendapat umum sebagai terjemahan dari istilah public opinion (Sunarjo, 2005:22)
Opini Publik sebagai sebuah fenomena dalam kehidupan sosial dan politik
mulai banyak dikenal dan dipakai pada akhir abad ke-18 di Eropa dan Amerika
Serikat. Pemakaian istilah itu terutama berkaitan dengan politik dan komunikasi
politik tatkala Alquin menyerukan, “ vox populi, vox dei “ ( suara rakyat adalah
suara Tuhan ).
Tedori opini publik mengusulkan bahwa jika media berita berdampak pada
preferensi kebijakan publik, isi media perlu menyediakan bias arah yang
konsisten. Bias arah yang konsisten dari berita ('satu-sisi arus informasi') mungkin
memerlukan penekanan yang konsisten di kedua positif atau aspek-aspek negatif
dari suatu peristiwa atau isu. Namun, jika seseorang terkena kedua sisi masalah,
individu ini tidak mungkin akan terpengaruh oleh pesan-pesan karena mereka
membatalkan satu sama lainnya. Efek ini dijuluki sebagai 'dua sisi arus informasi.
Hal ini diungkapkan pada jurnal penelitian (ClaesH De Vreese, 2006:Vol 44. No
2. pp. 419–36).
Universitas Sumatera Utara
Adapun beberapa faktor defenisi Pendapat umum yakni sebagai berikut
(Arifin, 2010:119)
1. Adanya Isu ( Presence of an issue ). Pertama-tama harus terdapat
konsensus yang sesungguhnya bahwa pendapat umum berkumpul di
sekitar suatu isu ( issue ). Dalam ungkapan sehari-hari, pendapat umum
sering muncul sebagai istilah yang sangat umum, yang melukiskan sesuatu
seperti sikap bersama ( collective attitude ) atau suasana hati masyarakat (
public mood ). Carlyle berpendapat bahwa “ pendapat umum adalah
kebohongan yang paling besar di dunia “. Untuk tujuan kita, isu dapat
didefenisikan sebagai suatu situasi kontemporer dimana mungkin terdapat
ketidak pastian.
2. Hakikat Masyarakat ( The Nature of Publics ). Yakni harus ada kelompok
orang yang dapat dikenal yang berkepentingan dengan persoalan tersebut.
Ini adalah masyarakat. Gagasan mengenai suatu masyarakat yang
digunakan disini dipopulerkan oleh Jhon Dewey, terutama dalam bukunya
The Public and its Problems ( Masyarakat dan Masalahnya ).
3. Kompleks Preferensi pada Masyarakat. Yakni mengacu pada totalitas
pendapat para masyarakat tentang suatu isu. Hal tersebut mencakup
gagasan pendistribusian pendapat menurut arah dan intervensinya ( setuju
atau menolak arah tindakan yang disarankan berkaitan dengan isu tersebut.
Masyarakat yang menaruh perhatian pada isu dengan sendirinya akan
terbagi ke dalam dua atau lebih sudut pandang yang berbeda.
4. Ekspresi Pendapat ( Expression of Opinion ). Kata-kata yang diucapkan
atau dicetak merupakan bentuk yang paling biasa dari ekspresi pendapat,
tetapi sewaktu-waktu gerak-gerik - kepalan tangan, lambaian tangan,
bahkan tarikan nafas orang banyak, sudah cukup untuk menunjukan
ekspresi orang tersebut.
5. Jumlah Orang yang Terlibat ( Number of Persons Involved ). Adanya
besaran masyarakat yang menaruh perhatian terhadap isu.
Adapun yang menjadi karakteristik opini publik menurut Hendley Cantril (
Gauging Public Opinion ) dalam Arifin ( 1998 : 119-120 ) dari lembaga penelitian
Opini Publik dari Universitas Princeton mengumpulkan prinsip yang merupakan
karakteristik opini publik adalah sebagai berikut :
1. Opini publik sangat peka ( govoeling ) terhadap peristiwa-peristiwa
penting.
2. Peristiwa-peristiwa yang bersifat luar biasa dapat menggeser opini
publik seketika dari suatu ekstremis yang satu ke yang lainnya. Opini
publik itu baru akan mencapai stabilitasnya apabila kejadiannya dari
peristiwa itu memperlihatkan garis-garis besar yang jelas.
Universitas Sumatera Utara
3. Opini pada umumnya lebih banyak ditentukan oleh peristiwaperistiwanya dari pada oleh kata-kata, kecuali kata-kata itu sendiri
merupakan suatu peristiwa.
4. Pernyataan liasan dan garis-garis tindakan merupakan hal yang teramat
penting dikala opini belum terbentuk dan dikala orang-orang berada
dalam keadaan suggestible dan mencari keterangan dari sumbersumber terpercaya.
5. Pada umumnya opini publik tidak mendahului keadaan-keadaan
darurat, ia hanya mereaksi keadaan itu.
6. Secara psikologis, opini pada dasarnya ditentukan oleh kepentingan
pribadi.
7. Opini atau pendapat tidaklah bertahan lama, kecuali jika orang-orang
merasa bahwa kepentingan pribadinya benar-benar tersangkut dan jika
pendapat yang dibangkitkan oleh kata-kata diperkuatkan oleh
peristiwa-peristiwa.
8. Apabila kepentingan pribadi telah tersangkut, opini tidaklah mudah
diubah.
9. Jika suatu pendapat didukung oleh suatu mayoritas yang tidak terlalu
kuat dan jika pendapat tidak mempunyai bentuk kuat pula, maka fakta
yang nyata ada kecenderungan mengalihkan pendapat dari arah
penderitaan.
10. Pada saat kritis, rakyat menjadi lebih peka ( govoeling ) terhadap
kemampuan pemimpinnya dan apabila mereka mempunyai
kepercayaan terhadapnya, maka mereka akan rela untuk lebih banyak
memberikan tanggung jawab dari pada biasanya, akan tetapi apabila
kepercayaan mereka itu kurang, maka toleransi merekapun berkurang
dari biasanya (Arifin 1998 : 119-120).
II.4.2. Proses Pembentukan Opini Publik
Gorge Carslake Thompson dalam “The Nature Of Public Opinion”
(Sastropoetro, 1990:106) mengemukakan bahwa dalam suatu publik yang
menghadapi issue dapat timbul berbagai kondisi yang berbeda-beda, yaitu :
1. Mereka dapat setuju terhadap fakta yang ada atau merekapun boleh tidak
setuju.
2. Mereka dapat berbeda dalam pemikiran atau estimation, tetapi juga boleh
tidak berbeda pandangan.
3. Perbedaan yang lain ialah bahwa mungkin mereka mempunyai sumber
data yang berbeda-beda.
Hal-hal yang diutarakan itu merupakan sebab timbulnya kontroversi
terhadap isu-isu tertentu. Selanjutnya dikemukakannya bahwa orang-orang yang
Universitas Sumatera Utara
mempunyai opini yang tegas, mendasarkan kepada rational grounds atau alasan
yang rasional yang berarti “dasar-dasar yang masuk akal dan dapat dimengerti
oleh orang lain”.
Kemudian dalam hubungannya dengan penilaian terhadap suatu opini
publik, perlu diperhitungkan empat pokok, yaitu:
1. Difusi, apakah pendapat yang ditimbulkan merupakan suara terbanyak,
akibat adanya kepentingan golongan.
2. Persistence,kepastian atau ketetapan tentang masa berlangsungnya isu
karena disamping itu, pendapatpun perlu diperhitungkan.
3. Intensitas, ketajaman terhadap isu
4. Reasonableness, atau suatu pertimbangan yang tepat dan beralasan.
Menurut R.P. Abelson (1998) unsur-unsur pembentukan opini adalah
sebagai berikut:
1. Kepercayaan mengenai sesuatu (belief)
2. Apa yang sebenarnya dirasakan untuk menjadi sikapnya (attitude)
3. Persepsi (perception), yaitu sebuah proses memberikan makna yang
berakar dari beberapa faktor, yakni :
a. Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut
seseorang/masyarakat.
b. Pengalaman masa lalu/kelompok tertentu menjadi landasan atau
pendapat atau pandangan.
c. Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut
atau nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat).
d. Berita-berita dan pendapat-pendapat yang berkembang yang
kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang.
Bisa diartikan berita-berita yang dipublikasikan itu dapat sebagai
pembentuk opini masyarakat (Cutlip, 2006:262).
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian maka proses pembentukan opini publik tersebut dapat
dilihat melalui gambar berikut (Ruslan, 1999:56)
Gambar 2
Proses Pembentukan Opini Publik
-
Faktor
Proses
Penentu
pembentukan
Latar belakang
budaya
Pengalaman masa
lalu
Nilai-nilai yang
dianut
Berita yang
bercabang
Persepsi
Opini
Konsensus
Opini Publik
Affect
Sikap
Behavior
Cognitive
Pada bagan “proses pembentukan opini publik” menggambarkan mulai
dari persepsi seorang sehingga terbentuknya suatu opini publik, yaitu berakar dari
latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang akan melahirkan
suatu interpretasi atau pendirian seseorang, dan pada akhirnya akan terbentuk
suatu opini publik, apakan nantinya mendukung, atau menentang atau berlawanan.
Pendirian merupakan apa yang dirasakan seseorang dan timbul attitude sebagai
sikap yang dapat tersembunyi dalam diri seseorang, dan dapat dalam bentuk
simbol, bahasa tubuh, verbal, mimik muka, serta makna daru suatu warna yang
dipakainya.
Opini seseorang itu kemudian secara akumulatif dapat berkembang
menjadi suatu konsensus (kesepakatan), dan ter-kristalisasi jika masyarakat dalam
Universitas Sumatera Utara
kelompok tertentu mempunyai kesamaan visi, ide, nilai-nilai yang dianut, latar
belakang dan hingga tujuan yang hendak dicapai dikemudian hari akan terbentuk
menjadi opini publik.
II.4.3. Kekuatan Opini Publik
Telah dikemukan bahwa opini publik atau pendapat umum sebagai satu
kesatuan pernyataan suatu hal yang besifat kontroversial, merupakan suatu
penilaian sosial atau social judgement. Oleh karena itu, maka pada pendapat
publik melekat beberapa kekuatan yang sangat diperhatikan (Eddy Yehuda,
Drs.,M.S.-http://humasbdg.wordpress.com/2008/04/12/kekuatan-opini-publik/) :
1. Opini publik dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap orang atau
sekelompok orang yang terkena hukuman tersebut. Hukuman sosial
menimpa seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk rasa malu, rasa
dikucilkan, rasa dijauhi, rasa rendah diri, rasa tak berarti lagi di tengah
masyarakat, menimbulkan frustasi sehingga putus asa, dan bahkan ada
yang karena itu lalu bunuh diri atau mengundurkan diri dari jabatannya.
2. Opini publik sebagai pendukung bagi kelangsungan berlakunya norma
sopan santun dan asusila, baik antara yang muda dengan yang lebih tua,
maupun antara yang muda dengan sesamanya.
3. Opini publik dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga dan bahkan
bisa juga menghancurkan suatu lembaga.
4. Opini
publik
dapat
mempertahankan
atau
menghancurkan
suatu
kebudayaan.
5. Opini publik dapat pula melestarikan norma sosial.
Universitas Sumatera Utara
II.5. Berita
Menurut Hepwood memberikan pengertian berita sebagai laporan pertama
dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. (Pereno,
2002:6) Secara umum berita adalah laporan kejadian yang baru saja terjadi dari
kejadian yang penting dan disampaikan secara benar dan tidak memihak sehingga
dapat menarik perhatian para pembaca berita.
Dalam berita juga terdapat jenis-jenis berita yaitu( Romli, 2003:3 ):
1. Straight News: berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan
lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini,
jenis berita Straight News dipilih lagi menjadi dua macam :
a. Hard News: yakni berita yang memiliki nilai lebih dari segi
aktualitas dan kepentingan atau amat penting segera diketahui
pembaca.
b. Soft News, nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih
merupakan berita pendukung.
2. Depth News: berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal
yang ada di bawah suatu permukaan.
3. Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau
penyelidikan dari berbagai sumber.
4. Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan pendapat atau
penelitian penulisnya/reporter.
5. Opinion News: berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat
para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal,
peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Unsur-Unsur Berita
Dalam Berita Harus terdapat unsur-unsur berita yaitu :
(8) What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
(9) Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
(10)
Where - di mana terjadinya peristiwa itu?
(11)
When - kapan terjadinya?
(12)
Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
(13)
How - bagaimana terjadinya?
(14)
What next - terus bagaimana?
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
III.1.1. Sejarah fakultas Ilmu Budaya – USU
Pendirian Fakultas Sastra diawali dengan keluarnya Surat Keputusan
Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor: 190/1965 terhitung
mulai tanggal 25 Agustus 1965. Pada awal berdirinya Fakultas Sastra belum
mempunyai gedung sendiri dan masih menumpang di Fakultas Hukum, hanya
memiliki 1 jurusan yakni jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan jumlah
mahasiswa 45 orang. Kemudian pada awal tahun 1966 Fakultas Sastra
memperoleh gedung sendiri yang terletak di bahagian depan Sekolah TK Dharma
Wanita USU, tetapi gedung ini sangat kecil, setahun kemudian Fakultas Sastra
mendapat tambahan gedung eks PU di Jalan Prof. Muhammad Yusuf, tetapi masih
juga sangat minim dan tidak memenuhi syarat untuk perkuliahan karena
ruangannya hanya 4, 2 ruang untuk perkuliahan dan 2 ruang untuk administrasi
(http://fib.usu.ac.id/tentang-fakultas/sejarah-fakultas.html).
Tahun 1967 Fakultas Sastra dipindahkan ke Gedung Pancasila (sekarang
pendopo USU), luasnya sudah memenuhi syarat tetapi ada kendala mengenai air
dan lampu yang tidak memadai. Akhirnya pada tahun 1972 Fakultas Sastra
memperoleh 3 unit gedung permanent yang setelah direnovasi 2 unit menjadi
ruang perkuliahan, dan yang satu lagi di jadikan ruang Seminar (ruang Serba
Guna), kemudian pada tahun 1986 Fakultas Sastra mendapat bantuan dari Pemda
Universitas Sumatera Utara
Kotamadya Medan berupa 1 unit gedung untuk perkuliahan/praktek jurusan
Etnomusikologi. Tahun 1990 Fakultas Sastra mendapat tambahan gedung dari
Universitas Sumatera Utara berupa eks gedung BAAK dan Perpustakaan Pusat
USU (http://fib.usu.ac.id/tentang-fakultas/sejarah-fakultas.html).
Terakhir pada tahun 2001 Fakultas Sastra mendapat tambahan gedung lagi
yakni gedung eks USU Press yang setelah direnovasi direncanakan untuk ruang
perkuliahan dan ruang Administrasi Program Studi D3 Pariwisata. Akhirnya pada
kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada para pendiri dan pelopor berdirinya Fakultas Sastra USU
(http://fib.usu.ac.id/tentang-fakultas/sejarah-fakultas.html) yakni:
Tabel II
Daftar Pelopor Pendiri FIB-USU
1
Alm. Prof. Mahadi, S.H.
2
Dr. Septy Ruzui
3
Alm. Drs. Sabaruddin Ahmad
4
Alm. T. Mahmuddin
5
Dr. Rustam Amir Effendi, M.A.
6
Alm. Drs. Burhanuddin ch. Usman
7
Alm. Prof. A.Hamid Hasan Lubis
8
Alm. Drs. Chairuddin Rahman
9
Drs. Danil Ahmad, DPFE
10
Alm. Drs. Syahdan Manurung, DPFE
11
Drs. Abubakar
12
Alm. Drs. Tasrir Ismail
Sumber: http://fib.usu.ac.id/tentang-fakultas/sejarah-fakultas.html
Universitas Sumatera Utara
Dengan meningkatnya kebutuhan Sarjana Sastra dalam berbagai bidang
sesuai dengan tuntutan pembangunan maka Fakultas Sastra USU selanjutnya
membuka jurusan-jurusan/program studi Strata 1 (S1) dan Diploma 3 (D3)
sebagai berikut:
- 1965, dibuka jurusan Bahasa dan Sastra Inggris dengan jumlah mahasiswa 50
orang.
- 1968, dibuka jurusan Sejarah tetapi belum ada kegiatan karena mahasiswanya
belum ada dan pada tahun 1970 barulah pertama kali menerima
mahasiswa.
- 1979, dibuka jurusan Sastra Daerah:
a. Bahasa dan Sastra Melayu
b. Bahasa dan Sastra Batak
- 1979, dibuka jurusan Etnomusikologi (satu-satunya yang ada di Indonesia
sampai tahun 1989)
Jurusan ini banyak sekali mendapat perhatian dan bantuan terutama dari
Ford Foundation Jakarta antara lain beasiswa bagi mahasiswa dan staf
pengajar serta bantuan tenaga konsultan.
- 1980, dibuka Program Studi S1 Bahasa Arab, Jurusan Antropologi, dan Jurusan
Ilmu Perpustakaan namun pada tahun 1983 Jurusan Ilmu Perpustakaan
ditutup dan sebagai gantinya dibuka Program Studi D3 Perpustakaan.
Sedangkan Jurusan Antropologi dipindahkan ke FISIP USU sesuai dengan
SK Rektor USU Nomor: 163/PT05/SK/ O/86 tanggal 4 Mei 1986.
Universitas Sumatera Utara
- 1980, dibuka Program Studi D3 Pariwisata, Bahasa Jepang, dan Bahasa Inggris,
tetapi SK Pembentukan Program Studi ini baru terbit pada tahun 1987
sesuai dengan SK Dirjend. Dikti Depdikbud RI Nomor :
a. 23/Dikti/Kep/1987 tanggal 13 Juni 1987 untuk Program Studi D3 Bahasa
Jepang.
b. 25/Dikti/Kep/1987 tanggal 13 Juni 1987 untuk Program Studi D3
Pariwisata.
c. 26/Dikti/Kep/1987 tanggal 13 Juni 1987 untuk Program Studi D3
Bahasa Inggris.
- 1984, dibuka Program Studi D3 Perpustakaan
- 2000, dibuka Program Studi S1 Sastra jepang sesuai dengan SK Ditjend. Dikti
Nomor: 295/Dikti/Kep/2000 untuk kelas Reguler dan Ekstensi.
- 2001,
dibuka Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan untuk kelas Reguler dan
Ekstensi.
- 2007, dibuka Program Studi Sastra China, dengan jumlah mahasiswa 42 orang.
Hal ini adalah hasil kerjasama Universitas Sumatera Utara dengan Jinan
University Republik Rakyat China dimana pada tahun pertama ini Jinan
University mengirimkan dua orang tenaga pengajar karena Departemen ini
belum
mempunyai
dosen
tetap.
(http://fib.usu.ac.id/tentang-
fakultas/sejarah-fakultas.html)
Universitas Sumatera Utara
Adapun Visi, Misi, dan Tujuan yang dimiliki oleh Fakultas Ilmu Budaya –
USU adalah sebagai berikut:
Visi :
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara menjadi
Institusi pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat
yang terkemuka bertaraf nasional dan internasional dalam bidang
kebudayaan berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa.
Misi:
1. Menyelenggarakan pendidikan dalam bidang ilmu budaya yang
bermutu tinggi dan mampu bersaing baik secara nasional maupun
internasional.
2. Mengembangkan penelitian dalam bidang ilmu budaya yang
mendorong kemajuan pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni yang bermanfaat untuk kepentingan umat manusia
3. Melaksanakan pengabdian pada masyarakat berwawasan budaya
untuk menyelesaikan masalah-masalah kemasyarakatan.
4. Menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan lembaga lainnya
baik di dalam maupun di luar negeri dalam bidang kebudayaan
untuk pengembangan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada
masyarakat.
5. Menyiapkan lulusan yang berwawasan dan berkompetensi budaya
serta keberagamannya, berkarakter, beretika, inovatif, jujur,.berjiwa
kepemimpinan
dan
peduli
terhadap
masalah-masalah
kemasyarakatan.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan:
1. Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang ilmu
bahasa, sastra, seni, sejarah, perpustakaan dan informasi, dan
pariwisata, yang berkualitas dan berkarakter, dan menjunjung
tinggi nilai-nilai akademik.
2. Menghasilkan penelitian yang inovatif di bidang ilmu budaya.
3. Menghasilkan karya pengabdian yang bermanfaat.
4. Membangun kerja sama dengan dunia usaha dan lembaga lainnya
baik di dalam maupun di luar negeri dalam bidang kebudayaan
untuk pengembangan pendidikan, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat.
5. Membangun pusat layanan informasi kebudayaan bertaraf
nasional dan internasional.
6. Mengembangkan tata pamong fakultas yang transparan,
akuntabel, dan demokrat.
7. Meningkatkan kemampuan pendanaan melalui kewirausahaan
untuk mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
pada masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
III.1.2. Departemen Etnomusikologi
A. Sejarah Departemen Etnomusikologi FIB - USU
Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera
Utara didirikan pada tahun 1979, dan merupakan yang pertama di Indonesia.
Setelah berjalan selama enam tahun, eksistensi Departemen Etnomusikologi
disahkan secara yuridis melalui Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor
131/DIKTI/Kep/1984. Hingga sekarang Departemen Etnomusikologi adalah satusatunya departemen yang mewadahi disiplin etnomusikologi yang operasionainya
di bawah universitas di Indonesia. Sejak berdirinya sampai saat ini Departemen
Etnomusikologi secara konsisten berusaha berbenah diri dalam melaksanakan
fungsinya dan mewujudkan amanah untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan
Tinggi serta senantiasa berusaha untuk mampu memenuhi tuntutan dinamika
perubahan di era globalisasi ini (http://etnomusikologi.usu.ac.id).
Di awal operasionainya Departemen Etnomusikologi dibantu oleh The
Ford Foundation, melalui pengadaan tenaga pengajar yang ahli di bidang
etnomusikologi yang berasal dari Amerika Serikat, Australia, dan Inggris. Sejak
tahun 1985 Departemen Etnomusikologi mulai menerima staf pengajar dari
alumninya sendiri, ditambah alumni dari STSI Denpasar Bali sebagai dosen tetap.
Melalui bantuan USU dan instansi formal lainnya di dalam dan luar negeri, para
dosen diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan program S2 dan S3 di
bidang
etnomusikologi
maupun
bidang
yang
relevan
dengan
disiplin
etnomusikologi ini, seperti antropologi dan pengkajian seni pertunjukan dan seni
rupa. Hingga saat ini Departemen Etnomusikologi teiah memiliki 13 tenaga
pengajar tetap dengan kualifikasi: S1 (5 orang), S2 (7 orang) dan S3 (1). Dari
Universitas Sumatera Utara
jumlah tersebut, 4 staf pengajar sedang dalam proses pendidikan S2 (1 orang di
Universitas Negeri Medan, 1 orang di Universiti Sains Malaysia, 1 orang di
University of Malaya dan 1 orang di Universitas Andalas Padang) dan 1 orang
sedang menyelesaikan program S3 di University of Malaya.
Jumlah peminat Departemen Etnomusikologi tidaklah terialu besar. Dalam
lima tahun terakhir jumlah peminat hanya mencapai 1040 orang, sementara
jumlah calon mahasiswa yang diterima sebanyak 167 orang pada kurun waktu
yang sama. Tingkat persaingan berada pada rata?rata 7,90%. Sedangkan yang
mendaftar ulang untuk menjadi mahasiswa sebanyak 145 orang. Namun demikian
peminat yang memasuki Departemen Etnomusikologi tidak hanya berasal dari
Provinsi Sumatera Utara saja, akan tetapi dari provinsi lain; meskipun dalam
persentase lebih kecil dari Provinsi Sumatera Utara. Rata?rata mahasiswa yang
diterima dominan berasal dari Kotamadya dibandingkan dengan Kabupaten.
Jumlah mahasiswa Departemen Etnomusikologi sampai saat ini yang masih aktif
adalah berjumlah 115 orang.
Sementara
itu
akreditasi
mutakhir
yang
diperoleh
Departemen
Etnomusikologi pada tahun penilaian 2004 adalah B (grade B) dan saat ini sedang
dilakukan revisi untuk memperoleh akreditasi yang lebih baik ke depan, yaitu
nilai A, dan berusaha menjadi institusi etnomusikologi yang terunggul di
Indonesia, dengan ciri utama berbasis penelitian (http://etnomusikologi.usu.ac.id).
Rekrutmen dosen dilakukan oleh universitas melalui mekanisme seleksi
dan administrasi yang sudah baku. Penerimaan dosen dilakukan secara terbuka
dengan mengumurnkannya melalui media massa, dan informasi lainnya, seperti
koran dinding universitas, dil. Sementara itu tenaga pendukung direkrut melalui
Universitas Sumatera Utara
dua jalur, yaitu jalur penempatan oleh universitas atau melalui usulan dari
fakultas. Sejak awal berdirinya, Departemen Etnomusikologi telah melakukan
kerjasama dengan belberapa institusi pendidikan tinggi di dalam maupun luar
negeri.
Sebagai tindak lanjut dari hubungan tersebut, Departemen Etnomusikologi
melakukan kerjasama dengan beberapa institusi dan para pakarnya, di antaranya
adalah: Prof. Bob Brown (San Diego State Univ., USA); Prof. Alvin Lucer
(Wesleyan Univ., USA); Prof. Melvin Strauss (Wesleyan Univ., USA); Prof.
Judith Becker (Michigan Univ., USA); Mark Perlman (Wesleyan Univ., USA);
Prof. Harja Susilo (Univ. of Hawaii, USA); Prof. Margareth Kartomi (Monash
Univ., Australia); Dr. Yoshiko Okazaki (Univ. of Sacrted Heart, Japan); Larry
Polansky (Frogpeak USA); Jody Diamond (Dartmouth College, USA); Prof.
Anne Rassmussen (USA); Endo Suanda (MSPI); Ashley Turner (Monash Univ.
Australia); Philip Yampolsky (Smithsonian Institute & Ford Foundation, USA);
Dr. Suka Harjana (IKJ); Ratna Riantiarno (Teater Koma, Jakarta); Dr. Sal
Murgianto (IKJ, Jakarta); Dr. Sri Hastanto (STSI Solo); Prof. Dr. I Made Bandem
(STSI Den Pasar, Bali), Prof. Dr. R.M. Soedarsono (ISI, UGM Yogyakarta); Dr.
Pudentia MPSS UI & Asosiasi Tradisi Lisan Nusantara, Jakarta; dan lain-lain
(etnomusikologi.usu.ac.id).
Universitas Sumatera Utara
B. Visi, Misi, Dan Tujuan Departemen Etnomusikologi FIB – USU
Visi: Program Studi Etnomusikologi FIB USU tahun 2020 menjadi institusi
pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang terkemuka,
bertaraf nasional dan internasional dalam bidang budaya musik
berdasarkan filsafat Pancasila dan nilai-nilai budaya bangsa.
Misi: 1. Menyelenggarkan pendidikan etnomusikologi yang berkualitas tinggi
dan mampu bersaing baik secara nasional maupun internasional.
2. Mengembangkan penelitian dalam bidang etnomusikologi yang
mendorong kemajuan pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
yang bermakna untuk kepentingan umat manusia.
3. Melaksanakan pengambdian pada masyarakat, berwawasan seni budaya
untuk menyelesaikan masalah-masalah seni dan masyarakat.
4. Menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan lembaga lainnya, baik di
dalam maupun di luar negeri dalam bidang seni budaya untuk
mengembangkan
pendidikan,
penelitian,
dan
pengabdian
pada
masyarakat
5. Menyiapkan lulusanyang berwawasan dan berkompetensi seni budaya
serta keberagamannya, berkarakter, beretika, inovatif, jujur, berjiwa
kepemimpinan, dan perduli terhadap masalah-masalah kemasyarakatan.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan:
1. Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang
etnomusikologi yang berwawasan dan berkarakter, dan menjunjung
tinggi nilai-nilai akademik.
2. Menghasilkan penelitian yang inovatif di bidang ilmu budaya.
3. Menghasilkan karya pengabdian yang bermanfaat bagi masyarakat.
4. Membangun kerja sama dengan dunia usaha dan lembaga lainnya,
baik di dalam maupun di luar negeri dalam bidang seni budaya untuk
membangun pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.
5. Membangun pusat layanan informasi seni budaya bertaraf nasional.
6. Mengembangkan tata pamong program studi yang transparan,
akuntabel, dan demokratis.
Universitas Sumatera Utara
C. Daftar Nama Pimpinan (2010-2014) dan Dosen Tetap Departemen
Etnomusikologi FIB-USU
Ketua Departemen
: Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D.
Sekretaris Departemen
: Dra. Heristina Dewi, M.Pd.
Dosen-dosen
: 1. Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D.
2. Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D.
3. Dra. Rithaony Hutajulu, M.A.
4. Dra. Rithaony Hutajulu, M.A.
5. Dra. Frida Deliana Harahap, M.Si.
6. Drs. Kumalo Tarigan, M.A.
7. Drs. Fadlin, M.A.
8. Drs. Perikuten Tarigan, M.A.
9. Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si.
10. Dra. Heristina Dewi, M.Pd
11. Drs. Bebas Sembiring, M.Si.
12. Arifni Netriroza, SST., M.A.
13. Drs. Irwansyah, M.A.
Universitas Sumatera Utara
III.2. Metodologi Penelitian
III.2.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional.
Penelitian korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui
hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya
untuk mempengaruhi variabel tersebut tidak terdapat manipulasi variabel
(Rakhmat,2004: 26)
Penelitian korelasional ini bertujuan untuk meliahat sejauhmanakah
pengaruh pemberitaan media tentang konflik antara Indonesia dan Malaysia yakni
tentang pencaplokan lagu daerah “ Rasa Sayange “ terhadap opini mahasiswa
Departemen Etnomusikologi FIB-USU.
III.2.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Departemen Etnomusikologi FIB-USU
Alamat: Jl. Universitas No. 19, Kampus Universitas Sumatera Utara,
Padangbulan, Medan, 20155.
Telepon: (061)8952947
Website: www.etnomusikologi.usu.ac.id
Universitas Sumatera Utara
III.3. Populasi dan Sampel
III.3.1. Populasi
Menurut Nawawi (2011:40) populasi merupakan keseluruhan objek
penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, dan tumbuh-tumbuhan,
gejala-gejala atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik
tertentu dalam penelitian.
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah mahasisw Departemen
Etnomusikologi FIB-USU Stambuk 2008 – 2011
(http://dirmahasiswa.usu.ac.id/mahasiswa/index/fakultas/7).
Tabel 3
Populasi
Stambuk
Populasi
2008
18
2009
23
2010
67
2011
59
Jumlah
167
Sumber: http://dirmahasiswa.usu.ac.id/mahasiswa/index/fakultas/7).
Universitas Sumatera Utara
III.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagaian yang diambil dengan menggunakan cara-cara
tertentu (Nawawi, 2001:144). Sampe dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan
area yakni mengambil mahasiswa yang masih aktif berkuliah di Departemen
Etnomusikologi FIB-USU pada stambuk 2008-2011. Disebabkan populasi yang
banyak dan tidak mungkin untuk diambil semua maka jumlah penentuan sampel
dalam penelitian ini didasarkan kepada pendapat Suharsimi Arikunto yang
mengatakan “Untuk mengetahui sekedar ancar-ancar maka apabila populasi
kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitian itu
merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya lebih dari 100 orang, maka
dapat diambil 5 s/d 15% atau 20 s/d 25% atau lebih” (Arikunto, 1998:120)
Berdasarkan ketentuan di atas maka peneliti menetapkan sampel sebasar
20% dari jumlah populasi, maka sampel dari penelitian ini adalah berjumlah 33
orang.
Universitas Sumatera Utara
Teknik Penarikan Sampel.
Teknik penarikan sampel yang dipilih adalah teknik yang disesuaikan dengan
tujuan penelitian. Adapun teknik pengambilan sampel yang akan digunakan
peneliti adalah :
1. Proportional Stratified Sampling, yaitu teknik penarikan sampel yang
bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen
dikelompokan berdasarkan karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok
mempunyai
anggota
sampel
yang relatif
homogen. Sampel
ini
memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil
untuk setiap dipilih sebagai sampel
Setelah
jumlah
sampel
ditentukan,
kemudian
diproporsionalkan
untuk
memperoleh jumlah sampel dari setiap divisi dengan menggunakan rumus
(Arikunto, 2002:120), yaitu :
n =
n1 x n2
N
Keterangan :
n1
= Jumlah mahasiswa dalam setiap stambuk
n2
= Jumlah sampel
N
= Jumlah populasi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4
Penarikan Sampel
Mahasiswa/Stambuk
Populasi
Penarikan Sampel
Sampel
2008
18
n = 18 x 33 = 3,5
3
167
2009
23
n = 23 x 33 = 4,5
5
167
2010
67
n = 67 x 33 = 13,2
13
167
2011
59
n = 59 x 33 = 11,6
12
167
JUMLAH
33
2. Purposive Sampling
Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria
tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan riset, sedangkan orang
dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan
sampel (Kriyantono, 2006: 154).
Universitas Sumatera Utara
Sehingga berdasar pada definisi diatas, peneliti juga memberikan beberapa
kriteria yang dapat menjadikan seseorang tersebut dapat menjadi sampel
sebagai berikut:
1. Mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU
2. Stambuk 2008-2011 dan masih aktif berkuliah di departemen tersebut.
3. Incidental Sampling, yaitu penelitian yang populasinya adalah individuindividu yang sulit dijumpai dengan alasan sibuk, tidak mau diganggu
tidak bersedia menjadi responden, atau alasan lainnya (Bungin, 2005:126).
III.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Dilakukan dengan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber
bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian
dilakukan dengan membaca buku-buku, jurnal, dan internet yang sesuai
dengan masalah yang dibahas.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mensurvei di lokasi
penelitian. Penelitian lapangan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Kuesioner, adalah daftar pertanyaan yang dikirimkan kepada
responden, baik secara langsung atau tidak langsung (melalui pos atau
perantara). Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup,
yaitu sejumlah pertanyaan yang telah ada jawabannya, jadi responden
hanya perlu mencontreng atau memilih jawaban saja.
Universitas Sumatera Utara
b. Wawancara, adalah tanya jawab lisan antar dua orang atau lebih secara
langsung. Teknik ini diajukan terhadap sejumlah pihak-pihak yang
terkait.
III.5. Teknik Analisis Data
Menurut Bodgan & Biklen, analisis data adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang diceritakan orang lain (Singarimbun, 1995:263)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode korelasional, sehingga
menggunakan analisis tabel tunggal, tavel silang, dan uji hipotesis.
a. Analisis Tabel Tunggal
Adalah analisis yang dilakukan dengan membagi variabel-variabel
penelitian kedalam jumlah frekuensi dan persentase setiap kategori.
(Singarimbun, 1995:266)
b. Analisis Tabel Silang
Adalah analisis dengan menggunakan teknik yang digunakan untuk
mengetahui dan menganalisa variabel yang satu memiliki hubungan
dengan variabel lainnya. Sehingga dapat diketahui variabel tersebut
bernilai positif dan negatif. (Singarimbun, 2005:273)
c. Uji Hipotesis
Adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data hipotesis yang
diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji hubungan diantara
Universitas Sumatera Utara
kedua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus
koefisien tata jenjang oleh Spearman (Sperman’s Rho Rank – Order
Correlation), yaitu sebagai berikut :
Rho =
1
6∑d2
N (N2 – 1)
Keterangan :
Rho
= koefisien korelasi rank-order
d
= Perbedaan antara pasangan jenjang
∑
= sigma atau jumlah
N
= jumlah individu dalam sampel
1
= bilangan konstan
6
= bilangan konstan
Sperman Rho koefisien adalah metode untuk menganalisis data dan untuk
melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menguji tingkat signifikasi korelasi, jika n > 0, digunakan rumus ttest
pada tingkat signifikasi 0,05 sebagai berikut :
t=
n–2
1-r
t
= nilai thitung
r
= nilai koefisien
n
= jumlah sampel
jika ttest > thitung, maka hubungannya signifikan
jika ttest < thitung, maka hubungannya tidak signifikan
Selanjutnya, untuk mengatur kekuatan derajat hubungan digunakan nilai
koefisiesn korelasi sebagai berikut (Kriyantono, 2006 : 168-169), yaitu :
≤ 0,20
= hubungan rendah sekali; lemah sekali
0,20 – 0,39
= hubungan rendah tapi pasti
0,40 – 0,70
= hubungan yang cukup berarti
0,71 – 0,90
= hubungan yang tinggi; kuat
≥ 0,90
= hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
IV.1. Analisis Tabel Tunggal
IV.1.1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden perlu disajikan untuk mengetahui latar belakang
responden. Karakteristik yang dipakai adalah jenis kelamin, usia, suku, dan
stambuk, selengkapnya data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5
Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
F
%
1
Laki
18
54,5
2
Perempuan
15
45,5
33
100
Total
P.1/FC.1
Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa responden laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan responden perempuan, yaitu jumlah responden laki-laki
sebanyak 18 orang (54.5%), sedangkan responden perempuan sebanyak 15 orang
(45.5). Dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa pada saat penyebaran
kuisioner
berlangsung,
mahasiswa
Fakultas
Ilmu
Budaya
Departemen
Universitas Sumatera Utara
Etnomusikologi yang sesuai dengan stambuk yang menjadi kriteria penelitian ini
adalah lebih banyak berjenis kelamin laki-laki bila dibandingkan dengan yang
berjenis kelamin perempuan.
Tabel 6
Usia
No
Usia
F
%
1
18
1
3,03
2
19
7
21,2
3
20
13
39,4
4
21
7
21,2
5
22
3
9,09
6
23
2
6,06
33
100
Total
P.2/FC.2
Bila dilihat dari karekteristik usianya seperti yang terlihat pada tabel 6
dapat terlihat ada 6 tingkatan usia yang masuk kedalam kriteria penelitian, dimana
dapat dilihat dimulai dari usia 18 tahun yang berjumlah 1 orang (3.03%)
kemudian diurutan kedua terdapat usia 19 tahun yang berjumlah 7 orang (21.2%),
usia 20 tahun (39.4%), usia 21 tahun yang berjumlah 7 orang (21.2%), usia 22
tahun yang berjumlah 3 orang (9.09%) dan yang terakhir terdapat responden yang
berusia 23 tahun yang berjumlah 2 orang (6.06%). Terlihat juga bahwa usia yang
terbanyak yang menjadi responden adalah berusia 20 tahun dengan jumlah 13
orang dan memiliki persentasi 39.4%.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7
Suku
No
Suku
F
%
1
Aceh
5
15,2
2
Batak
14
42,4
3
Jawa
4
12,1
4
Karo
4
12,1
5
Melayu
2
6,06
4
12,1
33
100
6
Lain-lain (Betawi, Nias,
Padang)
Total
P.3/FC.3
Suku juga merupakan bagian yang ditetapkan dalam karakteristik
responden pada penelitian ini, terdapat beberapa suku yang terdata dalam
kuisioner penelitian yang disebar, dapat dijelaskan berdasarkan tabel 6, ada 8 suku
yang terdata dalam kuisioner responden yakni responden yang bersuku Aceh
berjumlah 5 orang (15.2%), responden yang bersuku Batak berjumlah 14 orang
(42.4%), responden yang bersuku Jawa berjumlah 4 orang (12.1%), bersuku Karo
berjumlah 4 orang (12.1%), kemudian responden yang bersuku Melayu 2 orang
(6.06%), selain suku yang memang telah ditetapkan oleh peneliti, juga ditetapkan
terdapat kriteria suku lain yang terdata didalam penelitian dan suku-suku itu
adalah Betawi, Nias, dan suku Padang, bila dihitung rata-rata jumlahnya adalah 4
orang dengan persentasi 12,1%.
Dapat dilihat di dalam tabel bahwa mahasiswa yang menjadi kriteria
didalam penelitian ini, bila dilihat dari jumlah suku yang terbanyak adalah suku
Batak dengan jumlah 14 orang dan dengan persentasi 42.4%.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8
Stambuk
No
Stambuk
F
%
1
2008
3
9,09
2
2009
5
15,2
3
2010
13
39,4
4
2011
12
36,4
33
100
Total
P.4/FC.4
Karakteristik responden yang terakhir adalah stambuk, dimana stambuk
adalah tahun mulai atau tahun awal seorang melaksanakan perkuliahan, dilihat
pada penjelasan tabel 8 terdapat 4 stambuk yang menjadi kriteria wajib yang
ditetapkan oleh peneliti, yakni stambuk 2008, 2009, 2010, 2011. Dapat dijelaskan
bahwa sebelumnya peneliti telah menghitung dan merumuskan jumlah mahasiswa
disetiap stambuk yang berhak menerima dan menjawab kuisioner penelitian,
prosedur yang dipakai adalah berdasarkan rumus arikunto dalam penarikan
sampelnya.
Dapat dijelaskan bahwa mahasiswa yang berada di stambuk 2008 adalah
berjumlah 3 orang (9.09%), mahasiswa yang berada di stambuk 2009 berjumlah 5
orang (15.2%), mahasiswa yang berada di stambuk 2010 berjumlah 13 orang
(39.4%) dan yang terakhir yakni mahasiswa yang berada di stambuk 2011
berjumlah 12 orang (36.4%). Sehingga sesuai dengan jumlah sampel yang
diharapkan yakni berjumlah 33 orang.
Universitas Sumatera Utara
IV.1.2. Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan
Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia.
Tabel variabel berikutnya adalah tentang pemberitaan yang ditayangkan.
Peneliti dapat memaparkan penjelasannya dengan tabel-tabel berikut dengan
penjelasannya, yakni sebagai berikut:
Tabel 9
Stasiun Televisi yang Paling Sering Ditonton Oleh Responden
Sangat
No
Stasiun
Sering
Sering
Jarang
Tidak
pernah
Total
Televisi
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
1
TVRI
0
0
0
0
13
39,4
20
60,6 33
100
2
Indosiar
0
0
11
33,33
15
45,5
7
21,2 33
100
3
MNC TV
0
0
11
33,33
14
42,4
8
24,2 33
100
4
Trans TV
7
21,2
17
51,52
2
6,06
7
21,2 33
100
5
ANTV
1
3,03
21
63,64
4
12,1
7
21,2 33
100
6
Global TV
1
3,03
15
45,45
10
30,3
7
21,2 33
100
7
RCTI
0
0
14
42,42
12
36,4
7
21,2 33
100
8
SCTV
2
6,06
24
72,73
3
9,09
4
12,1 33
100
9
TVOne
1
3,03
28
84,85
0
0
4
12,1 33
100
10
MetroTV
10
30,3
19
57,58
1
3,03
3
9,09 33
100
11
Trans 7
12
36,4
13
39,39
1
3,03
7
21,2 33
100
P.5/FC.6-16
Tabel 9 merupakan stasiun televisi yang paling sering di tonton oleh
responden, terdapat 11 stasiun televisi nasional yang masuk dalam daftar stasiun
televisi pada penelitian ini, stasiun televisi yang paling sering ditonton oleh
responden adalah Trans 7 dengan jumlah responden 12 orang (36.4%) diikuti oleh
Metro TV dengan jumlah responden 10 orang (30.3%), diurutan ke tiga yakni
Trans TV dengan jumlah responden 7 orang (21.2%), diikuti oleh SCTV degan
jumlah responden 2 orang (6.06%), kemudian terdapat ANTV, Global TV, TV
Universitas Sumatera Utara
One yang masing-massing diminati responden yang berjumlah 1 orang (3.03%),
sedangkan TVRI, Indosiar, MNC TV, dan RCTI tidak memiliki jumlah responden
yang menjawab sangat sering.
Sedangkan pada kriteria berikutnya, responden yang menjawab sering,
televisi yang berada diperingkat pertama yakni TV One dengan 28 responden
(84,85%), SCTV dengan 24 responden (72.73%), Metro TV dengan
19
responden (57.58%), diikuti oleh Trans TV dengan jumlah responden 17 orang
(51.52%), Global TV sebanyak 15 orang (45.45%), Trans 7 dengan jumlah
responden 13 orang (39.39%), dan diurutan berikutnya terdapat Indosiar dan
MNC TV dengan jumlah responden masing-masing 11 orang (33.33%), dan TVRI
tidak mendapatkan kriteria stasiun televisi sering ditonton oleh responden.
Televisi yang jarang ditonton oleh responden adalah Indosiar dengan
jumlah responden 15 orang (45.5%), MNC TV dengan jumlah responden 14
orang (42.4%), 13 (39.4%) orang responden menjawab TVRI jarang ditonton,
kemudian RCTI dengan jumlah responden 12 orang (36.4), Global TV dengan
jumlah responden 10 orang (30.3%), ANTV dengan jumlah responden 4 orang
(12.1%), SCTV dengan jumlah responden 3 orang (9.09%) , Trans TV dengan
jumlah responden 2 orang (6.06%), dan diikuti oleh Metro TV dan Trans 7 yang
berjumlah 1 orang (3.03%).
Televisi yang tidak pernah ditonton oleh responden yakni TVRI dengan
jumlah responden 20 orang (60.6%), diikuti oleh MNC TV dengan 8 (24.2%)
responden, kemudian Indosiar, Trans TV, ANTV, Global TV, RCTI, dan Trans 7,
dijawab oleh 7 orang persentasi (21.2%), kemudian SCTV dan TV One dengan
jumlah responden 4 orang (12.1%) dan Metro TV dengan jumlah responden 3
orang (9.09%).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 10
Stasiun Televisi yang Paling Sering Dipilih Responden Untuk
Menonton Berita
Sangat
Tidak
Sering
Jarang
Total
Stasiun
Sering
Pernah
No
Televisi
F
%
F
%
F
%
F
% F %
1 TVRI
1 3,03 7 21,2 4 12,1 21 63,6 33 100
2 Indosiar
0
0
2 6,06 10 30,3 21 63,6 33 100
3 MNC TV
0
0
1 3,03 9 27,3 23 69,7 33 100
4 Trans TV
0
0
3 9,09 5 15,2 25 75,8 33 100
5 ANTV
0
0
1 3,03 6 18,2 26 78,8 33 100
6 Global TV
0
0
0
0
5 15,2 28 84,8 33 100
7 RCTI
0
0
0
0
8 24,2 25 75,8 33 100
8 SCTV
1 3,03 7 21,2 8 24,2 17 51,5 33 100
9 TVOne
0
12 36,4 17 51,5 0
4 12,1 33 100
10 MetroTV
12 36,4 16 48,5 1 3,03 4 12,1 33 100
11 Trans 7
1 3,03 6 18,2 8 24,2 18 54,5 33 100
P.6/FC.17-27
Tabel 10 merupakan stasiun televisi yang paling sering dipilih
oleh
responden untuk menonton berita, stasiun televisi yang paling sering dipilih untuk
menonton berita oleh responden adalah Metro TV dan TV One dengan jumlah
responden 12 orang (36.4%) diikuti oleh SCTV dengan jumlah responden 1 orang
(3.03%), diurutan ke tiga yakni Trans 7 dengan jumlah responden 1 orang
(3.03%), diikuti oleh TVRI degan jumlah responden 1 orang (3.03%), kemudian
terdapat Indosiar, MNC TV, Trans TV, ANTV, Global TV, RCTI yang masingmasing tidak dipilih oleh responden.
Sedangkan pada kriteria berikutnya, responden yang menjawab sering,
televisi yang berada diperingkat pertama yakni TV One dengan 17 responden
(51.5%), Metro TV dengan 16 responden (48.5%), TVRI dan SCTV masingmasing dengan
7 responden (21.2%), diikuti oleh Trans 7 dengan jumlah
responden 6 orang (18.2%), dan Global TV dan RCTI yang tidak dipilih oleh
responden.
Universitas Sumatera Utara
Pada kriteria berikutnya yakni televisi yang jarang ditonton oleh
responden adalah Indosiar dengan jumlah responden 10 orang (30.3%), MNC TV
dengan jumlah responden 9 orang (27.3%), 8 (24.2%) orang responden menjawab
RCTI, SCTV Dan Trans 7 jarang ditonton, kemudian ANTV dengan jumlah
responden 6 orang (18.2%), Trans TV dan Global Tv dengan jumlah responden 5
orang (15.2%), dan Metro TV dengan jumlah responden 1 orang (3.03, kemudian
responden tidak ada yang memilih TV One sebagai stasiun televisi yang jarang
dalam menonton berita
Dan kriteria yang terakhir adalah stasiun televisi yang tidak pernah
ditonton oleh responden berada di peringkat pertama yakni Global TV dengan
jumlah responden 28 orang (84.8%), diikuti oleh ANTV dengan 26 (78.8%)
responden, kemudian Trans TV, dan RCTI, yang masing-masing dijawab oleh 25
orang responden atau dengan persentasi (75.8%), kemudian MNC TV dengan
jumlah responden 23 orang (69.7%) dan TVRI dan Indosiar dengan jumlah
responden 21 orang (63.6%), Trans 7 dengan 18 respnden (24.2%), diikuti oleh
SCTV dengan jumlah responden 17 orang (51.5%), dan terdapat TV One dan
Metro TV yang masing-masing dengan jumlah responden 4 orang (12.1%).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11
Stasiun Televisi yang Paling Sering Menyajikan Berita Menurut
Responden
Stasiun
No
Televisi
1 TVRI
2 Indosiar
3 MNC TV
4 Trans TV
5 ANTV
6 Global TV
7 RCTI
8 SCTV
9 TVOne
10 MetroTV
11 Trans 7
P.7/FC.28-38
Sangat
Sering
Sering
Jarang
Tidak
Pernah
F
%
F
%
F
%
F
%
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
1
0
21,2
3,03
0
2
1
0
0
6,06
3,03
0
0
17
14
0
51,5
42,4
0
8
13
13
3
24,2
39,4
39,4
9,09
4
7
9
7
7
8
9
6
1
1
7
12,1
21,2
27,3
21,2
21,2
24,2
27,3
18,2
3,03
3,03
21,2
22
25
24
24
25
25
24
19
2
5
23
66,7
75,8
72,7
72,7
75,8
75,8
72,7
57,6
6,06
15,2
69,7
Total
F %
33 100
33 100
33 100
33 100
33 100
33 100
33 100
33 100
33 100
33 100
33 100
Tabel 11 merupakan stasiun televisi yang paling sering menyajikan berita
berdasarkan opini responden, stasiun televisi yang paling sering menyajikan berita
berdasarkan opini responden adalah TV One dengan jumlah responden 17 orang
(51.5%), diikuti oleh Metro TV dengan jumlah responden 14 orang (42.4%).
Sedangkan pada kriteria berikutnya, responden yang menjawab sering,
televisi yang berada diperingkat pertama yakni TV One dan Metro TV dengan 13
responden (39.4%), SCTV dengan
8 responden (24.2%), diikuti oleh TVRI
dengan jumlah responden 7 orang (21.2%), Trans 7 dengan 3 orang responden
(9.09%), Trans TV dengan jumlah responden 2 orang (6.06%), dan di posisi
berikutnya ditempati oleh Indosiar dan ANTV dengan jumlah responden 1 orang
(3.03%), sedangkan Global TV dan RCTI tidak dipilih oleh seorang responden
pun.
Universitas Sumatera Utara
Pada kriteria berikutnya yakni televisi yang jarang ditonton oleh
responden adalah MNC TV dan RCTI dengan jumlah responden 9 orang (27.3%),
Global TV dengan jumlah responden 8 orang (24.2%), 7 (21.2%) orang responden
menjawab Indosiar, Trans TV, ANTV dan Trans 7 jarang ditonton, kemudian
SCTV dengan jumlah responden 6 orang (18.2%), sedangkan di posisi yang
terakhir ditempati oleh TV One dan Metro TV dengan masing-masing 1 orang
responden (3.03%) yang menjawab stasiun televisi ini jarang menayangkan berita.
Dan kriteria yang terakhir adalah stasiun televisi yang tidak pernah
ditonton oleh responden berada di peringkat pertama yakni Indosiar, ANTV dan
Global TV dengan jumlah responden masing-masing 25 orang (75.8%), diikuti
oleh MNC TV, Trans TV, dan RCTI dengan 24 (72.7%) responden, kemudian
Trans7 dengan jumlah responden 23 orang (69.7%), kemudianTVRI dengan
jumlah responden 22 orang (66.7%) dan SCTV dengan jumlah responden 19
orang (57.6%), Metron TV dengan 5 responden (15.2%), diikuti di posisi terakhir
yakni TV One dengan jumlah responden 2 orang (6.06%)
Universitas Sumatera Utara
Tabel 12
Stasiun Televisi yang Paling Sering Menayangkan Pemberitaan
Konflik Antara Indonesia dan Malaysia
Stasiun
Televisi
No
1 TVRI
2 Indosiar
3 MNC TV
4 Trans TV
5 ANTV
6 Global TV
7 RCTI
8 SCTV
9 TVOne
10 MetroTV
11 Trans 7
P.8/FC.39-49
Sangat
Sering
Sering
Jarang
Tidak
Pernah
F
%
F
%
F
%
F
%
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
3,03
0
0
0
0
0
0
5
6
1
15,2
18,2
3,03
1
17
18
0
3,03
51,5
54,5
0
5
2
2
2
3
2
2
10
4
4
2
15,2
6,06
6,06
6,06
9,09
6,06
6,06
30,3
12,1
12,1
6,06
27
31
31
31
30
31
31
22
7
5
30
81,8
93,9
93,9
93,9
90,9
93,9
93,9
66,7
21,2
15,2
90,9
Total
F %
33 100
33 100
33 100
33 100
33 100
33 100
33 100
33 100
33 100
33 100
33 100
Berdasarkan tabel 12 yang merupakan stasiun televisi yang paling sering
menayangkan pemberitaan konflik antara Indonesia dan Malaysia berdasarkan
opini responden, adalah sebagai berikut Metro TV dengan jumlah responden 6
orang (18.2%) diikuti oleh TV One dengan jumlah responden 5 orang (15.2%),
kemudian Trans 7 dengan jumlah responden 1 orang (3.03%), sedangkan stasiun
televisi yang lainnya tidak dipilih oleh responden.
Sedangkan pada kriteria berikutnya, responden yang menjawab sering,
televisi yang berada diperingkat pertama yakni Metro TV dengan 18 responden
(54.5%), TV One dengan 17 responden (51.5%), diikuti oleh TVRI dan SCTV
dengan jumlah responden 1 orang (3.03%) dan sedangkan stasiun televisi yang
lainnya tidak dipilih oleh responden.
.
Universitas Sumatera Utara
Pada kriteria berikutnya yakni televisi yang jarang ditonton oleh
responden adalah SCTV dengan jumlah responden 10 orang (30.3%), TVRI
dengan jumlah responden 5 orang (15.2%), dan 3 orang responden menjawab
ANTV, 4 (12.1%) orang responden menjawab TV One dan Metro TV jarang
ditonton, kemudian Indosiar, MNC TV, Trans TV, Global TV, RCTI dan Trans 7
dengan jumlah responden 2 orang (6.06%).
Dan kriteria yang terakhir adalah stasiun televisi yang tidak pernah
ditonton oleh responden berada di peringkat pertama yakni Indosiar, MNC TV,
Trans TV, Global TV, RCTI dengan jumlah responden masing-masing 31 orang
(93.9%), diikuti oleh ANTV dan Trans 7 dengan 30 (90.9%)
responden,
kemudian TVRI dengan jumlah responden 27 orang (81.8%), kemudian SCTV
dengan jumlah responden 22 orang (66.7%) dan TV One dengan jumlah
responden 7 orang (21.2%), dan di posisi terakhir terdapat Metron TV dengan 5
responden (15.2%).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 13
Pernah Atau Tidak Pernahkah Responden Melihat Pemberitaan
Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh
Malaysia
No
1
2
Pernah/Tidakpernah
F
%
Pernah
Tidak Pernah
Total
33
0
33
100
0
0
P.9/FC.50
Berdasarkan tabel 13 dipaparkan penjelasan bahwa 33 (100%) responden
menyatakan pernah melihat pemberitaan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa
Sayange yang dilakukan oleh Malaysia, hal ini menandakan bahwa seluruh
responden pernah melihat pemberitaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 14
Tingkat Keseringan Stasiun Televisi yang Dipilih Oleh Responden
Dalam Menayangkan Pemberitaan Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa
Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Jenis
Media
Televisi
TVRI
Indosiar
MNC TV
Trans TV
ANTV
Global TV
RCTI
SCTV
TV One
MetroTV
Trans 7
Sangat
Sering
F
%
2 6,06
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1 3,03
2 6,06
0
0
Sering
Jarang
F
0
0
0
0
0
0
0
2
7
6
0
F
3
0
0
0
0
0
0
4
4
3
1
%
0
0
0
0
0
0
0
6,1
21
18
0
%
9,09
0
0
0
0
0
0
12,1
12,1
9,09
3,03
Tidak
Pernah
F
%
28 84,8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
27 81,8
21 63,6
22 66,7
32 97
Total
F %
33 100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
33 100
33 100
33 100
33 100
P.10/FC.51-61
Berdasarkan tabel 15 dapat dijelaskan bahwa tingkat keseringan stasiun
televisi yang dipilih oleh responden dalam menayangkan pemberitaan konflik
pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia adalah
sebagai berikut, pada kategori sangat sering yang dipilih oleh responden adalah
stasiun televisi Metro TV dan TVRI yang masing-masing dengan 2 (6.06%)
responden, dan selanjutnya TV One yakni dengan 1 (3.03%) responden,
sedangkan stasiun televisi lain yang terdapat didalam tabel tidak dipilih oleh
responden dalam kriteria ini.
Sedangkan pada kriteria berikutnya yakni stasiun televisi mana yang
sering menayangkan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang
dilakukan oleh Malaysia adalah TV One dengan 7 (18%) orang responden, dan
yang terakhir adalah stasiun televisi SCTV dengan 2 (6.1%) orang responden, dan
tentunya stasiun televisi lain tidak dipilih oleh responden.
Universitas Sumatera Utara
Pada kriteria televisi yang jarang menayangkan pemberitaan menayangkan
konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia
terdapat stasiun televisi SCTV dan TV One dengan masing-masing 4 (12.1%)
responden yang memilih, kemudian terdapat Metro TV dan TVRI dengan masingmasing 3 (9.09%) orang responden, sedangkan Trans 7 hanya dipilih oleh 1
(3.03%) orang responden.
Dan pada kriteria terakhir yakni stasiun televisi yang tidak pernah
menayangkan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan
oleh Malaysia, dimana Trans 7 dengan 32 (97%) orang responden, TVRI 28
(84.8%), SCTV 27 (81.8%) orang responden, Metro TV 22 (66.7%) orang
responden, dan yang terakhir adalah TV One dengan 21 (63.6%) responden.
Pada penjelasan tabel ini dapat ditarik kesimpulan bahwa metro TV yang
dipilih sebagai stasiun televisi yang paling sering menayangkan pemberitaan
konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia.
dan TVRI sebagai stasiun televisi yang paling banyak dipilih dalam kategori tidak
pernah menayangkan pemberitaan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange
yang dilakukan oleh Malaysia. Hal tersebut tentunya diambil berdasarkan tabel
14, dimana berdasarkan stasiun televisi dimana stasiun tersebut pernah
menayangkan pemberitaan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang
dilakukan oleh Malaysia dan pemberitaannya dilihat oleh responden.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 15
Tingkat Kejelasan Isi Berita yang Disampaikan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Jenis Media
Televisi
TVRI
Indosiar
MNC TV
Trans TV
ANTV
Global TV
RCTI
SCTV
TVOne
MetroTV
Trans 7
Sangat
Jelas
F
%
1 3,03
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1 3,03
4 12,1
6 18,2
0
0
Jelas
F
2
0
0
0
0
0
0
5
9
7
1
%
6,1
0
0
0
0
0
0
15
27
21
3
Tidak
Jelas
F
%
30 90,9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
27 81,8
20 60,6
20 60,6
32
97
Total
F
33
0
0
0
0
0
0
33
33
33
33
%
100
0
0
0
0
0
0
100
100
100
100
P.11/FC.62-72
Penjelasan pada tabel 16 yakni tingkat kejelasan isi berita yang
disampaikan oleh stasiun televisi yang dipilih responden, pada kriteria sangat jelas
adalah sebagai berikut dimana sebanyak 6 (18.2%) responden memilih Metro TV,
TV One dengan responden 4 (12.1%), dan TVRI dan SCTV dengan responden 1
(3.03%) orang. Pada kriteria selanjutnya yakni kriteria responden yang merasa
jelas terdapat sebanyak 9 (27%) orang responden memilih TV One, kemudian
Metro TV dengan 7 (21%) orang responden, SCTV 5 (15%) responden, TVRI
dengan 2 (6.1%) responden, dan diposisi terakhir yakni Trans 7 dipilih oleh 1
(3%) responden.
Dan pada kriteria yang terakhir atau responden yang memilih tidak jelas
dapat dipaparkan bahwa sebanyak 32 (97%) orang responden memilih Trans 7,
selanjutnya terdapat TVRI dengan 30 (90.9%) orang responden, SCTV dengan
responden 27 (81.8%) orang, dan diposisi terakhir adalah TV One dan Metro TV
dengan responden masing-masing 20 (60.6%) orang.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 16
Tingkat Kemenarikan Isi Berita yang Disampaikan Menurut Responden
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Jenis
Media
Televisi
TVRI
Indosiar
MNC TV
Trans TV
ANTV
Global TV
RCTI
SCTV
TVOne
MetroTV
Trans 7
Sangat
Menarik
Menarik
F
2
0
0
0
0
0
0
1
4
6
0
F
1
0
0
0
0
0
0
5
8
6
1
%
6,06
0
0
0
0
0
0
3,03
12,1
18,2
0
%
3,03
0
0
0
0
0
0
15,2
24,2
18,2
3,03
Kurang
Menarik
F
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
%
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tidak
menarik
F
30
0
0
0
0
0
0
27
21
21
32
%
90,9
0
0
0
0
0
0
81,8
63,6
63,6
97
Total
F
33
0
0
0
0
0
0
33
33
33
33
%
100
0
0
0
0
0
0
100
100
100
100
P.12/FC.73-83
Penjelasan pada tabel 17 yakni tingkat kemenarikan isi berita yang
disampaikan oleh stasiun televisi yang dipilih responden, pada kriteria sangat
menarik adalah sebagai berikut dimana sebanyak 6 (18.2%) responden memilih
Metro TV, TV One dengan responden 4 (12.1%), dan TVRI dan SCTV dengan
responden 1 (3.03%) orang. Pada kriteria selanjutnya yakni kriteria responden
yang merasa berita yang disampaikan menarik terdapat sebanyak 8 (24.24%)
orang responden memilih TV One, kemudian Metro TV dengan 6 (18.18%) orang
responden, SCTV 5 (15.15%) responden, TVRI dengan 1 (3.03%) responden, dan
diposisi terakhir yakni Trans 7 dipilih oleh 1 (3.03%) responden. Sebaliknya pada
kriteria selanjutnya yakni kurang menarik, responden tidak ada yang memilih satu
responden pun. Namun pada kriteria yang terakhir atau responden yang memilih
tidak menarik dapat dipaparkan bahwa sebanyak 32 (97%) orang responden
memilih Trans 7, selanjutnya terdapat TVRI dengan 30 (90.9%) orang responden,
SCTV dengan responden 27 (81.8%) orang, dan diposisi terakhir adalah TV One
dan Metro TV dengan responden masing-masing 21 (63.6%) orang.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 17
Tingkat Kepahaman Responden Terhadap Berita yang Disampaikan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Jenis
Media
Televisi
TVRI
Indosiar
MNC TV
Trans TV
ANTV
Global TV
RCTI
SCTV
TVOne
MetroTV
Trans 7
Sangat
Paham
F
1
0
0
0
0
0
0
1
2
3
0
%
3,03
0
0
0
0
0
0
3,03
6,06
9,09
0
Paham
F
2
0
0
0
0
0
0
4
2
10
1
%
6,06
0
0
0
0
0
0
12,1
6,06
30,3
3,03
Kurang
Paham
F
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
%
0
0
0
0
0
0
0
3,03
0
3,03
0
Tidak
Paham
F
30
0
0
0
0
0
0
27
23
19
32
%
90,9
0
0
0
0
0
0
81,8
69,7
57,6
97
Total
F %
33 100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
33 100
33 100
33 100
33 100
P.13/FC.84-94
Penjelasan berikutnya yakni pada tabel 18 merupakan tingkat kepahaman
responden terhadap isi berita yang disampaikan oleh stasiun televisi yang dipilih
responden, pada kriteria sangat paham dapat dijelaskan sebagai berikut dimana
sebanyak 3 (9.09%) responden memilih Metro TV, TV One dengan responden 2
(6.06%), dan TVRI dan SCTV dengan responden 1 (3.03%) orang.
Pada kriteria selanjutnya yakni kriteria responden yang merasa paham
dengan berita yang disampaikan terdapat sebanyak 10 (30.3%) orang responden
memilih Metro TV, kemudian SCTV dengan 4 (12.12%) orang responden, TV
One dan TVRI dengan masing-masing 2 (6.06%) responden, dan diposisi terakhir
yakni Trans 7 dipilih oleh 1 (3.03%) responden.
Terdapat juga pada kriteria berikutnya, responden yang merasa kurang
paham terdapat pada stasiun televisi SCTV dan Metro TV dengan masing-masing
1 (3.03%) orang responden.
Universitas Sumatera Utara
Namun pada kriteria yang terakhir atau responden yang memilih tidak
menarik dapat dipaparkan bahwa sebanyak 30 (90.9%) orang responden memilih
TVRI, selanjutnya terdapat Trans 7 dengan 32 (97%) orang responden, SCTV
dengan responden 27 (81.8%) orang, selanjutnya yakni TV One sebanyak 23
(69.7%), dan diposisi terakhir terdapat Metro TV dengan jumlah responden 19
(57.6%).
Universitas Sumatera Utara
IV.1.3. Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu
Budaya-USU.
Tabel 18
Tingkat Kepercayaan Responden terhadap Berita yang Disampaikan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Jenis
Media
Televisi
TVRI
Indosiar
MNC TV
Trans TV
ANTV
Global TV
RCTI
SCTV
TVOne
MetroTV
Trans 7
Sangat
Percaya
Percaya
Kurang
Percaya
Tidak
Percaya
F
2
0
0
0
0
0
0
1
4
2
2
F
1
0
0
0
0
0
0
5
8
9
0
F
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
F
30
0
0
0
0
0
0
27
21
21
31
%
6,06
0
0
0
0
0
0
3,03
12,1
6,06
6,9
%
3,03
0
0
0
0
0
0
15,2
24,2
27,3
0
%
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3,03
0
%
90,9
0
0
0
0
0
0
81,8
63,6
63,6
93,1
Total
F %
33 100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
l0
0
33 100
33 100
33 100
33 100
P.14/FC.95-105
Yang menjadi variabel (Y) dalam penelitian ini adalah opini mahasiswa
Departemen Etnomusikologi Fakultas Imu Budaya-USU, terhadap pemberitaan
media televisi tentang konflik pencaplokan lagu daerah rasa sayange yang
dilakukan oleh Malaysia, pada tabel 19 yakni merupakan tabel tingkat
kepercayaan responden terhadap berita yang di sampaikan oleh media televisi
yang dipilih oleh responden, dapat dijabarkan penjelasan sebagai berikut. Pada
kriteria pertama yakni responden yang sangat percaya kepada stasiun televisi yang
menyampaikan berita terdapat pada stasiun televisi TV One dengan 4 (12.1%)
orang responden, kemudian terdapat stasiun televisi TVRI, dan Metro TV dengan
2 (6.06%) orang responden, berikutnya Trans 7 dengan 2 (6.9%) orang responden,
dan di posisi terakhir terdapat SCTV dengan 1 (3.03%) orang responden.
Universitas Sumatera Utara
Pada kriteria selanjutnya yakni kriteria responden yang merasa percaya
dengan berita yang disampaikan terdapat sebanyak 9 (27.3%) orang responden
memilih Metro TV, kemudian TV One dengan 8 (24.2%) orang responden,
SCTV dengan 5 (15.2%) responden, dan diposisi terakhir yakni TVRI dipilih oleh
1 (3.03%) responden.
Terdapat juga pada kriteria berikutnya, responden yang merasa kurang
percaya terdapat hanya pada stasiun televisi Metro TV dengan 1 (3.03%) orang
responden.
Pada kriteria yang terakhir atau responden yang memilih percaya dapat
dipaparkan bahwa sebanyak 30 (90.9%) orang responden memilih TVRI,
selanjutnya terdapat Trans 7 dengan 31 (93.1%) orang responden, SCTV dengan
responden 27 (81.8%) orang, selanjutnya yakni TV One dan Metro TV yang
masing-masing dengan 21 (63.6%) orang responden.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 19
Perasaan Responden Ketika Melihat Pemberitaan Konflik
Pencaplokan Lagu Daera Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia
No
Perasaan
F
%
1
Marah
23 69,7
2
Sedih
5
15,2
3
Khawatir
5
15,2
4
Kegirangan
0
0
33
100
Total
P.15/FC.106
Pada tabel 20 peneliti menyebutnya sebagai tabel perasaan, hal ini
dikarenakan pada tabel ini berisi perasaan seluruh responden ketika melihat atau
menonton tayangan pemberitaan pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang
dilakukan oleh Malaysia. Dapat di jelaskan berdasarkan tabel di atas bahwa
responden yang merasa marah ketika melihat pemberitaan tersebut terdapat 23
(69.7%) responden, kemudian responden yang merasa sedih ketika melihat
pemberitaan tersebut terdapat 5 (15.2%) responden, dan merasa khawatir yakni
memiliki jumlah responden yang sama dengan responden yang merasa sedih,
yakni 5 (15.2%), dan tidak ada responden yang merasa kegirangan dengan adanya
pemberitaan ini.
Berdasarkan analisis tabel 20 dapat ditarik kesimpulan bahwa 69.7 %
responden atau hampir seluruhnya merasa marah dengan konflik pencaplokan
lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia, ketika peristiwa tersebut
di liput dan diberitakan oleh media televisi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 20
Tindakan yang Harus Dilakukan Pemerintah Indonesia dalam Menangani
Kasus Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh
Malaysia Menurut Responden
No
Jenis Tindakan
F
%
1
Perang
5
15,2
2
Mediasi
6
18,2
3
Dialog Diplomatis
22 66,7
Total
33
100
P.16/FC.107
Pada tabel 21 ini peneliti sengaja memberikan beberapa pilihan tindakan
yang dapat diambil oleh pemerintah Repiblik Indonesia dalam menangani kasus
konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange. Dan apabila beberapa tidakan
tersebut dapat dipilih yang terbaik menurut responden, maka dapat dijelaskan
sebagai berikut, tindakan dialog diplomatis dipilih sebanyak 22 (66.7%)
responden, tindakan mediasi dipilih oleh 6 (18.2%) responden, dan tidakan yang
terakhir yakni perang, dimana tidakan ini dipilih oleh 5 (15.2%) responden.
Dapat diketahui berdasarkan penjelasan di atas, bahwa responden lebih
banyak memilih tindakan dialog diplomatis dengan 66.7% responden, sebagai
langakah yang terbaik dalam pemerintah menangani kasus konflik ini. Hal ini
ditandai dengan hampir seluruhnya responden memilih tindakan dialog
diplomatis, sedangkan untuk mediasi dan perang memiliki responden yang hampir
sama namun hanya berbanding 1 responden atau den dengan persentasi selisih
hanya 3%.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 21
Ada atau Tidak kah Tindakan yang Dilakukan oleh Pemerintah dalam
Menangani Kasus Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan
oleh Malaysia Menurut responden
No
1
2
Ada/Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Total
F
%
19
14
57,6
42,4
33
100
P.17/FC.108
Pada tabel 22 merupakan tabel dimana responden mengungkapkan
opininya mengenai ada atau tidak kah tindakan yang selama ini diambil atau
dilakukan oleh pemerintah dalam menangani kasus pencaplokan lagu daerah Rasa
Sayange yang dilakukan oleh Malaysia.
Berdasarkan tabel diatas dapat dianaliasis sebagai berikut, bahwa
sebanyak 19 (57.6%) responden menjawab bahwa pemerintah melakukan
tindakan sebagai penanganan kasus yang dihadapi, dan sebanyak 14 (42.4%)
responden menjawab pemerintah sama sekali tidak melakukan tindakan apapun
dalam menangani kasus pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange dan objek
kebudayaan lainnya yang dilakukan oleh Malaysia.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 22
Tingkat Ketegasan Pemerintah Indonesia dalam Merespon, Menghadapi,
atau Menangani Kasus Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange
yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden
No
Tingkat Ketegasan
F
%
1
Sangat Tegas
1
3,03
2
Tegas
0
0
3
Kurang Tegas
13 39,4
4
Tidak Tegas
19 57,6
Total
33
100
P.18/FC.109
Tabel 23 merupakan cerminan tingkat ketegasan pemerintah dalam
merespon, menghadapi, atau menangani kasus pencaplokan lagu daerah Rasa
Sayange yang dilakukan oleh Malaysia, yang tentunya hal ini adalah menurut atau
berdasarkan opini responden.
Berdasarkan tabel diatas, responden menjawab sangat tegas hanya 1
(3.03%) responden, sedangkan yang menjawab tegas tidak dijawab oleh satu
orang pun responden, kemudian sebanyak 13 (39.4%) responden menjawab
pemerintah kurang tegas, dan yang terakhir yang menjawab bahwa pemerintah
tidak tegas dalam merespon, mengahdapi, dan menangani kasus pencaplokan lagu
daerah Rasa Sayange sebanyak 19 (57.6%) responden.
Hal ini menunjukan kesimpulan bahwa dengan mayoritas responden
menjawab bahwa pemerintah tidak tegas dalam merespon, menghadapi, dan
menangani kasus pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh
Malaysia, hal ini dengan dapat terlihatnya indikator responden yang menjawab
tidak tegas, dengan nilai persentasi 57.6%.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 23
Asal Penyebab Terciptanya Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa
Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden
No
Asal Konflik
F
%
1
Pemerintah Indonesia
21 63,6
2
Pemerintah Malaysia
8
24,2
3
Tidak Mengetahui
4
12,1
33
100
Total
P.19/FC.110
Pada tabel 24 ini merupakan tabel indikator dimana peneliti mencoba
mengetahui darimanakah sebenarnya asal konflik pencaplokan lagu daerah Rasa
Sayange, oleh sebab itu berdasarkan pemikiran peneliti timbulah 2 pilihan
permasalahan asal konflik tersebut terjadi. Dimana asal penyebab yang pertama,
yakni berasal dari pemerintah Indonesia sendiri, diantaranya, pemerintah yang
seakan-akan kurang peduli dengan aset budaya bangsa, dengan tidak memberikan
label hak paten terhadap budaya tersebut, jadi dengan mudah bangsa lain
mencaplok atau merebut dan mengakui kebudayaan seperti halnya lagu daerah
Rasa Sayange seperti yang dilakukan Malaysia. Dari faktor kedua yakni berasal
dari pemerintah Malaysia yang dengan sengaja atau tidak sengaja mencaplok,
merebut, dan mengakui salah satu aset budaya Indonesia yakni lagu daerah Rasa
Sayange sebagai lagu bangasa Malaysia, hal ini tentunya memicu konflik antara
Indonesia dan Malaysia.
Berdasarkan opsi asal penyebab terciptanya konflik yang terdapat di tabel
diatas, dapat dianalisa bahwa responden yang menjawab konflik justru berasal
dari pemerintah Indonsesia sendiri yang tidak memelihara aset budaya bangsa
berjumlah 21 (63.6%) responden, dan sebanyak 8 (24.2%) responden menjawab
Universitas Sumatera Utara
konflik berasal dari pemerintah Malaysia yang melakukan pencaplokan lagu
daerah Rasa Sayange, dan 4 orang responden yang memilih opsi tidak mengetahui
dalam permasalahan ini.
Berdasarkan analisa tabel diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa asal
mula terjadinya konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan
oleh Malaysia yakni berasal dari pemerintah Indonesia yang seakan-akan tidak
peduli dengan aset-aset kebudayaan bangsa, hal ini tentunya dikutip berdasarkan
opini responden dengan jumlah persentasi terbanyak yakni mencapai 63.6%.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 24
Pihak yang Patut Disalahkan Atas Terjadinya Pencaplokan Lagu Daerah
Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden
No
Pihak Yang Disalahkan
1
Pihak Pemerintah Indonesia
21 63,6
2
Pihak Pemerintah Malaysia
8
24,2
3
Tidak Mengetahui
4
12,1
33
100
Total
F
%
P.20/FC.111
Berawal dari pertanyaan yang dirangkum menjadi tabel 24, kini muncul
pertanyaan yang disusun dalam tabel 25, dimana pernyataan dalam tabel 25
adalah pihak manakah yang patut disalahkan atas terjadinya pencaplokan lagu
daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia yang tentunya hasilnya
berdasarkan opini responden.
Di dalam tabel diatas terdapat juga dua opsi yakni, pihak pemerintah
Indonesia yang seakan tidak peduli oleh aset kebudayaan bangsa sendiri dengan
tidak melindungi aset kebudayaan tersebut. Dan juga pihak pemerintah Malaysia
yang semena-mena telah melakukan pencaplokan, perebutan, dan pengakuan
objek budaya Indonesia dalam hal ini lagu daerah Rasa Sayange.
Berdasarkan opsi pada tabel tersebut, didapat jawaban-jawaban responden,
yakni sebagai berikut, bahwa sebanyak 21 (63.6%) responden menjawab
pemerinta Indonesia lah yang patut disalahkan akan terjadinya konflik
pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange, dan sebanyak 8 (24.2%) responden
menjawab justru pemerintah Malaysia lah yang patut disalahkan atas terjadinya
pencaplokan lagu Rasa Sayange, sedangkan sisanya sebanyak 4 (12.1%)
responden menjawab tidak mengetahui.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa, dengan raihan nilai
63.6% maka pemerintah Indonesia lah yang patut disalahkan atas terjadinya
konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia
berdasarkan opini responden.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 25
Dapat Berakhir atau Tidak Dapat Berakhirkah Konflik Antara Indonesia
dan Malaysia Di Masa yang Akan Datang Menurut Responden
No
Pendapat
F
%
1
Dapat berakhir
22 66,7
2
Tidak dapat berakhir
11 33,3
Total
33
100
P.21/FC.112
Pada tabel 26 yang juga merupakan tabel terkahir dalam analisis tabel
tunggal pada penelitian ini, peneliti menanyakan kepada responden apakah
konflik antara Indonesia dan Malaysia dapat berakhir dimasa yang akan datang?
Didalam pertanyaan terakhir dalam kuisioner ini peneliti memasukan dua opsi
yakni dapat berakhir dan tidak dapat berakhir.
Berdasarkan tabel 26 dan berdasarkan jawaban
yang telah di
akumulasikan, bahwa sebanyak 22 (66.7%) responden menjawab bahwa konflik
antara Indonesia dan Malaysia dapat berakhir dimasa yang akan datang, dan
sebanyak 11 (33.3%) responden menjawab konflik antara Indonesia dan Malaysia
tidak dapat berakhir.
Jadi berdasarkan analisis di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
mayoritas responden menjawab bahwa konflik antara Indonesia dengan Malaysia
dapat berakhir dimasa depan, hal ini didasarkan pada jumlah persentasi sebanyak
66.7% responden.
Universitas Sumatera Utara
IV.2. Analisis Tabel Silang
Kumpulan data yang akan disajikan dan dianalisa dalam tabel silang
adalah sebagai berikuit:
Tabel 26
Hubungan Tingkat Kepahaman Responden Penelitian Dengan Perasaan
Responden
Tingkat
Sangat Paham
kepahaman
Paham
responden terhadap
Kurang Paham
penyajian berita
Metro TV
Tidak Paham
Total
P.13/FC.84-94 dan P.15/FC.106
Perasaan Responden
Khawatir
Sedih
Marah
0
2
1
3
0
7
1
0
0
1
5
3
5
15
23
Total
3
10
1
19
33
Pada tabel 28 ini peneliti mencoba mengkaitkan hubungan antara varianel
X dan varibel Y, dimana variabel X adalah tingkat kepahaman responden terhadap
berita yang disampaikan, dan variabel Y adalah opini responden mengenai
perasaan responden ketika melihat pemberitaan pencaplokan lagu daerah Rasa
Sayange yang dilakukan oleh mahasiswa.
Di dalam tabel silang tersebut dapat dilihat bahwa responden yang merasa
tidak memahami pemberitaan yang disampaikan oleh stasiun televisi Metro TV
merasa marah dengan angka yang signifikan hingga mencapai 15 orang, dan
merasa sedih sebanyakn 3 orang dan khawatir 1 orang. Sedangkan responden
yang kurang paham hanya 1 orang yang merasa khawatir. Responden berikutnya
yang paham dengan pemberitaan yang disampaikan, terdiri dari 7 orang yang
merasa marah dan 3 orang yang merasa khawatir akan adanya pemberitaan itu,
sedangkan responden yang sangat paham dengan pemberitaan yang disampaikan
terdapat 1 orang yang merasa marah dan 2 orang yang merasa sedih.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 27
Hubungan Antara Stambuk Responden Penelitian Dengan Opini Responden
Mengenai Pihak Mana Yang Patut Disalahkan Terkait Konflik Pencaplokan
Lagu Daerah Rasa Sayange Yang Dilakukan Oleh Malaysia
Pihak Yang Patut Disalahkan
Pemerintah
Pemerintah
Tidak
Indonesia
Malaysia
Mengetahui
2008
3
0
0
2009
2
1
2
Stambuk
2010
10
1
2
2011
7
5
0
Total
22
7
4
P.4/FC.4 dan P.20/FC.111
Total
3
5
13
12
33
Tabel 29 merupakan tabel silang dari hubungan antara stambuk responden
penelitian (Z) dengan opini responden mengenai pihak mana yang patut
disalahkan terkait konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan
oleh Malaysia (X).
Didalam tabel diatas dapat dijelaskan bahwa hasil dari persilangan kedua
variabel diatas adalah menunjukan bahwa hampir seluruh responden atau 22
responden yang berasal dari seluruh stambuk yang menjadi kriteria penelitian
beropini bahwa pemerintah Indonesia lah yang patut disalahkan dengan adanya
peristiwa konflik pencaplokan lagu Daerah rasa Sayange ini, hal ini dikarenakan
pemerintah yang tidak atau terlambat melindungi aset-aset kebudayaan bangsa
yang begitu berharga. Sedangkan responden yang menjawab bahwa pemerintah
Malaysia lah yang bersalah hanya terdiri dari 7 responden, dan responden yang
memilih opsi tidak tahu adalah terdiri dari 4 orang.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 28
Tingkat kredibilitas Stasiun Televisi dan Ada atau Tidakkah
Tindakan yang Dilakukan Pemerintah Indonesia
Bagaimana
tingkat
kredibilitas berita
TV One
Total
Tidak percaya
Percaya
Sangat percaya
Apakah ada
Total
tindakan yang
dilakukan
pemerintah
Indonesia
Tidak ada Ada
7
14
21
4
4
8
3
1
19
14
4
33
P.14/FC.95-105 dan P.17/FC.108
Tabel silang pada tabel 28 dapat dilihat dan dijelaskan bahwa peneliti
memilih stasiun TV One sebagai variabel stasiun TV yang dipakai untuk
disilangkan dengan variabel tindakan pemerintah Indonsia, hal ini dikarenakan
stasiun televisi TV One adalah stasiun yang memiliki responden dengan tingkat
kredibilitas terbanyak diantara stasiun televisi yang dipilih.
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada responden yang tidak
percaya dengan pemberitaan menjawab 14 responden mengatakan bahwa
pemerinta ada melakukan tindakan dan 7 orang mengatakan tidak ada. Kemudian
responden yang percaya dengan pemberitaan tersebut, sebanyak 4 orang
responden menyatakan percaya dan 4 orang menyatakan tidak percaya, kemudian
yang terakhir, yakni responden yang sangat percaya pada pemberitaan tersebut
sebanyak 1 orang menyatakan bahwa pemerintah ada melakukan tindakan dan 3
orang menyatakan bahwa pemerintah tidak melakukan tindakan apapun dalam
mengatasi kasus pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange.
Universitas Sumatera Utara
IV.3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesa adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data
yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Sebelum melakukan uji hipotesa,
terlebih dahulu menguji tingkat hubungan antara kedua variabel yang
dikorelasikan, dengan menggunakan rumus koefisien oleh Spearman yaitu :
Rho =
1
6∑d2
N (N2 – 1)
Dengan menggunakan analisa Spearman melalui aplikasi SPSS 13.0, maka
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 29
Hasil Uji Hipotesis
Correlations
Pemberitaan
Media Massa
(Televisi)
Tentang
Konflik
Pencaplokan
Lagu Daerah
Rasa
Sayange yang
Dilakukan
Malaysia.
Spearman's rho
Pemberitaan Media
Massa (Televisi) Tentang
Konflik Pencaplokan Lagu
Daerah Rasa Sayange
yang Dilakukan Malaysia.
Opini Mahasiswa
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Opini
Mahasiswa
1,000
-,101
.
,577
33
33
-,101
1,000
,577
.
33
33
SPSS Series 13.0
Universitas Sumatera Utara
Hubungan dinyatakan signifikan bila mencapai nilai 95% - 100%.
Berdasarkan tabel nilai diperoleh dengan rs -0.10 signifikansi dengan angka 0.577
(57.7%) sehingga nilai signifikansinya 100% - 57.7% = 42.3% yakni dibawah
95% maka Ho diterima. Sehingga tidak terdapat pengaruh hubungan pemberitaan
pada media televisi terhadap opini mahasiswa.
Bila dilihat berdasarkan tingkat signifikansi dari hasil uji korelasi
Spearman terdapat hasil 0.577, dimana dapat dijelaskan bahwa tidak terdapatnya
pengaruh hubungan antara pemberitaan televisi mengenai pencaplokan lagu
daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia (X) dengan opini mahasiswa
Departemen Etnomusikologi, FIB-USU (Y).
Sedangkan untuk peramalan indeks korelasi yang menentukan besar
hubungan variabel X (pemberitaan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange
yang dilakukan oleh Malaysia) terhadap variabel Y (opini mahasiwa Departemen
Etnomusikologi FIB-USU), digunakan rumus :
Kp = (rs)² x 100%
Kp = (-0,101)² x 100%
Kp = 0.010 x 100%
Kp = 1.02 %.
Maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan pengaruh variabel X terhadap
variabel Y dalam penelitian ini adalah sebesar 1.02% dan terdapat 98.98% faktor
– faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
IV.4. Pembahasan
Pemberitaan pada dasarnya merupakan suatu penyampaian informasi
mengenai peristiwa-peristiwa atau kejadian yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat, dimana berita tersebut disampaikan melalui berbagai media yang
diciptakan, seperti media televisi, radio, hingga media cetak. Khusus pada
penelitian ini peneliti mengangkat pemberitaan pada media televisi.
Televisi sebagai suatu media yang sangat pesat perkembangannya dari
zaman ke zaman, hal ini ditandai dengan begitu banyaknya masyarakat yang kini
memiliki media ini di setiap rumah, gabungan antara audio dan visual merupakan
kelebihan yang dimiliki oleh media ini, sehingga audiens tidak hanya menghayal
bagaimana bentuk gambarnya, namun juga dapat langsung melihat bentuk
informasi yang disampaikan.
Dan khusus pada penelitian ini, peneliti mengangkat pemberitaan
pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange pada media televisi, yang tentunya kita
semua sudah mengenal peristiwa yang dilakukan oleh negeri tetangga yakni
Malaysia sempat membuat heboh tanah air, dan tidak hanya lagu daerah Rasa
Sayange yang menjadi objek pemberitaan, namun bentuk-bentuk kebudayaan
lainnya yang dimiliki oleh Indonesia juga dijadikan objek pencaplokan oleh
Malaysia. Tentunya dari berbagai pemberitaan yang disampaikan di tanah air
dapat memicu arus opini publik.
Banyak yang berpendapat dan beropini mengenai pemberitaan itu, baik itu
berpendapat langsung maupun tidak langsung, hingga memicu emosional bangsa
Indonesia sendiri, itulah dampak yang dihasilkan oleh media televisi yang
melakukan pemberitaan peristiwa tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Mahasiswa yang merupakan masyarakat intelektual juga tidak ketinggalan
dalam menyampaikan opini, dan tentunya dengan berbagai analisa yang dimiliki
oleh mahasiswa tersebut. Pada penelitian mengenai pemberitaan ini peneliti
mengadakan penelitian di Departemen Etnomusikologi, FIB-USU dengan
responden ialah mahasiswa-mahasiswi yang berasal dari departemen tersebut dan
stambuk 2008-2011.
Dari hasi penelitian dapat dirangkum bahwa seluruh mahasiswa
Departemen Etnomusikologi, FIB-USU pernah melihat pemberitaan tersebut dan
memilih stasiun televisi TVRI, SCTV, TV One, Metro TV dan Trans 7 untuk
menonton pemberitaan mengenai pencaplokan lagu daera Rasa Sayange yang
dilakukan oleh Malaysia. Bila dilihat dari tingkat keseringan responden lebih
memilih TV One dan Metro TV sebagai stasiun televisi yang paling sering dilihat
untuk menonton pemberitaan tersebut. Kemudian stasiun televisi Metro TV
sebagai stasiun televisi yang paling banyak dipilih responden dalam hal
memahami isi berita yang disampaikan. Dari segi opini responden berdasarkan
analisa tabel tunggal responden lebih memilih TV One dalam mempercayai isi
berita yang disampaikan dan marah adalah perasaan yang banyak dialami oleh
responden ketika melihat pemberitaan tersebut. Adapun cara yang dapat diambil
oleh pemerintah bila cara ini diajukan, responden lebih banyak memilih dialog
diplomatis sebagai cara untuk mengatasi konflik permasalahaan pencaplokan lagu
daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia tersebut. Adapun bila ditanya
mengenai ada atau tidak kah pemerintah mengambil tindakan untuk mengatasi
masalah tersesebut responden beropini bahwa pemerintah Indonesia ada
melakukan penanganan dalam masalah konflik tersebut. Namun bila pertanyaan
mengenai tingkat ketegasan pemerintah, maka opini responden terbanyak adalah
Universitas Sumatera Utara
bahwa pemerintah tidak tegas dalam menyikapi dan menangani permasalahan
tersebut. Responden juga banyak yang beropini bahwa sumber konflik yang
terjadi berasal dari pemerintah Indonesia yang tidak melindungi dengan serius
segala objek kebudayaan yang ada, dan beropini bahwa yang pantas disalahkan
dalam permasalahan ini adalah justru pemerintah Indonesia yang tidak melindungi
objek-objek kebudayaan negeri sendiri. Dan bila pertanyaan diarahkan apakah
konflik antara Indonesia dan Malaysia dapat berakhir atau tidak, dan responden
kebanyakan beropini bahwa konflik ini dapat berakhir.
Berdasarkan hasil uji hipotesis tingkat signifikansi dari penelitian ini
adalah 0.57 dan korelasi koefisien yakni -1.01 yang berarti tingkat hubungannya
tidak ada dan sangat lemah sekali, ini menandakan bahwa hubungan antara kedua
variabel tidak ada, dan setelah peneliti mengkaji ulang beberapa kali terhadap
hasil penelitian ini, peneliti memperoleh jawaban yang sangat mencengangkan,
berdasarkan hasil analisis tabel silang antara tingkat kepahaman dalam memahami
berita yang disampaikan dengan perasaan yang dialami oleh responden, justru
menunjukan responden yang tidak paham lah yang merasa marah dengan
pemberitaan tersebut, dan justru responden yang paham malah hanya merasa
sedih dengan adanya pemberitaan tersebut, dan peneliti kembali kembali
menyilangkan antara stambuk responden dengan pihak mana yang patut
disalahkan atas terjadinya konflik tersebut, responden justru lebih banyak
menyalahkan pihak pemerintah Indonesia. Setelah peneliti menganalisa kenapa
responden yang merasa sangat paham dengan pemberitaan justru tidak marah, hal
ini dikarenakan responden telah banyak memperoleh informasi mengenai isu
konflik pencaplokan lagu daerah tersebut yang tentunya diperoleh dari berbagai
sumber misalkan tidak hanya berasal dari sumber televisi saja, responden juga
Universitas Sumatera Utara
memperoleh informasi dari berdiskusi dengan sesama rekan mahasiswa,
memperoleh informasai dari media cetak maupun internet dan sumber-sumber
lainnya yang tentunya dapat menambah pengetahuan yang cukup akan isu
tersebut.
Dan juga terkait dengan opini responden yang banyak menyatakan bahwa
pemerintah Indonesia lah yang patut disalahkan atas terjadinya pencaplokan aset
budaya bangsa tersebut, dikarenakan bahwa responden sangat memahami betul
duduk perkara yang terjadi, misalnya saja mereka beropini bahwa pemerintah
Indonesia yang sengaja atau tidak sengaja tidak melakukan tindakan pelindungan
terhadap aset kebudayaan bangsa, yang memiliki sikap yang tidak tegas terhadap
kelestarian aset budaya tersebut.
Disinilah kelemahan agenda setting
yang ada pada media, media
khususnya pada media televisi sendiri yang berusaha membentuk konstruktivitas
kerangka berfikir responden dan ingin membentuk pola opini pada responden
tersebut namun media tidak berhasil, hal tersebut dikarenakan responden yang
menjadi khalayak telah berfikir cerdas dan memahami betul duduk permasalahan
yang terjadi terkait dengan pemberitaan tersebut. Inilah yang menyebabkan media
gagal dalam membentuk pola kerangka berfikir yang dengan harapan juga dapat
membentuk opini responden atau khalayak. Sehingga bila dikaitkan dengan hasil
penghitungan pada tabel SPSS hasil yang didapat adalah -1.01.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan penyajian dan analisis data yang telah dilakukan sesuai
dengan langkah-langkah yang dituntut dan telah dilaksanakan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. 100% responden menyatakan pernah melihat pemberitaan konflik
pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia, hal
ini menandakan bahwa seluruh responden pernah melihat pemberitaan
tersebut.
2. Metro TV adalah stasiun televisi yang paling banyak dipilih oleh
responden untuk menonton pemberitaan pencaplokan lagu daerah Rasa
Sayange yang dilakukan oleh Malaysia.
3. TV One adalah stasiun televisi yang paling dipercaya, baik isi, proses, dan
penyampaian beritanya oleh kebanyakan responden dalam memberitakan
pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia.
4. Hampir secara keseluruhan atau sekitar 69.7% responden merasa marah
dengan terjadinya peristiwa pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang
dilakukan oleh Malaysia yang diberitakan dan dilihat melalui media
televisi dan memilih jalan keluar dengan cara dialog diplomatis sebagai
cara terbanyak yang dipilih oleh responden untuk menyelesaikan konflik
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
5. 57.6% responden beropini bahwa pemerintah Indonesia tidak tegas dalam
menyikapi dan menangani permasalahan konflik pencaplokan lagu daerah
Rasa Sayange dan pencaplokan objek-objek kebudayaan lainnya yang
dilakukan oleh Malaysia tersebut.
6. Tidak terdapat hubungan yang signifikan dan terdapat signifikansi yang
sangat lemah diantara pemberitaan media televisi mengenai pencaplokan
lagu daerah Rasa Sayange terhadap opini mahasiswa Departemen
Etnomusikologi, FIB-USU. Hal ini dikarenakan bahwa berdasarkan hasil
analisis tabel silang diperoleh jawaban bahwa justru mahasiswa yang tidak
paham dengan pemberitaan dan kenyataan yang ada malah merasa marah
dengan peristiwa tersebut, dan hal sebaliknya yang sangat mencengangkan
bahwa mahasiswa yang sangat paham dengan pemberitaan tersebut hanya
merasa sedih atas peristiwa tersebut.
7. Berdasarkan pertimbangan dan analisis yang dilakukan oleh peneliti dapat
diperoleh mengapa variabel dalam penelitian ini tingkat signifikansinya
sangat lemah, dikarenakan mahasiswa yang merasa paham dan mengerti
tentang pemberitaan dan bahkan dengan kenyataan yang ada, tidak merasa
marah dengan pemberitaan tersebut, karena mahasiswa menilai bahwa
justru permasalahannya terletak kondisi internal di negara Indonesia, yang
pemerintahnya
seakan-akan
tidak
sadar
betapa
pentingnya
aset
kebudayaan bangsa yang harus dijaga hingga kejadian seperti pencaplokan
yang dilakukan oleh Malaysia tidak dapat terjadi. Itulah mengapa
responden/atau mahasiswa tidak merasa marah namun hanya merasa miris
atau bersedih dengan adanya peristiwa tersebut.
Universitas Sumatera Utara
V.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah peneliti peroleh
selama melakukan penelitian, maka peneliti mengajukan sejumlah saran sebagai
berikut:
1. Bagi pihak pemerintah Indonesia khususnya pada kementrian terkait, agar
kiranya dapat lebih menjaga aset kebudayaan negara Indonesia dan bukan
hanya menjaganya namun melakukan suatu tindakan yang nyata misalnya
mem-patenkan hak pada objek kebudayaan Indonesia. Dan lebih bersikap
tegas dalam menghadapi, menanggulangi, dan menangani kasus-kasus
seperti pencaplokan objek-objek kebudayan bangsa.
2. Bagi mahasiswa Departemen Etnomusikologi agar kiranya sebagai
mahasiswa yang merupakan calon masyarakat intelek bangsa yang juga
generasi muda bangsa Indonesia yang pintar, agar kiranya lebih responsif
terhadap pristiwa yang ada, apa lagi yang menyangkut dengan
permasalahan kepentingan bangsa.
3. Serta lebih memahami, mengerti dan memilah dengan pemberitaan yang
ada, hal ini dikarenakan bahwa penonton yang pintar adalah penonton
bijak dalam mengkonsumsi pemberitaan media.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arifin. Anwar. 2010. Opini Publik. Jakarta: Gramata Publishing.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Baran, Stanley J. 2001. Mass Communication Media Literacy and Culture. MC
Graw Hill.
Birowo, Antonius. 2004. Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Gitanyali.
Blidook, Kelly. 2002. Media, Public Opinion and Health Carein Canada: How
the Media Affect“The Way Things Are”. Memorial University of
Newfoundland.
Bungin. Burhan. 2006. Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
ClaesH De Vreese, 2006. Media Effects on Public Opinion about the Enlargement of
the European Union, University of Amsterdam.
Cutlip, Scoot M., Et al. 2006. Effective Public Relations Suatu Pendekatan
Praktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Effendi, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
2004. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya
Bhakti.
Hennessy. Bernard. 1989. Pendapat Umum. Jakarta: Erlangga.
Jensen, jay. Peterson. Dan Rivers William. 2003. Media Massa dan Masyarakat
Modern. Jakarta: Fajar Interpratama Offset.
Kiryantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa : Sebuah Analisis Media Televisi.
Jakarta: Reineka Cipta.
Liliweri. Alo. 2004. Memahami Peranan Komunikasi Dalam Masyarakat.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
McCombs, Maxwell & Reynolds, Amy. 2002. “News Influence on Our Pictures
of the World” dalam Bryant, Jennings & Zillman, Dolf. Media Effects:
Universitas Sumatera Utara
Advances in Theory and Research. New Jersey, London: Lawrance
Erlbaum Associates.
Morisan., Wardhany. C. Andy. 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia
Indonesia.
2008. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan
Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. 1998. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University Pers.
Olii. Helena. 2007. Opini Publik. Jakarta: Indeks.
Pareno, Sam Abede. 2002. Manajemen Berita. Surabaya: Papyrus.
Rakhmat. Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Dilengkapi Dengan
Contoh Analisis Statistik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Romli, A.S.M. 2003. Jurnalistik Terpaan. Jakarta: Basic Press
Sastropoetro. 1990. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi. Bandung:
Remaja Karya.
Shoelihi, Mohammad. 2009. Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Singarimbun. Masri. 2006. Metode Penelitian Survey. LP3ES: Jakarta.
Sunarjo, AS Haris. 2005. Opini Public. Yogyakarta: Liberty
Susanto. Astrid Phil. 1985. Pendapat Umum. Bandung: Binacipta.
Wanta, W & Ghanem, S. 2007. “Effects of Agenda Setting” Preiss, R.W et. Al
(Eds.). Mass Media Effects Research: Advanced Through MetaAnalysis. Mahwah, NJ, London: Erlbaum
Widiyanta,
Danar. 2003.
Baru”.Yogyakarta.
Diktat
Kuliah:”Sejarah
Asia
Tenggara
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.
Universitas Sumatera Utara
Sumber Lainnya
-
http://dirmahasiswa.usu.ac.id/mahasiswa/index/fakultas/
( 16/10/2011 )
-
http://etnomusikologi.usu.ac.id
( 11/11/2011 )
-
http://fib.usu.ac.id/tentang-fakultas/sejarah-fakultas
( 11/11/2011 )
-
http://sulastomo.blogspot.com/teori-agenda-setting.html
( 27/3/2012 )
-
http://usu.repository.ac.id
( 16/10/2011 )
-
http://wikipedia.co.org
( 16/10/2011 )
-
http://youtube.com
( 23/10/2011 )
Universitas Sumatera Utara
Download