BAB VII MANAJEMEN RESIKO PT. JSI memandang resiko sebagai ancaman sekaligus peluang. Resiko adalah kombinasi peluang dan kerugian yang terjadi akibat ketidakpastian1. Ketidakpastian muncul karena keterbatasan manusia akan hasil yang akan diperoleh pada masa depan. Perusahaan mengambil peluang dengan memahami konsekuensi untung dan kerugian atas pilihan yang diambil. Damodaran menyatakan bahwa langkah untuk meminimalisir resiko akan mengurangi potensial keuntungan. Dengan demikian, tujuan perusahaan melakukan manajemen resiko adalah mengurangi dampak atas potensi resiko kerugian dengan mengantisipasi fluktuasi atas dampak operasional perusahaan. VII.1 Sasaran Manajemen Resiko Perusahaan menetapkan sasaran manajemen resiko yang mengacu pada tujuan manajemen resiko sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi resiko yang dihadapi perusahaan melalui aktivitas seluruh elemen perusahaan yang dikelola oleh Komite Manajemen Resiko 2. Menentukan aktivitas manajemen resiko yang tepat sesuai risk appetite perusahaan dan melakukan monitoring atas aktivitas yang sudah disepakati VII.2 Komite Manajemen Resiko Manajemen resiko dikelola secara integratif oleh perusahaan yang dikoordinasi oleh Komite Manajemen Resiko yang terdiri dari perwakilan departemen dan jenjang kepangkatan. Komite ini secara reguler mengadakan pertemuan dan inspeksi ke lapangan untuk menilai tingkat resiko perusahaan dari berbagai aspek, mulai dari pemasaran hingga keuangan. Sebelum melakukan assessment tingkat resiko; komite ini akan mengidentifikasi resiko-resiko yang dihadapi perusahaan, menentukan risk profile perusahaan, dan melakukan tindakan mitigasi untuk mengurangi dampak resiko tersebut bagi perusahaan. Assessment tingkat resiko ditentukan berdasarkan kesepakatan komite yang diturunkan dari risk appetite para pemegang saham. VII.3 Identifikasi Resiko dan Profil Resiko 1 Damodaran, Aswath. Strategic Risk Taking. Wharton School Publishing. 2008. Identifikasi resiko didasarkan pada kondisi yang dihadapi perusahaan dan akan meningkat kompleksitasnya sejalan dengan perkembangan perusahaan. Resiko-resiko perusahaan dikelompokkan menurut tipologi Crouhy-Galai-Mark2. Resiko yang yang dihadapi oleh PT. JSI antara lain : a. Resiko Pasar Dalam proforma lima tahun PT. JSI; perusahaan menggunakan leverage secara terbatas untuk memenuhi permintaan domestik serta menggunakan bahan baku lokal. Dengan demikian, exposure perusahaan terhadap suku bunga, kurs mata uang, dan harga komoditi relatif kecil. Pembayaran bunga hutang bank akan mengalami fluktuasi, volatilitas mata uang akan mempengaruhi daya beli konsumen3, sedangkan harga bahan baku yang berasal dari lokal secara tidak langsung akan dipengaruhi oleh harga pasar komoditas jagung. Resiko pasar akan memberikan dampak sedang bagi perusahaan. b. Resiko Operasional Aspek operasional yang menjadi resiko perusahaan meliputi kontinuitas pasokan, sinergi rantai pasok, kegagalan produksi mie jagung, kestabilan mesin produksi, kondisi gudang, dan sejenisnya. Resiko operasional ini menyebabkan perusahaan gagal untuk memenuhi permintaan konsumen. Resiko operasional ini relatif sedang. c. Resiko Kredit Kredit yang diberikan perusahaan adalah term of payment kepada distributor sebesar 30 hari. Secara tidak langsung, kredit ini diberikan kepada outlet penjualan yang menjadi channel perusahaan distribusi. Resiko kredit relatif kecil. d. Resiko Likuiditas Likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan memenuhi tagihan-tagihan jangka pendek dan pemenuhan modal kerja perusahaan. PT. JSI memiliki kebijakan zero Account Payable. Akibatnya, turunnya likuditas berdampak kontinuitas operasional kerja perusahaan. Resiko likuiditas termasuk kategori sedang. e. Resiko Hukum dan Regulasi PT. JSI berada pada industri yang memiliki regulas yang cukup padat. Sehingga perusahaan perlu memenuhi peraturan hukum tersebut agar legalitas operasional perusahaan terpenuhi. Pemenuhan regulasi ini juga menunjang image perusahaan sebagai perusahaan yang serius dalam menjalankan bisnis mie jagung. Sertifikasi tertentu yang berhasil dipenuhi perusahaan akan meningkatkan value brand dimata konsumen. Resiko atas hukum dan regulasi relatif sedang. f. Resiko Bisnis Sebagai perusahaan baru dan meluncurkan produk baru, maka kepastian pasar merupakan resiko terbesar yang dihadapi perusahaan. Penerimaan segmen pasar yang dituju terhadap produk maupun perkembangan brand merupakan hal yang belum pasti. Ada resiko besar yang dihadapi perusahaan jika penerimaan segmen pasar terhadap mie jagung tidak sebaik yang diperkirakan. Resiko pasar ini cukup tinggi. 2 3 Crouhy, Michel; Galai, Dan; Mark, Robert. The Essentials of Risk Management. McGraw-Hill. 2006. p26. FRUPs g. Resiko Strategis Strategi perusahaan untuk menggunakan focus differentiation dengan value kesehatan dan menyasar segmen market yang terbatas menghadapi ketidakpastian hasil. Langkah ini bisa berdampak pada sustainability business karena menyangkut keberhasilan strategi yang dipilih oleh perusahaan. Resiko pasar ini cukup tinggi. h. Resiko Reputasi Reputasi PT. JSI mempengaruhi pertumbuhan penjualan perusahaan dan pada akhirnya keberlangsungan bisnis perusahaan. Terlebih sebagai social venture, perusahaan memiliki kepentingan untuk membangun image perusahaan sebagai entitas yang memiliki komitmen untuk meningkatkan dampak sosial. Dalam hal ini, reputasi sebagai perusahaan yang memiliki komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan petani merupakan asset intangiable yang harus dijaga oleh perusahaan. Memburuknya reputasi perusahaan akan menurunkan persepsi kualitas konsumen terhadap produk yang ditawarkan oleh PT. JSI. Resiko reputasi ini cukup tinggi bagi perusahaan. Resiko-resiko yang teridentifikasi tersebut dipetakan menurut dampak atau exposure-nya dan probabilitas kejadiannya. Peta ini menjadi profil resiko PT. JSI yang digambarkan dalam grafik berikut : Risk profile ini menunjukkan retensi perusahaan terhadap resiko yang dihadapi dan menunjukkan prioritas langkah mitigasi resiko yang akan diambil oleh manajemen. Beberapa resiko yang menjadi prioritas akan diutamakan langkah mitigasinya dibandingkan beberapa resiko yang akan diserap oleh perusahaan. VII.4 Mitigasi Resiko Mitigasi resiko akan dilakukan oleh seluruh bagian perusahaan berdasarkan rekomendasi dari Komite Manajemen Resiko. Setiap langkah mitigasi resiko akan dimonitor secara periodik berdasarkan prioritasnya sesuai tingkat profil resiko perusahaan. Berikut ini diuraikan beberapa langkah perusahaan untuk mitigasi resiko yang dihadapi PT. JSI : a. Mitigasi Resiko Pasar Mitigasi resiko pasar dilakukan dengan pendekatan keuangan dan operasional. Perusahaan melakukan hedging suku bunga untuk mengurangi volatilitas pembayaran suku bunga pinjaman bank. Hedging dilakukan dengan instrumen collar untuk mengurangi volatilitas sekaligus meminimalkan downside potential. Perusahaan tidak melakukan hedging terhadap kurs valuta asing karena dampaknya yang dianggap relatif kecil. Sedangkan resiko komoditas dimitigasi melalui aktivitas operasional. Bahan baku dibeli dengan sistem kontrak yang menetapkan harga tetap sepanjang tahun. Sistem ini menguntungkan petani karena jaminan pendapatan, sekaligus kepastian harga komoditas bahan baku bagi perusahaan. Di sisi lain, resiko ekspor jagung pada saat harga jagung internasional naik dimitigasi dengan aspek legal dari kontrak dan hubungan interpersonal dengan petani jagung yang dibangun melalui aktivitas CSR perusahaan. b. Mitigasi Resiko Operasional Resiko operasional dimitigasi melalui penerapan standar operasional yang ketat melalui sertifikasi ISO, K3, dan standar mutu yang diterapkan perusahaan. Resiko operasional akan menurun seiring dengan pelaksanaan maintenance alat yang rutin sesuai standar, disiplin operasional, dan hubungan industrial yang baik dengan karyawan. c. Mitigasi Resiko Kredit Mitigasi atas resiko ini mengacu pada terms and condition yang dituangkan dalam kontrak kerjasama antara perusahaan dan distributor. Manajemen tidak melakukan hedging atau pencadangan atas aktivitas kredit yang diberikan karena aspek legalitas kontrak tersebut dianggap cukup untuk menutupi resiko kredit muncul. d. Mitigasi Resiko Likuiditas Mitigasi resiko likuiditas dilakukan secara finansial dengan melakukan forecast dan monitoring situasi keuangan secara reguler. Dengan demikian, kebutuhan likuiditas atau likuiditas aktiva dapat dimonitor. Termasuk didalamnya adalah monitoring likuiditas aktiva yang dijadikan covenant kredit bank. e. Mitigasi Resiko Hukum dan Regulasi Mitigasi resiko hukum dan regulasi dilakukan melalui review aspek legal dan regulasi yang dipenuhi oleh perusahaan, baik dari aspek operasional, hubungan industrial, serta keuangan. Manajemen menetapkan kebijakan untuk memenuhi aspek legal dan regulasi sehingga tidak meminimalisir munculnya tuntutan hukum bagi perusahaan. f. Mitigasi Resiko Bisnis Resiko bisnis dimitigasi dengan aktivitas komunitas konsumen untuk membangun kedekatan dengan target pasar. Kedekatan perusahaan dengan konsumen, baik secara brand maupun image perusahaan, akan meningkatkan kesuksesan produk yang ditawarkan kepada konsumen. Bahkan konsumen akan dilibatkan dalam mendesain produk melalui masukan yang diperoleh dari aktivitas komunitas. g. Mitigasi Resiko Strategis Resiko strategis dilakukan dengan melakukan management review secara rutin untuk menilai ketepatan strategi perusahaan. Management review merupakan agenda rutin antara manajemen dan komisaris untuk menilai dampak dan resiko dari strategi yang dilakukan perusahaan. Diantara agenda management review, mendiskusikan langkah strategis jangka pendek, menengah, dan jangka panjang yang akan dipilih oleh manajemen perusahaan. Dengan review secara reguler, resiko strategis akan berkurang karena proses pengkinian menyesuaikan dengan perkembangan situasi persaingan industri dan ekonomi secara makro. h. Mitigasi Resiko Reputasi Mitigasi resiko reputasi dilakukan dengan konsistensi pada pemenuhan aspek hukum dan regulasi perusahaan serta komitmen untuk memberikan kontribusi pada lingkungan secara kontinyu. Image sebagai perusahaan yang bertanggung jawab akan menurunkan resiko penurunan resiko reputasi perusahaan. VII.5 Monte-Carlo VII.6 Kesimpulan Manajemen resiko digunakan perusahaan sebagai mekanisme untuk mengontrol kinerja perusahaan khususnya mengantisipasi dampak negatif dari aktivitas perusahaan. Dalam beberapa hal, aktivitas manajemen resiko dapat menurunkan potensi keuntungan perusahaan namun mengurangi probabilitas kerugian besar yang akan diterima oleh perusahaan. Aktivitas manajemen resiko tidak dipandang sebagai biaya bagi perusahaan, namun sebagai investasi untuk menstabilkan kinerja perusahaan.