Mitigasi Bencana: Siap Menghadapi Bencana! Indonesia sering

advertisement
Mitigasi Bencana: Siap Menghadapi Bencana!
Indonesia sering disebut sebagai laboratorium alami oleh para ilmuwan Geosaintis karena
secara geografis, Indonesia merupakan negara dengan morfologi dari pantai hingga pegunungan
tinggi. Kondisi morfologi Indonesia disebabkan oleh faktor geologi yaitu pergerakan lempeng
lempeng di bawah permukaan bumi Indonesia. Indonesia berada di atas tiga lempeng tektonik aktif
yaitu lempeng Eurasia, lempeng Australia, dan lempeng Dasar Samudera Pasifik. Ketiga lempeng
ini menyebabkan Indonesia mempunyai sekitar 127 gunung api aktif maupun tidak aktif dan
berada di zona Ring of Fire yang merupakan zona rawan bencana di dunia. Selain itu akibat
pergerakan lempeng tektonik ini Indonesia mempunyai sesar besar yaitu dibawah Pulau Sumatera
dan masih banyak lagi sesar minor di bawah permukaan bumi Nusantara. Pergerakan lempeng
tektonik ini sewaktu – waktu dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi besar atau kecil, tanah
longsor, gunung meletus, dan tsunami.
Menurut BAKORNAS PBP, Indonesia merupakan negara potensi rawan bencana yang
sangat tinggi, hampir nomor satu di dunia. BAKORNAS PBP mengklasifikasikan bencana di
Indonesia menjadi dua macam yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya
ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya utama di Indonesia terlihat dari peta rawan gempa bumi,
peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi letusan gunung api, peta potensi tsunami, dan lain
lain. Bahaya utama (main hazard) kerap kali menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit. Selama
11 tahun terakhir Indonesia sudah diterpa berbagai macam bencana. Mulai dari bencana tsunami
di Aceh tahun 2004 yang menyebabkan lebih dari 220.000 korban meninggal dunia, bencana
gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006 yang menyebabkan sedikitnya 5.800 meninggal dunia,
letusan Gunung Kelud yang menyebabkan tujuh orang meninggal dunia, dan masih banyak lagi
bencana alam yang menyebabkan banyak korban di Indonesia. Sekitar 161 bencana alam terjadi
di Indonesia pada tahun 2014 (www.tempo.com). Dari sebagian bencana alam di atas, Indonesia
menduduki posisi kedua se-Asia Pasifik di bawah CIna dalam korban bencana. Salah satu upaya
untuk mengurangi atau memperkecil dampak kerugian atauk kerusakan baik korban jiwa maupun
harta benda adalah pencegahan dan mitigasi bencana.
Mitigasi bencana masuk ke dalam bagian pre event (pencegahan) pada disaster risk
management. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik
melalui pembangunan fisika maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No.21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana). Sebelum di berlakukannya mitigasi bencana harus dilakukan dahulu
penelitian mengenai analisa bencana dan monitoring bencana. Hal ini dilakukan agar dapat
mempermudah melakukan mitigasi bencana. Mitigasi bencana merupakan salah satu upaya
penting yang harus dilakukan di Negara Indonesia karena Negara Indonesia merupakan negara
yang paling rentan terhadap bencana. Mitigasi bencana pun tidak hanya dilakukan di daerah yang
rasio bencana nya cukup tinggi seperti di daerah gunung api aktif dan tepi pantai. Namun,
disosialisasikan pada daerah yang mempunyai rasio bencana yang tidak terlalu tinggi karena
kejadian bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia adalah banjir dan yang paling
banyak memakan korban adalah gempa bumi. Disaster risk management dibagi dalam dua bagian
yaitu pra event dan post event. Beberapa negara maju seperti Amerika dan Jepang juga sering
mengalami bencana alam tetapi jumlah korban jiwa yang ditimbulkan sedikit karena mitigasi
bencana yang efektif dilakukan di negaranya. Namun, untuk post event (Recovery) negara negara
maju cenderung lemah. Kondisinya berbanding terbalik dengan Indonesia karena mitigasi bencana
yang belum efektif dilakukan dan pemikiran konvensional dari masyarakat Indonesia sendiri
sehingga pada proses pembangunan mental atau post event cenderung cepat karena pemikiran
orang Indonesia yang keyakinan agamanya kuat dan pasrah kepada Tuhan. Itulah sebabnya korban
jiwa akibat bencana di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah. Jika kolaborasi antara
negara maju dan negara berkembang seperti Indonesia berjalan tidak menutup kemungkinan
jumlah korban jiwa yang disebabkan oleh bencana alam akan berkurang secara signifikan karena
saling mengisi ruang kekosongan pada disaster risk management.
Mitigasi bencana yang kurang efektif diterapkan di Indonesia baik dalam hal
penyampaiannya atau kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan tanggap bencana.
Pembelajaran mengenai mitigasi bencana seharusnya sudah diterapkan dan dimasukkan ke dalam
kurikulum sekolah mulai dari sekolah dasar untuk meningkatkan kesadaran tanggap bencana
sehingga masyarakat sudah mulai mengerti mengenai kondisi alam yang dihadapi oleh Bangsa
Indonesia. Tujuan jangka pendek dimasukkanya mitigasi bencana ke dalam kurikulm sekolah
adalah siswa sekolah dapat menjadi agen penyebaran pengetahuan mengenai mitigasi bencana
terhadap lingkungan sekitarnya dan tujuan jangka panjangnya adalah siswa sekolah merupakan
generasi masa depan untuk menerapkan ilmu mitigasi bencananya di kemudian hari. Mitigasi
bencana yang diberikan pun harus mencakup semua bencana yang sering terjadi maupun jarang
terjadi di Indonesia karena meningkatkan pemahaman mengenai bahaya bencana alam dan
kerusakan yang diakibatkan dapat membuat mitigasi dan respons darurat dalam menghadapi
bencana dapat dilakukan dengan baik. Sehingga ketika terjadi bencana alam, masyarakat Indonesia
sudah mengerti yang harus dilakukan. Mitigasi bencana ini tidak akan berjalan dengan baik jika
langkah pemerintah dan masyarakat Indonesia tidak berjalan beriringan. Pemerintah dan
masyarakat mempunyai kedudukan setara dalam disaster risk management ini. Kedua belah pihak
harus berintegrasi secara harmonis karena sifat dari bencana alam yang tidak bisa ditebak waktu
terjadinya dan besar dari bencana alam tersebut datang. Para ahli kebumian hanya dapat
memprediksi terjadinya bencana alam.
Referensi
-
http://www.wikipedia.org/Persiapan_Bencana.html (Diunduh 14 Juni 2015 pukul 19.00
WIB)
-
Middelman. Miriam. 2007. Natural Hazards in Australia. Commonwealth Australia :
Austalia
-
http://www.wikipedia.org/Bencana_alam.html (Diunduh 14 Juni 2015 pukul 19.30 WIB)
-
http://dibi.bnpb.go.id/data-bencana/statistik. (Diunduh 14 Juni 2015 pukul 20.00 WIB)
-
http://www.unisdr.org/ (Diunduh 14 Juni 2015 pukul 20.30 WIB)
Florensius Valentino
University student
Gender : Man
Marital Status : Not married
Place of Birth: Bandung
Date of Birth: 23 April 1995
Weight/Height: 55 kg / 178 cm
Address: Gunung Batu Street, Gang Pada Asih no. 45 rt 05 rw 09,
Sukaraja, Cicendo, Bandung.
Phone/Mobile : 083840872806
Hobby: Writing, mountaineering, adventure, reading
Personal site:http://florensius-valentino.blogspot.com/
E-mail address: [email protected]
Education
University
Senior High School
Universitas Gadjah Mada
SMAN 9 Bandung
(Geophysics 2013)
Graduated 6/2013
Junior High School
Elementary School
SMPN 9 Bandung
SD Pandu
Graduated 6/2010
Graduated 6/2007
Download