KONVENSI EKONOMI SOSIAL DAN BUDAYA

advertisement
Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara X
Tahun 2005
Materi : Konvensi Ecosob
KONVENSI EKONOMI SOSIAL DAN
BUDAYA
Syahrial M.W, SH
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat
Jl Siaga II No 31 Pejatien Barat, Jakarta 12510
Telp (021) 7972662, 79192564 Fax : (021) 79192519
Website : www.elsam.or.id Email : [email protected]
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
1. TERBENTUKNYA KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG
HAK EKONOMI SOSIAL DAN BUDAYA
Deklarasi Universal Hak Azasi Manusia
menyatakan bahwa penikmatan kebebasan
(selanjutnya
telah
sipil dan politik serta kebebasan ekonomi,
diterima oleh Majelis Umum PBB pada
disebut
sosial dan budaya bersifat saling berkaitan
tanggal
dan saling tergantung. Pada tahun 1951
10
pemungutan
DUHAM)
Desember
1948,
suara
menyetujui,
48
dengan
0
Komisi HAM menyusun rancangan pasal-
menolak, dan 8 abstain. DUHAM memuat
pasal tentang hak ekonomi, sosial, dan
pokok-pokok hak azasi dan kebebasan
budaya
fundamental
mengenai pelaksanaan bidang tersebut.
manusia
sebagai
standart
serta
rancangan
pasal-pasal
acuan pencapaian bersama bagi semua
rakyat dan bangsa. Dokumen tersebut
Dalam sidangnya di tahun 1951 Majelis
merupakan
yang
Umum PBB meminta Komisi HAM untuk
merujuk sebagai Magna Charta International
merancang dua kovenan tentang HAM, satu
dalam hak-hak azasi manusia.
kovenan mengenai hak sipil dan politik dan
kesepakatan
bersama
satu kovenan memuat hak ekonomi, sosial
Di sana ada dua bagian yang termaktub
dan budaya. Secara khusus dalam sidang
dalam DUHAM. Bagian pertama adalah
tersebut Majelis Umum menyatakan bahwa
persetujuan berkaitan dengan hak azasi dan
kedua kovenan tersebut harus sebanyak
kebebasan fundamental mengenai hak-hak
mungkin memuat ketentuan yang sama dan
sipil dan politik. Bagian kedua persetujuan
harus memuat pasal yang menetapkan
adalah mengenai hak azasi dan kebebasan
bahwa “semua rakyat mempunya hak atas
fundamental hak-hak ekonomi, sosial, dan
penentuan nasib sendiri”.
budaya. Karena DUHAM bukan sebuah
instrumen yuridis yang memiliki kekuatan
Pada tahun 1953 dan 1954 , Komisi HAM
mengikat, maka pokok-pokok hak azasi
menyelesaikan
manusia
sebagaimana
dan
tersebut
kebebasan
harus
fundamental
dituangkan
dalam
Majelis
dua
yang
Umum
rancangan
kovenan
dimaksudkan
PBB.
Kedua
oleh
kovenan
instrumen-instrumen yang mengikat secara
tersebut mulai dipublikasikan pada tahun
hukum.
1954 agar masing-masing pemerintah pada
setiap
negara
mempelajarinya
Bangsa-Bangsa
membuka opini publik untuk memberikan
sebelumnya
telah
mendalam
dapat
Komisi Hak Azasi Manusia Perserikatan
yang
secara
anggota
serta
mempersiapkan rancangan DUHAM 1948
masukan secara bebas.
meminta kepada Majelis Umum PBB untuk
Majelis Umum PBB merekomendasikan
menyusun
agar Komisi Ketiga Majelis Umum PBB
HAM
rancangan
beserta
kovenan
rancangan
tentang
tindakan
pelaksanaannya. Tahun 1949 Majelis Umum
PBB
menerima
sebuah
resolusi
membahas
rancangan
Pada tahun 1955
naskah
kedua
kovenan tersebut pasal demi pasal.
yang
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
1
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
Sebelas tahun kemudian, tepatnya tahun
Politik, dan Kovenan Internasional tentang
1966, rancangan naskah kedua tersebut
Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya) dikenal
dapat
sebagai the International Bill of Human Rights.
terselesaikan,
yakni
Rancangan
Kovenan
Internasional
tentang
Hak
Tanpa memperhatikan apakah suatu negara
Ekonomi,
Sosial
Budaya,
dan
telah secara formal mengadopsi secara
Rancangan Kovenan Internasional tentang
khusus dokumen-dokumen tersebut, hak-
dan
Hak Sipil dan Politik. Disamping kedua
hak yang termaktub di dalam dokumen-
kovenan tersebut telah diselesaikan pula
dokumen tersebut telah mencapai status
Rancangan
sebagai
Protokol
Opsional
pada
hukum
kebiasaan
internasional
Kovenan Internasional tentang Hak Sipil
(customary
dan Politik. Pada 16 Desember 1966 dengan
dokumen tersebut telah diakui sebagai
Resolusi 2200 A (XXI), Majelis Umum PBB
standart acuan bersama untuk setiap negara
menerima
sebagai
di dunia. Kovenan Internasional tentang
dokumen internasional di bidang azasi
Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mulai
manusia.
berlaku pada tanggal 3 Januari 1976, sesuai
ketiga
instrumen
international
law).
Ketiga
dengan pasal 27 kovenan tersebut.
Ketiga
dokumen
Kovenan
tersebut
Internasional
Hak
(DUHAM,
Sipil
dan
1.2. KATEGORI HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA
YANG DIATUR DALAM KOVENAN
A. Hak-Hak Ekonomi
1. Hak atas pekerjaan
a. hak atas upah yang layak (pasal 6).
b. hak untuk memilih secara bebas
atau menerima suatu pekerjaan
(pasal 6).
2. Hak-hak buruh
a. hak untuk menikmati kondisi kerja
yang adil dan baik (pasal 7).
b. hak atas pemberian upah yang
layak untuk hidup (pasal 7a).
c. hak
untuk
membentuk
dan
bergabung dengan serikat pekerja
(pasal 8).
d. hak
untuk
melakukan
pemogokan (pasal 8 ayat 1d).
B. Hak-Hak Sosial
1. Hak untuk mendapatkan standart
kehidupan yang layak
a. hak atas standart kehidupan yang
layak (pasal 11 ayat 1).
b. hak atas kecukupan pangan (pasal
11 ayat 1).
c. hak atas
pemukiman (pasal 11
ayat 1).
d. hak untuk terbebas dari kelaparan
(pasal 11 ayat 2).
e. hak atas jaminan sosial (pasal 9).
2. Hak atas keluarga, ibu dan anak
a. hak atas keluarga, ibu dan anakanak (pasal 10).
b. hak atas perlindungan terhadap
keluarga (pasal 9).
3. Hak atas kesehatan fisik dan mental
(pasal 12).
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
2
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
C. Hak-Hak Budaya
1. Hak atas pendidikan
a. hak atas pendidikan (pasal 13).
b. hak untuk mendapatkan wajib
belajar tingkat dasar (pasal 14).
a. terhadap kemajuan pengetahuan
(pasal 15).
b. hak untuk menjadi bagian dalam
kehidupan budaya (pasal 15).
c. hak atas kebebasan.
2. Hak atas kehidupan budaya dan ilmu
pengetahuan
1.3. KANDUNGAN KEWAJIBAN HUKUM KOVENAN
Sebelum
menjelajah
pasal-pasal
titik berangkat memulai suatu rentetan
yang
tindakan.
terkandung di dalam kovenan maka perlu
dikemukakan kata kunci-kata kunci yang
memiliki
konsekuensi
kewajiban
2.
adalah
Menjamin
pemenuhan
secara
yang
menanggapi
sepantasnya
dari
hukum. Penjelasan ini diperlukan untuk
sesuatu, untuk mengemukakan bahwa
mengenali kandungan kewajiban hukum
sesuatu telah terjadi atau akan terjadi.
dalam
rangka
ekonomi,
Berikut
melaksanakan
sosial,
ini
dan
adalah
budaya
kata
hak-hak
3.
kunci
4.
terjadi,
memberikan
Mengakui artinya mengakui keabsahan
atau kemurnian watak, atau klaim, atau
kovenan :
to take steps (mengambil langkah-
eksistensi, dari memberikan perhatian
langkah);
dan pertimbangan, menemukan atau
2.
to guarantee (menjamin);
menyadari watak dari, memperlakukan
3.
to ensure (meyakini);
sebagai, mengakui, menyadari, atau
4.
to recognize (mengakui);
mengakui bahwa.
5.
to
1.
respect
or
to
(menghormati
have
atau
respect
for
5.
memberikan
6.
to undertake (berusaha);
7.
to promote (meningkatkan).
6.
cara yang diambil, terutama sebagai
atau
memberikan
penghormatan
adalah
memberikan
Berusaha artinya komitmen diri sendiri
untuk
melakukan,
menjadikan
diri
seorang yang bertanggungjawab atas,
1.3.1. Pengertian harafiah yang bisa
membantu pemahaman dari makna kata
kunci-kata kunci tersebut adalah :
Mengambil langkah-langkah adalah suatu
Menghormati
perhatian kepada sesuatu.
penghormatan);
1.
akan
sesuatu bagi atau untuk orang-orang.
yang
digunakan dalam definisi kewajiban dalam
Meyakini adalah memastikan bahwa
sesuatu
hukum.
terlibat
dalam,
masuk
ke
dalam
menerima sebagai kewajiban, berjanji
untuk melakukan.
7.
Meningkatkan
berarti
memajukan,
menolong memajukan, menggalakkan,
mendukung dengan aktif.
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
3
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
2. POKOK-POKOK
DAN
STRUKTUR
KOVENAN
INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL,
DAN BUDAYA
2.1. MUKADIMAH
Terdiri atas lima alinea, yang memuat
maksud dan pertimbangan dibuatnya
kovenan tersebut. Kutipan lengkapnya
adalah sebagai berikut :
Menimbang bahwa sesuai dengan asasasas yang diproklamasikan dalam
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,
pengakuan terhadap martabat yang
melekat dan hak-hak yang sama dan
tidak terpisahkan dari semua anggota
keluarga
manusia
merupakan
landasan dari kebebasan, keadilan
dan perdamaian di dunia.
kemajuan dan pentaatan dari hak-hak
yang diakui dalam kovenan ini.
Mukadimah yang terdiri dari lima
paragraph hampir secara keseluruhan sama
dengan yang termuat dalam kovenan hak
sipil politik. Memuat :
Menimbang kewajiban Negara-Negara
dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa
untuk memajukan penghormatan dan
pentaatan secara universal pada hakhak asasi manusia dan kebebasan.
Mengingatkan bahwa pengakuan atas
martabat yang inheren dan atas hak
yang
sama
dan
tidak
dapat
dipisahkan dari semua umat manusia
merupakan
landasan
kebebasan,
keadilan, dan perdamaian dunia.
b. Pengakuan bahwa hak-hak tersebut
berasal dari martabat manusia yang
melekat padanya.
c. Pengakuan
bahwa
penikmatan
kebebasan dari rasa takut dan
kekurangan hanya dapat tercapai
apabila
tercipta
kondisi
yang
didalamnya setiap orang dapat
menikmati hak ekonomi, sosial, dan
budaya serta hak sipil dan politiknya.
d. Mengingatkan kewajiban negaranegara menurut piagam PBB untuk
memajukan dan pematuhan hak azasi
dan kebebasan manusia.
e. Pernyataan
kesadaran
bahwa
individu, yang mempunyai kewajiban
terhadap individu lainnya dan
komunitasnya, bertanggung jawab
untuk bekerja bagi pemajuan dan
pentaatan hak-hak yang diakui dalam
kovenan.
Menyadari bahwa individu, yang
mempunyai
kewajiban
terhadap
individu
lainnya
dan
pada
masyarakat
dimana
ia
berada,
berkewajiban untuk mengupayakan
Paragraf ketiga mukadimah tersebut
mengukuhkan konsep berpikir yang sudah
hidup di Majelis Umum PBB pada 1949
tentang berkaitannya hak ekonomi, sosial,
dan budaya dan hak sipil dan politik dalam
Mengakui bahwa hak-hak ini berasal
dari martabat yang melekat pada
manusia.
Mengakui
bahwa
sesuai
dengan
Deklarasi
Universal
Hak
Asasi
Manusia, keadaan ideal dari manusia
yang
bebas
dari
penikmatan
kebebasan
dari
ketakutan
dan
kemelaratan, hanya dapat dicapai
apabila diciptakan kondisi dimana
semua orang dapat menikmati hakhak ekonomi, sosial dan budayanya,
juga hak-hak sipil dan politiknya.
a.
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
4
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
upaya umat manusia guna menikmati
kebebasan dari rasa takut dan kekurangan.
Penegasan yang sama tercantum dalam
Mukadimah Kovenan Internasional tentang
Hak Sipil dan Politik.
2.2. BATANG TUBUH
Batang tubuh kovenan ini antara lain
memuat :
1) Prinsip-prinsip umum (pasal 1).
2) Kewajiban
umum
negara-negara
pihak (pasal 2, 3, 4, 5).
3) Kewajiban negara-negara pihak untuk
mengakui dan menjamin hak-hak
azasi yang dimuat dalam kovenan
(pasal 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15).
4) Ketentuan yang mengatur masalah
pelaporan pelaksanaan instrumen
yang harus dilakukan oleh negaranegara pihak serta tindak lanjut yang
dapat
dilakukan
oleh
Dewan
Ekonomi dan Sosial (pasal 16, 17, 18,
19, 20, 21, 22).
5) Ketentuan tentang berbagai bentuk
aksi internasional bagi pencapaian
hak-hak yang dimuat dalam kovenan
(pasal 23).
6) Penegasan
bahwa
ketentuanketentuan yang termaktub dalam
instrumen tersebut tidak mengurangi
tanggung jawab organ-organ PBB dan
badan-badan
khusus
mengenai
masalah-masalah yang disebut dalam
kovenan
sebagaimana
yang
ditetapkan oleh Piagam PBB serta akta
konstitutif badan khusus masingmasing (pasal 24).
7) Penegasan hak inheren semua rakyat
untuk menikmati kekayaan dan
sumber alamnya (pasal 25).
8) Ketentuan Penutup yang mengatur
masalah-masalah prosedural (pasal
26, 27, 28, 29, 20, 31).
1. Prinsip-Prinsip Umum
Pasal 1
Bagian I yang terdiri hanya dari satu pasal,
menetapkan prinsip-prinsip tentang hak
semua rakyat dan kewajiban negara-negara
yang bertanggung jawab atas administrasi
wilayah yang belum berpemerintahan
sendiri.
a. Hak semua rakyat atas penentuan
nasib sendiri dan atas dasar hak ini,
hak untuk memilih secara bebas
status politik dan secara bebas
menjalankan pembangunan ekonomi,
sosial, dan budaya.
b. Hak semua rakyat untuk secara bebas
menggunakan kekayaan dan sumber
daya alamnya.
c. Kewajiban negara-negara pihak yang
bertanggung jawab atas administrasi
wilayah yang belum berpemerintahan
sendiri untuk memajukan realisasi
hak penentuan nasib sendiri dan
harus menghormati hak ini.
Ketentuan sebagaimana tersebut di atas,
termaktub pula dalam pasal 1 kovenan
internasional tentang hak sipil dan politik.
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
5
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
2. Kewajiban Umum Negara Pihak
Pasal 2-5 yang termasuk Bagian II dan yang
menetapkan kewajiban negara-negara pihak
dalam kovenan ini memuat pokok-pokok :
Pasal 2 :
1.
2.
3.
Kewajiban negara pihak untuk
mengambil langkah–langkah untuk
secara bertahap merealisasikan secara
penuh hak-hak yang diakui dalam
kovenan dengan segala cara yang
tepat, termasuk terutama melalui
tindakan-tindakan legislatif.
Kewajiban negara pihak untuk
menjamin
bahwa
hak-hak
sebagaimana disebut dalam kovenan
akan dilaksanakan tanpa diskriminasi
jenis apapun yang berkenaan dengan
ras, warna kulit, kelamin, bahasa,
agama, pandangan politik atau
pandangan
lainnya,
kelompok
kebangsaan atau kelompok sosial, hak
milik, kelahiran, atau status sosial
lainnya.
Kelonggaran
bagi
negara-negara
berkembang
untuk
menentukan
sejauh mana negara-negara tersebut
untuk menjamin hak-hak ekonomi
yang diakui dalam kovenan ini bagi
orang asing.
Catatan :
Tentang Kewajiban Negara
Pasal 2 (1) menyangkut kewajiban Negara
Peserta Kovenan mengandung kepentingan
khusus untuk mencapai pemahaman
seutuhnya atas Kovenan dan harus dilihat
sebagai mempunyai hubungan yang
dinamis dengan semua ketentuan Kovenan
lainnya. Pasal ini menjelaskan sifat dari
kewajiban legal umum yang ditempuh oleh
Negara Peserta Kovenan.
Kewajiban Negara Peserta diekspresikan
melalui
penggunaan
istilah-istilah
“berupaya mengambil langkah-langkah”, to
the maximum available resources, achieving
progressively the full realization, dan by all
appropriate means including particularly
adoption of legislative measures.
Kewajiban Melakukan (Obligation of Conduct)
dan Kewajiban Hasil (Obligation of Result)
Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
telah menjelaskan bahwa kewajiban Negara
Peserta meliputi baik kewajiban melakukan
maupun kewajiban hasil. Komisi Hukum
Internasional (International Law Commission)
merumuskan kedua kategori kewajiban
tersebut dan Komite menggunakannya
sebagai rujukan untuk mengelaborasi
kewajiban Negara Peserta Kovenan (ESCR).
Kewajiban melakukan berarti bahwa
Negara harus mengambil langkah spesifik
(aksi atau pencegahan). Kewajiban hasil
berarti kewajiban untuk mencapai hasil
tertentu
melalui
implementasi
aktif
kebijakan dan program. Namun, harus
diingat bahwa melakukan dan hasil tidaklah
bisa
dipisahkan.
Konsep
kewajiban
melakukan
dan
hasil
memberikan
perangkat
efektif
bagi
pemantauan
implementasi hak-hak ekonomi, sosial dan
budaya.
Konsep ini juga menunjukkan bahwa
realisasi hak-hak ekonomi, sosial dan
budaya merupakan suatu proses dinamis
yang melibatkan baik intervensi jangka
pendek maupun jangka panjang.
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
6
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
Berupaya Mengambil Langkah-langkah
Pemakaian istilah setiap negara peserta
berupaya mengambil langkah-langkah,
sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 (1)
biasanya ditafsirkan sebagai mengandung
arti implementasi kovenan secara bertahap.
Meskipun realisasi sepenuhnya atas hakhak yang relevan bisa dicapai secara
bertahap, namun langkah-langkah ke arah
itu harus diambil dalam waktu yang tidak
lama setelah kovenan berlaku bagi negara
peserta bersangkutan. Langkah-langkah
tersebut
haruslah
dilakukan
secara
terencana, konkrit dan diarahkan kepada
sasaran-sasaran yang dirumuskan sejelas
mungkin
dalam
rangka
memenuhi
kewajiban-kewajiban kovenan.
Dengan Segala Cara yang Tepat, Termasuk
Khususnya
Pengambilan
Langkah-langkah
Legislatif
Istilah all appropriate measures berkaitan baik
dengan melakukan (conduct) maupun hasil.
Negara peserta tidak bisa menghindar dari
kewajibannya dengan hanya mengatakan
bahwa kebijakan-kebijakannya bertujuan
untuk pembangunan ekonomi sehingga
kemiskinan dan buta huruf akan serta merta
terhapuskan. Mengenai istilah adoption of
legislative measures, bahwa hal itu sama
sekali tidak menyelesaikan kewajiban
Negara Peserta. Keberadaan hukum semata
tidaklah cukup membuktikan negara
peserta telah menjalankan kewajibannya
sesuai kovenan. Selain dari undang-undang,
dibutuhkan sebuah penyediaan judicial
remedies sehubungan dengan hak yang
mungkin, sesuai dengan perundangan
nasional, dianggap tidak bisa diajukan ke
pengadilan.
Mencapai Secara Bertahap Mencapai Realisasi
Sepenuhnya
Kewajiban untuk mencapai secara bertahap
mengharuskan negara pihak untuk bergerak
secepat mungkin ke arah terwujudnya hak-
hak tersebut. Dalam keadaan apapun hal ini
tidak
dapat
ditafsirkan
dengan
mengandung arti bahwa negara berhak
untuk mengulur usaha secara tidak terbatas
dalam memastikan realisasi sepenuhnya.
Interpretasi
demikian
memberikan
perspektif konseptual yang penting guna
menolak gradualisme dalam kebijakan
ekonomi, yang berarti bahwa untuk
menjamin kesejahteraan sosial adalah
merupakan suatu proses jangka panjang
yang bertahap dimana pertumbuhan
ekonomi akan menetes kepada semua
orang.
Pasal 3
Kewajiban negara pihak untuk menjamin
persamaan laki-laki dan perempuan dalam
penikmatan hak ekonomi, sosial, dan
budaya sebagaimana ditetapkan dalam
kovenan ini.
Catatan :
Non Diskriminatif
Pasal 2 (2) dan Pasal 3 menyangkut aspek
non-diskriminasi. Pasal 2 (2) serupa dengan
instrumen-instrumen
lainnya
dalam
mengatur agar hak-hak yang terkandung
dalam Kovenan harus direalisasikan tanpa
diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit,
jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan
politik
atas
pandangan
lainnya,
kewarganegaraan atau asal-usul sosial,
kepemilikan, status kelahiran atau status
lainnya. Pasal 3, di pihak lain lebih spesifik.
Pasal ini mengatur persamaan hak antara
laki-laki dan perempuan untuk menikmati
hak-hak yang ditetapkan dalam Kovenan.
Hingga Batas Maksimum dari Sumber Daya
yang Ada
Negara
pihak
berkewajiban,
tanpa
memandang
tingkat
pembangunan
ekonominya
untuk
memastikan
penghormatan terhadap hak-hak subsistensi
minimum semua orang. Setiap negara
mempunyai kewajiban minimum untuk
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
7
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
memenuhi tingkat pemenuhan minimum
dari setiap hak yang terdapat dalam
kovenan. Hal ini berkaitan dengan “sumber
daya yang tersedia”, maka penggunaan
sumber-sumber
daya
yang
tersedia,
prioritas akan diberikan bagi terwujudnya
hak-hak yang diakui dalam kovenan
dengan memastikan bahwa setiap orang
terpuaskan
kebutuhan
subsistensinya
maupun tersedianya pelayanan-pelayanan
terpenting.
Pasal 4
Pengakuan oleh negara pihak bahwa
pembatasan terhadap hak-hak sebagaimana
tercantum dalam kovenan ini hanya dapat
ditentukan
melalui
undang-undang,
sepanjang pembatasan itu sesuai dengan
sifat-sifat hak-hak tersebut dan semata-mata
dengan
maksud
untuk
memajukan
kesejahteraan
umum
dalam
suatu
masyarakat yang demokratis.
1.
Tidak satupun
ketentuan dalam
kovenan ini dapat ditafsirkan sebagai
secara tidak langsung memberikan
kepada negara, kelompok, atau
perseorangan suatu hak untuk
melakukan kegiatan atau tindak
apapun
yang
bertujuan
menghancurkan hak atau kebebasan
yang diakui dalam kovenan ini atau
untuk membatasi hak atau kebebasan
tersebut lebih besar daripada yang
ditentukan oleh kovenan ini.
2.
Pembatasan atau penyimpangan dari
hak azasi manusia yang fundamental
manapun yang diakui atau terdapat
dalam suatu negara berdasarkan
undang-undang, kovensi, peraturan,
atau kebiasaan, tidak diperkenankan
dengan dalih bahwa kovenan ini tidak
mengakui
hak
tersebut
atau
mengakuinya secara lebih sempit.
Catatan :
Ketentuan Pembatasan
Kovenan ini tidak mengenal adanya hak
tertentu yang tidak bisa ditangguhkan
seperti halnya dalam ICCPR. Namun begitu,
Pasal 4 menyatakan bahwa pembatasan
yang dikenakan terhadap realisasi hak
haruslah ‘diatur dengan undang-undang’
dan harus dilakukan semata-mata demi
tujuan untuk mendahulukan (promoting)
kesejahteraan umum dalam masyarakat
yang demokratis.
Pasal 5
Pasal ini menetapkan dua larangan pokok
berikut :
3. Kewajiban Spesifik Negara Pihak
Pasal 6 – 15 yang termaktub dalam Bagian
III
merupakan
pasal-pasal
normatif,
merupakan
inti
dari
kovenan
ini.
Muatannya adalah sebagai berikut :
Pasal 6
Pasal ini menetapkan kewajiban negara
pihak untuk mengakui hak setiap orang atas
pekerjaan dan untuk mengambil langkah
yang tepat guna melindungi hak ini.
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
8
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
Pasal 7
Pasal ini menetapkan kewajiban negara
pihak untuk mengakui hak setiap orang
untuk menikmati kondisi kerja yang adil
dan baik serta menentukan secara garis
besar pokok-pokok yang dapat menjamin
kondisi kerja demikian.
Pasal 8
Pasal ini, yang terdiri dari tiga ayat,
menetapkan pokok-pokok berikut :
i. Hak setiap orang untuk membentuk
serikat buruh dan hak untuk bergabung
dengan serikat buruh pilihannya.
Pembatasan yang ditetapkan oleh
undang-undang dan yang perlu dalam
suatu masyarakat yang demokratis
demi kepentingan keamanan nasional
atau,
ii. Ketertiban
umum
atau
bagi
perlindungan hak dan kebebasan orang
lain.
iii. Hak serikat buruh untuk membentuk
federasi atau konfederasi nasional dan
hak federasi atau konfederasi nasional
untuk membentuk atau bergabung pada
organisasi serikat buruh internasional.
iv. Hak serikat buruh untuk bekerja secara
bebas
tanpa
pembatasan,
selain
pembatasan yang ditetapkan oleh
undang-undang dan yang perlu dalam
suatu masyarakat demokratis demi
kepentingan keamanan nasional atau
ketertiban
umum
atau
bagi
perlindungan hak dan kebebasan orang
lain.
v. Hak untuk melakukan pemogokan yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan
hukum negara yang bersangkutan.
vi. Pembatasan
hak-hak
sebagaimana
tersebut dalam ayat 1 dapat diterapkan
pada anggota angkatan bersenjata,
kepolisian atau pemerintahan negara.
vii. Larangan
pengambilan
tindakan
legislatif yang akan mengurangi atau
menerapkan hukum sedemikian rupa
yang akan mengurangi jaminan yang
ditetapkan dalam konvensi organisasi
Perburuhan Internasional mengenai
kebebasan berserikat dan kebebasan
berorganisasi tahun 1948.
Catatan :
Hak atas pekerjaan memiliki dua ranah
yang signifikan. Pertama, akses terhadap
kesempatan kerja dan hak untuk tidak
disingkirkan dari pekerjaan secara semenamena. Akses ke kesempatan kerja meliputi
kesamaan kesempatan termasuk nondiskriminasi, latihan dan pendidikan. Hak
untuk tidak disingkirkan dari pekerjaan
meliputi perlindungan dari pemecatan
semena-mena. Pasal 7 merupakan suplemen
dari hak bekerja yang diakui dalam Pasal 6.
Pasal 7 menjamin hak atas upah yang layak,
upah yang sama untuk pekerjaan yang
sama, non-diskriminasi dalam persyaratan
rekrutmen serta kondisi kerja yang aman
dan sehat.
Hak untuk membentuk dan bergabung
dengan serikat buruh ini diakui dalam Pasal
22 ICCPR dan juga dalam Konvensi ILO No.
87 dan 98. Pasal 8 kovenan ini berbeda dari
berbagai instrumen tersebut karena di sini
diakui hak mogok yang tidak diatur dalam
berbagai instrumen lain di atas.
Pasal 9
Pasal ini menetapkan kewajiban negara
pihak untuk mengakui hak setiap orang atas
jaminan sosial termasuk asuransi sosial.
Catatan :
Skema yang dapat menjadi rujukan
(merupakan identifikasi dari Komite Hak
Ekonomi, Sosial, dan Budaya) adalah :
• Pelayanan kesehatan;
• Jaminan bagi orang cacat (invalidity
benefits);
• Jaminan hari-tua;
• Jaminan kecelakaan kerja (employment
injury benefits);
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
9
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
• Asuransi
•
•
•
•
kesehatan (cash sickness
benefits);
Jaminan pengangguran;
Jaminan bagi yang selamat dari
kecelakaan (survivors’ benefits);
Jaminan keluarga;
Jaminan melahirkan (maternity benefits).
Pasal 10
Pasal ini yang terdiri dari tiga ayat,
mewajibkan negara pihak untuk mengakui
bahwa :
i.
Perlindungan dan bantuan seluas
mungkin harus diberikan kepada
keluarga;
ii. Perhatian khusus harus diberikan
kepada para ibu selama periode
sebelum dan sesudah melahirkan;
iii. Tindakan perlindungan dan bantuan
khusus harus diambil bagi anak dan
remaja tanpa diskriminasi.
Pasal 11
Pasal ini mewajibkan negara pihak untuk
mengakui dua hak sebagai berikut :
i.
ii.
Hak setiap orang atas standart
kehidupan yang memadai baginya
sendiri
dan
bagi
keluarganya,
termasuk pangan, sandang, dan
perumahan yang memadai;
Hak fundamental setiap orang untuk
bebas dari kelaparan.
Catatan :
Pasal 11 mencakup hak yang sangat luas.
Pasal ini memberikan hak atas standar
kehidupan
yang
layak,
hak
atas
peningkatan
kondisi
hidup
yang
berkesinambungan, serta hak atas pangan,
sandang dan papan yang memadai.
Hak atas pangan
Cakupannya hingga sejauh mana hak untuk
memperoleh cukup pangan telah terpenuhi
serta sumber-sumber informasi yang ada
mengenai hal ini. Informasi tersebut
berkenaan dengan :
(a) Informasi rinci (termasuk data
statistik yang dijabarkan menurut
area geografis yang berbeda-beda)
mengenai cakupan hingga sejauh
mana kelaparan dan/atau kurang gizi
terjadi. Terutama yang menyangkut
secara khusus kelompok-kelompok
yang rentan atau kurang diuntungkan
seperti buruh tani, petani kecil,
pengangguran desa, pengangguran
kota, kaum miskin perkotaan, buruh
migran,
masyarakat
terasing
(indigenous
peoples),
anak-anak,
kalangan lanjut usia, serta kelompokkelompok rawan lainnya. Juga setiap
perbedaan yang signifikan diantara
situasi kaum lelaki dan perempuan
dalam setiap kelompok;
(b) Informasi
mengenai
perubahanperubahan, jika memang terjadi
selama
periode
pelaporan
menyangkut
kebijakan
nasional,
perundang-undangan serta praktek
yang berpengaruh negatif pada akses
terhadap kecukupan pangan oleh
kelompok-kelompok ini maupun
sektor-sektor lainnya.
(c) Informasi mengenai langkah-langkah
reforma agraria yang ditempuh guna
menjamin
agar
sistem
agraria
dimanfaatkan secara efisien dalam
rangka
untuk
meningkatkan
keterjaminan pangan (food security) di
tingkat
rumah
tangga
tanpa
menimbulkan
dampak
negatif
terhadap martabat kemanusiaan baik
di
wilayah
pedesaan
maupun
perkotaan.
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
10
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
Hak atas pemukiman yang layak
Cakupan hak atas pemukiman tidak boleh
ditafsirkan secara sempit, apa ia harus
dilihat sebagai suatu hak untuk tinggal di
suatu tempat dengan rasa aman, damai dan
bermartabat. Hal ini sesuai dengan
setidaknya dua alasan. Pertama, hak atas
pemukiman secara integral terkait dengan
hak asasi manusia lainnya serta dengan
prinsip-prinsip dasar dimana Kovenan ini
dilandaskan. Maka dari itu, “martabat yang
melekat pada diri manusia” dimana hakhak dalam Kovenan ini konon berasal
mensyaratkan agar istilah “pemukiman”
ditafsirkan
dengan
cara
yang
memperhitungkan berbagai pertimbangan
lainnya, diantaranya yang paling penting
ialah bahwa hak atas pemukiman harus
dijamin
bagi
semua
orang
tanpa
memandang pendapatan atau aksesnya
terhadap sumber daya ekonomi. Kedua,
rujukan dalam pasal 11 (1) harus dipahami
sebagai merujuk tidak hanya kepada
pemukiman namun kepada pemukiman
yang layak. Pemukiman yang layak
menyangkut aspek aspek aspek legal atas
penguasaan, ketersediaan pelayanan (bahan
fasilitas dan infrastruktur), keterjangkauan,
aksesibilitas, kelayakan huni, aksesibilitas,
lokasi,
kelayakan
budaya,
sembari
mengakui bahwa faktor-faktor sosial,
ekonomi, budaya, iklim, ekologi serta
faktor-faktor lain turut berperan dalam
menentukan apa yang disebut sebagai
layak.
Pasal 12
Pasal ini mewajibkan negara untuk :
i.
Mengakui hak setiap orang untuk
menikmati
standart
kehidupan
tertinggi yang mungkin dicapai dalam
kesehatan fisik dan mentalnya;
ii. Akan mengambil langkah-langkah
untuk mencapai tujuan tersebut.
Catatan :
Cakupan hak atas kesehatan adalah
berkenaan dengan kesehatan jasmani dan
mental penduduk. Menyangkut seberapa
besar akses kepada perawatan kesehatan
tersedia bagi penduduk, serta kelompok
mana yang kesehatannya lebih buruk
dibanding mayoritas penduduk sehingga
memberikan konsekuensi perlindungan
yang lain dalam segi-segi aksional
implementasi hak atas kesehatan. Hak atas
kesehatan meliputi hak atas lingkungan
yang aman dan sehat.
Pasal 13
Pasal ini menyangkut hak atas pendidikan ,
merupakan pasal terpanjang dari pasalpasal normatif kovenan ini. Pasal ini
menetapkan pokok-pokok berikut dalam
bidang pendidikan :
i.
Negara wajib mengakui hak
setiap orang atas pendidikan.
Pendidikan
harus
diarahkan
pada perkembangan kepribadian
manusia
seutuhnya
dan
kesadaran akan harga dirinya,
dan memperkuat penghormatan
atas
hak-hak
asasi
dan
kebebasan
manusia
yang
mendasar.
Pendidikan
harus
memungkinkan
semua
orang
untuk
berpartisipasi
secara
efektif dalan suatu masyarakat
yang bebas, meningkatkan rasa
pengertian,
toleransi
serta
persahabatan
antar
semua
bangsa dan semua kelompok,
ras, etnis atau agama, dan lebih
memajukan
kegiatan-kegiatan
Perserikatan
Bangsa-Bangsa
untuk memelihara perdamaian.
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
11
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
ii. Negara wajib mengakui dan
mengupayakan
hak
tersebut
secara penuh, melalui :
a. Pendidikan
dasar
harus
diwajibkan
dan
tersedia
secara
cuma-cuma
bagi
semua orang;
b. Pendidikan lanjutan dalam
berbagai
bentuknya,
termasuk pendidikan teknik
dan
kejuruan
tingkat
lanjutan
pada
umumnya,
harus tersedia dan terbuka
bagi semua orang dengan
segala cara yang layak, dan
khususnya
melalui
pengadaan pendidikan cumacuma secara bertahap;
c. Pendidikan tinggi juga harus
tersedia bagi semua orang
secara merata atas dasar
kemampuan, dengan segala
cara yang layak, khususnya
melalui
pengadaan
pendidikan
cuma-cuma
secara bertahap;
d. Pendidikan mendasar harus
sedapat mungkin didorong
atau
ditingkatkan
bagi
orang-orang
yang
belum
mendapatkan
atau
menyelesaikan
pendidikan
dasar mereka;
e. Pengembangan suatu sistem
sekolah
pada
semua
tingkatan harus secara aktif
diupayakan, suatu sistem
beasiswa
yang
memadai
harus dibentuk dan kondisikondisi materiil staf pengajar
harus
terus
menerus
diperbaiki.
iii. Negara pihak diharuskan untuk
menghormati
kebebasan
orangtua dan wali yang sah
untuk memilih sekolah bagi
anak-anak
mereka
dan
memastikan bahwa pendidikan
agama dan moral anak-anak
mereka sesuai dengan keyakinan
mereka.
iv. Tidak satupun ketentuan dalam
pasal ini yang dapat ditafsirkan
sebagai
pembenaran
untuk
mencampuri kebebasan individu
dan
badan-badan
untuk
mendirikan
dan
mengurus
lembaga-lembaga
pendidikan
sepanjang prinsip-prinsip yang
dikemukakan ayat 1 Pasal ini
selalu diindahkan.
Pasal 14
Pasal ini memberikan kelonggaran kepada
negara pihak yang pada waktu menjadi
pihak dalam kovenan ini belum mampu
menerapkan pendidikan dasar wajib dan
cuma-cuma untuk, dalam waktu dua tahun,
menyusun dan menerima rencana aksi yang
terperinci bagi pelaksanaan bertahap
prinsip wajib belajar cuma-cuma bagi semua
orang.
Pasal 15
Pasal ini berkenaan dengan hak-hak di
bidang budaya dan ilmu pengetahuan :
i.
Negara wajib mengakui hak setiap
orang untuk berpartisipasi dalam
kehidupan budaya. Untuk menikmati
manfaat
dari
kemajuan
ilmu
pengetahuan
dan
penerapannya;
untuk memperoleh manfaat dari
perlindungan atas kepentingan moral
dan material yang timbul dari karya
ilmiah, sastra atau seni yang telah
diciptakannya.
ii. Langkah-langkah yang harus
diambil oleh Negara Pihak pada
Kovenan ini untuk mencapai
perwujudan sepenuhnya dari
hak ini, harus meliputi pula
langkah-langkah
yang
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
12
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
diperlukan guna melestarikan,
mengembangkan
dan
menyebarkan ilmu pengetahuan
dan kebudayaan.
iii. Negara wajib menghormati kebebasan
yang mutlak diperlukan untuk
penelitian ilmiah dan kegiatan yang
kreatif.
iv. Mengharuskan
negara
untuk
mengakui
manfaat
yang
akan
diperoleh
dari
pemajuan
dan
pengembangan
hubungan
dan
kerjasama internasional di bidang
ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Catatan :
Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya dalam
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Undang-undang Nomor Tahun 1999
tentang HAM yang diundangkan pada 23
September
1999
dibuat
untuk
mentransformasikan pokok-pokok yang
tercantum dalam ketetapan MPR Nomor
XVII/ MPR/ 1998 tentang HAM, undangundang ini mencakup hak-hak sipil dan
politik dan hak ekonomi, sosial, dan
4. Pelaporan
ekonomi disamping ketentuan lain yang
berkaitan dengan kewajiban dasar manusia,
kewajiban dan tanggung jawab pemerintah,
pembatasan dan pelarangan, Komisi
Nasional HAM, pengadilan HAM.
Hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya
yang terdapat dalam undang-undang ini
meliputi :
a.
b.
Hak atas pekerjaan (pasal 6);
Hak untuk mendirikan serikat pekerja
(pasal 38);
c. Hak atas jaminan sosial (pasal 41
ayat 1);
d. Hak atas tempat tinggal dan
kehidupan yang layak (pasal40);
e. Hak atas pendidikan (pasal 12);
f. Hak
atas
pengembangan
dan
perolehan
manfaat
dari
ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni, dan
budaya (pasal 13).
Hak-hak yang tercantum dalam undangundang ini adalah bersifat pokok, detail dan
rinciannya harus dicari pada peraturan
perundang-undangan yang relevan.
i.
Bagian IV dalam kovenan ini mengatur
mengenai segi-segi pelaporan, yang terbagi
dalam dua hal :
Pasal-pasal
yang
menetapkan
tanggung jawab dan kewenangan
negara pihak (pasal 16, 17, dan 20).
ii. Pasal-pasal
yang
menetapkan
tanggung jawab dan wewenang
ECOSOC (pasal 18, 19, 21, dan 22).
5. Tanggung Jawab dan Kewenangan Negara Pihak
Pasal 16
a.
Mewajibkan negara pihak, sesuai
dengan bagian dari Kovenan ini,
untuk
menyampaikan
laporan
mengenai langkah-langkah yang telah
diambil, dan kemajuan yang telah
dicapai dalam pematuhan hak-hak
yang diakui dalam Kovenan ini.
Semua
laporan
harus
disampaikan
pada
Sekretaris
Jenderal Perserikatan BangsaBangsa
yang
akan
menyampaikan salinan kepada
Dewan Ekonomi dan Sosial,
untuk dipertimbangkan sesuai
ketentuan Kovenan ini;
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
13
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
b.
Sekretaris Jenderal Perserikatan
Bangsa-Bangsa
juga
harus
menyampaikan salinan laporan
atau
bagian
laporan
yang
relevan
dari
negara-negara
Pihak kovenan ini yang juga
adalah
anggota
dari
badan
khusus, kepada Badan-Badan
Khusus
tersebut
sepanjang
laporan-laporan tersebut atau
bagian
darinya
berhubungan
dengan masalah-masalah yang
menjadi kewenangan dari Badan
Khusus tersebut sesuai dengan
instrumen konstitusinya.
2.
Laporan tersebut menunjukkan
faktor-faktor
dan
kesulitankesulitan yang mempengaruhi
tingkat pemenuhan kewajibankewajiban dalam kovenan ini.
3.
Apabila
sebelumnya
telah
diberikan
informasi
yang
relevan
kepada
Perserikatan
Bangsa-Bangsa atau pada suatu
Badan Khusus oleh Negara
Pihak pada Kovenan ini, maka
informasi tersebut tidak lagi
perlu diberikan, tetapi cukup
dengan merujuk secara jelas
pada informasi yang pernah
diberikannya tersebut.
Pasal 17
Pasal 20
1. Laporan
negara
pihak
disampaikan secara bertahap,
sesuai dengan program yang
ditetapkan oleh Dewan Ekonomi
dan Sosial dalam jangka waktu
satu tahun sejak Kovenan ini
mulai
berlaku,
setelah
berkonsultasi dengan Negara
Pihak dan Badan Khusus yang
bersangkutan.
Negara Pihak pada Kovenan ini dan Badanbadan Khusus yang terkait, dapat
menyampaikan
tanggapan-tanggapan
kepada Dewan Ekonomi dan Sosial tentang
rekomendasi sesuai dengan pasal 19, atau
mengenai rujukan terhadap rekomendasi
umum tersebut, dalam setiap laporan
Komisi Hak Asasi Manusia atau dokumen
yang dirujuk di dalamnya.
6. Tanggung Jawab dan Kewenangan ECOSOC
Pasal 18
Sesuai dengan tanggung jawabnya
menurut Piagam Perserikatan BangsaBangsa di bidang hak-hak asasi dan
kebebasan manusia yang mendasar,
Dewan Ekonomi dan Sosial bersamasama dengan Badan-badan
Khusus
dapat menyusun laporan tentang
kemajuan
yang
dicapai
dalam
mematuhi ketentuan-ketentuan dalam
Kovenan ini dalam hal-hal yang
termasuk
dalam
ruang
lingkup
kegiatan mereka. Laporan-laporan ini
dapat mencakup hal-hal khusus dari
keputusan dan rekomendasi terhadap
penerapan
tersebut
yang
telah
disetujui
oleh
organ-organ
yang
berwenang.
Pasal 19
Dewan
Ekonomi
dan
Sosial
dapat
menyampaikan pada Komisi Hak Asasi
Manusia, laporan-laporan mengenai hak
asasi
manusia
yang
disampaikan
oleh
Negara-negara Pihak sesuai dengan pasal 16
dan 17, dan laporan-laporan mengenai hak
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
14
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
asasi
manusia
yang
disampaikan
oleh
Badan-badan Khusus sesuai dengan pasal
18,
untuk
dipelajari
dan
diberikan
rekomendasi umum, atau sekedar untuk
informasi belaka.
Pasal 22
Dewan Ekonomi dan Sosial dapat meminta
perhatian badan-badan Perserikatan Bangsa
Bangsa lainnya, Badan Perlengkapan dan
Badan-badan Khusus yang bersangkutan
Pasal 21
untuk memberikan bantuan teknis, tentang
Dewan Ekonomi dan Sosial dari waktu ke
hal-hal yang timbul dari laporan-laporan
waktu dapat menyampaikan kepada Majelis
yang diatur dalam bagian ini, yang dapat
Umum Perserikatan Bangsa Bangsa, dan
membantu badan-badan tersebut dalam
ringkasan dari informasi yang diterima dari
memutuskan kelayakan langkah-langkah
Negara Pihak pada Kovenan ini dan Badan-
internasional
badan Khusus, tentang langkah-langkah
penerapan Kovenan ini secara bertahap dan
yang telah diambil dan kemajuan yang
efektif,
dibuat yang telah dicapai dalam mematuhi
masing-masing.
sesuai
yang
dapat
dengan
mendukung
kewenangannya
hak-hak yang diakui dalam Kovenan ini.
7. Aksi Internasional
Pasal 23
Catatan :
Negara Pihak pada Kovenan ini setuju
bahwa tindakan internasional untuk
pemenuhan hak-hak yang diakui dalam
kovenan ini mencakup metode-metode
seperti
penandatanganan
konvensi,
penetapan
rekomendasi,
pemberian
bantuan teknis serta penyelenggaraan
pertemuan-pertemuan
regional
dan
pertemuan
teknis
untuk
keperluan
konsultasi dan pengkajian, yang dilakukan
bersama dengan pemerintah-pemerintah
yang bersangkutan.
Berdasarkan Pasal 23, negara-negara pihak
menyepakati bahwa aksi internasional bagi
pencapaian hak-hak yang diakui dalam
kovenan ini mencakup metode sebagai
berikut :
a.
b.
c.
d.
Pembuatan konvensi;
Penerimaan rekomendasi;
Pemberian bantuan teknis;
Penyelenggaraan pertemuan regional
dan pertemuan teknis dengan maksud
untuk dapat mengadakan konsultasi
dan studi yang diorganisasikan
bersama dengan negara-negara pihak
yang bersangkutan.
8. Organ-organ PBB dan Badan Khusus
rupa sehingga mengurangi ketentuan dalam
Pasal 24
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
Tidak ada satu hal pun ketentuan dalam
konstitusi dari Badan-badan Khusus yang
Kovenan ini dapat ditafsirkan sedemikian
menetapkan atas tanggung jawab masing-
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
15
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
masing badan Perserikatan Bangsa-Bangsa
masalah-masalah
dan Badan Khususnya, berkenaan dengan
Kovenan ini.
yang
diatur
dalam
9. Hak Inherent Rakyat atas Kekayaan dan Sumber Daya Alam
yang melekat dari semua bangsa untuk
Pasal 25
menikmati dan memanfaatkan kekayaan
Pasal 25 menandaskan bahwa tidak ada satu
dan sumber daya alam mereka secara bebas
hal pun dalam Kovenan ini yang dapat
dan penuh.
ditafsirkan sehingga mengurangi hak-hak
10. Ketentuan Penutup
Ketentuan penutup mengatur masalahmasalah prosedural yang memuat hal
pokok-pokok sebagai berikut :
Pasal 26
i.
Menyatakan bahwa kovenan ini
terbuka untuk ditandatangani
oleh setiap Negara Anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa atau
anggota
dari
Badan-badan
Khususnya, oleh Negara Pihak
pada
Statuta
Mahkamah
Internasional dan oleh Negara
lainnya yang telah diundang
oleh Majelis Umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk menjadi
Pihak pada Kovenan ini.
ii. Harus diratifikasinya Kovenan,
bahwa
semua
instrumen
ratifikasi harus diserahkan pada
Sekretaris Jenderal Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk disimpan.
iii. Terbukanya kovenan ini terbuka
untuk diaksesi oleh Negara
dengan merujuk pada ayat 1
pasal ini.
iv. Aksesi akan berlaku dengan
diserahkannya instrumen aksesi
pada
Sekretaris
Jenderal
Perserikatan
untuk disimpan.
Bangsa-Bangsa
v. Kewajiban Sekretaris Jenderal
Perserikatan
Bangsa-Bangsa
untuk memberitahukan kepada
semua
Negara
yang
telah
menandatangani Kovenan ini
atau yang telah melakukan
aksesi, mengenai penyimpanan
setiap instrumen ratifikasi atau
aksesi.
Pasal
27
Pasal ini mengatur mulai berlakunya
kovenan, menetapkan :
i.
Bahwa kovenan akan mulai
berlaku
tiga
bulan
setelah
tanggal
diserahkannya
instrumen
ratifikasi
atau
instrumen aksesi yang ketiga
puluh lima untuk disimpan pada
Sekretaris Jenderal Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
ii. Setiap negara yang meratifikasi
atau melakukan aksesi atas
Kovenan
ini
setelah
disimpannya
instrumen
ratifikasi atau aksesi yang ketiga
puluh lima, Kovenan ini akan
mulai berlaku tiga bulan setelah
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
16
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
tanggal disimpannya instrumen
ratifikasi atau aksesi tersebut.
Pasal 28
Pasal ini, berlaku bagi negara-negara
pihak
yang
berbentuk
federal,
menetapkan
bahwa
kovenan
ini
berlaku di semua bagian negara
federal yang bersangkutan, tanpa
pembatasan
atau
pengecualian
apapun.
Pasal 29
Pasal ini mengatur mengenai kemungkinan
proses perubahan kovenan, memuat pokokpokok hal sebagai berikut :
i.
Negara Pihak dalam kovenan ini
dapat mengusulkan perubahan
dan
menyampaikannya
pada
Sekretaris Jenderal Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
Sekretaris
Jenderal harus memberitahukan
setiap
usulan
perubahan
tersebut kepada semua Negara
Pihak, dengan permintaan untuk
memberitahukan
padanya
apakah mereka setuju diadakan
Konferensi negara-negara Pihak
untuk membahas dan melakukan
pemungutan
suara
terhadap
usulan
tersebut. Dalam hal
sekurang-kurangnya
sepertiga
dari Negara Pihak menyetujui
diadakannya
konferensi,
Sekretaris
Jenderal
akan
mengadakan
konferensi
di
bawah
naungan
Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Perubahan yang
ditetapkan
oleh
mayoritas
Negara Pihak yang hadir dan
yang memberikan suara pada
konferensi harus disampaikan
pada Majelis Umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk mendapat
persetujuan.
ii. Perubahan-perubahan
mulai
berlaku apabila disetujui oleh
Majelis
Perserikatan
BangsaBangsa,
dan
diterima
oleh
duapertiga mayoritas Negaranegara Pihak Kovenan ini sesuai
prosedur
konstitusi
masingmasing.
iii. Apabila
perubahan-perubahan
telah berlaku, maka perubahanperubahan
tersebut
akan
mengikat Negara-negara Pihak
yang telah menerimanya, sedang
negara Pihak lainnya masih
tetap terikat pada ketentuanketentuan Kovenan ini dan
perubahan-perubahan terdahulu
yang telah mereka terima.
Pasal 30
Tanpa mengindahkan pemberitahuan
yang dibuat menurut pasal 26 ayat 5,
Sekretaris
Jenderal
Perserikatan
Bangsa-Bangsa harus menyampaikan
kepada semua Negara yang dimaksud
dalam ayat 1 dari pasal tersebut halhal sebagai berikut :
a. Penandatanganan, ratifikasi dan
aksesi sesuai dengan pasal 26;
b. Tanggal
mulai
berlakunya
Kovenan ini sesuai dengan pasal
27 dan tanggal mulai berlakunya
perubahan-perubahan
sesuai
dengan pasal 29.
Pasal ini menetapkan tugas Sekretaris
Jendral PBB untuk memberitahukan semua
negara yang telah menandatangani atau
mengaksesi kovenan ini, untuk menyimpan
setiap piagam ratifikasi atau aksesi dan
memberitahukan negara-negara yang dapat
menandatangani atau menjadi pihak dalam
kovenan ini.
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
17
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
Pasal 31
Pasal terakhir ini menetapkan pokok-pokok
yang berkenaan dengan penyimpanan
naskah asli, salinan naskah asli, serta
bahasa-bahasa yang dipergunakan oleh
kovenan.
i.
Teks Kovenan ini yang dibuat
dalam bahasa Cina, Inggris,
Perancis, Rusia dan Spanyol,
mempunyai
kekuataan
yang
sama, akan disimpan pada arsip
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
ii. Sekretaris Jenderal Perserikatan
Bangsa-Bangsa
harus
menyampaikan salinan resmi
dari Kovenan ini pada semua
Negara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26.
3. PEMANTAUAN
Sistem Pemantauan diatur dalam
pasal 16-22 kovenan Internasional
tentang hak ekonomi, sosial, dan
budaya :
a. negara-negara
pihak
menyampaikan laporan kepada
Sekretaris Jendral PBB;
b. Sekretaris
Jendral
PBB
menyampaikan salinan laporan
negara pihak yang bersangkutan
kepada
ECOSOC
untuk
dipelajari;
c. Selanjutnya, apabila dianggap
perlu,
ECOSOC
dapat
menyampaikan
laporan
termaksud kepada Komisi HAM
untuk
dipelajari,
diberi
rekomendasi
umum,
atau
diketahui;
d. Negara pihak yang bersangkutan
dapat
menyampaikan
tanggapannya atas rekomendasi
umum yang dibuat oleh Komisi
HAM tersebut kepada ECOSOC;
e. ECOSOC dari waktu ke waktu
dapat menyampaikan laporan
beserta rekomendasi umum serta
ringkasan
informasi
yang
diterimanya dari negara-negara
pihak dan dari badan-badan
khusus yang
bersangkutan
kepada Majelis umum PBB;
f.
ECOSOC
dapat
meminta
perhatian
organ-organ
PBB
lainnya,
badan-badan
bawahannya dan badan-badan
khusus pemberi bantuan teknis,
masalah
yang
timbul
dari
laporan yang disampaikan oleh
negara–negara
pihak
atau
badan-badan
khusus,
yang
mungkin
dapat
membantu
organ-organ atau badan-badan
khusus
tersebut
dalam
memutuskan,
sesuai
dengan
kompetensinya masing-masing,
kemungkinan
diambilnya
tindakan
internasional
yang
diperkirakan akan menyumbang
implementasi progresif kovenan;
g. Disepakatinya
oleh
negaranegara pihak jenis-jenis tindakan
internasional
pembuatan
konvensi,
penerimaan
rekomendasi,
pemberian
bantuan
teknis
dan
penyelenggaraan
pertemuan
regional dan pertemuan teknis
dengan maksud untuk dapat
mengadakan
konsultasi
dan
studi
yang
diorganisasikan
bersama dengan negara-negara
yang bersangkutan.
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
18
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
Kovenan ini tidak memuat ketentuan
tentang badan pemantauan pelaksanaan
instrumen
tersebut,
padahal
badan
demikian dianggap perlu, maka pada tahun
1985 dengan Resolusi 1985/ 17 ECOSOC
menyepakati pembentukan Committee on
Economic, Social, and Cultural Rights (Komite
tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya)
yang beranggotakan delapan belas orang.
4. KOMITE HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA
Meningkatnya penekanan akan pentingnya
hak-hak ekonomi, sosial dan budaya di
dalam sistem PBB berikut tekanan dari
beberapa
pemerintahan
serta
NGO
mengakibatkan
ditinjaunya
sistem
pemantauan Kovenan. Dengan resolusi
yang ditelurkan pada tahun 1985, ECOSOC
memberi wewenang bagi pembentukan
suatu komite independen yang terdiri atas
delapan belas orang anggota guna
memantau implementasi Kovenan.
Komite tersebut diberi nama Komite Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya. Komite ini
selanjutnya menjadi suatu organ di bawah
ECOSOC dan bukan merupakan perwakilan
dari Negara Peserta Kovenan. Dengan
demikian maka status Komite ini berbeda
dari komite-komite lain yang dibentuk
berdasarkan berbagai pakta hak asasi
manusia lainnya. Anggota-anggota Komite
Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya dipilih
untuk masa bakti selama empat tahun. Lima
belas anggota dipilih masing-masing
dengan jumlah yang sama dari lima
kelompok regional (Afrika, Asia, Eropa
Timur, Amerika Latin, dan Eropa Barat).
Tiga
kursi
sisanya
dibagi
sesuai
peningkatan jumlah Negara Peserta di
masing-masing region. Komite bertemu
selama tiga minggu setiap tahunnya.
Namun begitu, Komite juga berhasil
meningkatkan sidang-sidangnya dengan
menyelenggarakan sidang-sidang istimewa
pada tahun 1990, 1993 dan 1994.
Perumusan Protokol Opsional
Selain meningkatkan kualitas proses
pelaporan dan mengklarifikasikan isi
ketentuan-ketentuan Kovenan, komite juga
menaruh perhatian pada perlindungan
efektif atas hak-hak yang terkandung dalam
Kovenan. Untuk maksud ini, Komite telah
membahas
usulan
bagi
penyusunan
rancangan suatu protokol opsional dari
Kovenan. Usulan dimaksud menyangkut
pelembagaan
mekanisme
pengaduan
dengan mana individu bisa mengajukan
pengaduan
jika
Negara
melakukan
pelanggaran terhadap
hak-hak yang
terkandung dalam Kovenan.
Komite telah mengadopsi “naskah analitis”
terpadu yang diajukannya pada Konferensi
Dunia mengenai Hak Asasi Manusia (World
Conrefense on Human Rights). Dalam naskah
analitis, Komite menekankan aspek-aspek
berikut :
a.
Protokol apapun bagi Kovenan
Internasional Hak Ekonomi, Sosial
dan Budaya secara tegas akan bersifat
opsional dan karenanya hanya akan
berlaku bagi Negara Peserta yang
secara spesifik menyetujuinya dengan
cara ratifikasi atau menyatakan
keikut-sertaannya;
b.
Prinsip umum yang mengijinkan
penyerahan pengaduan
berdasar
suatu prosedur internasional dalam
hubungannya
dengan
hak-hak
ekonomi, sosial dan budaya sama
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
19
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
sekali bukanlah barang baru ataupun
inovatif, mengingat preseden yang
telah ada di lingkungan Organisasi
Buruh Sedunia (ILO), Organisasi PBB
untuk Pendidikan, Sains dan Budaya
(UNESCO), Resolusi prosedur 1503
dari Dewan Ekonomi dan Sosial
(ECOSOC), Protokol Tambahan pada
Konvensi Amerika mengenai Hak
Asasi Manusia di Bidang Hak
Ekonomi,
Sosial
dan
Budaya
(Additional Protocol to the American
Convention on Human Rights in the Area
of Economic, Social and Cultural Rights)
(Protokol San Salvador, 1988), serta
berbagai usulan yang saat ini tengah
dipertimbangkan oleh Council of
Europe;
c.
Pengalaman sejauh ini dengan
banyaknya
prosedur
petisi
internasional yang ada menunjukkan
tidak adanya dasar bagi kekhawatiran
bahwa suatu protokol opsional akan
melahirkan
pengaduan;
sejumlah
besar
d. Dengan prosedur protokol opsional
itu nanti, Negara Peserta tetap
memegang keputusan akhir mengenai
apa yang akan dilakukan sehubungan
dengan setiap pandangan yang
diadopsi oleh Komite; dan
e.
Bahwa
apabila
prinsip
tak
terpisahkan, saling ketergantungan
dan saling keterkaitan antara dua
perangkat hak harus dipegang teguh
dalam tata kerja PBB, adalah
merupakan hal yang penting jika
suatu
prosedur
pengaduan
dikembangkan
bagi
Kovenan
Internasional Hak Ekonomi, Sosial
dan Budaya, sehingga ketidakseimbangan yang kini ada akan bisa
diperbaiki.
5. PENUTUP
Deskripsi kasus yang dipaparkan di bawah
ini dimaksudkan untuk mengurai kembali
pemahaman peserta mengenai perspektif
hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya dalam
memandang sebuah permasalahan. Studi
kasus APBN 2003 ini menarik untuk dikaji
baik dari segi hukum nasional maupun
korelasinya
dengan
hukum
HAM
internasional.
5.1. SKETSA KASUS : MENUJU ANGGARAN NEGARA YANG BERBASIS
HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA
APBN 2003 tidak beda jauh dari profil
APBN 2002, baik dari segi struktur maupun
besaran alokasi bagi pos-pos anggaran ke
masing-masing sektor tidak ada perubahan
yang signifikan. Sifat historis yang melekat
dalam APBN 2003 terhadap APBN-APBN
sebelumnya masih pekat terlihat, artinya
politik anggarannya sama sekali tidak
berubah meskipun hingga tahun keempat
pemerintahan pasca Soeharto performa
APBN tidak menunjukkan progress yang
cukup baik. Dalam APBN 2003 terjadi
penurunan dalam pembiayaan proyek yang
berasal dari penerimaan luar negeri dalam
pengeluaran pembangunan sebesar 6,93 T
(dari 25,83 trilliun pada APBN 2002 menjadi
18,9 trilliun di APBN 2003), pola
pembelanjaan dalam pos-pos alokasi per
sektor
(subsektor)
menunjukkan
kecenderungan yang kurang lebih sama
dengan anggaran-anggaran sebelumnya.
Pengeluaran pembangunan tahun 2003 yang
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
20
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
berkait langsung dengan pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat seperti
pendidikan,
kesehatan,
pangan,
dan
perumahan tidak juga terlihat signifikan
perubahannya (lihat table I). Dari segi nilai
nominal memang ada peningkatan dari
tahun sebelumnya, namun apakah sudah
diperhitungkan kecenderungan semakin
lemahnya kemampuan masyarakat untuk
bertahan hidup secara layak. Sementara
kebijakan di sektor ekonomi sangat tidak
menstimulus perbaikan sektor riil ekonomi
dan pengadaan lapangan kerja, sementara
di sisi lain pengeluaran untuk pembayaran
1.
2.
3.
4.
bunga utang, totalnya Rp 81,98 trilliun (43,5
% dari pengeluaran rutin) hal ini
mencerminkan bahwa politik anggaran
pemerintah sangat menghamba pada
kepentingan kreditor. Bahkan jika ditotal
sektor pendidikan, kesehatan, pangan, dan
perumahan hanya 6,8 % dari total belanja
negara,
jika
dibandingkan
dengan
pengeluaran negara untuk pembayaran
bunga utang menyerap 22,14 % lebih
dramatis lagi jika disandingkan dengan
pengeluaran rutin pemerintah pusat
sebesar 50,89 % dari total belanja negara.
Tabel I
Pengeluaran Pembangunan Bidang yang Terkait dengan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Masyarakat APBN 2003
% terhadap
% terhadap
pengeluaran
belanja
Sektor/ Sub sektor
Jumlah
pembangunan
negara
Pendidikan,
Kebudayaan
Nasional,
13,6
20,8 %
3,6 %
Pemuda dan Olah Raga
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial dan
5,4
8,3 %
1,4 %
Pemberdayaan Perempuan
Subsidi Pangan
4,8
7,4 %
1,3 %
Perumahan
1,5
2,3 %
0,4 %
(dalam trilliun) Sumber : Pidato kenegaraan Presiden RUU APBN 2003.
Anggaran pembangunan dalam APBN 2003
pada sektor pendidikan diprioritaskan
untuk percepatan penuntasan program
wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
Kegiatan utamanya adalah rehabilitasi,
revitalisasi dan pembangunan unit sekolah
baru di SD dan madrasah ibtidaiyah dan
SLTP
serta
madrasah
tsanawiyah,
pembangunan satuan pendidikan khusus
seperti SD dan SLTP terbuka, pelaksanaan
pendidikan luar sekolah dan pemberian
beasiswa kepada siswa yang berasal dari
keluarga yang kurang mampu.
Perubahan keempat UUD 1945, pasal 31
ayat (4) menyatakan :
“ Negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan
dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional.”
Amandemen
pasal
31
UUD
1945
menjadikan alas hukum
bagi bidang
pendidikan dalam derajat pertama tata
perundang-undangan, artinya perintah
undang-undang dasar harus diterjemahkan
dalam perundang-undangan di bawahnya.
Dengan
pernyataan
konstitusi
yang
demikian maka mengisyaratkan secara
eksplisit tentang kewajiban negara untuk
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
21
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
melakukan (obligation of conduct). Dengan
landasan tersebut maka pemantauan
terhadap kewajiban atas hasil (obligation of
result ) dari negara menjadi lebih mudah.
Keputusan untuk memberikan prosentase
dalam standart nominal anggaran negara
tersebut sangat masuk akal, survey dari
Political and Economic Risk Consultancy tahun
2001 (PERC) menunjukkan bahwa sistem
pendidikan di Indonesia terburuk di
kawasan Asia. Dari 12 negara yang disurvei,
Indonesia menduduki urutan ke 12
setingkat di bawah Vietnam. Buruknya
kondisi
pendidikan
di
Indonesia,
merupakan cerminan dari pengabaian
negara atas pemenuhan pendidikan dasar.
Estimasi bahwa saat ini lebih kurang 7,5 juta
anak usia wajib belajar terancam tidak bisa
menyelesaikan
pendidikan
dasarnya
merupakan peringatan akan datangnya
ancaman lost generation. Jadi, melalui
perubahan keempat UUD 1945 pasal 31 ayat
(4) tersebut negara harus mengambil
langkah nyata dalam kapasitas sebagai
kewajiban progresif untuk mencapai hasil
yang maksimal dengan sumber daya yang
dimilikinya. Dengan proporsi 3,6 % dari
total belanja negara pemajuan kualitas
sumber daya manusia melalui bidang
pendidikan masih sangat jauh dari apa yang
diharapkan.
Hal serupa juga terjadi di sektor kesehatan,
dimana pengeluaran negara untuk bidang
kesehatan hanya berkisar 1,4 % dari total
belanja negara, angka tersebut jauh dari
standart minimum internasional dalam
pengganggaran negara di bidang kesehatan
yang 15 % dari total belanja negara.
Anggaran tahun 2003 pengalokasiannya
akan dialokasikan untuk beberapa sektor
tertentu yang dianggap prioritas. Sektorsektor tersebut, adalah : masyarakat
miskin/rentan melalui program Kartu
Sehat, publik goods melalui penyediaan
vaksin, obat, penyuluhan dan penerbitan
dokumen acuan kesehatan, peningkatan
upaya kesehatan dasar dan rujukan di
Puskesmas dan RS Umum, pemerataan
untuk daerah terpencil dan Kawasan Timur
Indonesia. Jadi bisa dipastikan Human
Development Index Indonesia tahun-tahun ke
depan dipastikan kondisinya tidak jauh dari
prestasi HDI Indonesia tahun 2002 yang
menempati rangking 110, setingkat di
bawah Vietnam.
Ketidakberpihakan
pemerintah
dalam
pengalokasian anggaran bagi pengeluaranpengeluaran yang berkait erat dengan
pemenuhan kebutuhan
dasar rakyat
nampak
dari
besaran-besaran
pos
pengeluaran
belanja
negara
baik
pengeluaran rutin maupun pembangunan.
Pengeluaran rutin menyerap 50,89 % total
belanja negara, pos pembayaran bunga
hutang tahun APBN 2003 total 43,5% dari
pengeluaran rutin. Kontras sekali dengan
pengeluaran pembangunan yang berasal
dari pembiayaan dalam negeri yang hanya
dialokasikan 13,9 % dari total penerimaan
dalam negeri.
Tabel II menunjukkan bahwa belanja publik
untuk pendidikan, kesehatam, pangan, dan
perumahan dalam tahun anggaran 2002 dan
2003 rata-rata hanya 6 % dari penerimaan
dalam negeri.
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
22
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
Tabel II
Persentase belanja publik (pendidikan, kesehatan, pangan, dan perumahan)
terhadap penerimaan dalam negeri
Penerimaan
Pembelanjaan publik
% belanja publik
Dalam
(pengeluaran pembangunan)
terhadap
Negeri
penerimaan dalam
negeri
APBN 2002
301,87
1
Pendidikan
9,7
3,2 %
2
Kesehatan
3,5
1,2 %
3
Pangan
0,6
0,2 %
4
Perumahan
0,2
0,05 %
RAPBN
330,90
1
Pendidikan
13,6
4,1 %
2003
2
Kesehatan
5,4
1,6 %
3
Pangan
4,8
1,4 %
4
Perumahan
1,5
0,5 %
(dalam triliiun rupiah)
Dalam APBN 2002 anggaran belanja negara untuk pertahanan dan keamanan lebih besar dari
pada pengeluaran negara untuk pendidikan, kesehatan, pangan, dan perumahan (lihat table III).
Tabel III
Belanja Negara (pengeluaran rutin dan pembangunan) APBN 2002
% terhadap
%
Sektor/ Sub sektor Jumlah
Sektor
Jumlah
belanja
terhadap
negara
belanja
negara
Pendidikan
14,6
4,2 %
Pertahanan
&
16,8
4,9 %
Keamanan
Kesehatan
&
4,1
1,2 %
Politik
2,6
0,8 %
Kesejt. sosial
Pangan
0,6
0,2 %
Aparatur Negara
7,1
2,1 %
Perumahan
0,2
0,1 %
Pembayaran
88,50
25,7 %
bunga utang
Catatan :
1.
Dalam Undang-undang Nomor 39
Tahun 1999 telah termuat hak-hak
ekonomi, sosial, dan budaya, yakni :
•
Hak atas pekerjaan (pasal 6);
•
•
•
Hak untuk mendirikan serikat
pekerja (pasal 38);
Hak atas jaminan sossial (pasal 41
ayat 1);
Hak atas tempat tinggal dan
kehidupan yang layak (pasal 40);
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
23
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
•
2.
• Hak atas pendidikan (pasal 12);
Hak atas pengembangan dan perolehan
manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni, dan budaya (pasal 13).
3) Setiap orang berhak atas
jaminan
sosial
yang
memungkinkan
pengembagan
dirinya
secara
utuh
sebagai
manusia yang bermartabat.
Dalam perubahan kedua UUD 1945,
BAB X A tentang Hak azasi Manusia
dalam pasal 28 C dan 28 H yang
berbunyi :
•
3.
UUD
1945
(3)
Perubahan keempat UUD 1945, pasal 31
ayat (4) menyatakan :
“Negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan
dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional.”
4.
Pasal 28 H ayat 1, 2, dan 3 :
1) Setiap
berhak
hidup
sejahtera lahir dan batin,
bertempat
tinggal
dan
mendapatkan
lingkungan
hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
2) Setiap
orang
berhak
mendapat kemudahan dan
perlakuan khusus untuk
memperoleh
kesempatan
dan manfaat yang sama
guna mencapai persamaan
dan keadilan.
Pasal 28 D
menyatakan :
“Setiap orang berhak untuk bekerja
serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja.”
Pasal 28 C ayat 1 dan 2
1) Setiap
orang
berhak
mengembangkan diri melalui
pemenuhan
kebutuhan
dasarnya, berhak
mendapat
pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan
dan teknologi, seni dan budaya,
demi meningkatkan kualitas
hidupnya
dan
demi
kesejahteraan umat manusia.
2) Setiap orang berhak untuk
memajukan
dirinya
dalam
memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun
masyarakat,
bangsa,
dan
negaranya.
•
•
Ketetapan MPR Nomor VI/ TAP MPR/
02 yang merekomendasikan kepada
Presiden :
“Mengupayakan peningkatan anggaran
kesehatan secara bertahap sampai
mencapai jumlah minimum sebesar 15
% sesuai dengan kondisi keuangan
negara
dari
APBN/
APBD,
sebagaimana ditetapkan WHO.“
5.
Pasal 5 UU No 4 Tahun 1992
perumahan dan pemukiman pasal 5
ayat (1) menyatakan :
“Setiap warga negara mempunyai hak
untuk menempati dan/atau menikmati
dan/atau memiliki rumah yang layak
dalam lingkungan yang sehat, aman,
serasi, dan teratur.”
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
24
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005
Bahan Bacaan
Materi : Konvensi Ecosob
Bahan Bacaan :
www.universityofthepoor/ www.cesr.org, A Brief History Of The ICESCR.
Andik Hardiyanto, Bahan Bacaan Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya untuk Pendidikan
Guru Kader JARI Angkatan II (tidak untuk dipublikasikan), 2003.
B.G. Ramcharan, Hak-hak Azasi Manusia dan Hukum, tanpa tahun.
IHRIP- Forum Asia, Circle of Rights –Economic, Social, and Cultural Rights activism : A
Training Resource, 2000.
Elsam, Kompilasi dan Bahan-Bahan Kursus HAM untuk Pengacara Angkatan V – 2001.
Enny Soeprapto, Pokok-pokok Isi Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya, 2001.
Ifdhal Kasim dan Johanes da Masenus Arus, Hak Ekonomi, Sosial, Budaya Esai-Esai Pilihan,
Elsam, 2001.
Maria Soccoro, A Rights-Based Approach Towards Budget Analysis, 1999.
Scott Davinson, Hak Azasi Manusia, Pustaka Utama Grafiti, 1994.
Syahrial MW dan Abdul Gofur, Neraca Pembangunan 2002 Audit Pembangunan versi
Publik : Negara Masih Gagal dalam Pemenuhan Hak-hak Dasar Rakyat, JARI Indonesia 2003.
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM
25
Download