ragam budaya daerah yogyakarta - Masjid Al Fath Vila Nusa Indah 3

advertisement
RAGAM BUDAYA DAERAH YOGYAKARTA
JOGLO TAK
TERMAKAN JAMAN
Sebagai kota pelajar, Yogyakarta mengalami perubahan begitu cepat. Meski gempa terus
menguncang, bukan berarti bisnis property merugi. Toh, kebutuhan akan rumah tinggal tetap
tinggi. Entah itu untuk dipakai pribadi atau investasi. Disinilah kemudian orang berlomba
membeli property untuk investasi.
Semakin berkembangnya waktu, semakin bertambah pula bentuk hunian. Dari minimalis
sampai pada penganut Europian. Namun, kelemahan dari setiap style rumah dengan gaya
padu-padan baru, seturut dengan waktu tetap saja lama kelamaan akan kelihatan menjadi
biasa bahkan terlihat ketinggalan jaman. Ini yang membuat para peminat property wajib
untuk mengikuti perkembangan dan rajin merenovasi tambal sana tambal sini. Supaya hunian
bisa kelihatan tetap layak dan terlihat selalu istimewa. Bagaimanapun juga rumah adalah
prestis bagi penghuninya.
Berbeda halnya dengan rumah Joglo. Kunonya Joglo membawa daya tarik tersendiri, dari
nilai heritage dan kelangkaannya, membuat harga jenis rumah set-up budaya ini semakin
lama semakin melambung tinggi.
Jangan pernah berpikir, bahwa rumah budaya itu murah. Untuk membuat Joglo sederhana
ukuran 10x10 saja, sedikitnya kita harus merogoh kocek 150juta. Ini bukan main-main,
karena memang begitulah harga satu buah rumah Joglo.
”Sudah bukan rahasia lagi kalau harga joglo sangat mahal, itu kenapa banyak terjadi bedol
joglo. Selain karena mahal, joglo juga membawa kesan wibawa dan prestis untuk
pemiliknya,” kata Ambar Tjahyono, Ketua Asmindo Pusat.
Ambar menambahkan, dari jamannya, rumah joglo hanya dimiliki oleh orang orang kaya
saja. Jaman dahulu, kata Ambar, belum menjadi lurah, jika belum memiliki rumah Joglo.
Bahkan sampai hari ini, yang namanya pejabat pejabat tinggi dari Jawa masih banyak yang
berburu Joglo. ”Bahkan Megawati sekalipun rumahnya juga ada Joglonya,” kata pengusaha
furniture yang juga sering di panggil Ambar Polah ini.
Joglo juga dipercaya bisa membawa hoki bagi pemiliknya. Itu kenapa, tidak bisa asal-asalan
ketika seseorang hendak membuat Joglo, membedol Joglo atau bahkan merombaknya. “Bisa
kena tuahnya, kalau asal asalan membongkar rumah Joglo tanpa permisi, karena dipercaya di
setiap rumah Joglo pasti ada penunggunya” katanya.
Sedikit berbau mistik memang. Tapi begitulah adanya. Ambar bahkan pernah mengalami
kisah mistik ini kala hendak membeli rumah Joglo di bilangan Kudus, beberepa waktu silam.
Saat itu, 15 tukang bangunannya diberi mimpi yang sama, untuk menggelar syukuran
sebelum membongkar rumah Joglo yang hendak dibeli. ”Percaya nggak percaya, akhirnya
kita slametan dulu sebelum membongkarnya,” jelasnya.
Bagi peminat rumah Joglo pastinya bisa membedakan, antara rumah kampung, rumah Joglo
maupun Joglo Limasan dan Lima-an itu sendiri. Keempatnya hampir terlihat sama bagi orang
awam. Namun kenyataannya sangat berbeda. Dari struktur dan atapnya, kita bisa
membedakan antara keempat tipe rumah tersebut.
“Kalau limasan itu yang atapnya tinggi dan meruncing keatas, sedang Joglo atapnya pendek,”
katanya
Ambar menambahkan, rumah Joglo dengan Pendopo hampir sama bentuknya. Namun
berbeda fungsi. Istilah pendopo dipakai untuk Joglo yang difungsikan untuk menerima tamu,
sedangkan rumah Joglo adalah rumah utama.
Sedangkan yang membedakan rumah joglo dengan limasan, bisa dilihat dari sokohnya. Tiang
yang menjadi tumpuan kekuatan dan berdiri ditengah berbentuk segi empat itulah yang
menjadikan Joglo terlihat istimewanya. “Joglo sendiri adalah jawaban dari rumah tahan
gempa, karena rumah Joglo itu adalah rumah yang tanpa pondasi, hanya menempel diatas
tanah, kemudian diantara strukturnya tidak ada yang memakai paku, semuanya cokotan,
saling menggigit. Jadi kalau ada goyangan, Joglo hanya akan goyang mengikuti goyangan
tanah”jelasnya.
Sayangnya, masih banyak orang yang kurang merawat Joglo sebagai tempat tinggal.
Serangan serangga, macam rayap, sempat membuat rumah Joglo kurang kokoh. Tapi itu dulu,
sekarang tak banyak masalah. ”Bisa dilakukan bumigasi di tanahnya” ujarnya.
Etnik Tapi Menarik
Rumah dengan gaya Joglo
tetap mampu berjuang
ditengah maraknya gaya
rumah dengan ragam kapsul
sekalipun. Joglo tidak akan
pernah terlihat biasa.
Karena nilai heritage dan
keunikan dari bentuknya,
Joglo menjadi buruan orang
berduit.
Saat ini, Jenis Joglo yang
paling diminati masyarakat
domestik adalah jenis Joglo
kudusan. Karena seni
ukirannya yang ramai dan
rumit. Sedang Joglo Yogya lebih diminati konsumen mancanegara, karena simple, ukirannya
hanya ditempat tempat tertentu. ”Kayu Joglo Yogya lebih kokoh,” tandas Ambar
Menurut laki laki peminat Joglo ini, setiap daerah memiliki cirikhas Joglo sendiri sendiri.
Dari Joglo Jawa Timuran sampai Joglo Solo yang banyak mendapat pengaruh dari kolonial,
terlihat dari corak warnanya “Kalau Joglo Kudusan merupakan pencampuran dari budaya
Islam, Hindu dan Cina” katanya.
Hingga saat ini rumah beratap Joglo menjadi rumah tradisional yang masih dipertahankan.
Bentuk bangunan ini biasanya menjadi atap pendopo yang berada di bagian depan sendiri.
Gaya Rumah di Jogja pada umumnya terdiri dari beberapa bagian.
“Hal ini menandakan bahwa orang Jawa selalu memfilter segala sesuatu yang masuk, tidak
asal menerima segala sesuatu yang masuk, “ ujar M. Natsir, Ketua Yayasan Kantil dan
Kotagede Herritage District Area.
Di Yogyakarta, Joglo banyak di temui di Kotagede. Bagi masyarakat Kotagede, rumah
tempat tinggal adalah suatu keseimbangan. Sehingga antara ruang satu dengan yang lain
saling berkesinambungan. Bentuk rumah hingga atap juga mempunyai makna tersendiri.
Untuk atap Joglo di Kotagede juga berbeda dengan di kota lain seperti Solo. Atap Joglo yang
ada di Yogya memang sedikit lebih rendah dari yang ada di Solo. Hal ini ingin menunjukkan
bahwa rumah di Yogya menonjolkan kesederhanaan, tidak modis, cenderung bergaya kalem.
Meski hanya berbentuk bangunan, namun kita bisa mengamati bagaimana arsitektur zaman
dulu juga sangat memperhatikan beberapa hal. Selain mengolah seni konstruksi rumah,
namun juga mampu merefleksikan nilai dan norma masyarakat pendukungnya.
Masyarakat Kotagede hingga saat ini masih sangat memperhatikan norma. Meski terdengar
jarang di era modern ini, namun mereka sangat menghargai leluhur mereka yang sudah
menurunkan tradisi, norma yang bisa bertahan hingga saat ini. Demikian juga terdapat dalam
bangunan yang masih dipertahankan hingga kini tanpa merubah bentuk aslinya.
Arsitektur bangunan Joglo di Kotagede kebanyakan menggunakan kayu jati kualitas nomor
satu. Ini menandakan rumah Joglo di Kotagede sudah teruji kualitasnya, yang bisa bertahan
meski terguncang gempa. Namun demikian ada beberapa bangunan yang roboh dikarenakan
usianya yang sudah ratusan tahun. Ataupun pasak penyangga sudah hilang di beberapa
bagian sehingga tidak kuat.
Mulai Langka
Sayangnya Joglo tidak lagi marak
ditemui dikota ini. Bukan karena
ketidaktertarikan, tapi rumah dengan
Joglo memang memerlukan lahan
yang luas. Ini berarti memerlukan
dana yang tidak sedikit. Selain itu
perawatan untuk rumah joglo tidak
semudah yang dibayangkan. Harus
memaintance dengan tepat, jika tidak
maka rayap akan menjadi musuh
utama anda
Menurut data, rumah Joglo di
Yogyakarta semakin banyak yang
hancur dan diburu oleh peminat
furniture. Saat ini di Kotagede yang
konon sekitar tahun 1985 masih
terdata sekitar 170-an, tahun 2005
tinggal sekitar 105. Dan gempa 2006
kemarin menyebabkan 25 Joglo
ambruk dan sisanya rusak berat.
Ada juga yang dijual, dan dilepas
sekitar harga 70juta. Kotagede
merupakan warisan budaya dari
kerajaan Islam Pertama abad-16.
Ditempat ini, masih banyak bangunan
peninggalan budaya lama. Dan perlu
mendapat perhatian untuk dapat
dilestarikannya.
Keberadaan joglo yang rusak ini kini juga semakin memprihatinkan. Rumah tradisional khas
Jawa yang terdiri dari bagian pendapa, dalem, dan gandok ini kalau tidak rusak, ya sudah
berpindah tangan alias dijual. Joglo bisa dijual dan lantas berpindah tempat, bahkan hingga
ke luar negeri.
Memperbaiki Joglo yang rusak, jelas membutuhkan biaya yang tak sedikit. Selain kayu yang
dipakai harus berkualitas tentu juga perlu penanganan ahli untuk mempertahankan
keasliannya. Pembiayaan untuk memperbaiki Joglo, memang mahal, maka tak heran jika
banyak masyarakat setempat yang menjual Joglo. Selain karena nilai jual tinggi, orang jaman
sekarang cederung ingin memiliki rumah yang modern.”Tercatat, ada sebanyak 21 joglo
dijual,” ujar Natsir.
Dengan kondisi seperti ini, harusnya pemerintah cepat turun tangan. Setidaknya, ada sebuah
aturan untuk tak lagi menjual rumah Joglo untuk dibedol dan dipindah ke lain daerah.
Masyarakat ingin ada semacam aturan agar rumah langka mereka segera dijadikan cagar
budaya.
Mereka juga menginginkan agar pajak tanahnya diberi keringanan. Hal ini dikarenakan
kondisi tanah mereka yang memiliki rumah pendopo Joglo biasanya mempunyai tanah besar,
“Kita itu serba bingung, kalau Joglo dijual juga pemerintah protes, tapi pemerintah tidak
memberikan perhatian terhadap bangunan Joglo itu sendiri, la wong pajaknya aja mahal,
sedangkan kondisi ekonomi kita memprihatinkan”, tandas Natsir ditemui di Omah Lorring
pasar
Kotagede.
Mereka sangat berharap pemerintah memperhatikan rumah – rumah tradisonal agar ketika
wisatawan mengunjungi kotagede mereka masih bisa menikmati cagar budaya peninggalan
sejarah jaman dahulu. Agar kelak, generasi mendatang tak lupa rumah nenek moyangnya.
(Erita, Lisa, Fian)
TARIAN
Sendratari Ramayana, Drama dalam Tarian Khas Jawa
Sendratari Ramayana adalah seni pertunjukan yang cantik, mengagumkan dan sulit
tertandingi. Pertunjukan ini mampu menyatukan ragam kesenian Jawa berupa tari, drama dan
musik dalam satu panggung dan satu momentum untuk menyuguhkan kisah Ramayana, epos
legendaris karya Walmiki yang ditulis dalam bahasa Sanskerta.
Kisah Ramayana yang dibawakan pada pertunjukan ini serupa dengan yang terpahat pada
Candi Prambanan. Seperti yang banyak diceritakan, cerita Ramayana yang terpahat di candi
Hindu tercantik mirip dengan cerita dalam tradisi lisan di India. Jalan cerita yang panjang dan
menegangkan itu dirangkum dalam empat lakon atau babak, penculikan Sinta, misi Anoman
ke Alengka, kematian Kumbakarna atau Rahwana, dan pertemuan kembali Rama-Sinta.
Seluruh cerita disuguhkan dalam rangkaian gerak tari yang dibawakan oleh para penari yang
rupawan dengan diiringi musik gamelan. Anda diajak untuk benar-benar larut dalam cerita
dan mencermati setiap gerakan para penari untuk mengetahui jalan cerita. Tak ada dialog
yang terucap dari para penari, satu-satunya penutur adalah sinden yang menggambarkan jalan
cerita lewat lagu-lagu dalam bahasa Jawa dengan suaranya yang khas.
Cerita dimulai ketika Prabu Janaka mengadakan sayembara untuk menentukan pendamping
Dewi Shinta (puterinya) yang akhirnya dimenangkan Rama Wijaya. Dilanjutkan dengan
petualangan Rama, Shinta dan adik lelaki Rama yang bernama Laksmana di Hutan Dandaka.
Di hutan itulah mereka bertemu Rahwana yang ingin memiliki Shinta karena dianggap
sebagai jelmaan Dewi Widowati, seorang wanita yang telah lama dicarinya.
Untuk menarik perhatian Shinta, Rahwana mengubah seorang pengikutnya yang bernama
Marica menjadi Kijang. Usaha itu berhasil karena Shinta terpikat dan meminta Rama
memburunya. Laksama mencari Rama setelah lama tak kunjung kembali sementara Shinta
ditinggalkan dan diberi perlindungan berupa lingkaran sakti agar Rahwana tak bisa menculik.
Perlindungan itu gagal karena Shinta berhasil diculik setelah Rahwana mengubah diri
menjadi sosok Durna.
Di akhir cerita, Shinta berhasil direbut kembali dari Rahwana oleh Hanoman, sosok kera
yang lincah dan perkasa. Namun ketika dibawa kembali, Rama justru tak mempercayai
Shinta lagi dan menganggapnya telah ternoda. Untuk membuktikan kesucian diri, Shinta
diminta membakar raganya. Kesucian Shinta terbukti karena raganya sedikit pun tidak
terbakar tetapi justru bertambah cantik. Rama pun akhirnya menerimanya kembali sebagai
istri.
Anda tak akan kecewa bila menikmati pertunjukan sempurna ini sebab tak hanya tarian dan
musik saja yang dipersiapkan. Pencahayaan disiapkan sedemikian rupa sehingga tak hanya
menjadi sinar yang bisu, tetapi mampu menggambarkan kejadian tertentu dalam cerita.
Begitu pula riasan pada tiap penari, tak hanya mempercantik tetapi juga mampu
menggambarkan watak tokoh yang diperankan sehingga penonton dapat dengan mudah
mengenali meski tak ada dialog.
Anda juga tak hanya bisa menjumpai tarian saja, tetapi juga adegan menarik seperti
permainan bola api dan kelincahan penari berakrobat. Permainan bola api yang menawan bisa
dijumpai ketik Hanoman yang semula akan dibakar hidup-hidup justru berhasil membakar
kerajaan Alengkadiraja milik Rahwana. Sementara akrobat bisa dijumpai ketika Hanoman
berperang dengan para pengikut Rahwana. Permainan api ketika Shinta hendak membakar
diri juga menarik untuk disaksikan.
Di Yogyakarta, terdapat dua tempat untuk menyaksikan Sendratari Ramayana. Pertama, di
Purawisata Yogyakarta yang terletak di Jalan Brigjen Katamso, sebelah timur Kraton
Yogyakarta. Di tempat yang telah memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI)
pada tahun 2002 setelah mementaskan sendratari setiap hari tanpa pernah absen selama 25
tahun tersebut, anda akan mendapatkan paket makan malam sekaligus melihat sendratari.
Tempat menonton lainnya adalah di Candi Prambanan, tempat cerita Ramayana yang asli
terpahat di relief candinya.
ALAT MUSIK >> Gamelan, Orkestra a la Jawa
Gamelan adalah musik yang tercipta dari paduan bunyi gong, kenong dan alat musik Jawa
lainnya. Irama musik yang lembut dan mencerminkan keselarasan hidup orang Jawa akan
segera menyapa dan menenangkan jiwa begitu didengar.
Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua dan
telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang
belajar dan ekspresi musik gamelan, hingga menghasilkan pemusik gamelan ternama.
Pagelaran musik gamelan kini bisa dinikmati di berbagai belahan dunia, namun Yogyakarta
adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan karena di kota inilah anda bisa
menikmati versi aslinya.
Gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa, sebuah bentuk gamelan
yang berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada
yang lebih lembut dan slow, berbeda dengan Gamelan Bali yang rancak dan Gamelan Sunda
yang sangat mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Perbedaan itu wajar, karena Jawa
memiliki pandangan hidup tersendiri yang diungkapkan dalam irama musik gamelannya.
Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya adalah keselarasan
kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak
memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud
nyata dalam musiknya adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong,
saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.
Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan. Perkembangan musik gamelan
diperkirakan sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali atau
bambu tipis hingga dikenalnya alat musik dari logam. Perkembangan selanjutnya setelah
dinamai gamelan, musik ini dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang, dan tarian. Barulah
pada beberapa waktu sesudahnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara
para sinden.
Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat musik serupa
drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong dan seruling bambu.
Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu.
Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya
gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan
setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.
Gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan gamelan komplit terdiri
dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6
[C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3
4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar. Komposisi musik
gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan pathet,
dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.
Anda bisa melihat gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri maupun sebagai
pengiring tarian atau seni pertunjukan seperti wayang kulit dan ketoprak. Sebagai sebuah
pertunjukan tersendiri, musik gamelan biasanya dipadukan dengan suara para penyanyi Jawa
(penyanyi pria disebut wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana). Pertunjukan
musik gamelan yang digelar kini bisa merupakan gamelan klasik ataupun kontemporer. Salah
satu bentuk gamelan kontemporer adalah jazz-gamelan yang merupakan paduan paduan
musik bernada pentatonis dan diatonis.
Salah satu tempat di Yogyakarta dimana anda bisa melihat pertunjukan gamelan adalah
Kraton Yogyakarta. Pada hari Kamis pukul 10.00 - 12.00 WIB digelar gamelan sebagai
sebuah pertunjukan musik tersendiri. Hari Sabtu pada waktu yang sama digelar musik
gamelan sebagai pengiring wayang kulit, sementara hari Minggu pada waktu yang sama
digelar musik gamelan sebagai pengiring tari tradisional Jawa. Untuk melihat
pertunjukannya, anda bisa menuju Bangsal Sri Maganti. Sementara untuk melihat perangkat
gamelan tua, anda bisa menuju bangsal kraton lain yang terletak lebih ke belakang.
Naskah: Yunanto Wiji Utomo
MAKANAN KHAS YOGYAKARTA
Gudeg adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda
yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna
coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan
nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu dan
sambal goreng krecek.
Ada berbagai varian gudeg, antara lain:
• Gudeg kering, yaitu gudeg yang disajikan dengan areh kental, jauh lebih kental daripada
santan pada masakan padang.
• Gudeg basah, yaitu gudeg yang disajikan dengan areh encer.
• Gudeg Solo, yaitu gudeg yang arehnya berwarna putih.
Disetiap sudut kota Jogja pasti ada yang jual makanan ini. Biasanya dijajakan pagi-pagi
sekali antara jam 5-8 pagi ato tengah malam 10malam-4 pagi. beberapa tempat yang
banyak menjual gudeg yaitu sepanjang jalan Affandi (Gejayan) (pagi dan malam), jalan
urip sumoharjo (malam), jln solo (malam), pasar kranggan (pagi dan malam), dan banyak
lagi. di daerah wijilan (sblh timur alun-alun utara jogja) juga banyak yang menjajakan
gudeg.
LAGU KHAS YOGYAKARTA
Yen Ing Tawang
Yen ing tawang ono lintang cah ayu
Aku ngenteni teka mu
Marang mego ing angkoso
Sung takok-ke pawartamu
Janji janji aku eleng cah ayu
Sumedot roso ing ati
Lintang lintang'e wingi wingi nimas
Tresna ku sundul ing ati
Ndek semono janjimu disekseni
Mego kartiko keiring roso tresno asih
Yen ing tawang ono lintang cah ayu
Rungokno tangis ing ati
Miraring swara ing ratri nimas
ngenteni bulan ndadari
Sumber :
http://lirik.kapanlagi.com/artis/sisca_dewi/yen_ing_tawang (3 April 2011)
http://www.rumahjogja.com/magz/edisi1/?page=jendel, (tanggal 3 April 2011)
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/performance/ramayana-ballet (3 April 2011)
http://jualinstrumentmusiktradisional.blogspot.com/2010/07/gamelan-yogyakarta.html (3
April 2011)
http://kykyboy.blogspot.com/2010/11/makanan-khas-jogja.html (3 APRIL 2011)
http://3.bp.blogspot.com/_J1Kod86JpYI/TRBiCkNmd_I/AAAAAAAAAF8/ZkIvY0DL6J8/s1600
/logo_kraton.JPG (3 APRIL 2011)
RAGAM BUDAYA DAERAH
YOGYAKARTA
FARAZ AZKIYANI HARBA
3 GUNUNG
TUGAS PKN
Download