hubungan tingkat kecemasan dan komplikasi ulkus diabetik pada

advertisement
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DAN KOMPLIKASI ULKUS DIABETIK
PADA PASIEN DM TIPE II DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
H. Baharuddin K1, Eviyanti K.T2
1Jurusan
2Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan pasien DM Tipe II
dengan komplikasi ulkus diabetik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji Makassar.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional dengan metode cross sectional,
untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hubungan tingkat Kecemasan Pasien DM Tipe II
dengan komplikasi kronik ulkus diabetik di RSUD Labuang Baji Makassar. Waktu penelitian mulai dari
tanggal 10 sampai 20 Agustus 2014, dengan jumlah sampel 15 orang. Pada penelitian ditemukan
bahwa jumlah pasien DM tipe II yang mengalami komplikasi ulkus diabetik sebanyak 12 orang (80%).
Sedangkan yang tidak mengalami komplikasi ulkus diabetik sebanyak 3 orang (20%), dengan uji
statistik Fisher’s Exact Test, diperoleh nilai p = 0,002. Terdapat hubungan tingkat kecemasan pasien
DM tipe II dengan komplikasi ulkus diabetik di RSUD Labuang Baji Makassar. Kepada petugas
kesehatan khususnya Perawat, agar lebih aktif dalam memberikan penyuluhan kesehatan tentang
diabetes mellitus untuk meminimalkan terjadinya kecemasan yang lebih berat di kemudian hari.
Kata kunci : Ulkus diabetik dan kecemasan pasien DM tipe II
PENDAHULUAN
Di antara penyakit degeneratif atau
penyakit tidak menular yang akan meningkat
jumlahnya dimasa yang akan datang adalah
diabetes mellitus. Meningkatnya prevalensi
diabetes mellitus di beberapa negara
berkembang akibat karena peningkatan
pendapatan per kapita dan perubahan gaya
hidup terutama di kota-kota besar yang
sedang berkembang dan negara sudah maju.,
menyebabkan
peningkatan
prevalensi
penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung
koroner (PJK), hipertensi , hiperlipidemia dan
diabetes (Sjaifoellah, (2006)
Diabetes mellitus dibandingkan dengan
pasien non diabetes mellitus mempunyai
kecenderungan 2 kali lebih mudah mengalami
trombosis serebral, 25 kali terjadi buta, 2 kali
terjadi penyakit jantung koroner, 17 kali terjadi
gagal ginjal kronik, dan 50 kali menderita ulkus
diabetik. Komplikasi menahun Diabetes
mellitus di Indonesia terdiri atas neuropati
60%, penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus
diabetik 15%, retinopati 10%, dan nefropati
7,1%. (Waspadji, 2007)
Pada
penyakit
diabetes
mellitus
terdapat beberapa kelainan struktur seluler
dan perubahan mekanisme pengaturan
komponen biologis penting dalam produksi
kecemasan. Respon maladaptif terhadap
rangsangan kecemasan terjadi di lokus
seruleus-norepinefrin - sistem saraf simpatis,
axis
hipotalamus-hipofisis,
dan
sistem
cholecystokinin. Wells dkk dalam sebuah
penelitiannya menemukan bahwa "gangguan
mental psikiatrik (kecemasan) berhubungan
dengan penyakit diabetes mellitus komplikasi
kronik, hipotesis tersebut, menunjukkan
bahwa
hubungan
antara
gangguan
kecemasan dan penyakit diabetes mellitus
komplikasi kronis berkembang sangat cepat
dari hubungan antara penyakit fisik dan
gangguan mental psikiatrik lainnya
Berdasarkan gambaran permasalahan
diatas maka Peneliti termotivasi untuk
melakukan penelitian mengenai “ Hubungan
tingkat kecemasan pasien Diabetes Mellitus
Tipe II dengan Komplikasi Ulkus Diabetik di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang
Baji Makassar.
BAHAN DAN METODE
Lokasi, populasi dan sampel
Desain penelitian ini bersifat deskriptif
observasional dengan metode cross sectional,
(Sugiyono, 2010), dimana peneliti melakukan
pengukuran variabel pada saat yang
bersamaan
yang
bertujuan
untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang
hubungan tingkat Kecemasan Pasien DM Tipe
II dengan komplikasi kronik ulkus diabetik di
RSUD Labuang Baji Makassar. Lokasi
penelitian yang dipilih adalah di RSUD
Labuang Baji Makassar. Penelitian ini
dilaksanakan dari tanggal 10 sampai dengan
20 Agustus 2014.
516
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Populasi penelitian ini adalah semua pasien
diabetes mellitus yang dirawat di RSUD
Labuang Baji Makassar. Pada penelitian ini
sampel yang digunakan adalah pasien
diabetes mellitus tipe II yang mengalami ulkus
dibaetik di RSUD Labuang Baji Makassar.
Teknik pengambilan sampel secara purposive
sampling artinya memilih sampel diantara
populasi sesuai tujuan penelitian, sehingga
sampel tersebut dapat mewakili karakteristik
populasi yang telah dikenal sebelumnya.
Dengan kriteria sebagai berikut:
Kriteria Inklusi
a. Pasien DM tipe II yang sementara rawat
inap
b. Pasien DM dengan
komplikasi luka
diabetik
c. Bersedia menjadi responden
d. Dapat membaca.
Kriteria Eksklusi
a. Pasien DM bukan tipe II
b. Pasien DM tanpa komplikasi luka diabetik
c. Tidak dapat membaca.
Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Instrumen
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah angket / kuisioner dan
lembar observasi dengan menggunakan
skala Guttman, di mana Ya = score 2 dan
tidak = score 1.
2.
Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur
pengumpulan
data
dalam
penelitian ini, adalah melalui data primer
antara lain :
a. Mendistribusi
kuisioner
kepada
responden
b. Melakukan tabulasi data
c. Membuat skoring data
Sedangkan data sekunder yaitu data yang
diambil dari rekaman medik yang berkaitan
jumlah kunjungan pasien diabetes mellitus
di RSUD Labuang Baji Makassar.
Analisis Data
1. Analisis Univariat
Dilakukan untuk mendapatkan gambaran
umum dengan cara mendeskripsi-kan tiap
variabel yang digunakan dalam penelitian
yang melihat distribusi frekuensinya.
2. Analisis Bivariat
Analisis data dilakukan secara analitik
dilakukan uji hipotesis (Ha) dengan tingkat
kemaknaan yang dipilih adalah  = 0,05
sedangkan uji statistik yang dipakai adalah
dengan menggunakan program computer
SPSS versi 12.00.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan umur di RSUD Labuang Baji
Makassar
Umur
f
%
40 - 50 tahun
> 50 tahun
Total
6
9
15
40
60
100
Tabel
1.
Menunjukkan
bahwa
karakteristik umur responden terbanyak yakni
9 orang
> 50 tahun (60%), sedangkan
kategori umur 40 – 50 tahun sebanyak 6 orang
(40%)
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Labuang
Baji Makassar
Jenis kelamin
f
%
Laki – laki
Perempuan
Total
5
10
15
25
75
100
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa
jenis kelamin perempuan mendominasi yakni
sebanyak 10 orang (75%) dan selebihnya
jenis kelamin laki-laki sebanyak 5 orang
(25%).
Tabel 3 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan tingkat pendidikan di RSUD
Labuang Baji Makassar
Tingkat
f
%
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Total
8
5
2
15
53.4
33.3
13.3
100
Tabel 3. di atas menunjukkan bahwa
karakteristik pendidikan responden terbanyak
adalah SD (53.4%), SMP (33,3%) , SMA
(13.3%). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi
dapat berpengaruh terhadap sikap seseorang
dalam berperilaku.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat
Kecemasan Pasien DM tipe II di RSUD
Labuang Baji Makassar.
Kecemasan
Ringan
Sedang
Total
f
%
3
12
15
20
80
100
Tabel 4. di atas menunjukkan bahwa
jumlah pasien DM tipe II yang mengalami
cemas tingkat ringan sebanyak 3 orang (20%).
517
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosisi Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Sedangkan yang mengalami cemas tingkat
sedang sebanyak 12 orang (80%).
Tabel 5 Distribusi Frekuensi DM tipe II
komplikasi ulkus diabetik di RSUD Labuang
Baji Makassar
DM Tipe II
f
%
Komplikasi ulkus diabetik
Tidak ada komplikasi ulkus
diabetik
Total
12
3
80
20
15
100
Tabel 5. menunjukkan bahwa jumlah
pasien DM tipe II yang mengalami komplikasi
ulkus diabetik sebanyak 12 orang (80%).
Sedangkan yang tidak mengalami komplikasi
ulkus diabetik sebanyak 3 orang (20%).
Tabel 6 Hubungan tingkat kecemasan dan
komplikasi ulkus diabetik pada pasien DM tipe
II di RSUD Labuang Baji Makassar
Diabetes Melitus
Kecemasan
f
Komplikasi
Tidak
Ringan
3 20% 3 20%
Sedang
12 80% 12 80%
Total
12 80% 3 20% 15 100
p = 0.002
Keterangan : p = probabilitas hasil uji Fisher’s
Exact Test
Berdasarkan hasil analisis bivariat
ditemukan bahwa dari 3 orang (20%)
mengalami cemas ringan, semuanya juga
tidak terjadi ulkus diabetik. Sedangkan dari 12
orang (80 %) mengalami cemas sedang, juga
semuanya mengalami ulkus diabetik.
Hasil uji statistik Fisher’s Exact Test, pada
tabel 4.6. di atas diperoleh nilai p = 0,002,
yang berarti nilai p lebih kecil dari  0,05
dengan demikian dapat dibuktikan secara
statistik adanya hubungan tingkat kecemasan
dan komplikasi ulkus Diabetik pada pasien DM
tipe II di RSUD Labuang Baji Makassar.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengolahan data yang
didapatkan dan dihubungkan dengan tujuan
penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan
tingkat kecemasan pasien DM tipe II dengan
komplikasi ulkus diabetik, maka sistematika
pembahasan diuraikan sebagai berikut :
1. Tingkat kecemasan pasien DM tipe II
Berdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan jumlah pasien DM tipe II yang
mengalami cemas ringan sebanyak 3
orang (20%). Sedangkan yang mengalami
cemas sedang sebanyak 12 orang (80%).
Menurut Utami (2002) mengemukakan
bahwa di dalam sistem saraf manusia
terdapat sistem saraf pusat dan sistem
saraf otonom. Sistem saraf otonom
berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan
yang otomatis, seperti: fungsi digestif,
proses kardiovaskuler dan gairah seksual.
Sistem saraf otonom ini terdiri dari dua
subsistem yaitu sistem saraf simpatis dan
sistem saraf parasimpatis yang kerjanya
saling berlawanan. Jika sistem saraf
simpatis meningkatkan rangsangan atau
memacu organ-organ tubuh, memacu
meningkatnya
denyut
jantung
dan
pernapasan,
serta
menimbulkan
vasokonstriksi pembuluh darah peripheral,
maka sebaliknya sistem saraf parasimpatis
menstimulasi turunnya semua fungsi yang
dinaikkan oleh sistem saraf simpatis dan
menaikkan semua fungsi yang diturunkan
oleh sistem saraf simpatis. Pada saat
individu mengalami ketegangan dan
kecemasan yang bekerja adalah sistem
saraf simpatif, sedangkan saat rileks yang
bekerja adalah sistem saraf parasimpatis.
Hasil penelitian ini didukung oleh
Robert, (2002) yaitu penelitian studi kasus,
menghasilkan bahwa hipertensi akan lebih
besar 4 kali terjadi pada seseorang yang
mengalami kecemasan.
Hasil penelitian serupa dikemukakan
oleh Tandra (2007) bahwa penyakit
diabetes tipe II dapat menyebabkan
penyakit jantung dan pembuluh darah
(kardiovaskuler),seperti Angina Pectoris,
serangan jantung, hipertensi dan Penyakit
jantung koroner. Dari hasil penelitian ini,
lebih dari 50 % pasien yang mengalami
komplikasi
kardioangiopati
menderita
tekanan darah tinggi, oleh karena itu setiap
orang
pasien
DM
sehingga
akan
merangsang pelepasan hormone atrial
natriuretik folipetida (ANF) pada jantung
dan menimbulkan gejala – gejala kotraksi
jantung tidak teratur, irama jantung tidak
teratur
dan
jantung
berdebar-debar
(palptisasi) yang merupakan gejala fisik
dari kecemasan.
2. DM tipe II dengan komplikasi ulkus diabetik
Berdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan jumlah pasien DM tipe yang
mengalami komplikasi ulkus diabetik
sebanyak 12 orang (80%). Sedangkan
yang tidak mengalami komplikasi ulkus
diabetik sebanyak 3 orang (20%).
Menurut Wagner (2005), mengatakan
bahwa terjadinya ulkus diabetik sendiri
disebabkan oleh faktor – faktor disebutkan
dalam etiologi. Faktor utama yang berperan
timbulnya ulkus diabetik adalah Angiopati,
518
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Neuropati
dan
infeksi.
Neuropati
merupakan faktor penting untuk terjadinya
ulkus diabetik. Adanya Neuropati perifer
akan menyebabkan terjadinya gangguan
sensorik maupun motorik. Gangguan
sensorik akan menyebabkan hilang atau
menurunnya sensasi nyeri pada kaki,
sehingga akan mengalami trauma tanpa
terasa yang mengakibatkan terjadinya
ulkus pada kaki. Gangguan motorik juga
akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot
kaki, sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulserasi pada kaki pasien.
Angiopati
akan
menyebabkan
terganggunya
aliran darah
ke kaki.
Apabila sumbatan darah terjadi pada
pembuluh darah yang lebih besar maka
pasien akan merasa sakit tungkainya
sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.
Manifestasi gangguan pembuluh darah
yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa
dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut
arteri hilang, kaki menjadi pucat bila
dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan
menyebabkan
terjadinya
penurunan
asupan nutrisi, oksigen (zat asam ) serta
antibiotika sehingga menyebabkan luka
sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering
merupakan komplikasi yang menyertai
ulkus diabetik akibat berkurangnya aliran
darah atau neuropati, sehingga faktor
Angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap
penyembuhan atau pengobatan dari ulkus
diabetik.
Penelitian
Riyanto
,
(2007),
menjelaskan bahwa pasien komplikasi
ulkus pada pasien Diabetes mellitus tipe II
yang telah menderita 10 tahun atau lebih
apabila kadar glukosa darah tidak
terkendali, maka akan mncul komplikasi
berhubungan dengan vaskuler berupa
makroangiopati-mikroangiopoti yang akan
terjadi seperti vaskulopati dan neuropati
yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi
darah dan adanya robekan/luka pada kaki
pasien diabetik
yang
sering tidak
dirasakan.
3. Hubungan tingkat kecemasan pasien DM
tipe II dengan komplikasi ulkus diabetik
Berdasarkan hasil analisis bivariat
ditemukan bahwa dari 3 orang (20%)
mengalami cemas ringan, semuanya juga
tidak terjadi ulkus diabetik. Sedangkan dari
12 orang (80 %) mengalami cemas
sedang, juga semuanya mengalami ulkus
diabetik.
Hasil uji statistik Fisher’s Exact Test,
diperoleh nilai p = 0,002, yang berarti nilai
p lebih kecil dari  0,05 dengan demikian
dapat dibuktikan secara statistik adanya
hubungan tingkat kecemasan pasien DM
tipe II dengan komplikasi ulkus diabetik di
RSUD Labuang Baji Makassar.
Pasien diabetes mellitus sering
menimbulkan komplikasi kronik pada
sistem
kardiovaskuler
yang
dapat
mempengaruhi gangguan keseimbangan
homeostasis fisiologi stress di hipotalamus
yang selanjutnya mengaktivasi sistem saraf
otonom (simpatis) dan merangsang sekresi
hormon corticothropin releasing hormone
(CRH).
Aktivasi
simpatis
memicu
rangsangan medulla adrenal di ginjal untuk
mensekresi
hormon
adrenalin
dan
noradrenalin sedangkan sekresi hormon
CRH memicu rangsangan korteks adrenal
di ginjal untuk mensekresi hormon
glukokortikoid yang berperan penting
dalam meningkatkan kadar glukosa darah,
meningkatkan katabolisme protein dan
lemak, menurunkan respon inflamasi,
menurunkan respon imunitas dan sekresi
hormone mineralokortikoid yang berperan
penting dalam meningkatkan retensi air
dan sodium, meningkatkan volume darah,
dan meningkatkan tekanan darah (Ross
and Wilson, 2002).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Kun dkk (2008) menunjukkan bahwa dari
404 pasien DM yang dirawat di RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung 83 orang yang
terindikasi mengalami retinopati diabetic
(20,6%) Lebih lanjut dikemukakan bahwa
komplikasi retinopati pada pasien DM tipe II
berakibat
rusaknya
saraf
–
saraf
penglihatan khususnya nervus II cranial
yang berisiko tinggi timbulnya kebutaan
pada pasien DM yang sangat signifikan
mempengaruhi status mental (psikologis)
pasien tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, kajian
teori dan hasil – hasil penelitian
sebelumnya maka Peneliti berasumsi
bahwa kecemasan menyebabkan ulkus
diabetik. Homeostasis fisiologis stress
terjadi
di
hipotalamus
selanjutnya
mengaktivasi sekresi hormone CRH
merangsang
korteks
adrenal
untuk
mensekresi hormone glukokortikoid yang
berperan dalam meningkatkan kadar
glukosa
darah
(hiperglikemia)
mengakibatkan viskositas darah meningkat
dan menimbulkan kerusakan pada lapisan
endotel pembuluh darah. Selanjutnya
molekul yang mengandung lemak masuk
ke dalam pembuluh darah dan membentuk
plak ateroma dan pengendapan lemak
pada jaringan fibrosa. Hal ini akan
menyebabkan lumen pembuluh darah
menyempit
dan
mengakibatkan
519
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosisi Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
aterosklerotik –mikroangiopati --- dan
neuropati. Suplai O2 dan nutrisi jaringan
berkurang, sensibilitas menurun akan
akhirnya terjadi luka.
KESIMPULAN
1. Sebagian besar pasien DM tipe II di RSUD
Labuang Baji Makassar mengalami cemas
sedang.
2. Sebagian besar pasien DM tipe II di RSUD
Labuang
Baji
Makassar
mengalami
komplikasi ulkus diabetik.
3. Adanya hubungan tingkat kecemasan
pasien DM tipe II dengan komplikasi ulkus
diabetik.
SARAN
1. Kepada petugas kesehatan khususnya
Perawat yang bertugas di RSUD Labuang
Baji, agar lebih meningkatkan lagi dalam
memberikan penyuluhan kesehatan pada
pasien
Diabetes
khususnya
dalam
perawatan pencegahan ulkus kaki diabetik
pada pasien penderita DM
2.
Kepada pasien diabetes melitus dan
keluarganya agar aktif dalam mendapatkan
informasi tentang perawatan penyakit
diabetes
melitus
tipe
II
dengan
meminimalkan
kecemasan
untuk
mencegah komplikasi ulkus diabetik yang
meluas, mempertahankan kondisi yang
optimal
fisik
dan
psikologis
guna
meningkatkan kualitas hidup mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Howard Kun dan Murad, (2008), Fibers of Collagen Type I California School of Dermatology.
Levin William Hort, (2003), Komplikasi Kronik Diabetes Mellitus
Noer Sjaifoellah,dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Ed. 3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Riyanto B dkk, (2007), Infeksi pada Kaki Diabetik, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
Robert, (2002). Risk Factor, Pathogenesis and Management of Diabetic Foot Ulcers, Des Moines University.
Ross and Wilson, (2002), Anatomy and Physiology in Health and Illness, Churchill, Livingstone
Sugiyono, (2010), Statistik Untuk Penelitian, Alfabeta Bandung
Waspadji, (2007), Patofisiologi Diabetes Mellitus. Dalam Soegondo S, Soewondo P dan Subekti I (eds).
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Cipto
Mangunkusumo-FKUI, Jakarta.
Utami, (2002) Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Wagner Wilhem Richard, (2005), The Foot of Gangren Diabetic,
520
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Download