Andre|SindromObstruksiPostTuberkulosisyangdisebabkankarenaDestroyedLungDextradenganGastroesofageal RefluksDiseasepadaWanita44Tahun SindromObstruksiPostTuberkulosisyangdisebabkankarenaDestroyedLung DextradenganGastroesofagealRefluksDiseasepadaWanita44Tahun AndrePrasetyoMahesya FakultasKedokteran,UniversitasLampung Abstrak DestroyedlungadalahkerusakanpadaparenkimparuyangdiakibatkanolehgejalasisadariTuberkulosispulmonalberupa sindrom obstruksi pasca tuberkulosis yang terjadi selama bertahun-tahun. Pada 83,3 % kasus destroyed lung ditemukan riwayat Tuberkulosis pulmonal. Data primer dan skunder diperoleh dari autoanamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Nyonya E, wanita, 43 tahun, dengan keluhan sesak, batuk berdahak, mual, nyeri ulu hati, regurgitasi asam, post pengobatan tuberkulosis, penurunan berat bdan, ditemukan kerusakan pada paru kanan dan pemeriksaan basil tahan asam (BTA) negatif. Masalah pada pasien ini adalah destroyed lung dan gastroesofageal refluks disease(GERD).PenatalaksananpadadestroyedlungdenganmedikamentosahanyabersifatkuratifdanpadaGERDbersifat kuratifdankausatif. Katakunci:destroyedlung,gastroesofagealrefluksdisease,tuberkulosis SyndromeObstructivePostTuberculosisetcauseDestroyedLungDextrawith GastroesofagealRefluksDiseaseonWoman44Years Abstract Destroyedlungisdamagetothelungparenchymacausedbypulmonarytuberculosissequeleintheformofposttubercular obstructive airway syndrome that occur over the years. In 83,3% cases of destroyed lung found a history of pulmonary tuberculosis. Primary and secondary data were obtained from autoanamnesis, physical examination, and support examination. Mis E, woman, 44 years, with shortness, cough with plegm, nausea, heartburn, acid regurgitation, post tuberculosis treatment, weight loss, found damage to the right lung, and bacille acid resistance examination negative. Problem in these patients is destroyed lung and gastroesofageal refluks disease (GERD). The medical management of destroyedlungwithonlycurativeandatGERDcurativeandcausative. Keywords:destroyedlung,gastroesofagealrefluksdisease,tuberculosis. Korespondensi:AndrePrasetyoMahesya,S.Ked,alamatLkTotokatonRT032/RW012AdipuroTrimurjoLampungTengah, HP085279355317,[email protected] Pendahuluan Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit infeksi global yang banyak menimbulkan kematian di dunia ini. Laporan WorldHealthOrganization(WHO)tahun2010 menyatakan bahwa terdapat lebih dari 2 miliar penduduk dunia yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.1-3 Dilaporkan bahwa pada tahun 2009 terdapat jumlah kematianakibatTBsebanyak1,7jutakasusdi dunia.3-5 Asia Tenggara merupakan wilayah menurut regional WHO yang memiliki jumlah terbesar kasus TB dan kematian akibat TB. Dilaporkan bahwa pada tahun 2009 terdapat sebanyak5jutakasusTBdiAsiaTenggaradan jumlahkematianakibatTBsebanyak480ribu kasus.3,6 Sembilan puluh persen penduduk yang terserang TB berasal dari negara berkembang dan lima negara dengan jumlah kasusTBterbanyak,yaituIndia,China,Nigeria, Bangladesh,danIndonesia.3,7 Indonesia merupakan negara yang menempati urutan kelima di dunia, yang memiliki jumlah terbesar kasus TB setelah India (3 juta), China (1,8 juta), Nigeria (830 ribu),danBangladesh(690ribu).3,5Dilaporkan bahwa pada tahun 2009 terdapat sebanyak 660ribukasusTBdiIndonesiadenganjumlah kematian akibat TB sebanyak 61 ribu kasus.5 TB merupakan pembunuh nomor satu di Indonesia di antara penyakit menular lainnya dan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskular dan penyakit pernapasanakutpadaseluruhkalanganusia.56 Gejala sisa akibat TB masih sering ditemukan pada pasien pasca TB dalam praktikklinik.9-11Gejalasisayangpalingsering ditemukan yaitu gangguan faal paru dengan kelainan obstruktif yang memiliki gambaran JMedulaUnila|Volume4|Nomor2|Desember2015|23 Andre|SindromObstruksiPostTuberkulosisyangdisebabkankarenaDestroyedLungDextradenganGastroesofageal RefluksDiseasepadaWanita44Tahun klinis mirip Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Inilah yang dikenal sebagai Sindrom ObstruksiPascaTB(SOPT).8,12-15 Patogenesis timbulnya SOPT sangat kompleks, dinyatakan pada penelitian terdahulu bahwa kemungkinan penyebabnya adalahakibatinfeksiTByangdipengaruhioleh reaksiimunologisperorangansehinggaterjadi mekanismemakrofagaktifyangmenimbulkan reaksi peradangan nonspesifik yang luas. Peradangan yang berlangsung lama ini menyebabkan proses proteolisis dan beban oksidasi sangat meningkat untuk jangka lama sehingga destruksi matriks alveoli terjadi cukup luas dan akhirnya mengakibatkan gangguan faal paru yang dapat dideteksi dengan uji faall paru.16-18 Penelitian lainnya menunjukkan bahwa puncak terjadinya gangguan faal paru pada pasien pasca TB terjadi dalam waktu 6 bulan setelah diagnosis.19 Kemajuan ilmu dalam pemberantasan TBdangejalasisadariTBmasihmenjadisalah satu tantangan penting saat ini.7 Penyebaran danpenyembuhanTBmasihbelumtertangani secara tuntas walaupun obat dan cara pengobatannya telah diketahui. SOPT masih sering ditemukan dan dapat mengganggu kualitas hidup pasien, serta berperan sebagai penyebab kematian sebesar 15% setelah durasi 10 tahun.8-9,20-21. Deteksi dini SOPT dengan uji faal paru pada pasien pasca TB diperlukan untuk berperan dalam memperbaikikualitashiduppasien.16 Gejalasisayangjugaterkaiteratdengan TB khususnya TB pulmonal adalah destroyed lung (luluh paru). Istilah destroyed lung biasanya digunakan untuk mendeskripsikan kerusakan pada parenkim paru yang diakibatkan oleh gejala sisa dari TB pulmonal yang terjadi selama bertahun-tahun, dan disebabkan oleh obstruksi jalan nafas kronik.22-23 Pada gambaran radiologi dapat ditemukanadanyagambaranpenyusutandari volume paru, terdapatnya kavitas, bronkiektasis, dan fibrosis. Respon dari jaringan fibrosis tersebut dapat membuat retraksidarihilumdanmediastinumsehingga bergeser kearah jaringan paru yang rusak. Sedangkan bagian paru lain yang masih baik berkompensasimenjadibesar.8,24-25 Penatalaksanaan pada penyakit paru obstruktifdapatdiberikanterapiformakologis berupa bronkodilator, antikolinergik agen, JMedulaUnila|Volume4|Nomor2|Desember2015|24 beta agonis, inhaled glukokortikoid, oral glukokortikoid, teofilin, oxygen. Terapi nonfarmakologis dapat berupa Rehabilitasi paru, pneumectomy(lungvolumereductionsurgey), dan trasplantasi paru.26 Penatalaksanan pada destroyed lung dapat dilakukan dengan lobectomy, pneumectomy, dan pleuropneumectomy.27 Kasus Wanita Nyonya E usia 44 tahun datang dengan keluhan sesak sejak satu minggu lalu yang dirasakan semakin hari semaikn berat. Sesak dirasakan pasien sepanjang hari baik siang maupun malam. Sesak berkurang apabila posisi pasien terduduk, terkadang pasien harus tidur dengan posisi setengah duduk untuk mengurangi sesaknya. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk berdahak berwarna jernih, kental, dan tidak ada bercak darah. Pasien mengeluhkan mual, nyeri ulu hati seperti terbakar, dan sendawa disertai dengan keluarnya sedikit cairan dari lambung yangterasaasam.Keluhanmualdansendawa tersebut sering dirasakan pasien ketika setelahmakan.Pasienjugamerasakanselama beberapatahunterkahirnafsumakansemakin menurun dan disertai dengan berat badan yang semakin hari semakin kurus hingga sekaranghanya34kg. Pasien mengatakan pertama kali mengalami keluhan sesak yang sama seperti ini pada 7 bulan, keluhan tersebut hilang timbuldansampaidengansekarangsudah10 kali masuk rumah sakit dan dirawat dengan keluhan yang sama. Sebelumnya sekitar 5 tahun yang lalu pasien pernah menjalani pengobatan tuberkulosis selama 6 bulan dan dinyatakan pengobatan telah selsai oleh dokter. Pasien memiliki ayah yang menderita hipertensi dan ibu yang pernah sakit tuberkulosisnamunsekarangtelahsembuh. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien Tampak sakit sedang. Status gizi pasien kurang. Berat Badan 34 kg, Tinggi Badan 166 cm, Tensi 120/80 mmHg, Suhu 36,7 0C, Nadi 80 x/menit, Nafas 30 x/menit. Pada mata tak tampak konjungtiva pucat, sklera anikterik. Telinga dalam batas normal. Hidung tampak adanya nafas cuping hidung.Mulutdalambaasnormal.Lehertidak adapembesaranKelenjarGetahBening(KGB). Pada paru saat dilakukan Inspeksi tampak Andre|SindromObstruksiPostTuberkulosisyangdisebabkankarenaDestroyedLungDextradenganGastroesofageal RefluksDiseasepadaWanita44Tahun gerakan nafas tertinggal pada dada kanan, Palpasi teraba vokal fremitus menurun pada dada kanan, Perkusi terdengar suara sonor pada dada kiri dan redup pada dada kanan, danauskultasiterdengarsuaranapasbronkial serta terdapat suara wheezing dan ronki basah halus pada sisi kiri paru, sedangkan pada sisi kanan terdapat suara wheezing minimal dan ronki basah halus. Pada jantung saat dilakukan Perkusi didapatkan batas atas jantung setinggi Intercostalis (ICS) 2 garis parasternal kiri sedangkan untuk batas kanan dankirisulitdinilai,Auskultasiterdengarsuara jantung reguler dan tidak ada bunyi jantung tambahan. Abdomen dalam batas normal. EkstremitasSuperiordanInferiordalambatas normal, tidak edem, dan akral hangat. Status neurologis: Reflek fisiologis normal, dan tidak ditemukanReflekpatologis. Darihasilpemeriksaanpenunjang.Pada pemeriksaan laboratorium hematologi didapatkan hemoglobin: 12,2 g/dl, leukosit 10.600/ul, dan trombosit 277.00/ul. Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA) (-). Pemeriksaan radiologi foto thorax anteroposterior didapatkan: penurunan volumeparukanan,atelektasis,deviasitrakea kearah kanan, jantung terdorong kearah kiri, terdapat kalsifikasi, jaringan fibrosis, dan hiperplasia jaringan paru yang masih cukup baik. Gambar1.FotothoraxAP. Diagnosa penyakit pada pasien ini adalah Sindrom Obstruksi Post Tuberokulosis karena Destroyed lung dextra disertai dengan Gastroesofageal Refluks Disease. Tatalaksana non farmakologi dengan memberikan edukasi kepada pasien untuk istirahat total di tempat tidur, diet tinggi kalori dan protein, jangan lepas penggunaan oksigen, makan sedikitsedikit, sehabis makan jangan tidur, dan hindari makan makanan yang asam, santan, danpedas.TerapifarmakologiberupaOksigen 3 lt, drip Aminophiline 240 mg/12jam dalam Ringger lactat (RL) 500 ml, Iprabromium bromida dan Salbutamol (Combivent) 8,5 ml/8jam nebulizer, Ambroxol syirup 3x1 sendok makan, Aminofluid 1kolf/hari, Ciprofloxacin 2x1 flas, Sulcralfat syirup 3x1 sendok makan, Omeprazole 1x1 tablet, dan Budesonic dan untuk maintanance dirumah diberikan Budesonic dan Formaterol fumarat dihydrate(Symbycort)2x2oralinhalasi. Pembahasan Studi kasus dilakukan pada pasien wanita usia 44 tahun dengan keluhan sesak yang semakin memberat sejak 1 minggu lalu disertai batuk berdahak dengan warna jernih dan konsistensi kental. Selain itu juga mengeluhkan mual, nyeri ulu hati seperti terbakar, regurgitasi asam, nafsu makan semakin menurun, dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan retraksidadakanan,dancurigaterdapatmasa pada paru kanan. Setelah dilakukan pemeriksaan radiologi didapatkan kerusakan pada paru kanan berupa destroyed lung. Penyebab penyakit ini diduga akibat dari terganggunya fungsi faal paru berupa obstruksi saluran nafas yang telah terjadi selama bertahun-tahun akibat dari pulmonali tuberkulosis. Destroyed lung unilateral merupakan suatu kesatuan dengan tuberkulosis, analisis yang pernah dilakukan pada pasien yang mengalami Destroyed lung unilateral ditemukan adanya pulmonal tuberkulosis JMedulaUnila|Volume4|Nomor2|Desember2015|25 Andre|SindromObstruksiPostTuberkulosisyangdisebabkankarenaDestroyedLungDextradenganGastroesofageal RefluksDiseasepadaWanita44Tahun pada83,3%pasien.Haltersebutdapatterjadi setelah infeksi primer atau reinfeksi dari tuberkulosis.24,26 Diagnosis destroyed lung dextra karena sindom obstruksi pasca tuberkulosis padapasiendiatasditegakkanatasdasarpada pemeriksaan fisik ditemukan adanya retraksi pada dada kanan, Vokal fremitus menurun pada dada kanan, perkusi ditemukan suara redup pada dada kanan, dan auskultasi terdapatsuarawheezingminimalpadabagian apex paru kanan. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan BTA (-) dan pemeriksaan radiologi foto thorax ditemukan adanya penurunan volume paru kanan yang signifikan, atelektasis, deviasi trakea kearah kanan,jantungtertarikkearahkanan,terdapat kalsifikasi, jaringan fibrosis, dan hiperplasia jaringan paru yang masih cukup baik dalam rangka kompensasi. Pada pemeriksaan radiologi foto thorax yang dapat ditemukan pada pasien destroyed lung diantaranya adalah penurunan volume paru, terdapatnya bronkiektasis, dan fibrosis. Fibrosis dapat menyebabkan penarikan dari hilum dan mediastinum kearah paru yang rusak, menyebabkan bagian paru lain yang masih baik akan mengalami pembesaran sebagai bentukkompensasi.23 Penatalaksanan Destroyed lung pada pasien ini seharusnya dilakukan tindakan pneomectomy karena kerusakan yang terjadi pada paru kanan bersifat total yaitu telah mengenai ketiga lobus. Namun dikarenakan keterbatasan peralatan pada Rumah Sakit tempatnyadirawat,resikooperasiyangtinggi, dan pasien menolak dirujuk karena alasan pribadi maka dilakukan pengobatan medikamentosa untuk mengurangi gejala, memperbaiki keadan umum pasien, dan mencegahterjadinyainfeksinosokomial. Pengobatan yang dilakukan pada pasien saat dirawat di rumah sakit menggunakan aminophiline secara drip. Aminophiline merupakan obat golongan metilxantin yang memiliki efek relaksasi terhadapototpolospadasaluranpernafasan. Tersediadalambentukbolus,drip,dantablet. Untuk kasus eksaserbasi akut dapat diberikan dalam benruk bolus atau drip, sedangkan tablet digunakan dalam rangka pemeliharaan untukjangkapanjang.Efeksampingdariobat iniadalah:mual,takikardi,dantremor.23,28 JMedulaUnila|Volume4|Nomor2|Desember2015|26 Pada pasien juga diberikan bronkodilator kerja pendek berupa Iprabromium bromida dan Salbutamol (Combivent) secara nebulizer, obat ini merupakan kombinasi dari golongan antikolinergik dan short acting β2 adrenergik reseptor agonis. Antikolinergik memiliki efek menghambat kerja syaraf simpatis terhadap bronkus, dimana kerja syaraf simpatis dapat menyebabkan kontraksi pada otot polos saluranpernafasan,sedangkanshortactingβ2 adrenergik reseptor agonis memberikan efek relaksasi pada otot polos saluran pernafasan, sehingga keduanya sama-sama memiliki efek bronkodilatasi dan berkerja saling memperkuat. Kombinasi ini sering digunakan untuk mengatasi eksaserbasi akut, namun tidak dianjurkan penggunaanya dalam waktu yangpanjang.6,26,28 Pada saat pasien pulang diberikan bronkodilatorkerjapanjangberupaBudesonic dan Formaterol fumarat dihydrate (Symbycort) secara oral inhalasi. Budesonic merupakangolonganobatkortikosteroidyang memiliki efek bronkodilator terhadap alveolus, sedangkan Formaterol fumarat dihydrat merupakan golongan obat long acting β2 adrenergik reseptor agonis yang memiliki efek bronkodilator kerja panjang, kedua obat ini dapat saling memperkuat dalam memberikan efek bronkodilatasi kerja panjang. Pada derajad yang berat pemberian bronkodilator kerja panjang (long acting) sangat dianjurkan untuk maintanance pasien agartidakterjadiserangan.6,26 Pemberian ambroxol syirup berguna untuk mengencerkan dahak karena sifatnya sebagai mukolitik, hanya diberikan pada eksaserbasi akut. Aminofluid merupakan cairaninfusyangberisiasamamino,elektrolit, dan air. Dapat digunakan pada individu dengan hipoproteinemia atau malnutrisi ringan karena kurangnya asupan oral. Antibiotik golongan fluoroquinolon injeksi diberikan pada perawatan di rumah sakit dalam rangka pencegahan infeksi nosokomial.6,28 Diagnosisyangdidapatkanselanjutnya adalah GERD. Pada anamnesa didapatkan adanyagejalakhasyaitunyeriuluhatiseperti terbakar dan regurgitasi asam. Gejala khas (typical) yang dapat ditemukan pada pasien GERD adalah rasa terbakar pada ulu hati dan regurgitasi asam, sedangkan gejala tidak khas Andre|SindromObstruksiPostTuberkulosisyangdisebabkankarenaDestroyedLungDextradenganGastroesofageal RefluksDiseasepadaWanita44Tahun (atypikal) adalah disfagia dan nyeri dada (chestpain).26 Pada dasarnya semua orang dapat mengalamireflukscairanlambung,karenahal tersebut normal ditemukan pada keadaan sehari-hari. Namun apabila itu terjadi secara berulang-ulang dan telah menyebakan keluhan maka itulah yang dinamakn GERD. Penyakit ini dapat disebabkan oleh spontanitas saat relaksasi Lower Esophageal Sphincter (LES) yang tidak adekuat, aliran retrograd yang mendahului kembalinya tonus LES setelah menelan, meningkatnya tekanan abdominal, dan anatomi LES yang dapat terjadiherniahiatal.26 Penatalaksanan pada pasien ini diberikan omeprazole tablet yang merupakan obat golongan proton pump inhibitor (PPI). Obat ini bekerja sebagai penghambat pengeluranenergiyangakandigunakanuntuk mensekresi asam lambung dari kanalikuli sel parenteral. Selain itu pasien juga diberikan Sulkralfat syirup sebagai sitoprotektif yang dapat melindungi mukosa terhadap pengaruh asamdanpepsin.26,28 Penurunanberatbadanyangsemakin hari semakin menurun pada pasien dapat disebabkankarenabebrapahal,salahsatunya adalah nafsu makan pasien yang semakin menurun diakibatkan oleh rasa mual dan regurgitasiasam.Selainitupasienjugapernah menderita TB yang dapat mengakibatkan penurunan berat badan secara signifikan, namun hal ini dimungkinkan terjadi pada waktu beberapa tahun lalu saat pasien masih menderitaTBdanbelumdinyatakansembuh. Simpulan Diagnosis Sindrom obstruksi post tuberkulosis karena Destroyed lung dextra disertai dengan Gastroesofageal refluks disease pada kasus ini disesuaikan dengan telaah beberapa literatur. Destroyed lung dapat menyebabkan penyakit obstruksi salurannapas,danpalingbanyakterjadipada TB pulmonal. Penatalaksanan pada pasien berupa medikamentosa untuk mengurangi gejala, memperbaiki keadaan umum, dan mencegah infeksi nosokomial belum sesuai dengan literatur, seharusnya pada pasien ini dilakukan tindakan operatif berupa pneumectomy. Penatalaksanan Gastroesofageal refluks disease pada pasien ini sudah sesuai dengan telaah beberapa literatur. DaftarPustaka 1. Dye C. Global epidemiology of tuberculosis.Swizerland:Lancet;2006. 2. Inghammar M, Ekbom A, Engstrom, G, LjungbergB,RomanusV.COPDandthe risk of tuberculosis. PLOS ONE. 2010; 5(4):1-7. 3. World Health Organization. Global tuberculosis control. Geneva: WHO; 2010.hlm.1-218. 4. StopTBPartnership.Tuberculosisglobal fact.Geneva:WHO;2010.hlm.1-2. 5. World Health Organization. Indonesia tuberculosis profile. Geneva: WHO; 2010.hlm.1. 6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di indonesia. Jakarta: PDPI;2002.hlm.1-29. 7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. Jakarta: DepKesRI;2007.hlm1-127. 8. Verma SK, Kumar S, Narayan KV, Sodhi R. Post tubercular obstructive airway impairment. Indian J Allergy Asthma Immunol.2009;23(2):95-9. 9. Ramos LMM, Sulmonett N, Ferreira CS, Henriques JF, Spindola de Miranda S. Functional profile of patients with tuberculosis sequelae in a university hospital. J Bras Pneumol. 2006; 32(1):43-7. 10. ShettyAJ,Tyagi,A.Developmentofpost tubercular, bronchial asthma-a pilot study.JournalofClinicalandDiagnostic Research.2010;4:2360-2. 11. Van ZS, Pai M, Yew WW, Leung CC, Zumla A, Bateman ED. Global lung health: the colliding epidemics of tuberculosis, tobacco smoking, HIV and COPD.EurRespirJ.2010;35:27-33. 12. Patricio JP. Chronic airways obstruction inpatientswithtuberculosissequelae:a comparisonwithEPOC.Revchilenferm respir.2006;22(2):98-104. 13. Jordan TS, Spencer EM, Davies P. Tuberculosis, bronchiectasis, and chronic airflow obstruction. Respirology.2010;15:623-8. JMedulaUnila|Volume4|Nomor2|Desember2015|27 Andre|SindromObstruksiPostTuberkulosisyangdisebabkankarenaDestroyedLungDextradenganGastroesofageal RefluksDiseasepadaWanita44Tahun 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Chakrabarti B, Calverley PMA, Davies PDO. Tuberculosis and its incidence, special nature, and relationship with chronic obstructive Pulmonary Disease. 2007;2(3):263-72. Kawashiro T. Evaluation of respiratory failure due to sequelae of tuberculosis. PubMed.2005;80(6):491-7. Aida N. Patogenesis Sindrom Ostruksi PascaTuberkulosis.Jakarta:BagianIlmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Unit Paru Rumah Sakit Persahabatan; 2006. hlm.1–5. Danusantoso H. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates; 2000.hlm.1-254. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru dalam buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPDFKUI;2007.Hlm.1576-94. Pasipanodya JG, Vecino M, Munguia G, Garmon R, Bae S, Drewyer G. Pulmonary impairment after tuberculosis. CHEST June. 2007; 131(6):1817-24. Menezes AMB, Hallal PC, Padilla, RP, Jardim JRB, Muino A, Lopez MV. Tuberculosis and airflow obstruction: evidencefromtheplatinostudyinlatin america.ERJ.2007;30(6):1180-5. Rekha VVB, Ramachandran R, Rao KVK, Rahman F, Adhilakshmi AR, Kaliselvi D. JMedulaUnila|Volume4|Nomor2|Desember2015|28 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. Assessment of long term status of sputum positive pulmonary tb patients successfully treated with short course chemotherapy. Indian J Tuberc. 2009; 56:132-40. World Health Organization. Global tuberculosis control surveillance, planning, financing. Geneva: World HealthOrganization;2008. RajasekaranS,VallinayagiV,Jayaganesh D. Unilateral lung destruction: a computedtomographicevaluation.IndJ Tub.1999;46:183. Devi HJG. Complications of pulmonary tuberculosis. Bangalore: Ramaiah MedicalCollege;2013. Seo YK, Lee CH, Lee HK, Lee YM, Park HK, Choi SB. Differences between patients with tb-destroyrd lung and patienswithCOPDadmittedtotheICU. TubercRespirDis.2011;70:323-9. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J. Harrison’s principles of internal medicine. United States:McGraw-HilleBooks;2012. Bai L, Hong Z, Gong C, Yan D, Liang Z. Surgicaltreatmentefficacyin172cases oftuberculosis-destroyedlungs.Beijing: Beijingchesthospital;2011. Goodman, Gilman’s. The Pharmacological Basis of Therapeutics. United States: McGraw-Hill eBooks; 2006.