analisis isi pesan dakwah dalam novel penakluk badai karya aguk

advertisement
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL
PENAKLUK BADAI KARYA AGUK IRAWAN MN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Fadli Rosyad
109051000137
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN SYarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 08 Mei 2013
(Fadli Rosyad)
ABSTRAK
Fadli Rosyad (109051000137)
Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Penakluk Badai Karya Aguk Irawan MN
Dalam sebuah karya sastra, nilai-nilai dakwah selalu bisa dikemas oleh sang
pengarang. Novel Penakluk Badai ini mengisahkan tentang kisah dan perjalanan hidup
dari seorang ulama besar, KH. Hasyim Asy’ari. Selama ini, masyarakat mengenal beliau
sebagai pendiri dari organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) yang sangat kental
melaksanakan pokok-pokok kepercayaan Ahlussunnah Waljamaah. Menariknya,
bagaimana melihat perjuangan beliau dalam mendirikan organisasi tersebut yang pada
saat itu justru sedang berkembang organisasi Muhammadiyah dan paham Wahabi. Di
satu sisi, beliau merupakan tokoh utama di balik berdirinya NU. Di sisi lain, dalam
novel ini dijelaskan kedekatan dan harmonisnya hubungan beliau dengan Kiai Ahmad
Dahlan yang merupakan pendiri dari Muhammadiyah.
Dari uraian di atas, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana pesan dakwah
aqidah yang terdapat dalam novel Penakluk Badai? Bagaimana pesan dakwah syariah
yang terdapat dalam novel Penakluk Badai? Bagaimana pesan dakwah akhlak yang
terdapat dalam novel Penakluk Badai? Dari pesan dakwah tersebut, pesan dakwah apa
yang paling dominan?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka dalam skripsi ini dipakai sebuah
metodologi yang disebut metode analisis isi (content analysis) kuantitatif. Menurut
Hostly, analisis isi adalah teknik untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan
karakteristik pesan, digunakan secara objektif dan sistematis. Pada skripsi ini
karakteristik pesan dakwah dan pesan dakwah yang paling dominan. Dalam
penghitungan data menggunakan lembar koding yang diisi juri berjumlah tiga orang
yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam novel Penakluk Badai terdapat pesan-pesan dakwah seperti aqidah,
syari’ah, dan akhlak. Setelah dilakukan perhitungan data menggunakan lembar koding
yang telah diisi oleh ketiga juri maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa pesan
dakwah yang paling dominan dalam novel Penakluk Badai adalah pesan syariah dengan
prosentase 50%, yang diikuti oleh pesan akhlak 34,25% dan terakhir pesan aqidah
dengan 15,75%.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis,
sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Penakluk Badai Karya Aguk Irawan
MN”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW, beserta para sahabatnya. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk
melengkapi syarat yang harus ditempuh untuk mendapat gelar Strata 1 sebagai Sarjana
Komunikasi Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini, perkenankan penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas dukungan,
bantuan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, terutama kepada:
1. Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya yang selalu diberikan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua tercinta, ayah Hasan Basri, dan ibunda Wardah yang selalu
memberikan dukungan, restunya dan atas rasa cinta, perhatian, kasih sayang,
semangat, serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
3. Kakak dan Adik – adik tercinta, Elliyati Hasanah, Ahmad Wiza Walady, Andri
Firmansyah, dan Muhammad Raihan Albairuny tercinta yang selalu
mendukung, memberi semangat, memberikan keceriaan dirumah dan doa.
Semoga
kesuksesan
selalu
mengiringi
kita
dan
semoga
kita
bisa
membahagiakan kedua orang tua kita.
4. Keluarga Besar H. Nasuki dan Cuhanas yang penulis hormati yang senantiasa
memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis selama ini.
5. Dr. H. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
6.
Drs. Jumroni, M.Si. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7.
Umi Musyarofah, MA., selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
8.
Drs. Masran, MA. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia
meluangkan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing dan
memberikan arahan penulis selama menyusun skripsi.
9.
Seluruh Pengajar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
khusunya dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis.
10. Seluruh karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah membantu
dalam pengurusan surat- surat.
11. Ketiga dewan juri, Komalasari, S.Pd., Khurosani, S.Pd.I., dan Zahlah, S.Pd.I.,
yang telah meluangkan waktunya dan membantu penulis dalam pengisian
coding sheet.
12. Sahabat-sahabat IKRIMA tercinta, khususnya kepada sahabat Ridwan Aditya,
Muhammad Ardillah, dan Farhan Hidayat yang selalu berbagi cerita dan mensupport penulis. Semoga Allah lebih mempererat tali persahabatan dan
persaudaraan kita.
13. Sahabat-sahabat di BB Smart Kids tercinta, yakni Muhammad Rifqi Al-Fakhri,
Rosyidah Fadhil, Siti Ma’rifah, dan Pipit Fitriani Azizah yang selalu berbagi
pengalaman, keceriaan, memberikan dukungan serta memotivasi penulis.
Semoga Allah selalu memberikan kelancaran dan kemudahan dalam setiap
urusan yang kita jalankan.
14. Sahabat-sahabat dekat, Achmad Nofal, Muhamad Rizal, Muhamad Rikza, dan
Adi yang terus memberikan dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi
ini.
15. Sahabat-sahabat KPI D 2009, khususnya sahabat Eko, Ryan, Bowo, Lephi,
Zidni, Arkho, Ucup, Mahdi, Rizky, Bayu, Devi, Noflim, Bintang, Rina, Yudid,
Okta, Ririn, Yuli atas semua cerita indah yang terjadi di bangku kuliah.
iii
16. Sahabat-sahabat KKN, Zaky, Nofal, Oim, Melani, Husen, Islah, Deni, Ani,
Mega, Yuli, Aida, Faizah, Nani, dan Dahlia yang telah memberikan kesan dan
pengalaman yang tak terlupakan.
17. Semua pihak yang tidak bisa disebut satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 08 Mei 2013
Penulis
(Fadli Rosyad)
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
BAB I
BAB II
i
ii
iv
vi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................
6
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
7
D. Manfaat Penelitian. ..................................................................
7
E. Metodologi Penelitian ..............................................................
8
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................
12
G. Sistematika Penulisan ..............................................................
13
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Analisis Isi ..............................................................
15
B. Konsep Dakwah .......................................................................
17
1. Pengertian Dakwah……………………………………….
17
2. Unsur-unsur Dakwah……………………………………...
18
3. Pesan Dakwah…………………………………………….
20
C. Ruang Lingkup Novel ..............................................................
26
1. Pengertian Novel………………………………………….
26
2. Novel Sebagai Media Dakwah……………………………
28
v
BAB III
BAB IV
BAB V
GAMBARAN UMUM NOVEL PENAKLUK BADAI
A. Biografi Aguk Irawan MN .......................................................
32
B. Karya-karya Aguk Irawan MN ................................................
34
C. Sinopsis Novel Penakluk Badai…………...………………….
36
ANALISIS DAN TEMUAN DATA
A. Pesan Dakwah Tentang Aqidah dalam Novel Penakluk Badai
41
B. Pesan Dakwah Tentang Syariah dalam Novel Penakluk Badai
52
C. Pesan Dakwah Tentang Akhlak dalam Novel Penakluk Badai
59
D. Pesan Yang Paling Dominan dalam Novel Penakluk Badai ....
66
PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................
69
B. Saran .........................................................................................
70
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Rincian Kategorisasi Aqidah………………………..
48
Tabel 2
Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Aqidah ..….
51
Tabel 3
Rincian Kategorisasi Syariah………………………..
54
Tabel 4
Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Syariah …...
59
Tabel 5
Rincian Kategorisasi Akhlak…………………………
61
Tabel 6
Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Akhlak …….
65
Tabel 7
Kalkulasi dari Akumulasi Kesepakatan Juri…………..
65
Tabel 8
Prosentase Pesan……………………………………….
67
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi adalah masa di mana dunia semakin menyempit, seolaholah tidak ada batas geografis bahkan budaya/kultur. Tidak terkecuali teknologi
komunikasi yang sangat pesat saat ini bermanfaat sebagai sebuah sarana yang
menghubungkan masyarakat dari tempat satu ke tempat lain. Kecanggihan
teknologi ini mempengaruhi juga pada aspek kehidupan manusia.
Salah satu hasil teknologi komunikasi yang saat ini amat berperan dalam
kegiatan komunikasi adalah novel. Novel merupakan media komunikasi yang
sangat berpengaruh bahkan ampuh dalam menyampaikan pesan-pesannya kepada
masyarakat. Pesan yang disajikan pun dibuat secara halus dan menyentuh hati
tanpa harus digurui.1
Karya sastra adalah refleksi masyarakat dari renungan mendalam serta
pengolahan serius penciptanya (sastrawan). Karya sastra harus mengandung
kebenaran, sastra yang baik adalah yang mengandung kebenaran. Akan tetapi,
kebenaran dalam karya sastra bukanlah kebenaran faktual, melainkan lebih
kepada kebenaran ideal. Banyak ide dalam karya sastra, ide-ide itu bisa berwujud
hal-hal tentang hubungan sesama manusia, tentang hubungan manusia dengan
1
Jakob Subarjo, Seluk Beluk dan Petunjuk Menulis Novel dan Cerpen (Bandung: Pustaka
Latifah, 2004), h.24.
1
2
Tuhannya, hubungan manusia dengan makhluk lainnya, tentang pendidikan,
agama, dan lain-lain.2
Seni tulis menulis memberikan kesenangan, hiburan, dan kebahagiaan
pada manusia, karena seni adalah keindahan. Keindahan itu adalah segala pikiran
manusia yang berguna bagi manusia lain. Maka dari itu, novel selain menghibur
juga berguna untuk memanusiakan manusia, karena di sana juga terdapat pesanpesan yang dapat di ambil hikmahnya.3
Saat ini masih banyak orang yang membaca sebuah karya sastra sekedar
menikmatinya sebagai hiburan saja, tanpa berusaha untuk merenungkan apa pesan
yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini penulis berusaha untuk menggali isi
pesan yang terdapat dalam novel atau karya sastra.
Dalam hal ini, karya sastra merupakan salah satu bentuk tulisan yang dapat
dijadikan sebagai media dakwah. Dalam karya sastra yang menceritakan suatu
kisah baik yang fiksi maupun nonfiksi terdapat pesan-pesan yang bermuatan
dakwah dan moral. Selain itu, memberikan pengetahuan yang memuat aspekaspek yang lebih kompleks (seperti sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi). Pengetahuan dan pesan-pesan yang disampaikan
pengarang melalui novelnya tersebut diharapkan dapat meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan setiap orang yang membacanya.
Pada setiap novel terkandung sebuah tema dasar yaitu pemikiran penulis
yang disampaikan lewat karya-karyanya. Apabila sebuah novel dimuat dengan
tema-tema dakwah yang dikemas oleh penulisnya dalam bentuk sebuah cerita
2
Nguruh Persua, Peranan Kesusastraan dalam Pendidikan, (Suara Guru. XII, 1980), h.5.
Jakob Subarjo, Seluk Beluk dan Petunjuk Menulis Novel dan Cerpen (Bandung: Pustaka
Latifah, 2004), h.11.
3
3
yang imajinatif, maka pesan dakwah yang ingin disampaikan oleh penulis dapat
diterima dan dipahami oleh pembacanya.4
Dalam sebuah karya sastra, nilai-nilai dakwah selalu bisa dikemas oleh
sang penulis. Karena menyangkut tulisan, dakwah melalui karya sastra termasuk
di dalamnya cerpen, cerbung, dan novel adalah bagian dari dakwah Bil Qolam.
Maka, jadilah dakwah Bil Qolam sebagai konsep “dakwah melalui pena”, yaitu
dengan membuat tulisan di media.
Perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini telah jauh dan semakin
beragam, namun teknologi penulisan merupakan tahapan yang tidak pernah
lekang, malahan terus berkembang. Apalagi saat ini, ketika “kran” kebebasan
membuka penerbitan dibuka lebar setelah reformasi. Kini semakin banyak media
surat kabar dan majalah. Masyarakatpun dengan leluasa bisa memilah dan
memilih media yang dikuasainya.5
Novel memberikan peranan penting bagi kehidupan masyarakat. Boleh
jadi keberadaannya turut membantu perubahan sosial, karena novel tidak hanya
ajaran serta tingkah laku dan pola-pola kehidupan masyarakat. Novel sebagai
sebuah media komunikasi yang di dalamnya terdapat proses komunikasi, banyak
mengandung pesan, baik itu pesan sosial, pesan moral, ataupun pesan keagamaan.
Salah satu sifat yang sangat dominan dari sebuah novel ialah mampu
merubah pandangan hidup ataupun cara berfikir pembacanya. Oleh karena itu,
4
Ariswendo Atmowiholo, Mengarang Itu Gampang, (Jakarta: PT Suberta Citra Pusaka,
1995), h.69-70
5
Asep Kusnawan. Berdakwah Lewat Tulisan (Bandung: Mujahid Press, 2004), h.24.
4
novel merupakan salah satu bentuk sarana yang efektif dalam proses mengubah
perilaku seseorang untuk menjadi lebih baik. Tatkala seorang pembaca menikmati
isi novel tersebut, kemudian ia menangis maka tangisannya itu adalah hasil dari
pemikirannya yang panjang, dan inilah salah satu bentuk novel yang berkualitas.6
Dari sudut pandang sastra, karya novel juga sudah menjamah dan memuat
pesan-pesan keagamaan. Sedangkan dari sudut pandang dakwah, perlu diadakan
kajian-kajian yang mendalam terhadap novel tersebut, baik kajian mengenai
media ataupun mengenai pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.
Berdakwah melalui sastra membutuhkan setidaknya idealisme yang jelas
serta kekayaan bahasa, agar karya kita mampu menggerakkan seseorang. Novel
sangat berpotensi sebagai media dakwah untuk mengenalkan keindahan Islam
yang dikemas melalui bahasa yang khas, halus, indah, komunikatif, dengan
menggunakan metode dakwah yang khas dari seorang pengarang atau penulisnya
untuk disampaikan kepada para pembaca dan pecinta novel.
Karya tulisnya bukan bermaksud untuk menggurui para pembaca tetapi
hanya sekedar memberitahu tentang ajaran Islam dan perjuangan hidup secara
sederhana tapi amat sangat mengena di hati mereka yang membacanya. Salah satu
contohnya adalah novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN yang menjadikan
karya tulisnya menjadi pelajaran yang patut dicontoh oleh pembacanya.
Novel Penakluk Badai ini mengisahkan tentang kisah dan perjalanan hidup
dari seorang ulama besar, KH. Hasyim Asy’ari. Aguk Irawan selaku penulis novel
6
54
Taringan, Henry Guntur. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. (Bandung: Angkasa. 1993) hlm.
5
ini, mencoba menyingkap detail kharisma dan keagungan KH. Hasyim Asy’ari
yang selama ini hanya direduksi sebagai tokoh besar di kalangan Ormas
Nahdhatul Ulama (NU) yang perannya sering hanya diketahui sekedar membela
Aswaja dan menolak keras paham wahabi.
Lebih dari itu, dengan mengangkat perjuangan dan sumbangsihnya di
bidang pendidikan , KH. Hasyim ditampilkan sebagai Bapak Revolusi Pendidikan
Islam. Dimulai dari Tebuireng, KH. Hasyim mendirikan pondok pesantren di
tengah-tengah kalangan masyarakat yang akhlaknya buruk, seperti perampok,
pemabuk, penjudi, dan prostitusi (asusila). Tindakan beliau ini membuat cengang
para Kiai Sepuh karena hal demikian dianggap tidaklah lazim.
Novel Penakluk Badai yang tak lain merupakan biografi dari KH. Hasyim
asy’ari sengaja disusun dengan kemasan fiksi, agar pembaca dapat menikmati alur
cerita serta mudah untuk dapahami. Bahasa yang lugas serta ringan turut menjadi
salah satu keunggulan dari novel ini sehingga sosok KH. Hasyim Asy’ari seolaholah hidup dan berada di tengah-tengah pembaca.
Melalui novel ini, sang pengarang novel juga menggambarkan semangat
serta penjabaran sejarah lain dari proses Indonesia merdeka yang belum diketahui
banyak oleh pembaca. Salah satunya adalah Piagam Jakarta yang dikenal oleh
bangsa Indonesia sebagai rumusan dari penitia sembilan. Di balik itu, ternyata
sosok Kiai Hasyim Asy’ari lah yang telah memberikan rumusan tersebut kepada
anaknya yang termasuk dalam panitia sembilan, yakni Kiai Wahid Hasyim.
6
Novel ini juga sarat akan pesan moral dan etika yang sangat menggugah
para pembaca untuk mengambil banyak hikmah yang terkandung dalam
tulisannya. Dari sinilah penulis termotivasi untuk menulis skripsi yang dilatar
belakangi dari permasalahan di atas dengan mengangkat sebuah judul “Analisis
Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Penakluk Badai Karya Aguk Irawan MN”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan, maka pada penelitian ini
permasalahannya hanya dibatasi pada bagian KH. Hasyim Asy’ari mulai
dilahirkan sampai pada perjuangan KH. Hasyim Asy’ari mendirikan Organisasi
Islam Nahdlatul Ulama yang terdapat dalam novel Penakluk Badai karya Aguk
Irawan MN, yang akan diteliti yaitu mengenai kalimat-kalimat di dalam novel
Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN yang mengandung unsur-unsur pesan
dakwah akidah, akhlak, dan syariah.
Sedangkan rumusan masalah yang diangkat pada penelitian skripsi kali ini
adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana isi pesan dakwah tentang aqidah yang terkandung dalam
novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN?
2.
Bagaimana isi pesan dakwah tentang syariah yang terkandung dalam
novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN?
3.
Bagaimana isi pesan dakwah tentang akhlak yang terkandung dalam
novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN?
4.
Apa isi pesan yang paling dominan dari novel Penakluk Badai karya
Aguk Irawan MN?
7
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pesan dakwah tentang aqidah yang terkandung dalam
novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN.
2. Untuk mengetahui pesan dakwah tentang syariah yang terkandung dalam
novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN.
3. Untuk mengetahui pesan dakwah tentang akhlak yang terkandung dalam
novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN.
4. Untuk mengetahui pesan dakwah yang paling dominan yang terkandung
dalam novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN.
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam studi tentang analisis
teks media massa, khususnya studi tentang kajian analisis isi dengan
berfokus pada karya sastra. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memperkaya khazanah intelektual, wawasan, dan gambaran secara utuh
tentang dunia karya sastra Islam.
2.
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi
penelitian serupa di masa mendatang, dapat memberi masukan dan
menambah wawasan bagi mahasiswa dan elemen masyarakat luas serta
para praktisi dakwah Islam dan menunjukkan bahwa setiap muslim dapat
8
berperan aktif dalam mengembangkan tugas dakwah melalui tulisan,
salah satunya dengan karya sastra seperti novel.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis isi atau disebut juga dengan content analysis yang bersifat
kuantitatif. Metode tersebut adalah untuk mengkaji pesan-pesan dalam
novel yang akan menghasilkan suatu kesimpulan tentang kecenderungan
isi, tema, dan lain sebagainya. Menurut Berelson dan Kerlinger, analisis
isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis
komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan
yang nampak.7
R. Hostly mendefinisikan analisis isi sebagai metode analisis isi
pesan dalam suatu yang sisitematis menjadi petunjuk untuk mengamati
dan
menganalisis
pesan-pesan
tatanan
yang
disampaikan
oleh
komunikator.
Metode yang digunakan analisis isi yakni membaca novel Penakluk
Badai karya Aguk Irawan MN dan unit pengamatannya adalah tiap
paragraph dan dialog yang mengandung pesan dakwah dalam novel
tersebut.
7
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komuikasi, (Jakarta: Perdana Media Group,
2007), cet. Ke-2, h.228.
9
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah novel Penakluk Badai karya
Aguk Irawan MN, sedangkan objek dari penelitian ini adalah isi pesan
dan kandungan pesan dalam novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan
MN.
3. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik random
sampling. Dari populasi yang ada yaitu berjumlah 228 halaman, penulis
mengambil secara acak dengan hanya mengambil pada halaman-halaman
ganjil saja, yang berarti totalnya mencapai 114 halaman, yakni 50% dari
jumlah populasi.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi, yaitu dengan cara membaca atau mengamati setiap
paragraf dalam novel.
b. Dokumentasi, ialah dengan mengumpulkan variabel berupa catatan,
buku-buku penelitian, dakwah, komunikasi, artikel, serta data lainnya
tentang novel tersebut.
5. Teknik Analisa Data
Analisis dilakukan dengan mengkategorisasikan setiap paragraf
yang masuk ke dalam tiga kategori pesan dakwah, kemudian di analisis
untuk mencari isi pesan dakwah apa yang terkandung di dalamnya.
Berikut adalah tahapan-tahapan dalam menganalisa data:
10
a.
Melakukan kategorisasi terhadap paragraf-paragraf dalam novel
“Penakluk Badai”. Menurut Moch. Ali Aziz dalam bukunya yang
berjudul Ilmu Dakwah, pesan dakwah terdiri dari tiga aspek yakni
akidah, syariah, dan akhlak. Berdasarkan kategori tersebut, maka
dibuat definisi operasional sebagai berikut:
1. Pesan aqidah: yang dimaksud dengan akidah adalah hal-hal yang
membahas tentang keyakinan, keimanan yang termasuk dalam
rukun iman.
2. Pesan syariah: yang dimaksud dengan syariah adalah hal-hal yang
memuat tentang berbagai aturan dan ketentuan yang berasal dari
Allah SWT dan Rasulullah SAW dalam hal ibadah. Ibadah meliputi
shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan muamalah berkenaan
dengan pergaulan hidup antar sesama manusia seperti perkawinan,
kewarisan, pidana, dan peradilan.
3. Pesan akhlak: yang dimaksud dengan akhlak adalah hal-hal yang
membahas tentang etika, moral, budi pekerti manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan
alam sekitarnya.
b.
Memasukkan data ke dalam lembar koding sesuai dengan kategori
yang telah ditentukan.
c.
Untuk memperoleh reabilitas dan validitas kategori-kategori isi novel
dimintakan pengujian kategori kepada tiga juri untuk mengisi lembar
koding dengan beberapa kategori yang telah ditentukan.
11
d.
Hasil dari kesepakatan tim juri tersebut dijadikan sebagai koefisien
reabilitas dihitung dengan rumus Holsty8, yaitu:
Koefisien Reabilitas:
2M .
N1+N2
Keterangan:
2M
= Nomor keputusan yang sama antar juri
N1,N2
= Jumlah item yang dibuat oleh tim juri
Setelah itu diperoleh rata-rata nilai keputusan antar juri
(komposit reabilitas), dengan menggunakan rumus:
Komposit Reabilitas:
N (x antar juri)
.
1 + (N-1) (x antar juri)
Keterangan:
N = Jumlah juri
X = Rata-rata koefisien reabitas antar juri
e.
Kemudian dilakukan penghitungan prosentase mengnai pesan dakwah
yang dominan yang terdapat dalam novel ini, selanjutnya menganalisa
data. Prosentase pesan dakwah yang dominan dihitug dengan rumus:
P= F x100%
N
Keterangan:
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah
8
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2006), h.76.
12
F. Tinjauan Kepustakaan
Penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku
serta artikel-artikel yang membahas tentang novel. Pada penelitian ini akan
disampaikan analisis isi pesan dakwah yang terkandung dalam novel Penakluk
Badai karya Aguk Irawan MN. Adapun merujuk penelitian terdahulu seperti
penelitian:
1.
Analisis isi pesan dakwah dalam novel Di Atas Sajadah Cinta karya
Habiburrahman El-Shirazy oleh Zakiyah Fiddin, 2008. Skripsi ini membahas
tentang novel karya Habiburrahman El-Shirazy yaitu Di Atas Sajadah Cinta
yang terdapat 38 pembahasan, namun yang diteliti hanya 19 pembahasan. Ia
menganalisisnya per bab dan per dialog. Dalam kategori pesan, Zakiyyah
Fiddin membagi tiga kategori yaitu akidah, akhlak, dan syariah. Metode yang
digunakan adalah kuantitatif. Dalam skripsi ini ia membahas pesan dakwah
yang paling dominan dalam novel Di Atas Sajadah Cinta yaitu akidah dengan
perolehan data sebanyak 52,63%, akhlak 26,31%, dan syariah 5,26%.
2.
Analisis isi pesan dakwah novel Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana
Rosa oleh Dian Kusumaningrum tahun 2009. Pada penelitian ini hanya
dibatasi pada salah satu novel karya Helvy Tiana Rosa dan membatasi
penelitiannya hanya 12 bab. Metode yang digunakan sama, dengan
menggunakan tiga koder/juri. Dengan menganalisis secara bab per bab, dan
membahas pesan dakwah yang paling dominan antara ketiga kategori
tersebut.
13
3.
Analisis isi pesan dakwah dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya
Ananta Toer ditulis oleh Toni Sultoni tahun 2007. Secara garis besar ia
membahas tentang pesan dakwah dan moral yang terdapat dalam novel Gadis
Pantai. Metode yang digunakan adalah kuantitatif. Ia juga mengunakan tiga
koder atau juri dengan kategori akidah, syariah, dan akhlak. Selain itu, Toni
Sultoni juga membahas pesan dakwah yang paling dominan dimana akidah
menjadi yang tertinggi dengan perolehan data sebanyak 38,1%, akhlak
28,6%, dan syariah 13,2%.
Beberapa penelitian diatas telah lebih dulu mengupas analisis isi pesan
dakwah. Serupa tapi tak sama, kelebihan dari skripsi yang akan penulis teliti
adalah pada fakta bahwa novel Penakluk Badai merupakan kisah nyata dari
seorang tokoh Islam yang sangat terkenal, yaitu KH. Hayim Asy’ari, walaupun
mungkin ada penambahan dan dramatisir bahasa namun tidak mengurangi
orisinalitas dari cerita sebenarnya, malah lebih menambah tekanan dan kedalaman
renungan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap dan sebagai bahan
perbandingan dari penelitian serupa yang telah ada serta menambah khazanah
penelitian di bidang novel dalam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
G. Sistematika Penelitian
Bab I
Pendahuluan, mencakup Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
Bab II
Landasan Teoritis, yang mencakup pengertian analisis isi, Konsep
dakwah yang terdiri dari Pengertian Dakwah, Unsur-unsur dakwah,
14
Pesan Dakwah yang terdiri dari Aqidah, Syariah, dan Akhlak,
Pengertian Novel serta Novel sebagai Media Dakwah.
Bab III
Gambaran Umum, merupakan bab mengenai Biografi Aguk Irawan
MN, Karya-karya Aguk Irawan MN, serta Sinopsis Novel Penakluk
Badai karya Aguk Irawan MN.
Bab IV
Merupakan bab Temuan Data dan Pembahasan yang mencakup
pesan-pesan dakwah dalam novel Penakluk Badai karya Aguk
Irawan MN, Pesan yang paling dominan dalam novel Penakluk
Badai karya Aguk Irawan MN.
Bab V
Merupakan bab Penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Analisis Isi
Analisis isi (content analysis) yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk
meneliti isi pesan yang disampaikan dalam suatu proses komunikasi.1 Analisis isi
merupakan penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap suatu isi
informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Analisis isi secara umum
diartikan metode yang meliputi semua analisis yang mengenai isi teks.
Analisis isi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik penelitian terhadap
isi atau makna pesan komunikasi berdasarkan data-data yang tersedia untuk dibuat
kesimpulannya. Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk memperoleh
gambaran isi pesan komunikasi massa yang dilakukan secara objektif, sistematik,
dan relevan secara sosiologis,
2
uraian dan analisisnya dapat menggunakan tata
cara pengukuran kualitatif dan kuantitatif ataupun kedua-duanya.
Analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi
yang disampaikan dalam bentuk lambang. Tidak hanya itu, analisis isi juga dapat
digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti surat kabar,
buku, puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, pidato, surat, teater, bahkan novel dan lain
sebagainya.3
1
Drs. Jumroni, M.Si. Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), cet. Ke-1 h.66
2
Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta: Pusat Penelitian
Universitas Terbuka, 2001 Cet. Ke-2 h.32
3
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2002),
cet. Ke-II, h.89
15
16
Dalam menganalisis isi, yang digunakan untuk memperoleh keterangan
dari isi komunikasi yang apabila disampaikan dalam bentuk lambang tersebut,
maka unit analisis yang digunakan adalah materi dakwah yang berisi tentang
pesan aqidah, akhlak, dan syari’ah (ibadah dan muamalah).
Metode analisis isi sangat tepat digunakan dalam bidang ilmu
komunikasi karena yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah isi pesan yang
disampaikan oleh suatu media komunikasi. Prosedur kerja metode ini hampir
sama dengan metode survey, yang membedakan hanyalah objek penelitiannya. 4
Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk
komunikasi. Baik surat kabar, berita, radio, televisi, iklan, maupun semua bahanbahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat
menggunakan analisis isi sebagai teknik metodologi penelitian.
Sejarah analisis isi diperkenalkan sebagai sebuah metode sistematik
untuk mempelajari media massa oleh Harold D. Laswell pada tahun 1927. Metode
ini mulai populer sebagai metodologi riset selama tahun1920-an dan 1930-an
untuk menyelidiki isi komunikasi dalam film-film yang mengalami perkembangan
sangat cepat saat itu. Pada fase berikutnya perkembangan metode analisis isi
sangat dipengaruhi oleh pendekatan kuantitatif yang ditawarkan Bernard
Berelson.5
Barelsen mendefinisikan kajian isi sebagai teknik penelitian untuk
keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan kuantitatif tentang
4
Drs. Jumroni, M.Si. Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), cet. Ke-1 h.68
5
Drs. Jumroni, M.Si. Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), cet. Ke-1 h.68
17
manifestasi kiomunikasi. Weber menyatakan bahwa kajian ini adalah metodologi
penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan
yang shahih dari sebuah buku atau dokumen. Holsty memberi definisi yang agak
lain dan menyatakan bahwa kajian isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk
menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan
secara objektif dan sistematis.
B. Konsep Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi, dakwah berasal dari bahasa Arab, da’watan yang
merupakan bentuk masdar dari kata kerja da’a, yad’u yang artinya
menyeru, memanggil, mengajak, dan menjamu.
Dakwah Islam dapat dipahami sebagai ajakan, seruan, serta
panggilan kepada umat Islam untuk mengajak orang lain masuk ke dalam
Sabilillah (Jalan Allah) secara menyeluruh (Kaffah), baik melalui lisan,
tulisan, maupun perbuatan.6
Menurut Nasarudin Latif, “Dakwah artinya setiap usaha atau
aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak,
serta memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah
SWT., sesuai dengan garis-garis aqidah, syariah, dan akhlak Islamiah”.7
Secara terminologi atau istilah, dakwah menurut M. Natsir adalah
usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia
6
Ismah Salmah, Strategi Dakwah di Era Millenium, Dakwah Jurnal dan Komunikasi, h.2
vol.6 no.1
7
Rafi’udi dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka
Setia, 2001), cet. Ke-2.
18
dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan
hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar
dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan
membimbing pengalamannya dalam perikehidupan bermasyarakat dan
perikehidupan bernegara.8
Sedangkan menurut Toha Yahya Omar, dakwah adalah mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
perintah Tuhan, yaitu keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.9
Dakwah juga bisa diartikan sebagai proses penyampaian ajaran
agama Islam kepada umat manusia. Sebagai suatu proses, dakwah tidak
hanya merupakan usaha penyampaian saja, tetapi juga merupakan usaha
untuk mengubah way of thinking, way of feeling, dan way of life manusia
sebagai sasaran dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik.10
Dakwah merupakan kewajiban individual (fardhu ‘ain) seorang
muslim, akan tetapi dalam tataran tertentu juga merupakan kewajiban
kolektif (fardhu kifayah).
2.
Unsur-Unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah faktor atau muatan-muatan yang
mendukung aktifitas dakwah itu sendiri, artinya satu kesatuan yang
saling mendukung dan mempengaruhi antara unsur satu dengan yang
lainnya, anatara lain:
8
Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta:
Amzah, 2008), cet. Ke-1 h.5
9
Prof. Toha Yahya Omar, M.A., Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1984) , h.1
10
Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta:
Amzah, 2008), cet. Ke-1 h.8
19
a. Da’i
Da’I adalah orang yang menyampaikan dakwah, artinya
orang yang dengan sengaja menyampaikan atau mengajak orang,
baik individual ataupun bersifat kelompok ke jalan Allah, yakni
Al-Qur’an dan hadits. Da’I ini ada yang melaksanakan
dakwahnya secara individu, namun ada juga yang berdakwah
secara kolektif melalui organisasi.11
Yang dimaksud da’I di sini bukan hanya sekedar seorang
khatib yang berbicara dan memengaruhi manusia dengan nasihatnasihatnya, suaranya, serta kisah yang diucapkannya, walaupun
hal ini merupakan bagian darinya. Yang dimaksud dengan da’I
adalah seseorang yang mengerti hakikat Islam, dan dia juga tahu
apa yang sedang berkembang dalam kehidupan sekitarnya serta
semua problema yang ada.12
b. Mad’u
Mad’u (objek dakwah) adalah isim maf’ul dari kata da’a,
berarti orang yang di ajak, atau yang dikenakan perbuatan
dakwah. Mad’u adalah objek sekaligus subjek dakwah.
c. Materi Dakwah
Materi dakwah atau yang biasa disebut juga dengan isi
pesan dakwah yaitu segala sesuatu yang disampaikan oleh da’I
11
Drs. Wahidin Saputra, M.A., Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers,2011),
cet. Ke-1 h.8
12
Drs. Wahidin Saputra, M.A., Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers,2011),
cet. Ke-1 h.263
20
kepada mad’u yang sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits. Materi
dakwah
meliputi
bidang
akidah,
syariah
(ibadah
dan
mu’amalah), dan akhlak.
3. Pesan Dakwah
Pesan dakwah mengandung arti “Perintah, nasihat, permintaan,
amanat yang harus dilakukan untuk disampaikan pada orang lain”.13
Pesan dakwah menurut Toto Tasmara adalah “semua pernyataan
yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunah baik tertulis maupun lisan
dengan pesan-pesan (risalah) tersebut”.14 Islam sendiri sebagai ajaran
yang universal, mengatur kehidupan manusia dari seluruh aspeknya yang
berasal dari tauhid mutlak. Aspek-aspek hidup dan kehidupan manusia
tersebut ialah aspek ekonomi politik, hukum, pendidikan, sosial,
keluarga, kebudayaan dan lain sebagainya.
Sedangkan Drs. Wahidin Saputra dalam bukunya Pengantar Ilmu
Dakwah, menjelaskan materi atau pesan dakwah yang harus disampaikan
adalah mencakup akidah, syariah, dan akhlak, dan kemudian syariah
dibagi menjadi dua cabang pokok, yaitu ibadah dan mu’amalah.15
Titik singgung mengenai materi atau pesan dakwah yang harus
disampaikan oleh seorang da’I kepada mad’u berdasarkan keterangan di
atas adalah: aqidah dengan pokok-pokok keimanannya (arkan al-iman),
syari’ah yang menjadi dua cabang pokok yaitu ibadah dan muamalah,
13
14
Asmuni Syukir, Dasar-dasar strategi Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.19
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), cet. Ke-2,
h. 43
15
Drs. Wahidin Saputra, M.A., Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers,2011),
cet. Ke-1 h.8
21
serta akhlak, yaitu akhlak kepada sang Khalik, kepada manusia, hewan
dan tumbuhan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pesan-pesan atau materimateri dakwah yang harus disampaikan kepada mad’u atau objek dakwah
adalah berkaitan dengan masalah-masalah sebagai berikut:
a. Pesan Aqidah
Aqidah secara etimologis berarti ikatan, atau sangkutan. Sedangkan
secara praktis, aqidah berarti kepercayaan, keyakinan, atau iman.16
Sedangkan secara terminologis, menurut Hasbi dan telah dikutip oleh
Hassan Saleh adalah “keyakinan akan kebenaran sesuatu, yang terhujam
dalam-dalam
pada
lubuk
hati
seseorang,
sehingga
mengikat
kehidupannya, baik dalam sikap, ucapan, dan tindakannya”.
Pembahasan mengenai aqidah Islam umumnya pada arkanul iman
(rukun iman yang enam) antara lain:
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada Malaikat-malaikatNya
3. Iman kepada Kitab-kitabNya
4. Iman kepada Rasul-rasulNya
5. Iman kepada Hari Kiamat
6. Iman kepada Qadha dan Qadar
Aqidah ini merupakan pondasi bagi setiap muslim yang menjadi
dasar dan memberikan arah bagi hidup dan kehidupannya. Aqidah
16
E. Hassan Saleh, Studi Islam di Perguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan
Pengembangan Wawasan, (Jakarta: Penerbit ISTN, 2000), cet. Ke-2, h. 55
22
merupakan tema bagi dakwah Nabi Muhammad SAW ketika beliau
pertama kali melakukan dakwah di Mekkah.
Aqidah merupakan tiang penyangga atau pondasi pada keimanan
seseorang dalam meyakini suatu kepercayaan. Ibarat gedung yang
mempunyai tiang yang berdiri tegak, dia tidak akan mudah roboh bila
pondasinya kuat. Sama halnya dengan manusia, jika aqidah sebagai
pondasi imannya lemah, maka imannya pun akan lemah dan rapuh
sehingga mudah roboh keyakinannya.
b. Pesan Syariah
Secara bahasa (etimologi) kata syariah berasal dari bahasa Arab yang
berarti
peraturan
atau
undang-undang,
yaitu
peraturan-peraturan
mengenai tingkah laku yang mengikat, harus dipatuhi, dan dilaksanakan
sebagaimana mestinya.17 Syariah hal yang sifatnya pokok (dasar), maka
Islam juga mengatur manusia melalui praktek. Jika aqidah posisinya
menjadi pokok utama, maka diatasnya dibina suatu perundang-undangan
(syariat) sebagai cabangnya.
Syariah dalam Islam adalah hubungan erat dengan amal lahir (nyata)
dalam rangka menaati semua peraturan/hukum Allah guna mengatur
hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan
hidup antara sesama manusia.18 Ketetapan ilahi yang mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan disebut ibadah, dan ketetapan ilahi yang
mengatur hubungan manusia dengan sesama disebut muamalah.
17
M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), cet. Ke-1,
18
Asmuni Syukri, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.61
h.343
23
Syariah terdapat dalam Al-Qur’an dan kitab-kitab hadits. Kalau kita
berbicara tentang Syariah yang dimaksud adalah firman Tuhan dan
sunnah
Nabi
Muhammad
SAW.
syariah
bersifat
fundamental,
mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dari fiqih. Ia juga merupakan
ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, karena itu berlaku abadi.
Dalam pesan Syariah yang dianalisis adalah ibadah dan muamalah.
Ibadah memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia. Semua
ibadah ada dalam Islam meliputi: shalat, puasa, zakat, haji yang bertujuan
membuat roh manusia senantiasa tidak lupa kepada Tuhannya dan
bahkan menjadi lebih dekat lagi dengan Tuhannya.
Kita telah mengetahui, bahwa misi manusia di alam ini adalah
beribadah kepada Allah. Kita juga telah mengetahui bahwa ibadah adalah
mengoptimalkan ketundukan yang disertai dengan mengoptimalkan
kecintaan kepada Allah. Ibadah di dalam Islam mencakup agama secara
keseluruhan dan meliputi seluruh kehidupan dengan berbagai macam
isinya.19
Dalam muamalah yang berasal dari fiil madi “amala” berarti bergaul
dengannya, berurusan (dagang). Muamalah merupakan ketetapan ilahi
yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan
lingkungannya (alam sekitarnya).
Dalam muamalah membahas tentang hubungan dalam keluarga yang
merupakan satuan terkecil masyarakat yang anggota-anggotanya terikat
19
Yusuf al-Qardhawi, Ibadah dalam Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2005),
cet. Ke-1, h.118
24
secara bathiniah dan hukum karena pertalian darah dan pertalian
pernikahan. Ikatan itu, memberikan kedudukan tertentu kepada masingmasing anggota keluarga, hak dan kewajiban, serta tanggung jawab
bersama.
c. Pesan Akhlak
Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab, bentuk jama
dari khula, yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Akhlak dari segi istilah (terminologi) adalah budi pekerti, yang berarti
perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan
tingkah laku.
Menurut Ibn Manzhur berkata, khulq dan khuluq (dengan satu
dhammah dan dengan dua dhammah) berarti budi pekerti, dan agama.
Kata ini dipakai untuk menyatakan perangai seseorang yang tidak
terdapat di dalam fitrahnya (dibuat-buat).20
Khulk dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah
laku, atau tabiat. Di dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan akhlak adalah
sifat-sifat manusia yang terdidik.21
Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat
yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu
ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak
20
Asma Umar Hasan Fad’aq, Mengungkapkan Makna dan Hikmah Sabar, (Jakarta:
Penerbit Lentera, 1999), h.16
21
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1992), cet.
Ke-2, h.1
25
mulia (akhlak mahmudah), atau perbuatan buruk, yang disebut akhlak
tercela (akhlak madzmumah) sesuai dengan pembinaannya.
Dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara
kehendak Khalik dengan perilaku manusianya. Dengan kata lain, dalam
pengertian ini, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan
lingkungannya, baru menggambarkan nilai akhlak hakiki, manakala suatu
tindakan atau perilaku tersebut berdasarkan kepada kehendak Khalik
(Tuhan).22
Sedang akhlak kepada Allah diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan dengan cara tidak menyekutukan-Nya, dan
bertaubat serta mensyukuri nikmat-Nya, selalu berdoa dan memohon
kepada-Nya dan selalu mencari keridhoan-Nya.23
Sedang akhlak terhadap sesama manusia berkaitan dengan perlakuan
seseorang terhadap sesama manusia. Tidak melakukan hal-hal negatif
seperti membunuh, menyakiti badan atau mengambil harta tanpa alasan
yang beanr. Kemudian jika bertemu mengucapkan salam, dan ucapan
yang baik, tidak berprasangka buruk, saling memaafkan, dan ucapan
yang baik, mendoakan dan saling membantu.
Kemudian akhlak terhadap lingkungan yaitu berkaitan dengan
perlakuan seseorang terhadap hewan dan tumbuhan atau benda-benda tak
bernyawa lain.
22
Harun Nasution, dkk, Ensiklopedia Media Islam Indonesia Pengantar Studi Akhlak,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. Ke-1 h.71
23
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), cet. Ke-1,
h.147
26
Untuk itu, salah satu materi dakwah islam dalam rangka
memanifestasikan penyempurnaan martabat manusia serta membuat
harmonis tatanan hidup masyarakat, disamping aturan formal yang
terkandung dalam syariah, salah satu ajaran etis Islam adalah akhlak.
Materi akhlak ini sangat luas sekali, yang tidak hanya bersifat lahiriah,
tetapi juga sangat melibatkan pikiran.
C. Ruang Lingkup Novel
1. Pengertian Novel
Kata Novel berasal dari kata latin novellus yang diturunkan pula
dari kata noveis yang berarti “baru”.24 Dikatakan baru karena kalaudi
bandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan
lain-lain, maka jenis novel ini muncul kemudian. Novel sebagai salah satu
bentuk dari prosa fiksi, mempunyai arti sebagai sebuah karangan prosa
yang
panjang
mengandung
rangkaian
kehidupan
seseorang
disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Novel lebih panjang dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak
dibatasi keterbatasan struktural dan sandiwara atau sajak. Umumnya
sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam
kehidupan sehari-hari.
24
h.164
Taringan, Henry Guntur, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, (Bandung, Angkasa,1993),
27
Novel
merupakan
sebuah
teks
naratif.
Novel
biasanya
menceritakan kisah yang merepresentasikan suatu situasi yang dianggap
mencerminkan kehidupan nyata atau untuk merangsang imajinasi.25
Novel memberikan peranan penting bagi kehidupan masyarakat.
Boleh jadi keberadaannya turut membantu perubahan sosial, karena novel
tidak hanya ajaran serta tingkah laku dan pola-pola kehidupan
masyarakat. Novel sebagai sebuah media komunikasi yang di dalamnya
terdapat proses komunikasi, banyak mengandung pesan, baik itu pesan
sosial, pesan moral, ataupun pesan keagamaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel adalah karangan
prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
pelaku.
Novel adalah salah satu karya berbentuk prosa, dimana sastra
adalah karya seni yang dikarang menurut standar kesusastraan. Standar
kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata yang indah dan daya
bahasa serta gaya cerita yang menarik.26
Karya sastra adalah refleksi masyarakat dari renungan mendalam
serta pengolahan serius penciptanya (sastrawan). Karya sastra harus
mengandung kebenaran, sastra yang baik adalah yang mengandung
kebenaran. Akan tetapi, kebenaran dalam karya sastra bukanlah
25
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra,2010),
cet. Ke-1, h. 75
26
Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: PT. Rineko Cipta,
1992), cet. Ke-1 h.99
28
kebenaran faktual, melainkan lebih kepada kebenaran ideal. Banyak ide
dalam karya sastra, ide-ide itu bisa berwujud hal-hal tentang hubungan
sesama manusia, tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan
manusia dengan makhluk lainnya, tentang pendidikan, agama, dan lainlain.27
Novel menjadi cerita rekaan yang lebih banyak menyoroti segala
macam-macam persoalan dalam kehidupan manusia, segala persoalan
bukan lagi merupakan cita-cita khayalan, akan tetapi seolah-olah kejadian
itu benar-benar dirasakan , seperti kesengsaraan, penderitaan kematian,
dan percintaan. Bentuk semacam inilah yang dinamakan novel. Novel
menceritakan sebagian kehidupan seorang tokoh, yaitu sesuatu yang luar
biasa dalam hidupnya yang menimbulkan konflik sehingga menjurus
kepada perubahan nasib si tokoh.
2. Novel Sebagai Media Dakwah
Media dakwah adalah media atau instrument yang digunakan
sebagai alat untuk mempermudah sampainya pesan dakwah kepada
mad’u. Media ini bisa dimanfaatkan oleh da’I untuk menyampaikan
dakwahnya baik dalam bentuk lisan ataupun tulisan.28
Jadi, media dakwah merupakan perantara atau sarana komunikasi
yang menjadi wadah atau wahana untuk merealisasikan ajaran-ajaran
Islam. Di antara berbagai media dakwah yang ada, salah satu media yang
27
h.5.
28
Nguruh Persua, Peranan Kesusastraan dalam Pendidikan, (Suara Guru. XII, 1980),
Drs. Wahidin Saputra, M.A., Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers,2011),
cet. Ke-1 h.9
29
banyak digunakan oleh para da’I dalam menyebarkan dakwahnya adalah
media cetak.
Tidak dapat dibantah bahwa media cetak merupakan media
komunikasi massa yang mempunyai pengaruh cukup besar bagi
penyebaran pesan-pesan atau informasi. Media cetak pada umumnya
merupakan media komunikasi massa yang mampu mengadakan
perubahan dalam masyarakat, baik pola pikir maupun perilakunya.
Oleh karena itu, efektifitas dan efisiensi dari media cetak dalam
menyebarkan informasi seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
para da’I dalam menyampaikan pesan-pesan agama Islam melalui media
cetak, salah satunya dengan menggunakan karya sastra atau novel.
Meskipun berdakwah menggunakan sarana media cetak memang
memerlukan bakat mengarang karena media cetak merupakan sarana
komunikasi tulisan.
Dalam
penyampaian
materi-materi
dakwah,
karya
sastra
mempunyai kekhususan tersendiri yaitu tidak melakukannya secara
langsung. Melainkan sengaja memadukan keseluruhan unsur yang
membentuk teks sastra, terutama unsur keindahan dan daya angan. Sebab
karya sastra merupakan salah satu wujud karya seni yang notabene
mengemban tujuan estetik, dan bukan semata-mata alat propaganda atau
informasi.29
29
Rahmat Djoko Damono, Prinsip-prinsip Kritik Sastra, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1994), h.34
30
Dakwah bisa dilakukan melalui sebuah tulisan seperti cerpen,
cerbung, cergam, dan bahkan novel bisa disisipkan milai-nilai dakwah
didalamnya. Dakwah yang dikemas dalam bentuk tulisan jauh lebih awet
dibandingkan dilakukan secara lisan. Daya jangkaunya juga lebih luas,
menembus batas ruang dan waktu.
Dakwah yang dilakukan melaui tulisan, akan dapat dinikmati oleh
banyak generasi. Tidak hanya generasi yang hidup pada masa kini, akan
tetapi juga akan dapat dinikmati dan dirasakan oleh generasi mendatang,
sehingga senantiasa dapat mengambil manfaat darinya.
Tidak sedikit orang yang kaya akan ilmu pengetahuan, tetapi tidak
mengikatnya dengan tulisan. Saat itu, ia akan hilang seiring dengan
hilangnya usia. Gagasan-gagasannya akan hilang seiring dengan
berjalannya waktu. Namanya pun akan berakhir dimakan zaman.30
Setiap manusia suatu saat nanti pasti akan mati. Ini suatu
keniscayaan, siapapun tak mungkin dapat mengelak. Maka, sebelum ajal
menjemput, alangkah eloknya jika kita dapat meninggalkna karya
berharga. Jasad penulis boleh terkubur, tapi tulisannya akan senantiasa
bermanfaat bagi orang lain.
Berdakwah melalui sastra membutuhkan setidaknya idealisme
yang jelas serta kekayaan bahasa, agar karya kita mampu menggerakkan
seseorang. Novel sangat berpotensi sebagai media dakwah untuk
mengenalkan keindahan Islam yang dikemas melalui bahasa yang khas,
30
Asep Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, (Bandung: Mujahid, 2004), cet. Ke-1, h.11
31
halus, indah, komunikatif, dengan menggunakan metode dakwah yang
khas dari seorang pengarang atau penulisnya untuk disampaikan kepada
para pembaca dan pecinta novel.
Dengan kelebihan dan kekurangan sebuah novel, perlu diketahui
bahwa dengan novel, pembaca (mad’u) tidak merasa digurui, artinya
novel bisa memberikan waktu lebih panjang untuk berpikir sehingga
orang bisa bercermin lewat novel yang dibacanya.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Biografi Aguk Irawan MN
Aguk Irawan MN, lahir di Lamongan 1 April 1979. Sekolah di MA Negeri
Babat sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Darul Ulum, Langitan,
Widang, Tuban. Selama di MAN ini, ia belajar teater dan menulis puisi pada guru
bahasa Indonesianya, yaitu seorang penyair yang cukup terkenal di Lamongan;
Pringgo. Kemudian ia melanjutkan kuliah di Al-Azhar University Cairo, jurusan
Aqidah dan Filsafat, atas beasiswa Majelis A‟la Al-Islamiyah sampai tafsiyah.
Kemudian melanjutkan belajarnya di institut agama Islam Al-Aqidah Jakarta, dan
sekarang, tercatat sebagai penerima beasiswa Depag (diktis) pada program
doktoral (S3) UIN Sunan Kalijaga jurusan Studi Islam (SI).
Selama di Kairo, ia banyak menulis karya sastra di berbagai lembaran pers
Mahasiswa, terutama di buletin Kinanah, dan berproses kreatif teater di sanggar
yang ia turut dirikan Kinanah. Sanggar ini, atas dukungan Gus Mus kemudian
menerbitkan Jurnal Kinanah di Indonesia, bekerjasama dengan LkiS Yogyakarta,
dan ia dipercaya sebagai Pimrednya. Selama di Kairo, ia juga menjadi aktivis di
banyak organisasi, seperti PCINU-Mesir, KSW (Kelompok Studi Walisongo), dan
pernah menjabat sebagai ketua umum senat Fakultas Ushuluddin Univ. Al-Azhar
Mesir (PPMI 2001-2003), sebelum akhirnya, ia sering dipercaya sebagai juri
dalam berbagai apresiasi seni mahasiswa, terlebih dahulu ia kerap memenangkan
lomba karya tulis tingkat Mahasiswa di Kairo, baik yang diadakan KBRI atau pers
semisal Terobosan.
32
33
Menerjemahkan karya sastra Arab, diantaranya karya Drama Taufik ElHakiem Tahta Dzilaili Syams (Di Bawah Bayangan Matahari), karya klasik Abu
A‟la El-Ma‟ary, Komedi Al-Ilahiyah (Komedi Langit), Dunya Allah, Najib
Mahfudz dan atas dukungan dari Majelis Tsaqafa Mesir, bersama Mahmud
Hamzawie ia menerjemahkan sastra Indonesia ke Arab, diantaranya puisi-puisi
Sutradji Calzoum Bakrie, O Amuk Kapak (Ath-Tholasim). Karya Soni Farid
Maulana, Anak Kabut (Abna Dhobab).
Di Yogyakarta, ia turut mendirikan sanggar SABDA (Learning Center for
Rural Society), dan bergabung di sanggar NUN-IAIN Yogyakarta, pernah juga
memimpin buletin Jum‟at Al-Iktilaf di tempat ia bekerja dan menjadi aktivis, LkiS
(Lembaga Kajian Islam dan Sosial). Keikut sertaannya dalam berbagai komunitas
seni di Tanah Air, sering mengundangnya dalam hajatan sastra penting, misalnya
di TIM untuk membacakan puisi-puisinya bersama Sitor Situmurang, “Menongok
ke Belakang, Mengintip ke Depan” (2004), Mimbar Dalam Abad yang Berlari
(2006), Pertemuan Sastrawan se-Jawa (2007), Temu Sastrawan Indonesia (TSI
III, Tanjung Pinang 2010), juga kerap di Taman Budaya Yogyakarta.
Selain itu, beberapa komunitas seni sering memberinya kesempatan dan
kepercayaan menjadi Dewan Juri bertaraf Nasional, diantaranya adalah salah
seorang Dewan Juri Khatulistiwa Literary Award (2007), bersama Qory Izzatul
Muna dan Joni Ariadinata dipercaya menjadi juri karya fiksi se-Jawa yang
diadakan Ponpes. Pandanaran, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.Majalah sastra
Horison Edisi XXXXI, no 12/2006, memuat tulisan edisi pengarang muda
Yogyakarta, dan ia salah satu dari tujuh sastrawan yang dipilih majalah tersebut.
34
Ada puluhan buku yang menghimpun tulisannya, diantaranya ”Tragedi
1965, antologi cerpen, esai, puisi dan curhat” (Malka, 2005), “Ini Sirkus Senyum”
(Bumi Manusia, 2003), “Negeri Pantai” (Kostela, 2001), “Angin Sahara” (KSI
Kairo, 2003), Maha Duka Aceh (PDS HB Jassin, 2005) “Aku telah Dikutuk Jadi
Laut” (Syarikat,2007), Seorang Gadis dan Sesobek Indonesia (L. Aksara, 2007),
“Antariksa Dada” (Penyair Tiga Kota, 2008), “Sang Pemberani” (2008), “Ta‟bir
Hujan” (2010) dan lain-lain.
Tulisannya baik fiksi maupun non fiksi mampang di berbagai situs internet
dan surat kabar, baik Lokal maupun Nasional. Kini ia tergabung di Lesbumi,
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DI. Yogyakarta dan dipercaya
sebagai pemimpin redaksi Majalah Kalimah, juga Pengurus Pusat Lembaga
Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (PP-LKKNU) Jakarta, bidang riset dan
pengembangan.
B. Karya-Karya Aguk Irawan MN
1. Karya Fiksi Aguk Irawan MN
a. Dari Lembah Sungai Nil (Kinanah, 1998)
b. Hadiah Seribu Menara (Kinanah, 1999)
c. Kado Milenium (Kinanah, 2000)
d. Negeri Sarang Laba-Laba (Galah Press, 2002)
e. Binatang Piaraan Tuhan (Kinanah, 2003)
f. Liku Luka Kau Kaku (Ombak, 2004)
g. Sungai Yang Memerah (Ombak, 2005)
h. Penantian Perempuan (Ombak, 2005)
35
i. Trilogi Risalah Para Pendusta (Pilar Media, 2007)
j. Aku, Lelaki Asing, dan Kota Kairo (Grafindo, 2008)
k. Balada Cinta Majenun (Cinta Risalah, 2008)
l. Sepercik Cinta dari Surga (Grafindo, 2007)
m. Memoar Luka Seorang TKW (Grafindo, 2007)
n. Sekuntum Mawar dari Gaza (Grafindo, 2008)
o. Hasrat Waktu (Arti Bumi Intaran, 2009)
p. Lorong Kematian (Global Media, 2010)
q. Sinar Mandar (Global Media, 2010)
r. Jalan Pulang (Azhar Risalah, 2011)
s. Bait-Bait Cinta (Grafindo, 2008)
t. Penakluk Badai, Novel Biografi KH. Hasyim Asy‟ari (Global Media,
2011)
2. Karya Non Fiksi Aguk Irawan MN
a. Kiat Asyik Menulis (Arti Bumi Intaran)
b. Kisah-Kisah Inspiratif Pembuka Surga (Grafindo)
c. Di Balik Fatwa Jihad Imam Samudera (Sajadah Press)
d. Haji Back-Packer 1 (Edelwes)
e. Haji Back-Packer 2 (Edelwes)
f. Ensiklopedi Haji (Qultum Media)
g. Islam-Negara-Agama (LKiS)
h. Menyingkap Rahasia Rukuk dan Sujud (Sajadah Press)
i. 100 Wasiat Nabi (Grafindo)
36
j. Spirit Al-Qur‟an (Ar-Arruz Media)
k. Samudera Hakikat (Sajadah Press)
l. Ashabul Kahfi (Arti Bumi Intaran)
m. Ensiklopedi Sains Al-Qur‟an (Arti Bumi Intaran)
n. Menjadi Murid Sejati (Lentera Sufi)
o. Tafsir Al-Jilani (Serambi)
C. Sinopsis Novel Penakluk Badai
Novel yang diterbitkan oleh Global Media Utama di tahun 2012 ini
merupakan novel Islam yang ditulis oleh Aguk Irawan MN yang merupakan
penulis buku best seller seri “haji back-packer”. Novel tentang biografi
Hadratussyaih Kiai Hasyim Asy‟ari ini merupakan salah satu karya besar yang
beliau hadirkan bagi pembaca yang merindukan sesosok pejuang Islam Indonesia.
Penulis kelahiran Lamongan 33 tahun silam ini sempat mengenyam
pendidikan di pondok pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang serta beberapa
pesantren lainnya. Peran beliau sebagai seorang santri ini terpanggil untuk
menuliskan perjalanan hidup jejak perjuangan gurunya yang merupakan salah satu
ulama besar sekaligus pendiri organisasi Islam Indonesia yakni „Nahdatul Ulama‟.
Kebiasaan menulis jurnal sastra selama kuliah di Kairo Mesir,
menerjemahkan karya sastra, menggelar berbagai lomba karya tulis, serta
pegalaman diranah NU semakin mengasah keahlian dalam menulis novel ini.
Terbukti Aguk perah menjadi aktivis PCINU-Mesir, ketua umum senat Fakultas
Ushuluddin Al Azhar, dan mengikuti PPMI Al Azhar Mesir. Berkat keahliannya
dibidang penulisan, Aguk Irawan tidak terlalu kesulitan dalam menyusun Novel
37
Biografi Hadratussyaih Hasyim Asy‟ari sehingga tulisannya begitu mengalir
sesuai kisah dan mudah dipahami pembaca.
Figur besar dan kharismatik Hadratussyaih Hasyim Asy‟ari dalam novel
ini seakan-akan hadir dan hidup ditengah-tengah kita. Cerita awal dimulai dari
pengembaraan kakeknya dalam mencari ilmu. Dikisahkan beliau sangat santun
kepada guru dan tidak kenal lelah mengadapi kebrutalan penduduk sekitar, mulai
dari penjudi, pemabuk, dan perampok hingga mereka semua tergerak dan
mengikuti ajaran Islam yang rahmatan lil‟alamin.
Dari pesona kakeknya yang sangat luar biasa hingga mendirikan pesantren
di daerah Gedangan ternyata menurun kepada cucunya Hasyim, dari putranya
Asy‟ari. Hadratussyaih Hasyim Asy‟ari pada masa mudanya sangat haus akan
ilmu, terlebih ilmu agama. Perantauan beliau mencari ilmu dimulai dari
pesantrennya yang dibangun ayahnya di Keras, kemudian pesantren kakeknya di
Gedangan dan pesantran lainnya. Semangat mencari ilmunya membawa beliau
mencari ilmu hingga ke Makkah berguru dengan Syeikh mahfudz Al-Tarmasy
yang memiliki sanad keilmuan langsung dari Rasulullah SAW.
Di lain kesempatan, Hadratussyaih Hasyim Asy‟ari di tunjuk sebagai salah
satu imam sekaligus guru di Masjidil Haram. Ketertarikannya dalam ilmu Hadis,
menjadikan beliau sebagai ahli hadis dan dikenal hingga sekarang. Kesempatan
yang luar biasa dari semangat menuntut ilmu Hadratussyaih Hasyim Asy‟ari
dibuktikan ketika beliau nyantri di Semarang dengan Kiai Haji Sholeh Darat
bersama Muhammad Darwis (Kh. Ahmad Dahlan). Mereka berdua sangat
38
bersemangat dalam menuntut ilmu dan saling tolong menolang seperti saudara
kandung.
Mendirikan pondok pesantren di tengah-tengah masyarakat bobrok,
perampok, pemabuk, penjudi, prostitusi, dan asusila, itulah keberanian dari
seorang KH. Hasyim Asy‟ari yang membuat para kiai sepuh tercengang karena
dianggap tidak lazim. Inilah salah satu nilai yang diangkat oleh Aguk Irawan MN
dalam buku fiksi-biografi Bapak Revolusi Pendidikan Islam.
Bagaimana sumbangsihnya di bidang pendidikan dan mengangkat perjuangan
Indonesia hingga mencapai kemerdekaannya. Aguk Irawan mencoba mengungkap
detail kharisma dan keagungan KH. Hasyim Asy‟ari yang selama ini hanya
dikenal sebagai tokoh kalangan Ormas Nahdlatul Ulama (NU). Lebih dari itu,
beliau adalah pahlawan bangsa Indonesia.
Novel ini, kembali menampilkan KH. Hasyim Asy‟ari sebagai sosok yang
kontroversial dengan gagasannya yang selalu melampaui zamannya. Melalui hasil
istikharahnya, KH. Hasyim Asy‟ari mau menerima tawaran kerjasama dari
Jepang. Sementara, banyak Kiai lain dan rakyat yang sempat menjadi korban
kekejaman Jepang mengkhawatirkan langkah politik yang diambil KH. Hasyim
As‟ari tersebut. Jepang sendiri melunak dan mengambil jalan kooperatif terhadap
pribumi lantaran mereka cemas bahwa suatu hari nanti Belanda akan merebut
kembali wilayah yang kini diduduki Jepang. Kecemasan itu pun terbukti. Forum
Internasional di Wina pada 1942 memutuskan bahwa negara-negara sekutu
sepakat akan mengembalikan wilayah-wilayah yang diduduki Jepang kepada
koloni masing-masing.
39
Landasan logika yang dijadikan pijakan oleh KH. Hasyim Asy‟ari adalah
kenyataan bahwa beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dijajah Belanda, sehingga
mentalitasnya rapuh dan mudah ciut. Dengan didikan dan gemblengan militer dari
Jepang, bangsa Indonesia diharapkan memiliki kesiapan mental dengan suasana
peperangan. Hal inilah yang akan menjadi modal untuk kelak merebut
kemerdekaan yang sesungguhnya.
Buah karya dari semangat menuntut ilmu beliau buktikan dengan
mendirikan pesantren yang sekarang sudah sangat familiar yani Tebuireng.
Diceritakan pula Hadratussyaih Hasyim Asy‟ari adalah seorang yang tabah ketika
istri dan anak tercintanya meninggal serta bertubi cobaan yang datang selalu
dihadapi dengan sabar. Beliau juga termasuk orang yang mahir dalam menyulut
semangat para pemuda Islam untuk berjihad ketika Indonesia sedang dijajah oleh
kafir-Belanda, dan berjuang mendapatkan serta mempertahankan kemerdekaan.
Dalam novel ini dikupas tuntas secara mendalam bagaimana peran beliau dalam
memerdekakan Indonesia dari tangan penjajah.
Novel dengan panjang 20,5 cm dan lebar 13,5 cm serta jumlah sekitar 528
halaman ini disertai dengan lampiran-lampiran, tentang penulis, serta kosa kata
sehingga bisa memudahkan pembaca yang tidak memahami bahasa Jawa, karena
bahasa Jawa sering sekali dijumpai dalam novel ini.
Selain itu, novel ini juga mendapat pengantar dari Prof. DR. KH. Said Aqil
Siradj, MA. yang merupakan ketua umum dari PBNU serta mendapat apresiasi
tinggi dari tokoh agama dan nasional seperti Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden
RI), Drs. H. Suryadharma Ali (Menteri Agama RI), Prof. Dr. KH. Din Syamsudin
40
(Ketua Umum PP. Muhammadiyah), KH. Shalahuddin Wahid (Cucu KH. Hasyim
Asy‟ari dan Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang), Prof. Dr. Komarudin
Hidayat (Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta), dan lain sebagainya.
BAB IV
ANALISIS TEMUAN DATA
A. Pesan Dakwah Tentang Aqidah dalam Novel Penakluk Badai
Pada pembahasan bab ini, penulis akan menguraikan data dalam
memperoleh validitas dan reliabilitas tentang isi pesan dalam novel Penakluk
Badai. Data yang diolah berupa paragraph atau dialog yang mengandung pesan
dakwah. Pengolahan data dalam novel Penakluk Badai sesuai dengan kategori
yang telah ditentukan, yaitu kategori aqidah, syariah, dan akhlak. Kemudian
ditampilkan dalam data dan jumlah frekuensi.
Untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori isi pesan dalam novel
Penakluk Badai, peneliti mengadakan pengujian kategori kepada tiga orang juri
atau koder yang dipilih dari orang yang dipandang kredibel. Koder terdiri dari juri
1 Komalasari, S.Pd., juri 2 Khurosani, S.Pd.I., dan juri 3 Zahlah, S.Pd.I. Hasil dari
kesekapakatan tim juri tersebut dijadikan sebagai koefisien.
Untuk mencari koefisien reliabilitas kategori antar juri, peneliti
menguraikan rumus dari Holsty1, yaitu:
Koefisien Reabilitas:
2M .
N1+N2
Keterangan:
2M
= Nomor keputusan yang sama antar juri
N1+N2
= Jumlah item yang dibuat oleh tim juri
M
= Kesepakatan antarjuri
N
= Jumlah yang diteliti
1
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2006), h.76.
41
42
Pesan dakwah yang mengandung kategori Aqidah diantaranya adalah:
1.
Iman Kepada Allah
Yang dimaksud dengan iman kepada Allah SWT. ialah
meyakini dengan sepenuh hati, baik dengan lisan maupun perbuatan
bahwa Allah itu ada dengan segala sifat dan kesempurnaan-Nya
sebagai Tuhan. Beriman kepada Allah berarti mau menyembah-Nya
serta tunduk dan patuh terhadap perintah-Nya serta menjauhi semua
larangan-Nya. Iman kepada Allah merupakan fondasi dasar dalam
ajaran Islam.
Adapun
paragraph
ataupun
dialog
dalam
novel
yang
mengandung iman kepada Allah dapat dibaca dari cuplikan novel
sebagai berikut:
“Lantunan surat Yusuf sangat jelas terdengar oleh Asy‟ari dari mulut
Halimah. Itulah yang membuat ia semakin yakin bahwa Allah akan
memberi kelancaran dalam kelahiran istrinya.”
Kutipan paragraph di atas, diambil dari penantian panjang yang
dilakukan oleh Kiai Asy‟ari dalam menunggu kelahiran anak
ketiganya yang belum juga lahir meskipun usia kehamilan sudah
mencapai lebih dari setahun. Di sini, pengarang ingin menyampaikan
pesan bahwa Allah SWT. itu maha kuasa atas apa yang dikehendakiNya. Adapun manusia, hanya bisa berusaha dan berdo‟a.
Kemudian adapula pesan Aqidah mengenai iman kepada Allah
sebagai berikut:
“Kita pasrahkan urusan yang sulit ini pada Allah.”
43
Kutipan kalimat di atas, diambil dari dialog antara Kiai Hasyim
Asy‟ari dengan lima santri seniornya yang sedang berdiskusi tentang
kekejaman yang akan dilakukan oleh penjajah Belanda terhadap
pesantren Tebuireng. Dalam kalimat ini, ingin dijelaskan bahwa
sesungguhnya
tokoh utama dalam novel ini, yakni KH. Hasyim
Asy‟ari sangat yakin akan kekuasaan Allah SWT. yang tidak akan
memberikan sebuah cobaan diluar kemampuan hambanya.
2.
Iman Kepada Malaikat Allah
Iman kepada malaikat yaitu meyakini tanpa ragu di dalam hati
dan pikiran bahwa selain menciptakan manusia Allah juga
menciptakan malaikat dari cahaya, dan bahwa malaikat adalah
makhluk yang paling taat dan tidak sekalipun berbuat maksiat.
Dalam novel yang penulis teliti, tidak ditemui kalimat-kalimat
ataupun paragraph yang masuk ke dalam kategori Iman kepada
Malaikat Allah.
3.
Iman Kepada Kitab Allah:
Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai
dan meyakini sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menurunkan
kitab-kitabnya kepada para nabi atau rasul yang berisi wahyu Allah
untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Adapun dialog atau
paragraph dalam novel yang mengandung iman kepada kitab Allah
dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut:
44
“Ia juga mengajak masyarakat untuk gemar menuntut ilmu. Ia
berkata “Intisari Al-Qur‟an adalah dorongan kepada umat manusia
agar mempergunakan akalnya untuk memenuhi tuntutan hidupnya di
dunia dan akhirat”.”
Kutipan di atas diambil dari cerita tentang Kiai Sholeh Darat
yang merupakan guru dari KH. Hasyim Asy‟ari. Dalam paragraph ini
dijelaskan bahwa di dalam Al-Qur‟an, Allah menyuruh manusia untuk
berpikir dan mempergunakan akalnya agar bisa memenuhi semua
kebutuhan hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Kemudian adapula pesan Aqidah mengenai iman kepada Kitab
Allah sebagai berikut:
“Melalui sajak itu, Kiai Hasyim menegaskan, pendapat yang lahir
dari pemikiran seseorang harus direlatifkan kebenarannya, dan
karena itu bisa berbeda atau diragukan. Kebenaran mutlak hanyalah
kebenaran wahyu yang acapkali berada di luar jangkauan nalar
manusia.”
Kutipan paragraph di atas diambil dari akhir perdebatan antara
Kiai Hasyim dengan Kiai Amar Faqih yang masing-masing menulis
buku untuk mempertahankan pendapatnya. Dalam paragraph ini,
pengarang ingin menyampaikan bahwa segala sesuatunya telah Allah
jelaskan di dalam Al-Qur‟an, dan terkadang akal dan pemikiran
manusia yang terbatas tidak akan mampu menjangkau kebenaran
mutlak yang terdapat dalam Al-Qur‟an. Maka meyakini isi yang
terkandung dalam Al-Qur‟an merupakan bentuk iman kepada kitab
Allah.
45
4.
Iman Kepada Rasul Allah
Yang dimaksud iman kepada rasul ialah meyakini dengan
sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih
oleh Allah SWT. untuk menerima wahyu dari-Nya untuk disampaikan
kepada seluruh umat manusia agar menjadi pedoman hidup demi
memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Adapun dialog atau
paragraph dalam novel yang mengandung iman kepada Rasul Allah
dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut:
“Menurut Kiai Sholeh Darat, yang dimaksud Nabi Muhammad SAW
dengan golongan yang selamat adalah mereka yang berkelakuan
seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, yaitu melaksanakan
pokok-pokok kepercayaan Ahlusunnah Waljamaah, Asy‟ariyah, dan
Maturidiyah.”
Kutipan paragraph di atas diambil dari penjelasan Kiai Sholeh
Darat yang mengemukakan penafsirannya terhadap sabda Rasulullah
SAW mengenai terpecahnya umat Islam menjadi 73 golongan
sepeninggal beliau, dan hanya satu golongan yang selamat. Dalam
paragraph ini, pengarang berusaha menyampaikan bahwa apa yang
terdapat dalam hadits nabi, baik berupa ucapan ataupun perbuatan
merupakan bentuk iman kepada Rasul Allah.
5.
Iman Kepada Hari Akhir
Yang dimaksud iman kepada hari akhir adalah meyakini dengan
sepenuh hati bahwa Allah telah menetapkan hari akhir sebagai tanda
akhir dari kehidupan di dunia dan awal dari kehidupan di
akhirat.Allah menjelaskan mengenai hari akhir di dalam Al-Qur‟an
46
bertujuan agar manusia dapat beriman kepada Allah dan hari akhir,
karena pada dasarnya semua yang hidup pasti akan merasakan
kematian. Karena itu, manusia janganlah lengah, lupa diri, ataupun
terpesona dengan kehidupan di dunia yang sifatnya hanya sementara.
Adapun dialog atau paragraph dalam novel yang mengandung iman
kepada Hari Akhir dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut:
“Sekitar 15 tahun sejak kepergian kedua santri yang disayangi itu,
Kiai Sholeh Darat wafat di Semarang pada Jum‟at Wage 28
Ramadhan 1321 H/18 Desember 1903 dan dimakamkan di
pemakaman umum Bergota Semarang dalam usia 83 tahun.”
Kutipan di atas diambil dari paragraph ketika Muhammad
Hasyim dan Muhammad Darwis pergi dari Pesantren yang diasuh oleh
Kiai Sholeh Darat. Pada dasarnya, kematian seseorang dapat
dikatakan sebagai hari akhir „shugra‟ atau kecil. Maka meyakini
adanya hari akhir yang telah ditentukan oleh Allah merupakan
kemutlakan setiap muslim sebagai langkah penyempurnaan keimanan
kepada Allah dan hari akhir-Nya.
6.
Iman Kepada Qadha dan Qadar
Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan
sepenuh hati bahwa Allah SWT. telah menentukan tentang segala
sesuatu bagi makhluk-Nya. Adapun dialog atau paragraph dalam
novel yang mengandung iman kepada Hari Akhir dapat dibaca dari
cuplikan novel sebagai berikut:
47
“Setelah membumi-hanguskan pesantren Tebuireng, komplotan
preman dan opsir Belanda boleh saja puas. Tapi jika mereka
beranggapan, kalau sudah hangus seperti itu, Kiai Hasyim dan para
santrinya akan berdiam diri, adalah salah besar. Justru dari musibah
inilah, beberapa Hikmah bisa didapatkan.”
Kutipan di atas diambil dari paragraph setelah Belanda
menghancurkan dan membakar pesantren Tebuireng. Pengarang ingin
menyampaikan pesan bahwa beriman kepada qadha dan qadar
merupakan kunci dalam menghadapi setiap cobaan hidup. Itu
dibuktikan setelah terjadinya peristiwa pembakaran tersebut, kalangan
muslim khususnya kalangan pesantren mulai bahu-membahu dan terus
memperjuangkan tegaknya Islam di bumi pertiwi. Itu berarti, ada
hikmah yang akan terjadi setelah mendapatkan sebuah cobaan, atau
dengan kata lain, setelah kesulitan pasti akan terdapat kemudahan.
Allah SWT. berfirman:
 
  
   
Artinya:
“Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(QS. Al-Insyirah: 5)
48
Berikut ini adalah tabel rincian pesan yang mengandung kategori Aqidah
menurut kesepakatan 3 juri.
Tabel 1
Rincian Kategorisasi Aqidah
No. Bab/Paragraf/
Kutipan
keterangan
“Kira-kira anak kita laki-laki atau
perempuan, Nyi?” kata-kata itulah yang
sering dibisikkan Asy‟ari pada Halimah,
begitu juga pada kehamilan ketiga ini.
Mendengar pertanyaan itu, Halimah
hanya tersenyum simpul seakan menaut
malu manja.
“Perempuan atau laki-laki sama saja,”
begitu jawaban Halimah setelah beberapa
kali didesak suaminya.
Begitulah waktu terus menuntun Hasyim
kecil, tumbuh dan berkembang dari detik
ke detik, menit ke menit, jam ke jam,
hingga hri menjadi minggu, minggu
menjadi bulan, dan bulan menjelma
tahun. Sampai ia berumur enam tahun.
Sampailah dunia kanak-kanak yang ceria
itu tiba. Hasyim kecil terpisahkan dengan
anak-anak tetangga yang seusia dengan
dirinya, terpisahkan dari santri-santri
Gedang yang sangat menyayanginya, dari
lingkungan
Gedang
yang
sudah
membesarkannya hingga usia enam
tahun. Ini terjadi lantaran Hasyim kecil
harus ikut bapaknya Asy‟ari pindah ke
Keras, sebab di sanalah bapaknya
mendirikan pesantren.
Kiai Sholeh Darat dikenal sebagai
pemikir di bidang ilmu kalam. Ia
pendukung teologi Asy‟ariyah dan
Maturidiyah. Pembelaannya terhadap
paham ini jelas kelihatan dalam bukunya,
Iman Kepada
Halaman
1.
2.
3.
III/11/53
III/44/63
IV/57/87
Qadha dan
Qadar
Iman Kepada
Qadha dan
Qadar
Iman Kepada
Rasulullah
49
4.
5.
6.
7.
8.
IV/58/87
IV/76/95
VI/9/119
VII/1/135
VII/2/135
Tarjamah Sabil al-„Abid „ala Jaubar atTauhid.
Dalam
buku
ini,
ia
mengemukakan penafsirannya terhadap
sabda
Rasulullah
SAWmengenai
terpecahnya umat Islam menjadi 73
golongan sepeninggalnya, dan hanya satu
golongan yang selamat.
Menurut Kiai Sholeh Darat, yang
dimaksud Nabi Muhammad SAW
dengan golongan yang selamat adalah
mereka yang berkelakuan seperti yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW, yaitu
melaksanakan pokok-pokok kepercayaan
Ahlusunnah Waljamaah, Asy‟ariyah, dan
Maturidiyah.
Sekitar 15 tahun sejak kepergian kedua
santri yang disayangi itu, Kiai Sholeh
Darat wafat di Semarang pada Jum‟at
Wage 28 Ramadhan 1321 H/18
Desember 1903 dan dimakamkan di
pemakaman umum Bergota Semarang
dalam usia 83 tahun.
“Sebenarnya aku juga ingin berlamalama dulu di sini. Dan ada baiknya kita
tunda keberangkatan haji tahun ini pada
tahun depan, tapi siapa yang tahu batas
umur kita? Adakah yang bisa menjamin
tahun depan kita diberi kesempatan
berangkat haji? Hadiah dari orangtua
untuk berangkat haji tahun ini marilah
kita syukuri.”
Nasib adalah jalan yang sunyi, gelap dan
misteri. Di sana ada keceriaan, tapi tibatiba keceriaan itu menyesakkan dada.
Ada canda tawa tapi tak lama berselang
bisa menjadi tarian duka. Itulah
barangkali yang sedang dirasakan oleh
Hasyim. Rasanya belum kering tanah
kuburan Nafisah dan Abdullah, istri dan
anaknya, yang selalu ia ziarahi saban
jum‟at sore. Kini duka dan musibah besar
datang kembali. Anis, saudara yang
dicintainya, juga dipanggil Allah, dengan
cara yang begitu tiba-tiba.
Benar kata orang, orang hebat harus
ditempa dengan perjuangan dan duka
Iman Kepada
Rasulullah
Iman kepada
Hari Akhir
Iman kepada
Qadha dan
Qadar
Iman kepada
Qadha dan
Qadar
Iman kepada
50
9.
10.
11.
VII/17/139
IX/45/179
XII/44/223
12.
XII/56/225
13.
XIII/1/231
14.
15.
XIII/36/241
XIII/39/243
yang berat. Inilah yang dialami Hasyim.
Ketika ia kembali diberi cobaan, ia
semakin dekat dengan sang Pengendali,
sekaligus Pemegang Suratan Nasib itu. Ia
tak mau larut dalam kesedihan. Sebab,
kematian adalah keniscayaan. Setiap
manusia sedang menunggu giliran.
Suasana yang mengharu biru itu terpatri
dalam benak setiap orang yang
berkumpul di situ. Saat itu mereka berdiri
di depan sebuah tempat suci bernama
Multazam, pintunya Ka‟bah. Tempat
yang paling mustajab (terkabulnya doa)
sebagaimana dijelaskan oleh hadits nabi.
“Kiai, apa itu tidak musyrik?”begitu
salah seorang santri berkomentar.
“Musyrik itu bila ia telah menyekutukan
Allah.”
“Lah apa nyandaran
itu tidak
menyekutukan Allah?” tanya santri yang
lain.
“Di dalam Islam juga ada sunnah
berziarah. Jadi asal niatnya baik dan
tujuannya
benar,
insyaallah
juga
mendapat pahala.” Jelas Kiai Hasyim.
“Ya Allah, kuatkan hambamu yang
lemah ini, berilah kami kekuatan untuk
menghadapi kezaliman mereka.”
“Kita pasrahkan urusan yang sulit ini
pada Allah.”
Setelah membumi-hanguskan pesantren
Tebuireng, komplotan preman dan opsir
Belanda boleh saja puas. Tapi jika
mereka beranggapan, kalau sudah hangus
seperti itu, Kiai Hasyim dan para
santrinya akan berdiam diri, adalah salah
besar. Justru dari musibah inilah,
beberapa Hikmah bisa didapatkan.
Tidak sekedar dalam buku itu mereka
beradu argumentasi, tapi dalam banyak
kesempatan saat bertemu muka, ia juga
sering mempertahankan pendapatnya,
dengan dalil-dalilnya yang sangat
memukau.
Melalui sajak itu, Kiai Hasyim
menegaskan, pendapat yang lahir dari
Hari Kahir
Iman Kepada
Rasulullah
Iman Kepada
Allah
Iman Kepada
Allah
Iman Kepada
Allah
Iman Kepada
Qadha dan
Qadar
Iman kepada
Kitab Allah
Iman kepada
51
16.
17.
XIV/40/257
XV/41/273
pemikiran seseorang harus direlatifkan
kebenarannya, dan karena itu bisa
berbeda atau diragukan. Kebenaran
mutlak hanyalah kebenaran wahyu yang
acapkali berada di luar jangkauan nalar
manusia.
“Tentu rencana itu tidak sejalan dengan
nilai Islam yang rahmatan lil alamin.
Terutama bertentangan dengan konsep
Qur‟ani, misalnya apa yang tersirat
dalam Q.S. ar-Rum, ayat 22. Sebab
Tuhanlah yang menciptakan keragaman
tersebut. Jadi bermazhab harus kita
pertahankan Kiai,” Kiai Wahab merespon
lebih dulu.
Dan pada hakikatnya apa yang kami
laksanakan hanyalah ajakn untuk kembali
kepada Al-Qur‟an, as-Sunnah dan ini
pula agama yang diturunkan Allah. Dan
kami, berkat kemurahan Allah, tetap
berjalan di atas jalan orang kuno yang
shaleh, yang permulaan mereka adalah
para sahabat Nabi Muhammad SAW.
sedangkan penutupnya adalah para imam
yang empat.
Kitab Allah
Iman kepada
Kitab Allah
Iman kepada
Allah
Tabel 2
Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Aqidah
Antar Juri
Item
Kesepakatan
Ketidaksepakatan
Nilai
1 dan 2
224
20
204
0,09
1 dan 3
224
21
203
0,09
2 dan 3
224
19
205
0,08
Total
0,26
52
Komposit Reliabilitas= N (x antar juri)
.
1 + (N-1) (x antar juri)
Nilai rata-rata= 0,26 : 3 = 0,09
Komposit Reliabilitas= 3 x (0,09) = 0,27 = 0,23
1+2(0,09) 1,18
Dengan demikian, pesan aqidah yang terkandung dalam novel Penakluk
Badai berjumlah 0,23 berdasarkan kesepakatan juri. Hal ini berarti, terjadi
kesepakatan antara ketiga orang juri atau koder tentang pesan aqidah
B. Pesan Dakwah Tentang Syariah dalam Novel Penakluk Badai
1.
Syariah Ibadah
Syariah Ibadah adalah sebutan yang mencakup segala apa yang
dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan, atau
perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Adapun dialog dalam novel
yang mengandung syariah ibadah dapat dibaca dari cuplikan novel
sebagai berikut:
“Halimah tertidur saat mukenanya masih membalut badan. Hingga
serabut cahaya mengukir langit dan subuh pun benar-benar menjelang.
Saat itu Asy‟ari meninggalkan istri yang masih lelap dalam impian yang
tak berapa lama. Ia lalu bergegas menuju mushala bergabung di shaf
paling depan untuk menunaikan shalat shubuh berjamaah, berdekatan
dengan Kiai Usman, Mertuanya. Halimah terbangun dalam kesendirian
saat adzan shubuh mulai berkumandang. ia bergegas ke pancuran
belakang rumah untuk memperbarui wudhunya dan menunaikan shalat
shubuh di kamar.”
Kutipan di atas diambil dari paragraph ketika Nyai Halimah
terbangun dari tidurnya setelah melaksanakan shalat tahajud. Pengarang
ingin menggambarkan bahwa sosok Kiai Asy‟ari dan juga Nyai Halimah
53
merupakan orang yang taat beribadah. Mereka selalu berusaha
menunaikan ibadah shalat di awal waktu dan tanpa ditunda-tunda lagi.
Kemudian adapula pesan Aqidah mengenai iman kepada Kitab
Allah sebagai berikut:
“Akhirnya setelah genap enam bulan, sampailah keluarga Kiai Ya‟kub di
tanah suci. Merekapun khusyuk menunaikan rukun Islam kelima itu
hingga berakhir dengan thawaf ifadah dan tahalul.”
Kutipan di atas diambil dari paragraph ketika keluarga Kiai Ya‟kub
pergi ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Dalam paragraph ini,
pengarang berusaha menjelaskan bahwa bagaimanapun juga, pergi ke
tanah suci adalah impian bagi setiap orang muslim. Entah itu Kiai, santri,
atau bahkan pedagang awam. Karena itu, setiap orang yang melakukan
ibadah haji ke tanah suci pasti akan berusaha beribadah dengan khusyuk
di sana.
2.
Syariah Muamalah
Muamalah adalah istilah yang dipergunakan untuk permasalahan
selain ibadah. Muamalah merupakan ketetapan ilahi yang mengatur
hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan lingkungannya (alam
sekitarnya). Adapun dialog atau paragraph dalam novel
yang
mengandung syariah muamalah dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai
berikut:
“Nuwun sewu Kiai, saya mohon izin, pada hari ini pula saya
melamarkan anak saya, Hasyim, untuk putri Kiai,”
54
Kutipan tersebut diambil dari percakapan antara Kiai Asy‟ari
dengan Kiai Ya‟kub. Dalam dialog ini, pengarang ingin menyampaikan
bahwa dalam Islam, melamar adalah suatu bentuk kesungguhan cinta dari
seseorang. Karena itu, sebenarnya tidak ada istilah berpacaran dalam
agama Islam.
Berikut ini adalah tabel beberapa rincian pesan yang mengandung
kategori Syariah menurut kesepakatan 3 juri.
Tabel 3
Rincian Kategorisasi Syariah
No. Bab/Paragraph/
Kutipan
Halaman
1.
III/1/51
Cahaya purnama bagai pilar-pilar
langit saat malam sudah mengepung
permukaan jagad raya. Asy‟ari dan
Halimah
berjalan
selayaknya
pasangan pengantin yang diliputi
perasaan romantis. Dua anak manusia
yang kini bersatu itu seakan-akan
mengumpulkan kembali tulangbelulang nenek moyang merekayang
sempat terpisah entah berapa puluh
tahun. Jika pengeran Sambo bisa
menyaksikan dua insan yang sedang
memadu kasih itu ternyata berada
dalam satu garis keturunannya,
niscaya ia akan sangat bahagia.
2.
III/2/51
Dua insan dari satu trah itu kini
menjadi sepasang kekasih yang
begitu serasi, bagai sepasang bangau
yang sudah lelah terbang, lalu
melepas lelah di sebuah danau.
Danau itu adalah pesantren Gedang
dengan segenap kemasyhurannya.
3.
III/16/55
Halimah tertidur saat mukenanya
masih membalut badan. Hingga
serabut cahaya mengukir langit dan
Keterangan
Muamalah
Muamalah
Ibadah
55
4.
III/35/59
5.
III/46/63
6.
IV/2/73
7.
IV/29/79
subuh pun benar-benar menjelang.
Saat itu Asy‟ari meninggalkan istri
yang masih lelap dalam impian yang
tak berapa lama. Ia lalu bergegas
menuju mushala bergabung di shaf
paling depan untuk menunaikan
shalat shubuh berjamaah, berdekatan
dengan Kiai Usman, Mertuanya.
Halimah
terbangun
dalam
kesendirian saat adzan shubuh mulai
berkumandang. ia bergegas ke
pancuran belakang rumah untuk
memperbarui
wudhunya
dan
menunaikan shalat shubuh di kamar.
Kata orang, bayi itu mendapatkan
pendidikan yang lebih lama dalam
kandungan
hingga
manakala
mengarungi kehaidupan natinya ia
akan semakin matang, apalagi
Halimah sering melakukan berbagai
komunikasi dengan gusti Allah lewat
zikir maupun tarekat puasa dan
shalat-shalat sunnah baik siang
maupun malam.
Ketika mulai bisa duduk, Hasyim
kecil juga sering duduk di pangkuan
kakeknya, yang sedang membacakan
kitab Ihya Ulumuddin selepas subuh.
Begitu juga ketika sudah bisa
berjalan sendiri, ia sering dibawa
bapaknya untuk menjadi imam shalat
berjama‟ah. Meskipun saat itu ia
belum paham apa makna dari shalat
dan gerakannya. Tapi ia tetap
mengikuti gerakan bapak dan para
santrinya itu.
Masa remaja membuat Hasyim
terdorong untuk pergi meninggalkan
dunia kecilnya. Ia berpikir bagaimana
cara memohon agar abah maupun
kakeknya mengizinkan ia untuk pergi
meninggalkan keluarga guna mencari
ilmu dan pengalaman hidup yang
lebih luas.
Esok harinya hasyim mendapat restu
untuk melanjutkan belajar di
Ibadah
Ibadah
Ibadah
Muamalah
56
8.
V/2/99
9.
V/37/109
10.
VIII/9/153
11.
VIII/27/157
12.
IX/11/171.
pesantren Trenggilis. Tapi di
pesantren ini ia juga tak bisa
berlama-lama. Dengan alasan serupa,
ia kemudian minta pindah, dan sang
kakek mengarahkannya.
Malam ketujuh sudah mencapai
puncaknya. Ia shalat tahajud empat
rakaat dan membaca Al-Qur‟an.
Entah sudah berapa kali ia
memejamkan matanya. Tapi selalu
saja ia gagal tidur.
Lalu Kiai Ya‟kub menengok ke
Nafisah
dan
menanyakan
kesanggupannya menerima lamaran
Hasyim. Nafisah hanya diam. Ia
hanya bersyukur karena Allah
memang mendengarkan harapannya.
Tanpa kata-kata, hanya diam yang
mewakili jawaban.
Di sarang segala maksiat itulah Kiai
Hasyim akan membangun pondok
pesantren. Setelah berzikir dan
berdoa, ia memilih sepetak tanah
yang di atasnya masih berdiri warung
remang-remang. Ia beli tanah dan
warung itu dari seorang dalang yang
sangat terkenal di Diwek.
Selain menguatkan iman mereka,
Hasyim juga memberikan pendidikan
kemandirian kepada para santrinya.
Maka di sela-sela belajar mengaji AlQur‟an, sejumlah hadits, dan
berbagai kitab syarah lain (kitab
kuning) para santri juga diajak
bertani dan berkebun, menanam ubiubian, sayur-sayuran, dan buahbuahan.
Setelah berpikir dan berdiskusi
dengan para santrinya, pilihan
dakwah akhirnya jatuh pada para
pemabuk. Menurut Kiai Hasyim,
para pemabuklah yang paling
mungkin untuk diakrabi dengan
diberi dakwah Islam. Risikonya lebih
kecil. Para pemabuk jika tidak
sedang mabuk, mereka adalah orang
Ibadah
Muamalah
Muamalah
Muamalah
Muamalah
57
13
IX/29/175
14.
IX/30/175
15.
IX/48/179
16.
X/3/185
17.
X/14/189
18.
X/24/191
waras dan punya pikiran yang sehat.
Jadi
merekalah
yang
paling
berpeluang untuk diajak ke jalan
yang benar.
Demikianlah awal mula Kiai Hasyim
berteman dan mencoba mengakrabi
Marto Lemu. Hari berganti. Di
kesempatan lain, ketika kolam
ikannya di panen, tak lupa Kiai
Hasyim untuk memberikan beberapa
ekor gurame yang besar, bahkan
paling besar itu untuk dihadiahkan
pada Marto Lemu.
Karena Kiai sering memberi hadiah
demi
hadiah,
dan
sering
menggunakan jasa Marto Lemu
untuk
mengangkut
barangbarangnya, lama-lama mereka jadi
akrab. Marto Lemu mulai mau
berkunjung ke Kiai Hasyim.
“Saya yakin, ketika nyadran itu
mereka
tidak
sedang
minta
pertolongan kepada mayat. Tapi ia
datang
dan
nyekar
untuk
menghormati leluhurnya. Meski
begitu, doa-doa yang dipanjatkan itu
mesti
diganti
dengan
doa
sebagaimana yang diajarkan rasul.
Kiai Hasyim hanya beristighfar
mendengar kata-kata kotor itu. Dan
diam-diam ia berdoa kepada Allah,
agar dosa mereka diampuni, karena
mereka tidak tahu ajaran Islam.
Pada tahun 1919, ketika koperasi
mulai diperkenalkan, ia berpikir
keras untuk menemukan solusi
alternatif
bagi
pengembangan
ekonomi umat, berdasarkan kitabkitab klasik. Dengan beberapa santri,
ia membentuk badan semacam
koperasi bernama Syirkatul Inan li
Murabathati Ahli al-Tujjar.
Sebelum
mendirikan
Muhammadiyah, Kiai Dahlan gemar
berkunjung ke ndalem para Kiai atau
sekedar singgah, untuk mempererat
Muamalah
Muamalah
Muamalah
Muamalah
Muamalah
Muamalah
58
19.
XII/45/223
20.
XIII/22/237
21.
XIII/24/237
22.
XIV/20/251
23.
XV/45/273
ukhuwah demi kepentingan dakwah
Islam dan mengentaskan umat dari
kemiskinan dan penderitaan akibat
kolonialisme.
“Jika kita menyerahkan salah seorang
santri, itu tak mungkin, sebab tak ada
sedikitpun kesalahan mereka. Para
santri di pihak yang benar, karena
mereka
membela
haknya.
Mengamankan pesantren. Lagipula,
kita tak diberi bukti, apakah benar
maling itu meninggal atau tidak.
“Kenapa tidak, Kiai? Membeli dan
menjual kan halal, bahkan kalau
tidak salah, Kiai pernah bilang
padaku
bahwa
pedagang
itu
pekerjaan warisan Kanjeng Nabi?”
Setiap pekan, tepatnya hari Pon, ia
selalu ke pasar Cukir untuk membeli
dan menjual kuda. Marto Lemu
adalah sahabat dan rekan bisnis Kiai
Hasyim yang paling setia. Itu semua
dilakukan Kiai Hasyim bukan untuk
mencari kekayaan diri, tetapi
pertama-tama
untuk
memutar
modalnya yang ada di koperasi
pesantren Tebuireng. Kedua, itu ia
lakukan, karena ia membutuhkan
banyak dana untuk membeli buku.
“Dan malam ini juga saya harap
engkau menghafal surat Thaha ayat
tujuh belas sampai duapuluh tiga.
Nanti tolong bacakan ayat-ayat itu
dihadapan Kiai Hasyim.”
“Alhamdulillah…” ungkap masingmasing mereka yang telah membaca
dengan seksama. Kiai Hasyim
langsung sujud syukur di serambi
Masjid, di susul oleh Kiai-kiai lain.
Muamalah
Muamalah
Muamalah
Ibadah
ibadah
59
Tabel 4
Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Syariah
Antar Juri
Item
Kesepakatan
Ketidaksepakatan
Nilai
1 dan 2
224
106
118
0,47
1 dan 3
224
102
122
0,46
2 dan 3
224
111
113
0,49
Total
1,42
Komposit Reliabilitas= N (x antar juri)
.
1 + (N-1) (x antar juri)
Nilai rata-rata= 1,42 : 3 = 0,47
Komposit Reliabilitas= 3 x (0,47) = 1,41= 0,73
1+2(0,47) 1,94
Dengan demikian, pesan syariah yang terkandung dalam novel Penakluk
Badai berjumlah 0,73 berdasarkan kesepakatan juri. Hal ini menunjukkan bahwa
terjadi kesepakatan yang tinggi dari ketiga dewan juri tentang pesan syariah.
C. Pesan Dakwah Tentang Akhlak dalam Novel Penakluk Badai
1.
Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah merupakan sifat-sifat baik (terpuji) yang
dibawa manusia sejak lahir, yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada
padanya. Adapun dialog atau paragraph dalam novel yang mengandung
akhlak mahmudah dapat dibaca dari kutipan novel sebagai berikut:
“Yo wis, besok siap-siap, aku sama ibumu akan antar kowe ke Gedang,
mohon restu sama simbah Kiai,”
60
Kutipan ini diambil dari dialog antara Kiai Asy‟ari dengan
anaknya, Kiai Hasyim yang pada waktu itu masih belia dan hendak
mondok di luar pesantren milik keluarganya. Dari sini pengarang ingin
menggambarkan bahwa Kiai Asy‟ari merupakan orang yang memiliki
akhlak mahmudah, karena selalu mengajarkan hal yang baik kepada
anaknya, salah satunya yaitu selalu mengajarkan sang anak untuk
memohon izin sebelum ia pergi kemanapun.
2.
Akhlak Madzmumah
Jika akhlah mahmudah merupakan akhlak baik yang terdapat dalam
diri manusia, maka akhlak madzmumah merupakan kebalikan dari akhlak
mahmudah, yaitu akhlak buruk (tercela) yang terdapat dalam diri
seseorang. Adapun dialog atau paragraph dalam novel yang mengandung
akhlak madzmumah dapat dibaca dari kutipan novel sebagai berikut:
“Kemeriahan Tebuireng pada malam hari melebihi suara katak dan
jangkrik yang memecah keheningan malam. Suara perempuan dan lakilaki yang sedang bercumbu-rayu sering mengalahkan suara berbagai
jenis hewan melata yang bersuara di malam hari itu. karena angin
berhembus kencang, sampailah canda tawa dan cekikikan bergelimang
syahwat itu ke telinga penduduk desa Diwek.”
Kutipan di atas diambil dari paragraph yang ditulis pengarang
ketika menjelaskan keadaan Tebuireng sebelum kedatangan Kiai Hasyim
Asy‟ari. Dari paragraph ini, pengarang ingin menyampaikan bahwa
sesungguhnya tertawa cekikikan itu tidak baik, apalagi yang sampai
menimbulkan syahwat.
Berikut ini adalah tabel beberapa rincian pesan yang mengandung
kategori akhlak menurut kesepakatan tiga orang juri.
61
Tabel 5
Rincian Kategorisasi Akhlak
No. Bab/Paragraph/
Kutipan
Keterangan
“Ya sudah Nyi, kalau sliramu tidak bisa
cerita,” Asy‟ari mulai menumbuhkan
kesabarannya. Ia mencoba beranjak
dari gigir dipan dan berdiri untuk
melangkah keluar. Namun tiba-tiba
Halimah menarik tangan suaminya.
Seakan tak mau ditinggal sendirian
hingga Asy‟ari duduk kembali.
Setelah mereka berkumpul dan
mengepung tumpukan batu, kini giliran
Hasyim
memeriksa
kebenaran
tumpukan batu itu. Ternyata, setelah
dihitung ada yang ganjil. “Kalian
curang, tumpukan batu tidak sampai
sepuluh,
hanya
sembilan.
Jadi,
kemenangan kalian tidak sah!”
Hasyim kecil dikenal sebagai anak
yang pemurah. Ia sering memberikan
mainan atau benda miliknya , berupa
baju atau sarung kepada temantemannya
tanpa
sepengetahuan
bapaknya, Kiai Asy‟ari. Suatu ketika,
pernah mata Kiai Asy‟ari terbelalak
setelah mengetahui baju baru yang ia
belikan untuk anaknya dipakai oleh
salah satu anak orang kampung yang
paling tidak mampu. Atas peristiwa itu,
Kiai Asy‟ari tidak jadi bertanya, juga
tidak marah kepada Hasyim, justru ia
bersyukur atas perbuatan Hasyim.
Ada lagi perilaku Hasyim yang disukai
oleh kedua orangtuanya, meski dalam
keadaan tertentu, kedua orangtuanya
tidak bisa menerima. Ya, Hasyim kecil
punya
kebiasaan
mengumpulkan
teman-temannya untuk diajak ke
pelataran pesantren bapaknya di Keras.
Setelah lapar, ia membawa teman-
Akhlak
Halaman
1.
2.
3.
4.
III/25/57
III/50/65
III/56/67
III/57/67
Mahmudah
Akhlak
Madzmumah
Akhlak
Mahmudah
Akhlak
Mahmudah
62
5.
6.
7.
8.
9.
III/72/69
IV/9/75
IV/12/75
IV/27/79
IV/35/81
temannya ke rumah, dan makan ramairamai di dapur. Kebiasaan itu sudah
diketahui oleh ibunya, Halimah.
Karenanya,
kadang
si
ibu
menyembunyikan beberapa lauk untuk
persediaan, kalau-kalau ada tamu
datang dan menginap.
Mendengar penjelasan ini, hati ibu
mana yang tega melihat anaknya
merasa bersalah terus-terusan. Begitu
juga yang dialami Halimah, ia
kemudian memaafkan Hasyim, dan
diam-diam bersyukur karena ia
mempunyai anak dengan akhlak yang
baik dan mau mengakui kesalahannya.
“Abah…” dengan hati-hati Hasyim
menemui ayahnya, Kiai Asy‟ari, di
malam yang sudah beranjak sunyi.
“Ada apa?” jawab Kiai Asy‟ari sambil
membetulkan duduknya di atas tikar
pandan.
“Nuwun sewu, permisi Abah, kawula
hendak matur,” kata Hasyim
“Yo wis, besok siap-siap, aku sama
ibumu akan antar kowe ke Gedang,
mohon restu sama simbah Kiai,” kata
Kiai Asy‟ari.
Kiai Asy‟ari memahami apa yang
diinginkan
anaknya.
Ia
hanya
menyelidiki kemauan sang anak dan
mendorong sekuat tenaga agar anak
tersebut menjadi pemuda yang baik dan
semakin mengerti lingkungannya.
Salah
satu
kepatuhan
dan
penghormatan kepada keluarga Kiai,
Hasyim tak segan-segan melakukan apa
saja untuk sang Kiai hingga pada suatu
pagi, cincin milik Nyai Kholil jatuh di
kakus keluarga ndalem. Saat itu, betapa
panik dan sedihnya sang Nyai, sebab
cincin itu hadiah mas kawin dari Kiai
Kholil saat menikahinya. Jadi tentu
punya nilai sejarah yang sangat
penting. Lalu diumumkannya peristiwa
itu kepada para santri melalui lurah
pondok.
Akhlak
Mahmudah
Akhlak
Mahmudah
Akhlak
Mahmudah
Akhlak
Mahmudah
Akhlak
Mahmudah
63
10.
11.
12.
13.
14.
IV/67/91
VI/21/123
VIII/8/153
VIII/38/161
X/1/185
Dua santri ini saban hari hampir selalu
berlomba-lomba berkhidmat kepada
gurunya, misalnya setiap Kiai Sholeh
datang, keduanya berlari dan saling
mendahului untuk menata sandal kayu
sang Kiai. Selain itu, dua santri ini
sering
berlama-lama
membantu
keluarga Kiai, menggarap sawahladangnya.
“Anakku, Bagus Hasyim, cobaan harus
dihadapi dengan sabar. Sebab hanya
orang yang banyak bersabar yamg akan
lahir sebagai pemenang.
Kemeriahan Tebuireng pada malam
hari melebihi suara katak dan jangkrik
yang memecah keheningan malam.
Suara perempuan dan laki-laki yang
sedang
bercumbu-rayu
sering
mengalahkan suara berbagai jenis
hewan melata yang bersuara di malam
hari itu. karena angin berhembus
kencang, sampailah canda tawa dan
cekikikan bergelimang syahwat itu ke
telinga penduduk desa Diwek.
Kalau sudah demikian suasana menjadi
kian ramai dan semarak. Mereka
berpesta-pora.
Lelaki-perempuan
berjoget, menggelinjang-gelinjangkan
tubuhnya, bersenggol-senggolan penuh
nafsu dan gairah, dibarengi dengan
aroma sahwat dan minuman keras.
Suasana yang penuh gairah itu
kemudian diteruskan dengan memilih
pasangan
secara
bebas,
guna
menuntaskan nafsu mereka. Mereka
kemudian berbuat mesum di sana-sini
tanpa rasa malu. Kalau uangnya tak
cukup untuk di dalam kamar, mereka
berbuat mesum di pinggir jalan atau di
tengah sawah.
Suatu hari, orang-orang jahat itu
berkumpul menyusun strategi guna
menyingkirkan Kiai Hasyim dan para
santrinya.
Setelah
menemukan
kesepakatan,
mulailah
mereka
melakukan serangan dengan cara
Akhlak
Mahmudah
Akhlak
Mahmudah
Akhlak
Madzmumah
Akhlak
Madzmumah
Akhlak
Madzmumah
64
15.
16.
17.
18.
19
X/2/185
X/20/191
XI/25/205
XII/42/227
XV/57/275
menghasut dan memfitnah. Kiai
Hasyim dan para santrinya menerima
segala tuduhan yang keji. Orang-orang
yang sedang belajar shalat diganggu
bahkan dibubarkan secara paksa.
Mereka menganggap perbuatan itu siasia dan tak bisa membawa kesenangan.
Ketika Kiai Hasyim sedang memenuhi
undangan dari masyarakat, memberi
doa selamatan, mereka ganggu dengan
berbagai macam cara. Termasuk
dengan cemoohan, cibiran, dan katakata kasar.
“Santri-santriku yang baik, ngaji pagi
ini libur sementara. Sebab di pesantren
akan ada tamu penting. Mohon kiranya
para
santri
menghormati
kedatangannya.”
“Sebagai saudara, alangkah baiknya
kalau kita saling khusnudzan, dan
menjauhkan diri dari prasangka yang
tidak baik. Sebab merasa baik dan
benar sendiri inilah asal-muasal
perpecahan.”
Obor segera dilemparkan ke bangunan
pesantren. Mereka membakar apa saja,
merusak bangunan-bangunan penting
dalam pesantren, minyak tanah
disiramkan di sana-sini. Dalam sekejap
api
membumbung
tinggi,
asap
mengepul tebal.
Keesokan harinya logo itu di bawa ke
Kebondalem,
Surabaya,
untuk
diperlihatkan pada Kiai Hasyim dan
Kiai Wahab Hasbullah. Dua ulama
kharismatik ini langsung memuji usaha
Kiai Ridwan.
“Kang Mas memang seniman tulen.”
Puji Kiai Hasyim.
Akhlak
Madzmumah
Akhlak
Mahmudah
Akhlak
Mahmudah
Akhlak
Madzmumah
Akhlak
Mahmudah
65
Tabel 6
Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Akhlak
Antar Juri
Item
Kesepakatan
Ketidaksepakatan
Nilai
1 dan 2
224
57
167
0,24
1 dan 3
224
54
170
0,24
2 dan 3
224
58
166
0,26
Total
0,74
Komposit Reliabilitas= N (x antar juri)
.
1 + (N-1) (x antar juri)
Nilai rata-rata= 0,24 : 3 = 0,25
Komposit Reliabilitas= 3 x (0,24) = 0,75= 0,50
1+2(0,24) 1,48
Dengan demikian, pesan akhlak yang terkandung dalam novel Penakluk
Badai berjumlah 0,50 berdasarkan kesepakatan juri. Hal ini menunjukkan bahwa
telah terjadi kesepakatan yang cukup tinggi dari ketiga dewan juri tentang pesan
akhlak.
Tabel 7
Kalkulasi Jika Ketiga Pesan Berikut Diakumulasikan berdasarkan
Kesepakatan Antarjuri
Kesepakatan
Antarjuri
Total
Item
Ketidaksepakatan
Aqidah
Syariah
Akhlak
Kesepakatan
1 dan 2
224
20
106
57
41
183
1 dan 3
224
21
102
54
47
177
2 dan 3
224
19
111
58
36
188
66
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kesepakatan yang terjadi
antarjuri 1 dan 2 sebanyak 183 item, dari total 224 item yang diteliti, itu berarti
terdapat kesepakatan yang tinggi antarjuri. Kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar
177 item, itu menunjukkan kesepakatan yang cukup tinggi juga antar kedua juri,
sedangkan kesepakatan antarjuri 2 dan 3 sebanyak 188 item, itu juga berarti
menunjukkan kesepakatan yang sangat tinggi antar juri.
D. Pesan Yang Paling Dominan dalam Novel Penakluk Badai
Hasil perhitungan kesepakatan ketiga orang juri pada tiap-tiap bab dalam
novel Penakluk Badai yang dianalisis ini memiliki nilai pesan dakwah yang
berbeda. Seperti yang telah dijelaskan di atas, secara keseluruhan, pesan dakwah
yang terdapat dalam novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN ini dengan
total jumlah komposit reliabilitas adalah nilai Aqidah 0,23, nilai syariah berjumlah
0,73, dan nilai akhlak berjumlah 0,50.
Untuk mengetahui pesan dakwah yang dominan dalam novel Penakluk
Badai dengan prosentase pesan, maka nilai komposit reabilitas di atas dihitung
dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:
P = F x 100%
N
Keterangan:
P
: Prosentase
F
: Frekuensi
N
: Jumlah Populasi
67
1.
Aqidah
P = 0,23 .x 100% = 15,75%
1,46
2.
Syariah
P = 0,73 .x 100% = 50%
1,46
3.
Akhlak
P = 0,50 .x 100% = 34,25%
1,46
Tabel 8
Prosentase Pesan
N = 1,46
No.
Kategorisasi
Koefisien Reliabilitas
Prosentase (%)
1.
Aqidah
0,23
15,75
2.
Syariah
0,73
50
3.
Akhlak
0,50
34,25
1,46
100
Total
Dengan demikian, pesan dakwah yang oaling dominan yang terdapat
pada novel Penakluk Badai adalah pesan Syariah dengan hasil prosentase 50%
berdasarkan hasil perhitungan kesepakatan dari ketiga orang juri.
Adapun hasil prosentase pesan membuktikan bahwa pesan Syariah
adalah pesan yang dominan, hal ini disebabkan oleh begitu banyaknya dialog
ataupun paragraf yang mengarah pada nilai-nilai syariah.
68
Dari hasil perhitungan kesepakatan dari ketiga orang juri pula,
didapatkan bahwa pesan akhlak menempati urutan kedua dengan prosentase
34,25% dan aqidah menempati urutan ketiga dengan prosentase 15,75%.
BAB V
Penutup
A. Kesimpulan
Setelah menjelaskan dan menganalisa pembahasan-pembahasan yang
telah dikemukakan di atas, maka penulis memperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1.
Pesan-pesan aqidah yang terdapat dalam novel Penakluk Badai sebanyak
15,75%.
Adapun
kategori
dari
pesan
aqidah
meliputi
Iman
kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Kitab Allah, Iman
kepada Rasul Allah, Iman kepada hari akhir, dan juga iman kepada,
qadha dan qadar. Namun, dalam penelitian, peneliti tidak menemukan
pesan aqidah yang meliputi kategori Iman kepada Malaikat.
2.
Pesan-pesan Syariah yang terdapat dalam novel Penakluk Badai
sebanyak 50%. Adapun kategori dari pesan syariah meliputi ibadah dan
muamalah.
3.
Pesan-pesan Akhlak yang terkandung dalam novel Penakluk Badai
sebanyak 34,25%. Adapun pesan Akhlak yang terkandung dalam novel
Penakluk Badai meliputi akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah.
4.
Berdasarkan pengolahan data secara analisis, maka dapat disimpulkan
bahwa kecenderungan isi pesan dakwah dalam novel Penakluk Badai
ini adalah pesan Syariah dengan prosentase 50%, diikuti oleh Akhlak
dengan prosentase 34,25%, yang kemudian pesan Aqidah dengan
prosentase paling rendah yakni 15,75%. Dilihat dari data yang ada, maka
69
70
dapat disimpulkan bahwa isi pesan yang paling dominan adalah pesan
Syariah dengan prosentase 50%.
B. Saran
Setelah penulis menyelesaikan penelitian ini, penulis memberikan
beberapa saran antara lain:
1.
Kepada praktisi atau ilmuwan dakwah yang bergerak dalam bidang
dakwah agar lebih memprhatikan dunia sastra atau media cetak sebagai
sarana dakwah. Karena pada saat ini sarana media cetak sangat efektif
dan juga efisien dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah.
2.
Bagi pengarang, diharapkan dapat meningkatkan kreatifitasnya dan terus
menunjukkan eksistensinya dalam hasil karya sastranya bukan hanya dari
novel saja, namun bisa di bidang sastra lainnya, agar dapat bermanfaat
bagi semua lapisan masyarakat.
3.
Bagi pembaca novel, hendaknya tidak hanya sekedar menikmati novel
sebagai sarana hiburan atau kesenangan saja, namun pelajarilah nilainilai apa saja yang terkandung di dalamnya. Jika terdapat nilai-nilai yang
baik, maka itu merupakan ajakan ke jalan yang baik dan benar maka
sepatutnya dapat diikuti dan dipraktekkan dalam kehidupan nyata.
4.
Bagi para pejabat struktural, Dekanat, dan dosen FIDKOM hendaknya
lebih memperdalam diskusi atau kajian tentang sastra, terutama hasil
karya dari sastrawan dan penulis muslim. Karena mereka dapat
memberikan kontribusinya sehingga minat baca dan ketertarikan
mahasiswa FIDKOM pada sastra menjadi bertambah.
71
5.
Bagi mahasiswa FIDKOM, khususnya jurusan KPI agar lebih
meningkatkan rasa ketertarikan dalam bidang sastra yang selama ini
dianggap sulit dan membosankan tapi sebenarnya tidak demikian.
6.
Penerbit novel-novel Islami agar lebih konsisten dan memiliki komitmen
dalam menerbitkan novel-novel baik fiksi maupun nonfiksi yang banyak
menyampaikan ajaran Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujieb, M. Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994).
Al-Qardhawi, Yusuf. Ibadah dalam Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana,
2005).
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1992).
Atmowiholo, Ariswendo, Mengarang Itu Gampang, (Jakarta: PT Suberta Citra
Pusaka, 1995).
Danesi,
Marcel. Pengantar
Jalasutra,2010).
Memahami
Semiotika
Media,
(Yogyakarta:
Djoko Damono, Rahmat. Prinsip-prinsip Kritik Sastra, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1994).
Fad’aq, Asma Umar Hasan. Mengungkapkan Makna dan Hikmah Sabar, (Jakarta:
Penerbit Lentera, 1999).
Hassan Saleh, E. Studi Islam di Perguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan
Pengembangan Wawasan, (Jakarta: Penerbit ISTN, 2000).
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2006).
Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komuikasi, (Jakarta: Perdana Media
Group, 2007), cet. Ke-2.
Kusnawan. Aep, Berdakwah Lewat Tulisan (Bandung: Mujahid Press, 2004).
Munir Amin, Samsul. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah,
2008).
Nasution, Harun. dkk, Ensiklopedia Media Islam Indonesia Pengantar Studi
Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004).
Nasution, Zulkarnaen. Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta: Pusat Penelitian
Universitas Terbuka, 2001.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996).
Persua, Nguruh, Peranan Kesusastraan dalam Pendidikan, (Suara Guru. XII,
1980).
Rafi’udi dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung:
Pustaka Setia, 2001).
72
73
Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Rosdakarya,
2002).
Salmah, Ismah. Strategi Dakwah di Era Millenium, Dakwah Jurnal dan
Komunikasi.
Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers,2011)
Subarjo, Jakob, Seluk Beluk dan Petunjuk Menulis Novel dan Cerpen (Bandung:
Pustaka Latifah, 2004).
Syukri, Asmuni. Dasar-dasar strategi Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983).
Taringan, Henry Guntur. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. (Bandung: Angkasa.
1993).
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997).
Yahya Omar, Toha. Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1984)
Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: PT. Rineko
Cipta, 1992).
Tabel
Rincian Intercoder Reliability
Dialog
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
Juri I
̵
̵
√
̵
√
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
Aqidah
Juri II Juri III
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
Kategorisasi
Syariah
Juri I
Juri II Juri III
√
√
√
√
√
√
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
√
√
√
̵
√
√
̵
̵
√
√
̵
√
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
̵
√
̵
√
√
√
√
̵
√
√
√
√
√
√
√
√
̵
√
√
√
√
√
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
√
√
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
√
√
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
̵
√
√
√
Juri I
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
√
̵
√
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
√
√
√
√
̵
̵
√
̵
√
√
√
̵
̵
√
̵
√
̵
Akhlak
Juri II Juri III
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
√
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
√
√
√
√
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
√
√
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
√
√
̵
̵
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
√
̵
̵
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
√
̵
√
√
√
√
√
√
√
√
√
̵
√
̵
̵
√
√
√
√
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
√
̵
̵
̵
√
√
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
√
̵
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
√
√
√
√
√
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
√
√
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
-
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
-
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
√
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
̵
√
√
̵
√
̵
√
̵
̵
√
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
√
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
̵
̵
√
√
√
√
̵
̵
̵
√
̵
√
̵
̵
√
√
̵
√
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
√
√
̵
̵
̵
√
√
√
√
̵
√
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
√
√
√
√
√
̵
̵
√
√
̵
√
̵
√
√
√
√
√
√
√
̵
̵
√
√
√
√
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
√
̵
√
̵
̵
√
√
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
√
̵
√
√
√
̵
̵
̵
√
√
̵
√
√
√
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
√
̵
̵
̵
√
̵
̵
√
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
√
√
̵
̵
̵
√
√
̵
√
√
√
√
√
√
̵
√
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
√
̵
̵
̵
√
√
̵
√
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
√
√
√
̵
̵
√
̵
√
√
√
√
̵
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
̵
̵
√
̵
̵
√
√
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
√
√
√
√
̵
̵
̵
√
√
√
√
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
√
√
√
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
√
̵
√
̵
̵
̵
̵
√
̵
√
√
√
̵
√
̵
̵
̵
√
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.
214.
215.
216.
217.
218.
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
√
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
√
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
√
√
̵
̵
√
√
̵
√
√
√
√
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
̵
√
√
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
√
̵
̵
√
√
√
̵
√
√
√
√
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
̵
̵
̵
√
̵
√
̵
̵
̵
√
̵
√
̵
√
√
√
√
√
√
√
√
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
√
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
̵
√
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
√
√
√
√
√
√
̵
√
√
̵
√
√
√
√
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
√
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
√
√
√
̵
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
√
̵
√
̵
√
̵
̵
̵
√
√
̵
√
̵
̵
̵
√
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
219.
220.
221.
222.
223.
224.
Jumlah
̵
√
̵
̵
̵
√
̵
̵
̵
̵
̵
̵
̵
31
̵
̵
̵
̵
̵
23
̵
̵
̵
29
̵
√
√
√
̵
√
120
√
√
√
̵
̵
√
129
̵
̵
√
127
̵
̵
√
√
√
̵
73
̵
̵
̵
̵
̵
̵
√
√
̵
72
√
√
̵
68
Download