1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Komunikasi

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan
yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya, dan
efeknya terhadap mereka. Komunikasi massa merupakan disiplin kajian ilmu sosial
yang relative muda jika dibandingkan dengan ilmu psikologi, sosiologi, ilmu politik
dan ekonomi. Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa
menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan
heterogen.
Definisi lain dari komunikasi massa menurut Josep A. Devito adalah
komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa
banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua
orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak
berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk
didefinisikan. Selain itu, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh
pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan
lebih mudah dan lebih logis bila didenifisikan menurut bentuknya (televisi, radio,
surat kabar, majalah, film, buku, dan pita).
Sementara itu, Jay Black dan Frederick C. Whitney menyebutkan bahwa
komunikasi massa adalah sebuah proses di mana pesan-pesan yang diproduksi secara
massal/ tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim
dan heterogen (Nurudin, 2007: 11-12).
6
7
Komunikasi massa dapat didefinisikan dalam tujuh ciri, yaitu:
1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga.
2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen.
3. Pesannya besifat umum.
4. Komunikasinya berlangsung satu arah.
5. Komunikasi maasa menimbulkan keserempakan.
6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis.
7. Komunikasi
massa
dikontrol
oleh
Gatekeeper.
(Nurudin,
2007:19).
2.1.1.1 Fungsi Komunikasi Massa
Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988), fungsi
komunikasi massa adalah:
1.
To inform (menginformasikan). Dalam istilah jurnalistik, faktafakta yang dijadikan sebagai sebuah informasi, diringkas dalam
istilah 5 W + 1 H (What, Where, Who, When, Why, + How)
(Nurudin, 2007: 66).
2.
To entertain (memberi hiburan). Media mengekspos budaya
massa berupa seni dan musk pada berjuta-juta orang, dan
sebagian orang merasa senang karena bisa meningkatkan rasa dan
pilihan publik dalam seni (Severin & Tankard, Jr., 2011: 388).
3.
To persuade (membujuk). Bagi Josep A. Devito, persuasi bisa
datang dari berbagai bentuk, diantaranya mengukuhkan atau
memperkuat serta mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai
seseorang. Lalu menggerakkan seseorang untuk melakukan
8
sesuatu dan memperkenalkan etika, atau menawarkan sistem nilai
tertentu (Nurudin, 2007: 72-73)
4.
Transmission of the culture (transmisi budaya). Media massa
menjadi sebuah perekam terhadap pengalaman masa lalu yang
dapat yang dapat dijadikan sebuah pelajaran oleh masyarakat.
Sementara itu, menurut Harold D. Lasswell, fungsi komunikasi massa
terbagi menjadi 3 hal, yaitu:
1. Fungsi pengawasan. Bagi Laswell, komunikasi massa mempunyai
fungsi pengawasan. Artinya, menunjuk pada pengumpulan dan
penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian yang ada di
sekitar kita.
2. Fungsi korelasi. Fungsi ini menghubungkan bagian-bagian dari
masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Bagi Charles R.
Wright, fungsi korelasi juga termasuk menginterpretasikan pesan
yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam
mereaksi kejadian-kejadian.
3. Fungsi pewarisan sosial. Dalam hal ini, media massa berfungsi
sebagai seorang pendidik, baik menyangkut pendidikan formal
maupun informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan
suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma, pranata, dan etika dari satu
generasi ke generasi selanjutnya (Nurudin, 2007: 86).
Sedangkan, Alex S. Tan menyederhanakan fungsi komunikasi massa
sebagai berikut:
9
Tabel 2.1 Fungsi Komunikasi Massa
No.
1.
Tujuan Komunikator
Memberi Informasi
Tujuan Komunikan
Mempelajari
ancaman
dan
peluang, memahami lingkungan,
menguji
kenyataan,
meraih
keputusan.
2.
Mendidik
Memperoleh pengetahuan dan
keterampilan
yang
memfungsikan
dirinya
efektif
masyarakatnya,
dala
berguna
secara
mempelajari nilai, tingkah laku
yang cocok agar diterima dalam
masyarakatnya.
3.
Mempersuasi
Memberi keputusan, mengadopsi
nilai, tingkah laku, dan aturan
yang cocok agar diterima dalam
masyarakatnya.
4.
Menyenangkan,
kebutuhan komunikan
memuaskan Menggembirakan, mengendorkan
urat
saraf,
mengalihkan
menghibur,
dan
perhatian
dari
masalah yang dihadapi.
Dalam perspektif kritis, fungsi komunikasi massa bisa ditambah sebagai alat
untuk melawan kekuasaan dan kekuatan represif, serta menggugat hubungan
trikotomi antara pemerintah, pers dan masyarakat (Nurudin, 2007: 65).
10
2.1.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa
Komunikasi yang dilakukan radio, seperti halnya di media massa
lainnya adalah komunikasi massa, yakni komunikasi kepada orang banyak.
Karakteristik komunikasi massa antara lain:
1. Komunikator melembaga (institutionalized communicator) atau
komunikator kolektif (collective communicator). Di media radio,
penyiar berbicara di udara mewakili perusahaan atau stasiun
radionya, bukan atas nama pribadi. Karena itu, dalam siarannya ia
harus mengacu kepada visi, misi, program, style, standardisasi
bahasa, dan kriteria informasi serta music radionya.
2. Pesan bersifat umum, ditujukan kepada orang banyak, tidak boleh
bersifat pribadi layaknya komunikasi interpersonal.
3. Menimbulkan keserempakan (simultaneous) dan keserentakan
(instantaneous) penerimaan oleh massa. Pendegar radio, dimana
pun
mereka
berada,
dapat
mendengarkan
siaran
secara
bersamaan, tidak perlu mengantre.
4. Komunikan atau “lawan bicara” bersifat heterogen, terdiri dari
pribadi-pribadi dengan berbagai karakter, beragam latar belakang
social, budaya, agama, usia, dan pendidikan.
5. Berlangsung satu arah. Penyiar aktif melakukan komunikasi,
sedangkan pendengar pasif, bahkan bisa saja tidak menggubris
apa yang dikatakan penyiar. Pendengar tidak bisa menginterupsi,
memotong pembicaraan penyiar, atau meresponsnya secara
langsung sebagaimana dalam obrolan face to face. (Romli,
2009:17-18)
11
2.1.2 Media Massa
Komunikasi massa pada dasarnya adalah komunikasi melalui media massa
(media cetak dan elektronik). Pada awal perkembangannya, komunikasi massa
berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi
massa). Arti dari media massa sendiri adalah salah satu alat (atau saluran) dalam
komunikasi massa. Mengambil asumsi Dennis McQuail (1987) akan arti penting
media massa:
1. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang
menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan
industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri
yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan
institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya.
2. Media massa merupakan sumber kekuatan – alat kontrol, manajemen,
dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai
pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya.
3. Media merupakan lokasi (atau norma) yang semakin berperan, untuk
menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang
bertaraf internasional maupun internasional.
4. Media
sering
kali
berperan
sebagai
wahana
pengembangan
kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni
dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara,
mode, gaya hidup, dan norma-norma.
5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk
memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi
masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan
12
nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan
hiburan (Nurudin, 2007: 34-35).
2.1.2.1 Fungsi Media Massa
Merujuk pada Nurudin (2007: 66-93), fungsi dari media massa dibagi
menjadi 10 hal, yaitu:
1. Informasi.
2. Hiburan.
3. Persuasi.
4. Transmisi Budaya.
5. Mendorong Kohesi Sosial.
6. Pengawasan.
7. Korelasi.
8. Pewarisan Sosial.
9. Melawan Kekuasaan dan Kekuatan Repetitif.
10. Menggugat Hubungan Trikonomi.
2.1.2.2 Jenis-Jenis Media Massa
Media massa dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Media Cetak, terdiri dari surat kabar, majalah dan tabloid.
2. Media Elektronik, terdiri dari radio dan televisi.
3. Media Massa Internet.
2.1.3 Radio
Merujuk pada pengertiannya dalam The Encyclopedia of Americana
International, radio adalah alat komunikasi yang menggunakan gelombang
elektromagnetik yang disebarkan melalui ruang pada kecepatan cahaya. Gelombang
13
elektromagnetik yang digunakan dalam komunikasi radio persis dengan cahaya dan
gelombang panas, tetapi frekuensinya lebih rendah.
Menurut Anton M. Moeliono, pengertian radio adalah siaran (pengiriman)
suara/bunyi melalui udara. Sedangkan Teguh Meinanda dan Ganjar Nugraha
Jiwapraja menyatakan bahwa radio adalah kesuluruhan system gelombang suara
yang dipancarkan dari stasiun dan kemudian dapat di terima oleh berbagai pesawat
penerima baik dirumah, di kapal, di mobil dan sebagainya.
Maka dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan, seperti dalam
Moeryanto Ginting yang dikutip pada Ritonga, radio adalah alat komunikasi massa
yang menggunakan lambang komunikasi yang berbunyi (Triartanto, 2010:30).
Radio selalu menjadi bagian dari kehidupan kita. Sejak awalnya dalam dunia
penyiaran, radio juga telah menjadi sebuah bisnis yang menguntungkan (Cordeiro,
2012). Radio adalah alat komunikasi yang kuat. Radio terbukti menjadi media yang
paling efektif dalam mempromosikan pertanian dan pembangunan didaerah
pedesaan, terutama sebagai alat untuk penyampaian informasi yang cepat (Nazari,
2010). Heinich mengatakan bahwa dibandingkan dengan media komunikasi massa
lain seperti televisi, biaya penyelenggaraan siaran radio jauh lebih murah dengan
kemampuan jangkauan daerah yang sama luasnya. Keunggulan lain dari medium
dengar ini adalah kemampuannya untuk menstimulasi imaginasi pendengar dan
fleksibilitasnya dalam penyajian informasi dengan beragan bentuk sajian seperti
dramatisasi, diskusi, ceramah atau dialoh (Triartanto, 2010).
2.1.3.1 Sejarah Radio
Sejarah radio diawali dengan penemuan-penemuan di bidang fisika
pada abad XIX M. Mereka secara langsung ataupun tidak langsung menjadi
“founding fathers” atau bapak-bapak pendiri/penemu radio. Mereka adalah:
14
1.
Michael Faraday, seorang ahli fisika inggris, penemu induksi
electromagnet dan formulasi rumus-rumus fisika mengenai induksi
listrik dan magnet.
2.
James Clerk Maxwell, seorang ahli astronomi-fisika skotlandia,
penemu gelombang elektromagnetik yang merambat pada kecepatan
cahaya.
3.
Heinrich Heritz berjasa membuktikan teori elektromagnetik temuan
Maxwell itu benar-benar ada. Ia membuat gelombang radio dan berhasil
memancarkannya. Ia adalah pencipta alat pemancar, antenna dan
penerima sinyal
4.
Gaglieso Marconi, ilmuwan italia, diakui sebagai “penemu pesawat
radio”. Awal tahun 1890-an mempelajari ilmu-ilmu dasar temuan para
ilmuwan tersebut di atas dan berusaha mengembangkan dan
menerapkannya. Ia menemukan metode transmisi suara tanpa bantuan
kabel. Dengan menciptakan invasi atas dasar peralatan yang diciptakan
oleh Hertz, Marconi telah berhasil meningkatkan jarak pancaran
gelombang electromagnet dan mengisinya dengan informasi. Hasilnya,
peralatan transmitter dan receiver ciptaan Marconi tersebut mampu
mentransfer informasi dari satu tempat ke tempat lain tanpa kawat.
Itulah awal dari komunikasi radio.
5.
Nikola Tesla mengembangkan temuan Marconi. Ia bereksperimen
tentang berbagai susunan transmisi tanpa kabel.
6.
David Sarnoff, ialah penyusun cara penggunaan utama dari alat-alat
yang diciptakan pendahulunya, Marconi, dengan memonya yang
terkenal, “Radio Music Box”. Dalam memonya, Sarnoff mengusulkan
15
agar pesawat penerima radio diproduksi massal untuk dikonsumsi
public.
7.
Lee De Forest adalah ilmuwan penemu tabung hampa udara, pelopor
pendirian radio siaran (broadcasting) tahun 1916, sekaligus orang yang
pertama kali menyiarkan berita melalui radio.
8.
Frank Conrad adalah orang yang pertama kali menyiarkan musik
melalui radio pada tahun 1919.
9.
Edwin Howard Amstrong mengembangkan tabung udara ciptaan De
Forest untuk memperkuat sinyal radio hingga puluhan kilometer. Atas
upayanya tersebut, Amstrong dikenal sebagai “penemu radio FM”.
(Romli, 2009: 12-15)
Lebih jelasnya, Straubhaar & LaRose memerinci sejarah radio dalam periodeperiode sebagai berikut:
Tabel 2.2 Sejarah Radio (Astuti, 2008:12)
1877
Edison memperkenalkan speaking phonograph.
1896
Marconi mengembangkan trasmiter radio, radio menjadi bisnis.
De Forest menemukan tabung vakum, disempurnakan oleh Howard
1906
Amstrong.
1920
Frank Conrad mengawali siaran KDKA di Pittsburgh.
RCA mengawali NBC Radio Network, AT&T menerjuni dunia
1926
penyiaran.
1933
Howard Amstrong mengembangkan gelombang FM.
1934
Pendirian Federal Communication Commission di Amerika Serikat.
1949
Dimulainya era radio DJ.
1950-an
Transistor ditemukan, disusul integrated circuit, menggantikan tabung-
16
tabung radio elektronik. Radio berukuran pocket yang mungil
menggantikan radio-radio yang besar ukurannya.
1970
Stasium FM meningkat, menjadi stereo, membidik khalayak segmen.
1996
Undang-undang telekomunikasi memicu demam merger radio.
Radio berbasis digital pertama mulai on air di Eropa. Di Amerika
1997
Serikat, DAB (digital audio broadcasting) baru mulai diperkenalkan.
Situs internet Napster diperintahkan untuk mengakhiri pembaguan arsip
2000
tanpa izin
Stasiun radio berbasis web setuju memberikan proporsi pendapatannya
2002
untuk musisi dan label untuk musik yang telah memilik hak copyright.
2.1.3.2 Karakteristik Radio
Menurut Romli (2009:16-17), karakteristik khas dari radio adalah:
1.
Auditori, Sound Only, Auditif. Radio adalah “suara”, untuk
didengar, dikonsumsi telinga atau pendengaran. Apa pun yang
disampaikan melalui radio harus berbentuk suara, hanya suara,
lain tidak.
2.
Transmisi. Proses penyebarluasannya atau disampaikan kepada
pendengar melalui pemancaran (transmisi).
3.
Mengandung gangguan. Seperti timbul-tenggelam (fading) dan
gangguan teknis.
4.
Theatre of Mind. Radio menciptakan gambar dalam imajinasi
pendengar, “memainkan” imajinasi pendengar, dengan kekuatan
kata dan suara. Secara harfiah, theater of mind berarti ruang
17
bioskop di dalam pikiran. Radio mampu menggugah imajinasi
pendengarnya, dengan suara, musik, vocal atau bunyi-bunyian.
5.
Identik dengan musik. Umumnya orang mendengarkan radio
untuk mendengarkan musik/lagu. Radio menjadi media utama
untuk mendengarkan musik.
2.1.3.3 Kekuatan Radio
Sebagai suatu kekuasaan atau kekuatan, radio siaran dijuluki sebagai
kekuasaan ke-5 (the fifth estate), setelah lembaga eksekutif. Legeslatif,
yudikatif, dan pers (kekuasaan keempat) di dalam suatu Negara (Triartanto,
2010:35)
Astuti (2008: 39-40) menyatakan bahwa kekuatan dari radio adalah:
1.
Radio dapat membidik khalayak yang spesifik. Artinya, radio
memiliki kemampuan untuk berfokus pada kelompok demografis
yang dikehendaki. Selain itu, untuk mengubah atau mempertajam
segmen,
radio
jauh
lebih
fleksibel
dibandingkan
media
komunikasi massa lainnya.
2.
Radio bersifat mobile dan portable. Orang bisa menjinjing radio
kemana saja. Sumber energinya kecil dan sama portable-nya.
Radio bisa menyatu dengan fungsi alat penunjang kehidupan
lainnya.
3.
Radio bersifat intrusif, memiliki daya tembus yang tinggi. Sulit
sekali menghindar dari siaran radio, begitu radio dinyalakan.
Radio bisa menembus ruang-ruang dimana media lain tidak bisa
masuk.
18
4.
Radio bersifat fleksibel, dalam arti dapat menciptakan program
dengan cepat dan sederhana, dapat mengirim pesan dengan
segera, dapat secepatnya membuat perubahan.
Siaran radio yang dinikmati sambil mengerjakan hal lain atau
tanpa mengganggu aktivitas yang lain (Romli, 2009).
5.
Radio itu sederhana: sederhana mengoperasikannya, sederhana
mengelolanya,
dan
sederhana
isinya.
Tidak
diperlukan
konsentrasi tinggi untuk menyimak radio.
Romli (2009:19) menambahkan beberapa keunggulan radio dibanding
media massa lainnya, yaitu:
1.
Cepat dan Langsung. Sarana tercepat, lebih cepat dari koran
ataupun TV, dalam menyampaikan informasi kepada public tanpa
melalui proses yang rumit dan butuh waktu banyak seperti siaran
TV atau sajian media cetak. Hanya dengan melalui telepon,
reporter radio dapat secara langsung menyampaikan berita atau
melaporkan peristiwa yang ada di lapangan.
2.
Akrab. Radio adalah alat yang akrab dengan pemiliknya.
3.
Personal. Suara penyiar hadir dirumah atau didekat pendengar
dikarenakan pembicaraannya yang langsung menyentuk aspek
pribadi, dengan pendekatan pribadi, sehingga radio menjadi
teman pribadi yang setia.
4.
Hangat. Paduan kata-kata, musik dan efek suara dalam siaran
radio mampu mempengaruhi emosi pendengar. Pendengar akan
bereaksi atas kehangatan suara penyiar dan seringkali berpikir
bahwa penyiar adalah seorang teman bagi mereka.
19
5.
Sederhana. Tidak rumit, tidak banyak pernik, baik bagi pengelola
maupun pendengar.
6.
Tanpa batas. Jangkauan wilayah siarannya luas. Siaran radio
menembus batas-batas geografis, demografis, suku, agama, dan
kelas social. Radio juga illiteracy, dapat dinikmati oleh yang buta
huruf.
7.
Murah. Dibandingkan dengan berlangganan media cetak atau
harga pesawat televisi, pesawat radio relative jauh lebih murah.
Pendengar pun tidak dipungut bayaran untuk mendengarkan
radio.
8.
Bisa mengulang. Radio memiliki kesementaraan alami sehingga
berkemampuan mengulang infromasi yang sudah disampaikan
secara tepat.
Sedangkan Effendy (2003:139) berpendapat bahwa kekuatan radio
terdiri dari tiga faktor, yaitu:
1.
Radio siaran bersifat langsung. Ini artinya program yang
disampaikan tidak mengalami proses yang kompleks. Berita,
informasi, atau pesan yang disampaikan oleh penyiar dapat
diterima pendengar secara langsung pada waktu itu juga
2.
Radio siaran menembus jarak dan rintangan. Radio bisa
menembus jarak yang jauh walau dirintangi oleh gunung, lembah,
padang pasir, maupun latuan. Jarak tidak menjadi soal dan
rintangan dapat ditembus.
3.
Radio siaran mengandung daya tarik Radio siaran memiliki
sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang menjadi daya
20
tariknya, yaitu: (a) musik, (b) kata-kata/suara manusia, (c) efek
suara.
2.1.3.4 Kelemahan Radio
Adapun kelemahan-kelemahan yang terdapat pada radio menurut
Romli (2009:21) adalah:
1.
Selintas, At Once. Walaupun radio dapat diakses dengan cepat
dan seketika, namun radio juga dapat cepat hilang dan gampang
dilupakan.
Pendengar
tidak
bisa
mengulang
apa
yang
didengarnya, tidak bisa seperti pembaca Koran yang bisa
mengulang bacaannya dari awal tulisan.
2.
Global. Sajian informasi radio bersifat global, tidak detil, karena
angka-angka pun dibulatkan.
3.
Batasan waktu. Waktu siaran radio relatif terbatas, hanya 24 jam
sehari, berbeda dengan surat kabar yang bisa menambah jumlah
halaman dengan bebas. Waktu 24 jam sehari tidak bisa ditambah
menjadi 25 jam atau lebih.
4.
Linier. Program disajikan dan dinikmati pendengar berdasarkan
urutan yang sudah ada, tidak bisa meloncat-loncat. Beda dengan
surat kabar, pembaca bisa langsung ke halaman tengah, akhir,
atau langsung ke rubrik yang ia sukai.
5.
Mengandung gangguan. Seperti timbulan-tenggelam (fading) dan
gangguan teknis “channel noise factor”.
6.
Lokal. Media radio bersifat lokal, hanya di daerah yang ada
frekuensinya.
21
Tritianto (2010:38-39) menambahkan 3 hal yang menurutnya
termasuk kedalam unsur kelemahan pada radio, yaitu:
1.
Durasi program terbatas. Radio siaran dalam setiap programnya
dibatasi durasi waktu. Setiap program memiliki rentang waktunya
masing-masing. Biasanya maksimal durasi waktu program selama
240 menit atau 4 jam, yang terbagi-bagi dalam segmen acara.
2.
Sekilas dengar. Sifat radio siaran adalah auditori, untuk didengar,
maka isi siaran yang sampai ke telinga pendengar hanya sekilas
dan sepintas lalu saja. Isi pesan atau informasi radio siaran
gampang lenyap dari ingatan pendengar. Pendengar tidak bisa
meminta mengulanginformasi atau lagu yang sudah disiarkan.
Artinya, pesan yang telah lalu tetaplah berlalu. Karena sifatnya
sekilas, maka pesan yang disampaikan tidak rinci dan detil.
3.
Setiap penyampaian komunikasi dengan menggunakan bahasa
lisan/ucap melalui media mengalami gangguan. Radio siaran
sebagai media massa juga tak lepas dari gangguan yang sifatnya
teknis. Karena kekuatan radio siaran adalah suara atau bunyi,
maka unsur ini pula yang bisa menjadi kelemahan karena adanya
gangguan sinyal, suara terdengar menghilang sehingga menjadi
tidak jelas.
2.1.4 Format Radio
Sejalan dengan perkembangan radio di ajang yang kompetitif, menjadikan
setiap pengelola radio perlu membuat sebuah pola yang mencerminkan identitas dari
suatu stasiun radio tersebut. Oleh karena itu, terdapatlah istilah dalam penyajian
22
siaran radio yang disebut format (Triartanto, 2010:142). Dalam arti luas, format bisa
berarti susunan program radio secara keseluruhan, yang menjadi semacam penanda
identitas yang terkemas dalam berbagai program radio (Astuti, 2008:7).
Straubhaar & LaRose membuat table yang memperlihatkan format radio yang
umum dipakai oleh medeia buyer atau advertiser, lengkap dengan target
khalayaknya. Dalam tabel ini diperlihatkan pula sosok-sosok khas yang mewakili
radio dengan format semacam itu.
Tabel 2.3 Format Radio (Astuti, 2008:9)
Format
Typical Content
Sex
Age
Country, classic, new
Alan Jackson
M/F
18+
Religious, gospel, Christian
Dr. Dobson
F
25+
News, talk, sports
Dr. Phil
M
22-55
Adult contemporary
Eric Clapton
F
25-44
Adult standard
Frank Sinatra
M/F
55+
Oldies & 70-80s
Temptations
M/F
25-65
Rock, classic rock, AOR
Metallica
M
18-49
Spanish (termasuk talk)
Ricky Martin
M/F
18-45
M/F
12-44
M
18-44
M/F
12-45
Pavarotti
M/F
55+
New adult contemporary, Kenny G.
M/F
25+
Contemporary Hit Radio Shakira
(CHR)
Alternative
David Gray
Urban, urban oldie, urban J. Lo
AC
Classical, fine art
smooth jazz
23
2.1.5 Karakteristik Jenis Siaran
Menurut Wahyudi, dari aspek karakteristiknya, jenis siaran radio terbagi
menjadi dua, yaitu:
1. Siaran karya artistik: Siaran yang diproduksi melalui pendekatan artistic,
yaitu proses produksi yang mengutamakan segi keindahan.
2. Siaran karya jurnalistik: Siaran yang diproduksi melalui pendekatan
jurnalistik, yaitu suatu proses produksi yang mengutamakan segi
kecepatan, termasuk dalam proses penyajian kepada khalayak.
Adapun perbedaan dari jenis siaran artistik dan jurnalistik sebagai berikut:
Tabel 2.4 Karakteristik Jenis Siaran (Triartanto, 2010:144-145)
Karya Artistik
Karya Jurnalistik
Sumber: Ide/gagasan
Sumber: Permasalahan hangat
Mengutamakan keindahan
Mengutamakan kecepatan/aktualitas
Isi pesan bisa fiksi dan non fiksi
Isi pesan harus factual
Penyajian tidak terikat waktu
Penyajian terikat waktu
(perencanaan)
Sasaran kepuasan pendengar
Sasaran kepercayaan dan kepuasan
pendengar
Memenuhi rasa kagum/menghargai
Memenuhi rasa ingin tahu pendengar
seseorang
Improvisasi tidak terbatas
Improviasi terbatas
Isi pesan terikat pada kode moral
Isi pesan terikat pada kode etik
Penggunaan bahasa bebas
Menggunakan bahasa jurnalistik
Refleksi daya khayal kual
Refleksi penyajian kuat
Isi pesan tentang realitas sosial
Isi pesan menyerap realitas/faktual
24
2.1.6 Jenis Program
Berkaitan dengan kategorisasi dan klasifikasi tentang karya artistik dan
jurnalistik, berikut akan dijabarkan berdasarkan jenis masing-masing program:
Karya Artistik:
1.
Program Musik. Suatu program yang materi siarannya
mengutamakan aspek atau yang berkaitan dengan music dan lagu
dalam penyajian siarannya. Misalnya acara Tanggal Lagu, Profil
Artis Musik, Program Jenis Musik, Request Song, dan lain-lain.
2.
Program Drama Radio. Menyajikan secara audio pola
pelakonan/dramatisasi para tokoh atau karakternya dalam gaya
naratif, monolog, dialog yang diselingi music, lagu serta efek
suara seperlunya.
3.
Program Variety Show. Program sajian yang terdiri dari
sejumlah kombinasi dari beragam format acara, yang dikemas
secara dinamis dan menarik dengan diselingi sisipan musik dan
efek suara.
4.
Program Komedi/Humor. Program yang menyajikan unsurunsur yang menggelitik dan mengundang kelucuan secara auditif
sehingga merangsang pendengar untuk ternseym atau tertawa.
Karya Jurnalistik:
1. Program Buletin Berita. Sajian beragam berita yang actual
dikemas dalam tingkatan gradasi sangat penting, penting, dan
kurang penting yang perlu diketahui masyarakat.
25
2. Program Majalah Udara. Program adopsi dari majalah cetak
yang berisi mengenai aneka ragam topik, tema, serta peristiwa
yang perlu diketahui masyarakat.
3. Program Feature. Program informasi membahas suatu topic
persoalan melalui berbagai pandangan yang saling melengkapi,
mengurai, dan mengkritik, yang disajikan dalam bentuk format.
4. Program Talk Show. Program yang mengutamakan sajian
perbincangan atau obrolan yang didasari penentuan tema, topic,
serta bahasan yang dikemas secara dinamis, factual, menarik, juga
menghibur. (Triartanto, 2010:148-149)
2.1.7 Tim Program
2.1.7.1 Penyiar
Penyiar adalah orang yang bertugas membawakan atau memandu acara di
radio. Ia menjadi ujung tombak radio dalam berkomunikasi atau berhubungan
langsung dengan pendengar (Romli, 2009: 37). Peran penyiar sangatlah penting,
maka dengan itu bagaimana seorang penyiar melakukan aktivitas siaran khususnya
dalam bertutur sehingga pendengar merasa nyaman untuk selalu mendengarkan
(Suhartono, 2013).
Menurut Lesanpura, penyiar dalam arti dan fungsinya, terdapat 10 hal pokok,
yaitu:
1. Sebagai juru bicara stasiun radio.
2. Sebagai alat bersaing dengan stasiun radio lainnya.
3. Penyampai pesan komersil.
4. Menjadi identitas stasiun.
26
5. Pelaku “awareness” dengan pendengar/penghimpun pendengar.
6. Menjadi unsur kekuatan mencapai “Leader Station”.
7. Anggota perusahaan yang punya hak dan kewajiban.
8. Memiliki needs dan harapan dalam karir serta jabatan.
9. Sebagai teman bicara.
10. Sebuah profesi khusus dalam dunia komunikasi (Romli, 2009:50).
2.1.7.1.1 Kualifikasi Penyiar
Syarat utama penyiar adalah “bersuara emas” (golden voice) yang
bisa dibentuk dengan teknik pernapasan, teknik vocal, kekuatan berimajinasi
tentang sosok pendengar (visualisasi), serta pembicaraan yang “berisi” dan
dipahami oleh pendengar. (Romli, 2009:38)
Namun kalau dulu penyiar radio cukup memiliki keterampilan
bersuara dan berbicara depan mikrofon saja, menurut Yulia (2010:45) penyiar
radio sekarang harus menguasai teknologi dan memiliki sentuhan seni yang
indah. Keterampilan mutlak yang harus dimiliki penyiar antara lain:
1.
Keterampilan berbicara di depan Microphone (Announcing Skill).
2.
Keterampilan menggunakan alat (Operating Skill).
3.
Keterampilan memilih atau merangkai music (Musical Touch).
2.1.7.1.1.1 Announcing Skill
Teknik vokal yang tepat akan sangat membantu penyiar dalam
menjalankan tugas siarannya. Namun Yulia (2010:46) menyebutkan ada
dua tehnik lain yang juga harus dikuasai penyiar, yaitu:
1. Scriptreading Technique, yaitu teknik dasar siaran yang
dilakukan penyiar radio dengan cara atau menggunakan naskah.
27
2. Adlibbing Technique, yaitu teknik dasar siaran yang dilakukan
penyiar radio tanpa menggunakan atau membaca naskah.
Sedangkan Henneke dalam Bachtiar (2006:20) menyebutkan ada lima
announcer skill yaitu:
1. Komunikasi gagasan (Communication of ideas).
2. Komunikasi kepribadian (Communication of personality).
3. Proyeksi kepribadian (Projection of personality) yang mencakup
keaslian,
kelincahan,
keramah-tamahan,
dan
kesanggupan
menyesuaikan diri.
4. Pengucapan (Pronounciation).
5. Kontrol suara (voice control) yang meliputi pola titi nada (pitch
control), kerasnya suara (loudness), tempo (time), dan kadar suara
(quality).
2.1.7.1.1.2 Operating Skill
Jika dulu penyiar hanya bertugas berbicara depan mikrofon
tanpa harus mengoperasikan peralatan audio, kini penyiar radio dituntut
untuk dapat mengoperasikan peralatan radio tanpa operator.
Yulia (2010:47) mengatakan bahwa penguasaan peralatan
audio menjadi mutlak bagi penyiar radio. Hal-hal yang harus dikuasai
oelh penyiar radio di bidang tehnik, antara lain mampu menghidupkan
dan mematikan pemancar sendiri, mampu mengoperasikan peralatan di
ruang siaran seperti mixer, komputer dan program-program didalamnya
serta mengetahui dan mampu mengontrol teknik penggunaan masingmasing alat.
28
2.1.7.1.1.3 Musical Touch
Dalam tugas penyiaran setiap hari, penyiar radio selalu
berhubungan dengan musik. Jika penyiar tidak menyukai lagu atau musik
maka penyiar tersebut tidak akan maksimal dalam melaksankan tugas
siarannya.
Yulia (2010:34) mengatakan bahwa seorang penyiar radio
juga harus mampu membedakan dan mengetahui segala sesuatu yang
berhubungan dengan musik atau lagu, misalnya menyangkut jenis
musiknya (rock, jazz, pop), beatnya (slow, medium atau up tempo), kapan
lagu itu hits dan sebagainya
2.1.7.1.2 Kategori Penyiar
Menurut Lesanpura dalam Triartanto (2010:50) penyiar dapat terbagi
dalam sejumlah kategori yang bisa dikelompokkan menjadi penyiar:
1.
Reportase. Penyiar berfungsi sebagai pewarya atau pembaca
berita.
2.
Entertainer – variety show. Penyiar yang bersangkutan berfungsi
sebagai
penghibur
dalam
gaya
penyiarannya,
biasanya
ditempatkan pada format variety show.
3.
Obrolan/ perbincangan. Penyiar jenis ini tampil berdua dengan
membahas topik-topik yang actual atau masalah ringan tapi cukup
menarik.
4.
Program Musik – DJ. Penyiar kategori ini harus menguasai
struktur
lagu,
rotasi
lagu,
serta
menguasai
teknik
dan
operasionalisasi siaran dan mampu berbicara secara indah di atas
29
lagu yang sedang diputar, juga sebelum dan sesudah diputar
(technique of cue).
5.
Komedi. Penyiar jenis ini harus memiliki sense of humor yang
baik. Mampu menyajikan materi siarannya dengan gaya yang
lucu dan menghibur.
6.
Radio play. Penyiar berperan sebagai layaknya seorang actor dan
mampu menjadi pencerita yang handal.
Serta beberapa kategori lainnya yang menambah warna dan
karakteristik dari penyiar-penyiar yang ada dalam sebuah radio.
2.1.7.2 Produser
Produser adalah orang yang menangani khusus satu atau lebih program
siaran, menentukan materi siaran, penyiarnya, juga menentukan narasumber atau
bintang tamu jika diperlukan. Produser bertanggungjawab atas penggalian ide acara
dan pengembangannya. Selain itu, produser juga bertugas untuk memeriksa dan
memastikan kesiapan orang, bahan dan peralatan yang diperlukan untuk mendukung
acara. (Romli, 2009:26).
2.1.7.3 Program Director
Direktur atau manajer program tergolong posisi yang paling sulit diisi karena
susah untuk menemukan orang yang berpengalaman. Tanggung jawab utama seorang
manajer program antara lain mencakup pemilihan, dan penjadwalan seluruh program
serta mengatur penayangan berbagai macam program sedemikian rupa agar dapat
menarik sebanyak mungkin audien dan menghasilkan peringkat acara setinggi
mungkin. Menurut Maxine dan Robet pada buku Morrisan, manajer program harus
30
terus memantau selera dan kebutuhan audien serta tren yang tengah berkembang di
masyarakat. Manajer program juga harus terus mempelajari hasil-hasil laporan riset
audien untuk menentukan atau lebih mengetahui demografi audien stasiun
penyiarannya pada berbagai waktu siaran serta untuk mengukur keberhasilan dan
kegagalan program tertentu (Morrisan, 2011: 212-213).
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Tahapan Proses Produksi
Tahap pelaksanaan produksi media massa harus terstruktur secara jelas dan
efisien. Setiap tahap harus jelas kemajuannya dibandingkan dengan tahap
sebelumnya. Tahapan produksi sendiri terdiri dari tiga bagian seperti berikut:
(Wibowo, 2009: 38-42)
1. Tahap Pra-produksi (Ide, Perencanaan dan Persiapan) yang terdiri dari 3
proses yakni:
I. Penemuan Ide
Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau
gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta
peneliti naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah
riset.
II. Perencanaan
Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule),
penyempurnaan naskah, pembuatan rundown, dan rencana siar.
III. Persiapan
Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan dan surat
menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan
31
melengkapi perlatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling
baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja ( time schedule )
yang sudah ditetapkan.
2. Tahap Produksi (pelaksanaan). Sesudah perencanaan dan persiapan selesai
betul, pelaksanaan produksi dimulai. Produser program bekerja sama dengan
penyiar dan crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas
dan tulisan (script) ke dalam bentuk theater of mind.
3. Tahap Pasca Produksi (penyelesaian dan penayangan). Pasca-produksi
memiliki tiga langkah utama, yaitu editing offline, editing online dan mixing.
2.2.2 Teori SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analsis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalisir kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,
tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. (Rangkuti, 2006:19)
32
2.3 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Download