e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 PEMANFAATAN INSTRUMEN MUSIK TRADISIONAL BALI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BERNYANYI 1 Gede Pera Surpadiana, 2Ign. I Wayan Suwatra, 3Made Sumantri 13 Jurusan PGSD, 2Jurusan TP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected], [email protected], 3 [email protected] Abstrak Penelitian in bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan aktivitas belajar peserta didik saat pembelajaran bernyanyi dan ada tidaknya peningkatan hasil belajar setelah pemanfaatan instrumen musik tradisional Bali dalam pembelajaran bernyanyi pada mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan kelas V semester II tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 2 Banjar Tegal. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas V SD Negeri 2 Banjar Tegal yang berjumlah 18 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dan tes. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pemanfaatan instrumen musik tradisional Bali dapat meningkatkan keaktifan belajar dalam pembelajaran bernyanyi pada mata pelajaran SBK di kelas V SD Negeri 2 Banjar Tegal. Rata-rata keaktifan belajar pada siklus I sebesar 76,78, pada siklus II sebesar 81,67, besar peningkatan adalah 4,89, (2) pemanfaatan instrumen musik tradisional Bali dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran bernyanyi pada mata pelajaran SBK di kelas V SD Negeri 2 Banjar Tegal. Rata-rata hasil belajar pada siklus I mencapai 77,33 dan pada siklus II mencapai 83,11, mengalami peningkatan sebesar 5,78. Kata kunci: instrumen musik, keaktifan belajar, hasil belajar Abstract The research has a purpose to know wheter the student improve their activiness or not in learning singing subject and whether there is the increase of study result (psychomotor) or not after utilizing of Balinese traditional music instrument in teaching singing in art, culture, and skill subject in V grade in second semester on 2015/2016 at SD Negeri 2 Banjar Tegal. This research is action research. The subject of this research is the student in V grade at SD Negeri 2 Banjar Tegal. There are 18 observation and test then is analyzed by descriptive statistic analysis method and descriptive qualitative method. The results showed that (1) the use of traditional Balinese musical instruments can enhance the activity of learning in learning to sing on the subjects SBK class V SD Negeri 2 Banjar Tegal. The average activity of learning in the first cycle reaches 76.78 and the second cycle reaches 81,67, an increase of 4,89, (2) the use of traditional musical instruments of Bali can improve learning outcomes in learning to sing on the subjects SBK class V SD Negeri 2 Banjar Tegal. The average results of study in the first cycle reaches 77,33 and the second cycle reaches 83,11, an increase of 5,78. Keywords : instrument music, study activiness, study result 1 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 PENDAHULUAN Pendidikan seni selalu hadir dalam kurikulum sekolah, karena seni merupakan bagian dari kebutuhan manusia. Untuk di sekolah dasar, pendidikan seni diberikan pada mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik. Secara spesifik mata pelajaran SBK meliputi lima aspek yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, seni drama/teater, dan keterampilan. Sebagaimana tercantum dalam Depdiknas (2005) mata pelajaran SBK diberikan dengan tujuan agar peserta didik memiliki pengalaman berekspresi, berkreasi, dan berapreasi seni yang manfaatnya berguna untuk mengembangkan kepekaan estetis, meningkatkan kreativitas dan berpikir kritis, serta menanamkan nilai-nilai etika dalam berperilaku. Seni musik sebagai salah satu aspek seni yang diberikan di sekolah dasar dan terintegrasi dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan merupakan disiplin ilmu berkaitan dengan penanaman sikap apresiasi dan pengekspresian karya musik, serta rasa berkesenian (sense of art). Seni musik merupakan salah satu cabang seni yang menggunakan bunyi sebagai media, ditinjau dari sumber bunyinya, bahannya, dan cara memainkannya (Zakarias, 2010) Pembelajaran seni musik di sekolah dasar sebenarnya tidak terhambat pada masalah minat dan bakat peserta didik tersebut, tetapi juga bagaimana seorang guru tersebut memberikan materi pembelajaran seni musik. Salah satu pembelajaran seni musik di sekolah dasar adalah pembelajaran bernyanyi. Bernyanyi merupakan suatu bentuk kegiatan seni untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia melalui suaranya dengan nada yang harmonis dan beraturan (Jamalus dan Busroh,1993:13). Dalam hal ini peserta didik tidak dituntut menjadi seniman, melainkan hanya untuk memperoleh pengalaman berekspresi dan berapresiasi yang bersifat keterampilan dasar. Pengajaran musik adalah pengajaran tentang bunyi. Bunyi musik itu harus didengarkan. Pembelajaran bernyanyi sebagai bagian dari musik seyogianya diberikan melalui pengalaman musik yang menimbulkan bermacammacam bunyi. Edwin E. Gordon dalam bukunya Learning Sequences in Music, memakai istilah audiation untuk pengertian bayangan penginderaan musik. Dalam hal ini pemberian pengalaman musik dimaksudkan untuk menanamkan penghayatan penginderaan unsur-unsur musik yang nantinya dapat menjadi bayangan penginderaan musik dalam panca indera anak. Agar peserta didik memeroleh pemahaman yang bermakna, unsur-unsur musik itu harusah diberikan melalui kegiatan belajar aktif dalam bentuk kegiatan pengalaman musik (Safrina, 1999:101). Mendengarkan musik atau bunyi melalui instrumen musik (suling) merupakan salah satu kegiatan pengalaman musik. Dengan demikian, hal ini dapat menjadi dasar bagi perkembangan mental yang disebut pembentukan konsep. Konsep-konsep tersebut merupakan dasar bagi anak untuk dapat menarik kesimpulan dari pengalaman musik yang didapatkan sesuai dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan mental peserta didik. Fakta yang terjadi di sekolah menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya masih banyak kekurangan dan kendala yang dialami guru dalam proses pembelajaran pendidikan seni musik khususnya dalam pembelajaran bernyanyi. Guru terlihat kesulitan dalam memahami nada sesuai lagu yang diberikan sehingga guru hanya menggunakan metode ceramah tanpa mendemonstrasikannya terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan peserta didik menjadi kaku, tidak bersemangat, bosan dan bahkan tidak mengikuti pembelajaran dengan baik. Sikap tersebut berdampak pada keaktifan dan hasil belajar peserta didik menurun. Situasi demikian tergambar dalam proses pembelajaran bernyanyi pada mata pelajaran SBK di kelas V SD Negeri 2 Banjar Tegal. Hasil observasi yang dilakukan, dalam pembelajaran bernyanyi 2 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 guru terlihat kesulitan dalam memahami nada sesuai lagu yang dinyanyikan sehingga guru hanya menggunakan metode ceramah tanpa mendemonstrasikan irama lagu dengan tepat. Berdasarkan pencatatan dokumen nilai akhir peserta didik semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016, secara umum nilai rata-rata peserta didik di kelas V dalam mata pelajaran SBK adalah 74,23 dengan persentase 55,56% berada diatas KKM atau 44,44% berada dibawah KKM. Sementara itu, kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran SBK adalah 75. Apabila dikonversikan ke dalam kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) tentang hasil belajar peserta didik, maka persentase hasil belajar bernyanyi mata pelajaran SBK peserta didik masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan wali kelas V atau guru mata pelajaran SBK semester genap di SD Negeri 2 Banjar Tegal pada tanggal 5 Nopember 2015, diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa permasalahan yang diidentifikasi sebagai penyebab rendahnya keaktifan dan hasil belajar peserta didik dalam belajar bernyanyi mata pelajaran SBK. Pertama, pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). Guru hanya meminta peserta didik untuk bernyanyi saja tanpa memberikan contoh terlebih dahulu bagaimana bernyanyi itu, sehingga pada pembelajaran tersebut kurang efektif dan peserta didik merasa bosan dan jenuh sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai sepenuhnya. Ke dua, guru yang kurang menguasai materi pembelajaran seni musik khususnya pembelajaran bernyanyi, kebanyakan guru hanya membaca materi pembelajaran seni musik khususnya pembelajaran bernyanyi saja tanpa melalui pengalaman bermusik. Ke tiga, guru kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang seni musik khususnya dalam belajar bernyanyi, sehingga dalam proses belajar mengajar guru kesulitan dalam memberikan pelajaran bernyanyi. Ketiga hal tersebut diidentifikasi menjadi faktor penyebab peserta didik kurang mendapatkan pemahaman dan pengalaman dalam belajar bernyanyi sehingga sulit memahami unsur-unsur musik yang ada. Hal ini menyebabkan peserta didik cenderung pasif dan hasil belajar peserta didik rendah. Masalah rendahnya keaktifan dan hasil belajar bernyanyi peserta didik pada mata pelajaran SBK tersebut perlu dicarikan suatu solusi agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat memberikan hasil yang optimal dan mampu meningkatkan keaktifan belajar sekaligus hasil belajar peserta didik. Salah satunya dengan menerapkan strategi pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam hal mengenal dan memahami musik untuk membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata peserta didik dan keaktifan peserta didik untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah rendahnya keaktifan dan hasil belajar bernyanyi dalam mata pelajaran SBK peserta didik adalah dengan memanfaatkan instrumen musik tradisional Bali sebagai sarana dan media dalam pengajaran musik. Salah satu instrumen yang digunakan adalah suling bambu. Suling merupakan alat musik tiup yang sangat populer dan fleksibel di masyarakat yang terbuat dari bambu yang menggunakan enam buah lubang nada dan satu lubang pemanis untuk menimbulkan bunyi (Bandem, 2013:129). Suling dipilih karena didasarkan dari permasalahan yang muncul di sekolah terutama kesulitan yang dialami peserta didik untuk memahami irama lagu atau menyanyikan lagu dengan nada yang tepat. Dengan demikian, suling sebagai salah satu instrumen musik tradisional dirasa sangat tepat dimanfaatkan untuk memberikan pengalaman musik kepada peserta didik mengenai unsur melodi dari lagu-lagu yang akan diajarkan. Suling yang digunakan dalam penelitian ini adalah suling gamelan gong kebyar dengan ukuran besar. Dengan menggunakan nada dasar suling do = E. Untuk lagu dengan laras pelog (Majejangeran) digunakan nada dasar do = A, sedangkan lagu dengan laras 3 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 selendro (Warga Desa) digunakan nada dasar do = D. Perbedaan nada dasar pada lagu yang dinyanyikan dilakukan dengan mengubah tutupan dalam memainkan suling. Memanfaatkan instrumen musik secara tidak langsung sudah terintegrasi dengan penggunaan metode demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan “metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta didik terhadap suatu bahan belajar dengan cara memperhatikan, menceritakan, dan meperagakan bahan belajar itu” (Sudjana, 2005:154). Dengan memanfaatkan instrumen suling bambu, peserta didik akan lebih mudah untuk memahami dan mengerti nada dari sebuah lagu, karena guru langsung mempraktekkan dan mendemonstrasikan unsur melodi dalam pembelajaran bernyanyi kepada peserta didik. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, terdapat dua tujuan dari penelitian ini. Tujuan tersebut adalah 1) Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan aktivitas belajar peserta didik saat pembelajaran bernyanyi pada mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan kelas V semester II tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 2 Banjar Tegal kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng. 2) Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar peserta didik setelah pemanfaatan instrumen musik tradisional Bali dalam pembelajaran bernyanyi pada mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan kelas V semester II tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 2 Banjar Tegal kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng. semester II SD Negeri 2 Banjar Tegal tahun pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang dilakukan terutama untuk mencari sesuatu dasar pengetahuan praktis dalam rangka memperbaiki keadaan pembelajaran di kelas yang dilakukan secara terbatas dan biasanya dilakukan terhadap suatu keadaan atau program yang sedang berlangsung (Agung, 2005:22). Tindakan dalam penelitian ini akan dilakukan dengan berkolaborasi dengan guru mata pelajaran. Namun, dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran di kelas, peneliti bertindak sebagai guru. Permasalahan yang diteliti merupakan permasalahan riil berkaitan dengan pembelajaran bernyanyi pada mata pelajaran SBK yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar. Permasalahan ini akan dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas dengan memanfaatkan instrumen musik tradisional Bali yaitu suling. Langkahlangkah pembelajaran yang diterapkan disesuaikan dengan tahapan atau langkah-langkah (sintak) metode demonstrasi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan rancangan penelitian yang digunakan mengacu pada rancangan Penelitian Tindakan Kelas sebagaimana yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Agung, 2005:91) yang tiap-tiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi atau evaluasi, serta refleksi. Siklus I dan II mengikuti langkah yang sama seperti berikut ini untuk mengkaji variabel yang diteliti yaitu keaktifan belajar dan hasil belajar. Perencanaan, rencana tindakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan. Secara operasional, hal ini untuk mengetahui efektivitas tindakan yang telah dilakukan. Disamping mengidentifikasi aspek-aspek dan hasil proses pembelajaran yang akan berubah juga diidentifikasi faktor METODE Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun Pelajaran 2015/2016 di kelas V SD Negeri 2 Banjar Tegal dengan peserta didik berjumlah 18 orang yang terdiri dari 8 orang peserta perempuan dan 10 orang peserta laki-laki. Objek penelitian ini adalah keaktifan peserta ddik dalam pembelajaran bernyanyi mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran bernyanyi mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan kelas V 4 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 pendukung maupun faktor penghambat pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan, Pada tahap ini dilaksanakan tindakan berupa pemanfaatan instrumen musik tardisional Bali dalam proses pembelajaran bernyanyi mata pelajaran SBK kelas V dalam materi yang telah dibuat pada tahap perencanan. Setiap pelaksanaan tindakan dalam pertemuan memanfaatkan instrumen musik tradisional Bali dan tindakan pembelajaran peneliti lakukan dan berkolaborasi dengan guru mata pelajaran SBK kelas V. Selama tindakan penelitian peserta didik difasilitasi untuk aktif mengikuti pembelajaran sesuai dengan skenario atau langkahlangkah/sintak metode demonstrasi dan memanfaatkan instrumen musik tradisional Bali. Observasi/evaluasi, observasi tersebut berkaitan dengan keaktifan belajar peserta didik selama pembelajaran berlangsung danproses pemanfaatan instrumen musik tradisional Bali selama proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam bernyanyi. Dalam setiap siklus, observasi ini peneliti lakukan dan guru mata pelajaran dengan mengisi lembar observasi yang di buat oleh peneliti pada tahap perencanaan. Aspek keaktifan yang diobservasi dalam hal ini adalah mendengarkan penjelasan atau contoh, bertanya, mempraktikkan, keterlibatan latihan dalam kelompok, dan percaya diri atau keberanian menampilkan lagu. Selain itu, pada setiap akhir siklus akan diberikan tes lisan sebgai bentuk evaluasi untuk mengetahui peningkatan kemampuan peserta didik berkaitan dengan hasil belajar bernyanyi yang telah disajikan melalui pemanfaatan instrumen musik tradisional Bali. Terdapat lima aspek yang dinilai dalam pelaksanaan tes bernyanyi yaitu ketepatan nada, ketepatan birama, ketepatan ketukan, irama lagu, dan ketepatan terhadap lirik lagu. Refleksi, tahap refleksi ini dilakukan untuk mengkaji keaktifan belajar peserta didik selama proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik yang diperoleh setelah pemanfaatan instrumen musik tradisional Bali. Refleksi ini dilakukan dengan melihat hambatan-hambatan yang dialami dalam pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dan faktor penyebab hambatan tersebut, selanjutnya mencari dan menetapkan beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar bernyanyi mata pelajaran SBK. Alternatif tindakan ini akan ditetapkan menjadi tindakan baru sebagai tindakan perbaikan pada perencaan tindakan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus selanjutnya. Data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah data kuantitatif dan dianilisis dengan teknik statistik deskriptif Proses analisis ini meliputi penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung angka rata-rata (mean), menghitung median, menghitung modus, menyajikan data ke dalam grafik poligon. Untuk selanjutnya dihitung persentase dan ketuntasan klasikal peserta didik, kemudian dikonversikan dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Keberhasilan pembelajaran dengan memanfaatkan instrumen musik tradisional Bali (suling) ditandai dengan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar. Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah a) persentase rata-rata keaktifan belajar berada pada rentang 80 - 89 dengan kriteria aktif, b) persentase ratarata hasil belajar berada pada rentang 80 89 dengan kriteria tinggi, c) ketuntasan klasikal peserta didik mencapai 85%, yang artinya sebanyak 85% peserta didik memperoleh nilai sesuai dengan KKM mata pelajaran SBK yang ditentukan di SD Negeri 2 Banjar Tegal yaitu 75. Penelitian dihentikan apabila kriteria keberhasilan tersebut telah terpenuhi dan apabila belum berhasil penelitian dilanjutkan ke siklus II. 5 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Penelitian dengan memanfaatkan instrumen musik tradisional Bali dalam pembelajaran bernyanyi mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di kelas V SD Negeri 2 Banjar Tegal secara umum sudah berjalan dengan baik sesuai dengan rencana pembelajaran yang dirancang. Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai April tahun 2016 dengan berkolaborasi dengan guru pengampu mata pelajaran SBK di kelas V. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus pembelajaran dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan yaitu 3 kali pertemuan untuk pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi (tes bernyanyi). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data tentang keaktifan belajar dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran bernyanyi dengan memanfaatkan instrumen musik tradisional Bali (suling). Data hasil belajar diperoleh dari pelaksanaan tes lisan yaitu menyanyikan lagu Majejangeran pada siklus I dan lagu Warga Desa pada siklus II dilaksanakan untuk mengumpulkan data hasil belajar terutama aspek psikomotorik peserta didik. Data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian dianalisis dengan dengan teknik data yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari analisi data yang telah dilakukan, dapat ditegaskan hasil penelitian dalam bentuk tabel 1. Tabel 1. Peningkatan Rata-rata Nilai Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar Variabel Siklus I Siklus II Peningkatan Keaktifan Belajar 76,78 81,67 4,89 Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada siklus I diperoleh rata-rata keaktifan belajar peserta didik sebesar 76,78, mean 77,00, dan modus 79,00. Dari 18 orang peserta didik, jumlah peserta didik yang memperoleh tingkat keaktifan belajar dalam kategori aktif sebanyak 2 orang dan jumlah peserta didik yang memperoleh tingkat keaktifan belajar dalam kategori cukup aktif sebanyak 16 orang. Persentase tingkat keaktifan belajar secara klasikal sebesar 77,78%. Dari hasil observasi yang telah dilakukan, peserta didik belum mampu mencapai nilai rata-rata keaktifan belajar dengan rentang 80 - 89 atau dalam kategori aktif sesuai yang ditetapkan dalam kriteria keberhasilan, begitu pula dengan persentase tingkat keaktifan belajar secara klasikal juga belum mencapai kriteria keberhasilan yang ingin dicapai karena masih dibawah 85%. Rata-rata hasil belajar peserta didik yang diperoleh pada siklus I sebesar Rata-rata Hasil Belajar 77,33 83,11 5,78 77,33, median 78, dan modus 80. Dari 18 orang peserta didik, 13 orang sudah mencapai nilai diatas KKM yaitu 9 orang memeroleh nilai dalam kategori tinggi dan 9 orang dalam kategori sedang. Secara klasikal ketuntasan hasil belajar mencapai 72,22%. Dengan demikian, nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I belum mencapai rentang 80 – 89 atau kategori tinggi sesuai atau lebih dari PAP skala lima yang ditentukan. Begitu juga dengan ketuntasan klasikal peserta didik yang belum mencapai 85%. Berdasarkan data keaktifan belajar dan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata keaktifan sudah memenuhi kriteria, akan tetapi secara klasikal belum mencapai ketuntasan, sedangkan nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan secara klasikal belum sama sekali memenuhi kriteria keberhasilan, maka dari itu akan dilanjutkan penelitiaan ke siklus II dengan memerhatikan kendala atau 6 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 permasalahan yang terjadi pada siklus I, sehingga pada siklus II permasalahan tersebut dapat diatasi dan kriteria keberhasilan yang diinginkan dapat tercapai. Hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa dalam pemanfaatan instrumen musik tradisional Bali (suling) terdapat beberapa kendala atau permasalahan yang harus diperbaiki. Adapun kendala atau permasalahan tersebut adalah a) terdapat beberapa peserta didik yang kurang baik memerhatikan materi pelajaran yang dijelaskan, b) beberapa peserta didik masih ada yang belum aktif untuk menyanyikan lagu yang diberikan, c) dalam diskusi kelompok masih ada beberapa peserta didik yang kurang aktif, d) peserta didik sulit bekerjasama dalam satu kelompok. Kendala ini diakibatkan oleh peserta didik yang tidak mau berbaur dengan peserta didik yang lainnya sehingga cenderung kecemburuan sosial, e) dalam memanfaatkan instrumen musik tradisional Bali, masih ada beberapa peserta didik yang belum mampu menyanyikan lagu dengan tangga nada yang tepat, dan f) peserta didik terlihat kesulitan ketika diberikan model lagu yang berlaras pelog. Berbagai upaya dilakukan untuk meminimalisasi permasalahan yang terjadi dalam penelitian. Salah satunya dengan berkoordinasi dengan guru mata pelajaran SBK di kelas V. Peneliti dan guru mata pelajaran berusaha mengarahkan peserta didik agar belajar bernyanyi dengan serius. Beberapa peserta didik diberikan bimbingan agar mendengarkan penjelasan guru dengan baik sehingga tidak menggangu peserta didik lain dalam belajar. Kecenderungan yang terjadi di kelas, peserta didik hanya sekedar bernyanyi tanpa memerhatikan cara bernyanyi yang baik dan benar. Dengan demikian, peneliti melatih peserta didik secara berulang-ulang dengan memanfaatkan instrumen musik agar muncul motivasi dan keaktifan peserta didik dalam belajar bernyanyi. Dibalik permasalahan yang muncul dalam siklus I, ada beberapa kelebihan yang diperoleh dalam proses pembelajaran bernyanyi dengan memanfaatkan instrumen musik tradisional Bali (suling). Kelebihan tersebut antara lain a) peserta didik lebih mudah memahami irama dari suatu model lagu yang diberikan karena peserta didik mendapatkan pengalaman bermusik yakni mendengarkan secara langsung irama lagu melalui instrumen suling, b) peserta didik lebih mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat dan aktif dalam mempraktikkan model lagu. Hal ini dikarenakan selain menyanyikan lagu dengan diiringi suling, guru juga mengelola pembelajaran dengan penuh suasana kegembiraan melalui pembuatan ritme lagu baik itu dengan memanfaatkan anggota tubuh atau instrumen musik sederhana yang ada di kelas, dan c) hubungan sosial peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya menjadi lebih baik karena dalam kelompok peserta dituntut untuk bekerjasama dalam memahami lagu yang diberikan. Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap keaktifan belajar peserta didik diperoleh data bahwa rata-rata nilai keaktifan belajar peserta didik pada siklus II sebesar 81,67, sehingga rata-rata nilai keaktifan belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 4,89 yaitu dari 76,78 (siklus I) menjadi 81,67 (siklus II). Pada siklus II, dari 18 orang peserta didik, 14 orang (77,78%) berada dalam ketegori aktif dan 4 orang (22,22%) berada dalam kategori cukup aktif. Nilai keaktifan belajar peserta didik yang diperoleh sudah mencapai nilai pada rentang 80 – 89 atau kategori aktif (sesuai kriteria keberhasilan). Secara klasikal, ketuntasan belajar pada siklus II mencapai 88,89% sehingga telah mencapai kriteria keberhasilan yaitu sebesar 85%. Dengan demikian, keaktifan belajar peserta didik kelas V semester II SD Negeri 2 Banjar Tegal tahun pelajaran 2015/2016 pada siklus II telah memenuhi kriteria keberhasilan yang ingin dicapai yaitu nilai keaktifan belajar peserta didik berada pada rentang 80 – 89 (aktif) dengan persentase tingkat keaktifan belajar klasikal sama dengan atau lebih dari 85%. Sedangkan dari hasil tes bernyanyi secara individu yang diberikan kepada 7 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 peserta didik, diperoleh data bahwa ratarata hasil belajar peserta didik pada siklus II sebesar 83,11, sehingga rata-rata hasil belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 5,78 yaitu dari 77,33 (siklus I) menjadi 83,11 (siklus II). Dari 18 orang peserta didik yang dites pada siklus II, jumlah peserta didik yang mencapai nilai dalam kategori sangat tinggi sebanyak 1 orang (5,55%), 13 orang (72,22%) dalam kategori tinggi, dan 4 orang (22,22%) berada dalam kategori sedang. Dengan demikian, persentase ketuntasan belajar peserta didik pada siklus II telah mencapai 100% sesuai persentase hasil belajar yang ditetapkan secara klasikal minimal 85% (sudah dapat mencapai kriteria keberhasilan). Dilihat dari data tersebut, maka hasil belajar peserta didik kelas V semseter II SD Negeri 2 Banjar Tegal tahun pelajaran 2015/2016 pada siklus II telah mencapai kriteria keberhasilan yang ingin dicapai yaitu nilai hasil belajar peserta didik mencapai rentang 80 – 89 (aktif) dengan persentase hasil bejalar secara klasikal sama dengan atau lebih dari 85%. Setelah dilaksanakan penelitian pada siklus II, kendala atau permasalahan pada siklus I relatif sudah dapat teratasi, walaupun terdapat beberapa kendala yang masih muncul dalam penelitian tersebut. Akan tetapi, secara umum dari analisi data yang dilakukan, tujuan penelitian sudah tercapai sesuai kriteria keberhasilan yang ditentukan. Keaktifan belajar dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran bernyanyi di kelas V SD Negeri 2 Banjar Tegal sudah meningkat secara signifikan. Dengan demikian, penelitian pemanfaatan instrumen musik tradisional Bali dalam pembelajaran pada mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dapat dihentikan. mampu bernyanyi dengan suara yang bagus. Peserta didik dengan aktif mencoba secara berulang-ulang untuk mempraktikkan atau melatih model lagu yang diberikan. Pemanfaatan instrumen musik sangat membantu peserta didik untuk memahami irama lagu dengan mudah. Pada kegiatan awal pembelajaran, peserta didik diberikan kesempatan untuk memahami solmisasi melalui instrumen suling yang dimainkan oleh guru. Dari alunan melodi yang muncul dari instrumen musik diharapkan peserta didik mampu mengembangkan daya imajinasinya mengenai irama suatu lagu. Dalam penelitian ini, talenta musik dari peserta didik sendiri juga menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan Tuhan menciptakan manusia dengan karakter dan kemampuan masing-masing artinya ada peserta didik yang memiliki talenta musik yang baik dan ada pula yang tidak memilikinya. Peserta didik yang sama sekali tidak memiliki kecenderungan musik (musikalitas) yang baik, akan cukup sulit untuk menjadi dan mengontrol nada. Lain halnya dengan seseorang yang telah memiliki talenta musik (sekecil apapun itu). Melalui latihan intensif yang didukung dengan instrumen musik (salah satunya suling), peserta didik akan lebih mudah menguasai dan mengontrol nada. Akan tetapi, untuk peserta didik yang kurang memiliki kemampuan musik, jika dengan hanya memanfaatkan instrumen suling untuk mengatasi hal tersebut mungkin tidak akan begitu maksimal. Maka dari itu, peserta didik yang memiliki kecenderungan seperti itu diperlukan kerja keras dan cerdas untuk mendapatkannya. Harus ada tips latihan vokal yang bisa mengatasinya dengan jangka waktu yang relatif lama. Walaupun demikian, akan tetap diusahakan untuk melatih peserta didik secara berulang-ulang dengan memanfaatkan suling sebagai instrumen melodi sehingga setidaknya bisa memberikan kepekaan nada terhadap model lagu yang diberikan. Bernyanyi dengan diiringi instrumen musik merupakan kegiatan yang sangat menarik dan membantu peserta didik. Sejak awal, ketika peserta PEMBAHASAN Pemanfaatan instrumen musik tradisional Bali yaitu suling menjadi pembelajaran yang pertama kali diterapkan di kelas V SD Negeri 2 Banjar Tegal dalam pembelajaran bernyanyi pada mata pelajaran SBK. Animo peserta didik untuk belajar bernyanyi begitu baik, walaupun tidak semua peserta didik 8 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 didik melihat instrumen musik (suling), peserta didik begitu antusias untuk belajar. Memanfaatkan instrumen musik dalam pembelajaran bernyanyi merupakan salah satu cara untuk memotivasi peserta didik agar aktif mempraktikkan atau menyanyikan model lagu yang diajarkan. Dengan iringan instrumen musik dan bimbingan yang diberikan guru diharapkan kemampuan peserta didik untuk menyanyikan lagu dengan nada yang tepat dapat meningkat. Hal ini sejalan dengan Safrina (1999:100) yang menyatakan bahwa anak-anak sangat menyenangi kegiatan bernyanyi, mereka senang meniru orang dewasa, dan aktif bergerak. Salah satu yang muncul dalam kegiatan pembelajaran adalah antusias peserta didik untuk menirukan lagu begitu tinggi. Tidak jarang peserta didik menyanyikan lagu model lagu dengan bertepukan tangan, saling sahutmenyahut, dan bergoyang. Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (dalam Agung, 2005:73) menyatakan salah satu ciri cara belajar peserta didik aktif adalah adanya respon nyata terhadap stimulus yang diberikan. Aktivitas peserta didik tersebut merupakan salah satu indikator bahwa adanya keaktifan belajar peserta didik. Pemanfaatan instrumen musik tradisional Bali (suling) sebagai salah satu bentuk pemberian pengalaman musik kepada peserta didik juga dapat meningkatkan hasil belajar bernyanyi peserta didik terutama dalam aspek psikomotor. Hasil penelitian yang diperoleh sejalan dengan teori yang terdapat dalam bukunya Jamalus (1993) bahwa suatu pembelajaran musik salah satunya bernyanyi perlu diajarkan dengan memberikan pengalaman bermusik untuk memberikan penginderaan musik atau penghayatan penginderaan unsur-unsur musik yang nantinya dapat menjadi bayangan penginderaan musik dalam panca indera dalam anak. Pemanfaatan instrumen musik tradisional Bali merupakan salah satu dari pengalaman bermusik tersebut. Pemanfaatan instrumen musik (suling) dalam pembelajaran bernyanyi memudahkan peserta didik untuk menyanyikan sutu lagu dengan nada yang tepat sesuai irama lagu yang diajarkan. Hal ini dikarenakan suling merupakan salah satu instrumen musik melodi yang bisa dimanfaatkan untuk menanamkan rasa nada dan melodi kepada peserta didik. Dengan bernyanyi, bermain dan mendengarkan musik, bergerak mengikuti bunyi, peserta didik mengalami kepuasan dan kenikmatan ketika belajar. Dengan memerhatikan pendapat Safrina (1999) dan Jamalus (1993) yang telah diuraikan diatas tentang anak-anak sangat menyenangi kegiatan bernyanyi, dan suatu pembelajaran musik diajarkan dengan memberikan pengalaman bermusik, maka kegiatan bernyayi sebagai salah satu pembelajaran dalam aspek seni musik perlu diajarkan secara sungguhsungguh. Aktivitas ini bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mendengar apa yang dilihat dan melihat apa yang terdengar. De Francesco (dalam Zakarias, 2010) menyatakan bahwa pendidikan seni mempunyai kontribusi terhadap pengembangan individu yaitu membantu pengembangan mental, emosional, kreativitas, estetika, sosial, dan fisik. Kegiatan anak dalam seni mendorong pembelajaran untuk meningkatkan daya kreativitas yang dimiliki peserta didik serta percaya terhadap potensi yang dimilikinya tersebut karena kesempatan untuk berekspresi secara optimal adalah melalui seni. Melalui pendidikan seni salah satunya bernyanyi, peserta didik dilatih untuk mengembangkan bakat kreatif, kemampuan dan keterampilan yang dapat ditransfer pada kehidupan kerja sebagai mata pencaharian maupun untuk rekreasi sebagai hobi atau kesenangan. Pelaksanaan penelitian dengan berpedoman dari beberapa teori dan pendapat para ahli, memberikan hasil yang berbanding lurus dengan teori tersebut. Salah satu penelitian relevan (Eka Lestari Dewi, 2012) yang mendukung keberhasilan dari penelitian ini memberikan fakta bahwa ketika penelitian pada siklus I belum berhasil, kemudian penelitian dilanjutkan ke siklus II yang dalam pembelajaran bernyanyi pada penelitian siklus II tersebut diiringi instrumen musik keyboard, hasil 9 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Keilmuan Negeri Singaraja. pembelajaran bernyanyi memeroleh hasil belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Peningkatan atau keberhasilan penelitian tersebut dipengaruhi oleh pengalaman musik yang diberikan peneliti kepada peserta didik melalui instrumen musik keyboard. Dengan demikian, jelas bahwa pengaruh pemberian pengalaman bermusik berupa instrumen musik (keyboard) dalam pembelajaran bernyanyi dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Mempelajari lagu melalui pendengaran dengan menggunakan nada-nada yang berasal dari instrumen musik adalah metode yang dapat mengembangkan kemampuan mengingat bayangan nada. Tujuan penelitian dengan memanfaatan instrumen musik tradisional Bali dalam pembelajaran bernyanyi telah tercapai. Berdasarkan teori, penelitian yang relevan, logika, dan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat diinterpretasikan bahwa pemanfaatan instrumen musik tradisional Bali secara efektif dan efisien, maka keaktifan belajar dan hasil belajar peserta didik kelas V SD Negeri 2 Banjar Tegal dalam pembelajaran bernyanyi pada mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan bisa meningkat. Bandem, I Made. 2013. Gamelan Bali Diatas Panggung Sejarah. Yogyakarta: BP STIKOM Bali. -------. 1993. Mudra Jurnal Seni Budaya. Edisi Khusus Februari 1993. Denpasar: STSI Press. Depdiknas. 2005. Standar Kompetensi dan Kompetensi Standar Mata Pelajaran Seni Budaya. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Eka PENUTUP SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa simpulan bahwa (a) pemanfaatan instrumen musik tradisional Bali dapat meningkatkan keaktifan belajar dalam pembelajaran bernyanyi pada mata pelajaran SBK di kelas V SD Negeri 2 Banjar Tegal. Rata-rata keaktifan belajar pada siklus I sebesar 76,78, pada siklus II sebesar 81,67, besar peningkatan adalah 4,89, (b) pemanfaatan instrumen musik tradisional Bali dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran bernyanyi pada mata pelajaran SBK di kelas V SD Negeri 2 Banjar Tegal. Rata-rata hasil belajar pada siklus I mencapai 77,33 dan pada siklus II mencapai 83,11, mengalami peningkatan sebesar 5,78. Lestari Dewi, Ni Putu. 2012. Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Bernyanyi pada Mata Pelajaran SBK Siswa Kelas VI Semester II SD No. 4 Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan Tahun Pelajaran 2011/2012. Sikripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Jamalus dan Busroh, H. 1993. Pendidikan Kesenian 1 (Musik). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Rachmawati, T. dan Daryanto. 2015. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik. Yogyakarta: Gava Media. Safrina, Rien. 1999. Pendidikan Seni Musik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 10 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudjana, H.D. 2005. Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production. Siregar, Syofian. 2011. Statistika Deskriptif untuk Penelitian: Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Rajawali Pers. Situmorang, R. 2006. Pembelajaran. Universitas Terbuka. Sukerta, Pande Made. 2009. Gong Kebyar Buleleng: Perubahan dan Keberlanjutan Tradisi Gong Kebyar. Surakarta: ISI Press Surakarta. Desain Jakarta: Zakarias. 2010. Pendidikan Seni. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional. 11