P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 Review Article Biomarker sebagai Molekul Diagnostik Penyakit Kanker (Biomarkers as Molecular Diagnostic of Cancer Disease) Malikhatun Ni’mah* Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat *Corresponding email: [email protected] ABSTRAK Biomarker merupakan molekul penanda yang khas bagi sel, yang dapat digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit dan terapi target molekuler penyebab penyakit tertentu. Kelebihan diagnosa penyakit berdasarkan biomarker yaitu diagnosa dapat dilakukan sejak dini dan hasilnya akurat. Berbagai penelitian untuk menentukan potensi biomarker dan pengembangan untuk mendapatkan biomarker baru suatu penyakit telah banyak dilakukan. Biomarker yang banyak ditemukan yaitu penyakit kanker, diantaranya: Antigen Kanker, seperti: prostate specific antigen (PSA), alpha-foetoprotein (AFP), cancer antigen 125 (CA125), cancer antigen 15-3 (CA15-3), cancer antigen 19-9 (CA 19-9), BRCA-1, BRCA-2, carcinoembryonic antigen (CEA), human chorionic gonadotrophin (hCG), thyroglobulin (Tg), dan heat shock proteins (HSPs) Hsp27; Hsp70; Biomarker Metabolit, sepeti: glucose metabolism. Kata Kunci: kanker, biomarker, antigen, genetik, metabolit PENDAHULUAN untuk memaparkan secara rinci mengenai Penyakit kanker merupakan penyakit yang paling mematikan di berbagai negara. manfaat, sifat molekul dari biomaterial yang berpotensi sebagai biomarker kanker. Peningkatan jumlah kasus penyakit ini terus menjadi bahan kajian bagi peneliti untuk Prostat Spesific Antigen (PSA) mengetahui baik penyebab, penemuan obat, Protein PSA merupakan molekul yang maupun biomaterial untuk diagnosis kanker. tersusun atas single polipeptida yang memiliki Biomarker merupakan molekul penanda yang gugus khas bagi sel, yang dapat digunakan untuk glikoprotein dengan komposisi 93% protein dan mendiagnosa suatu penyakit dan terapi target 7% karbohidrat dengan berat molekul 33 kD. molekuler penyebab penyakit tertentu (kanker). Komposisi karbohidrat yang sangat sedikit Kajian mengenai penemuan biomarker telah tersebut menyebabkan adanya perbedaan titik dibahas beberapa dekade terakhir. Lebih dari isoelektrik. Protein PSA disandi oleh gen yang 500 jenis biomarker penyakit telah ditemukan terletak di lengan kromosom 19 dengan berat 6 baik dari tingkat gen, protein, metabolit, dan sel. kD, yang tersusun atas 5 ekson, 4 intron, 2 sisi Manfaat dari biomarker yaitu untuk diagnosis, promoter, dan daerah untranslate di ujung 3’. prognosis, Protein PSA termasuk serin protease yang dan pemantauan terapi suatu penyakit. Tujuan dari penulisan review jurnal ini 237 memiliki asam aktivitas amino dan enzimatik merupakan seperti 232 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 Chymotrypsin. Docking terhadap subsrat PSA telah dilakukan sejak tahun 1998 oleh Coombs et al. Gambar 1. Docking substrat spesifik (Coombs et al., 1998). PSA PSA dihasilkan oleh epitel prostat untuk menjaga kekentalan (viskositas) cairan semen. Protein ini dihasilkan dalam jumlah besar pada sel prostat yang mengalami keganasan (kanker) dengan konsentrasi diatas 10 ng/mL. Pada kondisi normal konsentrasi PSA pada usia muda sekitar 2 ng/mL, sedangkan pada usia tua maksimal 9 ng/mL. Konsentrasi PSA dapat dijadikan sebagai penanda tumor (kanker) prostat (Sikaris, 2011). Namun demikian, menurut penelitian Davalieva et al. (2015), rendahnya konsentrasi PSA bukan berarti seseorang tidak menderita tumor (kanker) prostat. Menurutnya, ada protein non-invasive yang lebih sensitive dan spesifik sebagai kandidat biomarker tumor (kanker) prostat daripada PSA. Protein tersebut didapatkan setelah menguji sampel urin dari penderita kanker prostat menggunakan metode 2D-DIGE coupled with MS, terdapat 41 titik protein dengan kecocokan sebanyak 23 protein. Gambar 2. Uji protein urin penderita kanker prostat dengan 2D-gel elektroforesis pada SDS-PAGE 12,5% (Davalieva, et al., 2015). Alpha Fetoprotein (AFP) Alfa-fetoprotein merupakan rantai tunggal glikoprotein dengan berat molekul 70 kD. Pertama kali AFP diidentifikasi pada tahun 1956 oleh Bergstrand dan Czar pada serum janin manusia sebagai protein embriospesifik. AFP merupkan protein terbesar pada serum janin dan secara drastis akan mengalami penurunan setelah lahir, dan setelah tahun kedua pertumbuhan, AFP terdeteksi dengan jumlah normal pada serum bayi. Konsentrasi AFP yang abnormal tidak hanya terjadi pada masa kehamilan, tetapi pada manusia dewasa sehingga AFP dapat digunakan sebagai penanda (marker) dari suatu penyakit. Menurut PDS (Product Data Sheet) Leinco technologies, Inc. menyebutkan bahwa konsentrasi AFP pada level tinggi terdapat pada pasien dengan penyakit HCC (Hepatocellular Carcinoma). Menurut Baiq et al. (2009), AFP merupakan marker yang signifikan untuk HCC dan sangat membantu dalam diagnosis dan prognosis penyakit tersebut. Pada tahun 2013 Wen et al. melakukan penelitian tentang hubungan konsentrasi AFP pada pasien HCC setelah hepatectomy dengan 233 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 jumlah 108 kasus. Hasil penelitian menunjukkan untuk mendiagnosa pelvic masses. Level serum bahwa pasien dengan konsentrasi AFP ≤ 20 dengan ng/mL dan tidak ada kontraindikasi operasi memonitor kanker ovarium dan kenaikan disarankan untuk melakukan hepatectomy agar konsentrasinya mendapatkan indikator keuntungan terbaik dari CA125 dapat dapat prognosis digunakan untuk digunakan sebagai meningkatnya stadium hepatectomy tersebut. Sedangkan pasien yang kanker. CA125 telah banyak diteliti sebagai (1) memiliki ng/mL tes skrining untuk deteksi dini kanker ovarium, disarankan untuk mendapatkan terapi secara (2) untuk membedakan antara kanker jinak dan komprehensif ganas pada wanita pra dan post menopause, (3) konsentrasi selain AFP ˃ 20 melakukan tindakan operasi. memantau respon terapi kanker ovarium (Felder et al., 2014). Cancer Antigen125 (CA125) Protein CA125 memiliki ukuran sekitar Cancer Antigen135 (CA135) 1000 kD. Berdasarkan informasi genomik CA135 adalah glikoprotein antigen CA125 yang telah dilakukan Yin et al. pada 2001 dengan ukuran 300 kD, yang merupakan antigen terdapat sekuense nukleotida sepanjang 5797 bagi dua antibody monoclonal 115D8 dan DF3 pb. Daerah tersebutlah yang menunjukkan bagi kanker payudara. Selain itu antigen ini juga penerjemahan dan menunjukkan tiga bagian identik adanya sirosis hati bahkan hepatitis dari protein CA125 yaitu: amino terminal kronis. Peningkatan konsentrasi CA135 juga domain, repeat domain, dan carboxy terminal telah diamati terjadi pada beberapa kanker domain. seperti pancreas, ovarium, usus, paru-paru, lambung dan uterus. Namun laporan terbaru pada pasien kanker payudara dari India didapatkan adanya korelasi antara yang baik antara CA153 dibandingkan dengan CEA (Malati, 2007). Grzywa et al. (2013) telah melakukan penelian tentang penggunaan antibody IgY yang diisolasi dari egg yolk pada pasien setelah melakukan operasi untuk mengetahui keberhasilan terapi. Menurut Wang et al. (2014) biomarker dari kanker payudara adalah molekul protein seperti cancer antigenic 135 (CA135), cancer antigenic125 (CA125), dan carcioembryonic cancer (CEA). Gambar 3. Sekuense nukleotida CA125 (O’Brien et al. dalam Weiland et al., 2012). CA125 merupakan marker terbaik untuk memantau epitel kanker ovarium dan Cancer Antigen19-9 (CA19-9) CA19-9 merupakan biomarker dari kanker pankreas dan kanker kantong empedu, yang merupakan glikoprotein dengan ukuran 210 kD. Antigen kanker ini dikarakterisasi 234 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 menggunakan antibodi monoklonal 1116 –NS atau BRCA2. Seseorang yang memiliki riwayat dari tikus BALB/c. Antigen CA19-9 terlokalisasi kanker payudara dan ovarium kemungkinan pada janin di epitel usus besar, usus kecil, lebih besar terkena kanker tersebut. Mutasi lambung, hati dan pankreas. Konsentrasi yang BRCA1 sangat kecil terdapat di saluran pencernaan dan terbesar dari sindrom HBOC. Berdasarkan jaringan paru-paru orang dewasa. Pada 99,6% literatur, mutasi BRCA1 menyebabkan wanita dari orang dewasa sehat memiliki konsentrasi memiliki risiko kanker payudara sekitar 70- antigen ini tidak lebih dari 37 u/mL. Nilai 80%, dan 50% untuk risiko kanker ovarium. kurang dari 100 u/mL merupakan daerah abu- Sedangkan mutasi BRCA2 menyebabkan wanita abu, dimana antara tumor jinak dan ganas memiliki risiko 60-70% kanker payudara, dan sering tidak bisa dibedakan. Sedangkan nilai 305 untuk risiko kanker ovarium. Berikut diatas 100 u/mL tumor ganas telah dapat gambar dari BRCA1 yang tersusun atas β strand, disimpulkan dengan pasti. Sehingga dapat heliks utama, dan 2 binding site Zn2+. dan BRCA2 merupakan penyebab disimpulkan nilai CA19-9 memiliki korelasi terhadap keganasan tumor (Malati, 2007). Adanya korelasi tersebut juga dibuktikan dengan penelitian An et al. (2009). Dong et al. (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh level CA19-9 terhadap prognosis dari kanker pankreas. Sebanyak 120 pasien kanker pankreas dengan ketentuan usia, jenis kelamin, lokasi terjadinya tumor, ukuran tumor, histology differensiasi, status marjin, status tumor, level CA19-9, dan level total serum bilirubin (TBil). menunjukkan independen Hasil penelitian tersebut sebagai faktor CA19-9 untuk memprediksi prognosis kanker pankreas, dengan nilai optimal 338,45 u/mL. Gambar 5. BRCA1 domain RING (Clark et al., 2012). Carcino-Embryonic Antigen (CEA) CEA pertama dijelaskan pada tahun 1956 oleh Gold dan Freedman, dikarakterisasi berupa glikoprotein yang berukuran 200 kD. BRCA-1, BRCA-2 BRCA1 Pengembangan radioimmunoassay (RIA) sangat merupakan protein multi mungkin digunakan untuk mendeteksi domain yang termutasi dan menyebabkan konsentrasi terkecil CEA dalam darah, cairan kanker payudara dan ovarium. BRC1 termutasi tubuh lainnya, dan juga pada jaringan yang sakit di bagian tiga domain diantaranya: domain N- ataupun normal. CEA dieksresi pada fase terminal RING, exon 11-13, dan domain BRCT. embrionik maupun pada jaringan dewasa dari Hereditary Breast and Ovarian Cancer (HBOC) organ pencernaan. Ursavas et al. (2007) meneliti adalah sindrom yang dapat meningkat menjadi pengaruh level serum CEA (S-CEA) pada sel kanker payudara dan ovarium. Dasar gen HBOC yang mengalami keganasan, dan menunjukkan termutasi dibagian allele salah satunya BRCA1 235 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 hasil bahwa CEA memiliki keterpengaruhan memberikan jaminan terhadap kanker tersebut, yang sangat signifikan terhadap kanker paru- hampir 10-15% dari biopsi tersebut tidak paru meskipun tanpa adanya suatu gejala. Yang meyakinkan. et al. (2013), meneliti tentang CEA sebagai penelitian tentang biomarker kanker tiroid faktor prognosis untuk pasien kanker rektum terus dilakukan (Grogan et al., 2010). Kemajuan yang menerima kemoradioterapi. dalam penelitian genomik ataupun proteomik telah Human Chorionic Gonadotrophin (hCG) Sehingga hampir memberikan 40 dukungan tahun untuk ditemukannya biomarker kanker tiroid. hCG merupakan hormone plasenta yang menstimulasi sekresi steroid progesterone, yang Heat Shock proteins (HSPs) HSPs adalah evolusi dari protein merupakan anggota hormon glikoprotein yang prokariot maupun eukariot yang memiliki kaya akan disulfide heterodimer, dengan c-chain ekspresi untuk meningkatkan respon varietas dan P-chain spesifik pada reseptor G-protein. metabolit. Protein ini memiliki peranan penting Pada tahun 1994 Wu et al. telah melakukan dalam menjaga homeostatis. HSPs memiliki produksi hCG dalam cel mamalia sebagai beberapa fungsi, diantaranya: meningkatkan protein mendeterminasi regulasi stress, pengatur Chaperon, penjaga, strukturnya. hCG telah digunakan untuk marker cardiovaskuler, sistem imun, dan pengatur kehamilan, dan saat ini telah banyak produsen kanker. Beberapa jenis protein HSPs yaitu: yang HSP27, HSP70, dan HSP90. Masing-masing selenometil, memproduksi dan biosensor (test pack) kehamilan dengan marker hCG. memiliki fungsi tertentu, HSP27 untuk meningkatkan tumorigenisiti dari kanker sel karsinoma, HSP70 ekspresi tumor payudara, HSP90 pada prostat karsinoma (Akalin et al., dalam Kapoor et al., 2013). Metabolisme Glukosa Penggunaan glukosa ditingkatkan untuk memantau perkembangan tumor terlepas sifat mutasinya. Mekanisme tersebut mendasari perubahan metabolisme dalam karsinogenesis termasuk mutasi DNA pada mitokondria yang menyebabkan gangguan fungsional, regulasi Gambar 6. Diagram pita dari hCG (Wu et al., 1994). glikolisis, meningkatkan ekspresi enzim untuk melakukan adaptasi terhadap perkembangan tumor. Beberapa kasus, penggunaan glukosa Thyroglobulin (Tg) berbanding terbalik dengan perkembangan Kanker tiroid adalah kanker yang secara umum terdapat pada sistem endokrin. Kanker tiroid 50% terjadi pada usia 50 tahun. Diagnosa terhadap nodul tiroid tumor selama minggu pertama kemoterapi. Sehingga glukosa dapat digunakan sebagai penanda (marker) untuk diagnosis, prognosis, tidak 236 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 dan prediksi repon tumor terhadap terapi pada kondisi fisiologi tertentu yang dibutuhkan (Bhatt et al., 2010). untuk pemeliharaan, pertumbuhan, dan fungsi Kanker merupakan yang normal suatu sel) dapat digunakan untuk merubah sistem metabolisme sel, sehingga melakukan diagnosis dan prognosis suatu dapat digunakan untuk memahami perubahan- kanker. Namun saat ini, masih dalam tahapan perubahan pengkajian untuk mendapatkan potensi yang dalam pendekatan sel penyakit tersebut. metabolomik Saat ini (keseluruhan maksimal (Beger, 2013). metabolit non-peptida dengan berat molekul kecil yang ada di dalam suatu sel atau organisme Gambar 6. Korelasi CA19-9 terhadap perkembangan kanker pankreas (An et al., 2009). KESIMPULAN ini telah terdata sekitar 500 jenis biomarker Kondisi abnormal dari biomaterial baik tingkat yang gen, protein, dan sistem metabolisme sel dapat tersebut akan terus menjadi sorotan bagi digunakan sebagai penanda (marker) suatu peneliti khususnya dibidang biomaterial. telah ditemukan, kajian biomarker penyakit salah satunya kanker. Meskipun saat DAFTAR PUSTAKA An, X., Li, H. Y., Lin, B. X., et al. (2009). Prognostic value of serum CA19-9 in patients with advanced pancreatic cancer receiving gemcitabine based chemotherapy. Chinese journal of cancer 28:3. 240244. Baig, A. J., Alam, M. J., Mahmood, R. S., et al. (2009). Hepatocellular Carcinoma (HCC) and diagnostic significance of fetoprotein (AFP). Journal of Ayub Med Coll Abbottabad 21(1). Beger, D. R. (2013). A review of application of metabolomics in cancer. Journal of metabolites 3. 552-574. Bhatt, N. A., Mathur, R., Farooque, A., et al. (2010). Cancer biomarkers – Current perspectives. Indian JMed Res 132. 129-149. Cho, A. Y., Kong, Y. S., Shin, A., et al. (2014). Biomarkers of thyroid function and autoimmunity for predicting high-risk groups of thyroid cancer: a nested case–control study, Journal of BMC cancer. 14:873. Clark, L. S., Rodriguez, M. A., Synder, R. R., et al. (2012). Structure-function of the tumor suppressor BRCA1. Journal of computational and structure biotechnology. Vol. 1. Coombsi, S. G., Bergstrom, C. R., Pellequer3, L. J., et al. (1998). Substrat specifity of prostate-spesific antigen (PSA). Journal of Chemistry and biology 5. 475-488. Davalieva, K., Kiprijanovska, S., Komina, S., et al. (2015). Proteomics analysis of urine reveals acute phase response proteins as candidate diagnostic biomarkers for prostate cancer. Journal of proteome science. 13:2. 237 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 Galleto, J. M., Porayette, P., Kaltcheva, M. M., et al. (2010). The pregnancy hormones human chorionic gonadotropin and progesterone induce human embryonic stem cell proliferation and differentiation into neuroectodermal rosettes. Journal of steam cell research and therapy. 1:28. Grogan, H. R., Mitmaker, J. E., Clark, H. O. (2010). The Evolution of Biomarkers in Thyroid Cancer-From Mass Screening to a Personalized Biosignature. Journal of cancers 2. 885-912. Grzywa, R., Slowik, L. A., Walczak, M., et al. (2013). Highly sensitive detection of cancer antigen 15-3 using novel avian IgY antibody. Journal of altex 31. (1:14). Kapoor, C., Vaidya, S. (2013). Heat shock protein (HSP) and cancer: An overview, American journal of medical and dental science. 2326-8648. Leinco Technologies Inc. Product Data Sheet. St. Louis, Missouri 63011. 800.538.1145 Ma, J. W., Wang, Y. H., Teng, S. L. et al. (2013). Correlation analysis of preoperative serum alphafetoprotein (AFP) level and prognosis of hepatocellular carcinoma (HCC) after hepatectomy. World journal of surgical oncology. 11:212. Malati, T. (2007). Tumor marker : an overview, Indian journal of clinical biochemistry 22 (2). 17-31. Ursavas, A., Karadag, M., Ercan, I., et al. (2007). Serum carcinoembryonic antigen level as a predictive marker for distant metastasis in non-small cell lung cancer. Journal of Eur J Gen Med 4(3). 107-114. Wang, G., Qin, Y., Zhang, J., et al. (2014). Nipple discharge of CA15-3, CA125, CEA and TSGF as a new biomarker panel for breast cancer. Internasional journal of molecular science 15. (9546-9565). Weiland, F., Martin, K., Oehler, K. M., et al. (2012). Deciphering the molecular nature of ovarian cancer biomarker CA125. Internasional journal of molecular science. 10568-10582. Wu, H., Lustbader, W. J., Liu, Y., et al. (1994). Structure of human chorionic gonadotropin at 2.6A resolution from MAD analysis of the selenomethionyl protein. Journal of structure 2. 545-558. Yang, L.K., Yang, H. S., Liang, Y. W., et al. (2013). Carcinoembryonic antigen (CEA) level CEA ratio and treatment outcome of rectal cancer patients receiving pre-operative chemoradiation and surgery. Journal of radiation oncology. 8:43. 238