Etika dan Filsafat - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Etika dan Filsafat
Komunikasi
Pengantar Etika dan Filsafat
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Bidang Studi
Advertising and
Marketing
Communication
Tatap Muka
01
Kode MK
Dosen
MK85009
Muhamad Rosit, S.Sos, M.Si
Abstract
Kompetensi
Etika merupakan ilmu dan termasuk cabang filsafat yang paling
tua sejak zaman yunani kuno. Etika digunakan untuk menunjukkan
filsafat moral yang menjelaskan fakta moral tentang nilai dan
norma moral, perintah, tindakan kebajikan dan suara hati.
Mahasiswa mampu
menjelaskan mengenai
hubungan etika dan
filsafat
Etika
Secara Etimologi etika berasal dari bahasa Yunani Ethos. Dalam bentuk tunggal
ethos berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak,
perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak Thaeta yang berarti adat kebiasaan.
Etika adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia
sejauh yang dapat dipahami pikiran manusia. Yang dimaksud adat kebiasaan atau
kebiasaan baik yang melekat pada kodrat manusia, seperti kebiasaan berbuat dan berkata
jujur,
menghormati
orang
tua,
menghargai
hidup
dan
kepentingan
orang
lain,
mengutamakan keselarasan dalam relasi dengan sesame mahluk dan alam dll. Kebiasaankebiasaan ini merupakan kaidah atau prinsip untuk berbuat baik, bukan hasil evaluasi atas
suatu tindakan, kaidah tersebut melekat pada kodrat manusia dan karenanya akan selalu
menuntuk kehendak bebas manusia untuk memilih yang baik dan benar.
Etika membahas baik buruk atau benar tidaknya tingkah laku manusia dan juga
menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika mempersoalkan bagaimana manusia
seharusnya berbuat atau bertindak. Etika menolong manusia untuk mengambil sikap
terhadap semua norma dari luar dan dari dalam, supaya manusia mencapai kesadaran
moral yang otonom.
Etika juga disebut akhlak dan moral. Akhlaq berasal dari bahasa arab. Kata moral
berasal dari bahasa latin mos (bentuk tunggal, bentuk jamak mores), yang berarti adat
istiadat, kebiasaan, kelakukan, tabiat, watak, akhlak, cara hidup. Maka secara etimologis arti
kata etika dan moral adalah sama. adat istiadat ini merupakan konsep yang mencerminkan
perilaku actual anggota masyarakat tentang apa yang dizinkan atau dilrang untuk dilakukan.
Kata moral mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Orang yang tidak
bermoral mengacu pada orang yang melanggar nilai-nilai atau norma tertentu. Itu berarti
moral menyangkut nilai dan norma dan bagaimana cara seorang bertingkah laku dalam
hubungan dengan orang lain agar menjadi manusia yang baik. Faktor penentu moralitas
perbuatan manusia adalah tujuan akhir, motivasi serta lingkungan. Kehendak yang ebbas
dan sadar merupakan motivasi dalam menjalan perbuatan. Moralitas terletak pada
kehendak bebas pelaku dalam mengerjakannya. Perbuatan dilakukan karena mempunyai
nilai dan dilakukan dengan berpatokan pada norma tertentu.
Sesuai dengan apresiasi subjek atas suatu objek, ada banyak nilai, nilai ada yang
berifat umum karena berlaku pada semua orang ada yang berlaku hanya pada objek
tertentu saja. Nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia. Nilai ini bersama
dengan tujuan tertinggi manusia dan hukum ilahi merupakan dasar kekuatan hukum kodrat
yang mengikat dan tidak bersyarat. Tujuan tertinggi manusia adalah kebahagiaan sejati dan
‘13
2
Etika dan Filsafat Komunikasi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ini akan tercapai di dunia lain karena manusia menjadi milik Allah. Maka, nilai mutlak
memerlukan kepatuhan kehendak manusia untuk menjalankannya.
Ciri-ciri nilai moral:
1. Berkaitan dengan tanggung jawab. Nilai moral berhubungan dengan pribadi
manusia yang bertanggung jawab. Suatu nilai moral akan terwujud dalam
perbuatan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab pelaku.
2. Berkaitan dengan hati nurani. Perwujudan dari nilai moral merupakan
himbauan hati nurani. Hati nurani akan selalu mengimbau untuk melakukan
suatu perbuatan yang bernilai moral, dan akan melarangnya bila perbuatan
bertentangan dengan nilai moral.
3. Wajib secara absolut. Nilai moral harus diakui dan direalisasikan, kewajiban
absolute pada nilai moral terjadi karena nilai tersebut berlaku bagi manusia
sebagai manusia, berlaku untuk setiap manusia tanpa kecuali. Nilai moral
tidak berasal dari luar manusia, namun dari dalam manusia, jika gagal
menjalankan nilai moral maka akan dinilai cacat sebagai manusia.
4. Bersifat formal. Nilai moral tidak berdiri sendiri tanpi mengikuti nilai-nilai lain
dalam usaha perwujudannya.
Sedangkan norma adalah aturan atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur untuk
menilai sesuatu. Norma moral merupakan kaidah penilaian terhadap tingkah laku manusia,
apakah perilaku kita baik/ buruk.
Norma dan nilai moral bisa ditemukan dalam ajaran moral. Yakni pandanganpandangan, wejangan-wejangan, tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak
agar menjadi manusia yang baik. Sumber ajaran moral bisa berasal dari tradisi dan adat
istiadat, ajaran agama, atau ideology tertentu.
Dengan demikian ajaran moral berbeda dengan etika, ajaran moral menuntun
manusia bagaimana seharusnya ia hidup, sedangkan etika adalah ilmu, yakni pemikiran
rasional, kritis, dan sistematis tentang ajaran-ajaran moral. Etika menuntun manusia untuk
memahami mengapa atau atas dasar apa ia harus mengikuti ajaran moral tertentu. Dengan
ini etika bisa disebut sebagai filsafat moral.
Sifat dasar etika adalah sifat kritis, karenanya etika bertugas:
1. Untuk mempersoalkan norma yang dianggap berlaku
Diselidikinya apakah dasar suatu norma itu dan apakah dasar itu membenarkan
ketaatan yang dituntu oleh norma itu terhadap norma yang dapat berlaku
2. Etika mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya. Artinya bila ada suatu
norma yang tidak bisa mempertahankan atas suatu pertanyaan, maka dengan
sendirinya akan hilang haknya,
‘13
3
Etika dan Filsafat Komunikasi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Etika mempersoalkan hak setiap lembaga/ perorangan yang mengeluarkan
perintang atau larangan yang harus ditaati seperti sekolah, orang tua, Negara dll.
4. Etika memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikpa yang rasional
terhadap semua norma
5. Etika menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab.
Filsafat
Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa yunani, “philosophia” yang merupakan
penggabungan dua kata yaitu phillos/ philien yang berarti cinta, mencintai atau pecinta.
Serta kata Sophia yang berarti kebijaksanaan. Jadi philosophia adalah cinta akan
kebijaksanaan dan berusahaan untuk memilikinya.
Beberapa defenisi filsafat berdasarkan kronologi sejarah:
1. Plato (427-347 SM), mengkritik pendapat-pendapat yang berlaku, jadi, kearifan
atau pengetahuan intelektual itu diperoleh melalui suatu proses pemeriksanaan
secara kritis, diskusi, dan berisikan penjelasan.
2. Aristoteles (384-322SM), ilmu yang menyelidikan tentang hal ada sebagai hal
ada yang berbeda dengan bagian-bagiannya yang satu atau lainnya. Untuk
memahami filsafat memerlukan pemahaman kepada ilmu lain.
3. Rene Descartes (1590-1650 M), kumpulan segala pengetahuan dimana tuhan,
alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
4. Immanuel Kant (1724-1804 M), ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan
pangkal dari segala pengetahuan.
5. John Dewey (1859-1952 M), suatu pengungkapan mengenai perjuangan
manusia dalam melakukan penyesuaian kumpulan tradisi secara terus menerus
yang membentuk budi manusia yang sesungguhnya. Filsafat merupakan alat
untuk membuat penyesuai diantara yang lama dan baru dalam suatu
kebudayaan
6. Bertrabd Russell (1872-1970 M), suatu kritik terhadap pengetahuan.
Filsafat
memeriksa secara kritis asas-asas yang dipakai dalam ilmu dan kehidupan
sehari-hari, dan mencari suatu ketidak selarasan yang dapat terkandung di
dalam asas-asas tersebut.
7. Loois O. Kattsoff (1963 M), berpikir secara kritis, sistematis, rasional,
komprehensif (menyeluruh), dan menghasilkan sesuatu yang runut.
‘13
4
Etika dan Filsafat Komunikasi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah
ilmu yang mempelajari hakikat untuk mendapatkan kebenaran. Juga Filsafat merupakan
usaha untuk berpikir secara radikal dan menyeluruh.
Etika dan Filsafat
Etika merupakan ilmu dan termasuk cabang filsafat yang paling tua sejak zaman
yunani kuno. Filsuf Yunani Aristoteles (384-322 SM), etika digunakan untuk menunjukkan
filsafat moral yang menjelaskan fakta moral tentang nilai dan norma moral, perintah,
tindakan kebajikan dan suara hati.
Etika adalah refleksi kritis, metodis, dan sistematis tentang tingkah laku manusia
sejauh berkaitan dengan norma-norma. Etika bergerak dibidang intelektual namun objeknya
langsung berkaitan dengan kehidupan praktis.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengkaji segala sesuatu yang ada dan
yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran. Bagian-bagiannya meliputi:
1.
Metafisika yaitu kajian dibalik alam yang nyata,
2.
Kosmologia yaitu kajian tentang alam,
3.
Logika yaitu pembahasa tentang cara berpikir cepat dan tepat,
4.
Etika yaitu pembahasan tentang tingkah laku manusia,
5.
Teologi yaitu pembahasan tentang ketuhanan,
6.
Antropologi yaitu pembahasan tentang manusia.
Dengan demikian, jelaslah bahwa etika termasuk salah satu komponen dalam filsafat.
Banyak ilmu yang pada mulanya merupakan bagian dari filsafat, tetapi karena ilmu tersebut
kian meluas dan berkambang, akhirnya membentuk disiplin ilmu tersendiri dan terlepas dari
filsafat. Demikian juga etika, dalam proses perkembangannya sekalipun masih diakui
sebagai bagian dalam pembahasan filsafat, ia merupakan ilmu yang mempunyai identitas
sendiri.
Hubungan etika dengan ilmu filsafat menurut Ibnu Sina seperti indera bersama,
estimasi dan rekoleksasi yang menolong jiwa manusia untuk memperoleh konsep-konsep
dan ide-ide dari alam sekelilingnya. Jika manusia telah mencapai kesempurnaan sebelum ia
berpisah dengan badan, maka ia selamanya akan berada dalam kesenangan. Jika ia
berpisah dengan badan dalam keadaan tidak sempurna, ia selalu dipengaruhi hawa nafsu.
Ia hidup dalam keadaan menyesal dan terkutuk untuk selama-lamanya di akhirat.
Pemikiran filsafat tentang jiwa yang dikemukakan Ibnu Sina memberi petunjuk dalam
pemikiran filsafat terhadap bahan-bahan atau sumber yang dapat dikembangkan lebih lanjut
menjadi konsep ilmu etika.
‘13
5
Etika dan Filsafat Komunikasi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ibn Khaldun dalam melihat manusia mendasarkan pada asumsi-asumsi kemanusiaan
yang sebelumnya lewat pengetahuan yang ia peroleh dalam ajaran Islam. Ia melihat
sebagai mekhluk berpikir. Oleh karena itu, manusia mampu melahirkan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Sifat-sifat semacam ini tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lainnya. Lewat
kemampuan berfikirnya itu, manusia tidak hanya membuat kehidupannya, tetapi juga
menaruh perhatian pada berbagai cara guna memperoleh makna hidup. Proses-proses
semacam ini melahirkan peradaban. Dalam pemikiran ilmu, Ibn Khaldun tampak bahwa
manusia adalah makhluk budaya yang kesempurnaannya baru akan terwujud manakla ia
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Ini menunjukan tentang perlunya pembinaan
manusia, termasuk dalam membina etika. Gambaran tentang manusia yang terdapat dalam
pemikiran filosofis itu akan memberikan masukan yang amat berguna dalam merancang dan
merencanakan
tentang
cara-cara
membina
manusia,
memperlakukannya,
dan
berkomunikasi dengannya. Dengan cara demikian akan tercipta pola hubungan yang dapat
dilakukan dalam menciptakan kehidupan yang aman dan damai
Etika sebagai cabang filsafat dapat dipahami bahwa istilah yang digunakan untuk
memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai ketentuan baik atau buruk.
Etika memiliki objek yang sama dengan filsafat, yaitu sama-sama membahas tentang
perbuatan manusia. Filsafat sebagai pengetahuan berusaha mencari sebab yang sedalamdalamnya berdasarkan pikiran. Jika ia memikirkan pengetahuan jadilah ia filsafat ilmu, jika
memikirkan etika jadilah filsafat etika.
Etika filsafat merupakan ilmu penyelidikan bidang tingkah laku manusia yaitu
menganai kewajiban manusia, perbuatan baik buruk dan merupakan ilmu filsafat tentang
perbuatan manusia. Banyak perbuatan manusia yang berkaitan dengan baik atau buruk,
tetapi tidak semua perbuatan yang netral dari segi etikanya.
Immanuel Kant (1724-1804) berpendapat bahwa manusia mempunyai perasaan
etika yang tertanam dalam jiwa dan hati sanubarinya. Orang merasa bahwa ia mempunyai
kewajiban untuk menjauhi perbuatan buruk dan menjalankan perbuatan baik. Etika filsafat
merupakan suatu tindakan manusia yang bercorak khusus, yaitu didasarkan kepada
pengertiannya mengenai baik dan buruk. Etika sebagai cabang filsafat sebenarnya yang
membedakan manusia daripada makhluk Tuhan lainnya dan menempatkannya bila telah
menjadi tertib pada derajat di atas mereka.
Etika biasanya dibedakan atas etika deskriptif, etika normative dan metaetika:
1. Etika deskriptif
Etika deskriptif hanya melukiskan tingkah laku moral dalam adat kebiasaan,
kebudayaan, atau pada individu tertentu. Etika deskriptif tidak memberikan
penilaian moral atas tingkah laku tersebut.
2. Etika normatif.
‘13
6
Etika dan Filsafat Komunikasi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Memberikan penilaian atau evaluasi kritis berdasarkan norma-norma moral
terhadap tingkah laku seseorang, etika normative menurumuskan prinsipprinsio etis yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat
digunakan dalam praksis hidup. Etika normative adalah sistem nilai dan
norma moral yang memberikan petunjuk atau tuntunan dalam melakukan
perbuatan yang menyangkut baik dan buruk. Etika normative dibagi lagi
menjadi dua, etika umum dan etika khusus. Etika umum membahas tematema umum dalam bidang etika misalnya tentang nilai dan norma moral,
kebebasan dan tangggung jawab, hak dan kewajiban. Etika khusus
mempelajari penerapan prinsip-prinsip atau norma etis umum dalam bidang
khusus kehidupan manusia, etika khusus ini disebut pula dengan etika
terapan, misalnya etika komunikasi. Etika khusus dibagi lagi atas etika
indivual dan etika sosial. Etika individual membicarakan kewajiban seseorang
terhadap diri sendiri. sedangkan etika sosial membahas kewajiban seseorang
sebagai anggota masyarakat atau umat manusia.
3. Metaetika
Metaetika menganalisis arti khusus dari ucapan-ucapan atau bahasa yang
dipakai di bidang moral. Metaetika mempelajri apa arti baik atau buruk bila
dipakai dalam konteks etika. Salah satu soal yang mendapat perhatian
metaetika adalah is (faktual) dan (ought) normative queation. Yaitu apakah
ucapan normative dapat diturunkan dari ucapan faktual. Atau apakah dari
suatu kenyataan faktual dapat disimpulkan bahwa suatu itu harus atau boleh
dilakukan (normative)
Problematika Etika dan Filsafat
Menurut Bertens, dalam dunia modern yang ditandai oleh transparansi dan
globalisasi, ada tiga hal yang menonjol bila kita berhadap dengan situasi etis:
1. Adanya pluralism moral.
Pluralism moral ditandai dengan adanya pandangan berbeda tentang nilai dan
norma moral dalam suatu masyarakat. Hal ini terjadi karena kita hidup dalam
masyarakat pluralistic. Perbedaan pandangan atas nilai dan norma dapat dibantu
dnegan etika dengan refelksi kritis dan rasional mengapa harus bersikap begini
atau begitu. Teknologi internet juga membantu proses pluraslisme moral.
Teknologi komunikasi sekarang ini sering menimbulkan culture shock.
2. Timbul banyak masalah etis baru yang dulu tidak pernah diduga
‘13
7
Etika dan Filsafat Komunikasi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Hal ini juga disebabkan oleh kehebatan ilmu dna teknologi seperti pada ilmu
media tentang manipulasi genetis. Modernisasi di bidang iptek membawa
perubahan besar dalam strultur kebutuhan nilai yang amat bertentangan dengan
pandangan moral tradisional.
3. Kepedulian etis yang universal.
Kepedulian etis universal yang melewati perbatasan suku, ras, agama dan
Negara. Hal ini tercermin dalam upaya penegakan hak asasi manusia dan
lingkungan hidup. Kesadaran dan kepedulian akan kehadiran orang lain, baik
secara sosial, politik, ekonomi maupun agam tentu saja mengancam keberadaan
kelompoknya, termasuk nilai moral yang dianut.
Berhadapan dengan situasi moral seperti ini perlu mendalami studi etika, yang
berupaya mengkaji setiap masalah moral dengan menggunakan rasio. Melalui jalan rasional
kita dapat mempertanggungjawabkan perilaku kita dan secara bersama-sama mencari
kesepakatan moral. Etika membantu untuk membedakan antara apa yang hakiki dan apa
yang boleh saja berubah. Problem-problem moral dapat dihadapi dnegan sikap kritis dan
objektif sehingga mempunyai penilaian yang lebih rasional, dengan ini manusia tidak
terjerumus dalam sikap yang ekstrim, seperti menerima nilai baru dan menolak nilai lama.
Etika berupaya menyadarkan manusia akan bertanggung jawab sebagai manusia
dalam kehidupan secara mondial. Sikap manusia tidak boleh hanya ditentukan oleh
pertimbangan untung rugi bagi diri sendiri, oleh kebanggan nasional yang sempit, oleh
keperluan untuk pembangunan, atau keinginan untuk memenangkan kelompok sendiri, oleh
dogma atau ideology. Tetapi harus ditentukan oleh martabat manusia sebagai manusia.
Daftar Pustaka
Bertens, K. Etika. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2001
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti 1993
Mufid, Muhammad, Etika dan Filsafat komunikasi. PT. Kencana 2009
‘13
8
Etika dan Filsafat Komunikasi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download