2.1 Landasan Teori

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Di dalam kehidupan sehari-hari, informasi sangat-sangat bermanfaat bagi
manusia.informasi dapat membantu seseorang dalam melakukan aktivitas-aktivitas
dan juga dalam melakasanakan proses pengambilan keputusan di masa sekarang atau
pun di masa yang akan datang. Sebuah Informasi dapat disajikan berupa tulisan,
gambar dan verbal. Majalah adalah salah satu media massa yang menyajikan
informasi secara berkala (terbit setiap bulan ataupun terbit setiap minggu). Selain
memuat artikel majalah juga merupakan publikasi berisi cerita pendek, gambar,
review, illustrasi atau fitur lainnya yang mewarnai isi dari majalah. Oleh karena itu
majalah dijadikan pusat bacaan yang sering dijadikan bahan rujukan oleh para
pembaca dalam mencari sesuatu hal yang diinginkannya. Menurut Kasali (1992 :
111) Eksistensi majalah muncul karena kebutuhan masyarakat akan informasi
beragam yang sesuai dengan gaya hidup masyarakat saat ini. Maka tak heran banyak
berbagai ragam majalah beredar saat ini. Disesuaikan dengan segmentasinya,
Majalah dapat dibedakan menurut pembaca pada umumnya atau kelompok pembaca
yang menjadi target pasarnya. Majalah dapat diklasifikasikan menurut segmen
demografis (usia atau jenis kelamin), ataupun pembedaan secara psikografis, dan
geografis atau dapat dilihat dari segi kebijakan editorialnya.
Dalam sejarah penerbitan pers Indonesia, penerbitan majalah-majalah dengan
segmen khusus sebenarnya sudah sempat dikenal sejak zaman pra-kemerdekaan,
meskipun tidak berkelanjutan. Pada sekitar tahun 1939, di Banjarmasin, pernah terbit
majalah bernama Perintis, sebuah majalah yang diterbitkan oleh dan untuk kalangan
supir. Majalah itu terbit sebagai dwi-mingguan. Bahkan, jauh sebelum itu, pada
sekitar tahun 1914, juga pernah terbit majalah bernama De Cranie, yakni majalah
pembawa suara kaum kerani atau juru tulis kebun, Juanedhie ( 1995: 195). Namun,
majalah-majalah khusus yang terbit pada masa itu berbeda motivasi penerbitannya
dengan penerbitan majalah-majalah khusus pada masa kini. Jika pada masa lampau
penerbitannya lebih karena idealisme semata, maka pada tahun-tahun belakangan,
selain idealisme, kepentingan bisnis juga turut berperan dominan di dalam
pembentukan majalah. Bila melihat sejarah penerbitan pers di Indonesia, gejala
segmentasi majalah sebenarnya mulai tampak pada akhir tahun 1970-an. Pada waktu
1
2
itu, telah terbit sejumlah media cetak yang membahas masalah spesifik dengan
pembaca khusus. Segmentasi itu tampak dari spesialisasi tema majalah seperti
majalah khusus ekonomi, keagamaan, kesehatan, anak-anak, remaja, wanita,
keluarga, pertanian, otomotif, iptek, sastra/budaya, psikologi & kriminal, tata boga,
manajemen/perbankan,
pariwisata,
interior,
olahraga,
kesehatan,
industri,
ketenagakerjaan, komputer, pertanian, arsitektur, fotografi, komputer, handphone,
hobi dan hiburan (musik, film, game, komik, mainan), dan lain-lain.
Namun, Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dapat dengan mudah
mendapatkan informasi hingga ilmu pengetahuan dan referensi dengan cepat. Sebuah
jendela dunia bernama internet seakan terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin
mendapatkan informasi untuk kebutuhan kehidupannya.
Seiring dengan berjalannya waktu, kemajuan teknologi semakin bergerak
maju. Menurut Donald A. Ball et.al teknologi adalah salah satu dari pendorong
globalisasi. Kemajuan-kemajuan di dalam teknologi dan komunikasi memungkinkan
peningkatan aliran gagasan dan informasi melewati batas negara. Kemudahankemudahan yang ada dalam memperoleh informasi dan transaksi melalui internet
memberi pengaruh besar terhadap industri-industri bisnis.Khususnya dalam negara
bisnis media informasi kini di hadapkan pada era baru yaitu era digital. Menurut
Agung Adiprasetyo, dalam Sularto (2007:238), pada tahun 2006 sebanyak 16 persen
anak muda di dunia membaca berita melalui Internet, 42 persen membaca media
cetak, 28 persen menonton televisi, dan 10 persen mendengarkan radio. Kedatangan
teknologi tablet newspaper (koran elektronik), benar-benar menjadi "kiamat" bagi
bisnis media cetak. Menurut pandangannya, media cetak tanpa kertas, entah disebut
tablet newspaper, paperless newspaper maupun elektronic newspaper (e-paper)
merupakan teknologi masa kini yang tak bisa ditolak.
Saat ini memang teknologi tersebut belum mampu menggeser eksistensi surat
kabar konvensional. Namun mengingat tren yang berkembang saat ini, teknologi
paperless newspaper akan diminati oleh generasi anak muda yang gandrung akan
teknologi informasi; meskipun jelas saja eksistensinya akan kalah pamor dengan
media online. Surat kabar akan tetap eksis, sebagaimana yang pernah disebutkan
oleh Philip Meyer, hanya di negara-negara yang perkembangan teknologi informasi
berjalan lambat serta masyarakat masih mengandalkan informasi dari media cetak.
Indikasi dari negara yang perkembangan teknologi informasinya lambat yakni
ketaktersediaan infrastruktur Internet secara merata pada sebuah negara. Pada
3
tanggal 2 februari 2014 Bapak Tifatul SembiringKementerian Komunikasi dan
Informatika (Kemkominfo) menyatakan, pengguna internet di Indonesia hingga saat
ini telah mencapai 82 juta orang. Dengan capaian tersebut, Indonesia berada pada
peringkat ke-8 dunia sebagai salah satu negara yang penduduknya banyak
menggunakan internet. APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia)
melakukan kerja sama dengan Badan Pusat Statistik untuk melakukan survey untuk
berapa banyak pengguna internet di indonesia. Berikut ini adalah 2 grafik hasil
survey BPS :
Gambar 1.1 Pengguna internet di indonesia selalu meningkat setiap tahunnya
Sumber : Apjii
4
Gambar 1.2 Sebanyak 75% masyarakat indonesia menggunakan internet untuk
mencari berita/informasi
Sumber : BPS Statistics
Kini akses untuk mendapatkan suatu informasi dapat melalui media digital
(dunia maya). Berbagai macam informasi yang disebarluaskan dapat diunduh dan
diunggah dalam media digital menggunakan jaringan situs di dalam internet seperti ;
blog-blog, website, hingga aplikasi cetakan majalah secara digital yang dikenal
sebagai E-magazine. Majalah elektronik atau E-magazine adalah majalah yang dapat
di unduh secara berbayar maupun gratis secara online. Sama hal nya dengan majalah
pada umumnya, hanya saja E-magazine berbentuk soft-copy, yang bisa dibaca
melalui gadget seperti laptop, pc, tablet dan smartphone. Hadirnya produk surat
kabar dan majalah secara digital yang semakin berkembang maju sangat mengancam
industri media cetak konvensional. Hal ini diutarakan oleh Direktur Eksekutif Serikat
Perusahaan Pers (SPS), Asmono Wikan (2013). Menurutnya gempuran media sosial
digital dan media online, cukup membuat industri cetak (print) terpengaruh. Hal ini
tercatat dari rendahnya pertumbuhan sirkulasi oplah dari 1.100 media di Indonesia
pada akhir tahun 2013, yang hanya mengalami pertumbuhan sebesar 0,25 persen.
Angka itu sedikit lebih baik dibanding pertumbuhan oplah media di Amerika.
Namun, jika dibandingkan dengan negara lain seperti China, India dan Brazil,
pertumbuhan oplah media cetak di Indonesia masih kalah jauh. Dari hasil kajian
SPS, perkembangan media cetak di Indonesia memang mengalami turbulensi yang
5
kuat. Generasi pembaca baru mulai bermunculan, yakni generasi pembaca yang tidak
lagi membaca hal-hal serius, generasi yang tidak menyenangi kerumitan bahasa pada
media cetak dan generasi yang tidak menyenangi tata wajah pada media cetak. Dia
menuturkan, keberlanjutan hidup dari sebuah media sangat bergantung dengan
kemampuannya menangkap keinginan pembaca. Melalui penyajian konten berita
yang berkaitan dengan kebutuhan pembaca, diyakini akan tetap menghidupkan
industri media, khususnya media cetak di Indonesia.
Banyak sekali perusahaan media cetak yang belum siap menghadapi
fenomena digitalisasi ini. Menurut Supidiyanto (2013) berbagai perusahaan media
cetak di negara mengalami kebangkrutan (kolaps) dalam beberapa tahun terakhir.
Majalah dan surat kabar di Amerika Serikat yang bangkrut itu misalkan The New
York Times, Newsweek, The Rocky Mountain News, The Seattle Post Intelligencer,
dan Lee Enterprises. Media cetak di Jerman yang kolaps yakni Financial Times
Deutschland (FTD) dan "sebentar lagi" akan menyusul Berliner Zeitung . Bahkan
majalah newsweek yang telah terbit sejak tahun 1933 telah mengubah format
cetaknya menjadi digital sejak 2012 lalu. Mereka juga resmi menghentikan produksi
cetakan secara ‘fisik’ atau hard-copy. Tetapi tidak semua majalah yang sudah lama
terbit memilih untuk mengubah format cetaknya seperti yang dilakukan majalah
newsweek. Walaupun fenomena digitalisasi sangat dirasa berpengaruh pada masa
yang akan datang, Bapak Ade iskandarsjah latief selaku direktur utama PT. Griya
Asri Prima masih bertahan untuk tetap mencetak produknya secara konvensional.
Menurutnya, pasar di indonesia berbeda dengan yang terjadi diluar. Pasalnya ia
merasa masih banyak konsumen produknya yang lebih menyukai cetakan hard-copy.
PT. Griya Asri Prima adalah perusahaan majalah yang sudah berdiri sejak
1983 sampai sekarang ini (31 tahun). Produknya adalah majalah Griya Asri
merupakan kelanjutan majalah asri yang masih tetap eksis dan berada pada peringkat
tertinggi untuk kategori majalah khusus Arsitektur, Interior , Taman ,Seni dan
Lingkungan. banyak sekali majalah sejenis yang hadir kemudian bersama majalah
asri, tetapi tidak dapat bertahan sampai saat ini. bahkan beberapa majalah franchise
dari mancanegara, pada akhirnya tidak dapat bertahan, dan jika masih bertahan juga
akibat disubsidi oleh perusahaan penerbitnya. Majalah asri pun sempat mengalami
berhenti terbit disaat krisis moneter pasca kerusuhan 1998, namun dengan
manajemen baru yang lebih efektif dan lebih efisien, majalah ini bangkit kembali
pada tahun 1999-2002 dibawah Yayasan Estetika Prima dan berkembang pesat
6
dibawah PT.Griya Asri Prima ( 2002 –saat ini). Perkembangan tersebut diyakini
berasal dari pola pikir pengasuhnya yang berubah dan menyadari kekuatan produk
dari keunikan content dan ketepatan dalam memilih jenis informasi yang dibutuhkan
pasar,
sehingga
produk
ini
tetap
dicari
dan
dibutuhkan
kalangan
pembacanya.Demikian juga didukung oleh marketing strategy yang searah dengan
visi dan misi informasi usaha.
Perusahaan ini memiliki moto produk yaitu, menjadi sumber informasi dan
inspirasi. sehingga segmen pasar yang terbentuk dapat menjadi pijakan market share
potensial bagi pemasang iklan/sponsorship berbagai kegiatan majalah ini. Menjaga
content serta ketersediaan informasi, tidak dapat terlepas dari narasumbernya yaitu
para designer, arsitek, interior designer, Landscaper, Seniman, Pengrajin serta
kalangan lain yang terkait dengan profesi tersebut. Karena itu majalah Griya Asri
selalu membuat , mengikuti serta mendukung event yang kompeten, serta menjalin
kerjasama dengan institusional terkait seperti IAI, HDII, IALI, AKDI dan lain-lain.
Hubungan kerjasama juga di jalin dengan berbagai badan usaha serta lembaga
sawadaya masyarakat dan pemerintah, untuk terciptanya tujuan bersama yaitu
lingkungan hidup yang lebih baik dan tertata. Salah satu aspek yang menjadi
perhatian dunia adalah aspek sustainability, atau hidup berkelanjutan, yaitu sebuah
upaya( baik pemikiran ,kampanye maupun tindakan) penyelamatan lingkungan
akibat adanya pencemaran dan efek pemanasan global. Aspek tersebut salah satunya
dapat diupayakan melalui design yang ramah Lingkungan yaitu Green Design.
Untruk itulah majalah Griya Asri bersama mitra-mitra
nya membentuk Green
Design Community yang dimulai kiprahnya tahun 2004 sampai sekarang.Majalah
Griya Asri juga telah memiliki sister Produk : Skala+ untuk segmen pasar yang lebih
tinggi dari majalah Griya Asri, dan Majalah Smart Living untuk segmen yang lebih
rendah. dengan di bentuknya dua sister produk tersebut kini PT. Griya Asri Prima
mempunyai tiga brand majalah untuk di produksi.ketiganya mempunyai segmen
pasar yang berbeda namun mempunyai visi dan misi serta tujuan yang sama untuk
menjadi majalah yang inspiratif di dunia arsitektur.dengan mempunyai tiga brand
tersebut, PT. Griya Asri Prima dinilai tanggap dalam menghadapi persaingan pasar
dengan membentuk tiga segmen pasar pada tiga produknya untuk memonopoli
majalah arsitektur di Indonesia
Namun persaingan di industri bisnis majalah semakin kuat dengan
munculnya pesaing-pesaing baru yang mengusung tema yang sama yakni majalah
7
arsitektur. Bahkan para pesaing-pesaing PT. Griya Asri Prima dapat mengubah
ancaman dunia digital menjadi sebuah peluang baru dengan menerbitkan majalah
digital atauE-magazine. Paradigma masyarakat bahwa isi majalah import lebih baik
daripada majalah terbitan lokal, membuat banyaknya toko buku seperti Periplus dan
Books and Beyond kini berfokus menjual majalah import saja. Minat pembaca akan
majalah Griya Asri pun menurun dengan akses internet yang memudahkan
masyarakat mencari informasi di bidang arsitektur. Bapak Ade selaku pimpinan
umum PT.Griya Asri Prima mengutarakan bahwa penurunan penjualan oplah mulai
sangat terasa pada zaman modern ini. Hal ini sangat di rasakan ketika para AE
(Account Executive) dan agen-agen penjual yang tidak mampu mencapai target
penjualan majalah Griya Asri. Sebagai perusahaan yang memiliki produk pionee
dalam majalah arsitektur, apakah ancaman era informasi digital dapat dikonversi
menjadi peluang oleh PT. Griya Asri Prima dengan kekuatan yang perusahaan
miliki? Dan bagaimanakah kondisi kompetitif perusahaan jika dibandingkan
perusahaan pesaingnya yang telah menerbitkan produk majalahnya secara digital?
Oleh karena itu, penelitian akan dilakukan menggunakan metode analisis strategi
bisnis terhadap PT. Griya Asri Prima.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti
terdorong untuk mengangkat permasalahan ini dalam bentuk penelitian dengan judul
“Analisis Strategi Bisnis pada PT. Griya Asri”
1.2
Identifikasi Masalah
Dalam penentuan identifikasi masalah, mengenai penelitian ini penulis akan
menjabarkan poin-poin berbagai fenomena permasalahan yang ada pada rencana
pengembangan bisnis majalah PT.Griya Asri dalam menghadapi era informasi
digital, yang akan penulis teliti dan pecahkan. Berikut ini adalah identifikasi masalah
yang terjadi sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kondisi kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh
perusahaan?
2. Bagaimanakah kondisi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan?
3. Apa strategi yang tepat untuk di terapkan perusahaan dalam menghadapi
masalah di industri media cetak?
8
1.3
Tujuan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, penulis merumuskan strategi bisnis yang
penulis nilai tepat dilakukan dalam usaha bisnis majalah PT Griya Asri yang
mengacu pada masalah yang ada sekarang, penulis memiliki tujuan-tujuan yang
dapat membantu menjawab masalah tersebut, dimana tujuan itu akan penulis
jelaskan untuk membantu memecahkan masalah-masalah yang ada seputar
pelaksanaan bisnis tabung majalah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Menganalisis kondisi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan
untuk menghadapi fenomena dan masalah yang ada agar perusahaan dapat
mengembangkan bisnisnya sesuai dengan kondisi yang ada.
2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan perusahaan untuk dapat bersaing
dalam bisnis majalah digital atau E-magazine.
3. Menganalisis strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan.
1.4
Manfaat Penelitian
Setiap poin penelitian yang diteliti akan memberikan manfaatnya masing-
masing, yang mana manfaat tersebut menjadi acuan yang akan diterapkan untuk
perencanaan bisnis majalah yang saat ini sedang dirancang oleh Griya Asri . Berikut
ini adalah manfaat-manfaat dari penelitian ini :
1. Manfaat penelitian bagi PT. Griya Asri
PT. Griya Asri dapat memperoleh informasi yang akan disajikan dalam
penelitian mengenai kualitas-kualitas internal yang terdapat di perusahaan
mengenai kekuatan dan kelemahan internal perusahaan serta kemampuan
perusahaan dalam merespon faktor eksternal seperti peluang dan ancaman.
2. Manfaat penelitian bagi Entrepreneur dan Pembaca
Bagi seorang Entrepreneur dan pembaca, penelitian ini bisa dijadikan
pengetahuan dan referensi dalam perumusan strategi
seperti yang telah
diterapkan oleh PT. Griya Asri.Penelitian ini dapat juga dapat membantu
dalam penerapan strategi dan menentukan manajemen yang baik untuk startup bisnis khususnya dibidang media informasi.
3. Manfaat penelitian Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam merumuskan strategi yang
tepat bagi perusahaan.
9
1.5
Tinjauan Pustaka
Tabel 1.1 Tabel Tinjauan Pustaka
Metode
Penelitian
Manajemen
Strategik
Nama
Judul Jurnal
Pengarang
Drs.
Onny Analisis
Manajemen
Juwono, MM Strategik
Perusahaan
Waralaba
(Franchise)
(Studi Kasus Di Restoran
Cepat Saji McDonald)
Jurnal Manajemen, Periode
Oktober
–
Desember
(2011)
Strategi
Bisnis
Kasmiruddin
Analisis Strategi Bersaing
Bisnis
Eceran
Besar/Moder
(Kasus
Persaingan Bisnis Ritel Di
Pekanbaru).
Jurnal Aplikasi Bisnis Vol.
3 No. 1 2012
Hasil Penelitian
Dengan semakin canggih
dan
berkembangnya
pengetahuan
dan
teknologi,
masyarakat
mulai
cerdas
dan
menuntut adanya produk
yang
tidak
hanya
menguntungkan
dari
harga tapi juga dari segi
manfaat ekonomis.Bagi
perusahaan yang sudah
mapan harus sudah bisa
membaca kondisi ini
sehungga cepat tanggap
dalam
memenuhi
tuntutan
perubahan
global baik dari segi
competitor
maupun
keinginan konsumen.
Dalam
menghadapi
persaingan bisnis ritel
yang semakin kompleks
dan dinamik, para peritel
modern di pekanbaru
menerapkan
strategi
bersaing
guna
menciptakan keunggalan,
yang
berbasis
pada
keunggulan biaya dan
keunggulan
diferensiasi.sebagian
peritel yang menerapkan
keunngulan biaya dalam
menjalankan
bisnis
modern
di
lakukan
dengan berbagai usaha
diantarannya
;
memaksimalisasi skala
ekonomis
barang
dagangan
hingga
mengurangi
biaya
overhead
dan
administrasi yang di
anggap tidak berkaitan
dengan kinerja peritel.
10
SWOT
Analysis
Dijana Oreski
Strategy Development By
Using SWOT-AHP
TEM Journal Vol 1 No. 4
(2012)
SWOT
Analysis
Hladchenko,
Myroslava
Swot Analysis As The First
Stage Of The Process Of
The Strategic Management
Of The European Higher
Education
Institutions.
EUROMENTORJOURNAL
Vol. 05.1 (March 2014) :
SWOT adalah akronim
kekuatan,
kelemahan,
peluang dan ancaman.
Dua faktor pertama
(kekuatan
dan
kelemahan)
yang
berhubungan
dengan
faktor internal organisasi,
sementara peluang dan
ancaman mencakup luas
konteks atau lingkungan
di
mana
entitas
beroperasi.
Pertama
cenderung di bawah
kendali organisasi tetapi
satu
yang
terakhir,
meskipun mereka tidak
kurang penting ketika
melihat dampak pada
perusahaan,
akan
menjadi hal yang perlu di
tanggapi.
Analisis SWOT adalah
metode yang digunakan
untuk mencari kekuatan
dan kelemahan yang di
miliki
perusahaan.
Ketika
perusahaan
mendapatkan data faktor
internal berupa kekuatan
dan
kelemahan,
perusahaan
dapat
melakukan perbandingan
dengan perusahaan lain
yang
menjadi
pesaingnya.dengan
begitu perusahaan dapat
menentukan
startegi
yang
baik
untuk
bersaing.Dalam proses
metode analisis SWOT,
di butuhkan partisipasi
orang-orang
yang
berpengaruh dan terlibat
dalam
pengambilan
keputusan
sebuah
perusahaan
sesuai
dengan implementasinya
.
11
Analisis
Bisnis
Katherine E.
Hultquist,
MA
AN ANALYSIS OF THE
IMPACT
OF CYBER
THREATS UPON 21ST
CENTURY BUSINESS
UMI/PROQUEST
:
1503100. 17 december
(2014)
Penelitian di masa depan
menyatakan
bahwa
teknologi baru yang
digunakan oleh bisnis
dan dapat mengurangi
risiko dalam keamanan.
Bisnis
menggunakan
perangkat lebih mobile
untuk
berkomunikasi,
menyimpan file, dan
melakukan
transaksi
dengan lebih aman. Saat
ini, diadakan perangkat
seperti iPhone, iPad, dan
ponsel
pintar
yang
membanjiri
pasar.
Banyak orang percaya
bahwa perangkat ini
tidak menjadi terinfeksi
dengan
virus
atau
malware karena mereka
produk
Apple
atau
ponsel
lainnya.
Kepercayaan
ini
mungkin menjadi salah
satu isu palsu. Sebagai
jenis perangkat menjadi
lebih populer, adanya
dunia
cyber
dapat
menjadi lebih produktif,
menargetkan perangkat
ini khusus. Dalam dunia
bisnis, hal ini bisa
menjadi peluang baru
atau ancaman baru.
12
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Pengertian Manajemen
Manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan
pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut dapat
diselesaikan secara efektif dan efisien (Robbins & Coulter, 2010:7)
2.1.2
Fungsi-fungsi manajemen
Manajemen dari sudut pandang fungsinya adalah seorang manajer
menjalankan fungsi-fungsi atau aktivitas-aktivats tertentu dalam rangka
mengelola pekerjaan orang lain secara efektif dan efisien. Menurut Henri
fayol, seorang pengusaha dari perancis, pertama kali menggagas fungsi
manajemen pada awal abad ke 20. Ia mengatakan bahwa setiap manajer
menjalankan lima buah fungsi yaitu : perencanaan (Planning), penataan
(organizing), penugasan (commanding), pengkoordinasian (coordinating),
dan pengendalian (controlling).Namun di masa sekarang fungsi-fungsi itu
telah dipadatkan menjadi empat buah fungsi yaitu : perencanaan (planning),
penataan
(organizing),
kepemimpinan
(controlling) (Robbins & Coulter, 2010:9).
13
(leading),
dan
pengendalian
14
Tabel 2.1 gambar fungsi-fungsi manajemen dan pengetiannya
Perencanaan
Penataan
Kepemimpinan
Pengendalian
(Planning)
(Organizing)
(Leading)
(Controlling)
Mendefinisikan
Menetukan apa yang
Memotivasi,
Mengawasi aktivitas-
sasaran-sasaran,
harus di selesaikan,
mempimpin dan
aktivitas demi
menetapkan strategi ,
bagaiman caranya, dan
tindakan-tindakan
memastikan segala
dan mengembangkan
siapa yang akan
lainnya yang
sesuatunya
rencana kerja untuk
mengerjakannya
melibatkan interaksi
terselesaikan sesuai
mengelola aktivitas-
dengan orang-orang
rencaana
aktivitas
lain
Sumber : Robbins & Coulter (2010:9)
Pengertian Bisnis
Menurut Madura ( 2010 : 2) Bisnis adalah suatu badan yang
diciptakan untuk menghasilkan produk barang dan jasa kepada
pelangggan. Setiap bisnis mengadakan transaksi dengan orang-orang.
Orang-orang itu menanggung akibat karena bisnis tersebut, mereka.
Kerja sama lintas fungsional di dalam bisnis adalah dengan
menekankan kebutuhan para manajer dari area fungsional yang
berbeda untuk memaksimalkan laba dalam mencapai tujuan bersama.
2.1.3
Pengertian Strategi
MenurutChandler (Rangkuti, 2000 : 3)strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuanperusahaandalamkaitannya dengantujuanjangka panjang,
program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.
Menurut David (2011:16-17) strategi adalah alat untuk mencapai
tujuan jangka panjang. Strategi bisnis dapat mencakup ekspansi geografis,
diversivikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan
bisnis, divestasi, likuidasi dan joint venture. Strategi juga merupakan
tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan
15
sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu, strategi
mempengaruhi kemakmuran perusahaan dalam jangka panjang, khusus untuk
lima tahun, dan berorientasi ke masa depan. Strategi memiliki konsekuensi
yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktorfaktor eksternal dan internal yang dihadapi perusahaan.
Menurut Dewanti (2008:29) Strategi adalah tindakan utama yang
dipilih untuk mewujudkan visi organisasi melalui misi-misinya.
Menurut Pearce dan Robinson (2008:6) strategi adalah rencana
berskala besar, bertujuan ke masa depan untuk berinteraksi dengan kondisi
persaingan demi mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Chandler yang dikutip dari buku Rangkuti (2009:3) strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan
tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber
daya.
Menurut Pendapat Porter dari buku Rangkuti (2009:4) strategi adalah
alat yang sangat penting untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut
2000:3)
Learned,
strategi
Christensen,
merupakan
alat
Andrews, dan Guth,(Rangkuti,
untuk
menciptakan
keunggulan
bersaing.Dengan demikian salah satu focus strategi adalah memutuskan
apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada.
2.1.4
Pengertian Manajemen Strategis
Manajemen Strategi menurut David (2011:5) didefinisikan sebagai
seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta
mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan
sebuah organisasi mencapai tujuannya. Jadi manajemen strategi berfokus
pada
usaha
untuk
mengintegrasikan
manajemen,
pemasaran,
keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta
sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasional.
Manajemen Strategi menurut David (2011:179) manajemen strategis
adalah proses yang sangan interaktid dan membutuhkan koordinasi yang
efektif
di
antara
para
manajer
manajemen,
keuangan/akuntansi,
produk/operasi, litbang, dan sistem informasi manajemen.
16
Menurut Robbins &Coulter (2010:214) manajemen strategi adalah
tugas penting seorang manajer dalam mengembangkan strategi organisasi
yang melibatkan semua fungsi manajemen dasar. Strategi sendiri memiliki
arti yaitu, sebuah rencana mengenai bagaimana sebuah organisasi dapat
memenangkan persaingan, memuaskan para pelanggan serta mencapai
tujuannya. Manajemen strategi mempunyai enam langkah dalam prosesnya
yaitu :
1. Mengidentifikasi misi, tujuan dan strategi organisasi saat ini
2. Analisis Eksternal (Peluang dan Ancaman)
3. Analisis Internal (Kekuatan dan Kelamahan)
4. Memformulasi Strategi
5. Implementasi Strategi
6. Evaluasi hasil
Pengertian manajemen strategi menurut Fred R. David Manajemen
strategi adalah seni dan ilmu untuk memformulasi, menginplementasi, dan
mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat
mencapai tujuan. Dalam defines tersebut manajemen strategi berfokus pada
suatu usaha mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi,
produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta system informasi
computer untuk mencapai keberhasilan organisasional (Fred R. David, 2011:
5).
2.1.5
Manfaat Manajemen Strategis
Pearce
Robinson
(2008:13)
menyatakan
manfaat
Manajemen
Strategik adalah sebagai berikut :
1. Aktivitas formulasi strategi memperkuat kemampuan perusahaan untuk
mencegah timbulnya masalah.
2. Keputusan strategis berbasis kelompok kemungkinan besar akan diambil
dari alternatif terbaik yang tersedia.
3. Keterlibatan
karyawan
dalam
formulasi
strategi
meningkatkan
pemahaman mereka mengenai hubungan antara produktivitas dengan
imbalan pada setiap rencana strategis, sehingga hal ini akan
meningkatkan motivasi mereka.
17
4. Kesenjangan dan tumpang tindih aktivitas antar individu dan kelompok
akan
berkurang
karena
partisipasi
dalam
formulasi
strategi
mengklarifikasi perbedaan peran.
2.1.6
Model Manajemen Strategis
Model manajemen strategi dari Fred R. David dipaparkan seperti
berikut ini:
Gambar 2.1 : Model Komprehensif Manajemen Strategis
Sumber: Fred R. David (2011:21)
Visi dan Misi dalam perusahaan
Visi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan merupakan
suatu cita-cita tentang keadaan di masa dating yang diinginkan
untuk terwujud tentang keadaan di masa dating yang
diinginkan untuk terwujud oleh seluruh personel perusahaan,
mulai dari jenjang yang paling atas sampai yang paling bawah,
bahkan pesuruh sekalipun (Fred R David, 2011:16)
Misi adalah penjabaran secara tertulis mengenai visi
agar visi menjadi mudah dimengerti atau jelas bagi seluruh
staf perusahaan. Menurut David (2011:102), pernyataan misi
dapat dan memang beragam dalam hal panjang kalimat,
kandungan,
format,
dan
kekhususannya.
Oleh
karena
18
pernyataan misi merupakan bagian yang paling kasat mata dan
umum dari proses manajemen strategis, maka pernyataan misi
seharusnya memasukan semua komponen penting seperti di
bawah ini:
1. Konsumen (customer) – Siapakah konsumen perusahaan?
2. Produk atau Jasa (product and service) – Apakah produk
atau jasa utama perusahan?
3. Pasar (market) – Secara geografis, di manakah perusahaan
bersaing?
4. Teknologi (technology) – Apakah perusahaan canggih
secara teknologi?
5. Fokus pada kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan
profitabilitas
(concern
for
survival,
growth,
and
profitability) – Apakah perusahaan komitmen terhadap
pertumbuhan dan kondisi keuangan yang sehat?
6. Folosofi (philosophy) – Apakah keyakinan, nilai, aspirasi,
dan prioritas etis dasar perusahaan?
7. Konsep diri (self-concept) – Apakah kompetensi khusus
atau keunggulan kompetititf utama perusahaan?
8. Fokus pada Citra Publik (Concern for public image) –
Apakah perusahaan responsif terhadap masalah-masalah
sosial, komunitas, dan lingkungan hidup?
9. Fokus pada karyawan (concern for employees) – Apakah
karyawan dipandang sebagai aset perusahaan yang
berharga?
2.1.7 Lima Kekuatan Porter
Menurut David (2011, 99:102), Model Lima Kekuatan Porter dari
analisis kompetitif adalah sebuah pendekatan yang digunakan secara luas
untuk mengembangkan strategi di dalam banyak industri. Intensitas kompetisi
di antara perusahaan-perusahaan bervariasi secara luas di antara industriindustri.
Intensitas
kompetisi
berpengembalian rendah.
paling
tinggi
pada
industri-industri
19
Menurut Porter, alamiah kompetisi pada sebuah industri dapat
dipandang sebagai sebuah gabungan dari lima kekuatan:
Gambar 2.2 Model Lima Kekauatan Porter
Sumber : Fred R David (2011:146)
1. Persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang
bersaing
Persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang
bersaing biasanya merupakan yang terkuat di antara lima
kekuatan kompetitif. Strategi-strategi yang diterapkan oleh
satu perusahaan dapat sukses hanya sebatas meyediakan
keunggulan
kompetitif
terhadap
strategi-strategi
dari
perusahaan pesaing. Perubahan strategi satu perusahaan
mungkin ditanggapi dengan tindakan balasan, seperti
menurunkan harga, meningkatkan kualitas, menambahkan
fitur-fitur, menyediakan layanan-layanan, memperpanjang
garansi, dan meningkatkan periklanan.
Di dalam dunia Internet, terjadi suatu kompetisi yang
ketat.
Penjualan
melalui
Internet
dapat
mematikan
penjualan konvensional. Harga-harga produk yang dijual
Internet bisa saja lebih rendah daripada yang ditawarkan
toko konvensional. Alasan utamanya adalah karena biaya
20
untuk membangun sebuah situs e-commerce tidak berarti
jika dibandingkan dengan biaya membeli lahan untuk
membangun toko konvensional, atau bahkan mencetak dan
mengirimkan katalog.
Informasi yang mengalir secara bebas di Internet
menyebabkan penurunan harga dan inflasi di seluruh dunia.
Internet
memungkinkan
konsumen
dengan
mudah
melakukan pembandingan harga di antara negara yang satu
dengan
yang
lain.
Dengan
demikian
konsumen
memiliki pengetahuan yang tinggi baik dalam transaksi
business-to-consumer maupun business-to-business.
Intensitas persaingan di antara perusahaan-perusahaan
yang bersaing cenderung meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah pesaing, pesaing menjadi lebih setara
dalam ukuran dan kemampuan, permintaan akan produk
industri menurun, dan seiring dengan menjamurnya
pemotongan harga. Persaingan juga meningkat jika
konsumen dapat berpindah merek dengan mudah; jika
rintangan untuk keluar dari pasar tinggi; jika biaya-biaya
tetap tinggi; jika produk tidak laris; jika perusahaan pesaing
berbeda dalam strategi, asal, dan kebudayaan; dan jika
merger dan akuisisi menjadi umum di dalam industri.
Seiring
dengan
meningkatnya
persaingan
di
antara
perusahaan, keuntungan industri menurun, dalam beberapa
kasus bahkan mencapai titik di mana sebuah industri
menjadi tidak menarik.
2. Potensi masuknya pesaing-pesaing baru
Jika perusahaan-perusahaan baru dapat dengan mudah
memasuki
industri,
intensitas
kompetisi
di
antara
perusahaan meningkat. Rintangan masuk dapat mencakup
kebutuhan untuk mendapatkan skala ekonomi dengan cepat,
kebutuhan untuk mendapatkan teknologi dan teknik-teknik
terspesialisasi, kurangnya pengalaman, loyalitas konsumen
21
yang tinggi, preferensi merek yang kuat, kebutuhan modal
yang besar, kurangnya saluran distribusi, kebijakan regulasi
pemerintah, tarif-tarif, kurangnya akses terhadap bahan
baku,
kepemilikan
paten,
lokasi-lokasi
yang
tidak
diinginkan, tindakan balasan dari perusahaan-perusahaan
lain, dan penyerapan potensial dari pasar.
Terlepas dari rintangan-rintangan masuk, perusahaanperusahaan baru kadang-kadang memasuki industri dengan
produk-produk berkualitas lebih tinggi, dengan harga lebih
rendah,
dan
sumber-sumber
daya
pemasaran
yang
mendasar. Oleh karena itu, seorang penyusun strategi harus
mengidentifikasi perusahaan-perusahaan baru potensial
yang memasuki pasar, memantau strategi perusahaanperusahaan pesaing baru, untuk melakukan balasan jika
dibutuhkan,
dan
untuk
memperkuat
kekuatan
dan
kesempatan yang ada.
3. Pengembangan potensial dari produk-produk substitusi
Dalam banyak industri, perusahaan-perusahaan terlibat
dalam kompetisi ketat dengan pemroduksi produk-produk
substitusi yang berada pada industri lain. Contohnya adalah
pemroduksi kemasan plastik bersaing dengan pemroduksi
kemasan kaca dan alumunium. Kehadiran produk-produk
substitusi meletakkan batas atas harga yang dapat dipasang
sebelum konsumen berganti ke produk substitusi.
Tekanan kompetitif yang muncul dari produk-produk
substitusi meningkat seiring dengan menurunnya harga
relatif
dari
produk
substitusi
dan
seiring
dengan
menurunnya biaya perpindahan dari konsumen. Kekuatan
kompetitif dari produk-produk substitusi paling baik diukur
dengan serangan pesaing atau rintangan dalam menuju
pangsa pasar yang dicapai suatu produk, sebagaimana
rencana perusahaan tersebut untuk peningkatan kapasitas
dan penetrasi pasar.
22
4. Kekuatan tawar-menawar dari pemasok
Kekuatan tawar-menawar dari pemasok mempengaruhi
intensitas kompetisi di dalam sebuah industri, khususnya
jika terdapat banyak pemasok, jika hanya terdapat sedikit
bahan baku pengganti yang baik, atau jika biaya untuk
berpindah bahan baku tinggi. Sering kali pemasok dan
pemroduksi
berusaha
mencapai
kesepakatan
untuk
mendukung satu sama lain dengan harga yang masuk akal,
kualitas yang ditingkatkan, pengembangan layanan- yanan
baru, pengiriman just-in-time, dan penurunan biaya-biaya
persediaan, serta meningkatkan keuntungan jangka panjang
masing-masing pihak.
Perusahaan dapat melakukan strategi integrasi ke
belakang untuk mendapat kendali atau kepemilikan atas
pemasok. Strategi ini khususnya efektif ketika pemasok
tidak dapat diandalkan, terlalu mahal, atau tidak mampu
memenuhi
kebutuhan
perusahaan
secara
konsisten.
Perusahaan- perusahaan umumnya dapat menegosiasikan
syarat-syarat yang lebih disukai dengan pemasok jika
strategi integrasi ke belakang umum digunakan oleh
pesaing-pesaing di dalam sebuah industri.
5. Kekuatan tawar-menawar dari konsumen
Jika konsumen terkonsentrasi atau besar, atau membeli
dalam jumlah besar, kekuatan tawar-menawar mereka
menjadi sebuah kekuatan yang besar yang mempengaruhi
intensitas kompetisi di dalam sebuah industri. Perusahaanperusahaan pesaing dapat menawarkan garansi-garansi yang
diperpanjang
atau
layanan-layanan
khusus
untuk
mendapatkan loyalitas konsumen jika kekuatan tawarmenawar konsumen besar. Kekuatan tawar- menawar
konsumen juga akan lebih tinggi jika produk-produk yang
dibeli standar atau tidak terdiferensiasi. Jika demikian,
konsumen sering kali dapat menegosiasikan harga jual,
23
cakupan garansi, dan kemasan aksesoris dalam tingkat yang
lebih tinggi.
2.1.8 Audit Eksternal
Menurut Fred R. David (2011:120) tujuan audit eksternal (external
audit) adalah untuk membangun sebuah daftar terbatas dari peluang yang
dapat menguntungkan sebuah perusahaan dan ancaman yang harus
dihindarinya. Sebagaimana diisyaratkan dengan istilah terbatas, audit
eksternal tidak bertujuan mengembangkan sebuah daftar lengkap dan
menyeluruh dari setiap faktor yang dapat memngaruhi bisnis; melainkan
bertujuan mengidentifikasi variabel-variabel penting yang menawarkan
respons berupa tindakan. Perusahaan harus mampu merespons entah secara
ofensif maupun defensive terhadap berbagai faktor tersebut dengan
memutuskan strategi yang bisa mengambil keuntungan dari peluang eksternal
atau yang meminimalkan dampak dari ancaman potensial.
Kekuatan-kekuatan eksternal (external forces) dapat dibagi menjadi
lima kategori luas:
1. Kekuatan Ekonomi
Menurut Pearce dan Robinson (2008:12-113)Faktor ekonomi
berkaitan dengan sifat dan arah perekonomian di mana suatu
perusahaan beroperasi. Karena pola konsumsi dipengaruhi oleh
kemakmuran relatif dari berbagai segmen pasar, maka setiap
perusahaan harus mempertimbangkan tren ekonomi pada segmen
yang mempengaruhi industrinya.
2. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan
Menurut Fred R. David (2011:127) Perubahan social, budaya,
demografis dan lingkungan memiliki dampak yang besar atas
hampir semua produk, jasa, pasar dan konsumen. Organisasiorganisasi kecil, besar, laba dan nirlaba di semua industri
dikejutkan dan di tantang oleh peluang dan ancaman yang muncul
dari perubahan dalam variabel social , budaya, demografis dan
lingkungan. Dunia saat ini sangat berbeda di bandingkan oleh
24
kemarin, dan esok akan menjanjikan perubahan yang lebih besar
lagi.
3. Kekuatan Politik, Pemerintah, dan Hukum
Menurut Fred R. David (2011:131) Pemerintah baik pusat
maupun daerah merupakan pembuat regulasi,
deregulasi,
penyubsidi, pemberi kerja, dan konsumen utama organisasi.
Faktor-faktor
politik,
pemerintahan,
dan
hokum
dapat
merepresentasikan peluang atau ancaman utama bagi organisasi
kecil maupun besar.
4. Kekuatan Teknologi
Menurut Pearce dan Robinson (2008 : 118) kekuatan
Teknologi untuk menghindari keusangan dan meningkatkan
inovasi, suatu perusahaan harus menyadari perubahan teknologi
yang mungkin mempengaruhi industrinya. Adaptasi teknologi
yang kreatif dapat menciptakan kemungkinan akan produk baru
atau akan perbaikan pada produk yang sudah ada atau pada teknik
manufaktur dan pemasaran.
5. Kekuatan Kompetitif
Menurut Pearce dan Robinson (2008: 123-124). Kekuatankekuatan yang paling kuat menentukan profitabilitas dari suatu
industry sehingga menjadi hal terpenting dalam formulasi
strategi.
Persaingan
perekonomian
yang
dalam
suatu
mendasarinya,
industri
dan
berakar
tedapat
dari
kekuatan
kompetitif yang melampaui para pihak yang bersaing dalam suatu
industri.
2.1.9
Audit Internal
Menurut Fred R. David (2011, :176) semua organisasi memiliki
kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada bisnis yang
sama kuatnya atau sama lemahnya di semua area. Kekuatan/kelemahan
internal, ditambah dengan peluang/ancaman eksternal dan pernyataan misi
yang jelas, memberi landasan untuk menetapkan tujuan dan strategi. Tujuan
dan strategi ditetapkan dengan tujuan untuk mendayagunakan kekuatan serta
mengatasi kelemahan internal.
25
Beberapa peneliti menekankan pentingnya audit internal sebagai
bagian dari proses manajemen strategis yaitu membandingkannya dengan
audit eksternal. Robert Grant menyimpulkan bahwa audit internal itu lebih
penting dengan mengatakan:
Dalam dunia dimana preferensi konsumen sangat dinamis, identitas
konsumen berubah, dan teknologi yang dimaksudkan untuk melayani
kebutuhan konsumen terus-menerus berkembang; orientasi yang terfokus
secara eksternal tidak akan memberi sebuah landasan yang aman bagi
perumusan strategi jangka panjang. Ketika lingkungan eksternal terusmenerus berubah, sumber daya dan kapabilitas perusahaan sendiri kiranya
merupakan landasan yang lebih stabil untuk mendefinisikan identitasnya.
Oleh karenanya, definisi bisnis dalam artian ‘apa
yang sanggup
dilakukannya” menawarkan landasan yang lebih tahan lama bagi strategi
daripada definisi yang didasarkan pada “kebutuhan apa yang coba dipenuhi
oleh bisnis”.
Kekuatan-kekuatan internal utama, adalah:
1.
Kekuatan manajemen.
2.
Kekuatan pemasaran.
3.
Kekuatan keuangan/akuntansi.
4.
Kekuatan produksi/operasi.
5.
Kekuatan penelitian dan pengembangan.
6.
Kekuatan sistrem informasi manajemen.
2.1.10 Tahapan Formulasi Strategis
Menurut David (2011:323-324) Teknik-teknik perumusan strategi
yang penting diintegrasikan ke dalam pengambilan keputusan tiga tahap
yaitu:
2.1.10.1Tahap I: The Input Stage
Dari kerangka perumusan terdiri atas Matriks Evaluasi Faktor
Eksternal (External Factor Evaluation-EFE), Matriks Evaluasi Faktor
Internal (Internal Factor Evaluation-IFE), Matriks Profil Kompetitif
(Competitive Profil Matrix-CPM), Tahap 1 disebut Tahap Input (Input
26
Stage), berisi informasi input dasar yang dibutuhkan untuk
merumuskan strategi.
2.1.10.2Tahap II: The Matching Stage
Tahap
Pencocokan
(Matching
Stage),
berfokus
pada
penciptaan strategi alternatif yang masuk akal dengan memperhatikan
faktor-faktor eksternal dan internal utama. Teknik Tahap 2 meliputi
Matriks
Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman
(Strengths
–
Weaknesses –Opportunities – Threats - SWOT), Matriks Posisi
Strategis dan Evaluasi Tindakan (Strategic Position and Action
Evaluation-SPACE), Matriks Boston Consulting Group (BCG),
Matriks
Internal-Eksternal
(Internal-External-IE),
dan
Matriks
Strategi Besar (Grand Strategy Matrix).
2.1.10.3 Tahap III: Decision Stage
Tahap Keputusan (Decision Stage), melibatkan satu teknik
saja, Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic
Planning Matrix-QSPM), QSPM menggunakan informasi input dari
Tahap 1 untuk secara objektif mengevaluasi strategi-strategi alternatif
yang diidentifikasi dalam Tahap 2. QSPM menunjukan daya tarik
relatif berbagai strategi alternatif dan dengan demikian, memberikan
landasan objektif bagi pemilihan strategi alternatif.
Gambar 2.3 : Kerangka Perumusan Strategi Komprehensif
Sumber: Fred R David (2011 : 323)
27
2.1.11 Jenis-Jenis Strategi
Menurut David (2011:252-273) Jenis-jenis strategi antara lain:
1. Strategi-Strategi Integrasi
Integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan integrasi horizontal
secara kolektif kadang disebut sebagai strategi-strategi vertikal.
Strategi-strategi
integrasi
vertikal
memungkinkan
sebuah
perusahaan memperoleh kendali atas distributor, pemasok, dan
pesaing.
a. Integrasi Ke Depan (forward integration)
Integrasi ke depan berkaitan dengan usaha untuk memperoleh
kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas distributor
atau peritel. Semakin banyak produsen (pemasok) dewasa ini
yang menjalankan strategi integrasi ke depan dengan cara
membangaun situs Web secara langsung menjual produk
mereka kepada konsumen. Secara efektif untuk menerapkan
integrasi ke depan adalah pewaralabaan (franchising). Bisnis
memanfaatkan pewaralabaan untuk mendistribusikan produk
atau jasa mereka. Bisnis dapat melakukan ekspansi secara
cepat melalui pewaralabaan karena biaya dan peluang yang
muncul disebar di kalangan banyak individu.
Enam pedoman tentang kapan integrasi ke depan dapat
menjadi sebuah strategi yang sangat efektif:
1. Ketika distributor organisasi saat ini menjadi sangat
mahal, atau tidak dapat diandalkan, atau tidak mampu
memenuhi kebutuhan distribusi perusahaan.
2. Ketika ketersediaan distributor yang berkualitas begitu
terbatas untuk menawarkan keunggulan kompetitif
bagi perusahaan-perusahaan yang melakukan integrasi
ke depan.
3. Ketika sebuah organisasi berkompetisi di industri yang
tengan tumbuh dan diharapkan akan terus berkembang
pesat.
4. Ketika sebuah organisasi memiliki baik modal maupun
sumber
daya
manusia
yang
dibutuhkan
untuk
28
mengelola
bisnis
baru
pendistribusian
produk-
produknya sendiri.
5. Ketika keuntungan dari produksi yang stabil yang
sangat tinggi, ini menjadi pertimbangan organisasi
b. Integrasi Ke Belakang (backward integration)
Integrasi
ke
belakang
adalah
sebuah
strategi
yang
megupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atau
pemasok perusahaan. Strategi tersebut sangat tepat ketika
pemasok perusahaan yang ada saat ini tidak bisa diandalkan,
terlampau mahal, atu tidak mampu memenuhi kebutuhan
perusahaan.
Tujuh pedoman tentang kapan integrasi ke belakang dapat
menjadi sebuah strategi yang sangat efektif:
1. Ketika pemasok organisasi saat ini menjadi sangat
mahal, atau tidak dapat diandalkan, atau tidak mampu
memenuhi kebutuhan perusahaan akan onderdil,
komponenm barang rakitan atau bahan mentah.
2. Ketika jumlah pemasok sedikit dan jumlah pesaing
banyak.
3. Ketika industri bersaing di sebuah industri yang
berkembang pesat, ini merupakan faktor karena
strategi
jenis
integratif
mengurangi
kemampuan
organisasi untuk melakukan diversifikasi di industri
yang tengah mengalami kemerosotan.
4. Ketika organisasi memiliki baik modal maupun sumber
daya manusia untuk mengelola bisnis pemasokan
bahan mentahnya sendiri yang baru.
5. Ketika keuntungan dari harga yang stabil sangat
penting, ini menjadi faktor karena organisasi dapat
menstabilkan biaya bahan mentahnya dan biaya-biaya
lain yang terkait dengan produknya melalui integrasi
ke belakang.
29
6. Ketika pemasok saat ini memiliki margin laba yang
tinggi, yang menunjukan bahwa bisnis pemasokan
produk atau jasa di suatu industri layak untuk
dikembangkan.
7. Ketika organisasi perlu mengakuisisi atau memperoleh
sumber daya yang dibutuhkannya secara cepat.
c. Integrasi Horizontal (horizontal integration)
Mengacu pada strategi yang mengupayakan kepemilikan atau
kendali yang lebih besar atas pesaing perusahaan. Salah satu
tren paling signifikan dalam manajemen strategis dewasa ini
adalah meningkatnya pemakaian integrasi horizontal sebagai
strategi pertumbuhan. Merger, akuisisi, dan pengambilalihan
di antara para pesaing memungkinkan peningkatan skala
ekonomi serta mendorong transfer sumber daya dan
kompetensi.
Lima pedoman tentang kapan integrasi horizontal dapat
berubah menjadi sebuah strategi yang sangat efektif:
1. Ketika perusahaan bisa mendapatkan karakteristik
monopolistik dalam area atau daerah tertentu tanpa
ditentang oleh pemerintah atas upaya “besar-besaran”
untuk mengurangi persaingan.
2. Ketika perusahaan bersaing dalam industri yang
berkembang.
3. Ketika meningkatnya skala ekonomi memberikan
keunggulan kompetitif yang besar.
4. Ketika perusahaan memiliki talenta manusia dan modal
yang dibutuhkan untuk mengelola organisasi yang
berkembang dengan sukses.
5. Ketika
pesaing
melemah
karena
kurangnya
keterampilan manajerial atau kebutuhan akan sumber
daya
tertentu
yang
dimiliki
sebuah
organisasi;
perhatikan bahwa integrasi horizontal tidak akan tepat
30
jika pesaing mempunyai kinerja yang buruk, sebab
dalam kasus ini penjualan industri keseluruhan tengah
merosot.
2. Strategi-Strategi Intensif
Penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk
kadang disebut sebagai strategi-strategi intensif. Sebab hal
tersebut mengharuskan adanya upaya-upaya intensif jika posisi
kompetitif sebuah perusahaan dengan produk yang ada saat ini
ingin membaik.
a. Penetrasi Pasar (market penetration)
Adalah strategi yang mengusahakan peningkatan pangsa pasar
untuk produk atau jasa yang ada di pasar saat ini melalui
upaya-upaya pemasaran yang lebih besar. Strategi ini secara
luas digunakan dalam bentuk murni maupun dalam bentuk
kombinasi (gabungan) dengan strategi-strategi lainnya. Ini
meliputi penambahan jumlah tenaga penjualan, peningkatan
pengeluaran untuk iklan, penawaran produk-produk promosi
penjualan secara ekstensif, atau pelipatgandaan upaya-upaya
pemasaran.
Lima pedoman tentang kapan penetrasi pasar dapat menjadi
sebuah strategi yang sangat efektif:
1. Ketika pasar saat ini belum jenuh dengan produk atau jasa
tertentu
2. Ketika tingkat pemakaian konsumen saat ini dapat
dinaikan secara signifikan
3. Ketika pangsa pasar pesaing utama menurun sementara
total penjualan industri meningkat
4. Ketika korelasi antara pengeluaran penjualan euro dan
pemasaran euro secara historis tinggi
5. Ketika
meningkatnya
skala
keunggulan kompetitif yang besar
ekonomi
memberikan
31
b. Pengembangan Pasar (market development)
Meliputi pengenalan produk atau jasa yang ada saat ini ke
wilayah-wilayah geografis yang baru. Sebagai contoh, United
Airlines yang berbasis di Chicago pada 2007 memenangkan
kontes empat jalur untuk menyediakan layanan baru ke China.
Strategi ini dapat dilakukan bila perusahaan memiliki jaringan
distribusi yang kuat dan adanya peluang pasar baru, sehingga
memungkinkan untuk melakukan penambahan kapasitas
produksi. Jadi strategi ini dapat dilakukan dengan menambah
saluran distribusi ke berbagai wilayah pasar yang baru secara
geografi.
Enam pedoman tentang kapan pengembangan pasar dapat
menjadi sebuah strategi yang sangat efektif:
1. Ketika saluran distribusi baru yang tersedia dapat
diandalkan, tidak mahal, dan berkualitas baik.
2. Ketika organisasi sangat berhasil dalam bisnis yang
dijalankannya.
3. Ketika pasar baru yang belum dikembangkan dan belum
jenuh muncul.
4. Ketika organisasi memiliki kapasitas produksi yang
berlebih.
5. Ketika organisasi mempunyai modal dan sumber daya
manusia yang dibutuhkan untuk mengelola perluasan
operasi.
6. Ketika industri dasar organisasi dengan cepat berkembang
menjadi global dalam cakupannya.
c. Pengembangan Produk (product development)
Adalah sebuah strategi yang mengupayakan peningkatan
penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi produk
atau jasa yang ada saat ini. Pengembangan produk biasanya
membutuhkan pengeluaran yang beasar untuk penelitian dan
pengembangan. Strategi ini dapat dilakukan bila perusahaan
32
memiliki
kemampuan
untuk
membuat/mengembangkan
produk baru, dimana perekonomian sedang tumbuh dan pada
kondisi dimana kompetitor menawarkan produk yang semakin
bersaing.
Strategi
ini
biasanya
memerlukan
anggaran
penelitian yang cukup besar.
Lima pedoman tentang kapan pengembangan produk dapat
menjadi sebuah strategi yang sangat efektif:
1. Ketika organsasi memiliki produk yang berhasil berada di
tahap kematangan dari siklus hidup produk. Gagasannya di
sini adalah menarik konsumen yang terpuaskan untuk
mencoba produk baru (yang lebih baik) sebagai hasil dari
pengalaman positif mereka dengan produk atau jasa
organisasi saat ini.
2. Ketika organisasi berkompetisi di industri yang ditandai
oleh perkembangan teknologi yang cepat.
3. Ketika
pesaing
utama
menawarkan
produk
yang
berkualitas lebih baik dengan harga “bagus”.
4. Ketika organisasi bersaing dalam industri dalam industri
dengan tingkat pertumbuhan tinggi.
5. Ketika organisasi memiliki kapabilitas penilitan dan
pengembangan yang sangat kuat.
3.
Strategi Diversifikasi (divesification strategies)
Terdapat dua jenis umum strategi-strategi diversifikasi, terkait dan
tidak terkait. Bisnis dikatakan terkait ketika rantai nilai bisnis
memiliki kesesuaian strategis lintas bisnis yang bernilai secara
kompetitif. Bisnis dikatakan tak terkait ketika rantai nilai bisnis
sangat tidak mirip sehingga tidak ada hubungan lintas bisnis yang
bernilai secara kompetitif. Strategi diversifikasi menjadi tidak
terlalu disukai manakala organisasi mendapati bahwa mengelola
berbagai bisnis yang beragam tidaklah mudah.
33
a. Diversifikasi Terkait
Adalah strategi penambahan produk atau jasa tetapi berkaitan
secara umum. Strategi ini dilakukan perusahan dengan cara
menambah produk atau jasa baru yang masih berhubungan.
Enam pedoman tentang kapan diversifikasi terkait dapat
menjadi sebuah strategi yang sangat efektif:
1. Ketika organisasi berkompetensi di sebuah industri yang
tidak mengalami pertumbuhan atau yang pertumbuhannya
lambat.
2. Ketika menambahkan produk yang baru namun terkait
akan secara signifikan mendongkrak penjualan produk saat
ini.
3. Ketika produk yang baru namun terkait dapat ditawarkan
dengan harga yang sangat bersaing.
4. Ketika produk yang baru namun terkait memiliki tingkat
penjualan musiman yang dapat mengimbangi puncak dan
jurang penjualan yang ada saat ini di perusahaan.
5. Ketika organisasi yang ada saat ini sedang dalam tahap
penurunan dari siklus hidup produk.
6. Ketika organisasi memiliki tim manajemen yang kuat.
b. Diversifikasi Tak Terkait
Strategi diversifikasi tak terkait lebih memilih portofolio
bisnis yang sanggup memberikan kinerja keuangan yang
sangat baik di industrinya sendiri, alih-alih berupaya
memanfaatkan kesesuaian strategis rantai nilai di antara bisnis.
Perusahaan yang menjalankan diversifikasi tak terkait terusmenerus
mencari
di
berbagai
industri
yang
berbeda
perusahaan-perusahaan yang dapat diakuisisi dalam suatu
kesepakatan dan memiliki potensi untuk menghasilkan
pengembalian atas investasi yang tinggi. Diversifikasi tak
terkait melibatkan usaha untuk mencari dan mengakuisisi
perusahaan-perusahaan yang asetnya bernilai rendah, atau
34
yang secara finansial sedang tertekan, atau yang memiliki
prospek pertumbuhan tinggi namun kekurangan modal
investasi.
Sepuluh pedoman tentang kapan diversifikasi tak terkait dapat
menjadi sebuah strategi yang sangat efektif:
1. Ketika pendapatan yang dihasilkan dari produk atau
jasa perusahaan saat ini akan meningkat secara
signifikan dengan penambahan produk baru, yang tidak
terkait.
2. Ketika suatu organisasi bersaing dalam industri yang
sangat
kompetitif
dan/atau
tidak
mengalami
pertumbuhan, seperti diindikasikan oleh hasil dan
margin laba industri yang rendah.
3. Ketika jalur distribusi organisasi saat ini dapat
digunakan
untuk
memasarkan
produk
baru
ke
konsumen saat ini.
4. Ketika produk baru memiliki pola penjualan dengan
siklus terbaik dibandingkan dengan produk perusahaan
saat ini.
5. Ketika industri dasar sutu organisasi mengalami
penurunan dalam penjualan dan laba tahunan.
6. Ketika
organisasi
memiliki
modal
dan
talenta
manajerial yang dibutuhkan untuk bersaing dengan
baik di industri baru.
7. Ketika organisasi memiliki peluang untuk membeli
bisnis tak terkait yang menarik secara investasi.
8. Ketika ada sinergi finansial antara peprusahaan yang
diakuisisi dan mengakuisisi.
9. Ketika pasar yang ada sudah jenuh dengan produk
organisasi saat ini.
10. Ketika aksi antitrust dapat didakwakan terhadap
organisasi yang secara historis telah berkonsentrasi
pada satu jenis industri.
35
4.
Strategi Defensif
Selain integratif, insentif, dan diversifikasi, organisasi juga dapat
melakukan penciutan, divestasi dan likuidasi.
a. Penciutan (Retrenchment)
Terjadi
manakala
sebuah
organisasi
melakukan
pengelompokan ulang melalui pengurangan biaya dan aset
untuk membalik penjualan dan laba yang menurun. Kadang
kala disebut pembalikan atau strategi reorganisasional,
penciutan dirancang untuk memperkuat kompetensi khusus
dasar suatu organisasi. Selama penciutan, para penyusun
strategi bekerja dengan sumber daya yang terbatas dan
menghadapi tekanan dari pemegang saham, karyawan, dan
media.
Lima pedoman tentang kapan penciutan dapat menjadi sebuah
strategi yang sangat efektif:
1. Ketika perusahaan memiliki kompetensi yang khusus
tetapi gagal secara konsisten untuk mencapai tujuannya
secara konsisten dari waktu ke waktu.
2. Ketika perusahaan adalah salah satu dari pesaing yang
paling lemah di industri.
3. Ketika perusahaan terbebani oleh ketidakefisienan,
profitabilitas yang rendah, semangat kerja karyawan
yang buruk, dan tekanan dari pemegang saham untuk
memperbaiki organisasi.
4. Ketika perusahaan gagal untuk memanfaatkan peluang
eksternal, meminimalkan ancaman eksternal, mengambil
keuntungan dari kekuatan internal, dan mengatasi
kelemahan internal dari waktu ke waktu, yaitu ketika
manajer strategis organisasi telah gagal (dan mungkin
akan digantikan oleh orang yang lebih kompeten).
5. Ketika perusahaan telah berkembang sedemikian besar
dalam waktu cepat sehingga diperlukan reorganisasi
internal besar-besaran.
36
b.
Divestasi
Menjual satu divisi atau sebagian dari suatu organisasi disebut
dengan divestasi. Divestasi sering dipakai untuk mendapat
modal guna akuisisi atau investasi strategis lebih jauh.
Divestasi dapat menjadi bagian dari keseluruhan strategi
penciutan untuk membebaskan organisasi dari bisnis yang
tidak menguntungkan, yang membutuhkan terlalu banyak
modal, atau yang tidak begitu sesuai dengan aktivitas-aktivitas
perusahaan yang lain. Dan juga telah menjadi strategi yang
populer bagi perusahaan untuk berfokus pada bisnis inti
mereka dan tidak terlalu terdiversifikasi.
Enam pedoman tentang kapan divestasi dapat menjadi sebuah
strategi yang sangat efektif:
1. Ketika perusahaan telah menjalankan strategi penciutan
dan gagal untuk mencapai perbaikan yang diharapkan.
2. Ketika sebuah divisi membutuhkan lebih banyak sumber
daya baru agar kompetitif daripada yang dapat disediakan
perusahaan.
3. Ketika
sebuah
divisi
bertanggung
jawab
untuk
keseluruhan kinerja perusahaan yang buruk.
4. Ketika sebuah divisi tidak mampu menyesuaikan diri
dengan keseluruhan organisasi. Hal ini disebabkan karena
pasar, pelanggan, manajer, karyawan, nilai, dan kebutuhan
yang secara radikal berbeda.
5. Ketika sejumlah besar uang dibutuhkan secara cepat dan
tidak dapat di peroleh dengan cara lain.
6. Ketika
tindakan
antitrust
pemerintah
mengancam
organisasi.
c.
Likuidasi
Menjual seluruh aset perusahaan, secara terpisah-pisah, untuk
kekayaan berwujudnya disebut likuidasi. Likuidasi merupakan
pengakuan kesalahan dan konsekuensinya bisa menjadi sebuah
37
strategi yang sulit secara emosional. Namun demikian, lebih
baik menghentikan operasi daripadi terus menderita kerugian
uang dalam jumlah yang besar.
Tiga pedoman tentang kapan likuidasi dapat menjadi sebuah
strategi yang sangat efektif:
1. Ketika sebuah organisasi sudah menjalankan strategi
penciutan dan divestasi, dan tidak ada satu pun yang
berhasil.
2. Ketika satu-satunya alternatif bagi organisasi hanyalah
menyatakan diri bangkrut likuidasi mempresentasikan cara
yang sistematis dan terencana untuk mendapatkan sebesar
mungkin uang tunai dari penjualan aset organisasi.
Perusahaan dapat secara legal mengumumkan dirinya
bangkrut lebih dahulu dan kemudian melikuidasi berbagai
divisi untuk menghasilkan modal yang dibutuhkan.
3. Ketika pemegang saham perusahaan dapat meminimalkan
kerugian mereka dengan menjual aset perusahaan.
Jenis posisi strategi dan evaluasi tindakan
Menurut David (2011:334) ada 2 dimensi internal dan 2
dimensi eksternal yang mengisi sumbu-sumbu pada matriks
SPACE.Sumbu-sumbu pada 2 dimensi eksternal di isi oleh
stabilitas lingkungan dan kekuatan industri. Sedangkan2
dimensi yang mengisi pada sumbu-sumbu internal adalah
kekuatan finansial dan keunggulan kompetitif. Pada sumbu
kekuatan finasial dapat di lihat variabel faktornya melalui
laporan keuangan perusahaan. Berikut ini adalah faktor yang
mempengaruhi sumbu kekuatan finasial :
1. Aset adalah sumber daya yang di kuasai oleh entitas
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan, manfaat
ekonomi di masa depan di harapkan mendapat entitas
(Weygandt 2011:12)
38
2. Liabilitas adalah suatu kewajiban entitas di masa
sekarang yang timbul dari peristiwa masa lalu. Atau
dalam kata lain, liabilitas adalah hutang yang harus di
bayar oleh entitas (Weygandt 2011:12).
3. Laporan keuangan merupakan informasi penting dari
keuangan untuk mengevaluasi posisi likuiditas dari
sebuah organisasi. Kemampuan laporan keuangan
suatu organisasi adalah untuk memenuhi kewaji dan
kebutuhan saat ini dengan mengubah aset menjadi kas
dan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan
(Boone&Krutz 2010:255).
4. Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang
meringkas kinerja keuangan perusahaan dalam hal
pendapatan, beban dan laba selama satu periode
(Boone&Krutz 2010:256).
5. Laproan arus kas (Cash flow) memberikan informasi
yang relevan bagi investor dab kreditor tentang
penerimaan kas dan pembayaran kas perusahaan untuk
operasi, investasi dan pendanaan selama satu periode
akuntansi (Boone&Krutz 2010:258).
6. Rasio pengungkit (leverage ratio) adalah rasio yang
mengukur sejauh mana perusahaan bergantung pada
pendanaan utang. Rsio ini menyediakan informasi
penting bagi investor dan pemberi pinjaman potensial
(Boone&Krutz 2010:263).
39
2.2 Kerangka Pemikiran
PT. Griya Asri
TAHAP I: TAHAP INPUT
MATRIKS EFE
MATRIKS CPM
MATRIKS IFE
TAHAP II: TAHAP PENCOCOKAN
MATRIKS
SWOT
Matriks
SPACE
Matriks IE
TAHAP III: TAHAP KEPUTUSAN
Matriks QSPM
Rekomendasi strategi bisnis yang efektif.
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
Matriks
Grand
Strategy
40
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif. Menurut Sugiyono (2006:12), penelitian deskriptif adalah suatu penelitian
yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu statistik hasil
penelitian, tetapi tidak menggunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah PT. Griya Asri Prima. Dimensi waktu yang
digunakan adalah cross sectional, yaitu penelitian yang dilakukan dimana data yang
dikumpulkan hanya satu kali dalam kurun waktu tertentu. Berikut ini adalah desain
penelitian deskriptif :
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Desain Penelitian
Tujuan
Penelitian
Jenis
Penelitian
Metode
Penelitian
Unit
Analisis
Time
Horizon
T-1
Deskriptif
Survey
T-2
Deskriptif
Survey
T-3
Deskriptif
Survey
PT.Griya
Asri Prima
PT.Griya
Asri Prima
PT.Griya
Asri Prima
Cross
Section
Cross
Section
Cross
Section
Keterangan:
T-1
: Untuk menganalisis dan mengetahui kondisi lingkungan eksternal
dan
internal PT.Griya Asri Prima.
T-2
: Untuk menganalisis dan megetahui formulasi strategi alternatif
untuk bisnis PT.Griya Asri Prima
T-3
: Untuk memberi rekomendasi strategi alternatif pada bisnis PT.Griya
Asri Prima
41
42
Table 3.2 Operasional Variabel Penelitian
Variabel
Lingkungan
Eksternal
PT. Griya
Asri Prima
Konsep
Variabel
Faktor-faktor
dari luar
perusahaan
yang dapat
mempengaruhi
bisnis yang
terdiri dari
peluang dan
ancaman
Faktor-faktor
dari dalam
perusahaan
yang terdiri
dari kekuatan
dan
kelemahan
Indikator
-
Manajemen
Pemasaran
Penelitian dan
pengembangan
- Harga
- Kualitas
pelayanan
- Operasional
Usulan atau Alternatif
- Tahap masukan
rekomendasi strategi untuk
(input stage)
strategi
mencapai
- Tahap
bisnis
tujuan bisnis
pencocokan
(matching
stage)
- Tahap
keputusan
(decision
stage)
Sumber: Sugiyono (2007) dan David (2011)
-
Matriks
IFE
Nominal
-
Matriks
SWOT
Matriks
SPACE
Matriks
Strategi
Besar
Matriks IE
Matriks
QSPM
Nominal
3.2
-
-
-
-
-
Matriks
EFE
Matriks
CPM
Skala
Pengukuran
Nominal
Sosial, budaya,
demografis dan
lingkungan
Kekuatan
politik,
pemerintahan
dan hukum
Kompetitif
Lingkungan
internal PT.
Griya Asri
Prima
-
Ukuran
Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai maka metode penelitian
yang akan digunakan dalam penyelesaian skripsi adalah metode kualitatif, dimana
unit analisis pada perusahaan yaitu perusahaan dan data-data yang digunakan berupa
data primer dan sekunder. Data primer dan data sekunder, yaitu:
a.
Data Primer
Merupakan data yang dikumpulkan secara langsung dari PT. Griya Asri Prima
dengan memberikan kuesioner dan wawancara berupa pertanyaan kepada
Direktur utama, Pimpinan umum, dan Koordinator situs online perusahaan.
43
b.
Data Sekunder
Pengambilan data sekunder berdasarkan struktur organisasi, sejarah singkat
perusahaan melalui informasi yang di berikan oleh PT. Griya Asri Prima. Ada
pun studi kepustakaan yang di ambil dari teori-teori dan informasi yang terdapat
dalam jurnal, buku, majalah, internet dan lain-lain mengenai objek penelitian
3.3
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan yaitu dengan menggunakan teknik :
1.
Riset Kepustakaan
Riset
Kepustakaan
dilakukan
untuk
membantu
penulis
dalam
memperoleh beberapa informasi yang berkaitan dengan penelitian ini
sebagai landasan teori. Peneliti melakukan studi pustaka dengan
membaca, mengumpulkan data, mencatat, dan mempelajari berbagai
buku atau referensi, seperti: jurnal, majalah dan media cetak lainnya,
serta beberapa sumber dari internet.
2.
Riset Lapangan
Riset lapangan merupakan penelitian dimana kondisi data yang diamati
tidak dibuat-buat melainkan langsung terjadi di lapangan pada PT. Griya
Asri Prima.
Riset lapangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui:
Wawancara (Lisan)
Menurut Istijanto, (2010:44) “Wawancara merupakan metode yang
digunakan untuk memperoleh informasi secara langsung, mendalam,
tidak terstruktur, dan individual, ketika seorang responden ditanyai
pewawancara guna mengungkapkan perasaan, motivasi, sikap atau
keyakinan terhadap suatu topik”. Dalam penilitian ini, penulis melakukan
tanya jawab langsung kepada narasumber yaitu Direktur dan pimpinan
umum yaitu Bapak Ade Latief Iskandrsjah yang berperan dalam
pelaksanaan kebijakan dan bertanggung jawab atas aktivitas perusahaan,
Pimpinan koordinator online yaitu Ibu Lala yang mengelola situs resmi
perusahaan dan Presiden Direktur yaitu Ibu Sri Murdiningsih Sunardi
yang bertanggung jawab terhadap kebijakan perusahaan secara
44
menyeluruh dan memiliki authority tertinggi dalam operasional
perusahaan, termasuk menetapkan kebijakan strategis.
Kuesioner (Tertulis)
Menurut Istijanto, “Kuesioner atau Angket merupakan daftar pertanyaan
yang digunakan peneliti untuk memperoleh data secara langsung dari
sumber melalui proses komunikasi atau dengan mengajukan”. Dalam
penelitian ini, kuesioner berisi beberapa pertanyaan secara tertulis
mengenai kondisi lingkungan yang terjadi pada perusahaan, untuk
mengetahui faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan
(weaknesses) dan faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman
(threats) yang dimiliki perusahaan dan penulis akan langsung
memberikan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis kepada Direktur dan
pimpinan umum yaitu Bapak Ade Latief Iskandrsjah yang berperan
dalam pelaksanaan kebijakan dan bertanggung jawab atas aktivitas
perusahaan, Pimpinan koordinator online yaitu Ibu Lala yang mengelola
situs resmi perusahaan dan Presiden Direktur yaitu Ibu Sri Murdiningsih
Sunardi yang bertanggung jawab terhadap kebijakan perusahaan secara
menyeluruh dan memiliki authority tertinggi dalam operasional
perusahaan, termasuk menetapkan kebijakan strategis
3.4
Metode Analisis
Metode analasis yang digunakan dalam penelitian mengenai strategi bisnis
pada PT.Griya Asri Prima mengacu pada konsep teknik-teknik perumusan strategi
yang penting dapat diintegrasikan ke dalam kerangka pengambilan keputusan tiga
tahap Menurut Fred R. David (2011). Pada tahap 1 yaitu tahap input, metode analisis
yang digunakan adalah Matriks IFE, Matriks EFE dan juga Matriks CPM. Pada tahap
2 yaitu tahap pencocokan metode analisis yang digunakan adalah Analisis SWOT,
Matriks SPACE, Matriks IE dan juga Grand Strategy. Adapun strategi Matriks BCG
(Boston Consulting Group) namun metode analisis ini tidak digunakan untuk
menganalisis PT. Griya Asri Prima karena, sumber data untuk metode tersebut
menggunakan data keungan perusahaan yang bersifat rahasia. Pada tahap 3 yaitu
tahap keputusan, metode analisis yang digunakan adalah Matriks QSPM untuk
menentuka strategi yang tepat bagi perusahaan. Berikut ini adalah tahap-tahap
metode analisis pada PT. Griya Asri Prima :
45
Tabel 3.3 Tahapan Pengambilan Keputusan
TAHAP 1: TAHAP INPUT
Matrix Evaluasi
Matrix Profile
Matrix Evaluasi
Faktor Eksternal (EFE)
Persaingan (CPM)
Fakor Internal (IFE)
TAHAP 2: TAHAP PENCOCOKAN
Analisis SWOT
Matrix
Matrix IE
Matrix
(Strenghts - Weakness SPACE
(Internal-External)
Grand Strategy
Opportunities - Threat)
TAHAP 3: TAHAP KEPUTUSAN
Quantitative Strategy Planning Matrix (QSPM)
3.4.1 Matriks
Evaluasi
Faktor
Eksternal
(External
Factor
Evaluation-EFE Matrix)
Matriks EFE memungkinkan para penyusun strategi untuk
meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, social, budaya,
demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hokum, teknologi, dan
kompetitif.
Menurut David (2011:158) Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
dapat dikembangkan dalam lima langkah:
1. Membiuat daftar pada faktor-faktor eskternal utama sebagimana yang
disebutkan dalam proses audit eksternal. Masukkan 10 sampai 20
faktor, termasuk peluang dan ancaman, yang memengaruhi
perusahaan dan industrinya. Daftar terlebih dulu peluangnya,
kemudian
ancamannya.
menggunakan
presentase,
Buat
sespesifik
rasio,
dan
mungkin
dengan
perbandingan
jika
dimungkinkan.
2. Memberikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak
penting) hingga 1,0 (paling penting). Bobot mengindikasikan
tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan
dalam suatu industri. Peluang sering kali diberi bobot lebih tinggi
dari ancaman, tetapi ancaman juga dapat diberi bobot yang tinggi
jika mereka sangat serius atau sangat mengancam. Bobot yang
tepat dapat ditentukan dengan membandingkan keberhasilan atau
kegagalan pesaing atau dengan mendiskusikan faktor dan mencapai
konsensus kelompok. Penjumlahan dari seluruh bobot yang
diberikan kepada semua faktor harus sama dengan 1.0.
46
3. Memberikan peringkat 1 hingga 4 untuk setiap faktor eksternal kunci
tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam
merespons faktor tersebut, dimana 4 = respons perusahaan
superior, 3 = respons perusahaan di atas rata-rata, 2 = respons
perusahaan rata-rata, 1 = respons perusahaan jelek. Peringkat di
dasari pada efektivitas strategi perusahaan. Dengan demikian,
peringkat
didasarkan
pada
perusahaan
(company-based),
sedangkan bobot dalam tahap 2 didasarkan pada industry (industrybased). Penting untuk diperhatikan bahwa ancaman dan peluang
dapat diberikan peringkat 1, 2, 3, atau 4.
4. Kalikan bobot setiap faktor dengan peningkatan untuk menentukan
skor bobot.
5. Jumlahkan skor rata-rata untuk setiap variable untuk menentukan skor
bobot total untuk organisasi.
Terlepas dari jumlah peluang dan ancaman utama yang
dimasukkan dalam Matriks Evaluasi Faktor Eksternal, skor bobot total
tertinggi yang mungkin dicapai untuk sebuah organisasi adalah 4,0 dan
skor bobot terendah adalah 1,0. Rata-rata total skor bobot adalah 2,5.
Total skor bobot sebesar 4,0 mengindikasikan bahwa sebuah organisasi
merespons secara sangat baik peluang dan ancaman yang ada di
industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara efektif mampu
menarik keuntungan dari peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh
negatif potensial dari ancaman eksternal. Dan total skor bobot 1,0
menandakan bahwa strategi perusahaan tidak mampu memanfaatkan
peluang yang ada atau menghindari ancaman yang muncul.
47
Tabel 3.4 Evaluasi Faktor Eksternal
Kunci Faktor-Faktor Eksternal Utama
Peluang
- Peluang 1
- Peluang 2
- Peluang 3
Ancaman
- Ancaman 1
- Ancaman 2
- Ancaman 3
Total
Bobot
Peringkat
Skor Bobot
1, 2, 3, atau 4
1, 2, 3, atau 4
1, 2, 3, atau 4
1, 2, 3, atau 4
1, 2, 3, atau 4
1, 2, 3, atau 4
1.00
Minimal 1.00
Maksimal 4.00
Sumber Fred R. David (2011:60)
3.4.2 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Menurut David (2011:229), langkah terakhir dalam melaksanakan
manajemen strategis internal adalah Matriks IFE (Internal Factor
Evaluation). Alat perumusan strategi ini meringkas dan mengevaluasi
kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis, dan juga menjadi
landasan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan di antara
area tersebut. Penilaian intuitif digunakan dalam pengembangan Matriks
IFE, sehingga tampilan ilmiahnya tidak boleh ditafsirkan sebagai bukti
bahwa teknik ini benar-benar tanpa celah. Pemahaman yang menyeluruh
mengenai faktor-faktor yang tercakup di dalamnya lebih penting daripada
angka-angka yang ada.
Matriks IFE dapat dikembangkan dalam lima langkah:
1.
Membuat daftar faktor internal
utama sebagaimana
yang
disebutkan dalam proses audit internal. Masukkan 10 sampai 20
faktor internal, termasuk kekuatan maupun kelemahan organisasi.
Daftar terlebih dahulu kekuatannya, kemudian kelemahannya. Buat
spesifik mungkin dengan menggunakan presentase rasio, dan angka
perbandingan.
2.
Memberikan pada setiap faktor tersebut bobot yang berkisar dari
0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (semua penting). Bobot yang
diberikan pada suatu faktor tertentu menandakan signifikansi relatif
faktor tersebut bagi keberhasilan industri perusahaan. Terlepas dari
apakah faktor utama itu adalah kekuatan atau kelemahan internal,
48
faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar terhadap
kinerja organisasional harus diberi bobot tertinggi. Jumlah seluruh
bobot harus sama dengan 1,0.
3.
Memberikan peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor untuk
mengindikasi apakah faktor tersebut sangat lemah (peringkat = 1),
lemah (peringkat = 2), kuat (peringkat = 3), atau sangat kuat
(peringkat = 4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapat
peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau
2. Oleh karenanya, peringkat berbasis perusahaan, sementara bobot
di langkah 2 berbasis industri.
4.
Kalikan
bobot
setiap
faktor
dengan
peringkatnya
untuk
menentukan skor bobot bagi setiap variabel.
5.
Jumlahkan skor bobot setiap variabel untuk memperoleh skor
bobot total organisasi.
Terlepas dari berapa banyak faktor yang dimasukkan ke dalam
Matriks IFE, skor bobot total berkisar antara 1,0 sebagai titik rendah
dan 4,0 sebagai titik tertinggi, dengan skor rata-rata 2,5. Skor bobot
total di bawah 2,5 mencirikan organisasi yang lemah secara internal,
sedangkan skor yang secara signifikan berada di atas 2,5 mengindikasi
posisi internal yang kuat. Seperti Matriks EFE, Matriks IFE harus
memasukkan antara 10 sampai 20 faktor. Jumlah faktor tidak
mempengaruhi kisaran skor bobot total karena bobot selalu berjumlah
1,0.
3.4.3 Matriks Profil Kompetitif (Competitive Profile Matrix-CPM)
Menurut Fred R. David (2011, :160-161), Matriks Profil
Kompetitif (Competitive Profile Matrix-CPM) mengidentifikasi pesaingpesaing utaman suatu perusahaan serta kekuatan dan kelemahan khusus
mereka dalam hubungannya dengan posisi strategis perusahaan sampel.
Total bobot dan total skor bobot, baik dalam Mtriks Profil Kompetitif
maupun Evaluasi Faktor Eksternal, memiliki arti yang sama. Namun
demikian, faktor keberhasilan penting (critical success) dalam Matriks
Profil Kompetitif mencakup baik isu-isu internal maupun eksternal;
49
karenanya, peringkatnya mengacu pada kekuatan dan kelemahan, dimana
4 = sangat kuat, 3 = kuat, 2 = lemah, 1 = sangat lemah. Terdapat
beberapa perbedaan utama antara Evaluasi Faktor Eksternal dan Matriks
Profil Kompetitif. Pertama, faktor-faktor keberhasilan penting dalam
Matriks Profil Kompetitif lebih luas, karena tidak mencakup data spesifik
ataua factual dan mungkin bahkan berfokus pada isu-isu internal. Faktorfaktor keberhasilan penting dalam Matriks Profil Kompetitif juga tidak
dikelompokkan menjadi peluang dan ancaman sebagaimana dalam
Evaluasi Faktor Eksternal. Dalam Matriks Profil Kompetitif, peringkat
dan total skor bobot perusahaan-perusahaan pesaing dapat dibandingkan
dengan perusahaan sampel. Analisis perbandingan in memberikan
informasi strategis internal yang penting.
Tabel 3.5 Matriks Profil Kompetitif
Faktor-faktor
Keberhasilan
Penting
Faktor 1
Faktor 2
Faktor 3
Faktor 4
Total
Perusahaan
Bobot
Perusahaan
Perusahaan
Pesaing
Pesaing
Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor
Sumber Fred R. David (2011 p,162)
3.4.4
Matriks
Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman
(SWOT)
Menurut Fred R. David (2011:327) Matriks Kekuatan-KelemahanPeluang-Ancaman (SWOT) adalah sebuah alat pencocokan yang penting
yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi:
Strategi SO (kekuatan-peluang), Strategi WO (kelemahan-peluang),
Strategi ST (kekuatan-ancaman), dan Strategi WT (kelemahan-ancaman).
Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan internal utama merupakan
bagian
tersulit
dalam
mengembangkan
Matriks
SWOT
dan
membutuhkan penilaian yang baik dan tidak ada satu pun paduan yang
paling benar.
50
Strategi SO (kekuatan-peluang) memanfaatkan kekuatan internal
perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Semua
manajer tentunya menginginkan organisasi mereka berada dalam posisi
dimana kekuatan internal dapat digunakan untuk mengambil keuntungan
dari berbagai tren dan kejadian eksternal. Secara umum, organisasi akan
menjalankan strategi WO, ST, atau WT untuk mencapai situasi dimana
mereka dapat menerapkan strategi SO. Jika sebuah perusahaan memiliki
kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang untuk mengatasinya
dan mengubahnya menjadi kekuatan. Tatkala sebuah organisasi
dihadapkan pada ancaman yang besar, maka perusahaan akan berusaha
menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang.
Strategi WO (WO Strategies) bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan internal dengan cara memanfaatkan/mengambil keuntungan
dari peluang eksternal. Terkadang, peluang-peluang besar muncul, tetapi
perusahaan
memiliki
kelemahan
internal
yang
menghalanginya
memanfaatkan peluang tersebut. Salah satu Strategi WO yang bisa
ditempuh adalah dengan mengakuisisi teknologi ini melalui usaha
patungan (joint venture) dengan sebuah perusahaan lain yang mempunyai
kompetensi dibidangnya. Alternatif lainnya dari Strategi WO adalah
dengan merekrut dan melatih sumberdaya manusia yang memiliki
kapabilitas teknis yang diperukan.
Strategi ST (ST Strategies) menggunakan kekuatan sebuah
perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman
eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa suatu organisasi yang kuat harus
selalu menghadapi ancaman secara langsung di dalam lingkungan
eksternal.
Strategi WT (WT Strategies) merupakan taktik defensif yang
diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari
ancaman eksternal. Sebuah organisasi yang menghadapi berbagai
ancaman eksternal dan kelemahan internal benar-bernar dalam posisi
yang membahayakan. Dalam kenyataannya, perusahaan semacam itu
mungkin harus berjuang untuk bertahan hidup, melakukan merger,
penciutan, menyatakan diri bangkrut, atau memilih likuidasi.
51
Terdapat delapan langkah dalam membentuk sebuah matriks
SWOT:
1. Buatlah daftar peluang-peluang eksternal utama perusahaan.
2. Buatlah daftar ancaman-ancaman eksternal utama perusahaan.
3. Buatlah daftar kekuatan-kekuatan internal utama perusahaan.
4. Buatlah kelemahan-kelemahan internal utama perusahaan.
5. Cocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat
hasilnya pada sel strategi SO.
6. Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat
hasilnya pada sel strategi WO.
7. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat
hasilnya pada sel strategi ST.
8. Cocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat
hasilnya pada sel strategi WT.
Tujuan dari masing-masing alat pencocokan di Tahap 2 adalah
untuk menghasilkan strategi-strategi alternative yang masuk akal, bukan
untuk memilih atau menentukan strategi mana yang terbaik. Oleh karena
itu, tidak semua strategi yang dikembangkan dalam SWOT akan dipilih
untuk di terapkan.
Tabel 3.6 Matriks SWOT
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Tentukan 5-10 faktorTentukan 5-10 faktorfaktor kekuatan internal faktor kelemahan
eksternal
Peluang (O)
STRATEGI SO
STRATEGI WO
Tentukan 5-10 faktor- Menciptakan strategi
Menciptakan strategi
faktor peluang
yang menggunakan
yang meminimalkan
eksternal
kekuatan untuk
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang memanfaatkan peluang
Ancaman (T)
STRATEGI ST
STRATEGI WT
Tentukan 5-10 faktor- Menciptakan strategi
Menciptakan strategi
faktor ancaman
yang menggunakan
yang meminimalkan
eksternal
kekuatan untuk
kelemahan dan
mengatasi ancaman
menghindari ancaman
Sumber Fred R. David (2011:328)
52
Matriks space
Menurut David (2011:332) matirks posisi strategis dan
evaluasi (Strategic Position and Action Evaluation-SPACE) adalah
alat pencocokan tahap 2. Matriks ini merupakan kerangka empatkuadran yang menunjukan apakah strategi
agresif, konservatif,
defensif, atau kompetitif yang paling sesuai untuk suatu organisasi
tertentu. Sumbu-sumbu Matriks space menunjukan dua dimensi
internal
yaitu kekuatan finansial (financial strength-FS) dan
keunggulan kompetitif (competitive advantage-CA). Kemudian dua
dimensi eksternal stabilitas lingkungan (environmental stability-ES)
dan kekuatan industri (industry strength-IS). Keempat faktor ini
kiranya merupakan penentu terpenting dari posisi strategis keseuruhan
suatu organisasi.
Langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mengembangkan matriks
SPACE adalah sebagai berikut :
1. Memilih serangkaian variabel untuk menentukan kekuatan
finansial
(FS),
keunggulan
kompetitif
(CA),
stabilitas
lingkungan (ES), dan kekuatan industri (IS).
2. Memberi nilai pada variabel-variabel tersebut menggunakan
skala 1 (paling buruk) sampai 6 (paling baik) untuk FS dan IS.
Nilai variabel-variabel tersebut menggunakan skala -6 (paling
buruk) sampai -1 (paling baik) untuk ES dan CA. Pada sumbu
FS dan CA, buatlah perbandingan dengan pesaing. Pada
sumbu IS dan ES, buatlah perbandingan dengan pesaing.
3. Menghitung rata-rata dari FS, CA, IS dan ES dengan
menjumlahkan nilai yang di berikan pada variabel dari setiap
dimensi dan kemudian membaginya dengan jumlah variabel
dalam dimensi yang bersangkutan.
4. Petakan nilai rata-rata untuk FS, IS, ES dan CA pada sumbu
yang sesuai dalam matriks SPACE.
5. Jumlahkan nilai rata-rata pada sumbu x (CA, IS) dan petakan
hasilnya pada sumbua X. Jumlahkan nilai rata-rata pada
sumbu y (FS, ES) dan petakan hasil
53
Berikut
ini
adalah
tabel
conthoh
faktor-faktor
memetakan sumbu Matriks Space :
Tabel 3.7 Matriks Space
Posis Strategis Internal
Kekuatan finansial (FS)
Pengembalian atas investasi
Pengungkit
Likuiditas
Modal kerja
Arus kas
Perputaran persediaan
Laba per saham
Rasio harga/laba
Keunggulan Kompetitif (CA)
Pangsa pasar
Kualitas produk
Siklus hidup produk
Loyalitas konsumen
Penggunaan kapasitas persaingan
Trik-rik teknologis
Kendali atas pemasok dan distributor
Posisi Strategis Eksternal
Stabilitas Lingkungan (ES)
Perubahan teknlogis
Tingkat inflasi
Variabilitas permintaaan
Rentang harga produk saingan
Hambatan masuk ke pasar
Tekanan kompetitif
Kemudahan keluar dari pasar
Risiko bisnis
Kekuatan Industri (IS)
Potensi pertumbuhan
Potensi laba
Stabilitas keungan
Trik-trik teknologis
Utilisasi sumber daya
Kemudahan masuk ke pasar
Produktivitas, penggunaan kapasitas
Gambar 3.1 Matriks Space
Sumber Fred R David (2010:333)
yang
54
3.4.5
Matriks Internal-Eksternal (IE)
Menurut David (2011:344), Matriks IE (Internal-External)
memosisikan berbagai divisi suatu organisasi dalam tampilan
sembilan sel. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci: skor
bobot IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE total pada sumbu y.
Ingat kembali bahwa setiap divisi dalam suatu organisasi harus
membuat Matriks IFE dan Matriks EFE dalam kaitannya dengan
organisasi. Skor bobot total yang diperoleh dari berbagai divisi
tersebut memungkinkan susunan Matriks IE di tingkat perusahaan.
Pada sumbu x dari Matriks IE, skor bobot IFE total 1,0 sampai 1,99
menunjukkan posisi internal yang lemah; skor 2,0 sampai 2,99
dianggap sedang; dan skor 3,0 sampai 4,0 adalah kuat. Serupa
dengannya, pada sumbu y, skor bobot EFE total 1,0 sampai 1,99
dipandang rendah; skor 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang; dan skor
3,0 hingga 4,0 adalah tinggi.
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yang
mempunyai implikasi strategi yang berbeda-beda. Pertama, ketentuan
untuk berbagai divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat
digambarkan sebagai tumbuh dan membangun (grow and build).
Strategi yang intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan
pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang,
integrasi ke depan, dan integrasi horizontal) bisa menjadi yang paling
tepat bagi divisi-divisi ini. Kedua, divisi-divisi yang masuk dalam sel
III, V, atau VII dapat ditangani dengan baik melalui strategi menjaga
dan mempertahankan (hold and maintain); penetrasi pasar dan
pengembangan produk adalah dua strategi yang paling banyak
digunakan dalam jenis divisi ini. Ketiga, ketentuan umum untuk divisi
yang masuk dalam sel VI, VIII, atau IX adalah panen atau divestasi
(harvest or divest). Organisasi yang berhasil mampu mencapai
portofolio bisnis yang masuk atau berada di seputar sel I dalam
Matriks IE.
55
Gambar 3.2 Matriks IE
Sumber Fred R. David (2011:344)
3.4.6
Matriks Strategi Besar (Grand Strategy Matrix)
Menurut David (2009:348), Matriks Strategi Besar telah
menjadi sebuah alat yang populer untuk merumuskan strategi
alternatif. Semua organisasi dapat diposisikan di salah satu dari empat
kuadran strategi Matriks Strategi Besar. Untuk divisi-divisi suatu
perusahaan dapat dilakukan hal yang serupa. Matriks Strategi Besar
didasarkan pada dua dimensi evaluatif: posisi kompetitif dan
pertumbuhan pasar (industri). Strategi yang tepat untuk
dipertimbangkan organisasi ditampilkan dalam urutan daya tarik di
setiap kuadran matriks tersebut.
Perusahaan-perusahaan yang berada dalam Kuadran I Matriks
Strategi Besar memiliki posisi strategis yang sempurna. Untuk
perusahaan-perusahaan tersebut, konsentrasi pada pasar (penetrasi
pasar dan pengembangan pasar) dan produk (pengembangan produk)
yang ada saat ini merupakan strategi yang sesuai. Bukan hal yang
bijak bagi sebuah perusahaan Kuadran I untuk beralih secara
mendasar dari keunggulan kompetitifnya yang sudah mapan. Bila
56
perusahaan Kuadran I mempunyai kelebihan sumber daya, maka
integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau integrasi horizontal bisa
menjadi strategi efektif. Ketika suatu perusahaan Kuadran I terlalu
berpatokan dengan satu produk tertentu, diversifikasi terkait kiranya
dapat membantu mengurangi risiko yang berkaitan dengan lini produk
yang sempit. Perusahaan-perusahaan Kuadran I memiliki sumber daya
yang memadai untuk mengambil keuntungan dari berbagai peluang
eksternal yang muncul di banyak bidang. Mereka bisa mengambil
risiko secara agresif jika perlu.
Perusahaan-perusahaan yang terletak di Kuadran II perlu
secara serius mengevaluasi pendekatan mereka terhadap pasar.
Walaupun industri mereka tengah tumbuh, mereka tidak mampu
bersaing secara efektif, dan mereka perlu mencari tahu mengapa
pendekatan perusahaan saat ini tidak efektif dan bagaimana
perusahaan
dapat
memperbaiki
daya
saingnya.
Oleh
karena
perusahaan-perusahaan Kuadran II berada di industri dengan pasar
yang bertumbuh cepat, strategi intensif (sebagai kebalikan dari strategi
integratif atau diversifikasi) biasanya menjadi pilihan pertama untuk
dipertimbangkan. Namun demikian, jika perusahaan kurang memiliki
kompetensi khusus atau keunggulan kompetitif, integrasi horizontal
dapat menjadi alternatif lain yang bagus. Sebagai pilihan terakhir,
divestasi atau likuidasi dapat dipertimbangkan. Divestasi dapat
menyediakan dana yang diperlukan untuk mengakuisisi bisnis lain
atau membeli kembali saham.
Organisasi-organisasi Kuadran III bersaing di industri yang
pertumbuhannya lambat serta memiliki posisi kompetitif lemah.
Berbagai perusahaan ini harus segera membuat perubahan drastis
untuk menghindari penurunan lebih jauh dan kemungkinan likuidasi.
Pengurangan (penciutan) biaya dan aset yang ekstensif harus
dilakukan pertama kali. Strategi alternatifnya adalah dengan
mengalihkan sumber daya dari bisnis saat ini ke bidang yang lain
(diversifikasi). Jika kesemuanya itu gagal, pilihan terakhir untuk
bisnis Kuadran III adalah divestasi atau likuidasi.
57
Terakhir, bisnis-bisnis Kuadran IV memiliki posisi kompetitf
yang kuat namun berada dalam industri yang pertumbuhannya lambat.
Perusahaan-perusahaan ini mempunyai kekuatan untuk mengadakan
program diversifikasi ke bidang-bidang pertumbuhan baru yang lebih
menjanjikan. Karakteristik perusahaan-perusahaan Kuadran IV adalah
memiliki tingkat arus kas yang tinggi serta kebutuhan pertumbuhan
internal yang terbatas dan sering kali dapat menjalankan strategi
diversifikasi terkait atau tidak terkait dengan berhasil. Perusahaanperusahaan Kuadran IV juga bisa melakukan usaha patungan.
Gambar 3.3Matriks Strategi Besar
Sumber Fred R. David (2011 p,348)
3.4.7
Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)
Menurut David (2011 :350-355), di luar strategi-strategi
pemeringkatan untuk mendapatkan daftar prioritas, hanya ada satu
teknik analitis dalam literatur yang dirancang untuk menentukan daya
tarik relatif dari berbagai tindakan alternatif. Teknik tersebut adalah
Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic
Planning Matrix—QSPM), yang menyusun Tahap 3 dari kerangka
analitis perumusan strategi. Teknik ini secara objektif menunjukkan
58
strategi mana yang terbaik. QSPM menggunakan analisis input dari
Tahap 1 dan hasil pencocokan dari analisis Tahap 2 untuk secara
objektif menentukan strategi yang hendak dijalankan di antara
strategi-strategi alternatif. Itu artinya, Matriks EFE, Matriks IFE, dan
Matriks Profil Kompetitif yang menyusun Tahap 1, ditambah dengan
Matriks SWOT, Matriks IE, dan Matriks Grand Strategy yang
menyusun Tahap 2, menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk
menyusun QSPM (Tahap 3). QSPM adalah alat yang memungkinkan
para penyusun strategi mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara
objektif, berdasarkan beberapa faktor keberhasilan penting eksternal
dan internal yang diidentifikasi sebelumnya. Seperti halnya alat
analitis perumusan strategi yang lain, QSPM membutuhkan penilaian
intuitif yang baik.
Terdapat
enam
langkah
yang
diperlukan
untuk
mengembangkan QSPM:
1.
Membuat daftar berbagai peluang/ancaman eksternal dan
kekuatan/kelemahan internal utama di kolom kiri QSPM. Diambil
langsung dari Matriks EFE dan Matriks IFE.
2.
Memberi bobot pada setiap faktor eksternal dan internal utama
tersebut. Bobot ini sama dengan bobot yang ada dalam Matriks
EFE dan Matriks IFE. Bobot ditampilkan dalam kolom kecil tepat
di kanan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal.
3.
Mencermati beberapa matriks Tahap 2
mengidentifikasi
berbagai
strategi
(pencocokan), dan
alternatif
yang
harus
dipertimbangkan untuk diterapkan oleh organisasi. Catat berbegai
strategi ini di baris teratas QSPM. Kelompokkan berbagai strategi
tersebut dalam satu rangkaian eksklusif, sebisa mungkin.
4.
Menentukan Skor Daya Tarik (AS) didefinisikan sebagai nilai
numerik yang mengindikasi daya tarik relatif dari setiap strategi
di rangkaian alternatif tertentu. Skor Daya Tarik (Attractiveness
Score—AS) ditentukan dengan cara mengamati setiap faktor
eksternal atau internal utama, pada suatu waktu tertentu, sembari
mengajukan pertanyaan, “Apakah faktor ini mempengaruhi
pilihan strategi yang dibuat?” jika jawaban atas pertanyaan ini
59
adalah ya, strategi kemudian perlu diperbandingkan relatif
terhadap faktor utama tersebut. Secara khusus, Skor Daya Tarik
harus diberikan pada setiap strategi untuk menunjukkan daya
tarik relatif satu strategi atas strategi yang lain, dengan
mempertimbangkan faktor tertentu. Kisaran Skor Daya Tarik
adalah 1 = tidak memiliki daya tarik, 2 = daya tariknya rendah, 3
= daya tariknya sedang, dan 4 = daya tariknya tinggi. Kerjakanlah
baris demi baris dalam mengembangkan QSPM. Jika jawaban
atas pertanyaan di atas adalah tidak, yang mengindikasikan bahwa
faktor utama yang bersangkutan tidak memiliki pengaruh
terhadap pilihan spesifik yang dibuat, jangan memberikan Skor
Daya tarik pada strategi dalam rangkaian tersebut. Gunakan tanda
hubung untuk menunjukkan bahwa suatu faktor utama tidak
mempengaruhi pilihan yang dibuat.
5.
Menghitung Skor Daya Tarik Total. Skor Daya Tarik Total (Total
Attractiveness Score—TAS) didefinisikan sebagai hasil kali
antara bobot (Langkah 2) dengan Skor Daya Tarik (Langkah 4) di
setiap baris. Skor Daya Tarik Total mengindikasikan daya tarik
relatif
dari
setiap
strategi
alternatif,
dengan
hanya
mempertimbangkan dampak faktor keberhasilan penting eksternal
atau internal yang berdekatan. Semakin tinggi Skor Daya Tarik
Totalnya, semakin menarik pula strategi alternatif tersebut (hanya
dengan mempertimbangkan faktor keberhasilan penting yang
berdekatan).
6.
Menghitung Jumlah Keseluruhan Daya Tarik Total. Jumlahkan
Skor Daya Tarik Total di setiap kolom strategi dari QSPM.
Jumlah Keseluruhan Daya Tarik Total (Sum Total Attractiveness
Scores—STAS) menunjukkan strategi yang paling menarik di
setiap
rangkaian
alternatif.
Skor
yang
lebih
tinggi
mengindikasikan strategi yang lebih menarik, mengingat semua
faktor eksternal dan internal relevan yang dapat mempengaruhi
keputusan strategis. Besarnya selisih antara Jumlah Keseluruhan
Daya Tarik Total di rangkaian alternatif strategi tertentu
60
menunjukkan ketertarikan relatif satu strategi terhadap strategi
yang lain.
Tabel 3.8 Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)
Faktor-faktor kunci
Bobot Strategi
1
Strategi
2
Faktor-faktor kunci Eksternal
 Ekonomi
 Sosial, dan Budaya
 Demografis, dan
Lingkungan
 Politik, Pemerintahan,
dan Hukum
 Teknologi
 Kompetitif
Faktor-faktor kunci Internal
 Manajemen/ Struktur
 Pemasaran
 Keuangan/ Akuntansi
 Produksi/ Operasi
 Penelitian dan
Pengembangan
 Sistem Informasi
Manajemen
 Sumber Daya Manusia
(SDM)
Sumber Fred R. David (2011: 350)
Strategi
3
Download