TECHNICAL NOTE PROGRAM : Pengendalian Dampak Perubahan Iklim WEEK : 3 (tiga) NO: TN04 – 12 – 2010 DATE : 20 Desember 2010 Bobot Isi Lahan Gambut Pendahuluan Sifat-sifat fisik gambut sangat erat kaitannya dengan pengelolaan air gambut. Sifat fisik gambut yang penting untuk diperhatikan meliputi kadar air, berat isi (bulk density, BD), daya menahan beban (bearing capacity), subsiden (penurunan permukaan), dan mengering tidak balik (irriversible drying). Bahan penyusun gambut terdiri dari empat komponen yaitu bahan organik, bahan mineral, air dan udara. Perubahan kandungan air karena reklamasi gambut akan ikut merubah sifat-sifat fisik lainnya (Andriesse, 1988). Menurut Mutalib et al. (1991) kisaran kadar air di lahan gambut antara 100 – 1.300% dari berat keringnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa gambut mampu menyerap air sampai 13 kali bobotnya. Dengan demikian, sampai batas tertentu, kubah gambut mampu mengalirkan air ke areal sekelilingnya. Kadar air yang tinggi menyebabkan BD menjadi rendah, gambut menjadi lembek dan daya menahan bebannya rendah (Nugroho, et al, 1997; Widjaja-Adhi, 1997). Hal ini menyulitkan beroperasinya peralatan mekanisasi karena tanahnya yang empuk. Tinggi rendahnya nilai BD lahan gambut dipengaruhi oleh tingkat dekomposisi, dimana lahan gambut yang belum banyak mengalami dekomposisi (fibrik) mempunyai BD lebih rendah dibandingkan dengan lahan gambut yang sudah banyak mengalami dekomposisi (hemik dan saprik). BD tanah gambut lapisan atas bervariasi antara 0,1 sampai 0,2 g cm-3 tergantung pada tingkat dekomposisinya. Gambut fibrik yang umumnya berada di lapisan bawah memiliki BD lebih rendah dari 0,1 g/cm3, tapi gambut pantai dan gambut di jalur aliran sungai bisa memiliki BD > 0,2 g cm-3 (Tie and Lim, 1991) karena adanya pengaruh tanah mineral. Penentuan nilai BD lahan gambut merupakan hal yang penting dalam kaitannya dengan estimasi cadangan karbon (carbon stock) dan emisi karbon. Secara umum dapat dikatakan, bahwa gambut yang belum banyak terdekomposisi mengandung C-organik yang tinggi. Dalam catatan teknis (TN) ini akan dibahas tentang penentuan nilai bobot isi dalam kaitannya dengan kandungan karbon (C-organik) di lahan gambut. Metoda Penetapan Bobot Isi Gambut Penetapan Bobot Isi (Bulk Density-BD) tanah gambut dapat dilakukan secara langsung di lapangan dengan metode bentuk bongkah atau clod (Notohadiprawiro, 1983), tetapi kedua metoda ini menghasilkan angka-angka BD yang lebih besar karena kandungan air dalam bongkahan gambut masih tinggi. Sementara itu, pengukuran bobot isi gambut lebih banyak dilakukan di laboratorium dengan menggunakan ring core. Dalam metoda ring core ini, untuk menghilangkan kandungan air dalam contoh, maka tanah gambut dikeringkan dalam oven (suhu 105o C selama 12 jam) dan diberi tekanan sebesar 33 – 1500 kPa (Muslihat, 2003) , sehingga tanah menjadi kompak dan stabil. Dalam studi ini Bobot Isi lahan gambut dianalisis di laboratorium didasarkan pada pengambilan sampel gambut dengan ring core di Kabupaten Siak yang diambil dari berbagai tututan lahan, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. gambut dengan tutupan lahan hutan tanaman industry berumur 1 tahun (HTI1) gambut dengan tutupan lahan hutan tanaman industry berumur 3 tahun (HTI3) gambut dengan tutupan lahan hutan tanaman industry berumur 5 tahun (HTI5) gambut dengan tutupan lahan Hutan Alam (HA) gambut dengan tutupan lahan lahan terbuka (LT) 6. gambut dengan tutupan lahan perkebunan kelapa sawit (SW) Pengambilan sampel dilapangan dari beberapa kedalaman, yaitu 25 cm, 50 cm, 75 cm, dan 100 cm dengan bor gambut. Penghitungan Bobot Isi adalah sebagai berikut: Contoh tanah gambut pada tabung ring ditimbang (B g), begitu pula tabung ring (C g) Berat tanah gambut (B-C g) ditetapkan kadar air tanah (p %) Berat Kering Tanah= (B-C)-p(B-C)/100=D g. Nilai bobot isi = D g/volume tanah = W g/cc Hasil dan Pembahasan Seperti yang telah disebutkan dalam metoda penetapan bobot isi gambut, bahwa sampel tanah diambil dari beberapa kedalaman dari setiap jenis tutupan lahan. Tujuan pengambilan sampel dari beberapa kedalaman adalah agar bobot isi mewakili tingkat dekomposisi gambut. Pada umumnya gambut yang berada di lapisan permukaan tingkat dekomposisinya lebih lanjut dibandingkan dengan gambut yang berada di lapisan bawah, sehingga nilai bobot isinya juga lebih besar. Hal tersebut dikarenakan pada lapisan atas dipengaruhi oleh keadaan aerasi yang lebih baik, sehingga mengaktivasi bateri dalam proses dekomposisi bahan organik. Hasil analisis penetapan bobot isi (BD) gambut di wilayah Kabupaten Siak, Provinsi Riau disajikan dalam Tabel dibawah. Tabel. Hasil analisis bobot isi (Bulk Density) tanah gambut di Wilayah Siak No Kode Stasiun Kedalama n (cm) Berat Basah (gr) 1 BD-1HT-I-25 HTI1 -25 274,93 Berat Kering (gr) 55,98 2 BD-1HT-I-50 -50 255,84 40,65 0,159189 BD (g/cc) 0,219222 3 BD-1HT-I-75 -75 242,22 46,38 0,181628 4 BD-1HT-I-100 -100 209,9 24,01 0,094025 5 BD-3HT-I-25 -25 120,21 20,21 0,079144 6 BD-3HT-I-50 -50 102,58 12,42 0,048638 HTI3 7 BD-3HT-I-75 -75 174,31 18,34 0,071821 8 BD-3HT-I-100 -100 197,68 19,91 0,077969 9 BD-5HT-I-25 -25 145,08 36,37 0,142428 10 BD-5HT-I-50 -50 85,32 13,64 0,053415 11 BD-5HT-I-75 -75 56,16 9,89 0,03873 12 BD-5HT-I-100 -100 100,86 17,37 0,068022 13 BD-HA-I-25 -25 108,67 20,4 0,079888 14 BD-HA-I-50 -50 182,28 16,16 0,063284 15 BD-HA-I-75 -75 232,16 33,84 0,13252 16 BD-HA-I-100 -100 272,97 27,79 0,08828 17 BD-LT-I-25 -25 155,01 33,75 0,132168 18 BD-LT-I-50 -50 245,95 25,41 0,099508 19 BD-LT-I-75 -75 241,77 15,61 0,06113 20 BD-LT-I-100 -100 223,58 16,81 0,065829 21 BD-SW-I-25 -25 211,61 39,81 0,155899 22 BD-SW-I-50 -50 168,76 23,05 0,090266 23 BD-SW-I-75 -75 181,17 21,96 0,085997 24 BD-SW-I-100 -100 187,48 16,31 0,031936 HTI5 HA LT SW Tabel di atas memperlihatkan bahwa nilai BD gambut lapisan atas lebih besar dibandingkan dengan gambut yang berada di lapisan bawah. Pada umumnya gambut lapisan atas (-25 cm) mempunyai BD lebih besar dari 0,1 g/cc, kecuali pada tutupan lahan hutan alam dan HTI berumur 3 tahun. Sedangkan gambut pada lapisan bawah (-100 cm) mempunyai BD lebih kecil dari 0,1 g/cc. Hal tersebut mungkin disebabkan adanya kanal-kanal drainase pada lahan gambut yang sudah diusahakan untuk budidaya, sehingga dekomposisi dipercepat. Sedangkan pada lapisan bawah yang masih dalam kondisi anaerobic, gambut masih belum banyak mengalami dekomposisi. Gambut yang sudah lanjut mengalami dekomposisi (saprist) mempunyai BD lebih besar dibandingkan dengan gambut belum lanjut tingkat dekomposisinya (fibrist). Tie dan Lim (1991) menyebutkan, bahwa gambut fibrik yang umumnya berada di lapisan bawah memiliki BD lebih rendah dari 0,1 g/cm3, tapi gambut pantai dan gambut di jalur aliran sungai bisa memiliki BD > 0,2 g/cc karena adanya pengaruh tanah mineral. Dalam kondisi alami lahan gambut ditutupi oleh hutan rawa primer, sehingga laju dekomposisi gambut terjadi secara konstan. Penggunaan lahan pada kawasan gambut dapat menggambarkan intervensi manusia terhadap hutan rawa gambut, dan tingkat dekomposisi gambut dipercepat. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan, bahwa penggunaan lahan baik HTI, perkebunan kelapa sawit, dan lahan terbuka telah dilakukan usaha pembuatan saluran untuk drainase. Sedangkan pada hutan alam tidak terlihat adanya drainase. Hasil analisis nilai BD mengindikasikan hal tersebut, dimana nilai BD gambut pada penggunaan lahan baik HTI, perkebunan kelapa sawit dan lahan terbuka lebih besar dibandingkan dengan nilai BD gambut pada hutan alam. Penentuan nilai BD gambut berguna untuk mengestimasi cadangan karbon di suatu wilayah. Cadangan karbon di lahan gambut (lihat rumus di bawah), dapat digunakan nilai BD dan dan kandungan C-organik yang berasal dari hasil penelitian sebelumnya (misalnya data dari IPB, atau Pusat Penelitian Tanah). Wahyunto et. al., (2003), telah membuat tabel nilai-nilai BD dan C-organik pada berbagai tingkat kematangan/pelapukan tanah gambut di Sumatera. Nilai-nilai yang dikumpulkan ini berasal dari berbagai laporan hasil penelitian di Sumatera yang dilakukan selama bertahun-tahun (Tabel 2). Nilai-nilai tersebut dapat digunakan untuk menghitung kandungan cadangan karbon pada tanah gambut dengan syarat luasan dan kedalaman gambut diketahui. Tabel 2. Nilai Kisaran dan rerata bobot isi (BD) dan kadar C-organik pada tiap jenis/tingkat kematangan gambut di Sumatera (Wahyunto, et.al., 2003) No. 1 2 3 4 Tingkat kematangan gambut Fibrik Hemik Saprik Peaty Soil/mineral bergambut/sangat dangkal Bobot isi (BD) (g/cc) Kisaran Rerata 0,1012-0,12 0,1028 0,1325-0,29 0,1716 0,2492-0,37 0,2794 0,2152-0,6878 0,3402 C-Organik (%) Kisaran Rerata 53,31 38,97-51,87 48,00 28,96-53,89 44,95 28,96-39,81 35,12 Rumus penghitungan cadangan karbon adalah sebagai berikut: KC (kandungan karbon)= B x A x D x C KC: Kandungan karbon dalam ton B: Bobot isi dalam (BD) dalam ton/m 3 A: Luasan gambut dalam m2 D: Kedalaman gambut dalam m C: kandungan karbon (C-organik) dalam % Daftar Pustaka Andriesse, J. P. 1988. Nature and Management of Tropical Peat Soils. FAO Soils Bull. 59. Rome. Muslihat, L, 2003. Teknik pengukuran bobot isi tanah gambut di lapangan dan di laboratorium. Bulettin Teknik Pertanian, Vol. 8. Hal. 69-71. Mutalib, A.Aa, J.S. Lim, M.H. Wong and L. Koonvai. 1991. Characterization, distribution and utilization of peat in Malaysia. Proc. International Symposium on tropical peatland. 6-10 May 1991, Kuching, Serawak, Malaysia. Notohadiprawiro, T., 1983. Selidik cepat cirri tanah di lapangan. Ghalia Indonesia. 94 hal. Nugroho, K., G. Gianinazzi and IPG. Widjaja-Adhi. 1997. Soil hidraulic properties of Indonesian peat. In: Rieley and Page (Eds.). pp. 147-156 In Biodiversity and sustainability of tropical peat and peatland. Samara Publishing Ltd. Cardigan. UK. Tie, Y.L. and J.S. Lim. 1991. Characteristics and classification of organic soils in Malaysia. Proc. International Symposium on tropical peatland. 6-10 May 1991, Kuching, Serawak, Malaysia. Widjaja-Adhi, I P.G. 1997. Developing tropical peatlands for agriculture. In: J.O. Rieley and S.E. Page (Eds.). pp. 45-54. Biodiversity and sustainability of tropical peat and peatland. Proceedings of the International Symposium on Biodiversity, environmental importance and sustainability of tropical peat and peatlands, Palangka Raya, Central Kalimantan 4-8 September 1999. Samara Publishing Ltd. Cardigan. UK. Prepared by: Nama : Ir. Mubekti, MSc. Peran : Staff Engineer Signature : Checked by: Nama : Drs. Seno Adi, MSc. Peran : Team Leader Signature : Approved by: Nama : Resi Oktivia, S.Si, MSc Peran : Group Leader Signature :