KARAKTERISTIK AKSI DEMONSTRASI YANG DILAKUKAN OLEH AKTIVIS ORGANISASI KEMAHASISWAAN INTRA DAN EKSTRA KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada Universitas Negeri Semarang Oleh Tur Santoso NIM 3401404009 FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN 2009 PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi pada: Hari : Tanggal : Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Drs. Setiajid, M.Si NIP 19600623 198901 1 001 Moh. Aris Munandar, S.Sos., MM NIP 1972724 200003 1 001 Mengetahui, Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Drs. Slamet Sumarto, M.Pd NIP 19610127 198601 1 001 ii PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada: Hari : Tanggal : Penguji Skripsi Drs. Sunarto, M.Si NIP 19630612 198601 1 002 Anggota I Anggota II Drs. Setiajid, M.Si NIP 19600623 198901 1 001 Moh. Aris Munandar, S.Sos., MM. NIP 1972724 200003 1 001 Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Drs. Subagyo, M.Pd NIP 19510808 198003 1 003 iii PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, 25 Agustus 2009 Tur Santoso NIM 3401404009 iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Seonggok kemanusiaan sedang terkapar, siapakah yang bertanggungjawab terhadapnya? bila semua pihak menghindar, biarlah Aku yang menanggungnya, seluruhnya atau sebagian.” (Rahmat Abdullah) “Sesungguhnya seorang muslim belum sempurna ke-Islamannya kecuali jika ia menjadi politikus, mempunyai pandangan jauh ke depan dan memberikan perhatian penuh kepada persoalan bangsanya. Ke-Islaman seseorang menuntutnya untuk memberikan perhatian kepada persoalan-persoalan bangsa.” (Hasan Al Banna) Dengan mengucap syukur dengan segala tuntunan-Nya dan sholawat kepada Muhammad SAW Skripsi ini saya persembahkan kepada: Orang Tuaku, “Alm. Bapak Suharto Slamet dan Mamak Sodiyah” Semoga Allah menyayangi kalian melebihi kasih sayang kalian kepadaku Do’akan Aku agar menjadi anak yang sholih, Saudara-saudaraku “Kang Gito, Yu Tarmuti, Kang Birin, Yu Uti” Semoga menjadi kelurga yang sakinah, Sang Murobbi; Abah Supriyadi, Abah Untung, Abah Idris, Abah Maryanto, Abah Eko dan Abah Solikin Syukron Jazakumullah atas Tarbiyahnya, Ikhwah Fillah dan para Aktivis Mahasiswa Kobarkan semangat, tegakkan keadilan, bangun Indonesia penuh berkah, “My Nightingale” Semoga rekanan ini terus terukir indah. v PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat dapat diselesaikannya penulisan skripsi yang berjudul “Karakteristik Aksi Demonstrasi Yang Dilakukan Oleh Aktivis Organisasi Kemahasiswaan Intra dan Ekstra Kampus Universitas Negeri Semarang” dengan lancar. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Melalui skripsi ini penulis banyak belajar tentang aktivitas partisipasi politik mahasiswa serta bagaimana kepedulian para aktivis mahasiswa terutama para aktivis mahasiswa Unnes terhadap persoalan yang ada di masyarakat untuk berjuang membantu mencari solusi dan perbaikan terhadap kondisi yang tidak diharapkan oleh masyarakat secara umum. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang membantu langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M. Si., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Subagyo, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial. 3. Drs. Slamet Sumarto, M. Pd., Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan. 4. Drs. Setiajid, M. Si, Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar dan tekun membimbing dan memberikan ilmu dan nasihat kepada penulis. vi 5. Moh. Aris Munandar, S. Sos., MM., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta berbagi pelajaran berharga dan pengalamannya saat menjadi aktivis mahasiswa. 6. Drs. Sunarto, M.Si., Dosen Penguji Utama Skripsi ini yang telah menguji dengan teliti dan sabar serta memberikan banyak masukan kepada penulis. 7. Para pimpinan Organisasi Kemahasiswaan di lingkungan Unnes yang telah banyak membantu pengumpulan data peneltian dalam penulisan skripsi ini. 8. Rekan seperjuangan kampus, Agus, Gery, Tony, Eko, Miftah, Andi, Wargo, Evy, Eti, Sumbini, Ismun, Elyna, Tiara, Purwa, Ani, dan ikhwah sekalian Jazakumullah atas hikmah yang kalian ajarkan. 9. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebut satu per satu. Akhirnya besar harapan bahwa penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif di dalam dunia pendidikan lebih khusus pendidikan politik mahasiswa. Semarang, Penyusun vii Agustus 2009 SARI Santoso, Tur. 2009. Karakteristik Aksi Demonstrasi Yang Dilakukan Oleh Aktivis Organisasi Kemahasiswaan Intra dan Ekstra Kampus Universitas Negeri Semarang. Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Negeri Semarang. Drs. Setiajid, M.Si. dan Moh. Aris Munandar, S.Sos.,MM. 85h. Kata Kunci: Karakteristik, Aktivis Mahasiswa, Aksi Demonstrasi Aksi demonstrasi menjadi sarana yang paling sering digunakan para aktivis mahasiswa pada perannya dalam partisipasi politik. Para mahasiswa yang terlibat aktif dalam aksi demonstrasi memiliki ciri-ciri antara lain; 1) aktif dalam organisasi kemahasiswaan atau kepemudaan; 2) mempunyai keberanian menyampaikan pendapat; 3) cukup mempunyai pengetahuan, sikap, nilai-nilai, pengalaman dan kepribadian untuk berpendapat; dan 4) mempunyai empati terhadap persoalan yang berkembang. Hampir setiap isu yang berkembang bisa menjadi bahan isu untuk melakukan aksi demonstrasi. Namun kecenderungan tidak ada kerjasama, koordinasi dan koalisi dalam mengusung sebuah isu bersama dalam aksi demonstrasi terutama terlihat perbedaan antara aktivis organisasi kemahasiswaan intra kampus dengan aktivis organisasi kemahasiswaan ekstra kampus. Sehingga yang terjadi adalah mereka seakan-akan menjadi terkotak-kotak dan mengurusi kepentingannya masing-masing. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah karakteristik aksi demonstrasi aktivis Ormawa intra dan ekstra kampus Unnes? Dengan penekanan yang lebih khusus pada fokus perhatian para aktivis terhadap isu yang diusung melalui aksi demonstrasi dan tingkat partisipasi keikutsertaannya dalam aksi demonstrasi. Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui karakteristik aksi demonstrasi aktivis Ormawa intra dan ekstra kampus Unnes, dengan penekanan yang lebih khusus pada fokus perhatian para aktivis terhadap isu yang diusung melalui aksi demonstrasi dan tingkat partisipasi keikutsertaannya dalam aksi demonstrasi. Populasi penelitian ini adalah aktivis mahasiswa Unnes pada tahun 2009 yang berjumlah 545. Pengambilan sampel yang berjumlah 136 aktivis mahasiswa dilakukan dengan Stratifield Proportional Random Sampling dan Area Probability Sample. Fokus penelitian ini adalah karakteristik aksi demonstrasi aktivis Ormawa intra dan ekstra kampus Unnes, dengan penekanan yang lebih khusus pada fokus perhatian para aktivis terhadap isu yang diusung melalui aksi demonstrasi dan tingkat partisipasi keikutsertaannya dalam aksi demonstrasi. Alat pengumpul data yang digunakan adalah angket, wawancara dan dokumentasi dengan analisis kuantitatif dan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik aksi demonstrasi yang dilakukan oleh aktivis mahasiswa adalah (1) tidak ada fokus perhatian suatu isu dalam aksi demonstrasi, namun pada urutan isu fokus perhatian, pada aktivis Ormawa intra kampus menempatkan isu lokal internal perguruan tinggi pada viii urutan kedua setelah isu nasional politis kemudian diikuti isu-isu yang lainnya, sedangkan pada aktivis Ormawa ekstra kampus menempatkan isu lokal internal perguruan tinggi pada urutan terakhir setelah isu-isu yang lainnya. (2) tingkat partisipasi keikutsertaan dalam aksi demonstrasi aktivis Ormawa intra kampus dengan kriteria “Rendah” lebih rendah dibanding aktivis Ormawa ekstra kampus dengan kriteria “Sedang”. Saran bagi mahasiswa pada umumnya bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang ingin terjun dalam dunia aktivis mahasiswa serta memberikan gambaran tentang salah satu bentuk partisipasi politik mahasiswa. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa aktivis mahasiswa memiliki kepedulian terhadap kondisi masyarakat di sekitarnya, sehingga membutuhkan bantuan dan dukungan yang positif dari berbagai pihak. ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN ................................................ iii LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. v PRAKATA .................................................................................................. vi SARI ............................................................................................................ viii DAFTAR ISI ............................................................................................... x DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah............................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 6 1.5. Penegasan Istilah ...................................................................... 6 1.6. Sistematika Skripsi ................................................................... 7 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori ......................................................................... 8 2.1.1. Sejarah Singkat Gerakan Mahasiswa............................... 8 x 2.1.2. Aktivis Mahasiswa ......................................................... 19 2.1.3. Kebebasan Mengeluarkan Pendapat ................................ 24 2.1.4. Aksi Demonstrasi sebagai Bentuk Partisipasi Politik....... 28 2.1.5. Faktor-Faktor Pendorong Partisipasi Politik .................... 35 2.2. Kerangka Berfikir ..................................................................... 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pendekatan ................................................................... 41 3.2. Metode Penentuan Objek .......................................................... 41 3.3. Fokus Penelitian ....................................................................... 45 3.4. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 45 3.5. Analisis Instrumen Penelitian .................................................... 49 3.6. Teknik Analisis Data ................................................................ 53 3.7. Prosedur Penelitian ................................................................... 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ......................................................................... 55 4.1.1. Gambaran Umum Aktivis Mahasiswa Unnes ................. 55 4.1.2. Isu dan Aksi Demonstrasi dalam Pandangan Aktivis Mahasiswa ..................................................................... 58 4.1.3. Fokus Perhatian Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap Isu-Isu Aksi Demonstrasi ............................................... 64 4.1.4. Tingkat Partisipasi Keikutsertaan Aktivis Mahasiswa Unnes dalam Aksi Demonstrasi ..................................... 68 4.2. Pembahasan .............................................................................. 72 xi 4.2.1. Fokus Perhatian Aktivis Mahasiswa Unnes .................... 72 4.2.2. Aktivis Mahasiswa Unnes dalam Aksi Demonstrasi ....... 77 BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan .................................................................................. 82 5.2. Saran ........................................................................................ 83 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 84 xii DAFTAR TABEL 1. Tabel 2.1. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik............................................ 32 2. Tabel 3.1. Daftar Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Kampus Unnes Tahun 2009 .................................................................. 42 3. Tabel 3.2. Sampel Penelitian Aktivis Mahasiswa Unnes .......................... 44 4. Tabel 4.1. Fokus Perhatian Aktivis Mahasiswa Ormawa Intra Kampus.... 66 5. Tabel 4.2. Fokus Perhatian Aktivis Mahasiswa Ormawa Ekstra Kampus . 66 6. Tabel 4.3. Frekuensi Keikutsertaan Aktivis Ormawa Intra Kampus dalam Aksi Demonstrasi ......................................................... 69 7. Tabel 4.3. Frekuensi Keikutsertaan Aktivis Ormawa Ekstra Kampus dalam Aksi Demonstrasi ......................................................... 70 xiii DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 2.1. Hierarkhi Partisipasi Politik ................................................. 32 2. Gambar 2.2. Skema Kerangka Berfikir Penelitian .................................... 40 3. Gambar 3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wawancara .................. 47 4. Gambar 4.1. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................. 56 5. Gambar 4.2. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah ................ 57 xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat-Surat Penelitian. Lampiran 2 Instrumen Penelitian (Kuesioner dan Pedoman Wawancara). Lampiran 3 Perhitungan Validitas Item Soal Instrumen. Lampiran 4 Perhitungan Reliabilitas Instrumen. Lampiran 5 Daftar Responden Penelitian. Lampiran 6 Daftar Aksi Demonstrasi yang pernah dilakukan oleh Aktivis Mahasiswa Unnes. Lampiran 7 Klipping Aksi Demonstrasi Aktivis Mahasiswa dalam Media Massa. xv Lampiran 1 Surat-Surat Penelitian Lampiran 2 Instrumen Penelitian (Kisi-Kisi Kuesioner, Kuesioner dan Pedoman Wawancara) Lampiran 3 Perhitungan Validitas Item Soal Instrumen Lampiran 4 Perhitungan Reliabilitas Instrumen Lampiran 5 Daftar Responden Penelitian Lampiran 6 Daftar Aksi Demonstrasi yang Pernah Dilakukan oleh Aktivis Mahasiswa Unnes Lampiran 7 Klipping Aksi Demonstrasi Mahasiswa dalam Media Massa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kaum muda, baik mahasiswa maupun bukan, dalam sejarah kehidupan politik bangsa Indonesia memiliki tempat tersendiri sebagai salah satu komponen strategis yang senantiasa tampil di depan. Sejak masa reformasi bergulir, peran kaum muda begitu menentukan seiring dengan geliat demokrasi yang semakin bergerak cepat bahkan meninggalkan kesiapan masyarakat dalam menyambutnya. Mahasiswa adalah aset bangsa, agenda yang mereka perjuangkan sangat populis dan realistis. Mahasiswalah yang bisa membangkitkan semangat perlawanan rakyat terhadap rezim tiran. Mahasiswalah yang bisa mengawal reformasi hingga ke titik tujuan. Rakyat menaruh harapan atas kekuatan intelektual dan kekuatan aksi yang mahasiswa miliki. Amien Rais (1997:100) dalam bukunya Suksesi dan Keajaiban Kekuasaan, mengomentari para pemuda sebagai berikut; ” Pesan itu adalah bahwa mereka ingin melihat perubahan dan penyegaran kehidupan bangsa. Mereka anak muda bangsa itu, ingin mengatakan bahwa mereka menolak kemapanan atau status-quo yang mereka nilai sudah karatan di sana sini. Ada karat korupsi-kolusi, ada karat pelecehan penegakan hukum, ada karat kesenjangan sosial yang makin tajam, dan sejumlah karat lain yang bagi mereka sudah cukup membuat pengap kehidupan.” Dengan kekuatan intelektual di atas rata-rata masyarakat awam, mahasiswa memiliki kemudahan untuk mengakses berbagai informasi 1 2 wacana dan peristiwa dalam lingkup lokal hingga internasional. Begitu juga dengan kemudahan akses literatur ilmiah dan gerakan-gerakan pemikiran, yang pada tujuan akhirnya akan menentukan ideologi atau sistem hidup yang akan dijalaninya. Buku-buku yang ia baca, informasi yang ia terima, tokohtokoh yang ia ajak bicara, adalah beberapa faktor utama yang kelak sangat berpengaruh terhadap idealisme hidupnya. Selain kekuatan intelektual yang identik dengan aktivitas ilmiah, mahasiswa juga memiliki kewajiban untuk menguatkan potensi kepekaan sosial politiknya. Disebut kepekaan sosial karena mahasiswa pada dasarnya adalah bagian dari rakyat. Apapun yang terjadi pada rakyat maka mahasiswa akan turut juga merasakannya. Kenaikan harga BBM, harga bahan pokok, listrik, dan air misalnya akan memberi ekses terhadap aktivitas kuliah. Disebut kepekaan politik, karena gejolak sosial yang terjadi umumnya selalu merupakan hasil efek samping dari aktivitas politik, semisal disahkannya suatu Undang-Undang. Undang-Undang Ketenagakerjaan misalnya akan mempengaruhi kesejahteraan dan taraf hidup para buruh. Setelah cerdas secara profesi keilmuan dan cerdas sosial politik, maka sebagai gerakan ekstraparlementer, mahasiswa memiliki kewajiban moral untuk mengimplementasikan pengetahuannya itu dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat. Atau dengan kata lain menyuarakan kepentingan kebenaran dan rakyat. 3 Berbagai metode dapat dilakukan. Dari bentuk pendampingan, advokasi, public hearing, audiensi dengan pemerintah dan legislatif, hingga aksi demonstrasi. Demonstrasi adalah alternatif metode dalam menyuarakan pendapat, khususnya jika dilaksanakan pada rezim yang anti demokratis dan tiran. Aksi demonstrasi menjadi sarana yang paling sering digunakan pada masa sekarang ini. Namun dengan maraknya aksi demonstrasi yang hampir setiap hari dapat kita jumpai membuat masyarakat seakan mulai jenuh karena tidak melihat hasil riil dari aksi tersebut. Hingga terkadang bermunculan stigma negatif dari masyarakat yang menilai aksi demonstrasi percuma dilakukan, bahkan dinilai aksi demonstrasi hanya untuk kepentingan politik praktis hingga aksi demonstrasi bayaran pun kerap dilontarkan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian oleh Martien Herna Susanti dan AT Sugeng Priyanto (2006: 24) menyimpulkan bahwa para mahasiswa yang terlibat aktif dalam aksi demonstrasi memiliki ciri-ciri antara lain; 1) aktif dalam organisasi kemahasiswaan atau kepemudaan; 2) mempunyai keberanian menyampaikan pendapat; 3) cukup mempunyai pengetahuan, sikap, nilai-nilai, pengalaman dan kepribadian untuk berpendapat; dan 4) mempunyai empati terhadap persoalan yang berkembang. Mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan atau kepemudaan baik organisasi kemahasiswaan intra kampus maupun organisasi kemahasiswaan ekstra kampus cenderung memiliki keberanian 4 yang lebih dalam menyampaikan pendapat, begitu pula lebih mempunyai pengetahuan, sikap, nilai-nilai, pengalaman dan kepribadian untuk berpendapat, disamping itu lebih memiliki empati terhadap persoalan yang muncul di masyarakat serta tergerak untuk bertindak dibanding mahasiswa pada umumnya. Aksi demonstrasi kerap kali dilakukan oleh para aktivis mahasiswa. Hampir setiap issu yang berkembang bisa menjadi bahan issu untuk melakukan aksi demonstrasi. Namun apakah di antara aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para aktivis memiliki karakteristik yang sama? Apalagi terjadi kecenderungan tidak ada kerjasama, koordinasi maupun koalisi dalam mengusung sebuah issu bersama dalam aksi demonstrasi terutama terlihat perbedaan antara aktivis mahasiswa organisasi kemahasiswaan intra kampus dengan aktivis mahasiswa organisasi kemahasiswaan ekstra kampus. Sehingga yang terjadi adalah mereka seakan-akan menjadi terkotak-kotak dan mengurusi kepentingannya masing-masing. Dalam kesempatan ini penulis akan berusaha mengungkapkan bagaimana karakteristik aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para aktivis mahasiswa, yaitu mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang aktif di organisasi kemahasiswaan intra kampus Unnes dan mahasiswa yang aktif di organisasi kemahasiswaan ekstra kampus di lingkungan kampus Unnes. 5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimanakah karakteristik aksi demonstrasi aktivis Ormawa intra dan ekstra kampus Unnes? Dengan penekanan yang lebih khusus pada fokus perhatian para aktivis terhadap isu yang diusung melalui aksi demonstrasi dan tingkat partisipasi keikutsertaannya dalam aksi demonstrasi. 1.3. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah mengetahui karakteristik aksi demonstrasi aktivis Ormawa intra dan ekstra kampus Unnes, lebih khusus pada fokus perhatian para aktivis terhadap isu yang diusung melalui aksi demonstrasi dan tingkat partisipasi keikutsertaannya dalam aksi demonstrasi. 1.4. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut: 1.4.1. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang ingin terjun dalam dunia aktivis mahasiswa, memberikan pencerahan tentang partisipasi politik mahasiswa, serta semangat perjuangan aktivis mahasiswa dalam memperjuangkan suara dan hak masyarakat. 6 1.4.2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa aktivis mahasiswa memiliki kepedulian terhadap kondisi masyarakat di sekitarnya, sehingga membutuhkan bantuan dan dukungan yang positif dari berbagai pihak. 1.5. Penegasan Istilah Judul dalam penelitian ini adalah “Karakteristik Aksi Demonstrasi Yang Dilakukan Oleh Aktivis Organisasi Kemahasiswaan Intra Dan Ekstra Kampus Universitas Negeri Semarang”. Untuk menjelaskan jalannya penelitian maka perlu ada batasan operasional agar orang lain yang berkepentingan dalam penelitian ini mempunyai persepsi yang sama dengan peneliti. Batasan operasional yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut: 1.5.1. Aktivis Mahasiswa Unnes adalah mahasiswa yang berstatus sebagai mahasiswa Unnes yang berkecimpung di dalam organisasi kemahasiswaan atau menjadi fungsionaris atau pengurus organisasi kemahasiswaan, baik organisasi kemahasiswaan intra kampus maupun organisasi kemahasiswaan ekstra kampus di lingkungan Unnes. 1.5.2. Aksi demonstrasi atau unjuk rasa adalah suatu model pernyataan sikap, penyuaraan pendapat, opini, atau tuntutan yang dilakukan dengan jumlah massa tertentu dan dengan teknik tertentu agar mendapat perhatian dari pihak yang dituju tanpa menggunakan mekanisme konvensional (birokrasi). 7 1.6. Sistematika Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan skripsi, bagian isi skripsi dan bagian akhir skripsi. Bagian pendahuluan skripsi meliputi halaman judul, sari, pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, prakata, daftar isi, daftar table, daftar gambar dan daftar lampiran. Bagian isi skripsi terdiri dari lima bab. Bab I Pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika skripsi. Bab II Landasan Teori dan hipotesis yang berisi teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan permasalahan. Bab III Metode Penelitian yang berisi metode pendekatan, metode penentuan objek yang berisi populasi dan sampel, fokus penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas dan teknik analisis data serta prosedur penelitian. Bab IV Hasil dan Pembahasan yang merupakan capaian yang diinginkan dalam penelitian ini, dan Bab V Penutup yang berisi simpulan dan saran. Bagian akhir skripsi yang berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung skripsi ini. BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Sejarah Singkat Gerakan Mahasiswa 2.1.1.1. Munculnya Gerakan Mahasiswa di Berbagai Negara Dalam perubahan sosial di berbagai negara, peran gerakan mahasiswa adalah komplek dan penting, meski tidak selalu menentukan. Mereka lebih sering mencerminkan perubahan kekuasaan di antara kelaskelas. Demonstrasi dan gerakan mahasiswa memainkan peran yang cukup penting dalam penggulingan Peron di Argentina pada tahun 1955; kejatuhan Perez Jimenez di Venezuela pada tahun 1958; perlawanan yang sukses terhadap Diem di Vietnam pada tahun 1963; kerusuhan massif melawan Perjanjian Keamanan Jepang-AS di Jepang pada tahun 1960, yang memaksa pengunduran diri pemerintah Kishi; gerakan anti Soekarno pada tahun 1966; kejatuhan Ayub Khan di Pakistan pada tahun 1956; demonstrasi Oktober untuk kebebasan yang lebih besar di Polandia pada tahun 1956; Revolusi Hongaria tahun 1956; dan gerakan untuk pembebasan di Cekoslovakia pada tahun 1968. Gerakan mahasiswa dapat menjadi bagian dari gerakan sosial ataupun berkembang menjadi gerakan politik, yang membedakan adalah pelakunya, yaitu para mahasiswa yang merupakan kelompok generasi muda yang kritis dan memiliki intelektualitas karena merupakan kelompok yang 8 9 mampu mengenyam pendidikan sampai taraf tinggi. Mahasiswa juga mampu merepresentasikan barometer yang sangat sensitif yang secara setia merefleksikan animo bergerak masyarakat. Kemunculan gerakan mahasiswa dimulai sejak munculnya universitas-universitas pertama di dunia. Mahasiswa di Bologna dan Paris selama Abad pertengahan adalah sumber utama ketegangan. Kerusuhan adalah fenomena umum di banyak universitas. Martin Luther mendapatkan dukungan besar dari mahasiswa Wittenberg dan universitas di Jerman lainnya. Bahkan Martin Luther dipaksa menahan mahasiswa agar protes mereka tidak terlalu jauh hingga menyerang Paus dan Kaisar. Pada era 1960an, isu utama dari gerakan mahasiswa adalah pendidikan. Pada tahun 1964 terjadi protes di dalam Universitas California di Berkeley, AS. Sasaran protesnya adalah birokrasi otokratis dari administrasi Universitas, yang mengabaikan kebutuhan pendidikan dari mahasiswa belum bergelar, mengeksploitasi anggota staf yang lebih muda dan mempertahankan kepentingan elit akademis yang kecil; protes mengambil bentuk Perjuangan Untuk Kemerdekaan Berbicara, dengan aksi protes duduk yang tanpa kekerasan di gedung administrasi. Setelah represi berhari-hari oleh polisi, gedung administrasi dapat dikosongkan. Imbas dari tindak kekerasan tersebut telah mempolarisasi populasi, menjadi setuju atau tidak terhadap para mahasiswa. Protes Berkeley memunculkan gerakan solidaritas beratus-ratus universitas di seluruh Amerika Serikat dan menyebar ke negara-negara dari Jepang ke Perancis ke Polandia. 10 Isu pendidikan yang menjadi awal revolusi Perancis 1986 berkembang lebih maju menjadi perombakan sistem pendidikan dan sistem politik. Slogan yang terkenal adalah: Kekuasaan Ada Di Jalan Bukan Di Parlemen! Ini adalah sebuah fenomena yang membuat pemerintahan Barat menggigil, ini adalah penolakan atas institusi-institusi politik yang sangat elitis dan nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua mereka. Radikalisasi gerakan mahasiswa di era 1960an memiliki akarnya pada krisis imperialisme di satu sisi dan krisis yang dialami Stalinisme dan Sosial Demokrasi di sisi lain. Imperialisme sejak tahun 1950an akhir telah menghadapi banyak tantangan. Berbagai macam perlawanan gerakan Kiri terjadi, seperti di Algeria, Indocina, Kuba, Korea. Di negeri imperialis sendiri muncul beberapa perlawanan, di Amerika Serikat muncul gerakan Afro-Amerika. Sementara itu dalam bidang ekonomi, di negeri-negeri imperialis terjadi ekspansi luar biasa dalam kapasitas produksi dan kompetisi antara kekuatan industri besar untuk memperebutkan pasar semakin intensif. Perkembangan ekonomi tersebut mengakibatkan semakin besarnya kebutuhan untuk mendapatkan jumlah rakyat terdidik yang lebih banyak. Hal ini serupa dengan kemunculan politik etis di Indonesia. Menurut data yang dikeluarkan oleh UNESCO antara tahun 1950 dan 1963-1964 populasi mahasiswa melonjak tinggi. Di Perancis meningkat menjadi 3,3 kali, di Jerman barat 2,8 kali, di AS 2,2 kali, di Itali 1,3 kali. 11 2.1.1.2. Munculnya Gerakan Mahasiswa di Indonesia. Kaum terpelajar Indonesia muncul seiring dibangunnya sekolahsekolah oleh Belanda pada abad ke 18. Pada tahun 1819, Belanda membangun sekolah Militer di Semarang, kemudian sekolah-sekolah umum seperti Sekolah Tinggi Leiden (1826), Institut Bahasa Jawa Surakarta (1832), Sekolah Pegawai Hindia Belanda di Deflt (1842) dan Sekolah Guru Bumiputera di Surakarta (1852). Sekolah-sekolah tersebut diperuntukkan bagi anak-anak Belanda dan pegawai tinggi Pribumi. Baru pada tahun 1871 dikeluarkan UU Pendidikan pertama yang membuka akses pendidikan bagi kaum Pribumi. Hingga tahun 1920an tidak terdapat universitas di Hindia Belanda. Hanya Pribumi kaya, umumnya Bupati, yang mampu mengirim anak mereka belajar di Eropa. Perguruan tinggi pertama muncul pada tahun 1920, yakni Sekolah Tinggi Teknik Bandung. Ini disusul dengan Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta pada tahun 1924. Munculnya kaum terpelajar turut mendorong berkembangnya organisasi-organisasi sosial. Yang pertama adalah Sarikat Priyayi pada tahun 1906 oleh Tirto Adhi Soerjo, Thamrin Muhammad Thabrie dan R.A.A. Prawiradireja. Boedi Oetomo pada tahun 1908 dengan tokohnya E. Douwes Dekker dan Wahidin Soediro Hoesodo. Boedi Oetomo dimotori oleh pemuda dan mahasiswa dari STOVIA, sebuah sekolah kedokteran di Jakarta. Kemudian pada tahun 1911, di Solo berdiri perkumpulan bernama Sarikat Islam (SI). Organisasi ini didirikan bukan semata-mata sebagai 12 perlawanan terhadap para pedagang-pedagang Cina, tetapi juga digunakan sebagai front untuk melawan semua bentuk pernghinaan terhadap rakyat bumiputera. Ketika para mahasiswa Indonesia di Belanda kembali ke tanah air, mereka mempraktekan ide-ide mereka dengan membuat Study Clubs untuk berdiskusi dengan pimpinan-pimpinan partai dan intelektual. Salah satu study club tersebut adalah Algemeene Study Club di Bandung yang didirikan pada tahun 1925 oleh Ir. Soekarno. Pada tahun 1930 hampir semua perkumpulan pemuda Indonesia mempersatukan diri dalam Indonesia Muda. Ketika Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942 terjadi pelarangan semua kegiatan yang berbau politik dan membubarkan semua organisasi pelajar dan mahasiswa, serta partai politik. Banyak perguruan tinggi ditutup. Jumlah mahasiswa sendiri sangatlah kecil, pada waktu itu hanya 637 orang. Angka lain menyebutkan sekitar 387 orang. Sedangkan Joseph Fischer menyatakan, jumlah sarjana Indonesia pada permulaan masa kemerdekaan adalah 1.100 orang. Kondisi yang sangat represif itu, membuat mahasiswa dan pemuda memilih kegiatan berkumpul dan bersiskusi di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah kemerdekaan adalah Asrama ”Angkatan Baru Indonesia” (Menteng 31), Asrama ”Fakultas Kedokteran” dan Asrama ”Indonesia Merdeka” (Kebon Sirih). Proklamasi dilakukan pada 17 Agustus 1945, yang sebelumnya pemuda yang berpusat di Asrama Menteng menculik Soekarno dan Hatta, 13 serta Ibu Fatmawati dan Guntur kemudian membawanya ke Rengasdengklok. Tindakan ini diambil karena Soekarno dan Hatta ragu-ragu menyatakan kemerdekaan saat jepang telah kalah. Tanggal 1 September 1945, para pemuda yang telah berjasa mempersiapkan kemerdekaan mendirikan sebuah organisasi bernama Angkatan Pemuda Indonesia (API) yang diketuai oleh Wikana yang bertujuan untuk menyatukan pemuda-pemuda yang sebelumnya tergabung dalam sebuah komite aksi. Disamping itu juga berdiri Barisan Buruh Indonesia (BBI), Barisan Rakyat (Bara), dan Seniman Indonesia Muda (SIM). Pasca Proklamasi Kemerdekaan, muncul berbagai organisasi mahasiswa dengan dasar ideologi yang berbeda-beda. Pada tanggal 5 Februari 1947 diresmikan terbentuknya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), kemudian diikuti Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) pada tanggal 25 Maret 1947 kemudian berdiri Perhimpunan Mahasiswa Khatolik Republik Indonesia (PMKRI). Kemunculan organisasi-organisasi mahasiswa ini mengikuti lahirnya partai-partai politik yang juga menggunakan basis ideologi agama seperti Masyumi yang berdiri pada tanggal 7 Nopember 1945 dan Partai Katolik pada tanggal 8 Desember 1945. Sementara Partai Nasional Indonesia juga memiliki organisasi gerakan mahasiswa yaitu Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang berdiri tanggal 23 Maret 1954. Konsentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dibentuk pada 1956 sebagai hasil penggabungan tiga organisasi 14 kecil mahasiswa di Bandung, Bogor dan Yogyakarta, yang selanjutnya lebih mendekat ke PKI. Selain organisasi-organisasi yang didasarkan ideologi tertentu, muncul juga banyak organisasi mahasiswa berdasarkan profesi dan komunitas, seperti Perhimpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (PMKH) di Bogor, Perhimpunan Mahasiswa Djakarta (PMD), Perhimpunan Mahasiswa Jogjakarta (PMJ) dan Masyarakat Mahasiswa Malang (MMM). Kemudian dari dalam kampus juga muncul organisasi gerakan mahasiswa seperti Dewan Mahasiswa (DM) UGM tanggal 11 Januari 1950 dan Dewan Mahasiswa UI tanggal 20 Nopember 1955. 2.1.1.3. Gerakan Mahasiswa di Indonesia Tahun 1966 Dikenal dengan istilah angkatan 66, gerakan ini awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, dimana sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Angkatan 66 mengangkat isu komunis sebagai bahaya laten negara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Eksekutif pun beralih dan berpihak kepada rakyat, yaitu dengan dikeluarkannya SUPERSEMAR (Surat Perintah Sebelas Maret) dari Presiden Sukarno kepada penerima mandat Suharto. Peralihan ini menandai berakhirnya ORLA (Orde Lama) dan berpindah kepada ORBA 15 (Orde Baru). Angkatan 66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyaknya aktivis 66 yang duduk dalam kabibet pemerintahan ORBA. 2.1.1.4. Gerakan Mahasiswa di Indonesia Tahun 1972 Gerakan ini dikenal dengan terjadinya peristiwa MALARI (Malapetaka Lima Belas Januari). Tahun angkatan gerakan ini menolak produk Jepang dan sinisme terhadap warga keturunan. Jakarta masih menjadi barometer pergerakan mahasiswa nasional. 2.1.1.5. Gerakan Mahasiswa di Indoensia Tahun 1980 an Gerakan pada era ini tidak populer, karena lebih terfokus pada perguruan tinggi besar saja. Puncaknya tahun 1985 ketika Mendagri (Menteri Dalam Negeri) saat itu Rudini berkunjung ke ITB. Kedatangan Mendagri disambut dengan demo mahasiswa dan terjadi peristiwa pelemparan terhadap Mendagri. Buntutnya pelaku pelemparan yaitu Jumhur Hidayat terkena sanksi DO (Droup Out) oleh pihak ITB (pada pemilu 2004 beliau menjabat sebagai Sekjen Partai Serikat Indonesia/PSI). 2.1.1.6. Gerakan Mahasiswa di Indonesia Tahun 1990 an. Isu yang diangkat pada gerakan era ini sudah mengkerucut, yaitu penolakan diberlakukannya terhadap NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kampus) yang membekukan Dewan Mahasiswa (DEMA/DM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). 16 Pemberlakuan NKK/BKK mengubah format organisasi kemahasiswaan dengan melarang mahasiswa terjun ke dalam politik praktis, yaitu dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0457/0/1990 tentang Pola Pembinaan dan Pengembangan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, dimana Organisasi Kemahasiswaan pada tingkat Perguruan Tinggi bernama SMPT (Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi). Organisasi kemahasiswaan seperti ini menjadikan aktivis mahasiswa dalam posisi mandul, karena pihak rektorat lebih leluasa dan dilegalkan untuk mencekal aktivis mahasiswa,bahkan tidak segan-segan untuk mengeluarkan. Pemerintah Orde Baru pun menggaungkan opini adanya pergerakan sekelompok orang yang berkeliaran di masyarakat dan mahasiswa dengan sebutan OTB (Organisasi Tanpa Bentuk). Masyarakat pun termakan dengan opini ini karena OTB ini identik dengan gerakan komunis. Pemberlakuan NKK/BKK maupun opini OTB ataupun cara-cara lain yang dihadapkan menurut versi penguasa ORBA, tidak membuat mahasiswa putus asa, karena di setiap even nasional dijadikan untuk menyampaikan penolakan dan pencabutan SK tentang pemberlakukan NKK/BKK. Sikap kritis mahasiswa terhadap pemerintah tidak berhenti pada diberlakukannya NKK/BKK, jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap 17 refresif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif di organisasi kemahasiswaan ekstra kampus seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam INDONESIA), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), PMKRI (Pergerakan Mahasiswa Kristen Indoenesia) atau yang lebih dikenal dengan kelompok Cipayung. 2.1.1.7. Gerakan Mahasiswa di Indonesia Tahun 1998. Gerakan mahasiswa pada era ini mencuat dengan tumbangnya Orde Baru dengan ditandai turunnya Soeharto dari kursi kepresidenan, tepatnya pada tanggal 12 Mei 1998. Gerakan mahasiswa tahun sembilan puluhan mencapai klimaksnya pada tahun 1998, diawali dengan terjadi krisis moneter di pertengahan tahun 1997. Harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang. Mahasiswa pun mulai gerah dengan penguasa ORBA, tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa dengan agenda reformasinya mendapat simpati dan dukungan yang luar biasa dari rakyat. Mahasiswa menjadi tumpuan rakyat dalam mengubah kondisi yang ada, kondisi dimana rakyat sudah bosan dengan pemerintahan yang terlalu lama, politisi di luar kekuasaan pun menjadi tumpul karena terlalu kuatnya lingkar kekuasaan, dan dikenal dengan sebutan jalur ABG (ABRI, Birokrat, dan Golkar). Simbol Rumah Rakyat yaitu Gedung DPR/MPR menjadi tujuan utama mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia, seluruh komponen 18 mahasiswa dengan berbagai atribut almamater dan kelompok semuanya tumpah ruah di gedung dewan ini, tercatat KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), FKSMJ (Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta), FORBES (Forum Bersama) dan FORKOT (Forum Kota). Elemen mahasiswa yang berbeda paham dan aliran dapat bersatu dengan satu tujuan, yaitu turunkan Soeharto. 2.1.1.8. Gerakan Mahasiswa di Indonesia Pasca Reformasi. Turunnya Soeharto oleh gerakan mahasiswa dan rakyat menjadikan Habibie naik menjadi Presiden RI. Pada tanggal 21 dan 22 Mei 1998, ribuan masa membentuk barisan dan berpawai menolak Habibie, menuntut dibentuknya UU Anti Monopoli, mencabut paket 5 UU Politik dan Dwi Fungsi ABRI, membebaskan tahanan politik Orde baru tanpa syarat, serta mengadili Soeharto. Persatuan sementara gerakan mahasiswa untuk menggulingkan Soeharto terpecah pada periode Habibie. Gerakan mahasiswa terbagi menjadi dua kelompok, gerakan mahasiswa yang mendukung Habibie, dengan beberapa syarat dan gerakan mahasiswa yang menolak Habibie. Pada masa pemerintahan Gus Dur, berawal dari diberikannya status Badan Hukum Milik Negara (BHMN) kepada empat Perguruan Tinggi Negeri, yaitu UGM, UI, ITB dan IPB, kemudian menuai protes dari berbagai mahasiswa dari berbagai universitas negeri. Gus Dur mencoba untuk menarik simpati masa dengan menyingkirkan elit-elit politik dan militer 19 yang saat Pemilu mendukungnya. Hal ini berakibat konflik internal kabinet rezim Gus Dur. Kemudian gerakan mahasiswapun terjadi polarisasi antara gerakan pro Gus Dur dan gerakan anti Gus Dur. Kelompok yang pertama, Badan Eksekutif Mahasiswa seIndonesia (BEM SI) melakukan aksi-aksi penolakan terhadap Gus Dur lewat isu seperti Buloggate dan mengusulkan segera dilakukan Sidang Istimewa MPR/DPR. Kelompok yang kedua, Badan Eksekutif Mahasiswa Indonesia (BEM-I) melakukan aksi-aksi pendukungan terhadap Gus Dur. 2.1.2. Aktivis Mahasiswa Aktivis berasal dari kata dasar aktivitas yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adalah kegiatan. Aktivis adalah subyek atau orang dalam kegiatan tertentu. Jadi, yang dimaksud dengan aktivis mahasiswa adalah mahasiswa yang menjadi subyek dalam kegiatan-kegiatan organisasi kemahasiswaan. Biasanya para aktivis mahasiswa terhimpun dalam organisasi kemahasiswaan atau menjadi fungsionaris atau pengurus suatu organisasi kemahasiswaan. Organisasi kemahasiswaan adalah perkumpulan, kesatuan mahasiswa yang sudah terlembaga, mempunyai landasan hukum, dan mempunyai tujuan yang jelas guna mengembangkan peran serta dan fungsi mahasiswa di lingkungan maupun di masyarakat (Buku Panduan Unnes, 2006: 23). Organisasi kemahasiswaan bisa berupa organisasi kemahasiswaan intra kampus maupun organisasi kemahasiswaan ekstra kampus. Ormawa tingkat 20 universitas mempunyai landasan hukum yaitu dengan Keputusan Rektor Unnes, sedangkan Ormawa tingkat fakultas mempunyai landasan hukum yaitu dengan Keputusan Dekan Fakultas yang bersangkutan. Sedangkan untuk organisasi kemahasiswaan ekstra kampus landasan hukumnya menurut aturan yang berlaku di dalam internal organisasinya masingmasing. Organisasi kemahasiswaan dibentuk dari, oleh dan untuk mahasiswa. Di kalangan kaum muda lebih khusus lagi mahasiswa, bahwa mahasiswa dalam hal ini adalah para aktivis mahasiswa senantiasa peka terhadap gejala sosial yang terjadi di sekitarnya. Tumbuhnya kepekaan mahasiswa terhadap persoalan masyarakat ini menurut Arbi Sanit (1985) (dalam Rahmat dan Najib, 2001: xii-xiii) disebabkan paling tidak oleh lima hal. Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa memiliki pandangan yang cukup luas untuk dapat bergerak di semua lapisan masyarakat. Kedua, sebagai golongan masyarakat yang paling lama mengalami pendidikan, mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik terpanjang diantara angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya hidup unik di kalangan mahasiswa, dan terjadi akulturasi sosial budaya tinggi diantara mereka. Keempat, mahasiswa sebagai golongan yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur ekonomi dan akan memiliki keistimewaan tertentu dalam masyarakat, adalah kelompok elit di kalangan kaum muda. Kelima, seringya mahasiswa terlibat dalam 21 pemikiran, perbincangan dan penelitian berbagai masalah masyarakat, memungkinkan mereka tampil dalam forum yang kemudian mengangkatnya ke jenjang karier sesuai dengan keahliannya. Mahasiswa melalui penentangannya yang sistematis, menegaskan perbedaannya yang otonom dari struktur masyarakat tradisional. Suatu penentangan yang dilakukan secara sadar sebagai wujud dari kegelisahan atas kebekuan sistem sosial yang berjalan tidak normal di dalam masyarakat atau kadang-kadang dikarenakan suatu penghayatan tertentu terhadap suatu realitas yang diresapi kembali dan ditransformasikan dari struktur dunia obyektif ke dalam struktur-struktur kesadaran subyektif. Untuk konteks Indonesia, kemunculan peranan kelompok ini dalam kehidupan sosial politik bangsa Indonesia merupakan fenomena khas abad 20. Mahasiswa, disebabkan oleh beberapa kualitasnya yang spesifik, tampil sebagai suatu lapisan masyarakat yang vokal, berorientasi ke depan sehingga menjadi idealis dan tentu saja sebagai sebuah konsekuensinya, mahasiwa memiliki suatu posisi sosial tertentu dan sangat menentukan dimana di dalamnya sejumlah privelese menjadi haknya yang dikuasai secara independen. Membicarakan mahasiswa berarti kita tengah membicarakan suatu kelompok masyarakat yang sadar dan tersadarkan. Suatu kelompok masyarakat yang sesungguhnya memiliki peran sangat penting dalam dinamika sosial suatu masyarakat secara keseluruhan. Memang sangat sulit untuk menentukan sejauh mana peran ini dapat dimainkan dikarenakan 22 faktor situasi dan kondisi yang melingkupinya seringkali berubah. Tetapi pada umumnya dalam suatu kondisi yang melingkupinya seringkali berubah. Tetapi pada umunya dalam suatu kondisi krisis tertentu dalam suatu masyarakat, mahasiswa yang lebih memiliki kesempatan untuk tidak terlalu jauh terseret oleh krisis itu karena faktor pendidikannya, menunjukkan peran pentingnya itu melalui responnya terhadap suatu krisis seraya mendorong lahirnya alternatif-alternatif baru bagi krisis tersebut. Saat itulah kewajiban mendasar yang dituntut darinya adalah suatu tindakan ‘heroik’, sebagai wujud responnya terhadap krisis yang timbul dan sedang dihadapi oleh masyarakat. Di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia dimana ketimpangan-ketimpangan sosial seringkali nampak jelas, terbuka peluang yang lebih besar bagi lahirnya suatu krisis di dalam suatu masyarakat. Hal ini memberikan penjelasan mengapa kemudian di negara-negara berkembang ini, suatu proses radikalisasi untuk perubahan menjadi bagian yang sangat menonjol dalam dinamika kehidupan mahasiswa. Dihubungkan dengan persoalan kesempatan yang diberikan oleh suatu sistem sosial dan politik, yang memang sangatlah buruk di banyak negara berkembang, kelompok mahasiswa biasanya menunjukkan sikap enggan untuk mematuhi sistem tersebut, alih-alih memperlihatkan penentangannya. Hal ini oleh Burhan D. Magenda (dalam Rahmat, 2001: 31) disebutkan sebagai etika nobless oblige, suatu privelese yang disandang mahasiswa yang dihubungkan dengan semangatnya dalam memperjuangkan 23 kepentingan rakyat. Di sini timbul pertanyaan, apakah sifat ini sepenuhnya tunduk pada suatu kondisi atau situasi sosial politik tertentu. Menurut Albach, (1988: 11-15) terjadi kemerosotan dalam gerakan mahasiswa, hal ini disebabkan oleh faktor-faktor berikut: Pertama, mempertahankan ketidakmampuan tingkat kegiatan gerakan politiknya, mahasiswa untuk terutama dalam memobilisasikan massa, untuk waktu yang lama. Kedua, akibat dari ‘artefak media massa’. Terdapat hubungan yang dekat antara gerakan mahasiswa dengan perhatiannya terhadap gerakan mahasiswa, maka krisis akan segera terjadi pada gerakan tersebut. Ketiga, perubahan fokus perhatian mahasiswa dari isu-isu yang bersifat gerakan massa menjadi isu elite dan cenderung menjauh dari massa. Keempat, perubahan orientasi mahasiswa, khususnya dalam gaya hidup, yang lebih liberal dan cenderung berbeda berbeda dengan masyarakat umum. Kelima, diserapnya sejumlah aktivis mahasiswa ke dalam posisi-posisi profesional, termasuk pula oleh sistem politik baru. Pada saat yang sama minat terhadap studi sosial dan kemanusiaan menurun dan lebih cenderung pada bidang-bidang profesi. Dampaknya adalah menurunnya kegiatan politik yang beresiko tinggi. Keenam, perubahan kebijakan pendidikan di kampus-kampus efektif menurunkan tingkat aktivisme mahasiswa. Ketujuh, faktor populasi mahasiswa turut pula memberi pengaruh, khususnya dalam menciptakan keseimbangan baru di dalam kampus yang tidak rawan krisis. Kedelapan, gerakan mahasiswa sendiri banyak yang merasa gagal dalam menjalankan fungsinya untuk 24 melakukan perubahan yang mendasar dan besar-besaran. Kesembilan, perubahan realitas politik eksternal. Seperti institusionalisasi lembagalembaga politik telah memungkinkan terserapnya sejumlah agenda politik mahasiswa dan masyarakat secara umum, walaupun tidak keseluruhan, sehingga dengan begitu aktivisme mahasiswa yang terkait erat dengan isuisu politik masyarakat luas dapat diserap oleh institusi politik resmi. 2.1.3. Kebebasan Mengeluarkan Pendapat Kebebasan berpendapat dan berbicara merupakan ruh demokrasi yang menjadi hak bagi setiap warga negara. Semua segi kehidupan manusia sangat membutuhkan arus pembicaraan. Melalui pembicaraan berbagai bentuk sosialisasi, kerjasama dan konsensus di antara manusia dalam kehidupan sosial terbentuk. Presiden Roosevelt menyatakan ada 4 (empat) macam hak dalam The Four Freedoms (Empat Kebebasan) yaitu: 1. Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (Freedom of Speech) 2. Kebebasan beragama (Freedom of Religion) 3. Kebebasan dari ketakutan (Freedom of Fear) 4. Kebebasan dari kemelaratan (Freedom of Want) (dalam Budiardjo, 2001: 120). Kebebasan berpendapat diharapkan dalam rangka untuk mendukung terselenggaranya pemerintahan yang baik dan demokratis sesuai dengan 25 aspirasi masyarakat. Miriam Budiardjo (2001:60) menyatakan bahwa syaratsyarat dasar untuk terselenggaranya pemerintah yang demokratis di bawah Rule of Law ialah: 1) perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi, selain dari menjamin hak-hak individu, harus menentukan pula cara proseduril untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin. 2) badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak (independent and impartial tribunals). 3) pemilihan umum yang bebas. 4) kebebasan untuk menyatakan pendapat. 5) kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi. 6) pendidikan kewarganegaraan (civic education). Banyak sekali jaminan bagi kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, misalnya dalam Declaration of Human Rights, Pasal 19 berbunyi, “Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hak ini termasuk kebebasan mempunyai pendapat-pendapat dengan tidak mendapat gangguan, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan keterangan-keterangan dan pendapat-pendapat dengan cara apapun juga dan tidak memandang batas-batas.” Demokrasi menjamin kebebasan berbicara dan berpendapat warga negaranya. Pembicaraan dan perdebatan yang bebas tapi bertanggungjawab, jujur dan terbuka akan menuntun warga pada kebenaran yang diyakini bersama sebagai tindakan umum yang lebih bijak. Sebaliknya, 26 ketidakbebasan berbicara dan berpendapat akan membuat pembicaraan penuh dengan ketidakpastian, kebohongan dan ketidakjujuran. Hal inilah yang menyebabkan banyak aspirasi masyarakat arus bawah (grassroots) yang tidak dapat terwujud sebagaimana mestinya. Pada masa Orde Baru berkuasa, masyarakat yang melakukan aksi protes hampir selalu ditangkap dan diadili berdasarkan ketentuan pasal 510 KUHP. Meskipun pasal itu mensyaratkan ijin bagi pawai atau keramaian umum belaka, tetapi pihak aparat beranggapan bahwa ijin atas pawai atau keramaian umum berlaku pula untuk segala bentuk penyampaian pendapat yang berupa lisan dan tulisan. Artinya bahwa kegiatan aksi demonstrasi juga termasuk di dalamnya sebagai bentuk pawai dan keramaian umum. Karena pada masa itu belum ada ketentuan khusus yang mengatur tentang aturan penyampaian pendapat apalagi demonstasi, hanya UUD 1945 pasal 28 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat. Padahal dalam Covenan on Civil and Political Rights, Pasal 19 berbunyi: (1) Setiap orang berhak untuk mempunyai pendapat tanpa mengalami gangguan. (2) Setiap orang berhak untuk mengeluarkan pendapat; dalam hak ini termasuk kebebasan untuk mencari, menerima dan menyampaikan segala macam penerangan dan gagasan tanpa menghiraukan pembatasan-pembatasan, baik secara lisan, maupun tulisan atau 27 tercetak, dalam bentuk seni, atau melalui media lain menurut pilihannya. Pelaksanaan hak-hak yang tercantum dalam ayat-ayat dari pasal ini membawakan kewajiban-kewajiban dan tanggungjawab yang khusus. Oleh karena itu dapat dikenakan pembatasan-pembatasan tertentu, tetapi pembatasan-pembatasan ini terbatas pada yang sesuai dengan ketentuan hukum yang perlu: (a) untuk menghormati hak-hak atau nama baik orang lain. (b) untuk perlindungan kemanan nasional atau ketertiban umum atau kesehatan dan moral umum. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia diterbitkan pada bulan Oktober 1997 untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1961 tentang KetentuanKetentuan Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam salah satu pasalnya, yaitu pasal 15 (2) butir (a) Undang-Undang Kepolisian Negara RI Nomor 28 Tahun 1997 disebutkan mengenai wewenang kepolisian memberikan ijin untuk kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya. ’Kegiatan’ dalam ketentuan tersebut tidak jelas maknanya, sehingga kegiatan aksi demonstrasi mudah saja dianggap menjadi jenis ’kegiatan’ dalam ketentuan tersebut. 28 2.1.4. Aksi Demonstrasi Sebagai Bentuk Partisipasi Politik Aksi demontrasi adalah suatu model pernyataan sikap, penyuaraan pendapat, opini, atau tuntutan yang dilakukan dengan jumlah massa tertentu dan dengan teknik tertentu agar mendapat perhatian dari pihak yang dituju tanpa menggunakan mekanisme konvensional (birokrasi). Demonstrasi juga bertujuan untuk menekan pembuat kebijakan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sedangkan partisipasi politik secara umum merupakan suatu bentuk keterlibatan individu sampai pada bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik. Aksi demonstrasi umumnya dilatarbelakangi oleh matinya jalur penyampaian aspirasi atau buntunya metode dialog.. Dalam Trias Politika, aspirasi rakyat diwakili oleh anggota legislatif. Namun dalam kondisi pemerintahan yang korup, para legislator tidak dapat memainkan perannya, sehingga rakyat langsung mengambil ‘jalan pintas’ dalam bentuk aksi demonstrasi. Aksi demonstrasi juga dilakukan dalam rangka pembentukan opini atau mencari dukungan publik. Dengan demikian isu yang digulirkan harapannya dapat menjadi snowball. Dari isu mahasiswa menjadi isu masyarakat kebanyakan, seperti dalam kasus aksi menuntut mundur Soeharto dari jabatan Presiden Republik Indonesia. Aksi demonstrasi adalah hak bahkan dalam situasi tertentu dapat menjadi kewajiban. Ia dilindungi oleh undang-undang positif. Selain Declaration of Human Right (Freedom of Speech), hak aksi juga dilindungi 29 oleh UUD 1945 pasal 28 beserta amandemennya. Secara lebih spesifik, aksi ini kemudian diatur dengan adanya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Mekanisme Penyampaian Pendapat di Muka Umum. UndangUndang ini mengharuskan panitia aksi untuk memberikan surat pemberitahuan kepada pihak kepolisian setidaknya 3 (tiga) hari menjelang hari pelaksanaan. Ketentuan lainnya adalah, di dalam surat pemberitahuan itu harus ada nama penanggung jawab aksi, waktu pelaksanaan, rute yang dilewati, isu yang dibawa, jumlah massa, dan bentuk aksi. Selain itu ada juga larangan untuk melakukan aksi pada hari-hari tertentu dan tempattempat tertentu. Dalam pandangan aktivis, Undang-Undang ini pada awal pengesahannya dicurigai sebagai alat untuk mengebiri suara kritis mahasiswa dan rakyat. Pada perkembangannya, Undang-Undang inilah yang digunakan oleh rezim berkuasa melalui aparat kepolisian untuk mematikan suara oposan, dengan banyak menyeret para aktivis ke penjara. Aksi demonstrasi merupakan bagian dari bentuk partisipasi politik masyarakat. Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Menurut Miriam Budiardjo, partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy) 30 (dalam Sastroatmodjo, 1995: 68). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya. Partisipasi politik warga negara dipengaruhi oleh sistem politik yang diterapkan oleh suatu negara. Henry B. Mayo dalam buku Introduction to Democratic Theory memberi definisi tentang sistem politik yang demokratis ialah dimana kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihanpemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik. (dalam Budiardjo, 2001:61) Surbakti politik dengan (1992: 141-142) mengkategorikan kegiatan partisipasi sejumlah kriteria “rambu-rambu” yang menjadi konseptualisasi dari partisipasi politik itu sendiri. Pertama, partisipasi politik yang dimaksudkan berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam yang berupa sikap dan orientasi. Hal ini perlu ditegaskan karena sikap dan orientasi individu tidak selalu termanifestasikan dalam perilakunya. Kedua, kegiatan itu diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik. Termasuk dalam pengertian ini, seperti kegiatan mengajukan alternatif kebijakan umum, 31 alternatif pembuat dan pelaksana keputusan politik dan kegiatan mendukung ataupun menentang keputusan politik yang dibuat pemerintah. Ketiga, kegiatan yang berhasil (efektif) maupun yang gagal mempengaruhi pemerintah termasuk dalam konsep partisipasi politik. Keempat, kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan secara langsung ataupun secara tidak langsung. Kegiatan yang langsung berarti individu mempengaruhi pemerintah tanpa menggunakan perantara, sedangkan secara tidak langsung berarti mempengaruhi pemerintah melalui pihak lain yang dianggap dapat meyakinkan pemerintah. Keduanya termasuk ke dalam kategori partisipasi politik. Kelima, kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan melalui prosedur yang wajar (convensional) dan tak berupa kekerasan (nonviolence), seperti ikut memilih dalam pemilihan umum, mengajukan petisi, melakukan kontak tatap muka, dan menulis surat maupun dengan cara-cara di luar prosedur yang wajar (tak konvensional) dan berupa kekerasan (violence), seperti aksi demonstrasi (unjuk rasa), pembangkangan halus (seperti memilih kotak kosong daripada memilih calon yang disodorkan pemerintah), huru-hara, mogok, pembangkangan sipil, serangan bersenjata dan gerakan-gerakan poltik, seperti kudeta dan revolusi. 32 Almond menunjukkan macam-macam partisipasi politik sebagai berikut: Tabel 2.1. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik Konvensional Non Konvensional Pemberian Suara (voting) Pengajuan Petisi Diskusi politik Berdemonstrasi Kegiatan kampanye Konfrontasi Membentuk dan bergabung Mogok dalam kelompok kepentingan Tindak kekerasan politik terhadap Komunikasi individual dengan harta-benda (perusakan, pengeboman, pejabat politik dan administratif pembakaran) Tindak kekerasan politik terhadap manusia (penculikan, pembunuhan) Perang gerilya dan revolusi Sumber:Almond,1978 (dalam Suryadi, 2007: 134). Berdasarkan taraf atau luasnya partisipasi politik, Michael Rush dan Philip Althoff menggambarkannya sebagai berikut: Gambar 2.1.Hierarkhi Partisipasi Politik Menduduki jabatan politik atau administratif Mencari jabatan politik atau administratif Keanggotaan aktif suatu organisasi politik Keanggotaan pasif suatu organisasi politik Keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik Keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dsb. Partisipasi dalam diskusi politik formal, minat umum dalam politik Voting (pemberian suara) Apathi total Sumber: Rush, Michael dan Philip Althoff, 2000:140 (dalam Susanti, 2006: 7). 33 Berbagai jenis partisipasi yang tergambar dalam piramida yang basisnya lebar, tetapi menyempit ke atas sejalan dengan meningkatnya intensitas kegiatan politik. Di antara basis dan puncak terdekat pelbagai kegiatan yang berbeda-beda intensitasnya, berbeda menurut intensitas kegiatan maupun mengenai bobot komitmen dari orang yang bersangkutan. Termasuk di dalamnya memberi suara dalam pemilihan umum, mendiskusikan masalah politik, menghadiri rapat umum yang bersifat politik, dan menjadi anggota kelompok kepentingan. Yang lebih intensif lagi adalah melibatkan diri dalam berbagai proyek pekerjaan sosial, contacting atau lobbying pejabat-pejabat, bekerja aktif sebagai anggota partai politik dan menjadi juru kampanye, dan yang paling intensif, sebagai pimpinan partai atau kelompok kepentingan dan pekerja sepenuh waktu. Mahasiswa sebagai bagian yang cukup banyak berperan dalam hal partisipasi politik perlu mendapat perhatian. Gerakan mahasiswa dari masa ke masa selalu memberikan nuansa yang berbeda dalam hal partisipasinya untuk terlibat dalam dunia perpolitikan, namun ada beberapa fenomena dalam gerakan mahasiswa yang perlu diketahui. Phillip G. Altbach (1988: 15) berpendapat tentang adanya pergeseran fokus perhatian aktivis mahasiswa tentang isu, yaitu: ”bahwa realitas-realitas politik eksternal telah berubah. Gerakangerakan aktivis mahasiswa terutama lebih dirangsang oleh politik kemasyarakatan daripada oleh persoalan-persoalan di dalam universitas itu sendiri, dan perubahan-perubahan di dalam kehidupan politik secara alamiah akan mempunyai dampak penting atas gerakan mahasiswa.” 34 Phillip G. Altbach (1988: 134) menyatakan bahwa gerakan mahasiswa bisa dibedakan menjadi tiga tahap. Pertama, tahap kecaman terhadap masalah-masalah politik secara umum. Kedua, tahap ketika mahasiswa memusatkan perhatian pada masalah-masalah universitas. Dan tahap ketiga, merupakan fase pendirian dan pengembangan secara eksplisit organisasi dan partai politik dengan landasan ideologi politik. Phillip G. Altbach (1988: 30) berpendapat bahwa relatif sedikit saja kampanye dan aksi demonstrasi kaum aktivis dan energi mahasiswa nampak mengatur bagi kegiatan-kegiatan nonpolitis. Perhatian atau atensi berkaitan dengan informasi yang kita perhatikan (Baron dan Byrne, 2004: 81). Kerangka berfikir atau skema adalah kerangka mental yang berpusat pada tema-tema spesifik yang dapat membantu kita mengorganisasi informasi sosial. Kerangka berfikir telah terbukti berpengaruh terhadap semua aspek dasar kognisi sosial (Wyer & Srull, 1994, dalam Baron dan Byrne, 2004: 81). Dalam hubungannya dengan perhatian atau atensi, kerangka berfikir seringkali berperan sebagai sejenis penyaring: informasi yang konsisten dengan skema lebih diperhatikan dan lebih mungkin untuk masuk ke dalam kesadaran kita. Informasi yang tidak cocok dengan skema seringkali diabaikan (Fiske,1993 dalam Baron dan Byrne, 2004:81), kecuali informasi tersebut sangat ekstrem sehingga mau tidak mau kita akan memperhatikannya. Di antara sekian banyak macam isu dalam masyarakat, dalam buku ”Merubah Kebijakan Publik” karya Roem Topatimasang, dkk. (2001: 63), 35 ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan bahwa suatu isu strategis untuk diadvokasi. Antara lain; faktor aktualitas (sedang hangat atau sedang menjadi perhatian masyarakat), pada dasarnya, suatu isu dapat dikatakan sebagai isu yang strategis jika: (a) penting dan mendesak, dalam artian tuntutan memang semakin luas di masyarakat agar isu tersebut segera ditangani, jika tidak akan membawa dampak negatif lebih besar pada kehidupan masyarakat umum; (b) penad dengan kebutuhan dan aspirasi sebagian anggota masyarakat awam, khususnya lapisan mayoritas yang selama ini paling terabaikan kepentingannya; (c) akan berdampak positif pada perubahan kebijakan-kebijakan publik lainnya yang mengarah pada perubahan sosial yang lebih baik; (d) sesuai dengan visi dan agenda perubahan sosial yang lebih besar seperti yang dituntut oleh masyarakat. 2.1.5. Faktor-Faktor Pendorong Partisipasi Politik Partisipasi politik di negara-negara yang menerapkan sistem politik demokrasi merupakan hak warga negara tetapi dalam kenyataan prosentase warga negara yang berpartisipasi berbeda dari satu negara dengan negara yang lain. Tinggi rendahnya partisipasi politik warga negara dalam proses politik suatu negara setidaknya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah kesadaran politik dan kepercayaan terhadap pemerintah (sistem politik). Kesadaran politik ialah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Hal ini menyangkut pengetahuan seseorang tentang 36 lingkungan masyarakat dan politik dan menyangkut minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat ia tinggal. Yang dimaskud dengan sikap dan kepercayaan kepada pemerintah ialah penilaian seseorang terhadap pemerintah: apakah ia menilai pemerintah dapat dipercaya dan dapat dipengaruhi atau tidak? (Surbakti, 1992: 144). Berdasarkan tinggi rendahnya kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah, Paige (dalam Sunarto, 2004: 25) membagi partisipasi politik menjadi empat tipe. Apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi maka partisipasi politik cenderung aktif. Sebaliknya, apabila kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah rendah maka partisipasi politik cenderung pasif-tertekan (apatis). Tipe partisipasi ketiga berupa militan radikal, yakni apabila kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah. Selanjutnya, apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi maka partisipasi ini disebut pasif. Sebab-sebab seseorang menggunakan bentuk-bentuk partisipasi politiknya adalah berbagai motivasi yang ada pada kelompoknya dan dirinya, tentang bagaimana caranya agar tujuan-tujuannya tercapai melalui saluran-saluran politik yang ada. Partisipasi politik seseorang atau kelompok orang tentunya berbeda, hal ini dipengaruhi oleh kepentingan dari individu seseorang atau kelompok tersebut. Weber mengemukakan terdapat 5 (lima) penyebab timbulnya 37 gerakan ke arah partisipasi lebih luas dalam proses politik, yaitu sebagai berikut: a. Modernisasi dalam segala bidang kehidupan yang menyebabkan masyarakat makin banyak menuntut untuk ikut dalam kekuasaan politik. b. perubahan-perubahan struktur kelas. Masalah siapa yang berhak berpartisipasi dan pembuatan keputusan politik menjadi penting dan mengakibatkan perubahan dalam pola partisipasi politik c. pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern.. ide demokratisasi partisipasi telah menyebar ke bangsa-bangsa baru sebelum mereka mengembangkan modernisasi dan industrialisasi yang cukup matang. d. konflik antar kelompok pemimpin politik. Jika timbul konflik antarelit, maka yang dicari adalah dukungan rakyat. Terjadi perjuangan kelas menentang melawan kaum aristocrat yang menarik kaum buruh dan membantu memperluas hak pilih rakyat. e. keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan kebudayaan. Meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah sering merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisasi dalam pembuatan keputusan politik. (dalam Suryadi, 2007: 128) Vaughan dan Archer (dalam Altbach, 1988: 198) menyatakan bahwa suatu ideologi dapat mempengaruhi aksi dalam hal menentukan tujuan dan memilih sarana tertentu, diantara berbagai sarana yang ada, untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Phillip G. Altbach (1988: 178) bahwa terdapat kesan bahwa ideologi total, yang difokuskan melalui salah satu dari nilai-nilai sentralnya, menstrukturkan persepsi, peristiwa-peristiwa yang penting, sasaran yang khas dan sarana-sarana yang dipilih pada tingkat aksi politik mahasiswa. Dengan kata, lain ideologi menuntun respon dan pola tindakan. Selain itu, ideologi merumuskan masalah dan pemecahannya pada tingkat politik nasional. Penganjur ideologi merasa bahwa peristiwa dan masalah-masalah nasional mempunyai hubungan erat dengan aksi protes di dalam universitas. 38 Adakalanya para mahasiswa dibangkitkan oleh suatu isu politik, meskipun dalam kasus-kasus tersebut demonstrasinya cenderung kecil dan tidak tercipta gerakan atau organisasi yang langgeng (Altbach, 1988: 32). Menurut Altbach (1988:199) bahwa suatu nilai atau kepercayaan politik, dalam peran sebagai kriteria selektif, mempunyai pengaruh yang lebih langsung terhadap seleksi dari tujuan untuk bertindak, dibanding pengaruh yang dimiliki kepercayaan politik, dalam peran kriteria evaluatif. Sebab sebelum prinsip moral dan aspek-aspek evaluatif kepercayaan dapat berpengaruh terhadap aksi yang mendukung konfrontasi, aspek-aspek evaluatif tersebut harus dipandang dengan suatu cara yang khas. 2.2. Kerangka Berfikir Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa merupakan salah satu bentuk partisipasi politik mahasiswa. Sarana ini paling sering dilakukan oleh para aktivis mahasiswa, hampir setiap isu yang berkembang di masyarakat berpotensi menjadi bahan isu aksi demonstrasi. Aktivis mahasiswa dapat dibagi menjadi dua kelompok, kelompok yang pertama adalah aktivis organisasi kemahasiswaan intra kampus dan kelompok yang kedua adalah aktivis organisasi kemahasiswaan ekstra kampus. Kedua kelompok ini memiliki karakter kekhasannya masing-masing, jika dilihat dari filosofi berdirinya organisasi, Ormawa intra kampus berdiri berdasarkan idealisme universal atau umum sedangkan Ormawa ekstra kampus berdiri 39 berdasarkan idealisme ideologi tertentu, seperti ideologi Islam, Kristen/Katholik, Pancasila, Sosialis maupun Liberal. Organisasi kemahasiswaan memiliki salah satu peran yaitu melakukan pendidikan politik terhadap anggotanya. Kedua kelompok Ormawa tersebut memiliki lingkungan organisasi yang berbeda, nuansa yang berbeda, nilai-nilai yang berbeda serta idealisme yang berbeda pula. Dari perbedaan karakter kedua kelompok aktivis mahasiswa ini berpengaruh terhadap karakter pergerakannya, lebih khusus dalam penelitian ini adalah karakter aksi demonstrasi yang dilakukan oleh keduanya. Dengan rumusan masalah bagaimana fokus perhatian isu yang mereka usung dan bagaimana tingkat partisipasi keikutsertaan mereka dalam aksi demonstrasi. Kerangka berfikir di atas dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut: 40 Gambar 2.2. Skema Kerangka Berfikir Penelitian Ormawa Intra Kampus Ormawa Ekstra Kampus Pendidikan Politik Pendidikan Politik Partisipasi Politik (Aktivis) Partisipasi Politik (Aktivis) Aksi Demonstrasi: 1. Isu Aksi Demonstrasi 2. Tingkat partisipasi keikutsertaan dalam Aksi Demonstrasi Karakteristik Aksi Demonstrasi Aktivis Mahasiswa Intra Kampus Karakteristik Aksi Demonstrasi Aktivis Mahasiswa Ekstra Kampus BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Metode Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode survei. Menurut Nazir (2005: 56) bahwa metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual. Metode ini membedah, menguliti dan mengenal masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung. Dalam metode survei juga dikerjakan evaluasi serta perbandingan-perbandingan terhadap hal-hal yang telah dikerjakan orang dalam menangani situasi atau masalah yang serupa. 3.2. Metode Penentuan Objek 3.2.1. Populasi Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 108) bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Objek pada populasi diteliti, hasilnya dianalisis, disimpulkan dan kesimpulan itu berlaku untuk seluruh populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah pengurus Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) yang berjumlah 545 orang yang tersebar dalam berbagai Ormawa, antara lain Ormawa Intra Kampus yaitu; BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Unnes dan 8 BEM Fakultas di Unnes, antara lain BEM FIP, 41 42 BEM FBS, BEM FIS, BEM FMIPA, BEM FT, BEM FIK, BEM FE dan BEM FH serta 6 Organisasi Kemahasiswaan Ekstra Kampus, antara lain HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Komisariat, KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) Komisariat, PMII (Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia) Komisariat, IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) Komisariat, LMND (Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi) Komisariat dan GEMBES (Gerakan Mahasiswa Pembebasan) Komisariat di lingkungan sekitar kampus Unnes yang pengurusnya tercatat sebagai mahasiswa Unnes. Berikut daftar jumlah pengurus masing-masing Ormawa yang menjadi populasi objek penelitian: NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 13 14 15 16 Tabel 3.1. Daftar Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Kampus Unnes Tahun 2009 ORMAWA PENGURUS 64 BEM Universitas 40 BEM FIP 30 BEM FBS 35 BEM FIS 48 BEM FMIPA 37 BEM FT 32 BEM FIK 52 BEM FE 63 BEM FH 9 HMI Komisariat 58 KAMMI Komisariat 27 PMII Komisariat 32 IMM Komisariat 8 LMND Komisariat 10 GEMBES Komisariat JUMLAH Sumber: Diolah dari hasil penelitian awal. 545 43 3.2.2. Sampel Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 109) bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila subjek anggota populasi kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua dan jika jumlah populasi lebih besar dari 100 orang, maka dapat diambil antara 10-25% atau lebih. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 25% dari seluruh populasi yang ada, yaitu ditetapkan sejumlah 136 sampel. Penelitian ini menggunakan teknik Stratifield Proportional Random Sampling, dalam hal pengambilan sampel adalah dengan teknik Area Probability Sample (Sampel Wilayah), yaitu wilayah dibagi ke dalam organisasi-organisasi yang masuk dalam populasi atau bisa disebut subpopulasi. Selanjutnya digunakan teknik proporsional sample untuk menentukan jumlah sampel pada masing-masing subpopulasi. Teknik sampling random dilakukan dengan cara mencampur subjeksubjek di dalam subpopulasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek yang ada untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Subpopulasi ada 15, maka N1, N2,....N15. rumus sample fraction adalah: f1 = N1 N dan besar sampel per subpopulasi adalah: n1 = f . n 44 Keterangan: n = Jumlah Sampel N = Total Populasi f = Sample Fraction Berikut adalah contoh perhitungan proporsi sampel pada masing- masing subpopulasi: n1 = f1 . n = 64 X 136 545 = 15, 97 maka jumlah sampel n1 adalah 16 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 13 14 15 16 Tabel 3.2. Sampel Penelitian Aktivis Mahasiswa Unnes ORMAWA POPULASI SAMPEL 64 16 BEM Universitas 40 10 BEM FIP 30 8 BEM FBS 35 9 BEM FIS 48 12 BEM FMIPA 37 9 BEM FT 32 8 BEM FIK 52 13 BEM FE 63 16 BEM FH 9 2 HMI Komisariat 58 14 KAMMI Komisariat 27 7 PMII Komisariat 32 8 IMM Komisariat 8 2 LMND Komisariat 10 2 GEMBES Komisariat JUMLAH Sumber: Diolah dari hasil penelitian awal. 545 136 45 3.3. Fokus Penelitian Fokus penelitian merupakan apa yang harus menjadi perhatian dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah karakteristik aksi demonstrasi aktivis Ormawa intra dan ekstra kampus Unnes, lebih khusus pada fokus perhatian para aktivis terhadap isu yang diusung melalui aksi demonstrasi dan tingkat partisipasi keikutsertaannya dalam aksi demonstrasi. 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Kuesioner atau Angket Penelitian ini menggunakan metode angket, dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut: Keuntungan metode angket adalah; 1) setiap responden menerima pertanyaan yang sama. 2) responden mempunyai kebebasan untuk memberikan keterangan atau jawaban. 3) pengaruh subjektifitas dapat dilindungi. 4) angket dapat digunakan untuk responden yang banyak dengan waktu relatif singkat serta sedikit tenaga. Kelemahan metode angket adalah; 1) kemungkinan ada responden yang tidak mengisi angket. 2) pertanyaan telah ditentukan yang tidak dapat diubah sesuai dengan kemampuan responden. 46 3) teknik ini belum merupakan jaminan bahwa responden akan memberikan jawaban yang tepat. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 200), sebelum menggunakan kuesioner, ada prosedur yang harus dilalui, antara lain; 1) merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner 2) mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner. 3) Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan tunggal 4) Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya. Penelitian ini menggunakan angket dengan dua (alternatif) jawaban. Agar data dapat diolah dengan statistik maka data kualitatif ditransfer menjadi data kuantitatif. Penelitian menggunakan scoring dengan 2 alternatif, untuk pertanyaan dengan jawaban a = 1 dan b = 0. Serta pertanyaan tambahan dengan jawaban skala nilai. Angket atau kuesioner adalah alat pengumpul data yang digunakan peneliti untuk mengetahui apakah ada perbedaan fokus perhatian issu aksi demonstrasi dan intensitas keikutsertaan dalam aksi demonstrasi di antara para aktivis mahasiswa Unnes. 3.4.2. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya 47 atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara) (Nazir: 2005: 194). Wawancara dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor seperti skema berikut: Gambar 3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi dalam Wawancara - Situasi Wawancara waktu tempat kehadiran orang lain sikap masyarakat Pewawancara - Karakteristik sosial - Ketrampilan melaksanakan wawancara - Motivasi - Rasa aman Responden - karakteristik sosial - kemampuan menangkap pertanyaan - kemauan menjawab pertanyaan - Isi Wawancara Peka untuk ditanyakan Sukar untuk ditanyakan Tingkat minat Sumber kekhawatiran Sumber: Nazir (2005: 195) Dalam melakukan wawancara, peneliti harus dapat ‘menangkap’ proses interpretasi dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang orang yang diteliti serta berusaha mendalami aspek subyektif dari perilaku manusia dengan cara masuk ke dunia konseptual orang-orang yang diteliti. Dengan cara tersebut diharapkan peneliti dapat mengerti bagaimana makna sosial 48 dan wacana-wacana yang dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara terhadap Pimpinan Organisasi Kemahasiswaan yang dalam beberapa kegiatan aksi demonstrasi berperan sebagai pimpinan aksi, baik sebagai konseptor, orator, agigator, HUMAS ataupun peran lain yang dipandang cukup strategis dalam kegiatan aksi demonstrasi antara lain; Presiden Mahasiswa Unnes, Menteri Luar Negeri BEM KM Unnes, dan beberapa Ketua Ormawa lainnya yang memiliki peran cukup strategis dalam pelaksanaan aksi demonstrasi ayng pernah ada. Peran dari metode wawancara ini sebagai pendukung dan pelengkap data penelitian. 3.4.3. Dokumentasi Teknik atau studi dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip, buku-buku tentang pendapat, dalil, hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002: 206). Dokumentasi yang dimaksud seperti proposal dan laporan kegiatan kegiatan BEM dan organisasi kemahasiswaan yang lain, berita dari media massa. 49 3.5. Analisis Instrumen Penelitian 3.5.1. Validitas Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 144-146) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau shahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Dalam penelitian ini, untuk mengukur validitas alat pengumpul data teknik validitas yang logis dan validitas empiris: 1) Validitas Logis Merupakan pedoman penyusunan alat ukur yang didasarkan pada teori dan kriteria materi sasaran penelitian. Validitasnya diperoleh dengan usaha yang dilakukan dengan memperhatikan langkah-langkah penyusunan instrumen, yaitu dengan memecah variabel ke dalam subvariabel dan indikator-indikator, kemudian merumuskan butir-butir pertanyaan dari tiap-tiap indikator. Untuk mengetahui apakah item-item instrumen itu telah tersusun secara logis atau belum adalah dengan mengkonsultasikan item-item 50 tersebut kepada yang berkompeten, dalam hal ini adalah Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II. 2) Validitas Empiris Dalam validitas empiris ketepatan dapat diperoleh dengan valid. Cara pengujian ini menurut Suharsimi Arikunto (2002: 145) ada dua cara yaitu: a) Validitas eksternal b) Validitas internal Dalam penelitian ini digunakan validitas internal, yaitu terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung “misi” instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari variabel yang dimaksud. Untuk mengukur tingkat validitas instrumen, digunakan rumus Product Moment. N(∑ XY) – (∑X)( ∑Y) rxy = √{N∑X²–(∑X) ²}{N ∑Y²–(∑Y)²} Keterangan: rxy = koefisien korelasi antara gejala X dan Y N = jumlah subjek uji coba ∑X = jumlah dari skor item X 51 ∑Y = jumlah dari skor item Y ∑X² = jumlah kuadrat dari skor item X ∑Y² = jumlah kuadrat dari skor item Y ∑XY = jumlah perkalian antara item X dan item Y Kemudian hasil rXY dikonsultasikan dengan rtabel product moment dengan = 5%. Jika rXY > rtabel maka dikatakan valid. Jumlah soal yang diuji coba adalah 36 butir, diperoleh 31 soal valid dan 5 soal tidak valid. 31 item soal yang valid di antaranya adalah 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, dan 35. Sedangkan 5 item soal yang tidak valid adalah 6, 12, 18, 24, dan 36. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran. 3.5.2. Reliabilitas Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 154) bahwa reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal. Dalam penelitian ini menggunakan 52 reliabiltas internal, yaitu dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan. Langkah untuk menentukan koefisien reliabilitas adalah setelah selesai melakukan scoring melalui angket kemudian mengkorelasikan X dan Y dengan rumus koefisien korelasi Product Moment dari Carl Person. Selanjutnya hasil dimasukkan ke dalam rumus Spearman-Brown untuk memperoleh koefisien reliabilitas, dengan membelah butir-butir instrumen ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok belahan pertama dan kelompok belahan kedua. Berikut adalah rumus reliabilitas Spearman-Brown: r 11 = (2 x r½½) (1 + r½½) Keterangan r 11 = reliabilitas yang dicari r½½ = rxy antara gejala kelompok item belahan pertama dan belahan kedua. (Arikunto, 2002: 156) Kriteria reliabel tidaknya instrumen dapat dianalisis dengan cara membandingkan r 11 dengan harga r tabel yang sesuai pada tabel harga product moment maka dikatakan instrumen yang diujikan reriabel. Untuk = 5% dengan n = 20 diperoleh r tabel = 0,444. Setelah dilakukan perhitungan hasil uji coba instrumen sebesar r 11 = 0,955371, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel. Perhitungan reliabilitas instrumen lebih lengkap terdapat pada lampiran. 53 3.5.3. Penentuan Instrumen Berdasarkan hasil perhitungan analisis validitas dan reliabilitas kuesioner, maka item kuesioner yang dipilih sebagai instrumen (soal yang dipakai) untuk mengambil data penelitian adalah 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, dan 35. Sedangkan soal yang dibuang adalah soal pada nomor 6, 12, 18, 24, 30 dan 36. 3.6. Teknik Analisis Data Analisis data diperlukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan penelitian sesuai dengan tujuan yang ditetapkan peneliti. Ada tiga langkah yang digunakan untuk menganalisis hasil penelitian yaitu, persiapan, tabulasi dan penerapan data terpercaya (Arikunto, 2002: 209213). Pada tahap persiapan yang harus dilakukan adalah; (a) mengecek kelengkapan identitas responden, (b) mengecek kelengkapan instrumen, (c) mengecek kelengkapan isian. Pada tahap tabulasi yang harus dilakukan adalah; (a) memberikan skor pada item-item angket, (b) mengubah data dari kualitatif ke kuantitatif, (c) menghitung keseluruhan skor. Permasalahan yang pertama menggunakan analisis data dengan menghitung prosentase dari jawaban responden terhadap isu yang menjadi pilihannya, sehingga menghasilkan prosentase proporsi masing-masing isu 54 yang disoroti. Sedangkan untuk permasalahan yang kedua adalah menggunakan uji statistik dengan penghitungan penafsiran skor berdasarkan kriteria Mean. 3.7. Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti membagi dalam empat tahapan, yaitu: (1) tahap pra lapangan, (2) pekerjaan lapangan, (3) analisis data, (4) penulisan laporan. Pada tahap pertama yaitu tahap pra lapangan, peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam penelitian, antara lain; (1) menyusun rancangan penelitian, (2) membuat surat penelitian, (3) melakukan koordinasi dengan para ketua organisasi kemahasiswaan baik intra kampus maupun ekstra kampus. Pada tahap kedua yaitu pekerjaan lapangan, peneliti melaksanakan penyebaran kuesioner dan wawancara serta mencari dokumentasi yang mendukung penelitian. Tahap ketiga yaitu analisis data. Semua data yang diperoleh dari lapangan di analisis dengan menggunakan analisis statistik. Dalam tahap ini peneliti melakukan kajian terhadap permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Tahap keempat yaitu tahap penulisan laporan, dalam tahap ini peneliti melaporkan hasil penelitian secara tertulis. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Aktivis Mahasiswa Unnes Penelitian terhadap para aktivis mahasiswa Unnes dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2009 hingga tanggal 23 Agustus 2009, dengan menyebarkan kuesioner di 15 organisasi kemahasiswaan yang sudah ditetapkan menjadi cluster sample dan wawancara terhadap beberapa pimpinan organisasi kemahasiswaan yang sudah ditentukan. Antara lain organisasi kemahasiswaan intra kampus, yaitu BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Unnes dan 8 (delapan) BEM Fakultas di Unnes (BEM FIP, BEM FBS, BEM FIS, BEM FMIPA, BEM FT, BEM FIK, BEM FE dan BEM FH), serta 6 (enam) organisasi kemahasiswaan ekstra kampus, antara lain HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Komisariat, KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) Komisariat, PMII (Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia) Komisariat, IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) Komisariat, LMND (Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi) Komisariat dan GEMA (Gerakan Mahasiswa) Pembebasan Komisariat di lingkungan sekitar kampus Unnes yang seluruh pengurusnya tercatat sebagai mahasiswa Unnes. Organisasi kemahasiswaan (Ormawa) adalah perkumpulan, kesatuan mahasiswa yang sudah terlembaga, mempunyai landasan hukum, dan mempunyai tujuan yang jelas guna mengembangkan peran serta dan fungsi 55 56 mahasiswa di lingkungan maupun di masyarakat (Buku Panduan Unnes, 2006: 23). BEM Unnes sebagai Ormawa tingkat universitas mempunyai landasan hukum yaitu dengan Keputusan Rektor Unnes, sedangkan BEM Fakultas mempunyai landasan hukum yaitu dengan Keputusan Dekan Fakultas yang bersangkutan. Sedangkan untuk organisasi kemahasiswaan ekstra kampus landasan hukumnya menurut aturan yang berlaku di dalam internal organisasinya masing-masing. Namun demikian, organisasi kemahasiswaan dibentuk dari, oleh dan untuk mahasiswa, dimana segala prosesi kemahasiswaan ditentukan oleh mahasiswa. Dari 136 jumlah responden aktivis mahasiswa yang diambil menjadi sampel dari penelitian ini dapat dikategorikan bahwa komposisi dapat dijelaskan dalam sebaran sebagai berikut: 4.1.1.1. Sebaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin. Gambar 4.1. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 70 60 Percent 50 40 66.2 30 20 33.8 10 0 Laki-Laki Perempuan Gambar 4.1. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Sumber: Diolah dari kuesioner halaman 1. 57 Secara umum hampir seluruh Organisasi Kemahasiswaan didominasi oleh aktivis laki-laki hingga 66.2% sedangkan aktivis perempuan hanya 33.8%. Hal ini merupakan fenomena umum bahwa dalam ranah publik tingkat partisipasi laki-laki cenderung lebih tinggi dibanding tingkat partisipasi perempuan, meskipun secara kuantitas jumlah mahasiswa perempuan lebih banyak dibanding jumlah mahasiswa laki-laki. Namun dalam kondisi khusus bisa terjadi sebaliknya, seperti contoh ada satu organisasi kemahasiswaan di Unnes yang hampir seluruh pengurusnya adalah perempuan, yaitu Himpunan Mahasiswa Teknik Jasa dan Produksi Fakultas Teknik, karena memang jumlah mahasiswa didominasi oleh mahasiswa perempuan. 4.1.1.2. Sebaran Responden berdasarkan Pekerjaan Ayah. Gambar 4.2. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah 40 Percent 30 20 10 0 PNS Guru TNI/POLRI Swasta Petani/Nelayan Tidak Menjawab Karyawan Gambar 4.2. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah Sumber: Diolah dari kuesioner halaman 1. Jumlah terbesar aktivis mahasiswa Unnes adalah anak dari ayah yang pekerjaannya sebagai PNS dengan jumlah 38.2%, kemudian disusul 58 dengan swasta 27.2%, Petani/Nelayan 14%, Guru 12.5%, TNI/POLRI 3.7%, karyawan 2.9% dan sisanya tidak menjawab sebesar 1.5%. Secara umum bahwa aktivis mahasiswa Unnes berasal dari keluarga yang secara ekonomi pada taraf ekonomi menengah dan atas. Hal ini sejalan dengan hasil survei Holtman (dalam Altbach, 1988: 149-150) yang menyimpulkan bahwa anak-anak dari kalangan menengah dan atas lebih mudah bergerak di luar universitas dibanding anak-anak kelas buruh. Mereka tampak lebih mobile dan secara pribadi lebih bebas. Bagi mereka, setiap tatanan sosial tidak memiliki relevansi ”hukum” tetapi lebih sekedar merupakan aneka ragam tatanan yang bisa dipilih. Itulah sebabnya mengapa mereka siap melontarkan kritik, mempertanyakan sesuatu, memprotes halhal yang tidak berkenan di hati, serta berfikir tentang alternatif-alternatif. Merasa aman dalam hal keuangan, mereka merasa memiliki masa depan yang baik. Menjadi hal yang wajar bahwa kebanyakan aktivis mahasiswa berasal dari keluarga yang secara ekonomi mapan, karena aktivis mahasiswa dituntut untuk banyak berkorban, disamping berkorban tenaga, waktu dan fikiran, seringkali juga dituntut untuk berkorban materi untuk menjalankan kelangsungan aktivitas mereka. 4.1.2. Isu dan Aksi Demonstrasi dalam Pandangan Aktivis Mahasiswa Isu atau persoalan dalam masyarakat tidak akan pernah ada habisnya. Setiap saat persoalan akan selesai di satu sisi dan bertambah di sisi yang 59 lainnya, atau bahkan satu persoalan tidak pernah menemui ujung selesainya. Sedangkan aktivis mahasiswa merupakan suatu kelompok masyarakat yang sadar dan tersadarkan. Suatu kelompok masyarakat yang sesungguhnya memiliki peran sangat penting dalam dinamika sosial suatu masyarakat secara keseluruhan. Maka, menjadi satu tuntutan yang wajib bagi seorang aktivis mahasiswa untuk mengetahui dan selalu memperbaharui informasi yang ia dapatkan dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan yang terjadi di dalam masyarakat. Mengetahui isu-isu atau persoalan-persoalan yang ada di masyarakat merupakan hal yang penting, karena kita merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Sebagai makhluk sosial tentu kita dituntut untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat (wawancara dengan Presiden Mahasiswa BEM KM Unnes 2009 Dasam, tanggal 10 Agustus 2009). Merupakan suatu keharusan bagi warga negara untuk mengetahui isu-isu yang terjadi secara umum di masyarakat. Hal ini merupakan salah satu kepedulian warga negara untuk senantiasa mengontrol isu serta menjadi warga negara yang mampu berkontribusi dalam pencapaian solusi dari persoalan-persoalan bangsa (wawancara dengan Menteri Luar Negeri BEM KM Unnes 2009 Hanityo Kusuma tanggal 11 Agustus 2009). Mengetahui isu yang berkembang di masyarakat adalah hal yang sangat penting khususnya bagi aktivis mahasiswa, karena sebagai pendorong munculnya kepekaan terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di 60 masyarakat (wawancara dengan Ketua KAMMI Komisariat Yuniar Kustanto tanggal 12 Agustus 2009). Persoalan umat manusia harus dipecahkan, jika kita tidak mengetahuinya bagaimana mungkin bisa memberikan solusi atas persoalan yang terjadi. Persoalan dipahami, dianalisis dan selanjutnya merumuskan solusi apa yang akan ditawarkan kepada pihak yang terkait atas persoalan yang diangkat (wawancara dengan Sekjen GEMA Pembebasan Sabar Budi Raharjo tanggal 20 Agustus 2009). Tumbuhnya kepekaan mahasiswa terhadap persoalan masyarakat ini menurut Arbi Sanit (1985) (dalam Rahmat dan Najib, 2001: xii-xiii) disebabkan paling tidak oleh lima hal. Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa memiliki pandangan yang cukup luas untuk dapat bergerak di semua lapisan masyarakat. Kedua, sebagai golongan masyarakat yang paling lama mengalami pendidikan, mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik terpanjang diantara angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya hidup unik di kalangan mahasiswa, dan terjadi akulturasi sosial budaya tinggi diantara mereka. Keempat, mahasiswa sebagai golongan yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur ekonomi, dan akan memiliki keistimewaan tertentu dalam masyarakat, adalah kelompok elit di kalangan kaum muda. Kelima, seringya mahasiswa terlibat dalam pemikiran, perbincangan dan penelitian berbagai masalah masyarakat, 61 memungkinkan mereka tampil dalam forum yang kemudian mengangkatnya ke jenjang karier sesuai dengan keahliannya. Aktivis mahasiswa memiliki kesadaran terhadap pentingnya memahami persoalan-persoalan yang terjadi dalam masyarakat yang kemudian menjadi titik tolak munculnya kepekaan terhadap kondisi yang terjadi. Kepekaan sosial warga negara terhadap permasalahannya merupakan salah satu bentuk kepedulian warga negara itu sendiri terhadap kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini menjadi faktor pertama yang menentukan perjalanan suatu bangsa dalam menuju cita-cita yang diinginkan. Di antara sekian banyak macam isu dalam masyarakat, dalam buku Merubah Kebijakan Publik karya Roem Topatimasang, dkk. (2001: 63), ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan bahwa suatu isu strategis untuk diadvokasi. Antara lain; faktor aktualitas (sedang hangat atau sedang menjadi perhatian masyarakat), pada dasarnya, suatu isu dapat dikatakan sebagai isu yang strategis jika: (a) penting dan mendesak, dalam artian tuntutan memang semakin luas di masyarakat agar isu tersebut segera ditangani, jika tidak akan membawa dampak negatif lebih besar pada kehidupan masyarakat umum; (b) penad dengan kebutuhan dan aspirasi sebagian anggota masyarakat awam, khususnya lapisan mayoritas yang selama ini paling terabaikan kepentingannya; (c) akan berdampak positif pada perubahan kebijakan-kebijakan publik lainnya yang mengarah pada 62 perubahan sosial yang lebih baik; (d) sesuai dengan visi dan agenda perubahan sosial yang lebih besar seperti yang dituntut oleh masyarakat. Bahwa suatu isu menjadi perlu diperjuangkan melalui jalur aksi demonstrasi apabila suatu kebijakan yang diterapkan bertentangan dengan rasa keadilan sosial di dalam masyarakat dan juga Si Pembuat Kebijakanpun tidak mempunyai kepekaan terhadap kondisi masyarakat disamping matinya saluran-saluran aspirasi dalam sistem demokrasi (wawancara dengan Menlu BEM KM Unnes 2009, Hanityo Kusuma tanggal 11 Agustus 2009). Selaras dengan Dasam (wawancara tanggal 10 Agustus 2009) yang manyatakan bahwa isu/persoalan dalam masyarakat dianggap penting manakala isu/persoalan itu berdampak bagi masyarakat banyak dan dalam jangka panjang akan berakibat negatif bagi kehidupan masyarakat. Aksi demonstrasi yang kami lakukan merupakan sebuah kesadaran sebagai mahasiswa yang mempunyai tanggungjawab sebagai mediator aspirasi masyarakat dengan pemangku kepentingan (Wawancara dengan Presiden Mahasiswa Dasam tanggal 21 Agustus 2009). Kepekaan aktivis mahasiswa serta semangat perbaikan yang mereka miliki mendorong mereka untuk bertindak dengan cara yang mereka yakini, ini merupakan salah satu bentuk partisipasi politik yaitu dengan aksi demonstrasi, meskipun cara partisipasi politik yang lain seperti lobying, dialog dan diskusi tetap menjadi strategi yang saling melengkapi satu sama lain bagi perjuangan untuk mewujudkan cita-cita yang mereka harapkan. 63 Surbakti politik dengan (1992: 141-142) mengkategorikan kegiatan partisipasi sejumlah kriteria “rambu-rambu” yang menjadi konseptualisasi dari partisipasi politik itu sendiri. Pertama, partisipasi politik yang dimaksudkan berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam yang berupa sikap dan orientasi. Hal ini perlu ditegaskan karena sikap dan orientasi individu tidak selalu termanifestasikan dalam perilakunya. Kedua, kegiatan itu diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik. Termasuk dalam pengertian ini, seperti kegiatan mengajukan alternatif kebijakan umum, alternatif pembuat dan pelaksana keputusan politik dan kegiatan mendukung ataupun menentang keputusan politik yang dibuat pemerintah. Ketiga, kegiatan yang berhasil (efektif) maupun yang gagal mempengaruhi pemerintah termasuk dalam konsep partisipasi politik. Keempat, kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan secara langsung ataupun secara tidak langsung. Kegiatan yang langsung berarti individu mempengaruhi pemerintah tanpa menggunakan perantara, sedangkan secara tidak langsung berarti mempengaruhi pemerintah melalui pihak lain yang dianggap dapat meyakinkan pemerintah. Keduanya termasuk ke dalam kategori partisipasi politik. Kelima, kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan melalui prosedur yang wajar (convensional) dan tak berupa kekerasan (nonviolence), seperti ikut memilih dalam pemilihan umum, mengajukan petisi, 64 melakukan kontak tatap muka, dan menulis surat maupun dengan cara-cara di luar prosedur yang wajar (tak konvensional) dan berupa kekerasan (violence), seperti aksi demonstrasi (unjuk rasa), pembangkangan halus (seperti memilih kotak kosong daripada memilih calon yang disodorkan pemerintah), huru-hara, mogok, pembangkangan sipil, serangan bersenjata dan gerakan-gerakan poltik, seperti kudeta dan revolusi. Kepekaan aktivis mahasiswa yang kemudian diimplementasikan dalam kegiatan-kegiatan mereka, termasuk di dalamnya adalah aksi demonstrasi, diskusi dan kegiatan-kegiatan yang lainnya menandakan kesaradan partisipasi politik sebagai warga negara. 4.1.3. Fokus Perhatian Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap Isu-Isu Aksi Demonstrasi. Hasil penelitian dari pertanyaan saringan dalam kuesioner (A.6); “Bagaimana pendapat Anda terhadap aksi demonstrasi?” Didapatkan jawaban responden antara lain; (a) 97.1% responden menjawab “Kadang setuju, kadang tidak setuju, tergantung bobot penting/tidak pentingnya isu/tema yang diusung”, (b) 0.7% responden menjawab “Selalu setuju/mendukung terhadap semua aksi demonstrasi”, dan (c) 2.2% responden menjawab “Tidak setuju dengan semua aksi demonstrasi”. Hal ini menunjukkan bahwa sikap secara umum aktivis mahasiswa Unnes terhadap aksi demonstrasi lebih dititikberatkan pada bobot isu apa yang diusung dalam suatu aksi demonstrasi, yaitu isu apa yang penting dan perlu di usung melalui aksi demonstrasi menurut pandangan mereka. 65 Hasil penelitian dari 30 daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden yang berisi isu-isu yang diusung melalui aksi demonstrasi, dimana isu-isu tersebut dikelompokkan ke dalam 6 (enam) kategori, yaitu (a) isu internasional politis, (b) isu internasional nonpolitis, (c) isu nasional politis, (d) isu nasional nonpolitis, (e) isu lokal eksternal perguruan tinggi dan (f) isu lokal internal perguruan tinggi, didapatkan skor jawaban dari pertanyaan adalah 62.55% pertanyaan dijawab setuju, 31.50% pertanyaan dijawab tidak setuju dan sisanya sebesar 5.86% pertanyaan tidak dijawab. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pertanyaan yang berisi isu-isu yang diusung melalui jalur aksi demonstrasi disikapi positif oleh lebih dari separuh jumlah aktivis mahasiswa. Namun demikian tidak semua isu yang diusung melalui aksi demonstrasi tersebut mendapatkan perhatian yang sama persis oleh para aktivis mahasiswa. Dalam penelitian ini, aktivis mahasiswa dikelompokkan ke dalam 2 (dua) kelompok, kelompok pertama adalah aktivis mahasiswa Ormawa intra kampus, yang terdiri dari aktivis mahasiswa BEM KM Unnes dan BEM Fakultas dan kelompok yang kedua adalah aktivis mahasiswa Ormawa ekstra kampus, yang terdiri dari aktivis mahasiswa HMI Komisariat, KAMMI Komisariat, PMII Komisariat, IMM Komisariat, LMND Komisariat dan GEMA Pembebasan Komisariat. Dari hasil tabulasi dan perhitungan skor nilai jawaban dari pertanyaan dalam kuesioner dapat digambarkan melalui tabel urutan 66 prosentase fokus perhatian para aktivis mahasiswa terhadap isu-isu aksi demonstrasi sebagai berikut: Tabel 4.1. Fokus Perhatian Aktivis Mahasiswa Ormawa Intra Kampus FOKUS PERHATIAN NO ISU SKOR PROSENTASE 1 Nasional Politis 315 17.05% 2 Lokal Internal Perguruan Tinggi 314 17% 3 Lokal Eksternal Perguruan Tinggi 310 16.78% 4 Internasional Politis 307 16.62% 5 Nasional Nonpolitis 301 16.30% 6 Internasional Nonpolitis 300 16.24% Rata-rata = 16,67% Sumber: Diolah dari kuesioner halaman 3 sampai dengan 7. Tabel 4.2. Fokus Perhatian Aktivis Mahasiswa Ormawa Ekstra Kampus FOKUS PERHATIAN NO ISU SKOR PROSENTASE 1 Nasional Politis 127 18.01% 2 Internasional Politis 125 17.73% 3 Lokal Eksternal Perguruan Tinggi 117 16.60% 4 Nasional Nonpolitis 113 16.03% 5 Internasional Nonpolitis 113 16.03% 6 Lokal Internal Perguruan Tinggi 110 15.60% Rata-rata = 16,67% Sumber: Diolah dari kuesioner halaman 3 sampai dengan 7. Dari data tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan prosentase yang tajam antara isu yang satu dengan isu yang lain. Namun demikian tidak semua isu mendapatkan porsi yang sama persis dalam perhatian aktivis mahasiswa, sehingga terlihat ada perbedaan dalam hal urutan tingkat prosentase isu yang menjadi fokus perhatian. Hal yang sama dalam urutan prosentase isu aksi demonstrasi yang menjadi perhatian adalah bahwa kedua kelompok aktivis mahasiswa 67 menempatkan isu nasional politis pada urutan yang pertama, kemudian diikuti oleh isu-isu yang lainnya. Pada aktivis mahasiswa Ormawa Intra Kampus, fokus perhatian setelah isu nasional politis dengan 17.05% kemudian diikuti oleh isu lokal internal perguruan tinggi dengan 17%, setelah itu diikuti oleh isu lokal eksternal perguruan tinggi 16.78%, isu internasional politis 16.62%, isu nasional nonpolitis 16.30% dan isu internasional nonpolitis sebesar 16.24%. Dari prosentase di atas dapat dilihat bahwa bagi aktivis mahasiswa Ormawa Intra Kampus, isu lokal internal perguruan tinggi ditempatkan pada urutan berikutnya setelah isu nasional politis. Hal ini mengingat bahwa Ormawa intra kampus dengan pihak universitas memiliki hubungan secara normatif dan struktural, dimana legalitas hukum organisasi berada di bawah universitas, pembiayaan kegiatan berasal dari pihak universitas, sehingga aktualisasi wilayah kerja organisasi ini berada sangat dekat dengan urusan rumah tangga internal universitas dan menjadi pihak pertama yang mengetahui tentang sesuatu hal yang terjadi, misalnya soal kebijakan kampus, kegiatan universitas dan sebagainya. Sehingga aktivis Ormawa intra kampus begitu dekat dengan isu lokal internal perguruan tinggi. Berbeda dengan aktivis Ormawa ekstra kampus, fokus perhatian setelah isu nasional politis dengan 18.01% adalah ditempati oleh isu internasional politis dengan 17.73%, diikuti oleh isu lokal eksternal perguruan tinggi 16.60%, isu nasional nonpolitis 16.03%, internasional 68 nonpolitis 16.03% dan terakhir ditempati oleh isu lokal internal perguruan tinggi 15.60%. Perbedaan yang cukup terlihat dalam urutan isu fokus perhatian antara aktivis Ormawa intra kampus dengan aktivis Ormawa ekstra kampus adalah bahwa aktivis Ormawa intra kampus menempatkan isu lokal internal perguruan tinggi pada posisi kedua setelah isu nasional politis, sedangkan aktivis mahasiswa Ormawa ekstra kampus, menempatkan isu lokal internal perguruan tinggi pada urutan terakhir setelah isu-isu yang lainnya. Hal ini mengingat bahwa organisasi kemahasiswaan ekstra kampus tidak ada hubungan normatif maupun struktural dengan pihak universitas. Organisasi ekstra kampus aktualisasi wilayah kerjanya tidak berada di dalam kampus tetapi lebih pada di luar kampus. Sehingga yang terjadi adalah aktivis mahasiswa Ormawa ekstra kampus kurang begitu memberikan porsi yang lebih pada isu-isu seputar persoalan internal perguruan tinggi. 4.1.4. Tingkat Partisipasi Keikutsertaan Aktivis Mahasiswa Unnes dalam Aksi Demonstrasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hal keikutsertaan aktivis mahasiswa dalam aksi demonstrasi, terdapat perbedaan di antara aktivis mahasiswa Ormawa intra kampus dengan aktivis mahasiswa Ormawa ekstra kampus. Berikut dapat dilihat dalam tabel dan perhitungan berikut: 69 Tabel 4.3. Frekuensi Keikutsertaan Aktivis Ormawa Intra Kampus dalam Aksi Demonstrasi Keikutsertaan Aksi Frekuensi Frekuensi Relatif % 0 49 48.5 1 12 11.9 2-4 20 19.8 >5 13 12.9 Tidak Menjawab 7 6.9 Total 101 100.0 Sumber: Diolah dari Kuesioner halaman 8. Jumlah responden yang menjawab dari 1 (satu) buah pertanyaan adalah 94 orang, dengan kriteria skor ”Tidak Pernah Ikut” = skor 1, ”Ikut 1 kali” = skor 2, ”ikut 2-4 kali” = skor 3 dan ”ikut > 5 kali” = skor 4, maka didapatkan skor total 185. Dengan menggunakan kriteria Mean (M) dapat disusun kriteria sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 Mean Terendah (Sr) = (1 x 1 x 94) : (1 x 94) = 1 Mean Tertinggi (St) = (4 x 1 x 94) : (1 x 94) = 4 Jarak = 4-1 =3 Interval Kriteria =3:5 = 0,6 Skor < 1,599 1,600 – 2,199 2,200 – 2,799 2,800 – 3,399 3,400 > Kriteria Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Skor dari 94 responden adalah 185. Mean = 185 : 1 : 94 = 1,968 termasuk kriteria rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi keikutsertaan aktivis Ormawa intra kampus dalam aksi demonstrasi adalah ”Rendah”. 70 Tabel 4.4. Frekuensi Keikutsertaan Aktivis Ormawa Ekstra Kampus dalam Aksi Demonstrasi Keikutsertaan Aksi Frekuensi Frekuensi Relatif % 0 9 25.7 1 4 11.4 2-4 11 31.4 >5 9 25.7 Tidak Menjawab 2 5.7 Total 35 100.0 Sumber: Diolah dari Kuesioner halaman 8. Jumlah responden yang menjawab dari 1 (satu) buah pertanyaan adalah 33 orang, dengan kriteria skor ”Tidak Pernah Ikut” = skor 1, ”Ikut 1 kali” = skor 2, ”ikut 2-4 kali” = skor 3 dan ”ikut > 5 kali” = skor 4, maka didapatkan skor total 86. Dengan menggunakan kriteria Mean (M) dapat disusun kriteria sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 Mean Terendah (Sr) = (1 x 1 x 33) : (1 x 33) = 1 Mean Tertinggi (St) = (4 x 1 x 33) : (1 x 33) = 4 Jarak = 4-1 =3 Interval Kriteria =3:5 = 0,6 Skor < 1,599 1,600 – 2,199 2,200 – 2,799 2,800 – 3,399 3,400 > Kriteria Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Skor dari 33 responden adalah 86 Mean = 86 : 1 : 33 = 2,606 termasuk kriteria sedang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi aktivis Ormawa ekstra kampus dalam aksi demonstrasi adalah ”Sedang”. 71 Dari hasil perhitungan di atas dapat dikatakakan bahwa aktivis Ormawa ekstra kampus lebih tinggi tingkat partisipasi keikutsertaannya dalam pelaksanaan aksi demonstrasi dibanding aktivis mahasiswa Ormawa intra kampus. Jika dilihat dari prosentase, keikutsertaan aktivis mahasiswa intra kampus dalam aksi demonstrasi adalah 44,6% aktivis mahasiswa sudah pernah ikut serta dalam aksi demonstrasi (11,9% ikut serta 1 kali, 19,8% ikut serta antara 2-4 kali dan 12,9% ikut serta lebih dari 5 kali) dan 48.5% aktivis mahasiswa tidak pernah ikut serta dalam aksi demonstrasi sedangkan sisanya 6,9% aktivis mahasiswa tidak menjawab. Hampir setengah dari jumlah aktivis mahasiswa Ormawa intra kampus Unnes belum pernah sama sekali ikut serta dalam aksi demonstrasi. Keikutsertaan aktivis Ormawa Ekstra Kampus dalam aksi demonstrasi adalah 68,6% aktivis mahasiswa pernah ikut serta dalam aksi demonstrasi (11,4% ikut serta 1 kali, 31,4% ikut serta antara 2-4 kali, dan 25,7% ikut serta lebih dari 5 kali) dan 25,7% aktivis mahasiswa tidak pernah ikut serta dalam aksi demonstrasi serta sisanya tidak menjawab sebesar 5,7%. Beberapa hal yang perlu menjadi evaluasi dalam pelaksanaan aksi demonstrasi adalah kurangnya perencanaan yang matang, masih lemahnya pemahaman dan kajian isu untuk merumuskan solusi alternatif serta kurang masifnya budaya diskusi untuk memformulasikan gerakan secara integral dan berkesinambungan. Hal ini perlu diperbaiki agar gerakan yang 72 dilakukan tidak rapuh dan mampu berjalan secar berkelanjutan (wawancara dengan Menteri Luar Negeri BEM KM Unnes 2009 Hanityo Kusuma tanggal 20 Agustus 2009). Secara umum aksi demonstrasi dilakukan secara damai, mampu berjalan secara efektif dan tepat sasaran, berlangsung secara tertib dan teratur, namun sebagian aksi demonstrasi juga tidak lepas dari tindakan anarkhi dan tidak mengindahkan peraturan (wawancara dengan Ketua KAMMI Komisariat Yuniar Kustanto tanggal 21 Agustus 2009). 4.2. Pembahasan 4.2.1. Fokus Perhatian Aktivis Mahasiswa Unnes Perhatian atau atensi berkaitan dengan informasi yang kita perhatikan (Baron dan Byrne, 2004: 81). Kerangka berfikir atau skema adalah kerangka mental yang berpusat pada tema-tema spesifik yang dapat membantu kita mengorganisasi informasi sosial. Kerangka berfikir telah terbukti berpengaruh terhadap semua aspek dasar kognisi sosial (Wyer & Srull, 1994, dalam Baron dan Byrne, 2004: 81). Dalam hubungannya dengan perhatian atau atensi, kerangka berfikir seringkali berperan sebagai sejenis penyaring: informasi yang konsisten dengan skema lebih diperhatikan dan lebih mungkin untuk masuk ke dalam kesadaran kita. Informasi yang tidak cocok dengan skema seringkali diabaikan (Fiske, 1993 dalam Baron dan Byrne, 2004: 81), kecuali informasi tersebut sangat ekstrem sehingga mau tidak mau kita akan memperhatikannya. 73 Aksi demonstrasi aktivis mahasiswa Unnes telah menempatkan perhatian lebih pada persoalan-persoalan nasional politis, isu ini menempati urutan pertama dalam perhatian mereka terhadap persoalan-persoalan yang ada di masyarakat, disamping juga memberikan perhatian kepada persoalanpersoalan yang lain. Namun dalam hal ini isu nasional politis menjadi sorotan yang paling awal diperhatikan secara umum oleh para aktivis mahasiswa. Phillip G. Altbach (1988: 15) berpendapat tentang pergeseran fokus perhatian aktivis mahasiswa tentang isu, ”bahwa realitas-realitas politik eksternal telah berubah. Gerakan-gerakan aktivis mahasiswa terutama lebih dirangsang oleh politik kemasyarakatan daripada oleh persoalan-persoalan di dalam universitas itu sendiri, dan perubahan-perubahan di dalam kehidupan politik secara alamiah akan mempunyai dampak penting atas gerakan mahasiswa”. Secara umum aktivis mahasiswa lebih memfokuskan perhatiannya pada persoalan-persoalan kemasyarakatan dibanding persoalan internal kekampusan. Karena persoalan kemasyarakatan dinilai memiliki dampak yang lebih luas terhadap kehidupan bersama dalam masyarakat, sehingga perlu perhatian lebih. Misalnya aksi demonstrasi yang pernah dilakukan oleh aktivis mahasiswa Unnes yang mengangkat isu nasional politis adalah (1) Aksi “Menolak GOLPUT dalam Pemilu”, (2) Aksi “Menuntut realisasi pendidikan gratis dan berkualitas, tolak privatisasi pendidikan”, (3) Aksi 74 Mengajak masyarakat "Jangan Pilih Politisi Busuk", (4) Aksi “Mendukung pengesahan RUU TIPIKOR dan Pengadilan TIPIKOR”. Hal di atas juga selaras dengan pendapat Phillip G. Altbach (1988: 134) yang menyatakan bahwa gerakan mahasiswa bisa dibedakan menjadi tiga tahap. Pertama, tahap kecaman terhadap masalah-masalah politik secara umum. Kedua, tahap ketika mahasiswa memusatkan perhatian pada masalah-masalah universitas. Dan tahap ketiga, merupakan fase pendirian dan pengembangan secara eksplisit organisasi dan partai politik dengan landasan ideologi politik. Phillip G. Altbach (1988: 30) berpendapat bahwa relatif sedikit saja kampanye dan aksi demonstrasi kaum aktivis dan energi mahasiswa nampak mengatur bagi kegiatan-kegiatan nonpolitis. Namun di sisi lain, ia menyampaikan bahwa di kampus yang relatif sedikit, pemerintahan mahasiswa terutama tertarik pada masalah-masalah politik, tetapi dalam beberapa kasus, politik hanya merupakan suatu bagian dari perhatian pemerintahan mahasiswa (Altbach, 1988: 33). Persoalan nasional politis menjadi persoalan yang paling banyak disoroti oleh para aktivis mahasiswa, namun mereka tidak mengesampingkan perhatiannya terhadap persoalan-persoalan masyarakat yang lain, meskipun dengan intensitas yang berbeda. Misalnya aksi demonstrasi yang pernah dilakukan adalah tentang; (1) Aksi “Solidaritas terhadap Bangsa Palestina”, (2) Aksi “Anti Pornografi dan Pornoaksi/RUU APP”, (3) Aksi Damai Kartini "Emansipasi Perempuan", (4) Aksi 75 memperingati Hari Bumi "Global Warming", (5) Aksi “Menuntut Pembubaran Aliran Ahmadiyah”, (6) Tolak Film ML (7) Mengutuk Pelecehan Karikatur Nabi Muhammad SAW (8) Hari Jilbab Internasional, (9) Peringatan Keruntuhan Khilafah Islamiyah dan sebaginya. Dari isu lokal, nasional hingga isu internasional ikut menjadi sorotan perhatian para aktivis mahasiswa. Dalam hal kemudian ada fenomena perbedaan urutan perhatian antara aktivis mahasiswa Ormawa intra kampus dengan aktivis mahasiswa Ormawa ekstra kampus terutama perhatiannya pada persoalan internal perguruan tinggi, dimana aktivis mahasiswa ormawa intra kampus menempatkan isu lokal intrernal perguruan tinggi pada urutan kedua setelah isu nasional politis, sedangkan aktivis mahasiswa ormawa ekstra kampus menemaptkan isu lokal intrernal perguruan tinggi pada urutan terakhir di antara isu-isu yang lainnya. Hal ini bisa dijelaskan bahwa aktivis mahasiswa ormawa intra kampus menempatkan persoalan isu lokal internal perguruan tinggi pada posisi kedua setelah isu nasional politis adalah mengingat bahwa Ormawa intra kampus dengan pihak universitas memiliki hubungan secara normatif dan struktural, dimana legalitas hukum organisasi berada di bawah universitas, pembiayaan kegiatan berasal dari pihak universitas, sehingga aktualisasi wilayah kerja organisasi ini berada sangat dekat dengan urusan rumah tangga internal universitas dan menjadi pihak pertama yang mengetahui tentang sesuatu hal yang terjadi, misalnya soal kebijakan kampus, kegiatan universitas, dan sebagainya. Disamping itu mereka juga 76 sebagai media komunikasi antara pihak universitas dengan para mahasiswa secara umum, misalnya ketika ada kebijakan kampus, terutama kebijakan kampus yang berhubungan langsung dengan mahasiswa pada umumnya. Berbeda dengan aktivis mahasiswa Ormawa ekstra kampus yang menempatkan persoalan isu internal perguruan tinggi pada posisi terakhir di antara isu-isu yang lainnya. Perbedaan ini cukup terlihat meskipun tidak signifikan. Hal ini mengingat organisasi ini tidak ada hubungan normatif maupun struktural dengan pihak universitas. Organisasi ekstra kampus aktualisasi wilayah kerjanya tidak berada di dalam kampus tetapi lebih pada di luar kampus. Apalagi menggunakan atribut Ormawa ekstra kampus dalam menyikapi persoalan internal kampus dinilai kurang tepat oleh pandangan umum sebagai sarana penyaluran aspirasi, disamping terbatasnya gerak Ormawa ekstra kampus di dalam kampus dengan adanya larangan penggunaan fasilitas kampus untuk kegiatan yang mengatasnamakan Ormawa ekstra kampus. Aksi demonstrasi yang mengangkat isu internal perguruan tinggi di Unnes adalah tentang; (1) Aksi “Menolak PPA (Program Pengenalan Akdemik) dikelola penuh oleh Rektorat”, (2) Aksi “Penuntutan Akreditasi Fakultas Hukum”, (3) Aksi “Menuntut dikembalikannya uang biaya PKL Unnes kepada mahasiswa”, (4) Aksi “Menolak pemberlakuan SPL Unnes 2008”. 77 4.2.2. Aktivis Mahasiswa Unnes dalam Aksi Demonstrasi Perbedaan yang signifikan terlihat dalam hal tingkat partisipasi keikutsertaan dalam aksi demonstrasi antara aktivis Ormawa intra kampus dengan aktivis Ormawa ekstra kampus. Dalam hal ini aktivis mahasiswa Ormawa ekstra kampus memiliki tingkat partisipasi keikutsertaan yang lebih tinggi dibanding aktivis Ormawa intra kampus dalam mengikuti aksi demonstrasi. Berdasarkan apa yang disampaikan oleh Vaughan dan Archer (dalam Altbach, 1988: 198) yang menyatakan bahwa suatu ideologi dapat mempengaruhi aksi dalam hal menentukan tujuan dan memilih sarana tertentu, diantara berbagai sarana yang ada, untuk mencapai tujuan tersebut. Ormawa ekstra kampus didirikan dengan landasan ideologi, sehingga pendidikan nilai ideologi dan kaderisasi menjadi hal yang paling pokok disamping nilai-nilai yang lainnya, tampak pada program-program yang mereka jalankan, hampir semuanya bermuatan penanaman ideologi sesuai dengan platform garis ideologi organisasi kemahasiswaan yang bersangkutan. Sedangkan dalam pendidikan Ormawa intra kampus tidak ada penanaman ideologi khusus, tetapi cenderung hanya penanaman nilai-nilai secara umum. Sebagai contoh, tentang proses pendidikan dalam Ormawa Ekstra Kampus, KAMMI dengan basis ideologi Islam dalam salah satu program pendidikannya yaitu Pelatihan Pemuda Islam “Dauroh Marhalah I” terdapat beberapa materi seperti (1) KAMMI dan Pergulatan Reformasi, (2) 78 Syahadatain (Dua kalimat Syahadat) sebagai Titik Tolak Perubahan, (3) Ma’rifatullah (Mengenal Allah) dan Syumuliyatul Islam (Kesempurnaan Islam), (4) Kepemimpinan Rosulullah, (5) Islam, Pemuda dan Perubahan Sosial, (6) Dinamika dan Problematika Umat Islam di Indonesia, (7) Manajemen Aksi, dan lain sebagainya materi-materi yang sesuai dengan amanat platform ideologi organisasi. Gerakan Mahasiswa (GEMA) Pembebasan dengan basis ideologi Islam, dalam salah satu program pendidikannya yaitu Training Pembebasan, memuat materi-materi seperti; (1) Uqdatul Qubro (mengupas masalah seputar aqidah), (2) Qiyadah Fikriyah fil Islam (mengupas konseptual pemikiran Islam), (3) Keterikatan terhadap Hukum Syara’, (4) Kewajiban berda’wah dan lain sebagainya materi-materi yang sesuai dengan amanat platform garis ideologi organisasi. LMND dengan basis ideologi sosialis, dalam salah satu program pendidikannya memuat materi-materi seperti; (1) Filsafat MDH (Matery Dialectica Histories), (2) Sejarah Masyarakat Indonesia, (3) Ekonomi, Sosial dan Politik dalam pandangan ideologi sosialis, (4) Sejarah Pergerakan Mahasiswa, (5) Neo Liberalisme dan lain sebagainya materi-materi yang sesuai dengan amanat platform ideologi organisasi. Sedangkan dalam proses pendidikan Ormawa intra kampus seperti BEM dalam program Pelatihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (PKMM) menyuguhkan materi-materi seperti: (1) Teamwork, (2) Advokasi, (3) Manajemen Kepemimpinan, (4) Manajemen Aksi, (5) Manajemen 79 Sidang, (6) Manajemen Konflik, (7) Teknik Loby, (8) Public Relation, dan sebagainya materi-materi yang bersifat nilai-nilai umum. Perbedaan lain dari aktivis mahasiswa ekstra kampus adalah mereka dengan mudah ikut dalam program pendidikan Ormawa intra kampus, karena memiliki kesempatan yang sama atas statusnya sebagai mahasiswa Unnes, sehingga mendapatkan juga materi dari pendidikan Ormawa intra kampus, sedangkan aktivis mahasiswa intra kampus jarang yang mengikuti program pendidikan dari Ormawa ekstra kampus, kecuali bagi aktivis yang anggota atau menggeluti keduanya, yaitu Ormawa intra dan ekstra kampus. Semangat perbaikan memberikan ruh kepada kami untuk melakukan perjuangan dengan cara-cara yang kami yakini termasuk aksi demonstrasi yang kami lakukan (Wawancara dengan Ketua KAMMI Komisariat Yuniar Kustanto tanggal 21 Agustus 2009). Aksi demonstrasi merupakan salah satu bentuk ikhtiar kami dalam menyampaikan seruan kepada masyarakat tentang persoalan-persoalan umat, kemudian menawarkan solusi serta sebagai media pendidikan kepada masyarakat. Isu aksi demonstrasi pun mengangkat persoalan-persoalan politis dimana menyangkut persoalan yang berpengaruh terhadap masyarakat umum, seperti halnya kritikan terhadap kebijakan pemerintah. Isu juga bisa berisi tentang seruan syi’ar Islam yang berisi pendidikan untuk masyarakat agar menerima Islam secara utuh. Bagi kami landasan untuk turut berjuang dalam perbaikan umat adalah karena Allah semata 80 (wawancara dengan Sekjend GEMA Pembebasan Sabar Budi Raharjo tanggal 23 Agustus 2009). Menurut Phillip G. Altbach (1988: 178) bahwa terdapat kesan bahwa ideologi total, yang difokuskan melalui salah satu dari nilai-nilai sentralnya, menstrukturkan persepsi, peristiwa-peristiwa yang penting, sasaran yang khas dan sarana-sarana yang dipilih pada tingkat aksi politik mahasiswa. Dengan kata lain ideologi menuntun respon dan pola tindakan. Selain itu, ideologi merumuskan masalah dan pemecahannya pada tingkat politik nasional. Menurut Altbach (1988: 199) bahwa suatu nilai atau kepercayaan politik, dalam peran sebagai kriteria selektif, mempunyai pengaruh yang lebih langsung terhadap seleksi dari tujuan untuk bertindak, dibanding pengaruh yang dimiliki kepercayaan politik, dalam peran kriteria evaluatif. Sebab sebelum prinsip moral dan aspek-aspek evaluatif kepercayaan dapat berpengaruh terhadap aksi yang mendukung konfrontasi, aspek-aspek evaluatif tersebut harus dipandang dengan suatu cara yang khas. Adakalanya para mahasiswa dibangkitkan oleh suatu isu politik, meskipun dalam kasus-kasus tersebut demonstrasinya cenderung kecil dan tidak tercipta gerakan atau organisasi yang langgeng (Altbach, 1988: 32). Di saat gejolak persoalan dalam masyarakat terjadi, aktivis mahasiswa dengan cepat merespon dan berusaha mencari dan merumuskan tindakan apa yang akan mereka lakukan. Sikap mereka yang kritis dan berani seakan-akan menegaskan bahwa mereka adalah tenaga yang siap 81 pakai kapanpun dan dimanapun. Bahkan mereka tidak begitu berfikir tentang akibat yang bisa mereka terima atas perlawanan yang mereka lakukan. Hambatan penangkapan oleh aparat keamanan saat pelaksanaan aksi tidak menyurutkan semangat mereka, apalagi hanya sekedar persoalan dana tidak menjadi hal yang mengurangi antusiasme perjuangan mereka. Meskipun demonstrasi-demonstrasi mengakibatkan ratusan mahasiswa ditangkap, namun mereka tetap memimpin gerak yang tanpa akhir dan terbatas ( Altbach, 1988: 32). Aktivis mahasiswa tidak mengenal kata jera dalam perjuangan, mereka akan senantiasa mencari celah agar tetap bisa bergerak dan berjuang, tidak jarang para mahasiswa ditangkap saat melakukan aksi demonstrasi, namun tetap saja mereka melakukan aksi demonstrasi lagi dan lagi, bahkan cenderung menjadikan mereka seakan-akan kebal dengan tindakan represif aparat keamanan dan segala hambatan yang mereka temui. BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini bahwa karakteristik aksi demonstrasi aktivis Ormawa intra dan ekstra kampus Unnes adalah sebagai berikut: 5.1.1. Tidak ada fokus perhatian terhadap suatu isu aksi demonstrasi, semua isu mendapatkan porsi yang hampir sama dan tidak jauh berbeda selisihnya antara isu yang satu dengan isu yang lainnya, keduanya menempatkan isu nasional politis pada urutan pertama. Namun pada urutan isu fokus perhatian, pada aktivis Ormawa intra kampus menempatkan isu lokal internal perguruan tinggi pada urutan kedua setelah isu nasional politis kemudian diikuti isu-isu yang lainnya, sedangkan pada aktivis Ormawa ekstra kampus menempatkan isu lokal internal perguruan tinggi pada urutan terakhir setelah isu-isu yang lainnya. 5.1.2. Tingkat partisipasi keikutsertaan aksi demonstrasi aktivis mahasiswa Organisasi Kemahasiswaan Intra Kampus lebih rendah dibanding tingkat partisipasi keikutsertaan aktivis mahasiswa Organisasi Kemahasiswaan Ekstra Kampus. 82 83 5.2. Saran Dari kesimpulan di atas maka dapat dirumuskan beberapa saran yang peneliti sampaikan kepada beberapa pihak di antaranya: 5.2.1. Bagi Mahasiswa Bagi mahasiswa secara umum, disarankan agar dapat menggunakan hasil penelitian ini, sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang ingin terjun dalam dunia aktivis mahasiswa, menjadi bahan dalam mempelajari partisipasi politik mahasiswa, serta mempelajari sejarah perjuangan aktivis mahasiswa dalam memperjuangkan suara dan hak masyarakat. 5.2.2. Bagi masyarakat Saran bagi masyarakat, agar dapat memberikan bimbingan dan dukungan yang positif kepada para aktivis mahasiswa. DAFTAR PUSTAKA Achmad, R. Andriadi. 2007. Mahasiswa Hanya Bisa Demo: Potret Gerakan Mahasiswa Pasca Reformasi. Jakarta: Penerbit MIMPIKU. Altbach, Phillip G. 1988. Politik Mahasiswa, Perspektif dan Kecenderungan Masa Kini. Jakarta: PT Gramedia. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Budiardjo, Miriam. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Manan, Munafrizal. 2005. Gerakan Rakyat Melawan Elit. Yogyakarta: Resist Book. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Rachman, Maman dan Muhsin. 2004. Konsep dan Analisis Statistik. Semarang: UNNES Press. Rahayu, Iin Tri dkk. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia Publishing. Rahmat, Andi dan Mukhammad Najib. 2001. Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus. Surakarta: Purimedia. Rais, Amien. 1999. Suksesi dan Keajaiban Kekuasaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sastroatmodjo, Sudijono. 1995. Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press. Suharsih, dan Ign Mahendra K. 2007. Bergerak Bersama Rakyat! Sejarah Gerakan Mahasiswa dan Perubahan Sosial di Indonesia. Yogyakarta: Resist Book. Sunarto. 2004. ’Sistem Politik Indonesia’. Paparan Kuliah. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widia Sarana. 84 85 Suryadi, Budi. 2007. Sosiologi Politik: Sejarah, Definisi dan perkembangan Konsep. Yogyakarta: IRCiSoD. Susanti, Martien Herna dan AT. Sugeng Priyanto. 2006. ’Aksi Demonstrasi Mahasiswa dan Kebebasan Mengeluarkan Pendapat (Latar Belakang dan Faktor-Faktor Penyebabnya)’. Laporan Penelitian. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Suyanto, Bagong, Sutinah. 2006. Metode Penelitian Sosial, Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana. Topatimasang, Roem, dkk. 2001. Merubah Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Unnes. 2003. Buku Panduan Universitas Negeri Semarang 2006-2007. Semarang: Unnes Press. Variabel Subvariabel Persepsi Aktivis Fokus perhatian Mahasiswa Unnes Isu-isu Internasional politis Nomor Jumlah Pertanyaan Pertanyaan terhadap Aktivis mahasiswa setuju dan merasa perlu B. 1, 2, 3, 4, 5 terhadap aksi demonstrasi Indikator bahwa issu internasional politis 5 untuk diadvokasi melalui jalur aksi demonstrasi. Fokus perhatian Isu-isu terhadap Aktivis mahasiswa setuju dan merasa perlu B. 6, 7, 8, 9, 10 Internasional bahwa issu internasional nonpolitis untuk Nonpolitis Fokus 5 diadvokasi melalui jalur aksi demonstrasi. perhatian terhadap Aktivis mahasiswa setuju dan merasa perlu B. 11, 12, 13, Isu-isu Nasional politis 5 bahwa issu nasional politis untuk diadvokasi 14, 15 melalui jalur aksi demonstrasi. Fokus perhatian terhadap Aktivis mahasiswa setuju dan merasa perlu B. 16, 17, 18, Isu-isu Nasional Nonpolitis 5 bahwa issu nasional nonpolitis untuk diadvokasi 19, 20 melalui jalur aksi demonstrasi. Fokus perhatian Isu-isu Lokal Perguruan Tinggi terhadap Aktivis mahasiswa setuju dan merasa perlu B. 21, 22, 23, Eksternal bahwa issu lokal eksternal Perguruan Tinggi 24, 25 untuk diadvokasi melalui jalur aksi demonstrasi. 5 Lampiran KISI-KISI KUESIONER Fokus perhatian Isu-isu terhadap Aktivis mahasiswa setuju dan merasa perlu B. 26, 27, 28, Lokal Internal bahwa issu lokal internal Perguruan Tinggi 29, 30 Perguruan Tinggi Intensitas untuk diadvokasi melalui jalur aksi demonstrasi. keikutsertaan Aktivis mahasiswa ikut serta dalam aksi C1 dalam aksi demonstrasi Peran aktivis mahasiswa Intensitas peran aktivis mahasiswa dalam aksi C2 dana 1 demonstrasi. dalam aksi demonstrasi Sumber 5 1 demonstrasi aksi Intensitas penggunaan sumber dana aksi demonstrasi demonstrasi Kesan aktivis mahasiswa Skala kesan aktivis mahasiswa terhadap aksi terhadap aksi demonstrasi demonstrasi C3 1 C4 1 *Kuesioner-SkripsiPersepsi Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap Aksi DemonstrasiTur Santoso, Hukum dan Kewarganegaraan FIS Unnes 085 275 363 287 # Lampiran KODE I/E LEMBAGA NO KUESIONER PERSEPSI AKTIVIS MAHASISWA UNNES TERHADAP AKSI DEMONSTRASI Salam Hormat, Rekan-Rekan Mahasiswa yang Kami banggakan, penelitian ini digunakan dalam rangka memperoleh data dalam penyusunan Skripsi untuk menyelesaikan Studi S1 Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan FIS Unnes. Dimohon Saudara/i untuk mengisi setiap item di dalam kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya dan sebenar-benarnya. Identitas diri Suadara/i akan Kami jamin kerahasiaannya. Sebelum dan sesudahnya atas kerjasama Saudara/i Kami sampaikan terimakasih. Hormat Kami, ttd Penulis A. Petunjuk Pengisian: Bacalah do’a sebelum mengisi lembar kuesioner. Isilah identitas Anda pada kolom yang sudah disediakan. Berikan pendapat secara jujur dengan memberi tanda (V) kolom yang sesuai. 1. Nama : ............................................... 2. Fakultas/Angk : ...................../............. 3. No HP : ................................... 4. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan 5. Pekerjaan Ayah : PNS TNI/POLRI Guru Swasta Petani/Nelayan Karyawan 6. Bagaimana pendapat Anda terhadap aksi demonstrasi? Selalu setuju/mendukung semua aksi demonstrasi. Kadang setuju, kadang tidak setuju, tergantung bobot penting/tidak pentingnya isu/tema yang diusung. Tidak setuju dengan semua aksi demonstrasi. 1/8 *Kuesioner-SkripsiPersepsi Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap Aksi DemonstrasiTur Santoso, Hukum dan Kewarganegaraan FIS Unnes 085 275 363 287 # B. Berilah tanda silang (X) pada kolom yang sesuai beserta alasannya; Internasional 1. Apakah Anda setuju dengan dilakukannya aksi demonstrasi menolak serangan Amerika Serikat dan sekutunya ke Irak/Afghanistan/negara-negara yang lain? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 2. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi menentang gerakan Zionisme oleh bangsa Yahudi? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 3. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi menolak program nuklir Israel, KORUT, Iran, dan sebagainya yang berpotensi untuk membuat senjata nuklir? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 4. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi penghapusan Hak Veto oleh negara-negara Adikuasa di Dewan Keamanan PBB? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 5. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi terhadap Mahkamah Internasional untuk pengusutan kasus Penjahat Perang di berbagai negara, misalnya Invasi Israel ke Palestina dengan menggunakan senjata biologi, pemusnahan etnis di Irak, dan sebagainya? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 6. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi menuntut PBB untuk serius membangun terciptanya kesejahteraan rakyat di negara-negara miskin, misalnya dalam hal kesehatan, pendidikan, pengangguran, dsb? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 3/8 *Kuesioner-SkripsiPersepsi Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap Aksi DemonstrasiTur Santoso, Hukum dan Kewarganegaraan FIS Unnes 085 275 363 287 # 7. Apakah Anda setuju dengan dilakukannya aksi demonstrasi mendukung kemerdekaan dan solidaritas kemanusiaan rakyat Palestina? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 8. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi memperingati Hari AIDS Se-Dunia? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 9. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi memperingati Hari Buruh Se-Dunia? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 10. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi mewacanakan kepada masyarakat tentang Global Warming? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. Nasional 11. Apakah Anda setuju dengan dilakukannya aksi demonstrasi menentang kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak)? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 12. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi menolak/mendukung disahkannya UU BHP (Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan) di Indonesia? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 13. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi penuntutan pengusutan kasus korupsi, misalnya seputar korupsi di BUMN, kasus BLBI, anggota DPR, dsb? a. Ya b. Tidak 4/8 *Kuesioner-SkripsiPersepsi Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap Aksi DemonstrasiTur Santoso, Hukum dan Kewarganegaraan FIS Unnes 085 275 363 287 # Alasan: ................................................................................................................. 14. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi mewacanakan dan mengajak kepada masyarakat untuk tidak memilih politisi busuk (Politisi yang terlibat kasus Amoral, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme)? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 15. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi tentang tidak validnya Daftar Pemilih Tetap dengan fakta di lapangan dalam Pemilu di Indonesia? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 16. Apakah Anda setuju dengan dilakukannya aksi demonstrasi mendukung/menolak pembubaran Aliran Ahmadiyah di Indonesia? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 17. Apakah Anda setuju dengan dilakukannya aksi demonstrasi mendukung/menolak disahkannya Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 18. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi menolak pengakuan hasil budaya bangsa Indonesia oleh Negara lain (misalnya Reog Ponorogo diklaim sebagai budaya Malaysia)? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 19. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi dalam mewacanakan Gerakan Anti Narkoba berskala nasional? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 5/8 *Kuesioner-SkripsiPersepsi Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap Aksi DemonstrasiTur Santoso, Hukum dan Kewarganegaraan FIS Unnes 085 275 363 287 # 20. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi mewacanakan tentang keadilan Gender dalam ruang publik? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. Lokal 21. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi menuntut upaya Pemerintah Daerah dalam mengayomi dan membina Pedagang Kaki Lima? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 22. Apakah Anda setuju dengan dilakukannya aksi demonstrasi pengusutan kasus korupsi Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota) atau anggota DPRD? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 23. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi terhadap penetapan RAPBD menjadi APBD yang berpihak kepada rakyat sebagai upaya peningkatan pelayanan masyarakat demi kesejahteraan? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 24. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi menuntut keseriusan Pemerintah Daerah dalam menertibkan pelaksanaan retribusi daerah, seperti retribusi iklan/reklame, administrasi kependudukan, parkir, wisata, dsb? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 25. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi menuntut keseriusan Pemerintah Daerah untuk kemajuan desa serta memberikan perhatian terhadap pertanian & perikanan, misalnya jaminan subsidi dan distribusi pupuk sampai ke petani, kredit bagi nelayan, dsb? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 6/8 *Kuesioner-SkripsiPersepsi Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap Aksi DemonstrasiTur Santoso, Hukum dan Kewarganegaraan FIS Unnes 085 275 363 287 # 26. Apakah Anda setuju dengan dilakukannya aksi demonstrasi penolakan pengambilalihan penyelenggaraan Orientasi Mahasiswa Baru Unnes (OKKA) 2008 oleh Rektorat? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 27. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi penolakan kenaikan SPL (Sumbangan Pengembangan Lembaga) dan penarikan BKOM (Bantuan Khusus Orang Tua Mahasiswa ) Mahasiswa Baru di Unnes? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 28. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi menuntut perbaikan pelayanan akademik Unnes, misalnya proses mengurus nilai, pelayanan Sikadu, pelayanan bimbingan skripsi, PKL, KKL, PPL, dsb? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 29. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi mewacanakan kampus bebas dari free sex, kriminal, Narkoba, dsb? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 30. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi mewacanakan kampus Unnes menjadi kampus yang mengedepankan moral dan religius sebagai pondasi pengembangan pendidikan? a. Ya b. Tidak Alasan: ................................................................................................................. 7/8 *Kuesioner-SkripsiPersepsi Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap Aksi DemonstrasiTur Santoso, Hukum dan Kewarganegaraan FIS Unnes 085 275 363 287 # C. Berikan tanda (V) pada kolom yang sesuai: 1. Berapa kali Anda melakukan aksi demonstrasi?Sebutkan! a. Tidak Pernah (Lanjut ke Pertanyaan Nomor 4) b. 1 Kali c. 2-4 Kali d. 5 Kali atau lebih No Tema Aksi Lembaga Lokasi Aksi 1 2 3 4 2. Apakah peran Anda dalam pelaksanaan aksi demonstrasi? NO PERAN a b Inisiator Sponsor c Koordinator d e Orator HUMAS f g Tim Kreatif Partisipan KETERANGAN Selalu SKALA Sering Kadangkadang Tidak pernah Mengawali ide aksi demonstrasi Memberikan fasilitas (Uang, barang, transportasi, dsb) Memimpin proses aksi dari awal sampai akhir Melalukan orasi Berhubungan dengan instansi terkait (Media Massa, POLRI, dsb) melakukan aksi teatrikal, puisi, dsb Mengikuti sebagai peserta aksi 3. Darimanakah sumber dana aksi demonstrasi yang Anda lakukan? NO SUMBER DANA a Iuran peserta aksi/uang pribadi b Anggaran dari organisasi/lembaga c Didanai pihak lain (Sponsor/individu/lembaga) Selalu SKALA Sering Kadangkadang Tidak pernah 4. Bagaimanakah kesan Anda terhadap aksi demonstrasi secara umum? NO a b c d e f g h KESAN Selalu SKALA Sering Kadangkadang Tidak Pernah Aspiratif (mengusung kepentingan masyarakat) Tertib aturan Simpatik & Kreatif (damai, santun dan menarik) Efektif/tepat sasaran Rusuh (merusak, bentrok, dsb) Menganggu ketertiban (Jalan macet, kotor, dsb) Mengusung kepentingan golongan tertentu Demo pesanan/bayaran 8/8 Pedoman Wawancara 1. Menurut Anda apakah mengetahui issu-issu/persoalan-persoalan yang ada di masyarakat itu penting? Mengapa? 2. Aksi demonstrasi merupakan salah satu bentuk partisipasi politik masyarakat. Menurut Anda apakah aksi demonstrasi itu penting?Mengapa? 3. Bagaimana Anda memutuskan bahwa suatu issu/persoalan yang ada di masyarakat perlu diperjuangkan melalui aksi demonstrasi? 4. Apa yang mendorong/memotivasi Anda untuk melakukan aksi demonstrasi? 5. Bagaimana evaluasi Anda terhadap aksi demonstrasi yang pernah dilakukan oleh para mahasiswa? Lampiran Perhitungan Validitas Item Soal Rumus N(∑ XY) – (∑X)( ∑Y) rxy = √{N∑X²–(∑X) ²}{N ∑Y²–(∑Y)²} Kriteria Item soal valid jika rxy > rtabel Perhitungan Berikut ini perhitungan pada butir soal no 1: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Σ X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 16 Y 35 34 33 33 33 30 30 30 29 27 26 20 17 16 15 15 11 10 9 8 461 X² 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 16 Y² 1225 1156 1089 1089 1089 900 900 900 841 729 676 400 289 256 225 225 121 100 81 64 12355 XY 35 34 33 33 33 30 30 30 29 27 26 20 17 16 15 0 0 0 9 0 417 N(∑ XY) – (∑X)( ∑Y) rxy = √{N∑X²–(∑X) ²}{N ∑Y²–(∑Y)²} Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh: 20(417) – (16)(461) rxy = √{20(16)–(256)²}{20(12355)–(173889)²} = 0.500123 Pada = 5% dengan n = 20 diperoleh r tabel = 0,444. Karena rxy > r tabel , maka butir soal nomor 1 valid. Catatan: Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, caranya sama seperti pada contoh di atas. Perhitungan Reliabilitas Instrumen No Nama 1 UC - 11 2 UC - 7 3 UC - 6 4 UC - 5 5 UC - 10 6 UC - 16 7 UC - 14 8 UC - 8 9 UC - 4 10 UC - 18 11 UC - 17 12 UC - 12 13 UC - 3 14 UC - 2 15 UC - 15 16 UC - 1 17 UC - 13 18 UC - 9 19 UC - 19 20 UC - 20 Jumlah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 16 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 12 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 14 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 13 5 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 11 6 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 12 7 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 11 8 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 12 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 14 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 14 11 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 11 12 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 15 13 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 13 14 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 11 15 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 13 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 13 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 13 18 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 16 19 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 12 20 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 14 21 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 7 22 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 14 23 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 12 24 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 12 25 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 14 26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 14 27 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 12 28 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 14 29 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 14 30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 14 31 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 11 32 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 12 33 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 10 34 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 12 35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 17 36 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 12 Total Skor 35 34 33 33 33 30 30 30 29 27 26 20 17 16 15 15 11 10 9 8 461 ΣX 18 17 15 18 16 15 16 17 14 14 12 10 10 7 8 7 5 5 5 5 234 ΣY 17 17 18 15 17 15 14 13 15 13 14 10 7 9 7 8 6 5 4 3 227 ΣX2 324 289 225 324 256 225 256 289 196 196 144 100 100 49 64 49 25 25 25 25 3186 ΣY2 289 289 324 225 289 225 196 169 225 169 196 100 49 81 49 64 36 25 16 9 3025 ΣXY 306 289 270 270 272 225 224 221 210 182 168 100 70 63 56 56 30 25 20 15 3072 Rumus: r 11= 2 x r½½ (1 + r½½) Keterangan r 11 = reliabilitas yang dicari. r½½ = r xy antara gejala kelompok item belahan pertama dan belahan kedua. Kriteria: Apabila r 11 > r tabel , maka soal dapat disimpulkan reliabel. Perhitungan: N(∑ XY) – (∑X)( ∑Y) rxy = √{N∑X²–(∑X) ²}{N ∑Y²–(∑Y)²} 20(3072) – (234)(227) rxy = √{20(3186)–(54756)²}{20(3025)–(51529)²} rxy = 0.928018 Reliabilitas: r 11 = (2 x r½½) (1 + r½½) r 11 = (2 x 0.928018) (1 + 0.928018) r 11 = 0.962665. Pada = 5% dengan n = 20 diperoleh r tabel = 0,444. Karena r 11 > r tabel , maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel. Lampiran Daftar Responden Penelitian NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 LEMBAGA BEMU 01 BEMU 02 BEMU 03 BEMU 04 BEMU 05 BEMU 06 BEMU 07 BEMU 08 BEMU 09 BEMU 10 BEMU 11 BEMU 12 BEMU 13 BEMU 14 BEMU 15 BEMU 16 BEM FIP 01 BEM FIP 02 BEM FIP 03 BEM FIP 04 BEM FIP 05 BEM FIP 06 BEM FIP 07 BEM FIP 08 BEM FIP 09 BEM FIP 10 BEM FBS 01 BEM FBS 02 BEM FBS 03 BEM FBS 04 BEM FBS 05 BEM FBS 06 BEM FBS 07 BEM FBS 08 BEM FIS 01 BEM FIS 02 BEM FIS 03 BEM FIS 04 BEM FIS 05 BEM FIS 06 NAMA Yossy H.N. Mahfud 'Ibadi Adi Praseto Hastanto Yuwono Chaerul Ana Prabawati Dasam Taufik Priyo Utomo Nanang Qosim Hanityo Kusuma Herlina Suratmi Sustiyowandi Taufik Muhaemin Saeful Wasis Wuyung W.B. Ulin Nuha Sanni Sahara M. Sugeng Santoso Yanu Hadi Kuntoro Kuinnanti Umi Kholifah Bethra Ariesta Nenti Mardyaningsih Muslikah Widya Pratiwi Sertina septi Purwindarini Sany Tyas Ageng S. Rizki Tia Pratama Saiful Munir Irna Nurwijayanti Evina Wahyu Agt Kurnia Larasati Eko Apriyanto Lis Fiandayu Nia Martiana Candra Bayu N. Lazuardi FN. M. Ghufroni Dewi Ariyani Dwi Septi S. Malik Ridwan F. 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 BEM FIS 07 BEM FIS 08 BEM FIS 09 BEM FMIPA 01 BEM FMIPA 02 BEM FMIPA 03 BEM FMIPA 04 BEM FMIPA 05 BEM FMIPA 06 BEM FMIPA 07 BEM FMIPA 08 BEM FMIPA 09 BEM FMIPA 10 BEM FMIPA 11 BEM FMIPA 12 BEM FT 01 BEM FT 02 BEM FT 03 BEM FT 04 BEM FT 05 BEM FT 06 BEM FT 07 BEM FT 08 BEM FT 09 BEM FIK 01 BEM FIK 02 BEM FIK 03 BEM FIK 04 BEM FIK 05 BEM FIK 06 BEM FIK 07 BEM FIK 08 BEM FE 01 BEM FE 02 BEM FE 03 BEM FE 04 BEM FE 05 BEM FE 06 BEM FE 07 BEM FE 08 BEM FE 09 BEM FE 10 BEM FE 11 BEM FE 12 Nihza Al Lutfi Widi Nur Cahyono Puspita Budiningtyas Malihatin Winda Eka Devy Lestari Gayuh Nugroho D. Mualimin Madayanti K. Abdul Aziz Hidayat Habibatusy Syarifah Umi Rahmawati Melia Juniarti Apni Viyandari Nurul Inayah M. Nashifudin Ajib Maqsudi Amarullah Ratna Agus Heri Abdul Wakhid Hanif Hidayat Agus Fajri Widodo Mochammad Samsul Bachtiar Danoyo A. Syarifudin Sulistiani Ambarwati Uji Hernowo Robbi Darmawan Arief Bahtiar Novie Retno U. NN Menito Surya Kentatri Nikmah Khoiroh Adi Sutrisno Niswah Baroroh Fenti NurLaeli Yogi Nugraha A. Fathul Hakim Esensiana R.A. Dian Setya Adhy Nugraha Supriyanto M. Iksan Suseno 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 BEM FE 13 BEM FH 01 BEM FH 02 BEM FH 03 BEM FH 04 BEM FH 05 BEM FH 06 BEM FH 07 BEM FH 08 BEM FH 09 BEM FH 10 BEM FH 11 BEM FH 12 BEM FH 13 BEM FH 14 BEM FH 15 BEM FH 16 HMI 01 HMI 02 KAMMI 01 KAMMI 02 KAMMI 03 KAMMI 04 KAMMI 05 KAMMI 06 KAMMI 07 KAMMI 08 KAMMI 09 KAMMI 10 KAMMI 11 KAMMI 12 KAMMI 13 KAMMI 14 PMII 01 PMII 02 PMII 03 PMII 04 PMII 05 PMII 06 PMII 07 IMM 01 IMM 02 IMM 03 IMM 04 Zakaria Efendi Yusuf Isyrin H. Bendri Agus Imam S. Oke Brahmantia Putra Rhafel Ochthanto Novia Tri Puji Astutik Yansen Marudu Aninditya Eka Bintari Wafda Hadian Umam Danang Setio Darojat Agustin Hutabarat Kurniawan Akbar Ari Wibowo Wahyu Nandang H. Septian adi Chandra Taufan Adi Wibowo Delta Nusantara Zaimul Haq Agus Purwanto Saeful Agus Dika Artriska Sukari Lutfi Noor Walid Rudiyanti Citra Lardiana Putri Sulistiana Sukono Hani Fahma Inayati M. Lukamnul Hakim Yuniar Kustanto Sri Hesti Wahyuningsih Dony Kusuma Ariwibawa Maryadi Ahmad Fauzan Mubarok Abdullah Nekvia Mohrodi M.Nasrul Arifin Tsabit Azinar Ahmad M. Khasan Ida Dyah Fitri Aryani Azwar NN Hayu Verika Indra K. 129 130 131 132 133 134 135 136 IMM 05 IMM 06 IMM 07 IMM 08 LMND 01 LMND 02 GEMBES 01 GEMBES 02 Eli Rahmawati Dyah Prabaningrum M. Burhan Hidayat M. Husin Al Fatah Budi Luqman Hakim Sabar Budi Raharjo Mulyono Jati NO TEMA AKSI LEMBAGA LOKASI RRI Semarang, Tugu Muda 1 Solidaritas terhadap Bangsa Palestina KAMMI, LDK, HMI, HTI Semarang BEM KM Unnes, BEM FH, 2 Menolak Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak) HMI, LMND, FRM, HTI, Gema Simpang Lima Semarang, Pembebasan DPRD Simpang Lima Semarang- 3 Menolak GOLPUT dalam Pemilu BEM FMIPA se-JOGLOSETO RRI Semarang 4 Anti Pornografi dan Pornoaksi/RUU APP Hidayatullah, KAMMI, HTI Simpang Lima Semarang Kampus Unnes, Simpang 5 Menolak Penerapan BHP BEM KM Unnes dan BEM F Lima Semarang BEM KM Unnes, LMND Gedung DPRD Jateng Menuntut realisasi pendidikan gratis dan berkualitas, tolak 6 privatisasi pendidikan RRI Semarang, Tugu Muda Semarang, Yogyakarta, 7 Aksi TUGU RAKYAT (Tujuh Gugatan Rakyat) BEM KM Unnes-BEM SI Jakarta Lampiran Daftar Aksi Demonstrasi yang pernah dilakukan oleh Aktivis Mahasiswa Unnes 8 Aksi Damai Kartini "Emansipasi Perempuan" UKKI Kampus Unnes 9 Menolak PPA dikelola penuh Rektorat BEM KM & BEM F se Unnes Kampus Unnes Kampus Unnes, Simpang 10 Hari Bumi "Global Warming" BEM FH, HIMA Biologi,HMI, Lima Semarang 11 Menuntut Pembubaran Aliran Ahmadiyah KAMMI, PUSKOMDA Simpang Lima Semarang 12 Hari Jilbab Internasional UKKI, FSLDK se Semarang Kantor Gubernur Jateng 13 Mengutuk Pelecehan Karikatur Nabi Muhammad SAW KAMMI, LDK, RRI Semarang Mendukung pengesahan RUU TIPIKOR dan Pengadilan BEM KM Unnes, KAMMI, 14 TIPIKOR LMND Simpang Lima Semarang 15 Menolak Kedatangan Presiden AS, George W. Bush KAMMI Simpang Lima Semarang Simpang Lima Semarang- 16 Menghimbau PNS Netral dalam PILGUB BEM KM Unnes KPUD Jawa Tengah 17 Tolak Film ML FSLDK Simpang Lima Semarang 18 Penuntutan Akreditasi Fakultas Hukum BEM FH Kampus Unnes 19 Menuntut Usut Kasus Korupsi Bp. Sukawi Sutarip BEM KM Unnes, KAMMI Kejati Jawa Tengah 20 Menuntut PPD (Penerimaan Peserta Didik) Gratis BEM KM Unnes Balai Kota Semarang BEM KM Unnes, Gema 21 Mengajak masyarakat "Jangan Pilih Politisi Busuk" Pembebasan Tugu Muda Semarang 22 Hari Buruh Internasional 23 Menuntut dikembalikannya uang biaya PKL Unnes kepada 24 LMND Simpang Lima Semarang mahasiswa BEM KM Unnes Kampus Unnes Mengutuk Tindakan FPI KSM Bundaran Undip Semarang Menuntut Bahasa Jawa menjadi Mata pelajaran Wajib di 25 sekolah Mahasiswa Jurusan Bahasa Jawa DPRD Jateng 26 Menolak Akuisisi PSIS KAMMI Pemprov Jateng 27 Sosialisasi Pemilu PMII Simpang Lima Semarang 28 Anti Neo Liberal LMND Simpang Lima Semarang 29 Menolak Pemberlakuan SPL Unnes 2008 PAM Kampus Unnes 30 Peringatan Keruntuhan Khilafah Islamiyah HTI Simpang Lima Semarang 7. PENGALAMAN ORGANISASI Petunjuk Pengisian a. Untuk kolom Nama Lembaga diisi nama lembaga b. Untuk kolom Jabatan diisi dengan ketentuan sebagai berikut: KATEGORI (PH) Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris Umum, Bendahara Umum Kepala Departemen/Biro, Sekretaris Departemen/Biro Staf/Anggota KODE A B C Tahun 2009/Sekarang Nama Lembaga Jabatan ORGANISASI KEMAHASISWAAN INTRA KAMPUS Tahun 2008 Tahun 2007 Tahun 2006 Nama Lembaga Jabatan Nama Lembaga Jabatan Nama Lembaga Jabatan Tahun 2005 Nama Lembaga Jabatan Tahun 2009/Sekarang Nama Lembaga Jabatan ORGANISASI KEMAHASISWAAN EKSTRA KAMPUS Tahun 2008 Tahun 2007 Tahun 2006 Nama Lembaga Jabatan Nama Lembaga Jabatan Nama Lembaga Jabatan Tahun 2005 Nama Lembaga Jabatan 2/8 ANALISIS VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN N o Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 y 5 UC - 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 35 3 UC - 7 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 34 1 UC - 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 34 7 UC - 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 33 2 9 6 4 8 1 0 1 1 1 2 1 3 1 6 1 8 1 4 1 5 1 9 2 0 1 7 UC - 10 UC - 16 UC - 14 UC - 8 UC - 4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 30 30 30 29 y2 122 5 115 6 115 6 108 9 108 9 900 900 900 841 UC - 18 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 27 729 UC - 17 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 25 625 UC - 12 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 20 400 UC - 3 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 17 289 UC - 2 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 16 256 UC - 15 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 16 256 UC - 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 15 225 UC - 13 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 11 121 UC - 9 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 10 100 UC - 19 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 9 81 UC - 20 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 12 12 462 320 12 1240 2 13 13 462 348 13 1240 2 0.53 8 0.44 4 11 11 462 316 11 14 14 462 362 14 15 15 462 375 15 13 13 462 343 13 11 11 462 298 11 13 13 462 346 13 13 13 462 343 13 16 16 462 400 16 12 12 462 323 12 14 14 462 363 14 7 7 462 204 7 14 14 462 370 14 12 12 462 341 12 12 12 462 307 12 14 14 462 367 14 14 14 462 370 14 12 12 462 329 12 14 14 462 367 14 14 14 462 365 14 17 17 462 428 17 #### #### #### #### #### #### #### #### #### #### #### #### #### #### #### #### 12 12 462 310 12 1240 2 0.45 0.355 0.52 0.51 0.35 0.48 0.47 0.52 0.53 0.46 0.53 0.36 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 valid 0.8 0.2 valid 0.6 0.4 valid 0.7 0.3 valid 0.55 0.45 valid 0.7 0.3 valid 0.6 0.4 valid 0.7 0.3 valid 0.7 0.3 valid 0.55 0.45 valid 0.65 0.35 valid 0.55 0.45 valid 0.65 0.35 valid 0.6 0.4 valid 0.5 0.5 valid 0.6 0.4 valid 0.85 0.15 0.444 tidak valid 0.6 0.4 pq ∑pq 0.16 7.96 86.4 9 0.95 6 reliab el dipak ai 0.24 0.21 valid 0.65 0.35 0.22 8 0.44 tidak valid 0.75 0.25 0.44 Validitas p q 0.444 tidak valid 0.5 0.5 12 12 462 326 12 1240 2 0.53 6 0.44 4 12 12 462 319 12 #### 11 11 462 303 11 1240 2 0.52 8 0.44 4 10 10 462 280 10 #### 13 13 462 350 13 1240 2 0.67 14 14 462 381 14 1240 2 0.67 6 0.44 4 11 11 462 301 11 #### 12 12 462 329 12 1240 2 0.56 8 0.44 4 14 14 462 368 14 #### 10 10 462 264 10 1240 2 0.47 0.44 4 14 14 462 362 14 1240 2 0.45 3 0.44 4 64 124 02 rtabel 16 16 462 406 16 1240 2 0.48 9 0.44 4 8 46 2 0.25 0.21 0.25 0.24 0.21 0.21 0.25 0.19 0.23 0.25 0.24 0.25 0.24 0.13 0.24 dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai jumlah ΣX ΣY ΣXY ΣX2 ΣY2 r s2 Reliabilita s(r) Kriteria dibua ng #### dibua ng 0.56 0.44 4 0.48 0.41 0.5 0.46 0.48 0.55 0.7 0.33 0.51 0.55 0.57 0.51 0.49 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 valid 0.65 0.35 valid 0.6 0.4 valid 0.7 0.3 valid 0.35 0.65 valid 0.7 0.3 valid 0.6 0.4 0.44 tidak valid 0.6 0.4 0.44 valid 0.7 0.3 valid 0.7 0.3 valid 0.6 0.4 valid 0.7 0.3 valid 0.7 0.3 valid 0.7 0.3 0.23 valid 0.65 0.35 0.22 8 0.44 tidak valid 0.8 0.2 14 14 462 365 14 1240 2 0.48 8 0.44 4 0.23 0.16 0.24 0.21 0.23 0.21 0.24 0.24 0.21 0.21 0.24 0.21 0.21 0.21 valid 0.55 0.45 0.24 8 dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai dipak ai #### #### dibua ng #### dibua ng dibua ng 1 33 34 35 30 29 33 30 30 25 27 34 17 20 11 10 0 0 0 8 0 40 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 2 33 34 35 30 29 0 30 30 0 27 34 0 20 0 10 0 0 0 8 0 32 0 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 3 33 34 35 30 29 33 30 30 25 27 0 17 20 11 0 0 0 0 8 0 36 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 5 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 4 33 34 35 30 29 33 30 30 25 27 0 17 0 0 0 16 9 0 0 0 348 5 33 34 35 30 0 33 30 30 25 0 34 0 0 0 0 16 0 16 0 0 31 6 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 8 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 7 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 6 33 34 35 30 29 33 30 30 25 0 34 0 20 11 10 0 0 0 8 0 36 2 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 7 33 34 35 30 29 33 0 30 0 0 0 0 0 0 0 16 9 0 0 15 26 4 11 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 8 33 0 35 30 29 33 30 0 25 27 34 17 20 0 0 0 0 16 0 0 32 9 12 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 9 33 34 35 30 29 33 30 30 25 27 34 0 0 0 10 0 0 16 0 15 38 1 13 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 10 33 34 35 30 29 33 30 30 25 27 0 17 20 0 0 16 9 0 0 0 36 8 14 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 15 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 11 33 34 35 30 29 33 30 30 0 0 0 17 20 0 10 0 0 0 0 0 30 1 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 12 33 34 35 30 29 0 30 30 25 27 34 0 0 11 10 16 0 16 0 15 37 5 13 33 34 0 30 29 33 30 30 25 27 34 0 20 0 10 0 0 0 8 0 343 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 18 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 14 33 34 0 30 29 0 30 30 25 27 34 0 0 0 10 0 0 16 0 0 29 8 19 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 20 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 15 33 34 35 30 29 33 0 30 0 27 34 17 20 0 0 0 9 0 0 15 34 6 21 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 16 33 34 35 30 29 33 30 30 25 27 0 17 0 11 0 16 0 0 0 0 350 22 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 17 33 34 35 30 29 33 30 30 25 27 0 17 0 11 0 0 9 0 0 0 34 3 23 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 18 33 34 35 30 0 33 30 30 25 27 34 17 20 11 10 16 0 0 0 15 40 0 24 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 25 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 19 0 34 35 30 29 33 30 30 25 0 34 0 0 11 0 16 0 16 0 0 32 3 26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 20 33 34 35 30 29 33 0 30 25 27 34 17 0 11 0 16 9 0 0 0 36 3 27 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 21 33 34 35 0 0 0 0 30 0 27 34 0 0 11 0 0 0 0 0 0 20 4 28 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 22 33 34 35 30 29 33 30 0 25 27 34 17 0 11 0 16 0 16 0 0 37 0 29 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 23 33 34 35 30 29 33 30 0 25 27 34 0 20 11 0 0 0 0 0 0 34 1 30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 31 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 24 33 0 35 30 29 33 30 30 25 27 0 17 0 0 10 0 0 0 8 0 30 7 25 33 34 35 30 29 33 0 30 25 27 34 17 0 0 0 16 9 0 0 15 36 7 32 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 33 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 26 33 34 35 30 29 33 30 30 25 27 0 17 20 11 0 16 0 0 0 0 37 0 34 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 27 33 34 35 0 29 33 30 30 25 0 34 0 20 0 10 0 0 16 0 0 32 9 35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 36 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 28 33 34 35 30 29 33 30 0 25 27 34 0 20 11 10 0 0 16 0 0 36 7 29 33 34 35 30 29 0 30 30 25 27 34 17 20 11 10 0 0 0 0 0 36 5 37 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 30 33 34 35 30 29 33 30 30 25 0 34 17 0 0 10 16 9 0 0 0 36 5 31 33 34 35 30 29 0 30 0 25 27 34 17 0 0 0 0 9 0 0 0 30 3 38 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 32 33 34 35 30 29 33 30 30 0 0 34 0 20 0 10 0 0 0 8 0 32 6 33 33 34 35 30 29 33 0 30 25 0 0 0 0 0 0 16 0 0 0 15 28 0 39 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 34 33 34 35 30 29 33 30 0 0 27 34 17 0 0 0 0 9 0 8 0 31 9 40 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 35 33 34 35 30 29 33 30 30 25 27 34 17 20 11 0 0 9 16 0 15 42 8 36 33 34 35 0 29 33 30 30 25 27 0 0 0 0 10 16 0 0 8 0 31 0 41 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 37 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 38 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 39 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 40 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 41 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 42 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 43 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 44 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 45 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 46 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 47 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 4 #REF #REF #REF #REF #REF #REF #REF #REF #REF #REF #REF #REF #REF #REF #REF #REF #REF #REF #REF #REF #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF 42 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 43 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 44 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 45 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 46 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 47 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 48 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 49 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 50 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF!