36 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Landasan Filosofis

advertisement
36
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Landasan Filosofis
Pemanfaatan sumber daya perikanan PULL tanpa memperhatikan proses
alam dalam menyediakan sumber daya perikanan tersebut adalah suatu perbuatan
yang tidak dapat digunakan sebagai dasar dalam pemanfaatannya. Pertimbangan
yang hanya melihat kebutuhan manusia saja merupakan egoisme sepihak manusia
terhadap alam yang memberi kehidupan kepadanya. Oleh karena itu, pada
prinsipnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah suatu konsep yang
seyogyanya digunakan sebagai dasar filosofis dalam mengisi kelembagaan
pengelolaan sumber daya perikanan PULL di Sumatera Selatan.
Secara mendasar arti pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan
untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa mengorbankan kemampuan generasi
mendatang untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Konsep pembangunan
berkelanjutan juga merupakan konsep yang mencoba memadukan antara
kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup serta pembangunan (dalam
hal ini pemanfaatan sumber daya perikanan PULL). Oleh karena itu,
permasalahan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup (termasuk sumber daya perikanan PULL) adalah permasalahan yang
menyangkut semua anggota masyarakat dan masa depan yang panjang. Namun
demikian, pembangunan berkelanjutan tidak berarti tidak ada pembangunan atau
pertumbuhan sama sekali. Dalam hal ini, ada beberapa prinsip dasar yang dapat
mengarahkan dan membimbing para pemangku kepentingan untuk mencapai
pembangunan yang benar-benar berkelanjutan.
Dalam penelitian ini digunakan kerangka analisis kelembagaan yang
didasarkan atas prinsip pembangunan perikanan berkelanjutan. Terkait dengan hal
ini, maka prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan akan dapat terwujud jika
didukung oleh pemerintahan yang baik (good governance). Pemerintahan
dikategorikan baik jika sumber-sumber daya dan masalah-masalah sosial dapat
dikelola secara efektif dan efisien, melalui suatu kelembagaan yang menjamin
kepentingan semua para pemangku kepentingan. Oleh karena itu, pembangunan
berkelanjutan harus memiliki ciri-ciri antara lain memiliki perspektif jangka
panjang, berlakunya hubungan keterkaitan (interdependency) antar pelaku-pelaku
37
alam, dan buatan manusia. Disamping itu, memenuhi kebutuhan manusia masa
kini
tanpa
mengurangi
kemampuan
generasi
masa
depan
memenuhi
kebutuhannya.
Pembangunan berkelanjutan yang dimaksudkan berorientasi pada tiga
dimensi, yakni keberlanjutan atau pertumbuhan ekonomi (economic growth),
keberlanjutan kesejahteraan yang adil dan merata (social progress), dan
keberlanjutan ekologi dalam tata kehidupan yang serasi dan seimbang (ecological
balance). Lebih tepatnya dalam interaksi ini, lingkungan hidup adalah sebagai
pendukung keberlanjutan kehidupan rumah tangga yang pada akhirnya bermuara
kepada kegiatan perekonomian. Dengan demikian, dalam pembangunan harus
diperhatikan dua hal penting: pertama, menjaga kelenturan sistem biologi dan
fisik terhadap perubahan; dan kedua, menjaga kelenturan dan kapasitas dinamis
sistem untuk beradaptasi terhadap perubahan.
3.2
Kerangka Pemikiran
Perubahan politik Nasional, termasuk desentralisasi pada prinsipnya
berpengaruh terhadap kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan ”lelang
lebak lebung”. Perubahan yang terjadi dimulai dengan adanya perubahan sistem
pemerintahan di wilayah negara Republik Indonesia, dengan diberlakukannya UU
No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Perubahan yang terjadi pada
sistem pemerintahan tersebut berpangaruh terhadap akses masyarakat nelayan
terhadap sumber daya perikanan PULL di wilayah Kabupaten OKI, Sumatera
Selatan. Dengan demikian, terjadi perubahan penguasaan atas sumber daya
perikanan PULL yang ada, sesuai dengan perubahan yang terjadi pada sistem
pemerintahan yang ada. Hal ini semua merupakan perubahan kelembagaan yang
mengakibatkan terjadinya social inequality.
Pada tahap selanjutnya social inequality yang terjadi mengakibatkan
adanya perubahan pada kelimpahan sumber daya perikanan PULL, yang pada
gilirannya juga kembali akan menghasilkan social inequality berupa kemiskinan
pada masyarakat nelayan. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa social
inequality tidak saja merupakan produk, tetapi juga merupakan penghasil suatu
38
permasalahan seperti polusi, konsumsi berlebih, degradasi sumber daya, rusaknya
habitat, dan percepatan pertumbuhan penduduk (Bell, 1998).
Terkait dengan pengelolaan terhadap sumber daya perikanan PULL dan
masyarakat di suatu wilayah tertentu, pola pengelolaan dengan sistem ”lelang
lebak lebung” meskipun tujuannya baik, tetapi mempunyai beberapa kelemahan.
Kelemahan tersebut antara lain adalah diizinkannya warga yang bukan nelayan
ikut serta dalam pelelangan hak usaha penangkapan ikan (Zain, 1982). Hal ini
menyebabkan hak usaha penangkapan ikan pada sumber daya perikanan PULL di
Kabupaten Ogan Komering Ilir diperoleh pemilik modal yang tidak berprofesi
sebagai nelayan sama sekali (Arifin, 1972; Nasution et al., 1992; Sripo, 2002).
Dalam kondisi demikian, nelayan memperoleh hak penangkapan ikan bukan lagi
secara langsung dari pemerintah, melainkan membayar sewa kepada pemilik
modal.
Dampak lebih lanjut adalah objek lelang PULL yang sebagian besar dibeli
oleh bukan nelayan secara langsung, maka terjadi sistem penjualan areal
penangkapan ikan secara terpisah-pisah oleh pemenang lelang. Dalam hal ini,
meskipun harga perairan menjadi semakin tinggi, nelayan tetap akan berusaha
untuk mendapatkan keuntungan dari usaha penangkapan yang mereka lakukan
pada masa satu tahun yang sedang berjalan, sekalipun harus melaksanakan
penangkapan terhadap seluruh jenis dan ukuran ikan yang ada di perairan yang
mereka kuasai selama satu tahun tersebut. Dengan demikian sewa perairan yang
meningkat tersebut dibebankan terhadap sumber daya perikanan PULL atau
populasi ikan yang ada pada perairan tersebut. Ini merupakan gambaran dampak
kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan ”lelang lebak lebung”, yang
secara langsung ataupun tidak langsung akan menurunkan tingkat pendapatan
nelayan. Dengan kata lain, meskipun nilai hasil tangkapan ikan yang diperoleh
nelayan tinggi, tetapi pendapatan nelayan tetap saja rendah. Bahkan dengan
adanya beban “bunga uang” yang berasal dari peningkatan sewa perairan dan
biaya operasional penangkapan ikan, maka masyarakat nelayan terjerat dalam
kemiskinan. Oleh karena itu, kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan
”lelang lebak lebung” mengakibatkan semakin sempitnya akses masyarakat
nelayan terhadap sumber daya perikanan PULL, terjadinya degradasi kondisi
39
sumber daya perikanan PULL dan kemiskinan masyarakat nelayan, yang secara
skematis dikemukakan pada Gambar 1.
Kebijakan Nasional di Bidang Tata
Pemerintahan Desa (UU No. 5 Tahun 1979)
Tatanan dan Sistem Pemerintahan
pada Tingkat Propinsi, Kabupaten, Kecamatan
(Perda Propinsi, Perda Kabupaten, Perdes)
Kelembagaan Pengelolaan Sumber
daya Perikanan “Lelang Lebak
Lebung” (Teori Keberlanjutan
Kelembagaan Ostrom, 1990: 2008)
Alternatif
Kelembagaan
Pengelolaan
Sumber daya
Perikanan
Lebak Lebung
Yang Adaptif
(Welcomme,
1979; 1985;
Ilyas et al,
1990; Pomeroy,
1994;
Nikijuluw,
1998).
Semakin Sempitnya Akses
Masyarakat Nelayan Terhadap
Sumber daya Perikanan (Teori
Akses, Ribot dan Peluso, 2003)
Degradasi Kondisi Sumber daya
Perikanan Perairan Umum
Lebak Lebung (Dahuri, 2003;
Charles, 2001).
Kemiskinan Masyarakat Nelayan
Perairan Umum Lebak Lebung
(Bell, 1998; Beteille, 1977; BPS,
2006; Sumarwan, 1993)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kelembagaan Pengelolaan
Sumber daya Perikanan “Lelang Lebak Lebung” dan
Kemiskinan Masyarakat Nelayan.
40
Berdasarkan
landasan
filosofis
dan
kerangka
pemikiran
yang
dikemukakan, maka konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini sesuai
dengan pokok bahasan dikemukakan pada Tabel 1.
Tabel 1. Konsep dan teori yang akan digunakan dalam penelitian kelembagaan
pengelolaan sumber daya perikanan ”lelang lebak lebung” dan
kemiskinan masyarakat nelayan.
Pokok Bahasan
Konsep dan Teori
Efektifitas kelembagaan pengelolaan
 Keberlanjutan kelembagaan
sumber daya perikanan “lelang lebak
(Ostrom, 1990; 2008).
lebung”.
Akses masyarakat nelayan terhadap
 Akses (Ribbot dan Peluso, 2003).
sumber daya perikanan perairan umum
“lebak lebung”.
Degradasi kondisi sumber daya
 Pengelolaan Sumber daya Perikanan
perikanan “lebak lebung” dan
Berkelanjutan (Dahuri, 2003;
kemiskinan masyarakat nelayan.
Charles, 2001).
 Social Inequality (Bell, 1998;
Beteille, 1977).
 Kemiskinan Pangan Rumah Tangga
Masyarakat Nelayan (BPS, 2006;
Sumarwan, 1993).
Alternatif kelembagaan adaptif dalam  Pengelolaan Sumber daya Perikanan
mengatur pemanfaatan dan
(Welcomme and Henderson, 1976;
pengelolaan sumber daya perikanan
Welcomme, 1979;1985; Ilyas et al.,
perairan umum “lebak lebung”.
1990)
 Ko-manajemen (Pomeroy, 1994;
Nikijuluw, 1998).
3.3 Paradigma, Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma sosiologi Durkheimian. Masalah
sentral dalam analisis sosiologi Durkheimian adalah menjelaskan keteraturan
sosial yang mendasar yang berhubungan dengan proses-proses sosial yang
meningkatkan integrasi dan solidaritas, dalam perspektif fungsional (Johnson,
1986). Durkheim mengemukakan bahwa analisisnya harus berdasarkan data
empiris mengenai masyarakat, bukan data individual. Dengan demikian data yang
berasal dari individual harus menjadi suatu kondisi yang menjadi milik
masyarakat melalui suatu verifikasi secara jenuh di dalam masyarakat yang
diteliti.
41
Dijelaskan pula dalam Johnson (1986) pada bagian lainnya bahwa suatu
fakta sosial yang menjadi bahasan dijelaskan menggunakan fakta sosial lainnya.
Dalam penelitian ini fakta sosial yang utama diteliti dan digali adalah efektifitas
kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan ”lelang lebak lebung” dengan
penjelasan fakta sosial lainnya. Fakta sosial lainnya yang menjadi penjelas
efektifitas kelembagaan tersebut adalah akses masyarakat nelayan terhadap
sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung. Tambahan pula fakta sosial
penjelas lainnya adalah degradasi kondisi sumber daya perikanan perairan umum
lebak lebung dan kondisi kemiskinan masyarakat nelayan yang menangkap ikan
di perairan umum lebak lebung tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif atau postpositivisme. Pendekatan kualitatif dilakukan pada pokok bahasan yang terkait
dengan efektifitas kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan “lelang lebak
lebung” dan akses masyarakat nelayan terhadap sumber daya perikanan perairan
umum lebak lebung. Pada pokok bahasan ini studi kualitatif yang dilakukan
adalah terkait dengan kelembagan pengelolaan sumber daya perikanan lelang
lebak lebung pada 2 (dua) periode pemerintahan. Kemudian juga dilakukan pada
kondisi akses masyarakat nelayan yang mewakili 2 (dua) periode kelembagaan
pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung. Di lain pihak,
pendekatan kuantitatif dilakukan pada pokok bahasan yang terkait dengan
degradasi kondisi sumber daya perikanan “lelang lebak lebung” dan kemiskinan
masyarakat nelayan. Kondisi sumber daya perikanan yang diteliti mewakili 2
(dua) periode kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak
lebung. Sementara survey pendapatan dan pengeluaran rumah tangga masyarakat
nelayan di pedesaan perairan umum lebak lebung dilakukan pada 2 (dua) tahun
kegiatan usaha penangkapan ikan, yaitu tahun 2008 dan 2009.
Kasus yang diteliti adalah kelembagaan pengelolaan sumber daya
perikanan lelang lebak lebung di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Sumatera Selatan, dan perubahannya sejak awal terbentuk hingga saat
dilakukannya penelitian ini. Kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan
yang dipedomani dalam pemanfaatan sumber daya perikanan PULL ini adalah
Perda No. 9 Tahun 2005 tentang Lelang Lebak Lebung di wilayah Kabupaten
42
OKI, Sumatera Selatan beserta perubahannya. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa penelitian ini memberikan peluang yang sangat kecil bagi
peneliti untuk mengontrol atau mempengaruhi gejala atau peristiwa sosial yang
diteliti (Yin, 2004). Secara ringkas masing-masing metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan
”lelang lebak lebung” dan kemiskinan masyarakat nelayan berdasarkan pokok
bahasan yang ditetapkan, dikemukakan pada Tabel 2.
Tabel 2. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kelembagaan
pengelolaan sumber daya perikanan ”lelang lebak lebung” dan
kemiskinan masyarakat nelayan.
Pokok Bahasan
Efektifitas kelembagaan
pengelolaan sumber daya
perikanan “lelang lebak lebung”.
Akses masyarakat nelayan
terhadap sumber daya perikanan
perairan umum “lebak lebung”.
Degradasi kondisi sumber daya
perikanan “lebak lebung” dan
kemiskinan masyarakat nelayan.
Alternatif kelembagaan adaptif
dalam mengatur pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya
perikanan perairan umum “lebak
lebung”.
Metode Penelitian
 Studi kasus kelembagan pengelolaan
sumber daya perikanan lelang lebak
lebung pada 2 periode pemerintahan.
 Studi kasus kondisi akses masyarakat
nelayan yang mewakili 2 periode
kelembagaan pengelolaan sumber daya
perikanan lelang lebak lebung.
 Survey kondisi sumber daya perikanan
yang mewakili 2 periode kelembagaan
pengelolaan sumber daya perikanan
lelang lebak lebung.
 Survey pendapatan dan pengeluaran
konsumsi rumah tangga masyarakat
nelayan di pedesaan perairan umum
lebak lebung.
 Sintesa terhadap hasil analisis pada
seluruh pokok bahasan dikaitkan dengan
konsep dan teori pengelolaan sumber
daya perikanan berkelanjutan dan
pengelolaan pola ko-manajemen
(Welcomme and Henderson, 1976;
Welcomme, 1979;1985; Ilyas et al.,
1990; Pomeroy, 1994; Nikijuluw, 1998).
Penelitian yang dilakukan juga terkait dengan peristiwa atau gejala
kontemporer dalam kehidupan yang rill, yaitu terkait dengan kehidupan
masyarakat nelayan yang melaksanakan usaha penangkapan ikan di wilayah
Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Dalam hal ini pendapatan dan
43
kemiskinan konsumsi rumah tangga masyarakat nelayan merupakan gambaran
keterkaitannya terhadap fungsi kelembagaan “lelang lebak lebung” yang ada dan
berlaku saat ini. Disamping itu, untuk mendapatkan data yang terkait dengan
kondisi sumber daya perikanan dan pendapatan serta kemiskinan rumah tangga
masyarakat nelayan juga dilakukan studi literatur dan survei.
3.4
Lokasi Penelitian dan Unit Analisis
Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI),
Propinsi Sumatera Selatan. Lokasi dan unit analisis penelitian dibedakan
berdasarkan studi kasus dan survei yang dilakukan untuk memenuhi tujuan
penelitian ini. Pada studi kasus yang berkaitan dengan pokok bahasan pertama dan
kedua, unit analisis adalah kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan
“lelang lebak lebung” dilakukan dalam wilayah Kabupaten OKI, Sumatera
Selatan. Kelembagaan yang dimaksud adalah Peraturan Daerah (Perda) No. 9
Tahun 2005 dan Perda Kabupaten OKI No.9 Tahun 2008 beserta aturan tambahan
yang terkait yang diberlakukan dalam wilayah Kabupaten OKI saat ini.
Unit analisis yang digunakan berkaitan dengan studi untuk menganalisis
pokok bahasan ketiga adalah rumah tangga dengan tujuan melihat keterkaitan
kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lebak lebung terhadap kondisi
sumber daya perikanan PULL, yaitu kondisi sumber daya perikanan di wilayah
desa Berkat, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Dalam hal ini dilakukan survei untuk pengumpulan data yang terkait dengan
kondisi sumber daya perikanan PULL. Kemudian untuk kemiskinan dilakukan
pengumpulan data yang terkait dengan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga
masyarakat nelayan di desa Berkat, Kecamatan Sirah Pulau Padang. Unit analisis
yang berkaitan dengan pokok bahasan keempat adalah wilayah Kabupaten OKI,
dengan tujuan melakukan sintesis terhadap analisis yang dihasilkan pada pokok
bahasan pertama, kedua dan ketiga kaitannya dengan pengelolaan sumber daya
perikanan PULL berkelanjutan dan pengelolaan dengan pengelolaan yang
menerapkan pola ko-manajemen.
44
Keterangan:
= Pusat lokasi penelitian.
Gambar 2. Lokasi Penelitian Kelembagaan Pengelolaan Sumber daya Perikanan
”Lelang Lebak Lebung” dan Kemiskinan Nelayan.
3.5 Batas Analisis
Ruang lingkup penelitian dapat juga merupakan acuan kerja penelitian.
Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa ruang lingkup penelitian merupakan salah
satu unsur pokok yang perlu dipedomani dalam mengerjakan penelitian yang akan
dilaksanakan, bahkan sampai dengan penulisan laporannya (Creswell, 1994).
Dengan demikian, akan terdapat petunjuk yang jelas dalam melaksanakan dan
melaporkan hasil kegiatan penelitian, termasuk tabulasi dan analisis data.
Berdasarkan pertanyaan penelitian dan sesuai dengan kerangka pemikiran
penelitian yang telah dikemukakan, maka ruang lingkup penelitian, yang menjadi
batas-batas analisis dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut;
Pertama, terkait dengan kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan
”lelang lebak lebung” yang terjadi sejak awal keberadaannya pada masa
pemerintahan Marga hingga saat ini dan keterkaitannya terhadap akses
45
masyarakat nelayan dalam memanfaatkan sumber daya perikanan, maka batas
analisis dibedakan atas 3 (tiga) periode pemerintahan, yaitu;
a. Pengelolaan yang dilakukan pada masa pemerintahan Marga yaitu
pengelolaan lelang lebak yang ada sejak keberadaannya pada masa
pemerintahan Marga hingga dihapuskannya system pemerintahan tersebut
sekitar tahun tahun 1982.
b. Pengelolaan yang dilakukan pada masa pemerintahan Kabupaten yaitu
pengelolaan lebak lebung yang ada sejak diserahkannya ke pemerintah
kabupaten hingga tahun tahun 2008 (menggunakan Perda No. 9 Tahun 2005).
c. Pengelolaan yang dilakukan pada masa pemerintahan kabupaten yang dimulai
dengan adanya pembagian kewenangan pengelolaan pada pemerintah desa
dan masyarakat pada sebagian areal perairan umum lebak lebung yang
diberlakukan sejak tahun 2009 (menggunakan Perda No. 9 Tahun 2008).
Kedua, pengaruh kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan
”lelang lebak lebung” terhadap degradasi kondisi sumber daya perikanan PULL,
maka batas analisis dibedakan atas 2 (dua) periode tahun pengamatan yang
mewakili 2 (dua) periode pemerintahan yang selanjutnya dianalisis secara
deskriptif apakah terjadi degradasi kondisi sumber daya perikanan. Dua periode
pemerintahan tersebut, yaitu;
a. Pengelolaan yang dilakukan pada masa pemerintahan Marga hingga
dihapuskannya sistem pemerintahan tersebut sekitar tahun tahun 1982.
b. Pengelolaan yang dilakukan pada masa pemerintahan Kabupaten sejak 1983
hingga tahun 2008.
Ketiga, pengaruh kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan
”lelang lebak lebung” terhadap kemiskinan masyarakat nelayan PULL, maka
batas analisis dilakukan dengan membandingkan pendapatan rumah tangga dan
persentase pengeluaran pangan terhadap total pendapatan rumah tangga
masyarakat nelayan.
46
3.6
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan jenis
data yang diperlukan. Data sekunder diperoleh melalui lembaga ataupun individu
(sebagai representasi lembaga) yang terkait dengan topik penelitian ini, yaitu
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Pemerintah
Kecamatan Sirah Pulau Padang, Desa Berkat dan Kantor Lembaga Adat yang ada
di Kabupaten OKI (Kota Kayu Agung). Secara rinci jumlah informan yang
digunakan dalam penelitian ini dikemukakan pada Tabel 3.
Tabel 3. Sebaran informan pada penelitian kelembagaan pengelolaan sumber daya
perikanan ”lelang lebak lebung” dan kemiskinan masyarakat nelayan.
No
Nama Lembaga
1
Kantor Lembaga Adat Marga di Kayu Agung
Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Ogan Komering Ilir (OKI)
Petugas dinas di Kab OKI yang mengetahui informasi
tentang lelang lebak lebung di masa pemerintahan
Marga.
Kantor Pemerintah Kabupaten OKI (Kantor Bupati)
yang terkait dengan Panitia Pengawas Lelang.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Resort
Kecamatan (KCD) Kecamatan Sirah Pulau Padang.
Kepala Desa dan perangkat desa, yang terkait dengan
pelaksanaan lelang lebak lebung di Desa Berkat,
Kecamatan Sirah Pulau Padang
Badan Perwakilan Desa, yang terkait dengan
pelaksanaan lelang lebak lebung di Desa Berkat.
Mantan Pasirah, Mantan Kerio, Mantan Pembarab,
terkait dengan pengaturan dan pelaksanaan lelang
lebak lebung di wilayah Kec. S.P.Padang.
Tokoh Masyarakat Desa Berkat, Kecamatan Sirah
Pulau Padang
Pengurus Perkumpulan Tani Nelayan terkait dengan
pengaturan dan pelaksanaan lelang lebak lebung di
Desa Berkat Kecamatan Sirah Pulau Padang
Jumlah Informan
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Informan
(orang)
1
4
2
2
1
4
3
3
2
2
24
Pengumpulan data primer dilakukan melalui metode wawancara.
Wawancara dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dari masyarakat nelayan,
petugas pemerintah daerah di berbagai kantor dinas terkait, mantan Kepala Marga
47
(Pasirah), petugas di kecamatan dan di kantor Kepala Desa. Termasuk pula
didalamnya adalah informan yang dianggap mengetahui keberadaan data dan
informasi yang terkait dengan kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan
“lelang lebak lebung”. Responden nelayan yang ditetapkan secara acak (populasi
masyarakat nelayan relatif homogen) adalah 32 orang. Daftar responden nelayan
didapatkan berdasarkan sensus parsial yang dilakukan Balai Besar Riset Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBRSE KP) pada tahun 2007.
Tabel 4. Topik Data Penelitian Kelembagaan Pengelolaan Sumber daya Perikanan
”Lelang Lebak Lebung” dan Kemiskinan Masyarakat Nelayan.
Pokok Bahasan
Topik Data
Efektifitas kelembagaan
pengelolaan sumber
daya perikanan “lelang
lebak lebung”.
 Aturan terkait lelang lebak lebung, termasuk penanggung
jawab lelang, panitia pegawas lelang, panitia pelaksana
lelang, peserta pelelangan, penawar lelang, pemenang
lelang, penetapan objek lelang, pengumuman lelang,
pelaksanaan pelelangan, cara pembayaran, harga standar,
pajak (retribusi).
 Hak dan kewajiban pemenang lelang, pembagian hasil
lelang, penyidik, dan sanksi.
 Upaya konservasi, sistem pengawasan sumber daya
perikanan, dan mekanisme penyelesaian konflik.
 Identifikasi keuntungan dari kepentingan masing-masing
aktor.
 Identifikasi mekanisme masing-masing aktor yang
meliputi perolehan, pengendalian, dan pemeliharaan alur
dan distribusi keuntungan.
 Analisis dominasi dan hubungan kekuasaan yang
mendasari mekanisme akses yang melibatkan institusiinstitusi dimana keuntungan diperoleh.
 Produksi ikan dan kelangkaan jenis-jenis ikan PULL serta
perubahan ukuran individu jenis-jenis ikan ekonomis
penting pada 2 periode yang dibedakan.
 Perubahan dominasi habitat, perubahan dominasi spesies
ikan bernilai ekonomis penting pada 2 periode yang
dibedakan.
 Pendapatan dan pengeluaran rumah tangga yang
dikemukakan berdasarkan kelompok pengeluaran
konsumsi pangan dan non pangan selama satu tahun;
 Sintesa terhadap hasil analisis data yang terkait dengan
seluruh pokok bahasan dalam hubungannya dengan
prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya perikanan
perairan umum secara berkelanjutan dan penerapan pola
pengelolaan ko-manajemen.
Akses masyarakat
nelayan terhadap sumber
daya perikanan perairan
umum lebak lebung.
Degradasi kondisi
sumber daya perikanan
perairan umum lebak
lebung dan kemiskinan
masyarakat nelayan.
Alternatif kelembagaan
adaptif pemanfaatan dan
pengelolaan sumber
daya perikanan PULL.
48
Wawancara dilakukan baik secara terstruktur, maupun tidak terstruktur
yang dipandu dengan kuesioner dan topik data sesuai dengan pokok bahasan yang
dikemukakan dalam penelitian ini. Berdasarkan pengelompokan data yang
dikumpulkan, maka beberapa metode digunakan agar data yang terkumpul
didapatkan secara benar. Ringkasan topik data yang diteliti berdasarkan pokok
bahasan penelitian, dikemukakan pada Tabel 4.
Dalam kaitannya dengan kemiskinan masyarakat nelayan dikumpulkan
data pendapatan dan pengeluaran rumah tangga masyarakat nelayan pada tahun
2008 dan 2009 di desa Berkat, Kecamatan Sirah Pulau Padang. Dalam hal ini
dilakukan survei terstruktur yang dipandu kuesioner. Kuesioner yang digunakan
berisi pertanyaan yang terkait dengan pendapatan usaha penangkapan ikan dan
pengeluaran rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat nelayan. Desa ini
dipilih menggunakan kriteria bahwa desa tersebut dapat mewakili ekosistem
perairan umum lebak lebung di wilayah Kabupaten OKI, baik ekosistem sungai,
lebak lebung dan rawa kesemuanya ada dalam satu wilayah perairan umum lebak
lebung Mentate III yang berada di wilayah desa tersebut.
3.7
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif. Analisis data kualitatif
merupakan penelusuran terhadap pernyataan-pernyataan umum tentang hubungan
antar berbagai kategori data, untuk membangun teori substantif yang berasal dari
data yang tersedia (Marshall dan Rossman, 1989). Hal ini sejalan dengan pendapat
Patton (1990), yang menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, analisis data
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisirnya ke dalam suatu pola,
kategori dan satuan uraian dasar. Oleh karena itu, pekerjaan menganalisis data
adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan mengkategorikan, data
yang didapat berdasarkan keperluan yang terkait dengan pertanyaan penelitian,
dan kemudian diinterpretasikan serta dikemukakan dalam deskripsi analisis.
Berkaitan dengan permasalahan validitas internal dalam penelitian
kualitatif, maka agar hasil penelitian ini dapat diyakini sebagai sebuah kebenaran,
dan dapat dipercaya (sekalipun derajat kebenaran dalam penelitian kualitatif tidak
dapat ditetapkan secara pasti), maka peneliti akan menerapkan prinsip
49
pengamatan berulang, mempertimbangkan masukan sumber data dan informasi,
sebagaimana dimaksudkan oleh Moleong (2004). Pada tahap akhir, hasil
penelitian diverifikasi kepada subjek penelitian dan pihak-pihak terkait dalam
pengumpulan data penelitian ini.
Verifikasi dilakukan melalui kegiatan diskusi kelompok terarah (focus
group discussion; FGD). Kegiatan FGD dilakukan di aula Kantor Kepala Desa
Berkat, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera
Selatan. Verifikasi data yang dilakukan menghadirkan perwakilan dari berbagai
sumber data, termasuk masyarakat nelayan, kepala desa, dan lembaga terkait
lainnya. Sebagai informasi tambahan bahwa peneliti pernah tinggal dan bermukim
di pemukiman masyarakat nelayan di perairan umum Lubuk Lampam, Kecamatan
Pedamaran, Kab. OKI selama kurang lebih satu tahun pada periode tahun 19871988 dan penulis dapat menggunakan bahasa daerah setempat.
Khusus untuk desa Berkat sudah diteliti oleh penulis sejak tahun 2006
hingga saat ini, dan berfungsi sebagai laboratorium lapang kantor penulis (Balai
Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan). Kemudian sejak tahun 1989
hingga saat ini penulis aktif melaksanakan kegiatan penelitian di bidang sosial
budaya dan kelembagaan di wilayah perairan umum lainnya di Indonesia,
terutama Propinsi Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Utara, Riau, Sumatera
Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Papua Barat.
3.8
Batasan Operasional Penelitian
Pada batasan operasional penelitian dikemukakan definisi, pengertian
maupun konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa batasan
operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a) Konsep kelembagaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kelembagaan sebagai tata kelola dan organisasi yang merupakan suatu
kompleks
atau
sistem
peraturan-peraturan
dan
adat-istiadat
yang
mempertahankan nilai-nilai yang penting. Dalam hal ini, mengatur hubungan
teknis dan sosial antar dan intra komunitas nelayan, pemerintah daerah dan
50
swasta (pemilik modal), yang didasarkan suatu aturan main dalam bentuk
peraturan “lelang lebak lebung”.
b) Perubahan kelembagaan yang dimaksudkan dalam penelitian adalah
perubahan dalam kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan PULL
yang dikelompokkan menjadi 3 (tiga) periode yaitu;
1. Pengelolaan yang dilakukan pada masa pemerintahan Marga hingga
dihapuskannya sistem pemerintahan tersebut sekitar tahun tahun 1982.
2. Pengelolaan yang dilakukan pada masa pemerintahan Kabupaten yaitu
sejak tahun 1983 hingga tahun tahun 2008 (menggunakan Perda No. 9
Tahun 2005).
3. Pengelolaan yang dilakukan pada masa pemerintahan kabupaten yang
dimulai dengan adanya pembagian kewenangan pengelolaan pada
pemerintah desa dan masyarakat pada sebagian areal perairan umum lebak
lebung
yang
diberlakukan
sejak
tahun
2009
hingga
sekarang
(menggunakan Perda No. 9 Tahun 2008).
c) Kondisi sumber daya perikanan PULL yang dimaksudkan dalam penelitian
ini adalah kondisi sumber daya perikanan PULL yang ditunjukkan dengan
beberapa variabel yang diamati yaitu perubahan produktivitas perairan per
satuan luas, produktivitas ikan hasil tangkapan per upaya yang dilakukan,
kelangkaan suatu jenis ikan, perubahan kualitas lingkungan PULL, dan lainlain sesuai dengan ketersediaan data yang tercakup dalam wilayah kabupaten
OKI.
d) Kemiskinan masyarakat nelayan adalah kondisi yang digambarkan dari
pendapatan dan pengeluaran rumah tangga masyarakat nelayan pada tahun
2008 dan 2009. Masyarakat nelayan yang dijadikan contoh kasus adalah
masyarakat nelayan di desa Berkat, Kecamatan Sirah Pulau Padang,
Kabupaten Ogan Komering Ilir (Kab. OKI), Sumatera Selatan.
3.9
Ikhtisar
Pada prinsipnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah suatu konsep
yang seyogyanya digunakan sebagai dasar filosofis dalam mengisi kelembagaan
51
pengelolaan sumber daya perikanan PULL di Sumatera Selatan. Permasalahan
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup (termasuk
sumber daya perikanan PULL) adalah permasalahan yang menyangkut semua
anggota masyarakat dan masa depan yang panjang. Dalam penelitian ini
digunakan kerangka analisis kelembagaan yang didasarkan atas prinsip
pembangunan perikanan berkelanjutan. Pemerintahan dikategorikan baik jika
sumber-sumber daya dan masalah-masalah sosial dapat dikelola secara efektif dan
efisien, melalui suatu kelembagaan yang menjamin kepentingan semua para
pemangku kepentingan.
Penelitian ini merupakan penelitian sosiologi dengan bidang kajian
kelembagaan, sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung (PULL) dan
masyarakat nelayan. Kasus penelitian ini yaitu kelembagaan pengelolaan sumber
daya perikanan lelang lebak lebung di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Sumatera Selatan, dan perubahannya sejak awal terbentuk hingga saat
dilakukannya penelitian ini. Kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan
yang dipedomani dalam pemanfaatan sumber daya perikanan PULL ini adalah
Perda No. 9 Tahun 2005 tentang Lelang Lebak Lebung di wilayah Kabupaten
OKI, Sumatera Selatan beserta perubahan dan keterkaitannya.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan jenis
data yang diperlukan. Data sekunder diperoleh melalui lembaga ataupun individu
(sebagai representasi lembaga) yang terkait dengan topik penelitian ini, yaitu
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Pemerintah
Kecamatan Sirah Pulau Padang, Desa Berkat dan Kantor Lembaga Adat yang ada
di Kabupaten OKI (Kota Kayu Agung). Pengumpulan data primer dilakukan
melalui metode wawancara. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi
dari masyarakat nelayan, petugas pemerintah daerah di berbagai kantor dinas
terkait, mantan Kepala Marga (Pasirah), petugas di kecamatan dan di kantor
Kepala Desa. Termasuk pula didalamnya adalah informan yang dianggap
mengetahui keberadaan data dan informasi yang terkait dengan kelembagaan
pengelolaan sumber daya perikanan “lelang lebak lebung”. Wawancara dilakukan
baik secara terstruktur, maupun tidak terstruktur yang akan dipandu dengan
52
kuesioner dan topik data sesuai dengan pokok bahasan yang dikemukakan dalam
penelitian ini.
Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif. Pekerjaan menganalisis
data adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan mengkategorikan,
data yang didapat berdasarkan keperluan yang terkait dengan pertanyaan
penelitian, dan kemudian diinterpretasikan serta dikemukakan dalam deskripsi
analisis. Berkaitan dengan permasalahan validitas internal dalam penelitian
kualitatif, maka agar hasil penelitian ini dapat diyakini sebagai sebuah kebenaran,
dan dapat dipercaya (sekalipun derajat kebenaran dalam penelitian kualitatif tidak
dapat ditetapkan secara pasti), maka peneliti akan menerapkan prinsip
pengamatan berulang, mempertimbangkan masukan sumber data dan informasi.
Pada tahap akhir, hasil penelitian diverifikasi kepada subjek penelitian dan pihakpihak terkait dalam pengumpulan data penelitian ini.
Download