materi_SLPHT_23_Okt

advertisement
Desain Pemantauan dan
evaluasi SLPHT Berkelanjutan
Dan Responsif Gender
DISAMPAIKAN OLEH : HERTOMO HEROE, ( PEMERHATI PUG)
Pendahuluan
 Keadilan dan kesetaraan gender telah menjadi isu global. Perubahan terjadi sejalan
dengan pergeseran paradigma pembangunan dari pendekatan keamanan dan
kestabilan (security) menuju pendekatan kesejahteraan dan keadilan (prosperity) atau
dari pendekatan produksi (production centered development) dalam suasana yang
lebih demokratis dan terbuka.
 Keadilan dan kesetaraan gender tentu sejalan dengan semangat Undang undang
perlindungan dan pemberdayaan petani dalam rangka tanggung jawab negara
memenuhi hak dan kebutuhan dasar warga negara khususnya Petani secara
terencana, terarah, dan berkelanjutan; sebagai wujud keberpihakan dengan adanya
berbagai kendala yang dihadapi masyarakat seperti kecenderungan meningkatnya
perubahan iklim, kerentanan terhadap bencana alam dan risiko usaha, globalisasi
dan gejolak ekonomi global, serta sistem pasar yang tidak berpihak kepada
petaniuntuk itu diperlukan pendekatan yang lebih konferhensip dan holistik.
Identifikasi System
INPUT LINGKUNGAN
•Kebijakan dan Perda tentang SLPHT
•Sosial Budaya yang tidak kondusif
LUARAN DIINGINKAN
1.mengidentifikasi SLPHT berkelanjutan;
2.menentukan nilai indeks keberlanjutan
SLPHT; 3.mengidentifikasi pola relasi gender
INPUT TIDAK TERKONTROL
pada SLPHT berkelanjutan; 4. .merumuskan
arahan kebijakan dan strategi SLPHT
berkelanjutan
•Iklim
•Topografi lahan
•Harga komoditas
berbasis gender
SLPHT RESPONSIF GENDER
INPUT TERKONTROL
•Benih unggul .
•Teknologi sumberdaya air
•Teknik pengolahan lanah
•Penyediaan infrastruktur penunjang.
•Pola usahatani.
•Luas lahan
•Teknologi
LUARAN TIDAK DIINGINKAN
•Degradasi lingkungan
•Kesenjang-an genderkarena budaya
patriaki
1. Akses
2. Manfaat
3. Kontrol
4. Partisipasi
UMPAN BALIK
Metode Penelitian
• Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan April
sampai bulan Juli 2013 Penelitian dilakukan di Desa
Sukaratu Untuk SLPHT padi sawah dan Desa Karang
Mulya SLPHT cabe merah, Kecamatan Malangbong
Kabupaten Garut Jawa Barat
• Dasar pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Adanya pelaksanaan program SLPHT
Diidentifikasi adanya penerapan SLPHT sesuai
pedoman pelaksanaan
Kerangka Pemikiran
SLPHT
Usaha tani padi sawah
Nilai Indeks Keberlanjutan SLPHT
Hortikultura
( budidaya Lombok besar)
Pola Relasi Gender pada Akses, Kontrol
Perempuan dan Laki-Laki
MDS
(Rapid Appraisal)
SLPHT Berkelanjutan Responsif Gender di Kecamatan Malabong Kab. Garut
Analisis
Gender
Pertanyaan penelitian (research question) monev
dalam
mendesain sistem SLPHT berkelanjutan
berbasis gender adalah:
• Apa yang menjadi atribut SLPHT dikatakan
berkelanjutan dan responsif gender?
• Seberapa besar nilai indeks keberlanjutan SLPHT
pada saat ini?
• Bagaimana pola relasi gender dalam SLPHT saat
ini?
• SLPHT berkelanjutan responsif gender?
Manfaat Penelitian
•Memberikan kontribusi pada pengembangan
kebijakan di tingkat managemen dan implementasi
dalam hal SLPHT secara berkelanjutan dan responsif
gender, dan
• Merepresentasikan status, potensi, dan peluang
penerapan ebijakan yang tepat dalam implementasi
SLPHT berkelanjutan dan berbasis gender.
kesetaraan dan keadilan gender, dan maembntu
pengambilkeputusan, baik di tingkat nasional
maupun tingkat daerah, untuk membuat kebijakan
Analisis keberlanjutan
1). Analisis keberlanjutan pengelolaan SLPHT, dilakukan pada dimensi ekonomi,
dan sosial, teknologi dan Hukum Kelembagaan dan ekologi ,
2) Penilaian tiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan
untuk masing-masing dimensi,
0%
3)
4)

45%
100%
Analisis ordinasi dengan menempatkan nilai/skor pada urutan atribut yang
terukur dengan menggunakan multidimensional scaling (MDS), da
Perhitungan indeks dan status keberlanjutan pengelolaan SLPHT secara
multidimensi maupun untuk masing-masing dimensi.
Penilaian analisis atribut atribut dilakukan berdasarkan hasil pengamatan
lapangan, hasil perhitungan dan analisis ataupun data sekunder yang tersedia.
Untuk mengevaluasi pengaruh galat (error) acak pada proses pendugaan nilai ordinasi
pengelolaan SLPHT digunakan analisis Monte Carlo. Menurut Kavanagh (2001) dan Fauzi
dan Anna (2002) analisis Monte Carlo juga berguna untuk mempelajari hal-hal berikut.
Pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi
lokasi penelitian yang belum sempurna, atau kesalahan pemahaman terhadap atribut,
atau cara pembuatan skor atribut. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan
opini atau penilaian oleh peneliti yang berbeda.
Mulai
Kondisi Pengelolaan SLPHT saat
ini
Penentuan Atribut sebagai Kriteria
Penilaian
MDS (ordinasi setiap atribut)
Penilaian (skor) setiap atribut
Analisis Sensitivitas
Analisis Monte Carlo
Indeks Keberlanjutan
Analisis Gender
Teknik analisis gender dalam pengelolaan SLPHT berkelanjutan dimulai dengan
menganalisis permasalahan gender yang timbul dalam pengelolaan SLPHT berkelanjutan.
 Identifikasi peran gender dalam 5 (lima) dimensi keberlanjutan.
 Menyusun pembagian kerja gender (pemetaan peran laki-laki dan perempuan) dalam setiap
tahapan pengelolaan SLPHT untuk dimensi ekologi, ekonomi dan sosial. Dll
Peran perempuan dan laki-laki dapat dikategorikan dalam 2 (dua) hal (Hubeis, 1985), yaitu ;
 Peran Produktif yang terdiri dari:
kegiatan di sektor formal sebagai pegawai negeri, buruh atau pengusaha/wiraswasta.
 Peran produktif tidak langsung, yang tidak memperoleh upah seperti mengambil air,
memasak, merawat anak, berbelanja, mencuci pakaian dan peralatan dapur, membersihkan
rumah, dan menyeterika
 Peran produktif langsung seperti pekerjaan produktif di sektor pertanian , perdagangan dan
jasa
Lanjutan….
 Peran Non Produktif yang terdiri dari:Peran dalam pendidikan formal
seperti SD, SMP, dan pendidikan formal keagamaan dan pendidikan
informal seperti pelatihan, penyuluhan
Peran dalam aktivitas sosial di sektor pertanian seperti penyelesaian
konflik, penetapan aturan adat, keagamaan, dan peraturan perundangan
lainnya dan kelembagaan tani dan media informasi
Fakta/fenomena
Faktor pendukung
Sebab
kesenjangan
•Identifikasi faktor penyebab
Faktor ketidaksetaraan gender
dianalisis berdasarkan aspek
akses, kontrol, manfaat dan
partisipasi perempuan dan lakilaki
•Formulasi arahan kebijakan yang
responsif gender
Hasil dan Pembahasan
SLPHT Padi
Nilai Indeks Keberlanjutan
Dimensi Ekologi Budidaya Padi.
Atribut yang Sensitif
Mempengaruhi Nilai Indeks
Dimensi Ekologi Padi
Nilai indek Keberlanjutan dimensi
sosial budaya
Atribut yang Sensitif
Mempengaruhi Nilai Indeks
Dimensi Sosial-Budaya Padi
Diagram Layang (Kite Diagram) Indeks
Keberlanjutan Padi pada Setiap Dimensi
Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekologi, Ekonomi, Sosial-budaya, Kelembagaan
dan Teknologi, Serta Multidimensi Padi
No
1
Dimensi
Nilai Indeks Keberlanjutan
Ekologi
Keterangan
Cukup
61.26
2
Ekonomi
3
Sosial
4
Kelembagaan
5
Teknologi
4
Multidimensi
Kurang
46.90
Cukup
61.90
Kurang
41.05
Cukup
54.49
53.12
Cukup
Pola Relasi Gender pada Akses, Kontrol, Manfaat, dan
Partisipasi Laki-laki dan Perempuan dalam Dimensi
Ekologi SLPHT Padi
No
Dimensi Ekologi
Akses
Kontrol
Manfaat
Partisipasi
1
Perencanaan waktu tanam dan olah tanaman L>P
> L (d)
> L (d)
>L+P
>L+P
2
Perencanaan waktu tanam dan olah tanaman L>P
> L (d)
>L+P
>L+P
>L+P
3
Penanaman L<P
> L (d)
> L (d)
>L+P
>L+P
4
Pemupukan dasar L=P
> L (d)
> L (d)
>L+P
>L+P
5
Dalam pengaturan waktu penyiraman sesuai
periode pertumbuhan tanaman, hingga menjelang
panen L >P
> L (d)
> L (d)
>L+P
>L+P
6
Pemupukan susulan L<P
> L (d)
> L (d)
>L+P
>L+P
7
Pengendalian OPT L=P
> L (d)
>L+P
>L+P
>L+P
8
Pengendalian OPT melalui PHT L>P
> L (d)
> L (d)
>L+P
>L+P
9
Panen L<P
> L (d)
> L (d)
>L+P
>L+P
10
Pengelolaan Limbah/sampah L>P
> L (d)
> L (d)
>L+P
>L+P
11
Saprodi L>P
> L (d)
>L+P
>L+P
>L+P
.
Keterangan:
▪>L = laki-laki lebih dominan
▪>L (d) = Laki-laki sangat dominan
▪>P = Perempuan lebih dominan
▪>L + P = laki-laki dan perempuan sama
Pola Relasi Gender pada Akses, Kontrol, Manfaat, dan
Partisipasi Laki-laki dan Perempuan dalam Dimensi
Sosial Padi
No
1
Dimensi Sosial
Akses
Kontrol
Manfaat
Partisipasi
>L
Tingkat pendidikan formal masyarakat L=P
> L (d)
> L (d)
Tingkat penyerapan tenaga kerja pertanian L<P
> L (d)
> L (d)
2
3
Pelatihan kelompok tani tentang perlidungan tanaman
L=P
> L(d)
5
>L+P
>L+P
>L+P
>L+P
>L+P
>L
4
Jarak lahan budidaya ke kawasan usaha tani serta
pengakutan hasil L =P
>L+P
>L+P
> L (d)
> L (d)
> L (d)
>L+P
>L+P
>L+P
> L (d)
> L (d)
>L+P
>L
> L (d)
> L (d)
>L+P
>L+P
> L(d)
>L
>L+P
>L+P
> L (d)
> L (d)
>L+P
>L+P
> L (d)
>L+P
>L+P
>L+P
>L+P
>L
>L+P
>P
Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pertanian
L=P
6
Pola hubungan masyarakat dalam kegiatan pertanian
L=P
7
Akses masyarakat dalam kegiatan pertanian L=P
8
Studi banding ke wilayah lain yag berhasil (cross
section) L>P
9
Ketrampilan sumber daya petani dalam agribisnis
melalui pelatihan manajemen dan teknologi agribisnis L
=P
10
Akses terhadap media penyuluhan L<P
11
Kegiatan sosial dan domestik L<P
SlPHT Hortikultura
Nilai Indeks Keberlanjutan SLPHT
Hortikultura Lombok Besar (Capsicum
annum l.) Dimensi Kelembagaan
Atribut yang Sensitif Mempengaruhi Nilai
Indeks Dimensi Kelembagaan Hortikultura
Diagram Layang (Kite Diagram) Indeks Keberlanjutan
SLPHT Hortikultura pada Setiap Dimensi
Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekologi, Ekonomi,
Sosial-budaya, Kelembagaan dan Teknologi, Serta
Multidimensi Hortikultura
No
Dimensi
Nilai Indeks Keberlanjutan
Keterangan
1
Ekologi
62.51
Cukup
2
Ekonomi
3
Sosial
4
Kelembagaan
5
Teknologi
6
Multidimensi
54.27
58.55
39.78
37.24
50.47
Kurang
Cukup
Kurang
Kurang
Kurang
Pola Relasi Gender pada Akses, Kontrol, Manfaat, dan Partisipasi Laki-laki
dan Perempuan dalam Dimensi Kelembagaan Hortikultura
No
Dimensi Kelembagaan
Akses
Kontrol
Manfaat
Partisipasi
1
Keberadaan Penyuluh Pertanian L>P
> L (d)
> L (d)
>L+P
>L
2
Gabungan Kelompok Tani L>P
> L (d)
> L (d)
>L+P
>L+P
3
Jumlah dan jaringan pengamat hama L>P
> L(d)
>L
>L+P
>L+P
4
Kios Sarana Produksi L=P
> L (d)
> L (d)
>L+P
>L+P
5
Keberadaan koperasi simpan pinjam L<P
> L (d)
>L+P
>L+P
>L+P
6
Keberadaan Pedagang perantara L>P
> L (d)
> L (d)
>L+P
>L
7
Bank unit Desa L=P
> L (d)
> L (d)
>L+P
>L+P
8
Studi banding ke wilayah lain yag berhasil (cross
section) L>P
> L(d)
>L
>L+P
>L+P
9
Sarana dan prasarana pelatihan L=P
> L (d)
> L (d)
>L+P
>L+P
10
Informasi dan media penyuluhan
> L (d)
>L+P
>L+P
>L+P
Keterangan:
▪>L = laki-laki lebih dominan
▪>L (d) = Laki-laki sangat dominan
▪>P = Perempuan lebih dominan
▪>L + P = laki-laki dan perempuan l
Atribut yang Sensitif Mempengaruhi Nilai Indeks
Keberlanjutan SLPHT Hortikultura Lombok besar
(Capsicum annum l.) pada Setiap Dimensi
SLPHT
HORTIKULTURA
LOMBOK BESAR
(Capsicum
Annum L.)
Ekologi
1)
2)
Ekonomi
Akses dan
1)
kontrol
penggendalian
OPT melalui
PHT peran
2)
laki-laki
>iperempuan
Pengendalian 3)
OPT peran L=P
4)
5)
6)
7)
Akses dan
1)
kotrolHarga
komoditas
beras L=P
Pendapatan
rumah tangga
petani L=P
Flktuasi harga
lombok besar
L=P
Tinggi
rendahya daya
beli masyarakat
terhadap
lombok besar
2)
(Capsicum
annum l.)
(Lombok besar)
L=P
Kontribusi
sektor
pertanian
Hortikultura
terhadap PDRB
L=P
Jumlah tenaga
kerja petani
hortiuktura L=P
Keberadaan
jumlah pasar
L=P
Dimensi
Sosial
Akses dan
kontrol
keterampila
n sumber
daya petani
dalam
agribisnis
melalui
pelatihan
manajemen
dan
teknologi
agribisnis
L=P
Akses
masyarakat
dalam
kegiatan
pertanian
L=P
Kelembagaan
1)
2)
3)
4)
5)
Teknologi
Akses dan kontrol 1)
Bank Unit Desa
L=P
Unit pemasaran
bersama L>P
Kios sarana
2)
produksi L=P
Keberadaan
koperasi simpan 3)
pinjam L<P
Gabungan
kelompok tani L>P
4)
5)
6)
Akses dan kontrol
penggunaan
mesin alat
pengolahan tanah
L=P
Infrastruktur untuk
pengangkutan
hasil L=P
Peran pemerintah
dalam perbaikan
sarana
transportasi
Peningkatan hasi
melalui input dan
teknologi L=P
Pemanfaatan
kerifan lokal
(inovasi) L=P
Penggunaan
benih bersertifikat
dan varietas
unggul L<P
Faktor Gabungan Hasil Analisis Prospektif dan Analisis Gender yang Berpengaruh Terhadap
SLPHT Padi dan Hortikultura Berkelanjutan Berbasis Gender
No
Analisis Prospektif
No
Analisis Gender
1.
Pengendalian OPT
1.
Akses dan kontrol Penggendalian OPT melalui PHT
2.
Harga dan pemasaran
2.
Kontrol petani perempuan terhadap
3.
Sarana dan prasarana produksi
3.
Akses dan kontrol petani perempuan dalam kepemilikan lahan
4
Ketrampilan petani
4.
Akses petani perempuan dalam penggunaan pupuk dan pestisida yang
ramah lingkungan
5
Sertifikasi benih dan produk yg
ramah lingkungan
5.
Akses petani perempuan terhadap penetapan jenis komoditas yang
diusahakan
6.
Akses petani perempuan terhadap teknologi pasca panen
7.
Akses dan kontrol petani laki-laki dan perempuan terhadap pelatihan dan
penyuluhan
9.
Akses terhadap penetapan aturan/kesepakatan dalam musyawarah
10.
Akses petani laki-laki dan perempuan terhadap kelembagaan
11.
Akses petani laki-laki dan perempuan terhadap media informasi
Kesimpulan
1. Terdapat 14 atribut utama dalam 5 dimensi ( ekologi, ekonomi,
sosial budaya , kelembagaan, dan teknologi SLPHT usaha tani
Padi berkelanjutan, sedangkan sedangkan pada usaha tani
hortikultura ( lombok besar) 20 atribut masing masing di daerah
lokasi penelitian sukaratu untuk padi dan suka maju
untukhortikultura( lombok besar).
2. Nilai indeks keberlanjutan SLPHT budidaya padi di Desa Sukaratu
adalah cukup, sedangkan . Nilai indeks keberlanjutan SLPHT
Hortikultura Lombok besar (Capsicum annum l) di Desa Karang
Mulya adalah kurang.
3. Ditemu kenali keterlibatan perempuan dalam relasi peran dan
tanggung jawab dengan laki laki pada pelaksanaan kegiatan
SLPHT Padi maupun pada SLPHT Hortikultura ( ranah produktif)
yang resposif gender , namun dalam peran Domestik masih perlu
ditingkatan peran lakilaki dalam mewujudkan hubungan yang
lebih setara dan adil dalam peran dan tanggung jawab.
Download