Desain Pemantauan dan evaluasi SLPHT Berkelanjutan Dan Responsif Gender DISAMPAIKAN OLEH : HERTOMO HEROE, ( PEMERHATI PUG) Pendahuluan Keadilan dan kesetaraan gender telah menjadi isu global. Perubahan terjadi sejalan dengan pergeseran paradigma pembangunan dari pendekatan keamanan dan kestabilan (security) menuju pendekatan kesejahteraan dan keadilan (prosperity) atau dari pendekatan produksi (production centered development) dalam suasana yang lebih demokratis dan terbuka. Keadilan dan kesetaraan gender tentu sejalan dengan semangat Undang undang perlindungan dan pemberdayaan petani dalam rangka tanggung jawab negara memenuhi hak dan kebutuhan dasar warga negara khususnya Petani secara terencana, terarah, dan berkelanjutan; sebagai wujud keberpihakan dengan adanya berbagai kendala yang dihadapi masyarakat seperti kecenderungan meningkatnya perubahan iklim, kerentanan terhadap bencana alam dan risiko usaha, globalisasi dan gejolak ekonomi global, serta sistem pasar yang tidak berpihak kepada petaniuntuk itu diperlukan pendekatan yang lebih konferhensip dan holistik. Identifikasi System INPUT LINGKUNGAN •Kebijakan dan Perda tentang SLPHT •Sosial Budaya yang tidak kondusif LUARAN DIINGINKAN 1.mengidentifikasi SLPHT berkelanjutan; 2.menentukan nilai indeks keberlanjutan SLPHT; 3.mengidentifikasi pola relasi gender INPUT TIDAK TERKONTROL pada SLPHT berkelanjutan; 4. .merumuskan arahan kebijakan dan strategi SLPHT berkelanjutan •Iklim •Topografi lahan •Harga komoditas berbasis gender SLPHT RESPONSIF GENDER INPUT TERKONTROL •Benih unggul . •Teknologi sumberdaya air •Teknik pengolahan lanah •Penyediaan infrastruktur penunjang. •Pola usahatani. •Luas lahan •Teknologi LUARAN TIDAK DIINGINKAN •Degradasi lingkungan •Kesenjang-an genderkarena budaya patriaki 1. Akses 2. Manfaat 3. Kontrol 4. Partisipasi UMPAN BALIK Metode Penelitian • Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juli 2013 Penelitian dilakukan di Desa Sukaratu Untuk SLPHT padi sawah dan Desa Karang Mulya SLPHT cabe merah, Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut Jawa Barat • Dasar pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut: Adanya pelaksanaan program SLPHT Diidentifikasi adanya penerapan SLPHT sesuai pedoman pelaksanaan Kerangka Pemikiran SLPHT Usaha tani padi sawah Nilai Indeks Keberlanjutan SLPHT Hortikultura ( budidaya Lombok besar) Pola Relasi Gender pada Akses, Kontrol Perempuan dan Laki-Laki MDS (Rapid Appraisal) SLPHT Berkelanjutan Responsif Gender di Kecamatan Malabong Kab. Garut Analisis Gender Pertanyaan penelitian (research question) monev dalam mendesain sistem SLPHT berkelanjutan berbasis gender adalah: • Apa yang menjadi atribut SLPHT dikatakan berkelanjutan dan responsif gender? • Seberapa besar nilai indeks keberlanjutan SLPHT pada saat ini? • Bagaimana pola relasi gender dalam SLPHT saat ini? • SLPHT berkelanjutan responsif gender? Manfaat Penelitian •Memberikan kontribusi pada pengembangan kebijakan di tingkat managemen dan implementasi dalam hal SLPHT secara berkelanjutan dan responsif gender, dan • Merepresentasikan status, potensi, dan peluang penerapan ebijakan yang tepat dalam implementasi SLPHT berkelanjutan dan berbasis gender. kesetaraan dan keadilan gender, dan maembntu pengambilkeputusan, baik di tingkat nasional maupun tingkat daerah, untuk membuat kebijakan Analisis keberlanjutan 1). Analisis keberlanjutan pengelolaan SLPHT, dilakukan pada dimensi ekonomi, dan sosial, teknologi dan Hukum Kelembagaan dan ekologi , 2) Penilaian tiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan untuk masing-masing dimensi, 0% 3) 4) 45% 100% Analisis ordinasi dengan menempatkan nilai/skor pada urutan atribut yang terukur dengan menggunakan multidimensional scaling (MDS), da Perhitungan indeks dan status keberlanjutan pengelolaan SLPHT secara multidimensi maupun untuk masing-masing dimensi. Penilaian analisis atribut atribut dilakukan berdasarkan hasil pengamatan lapangan, hasil perhitungan dan analisis ataupun data sekunder yang tersedia. Untuk mengevaluasi pengaruh galat (error) acak pada proses pendugaan nilai ordinasi pengelolaan SLPHT digunakan analisis Monte Carlo. Menurut Kavanagh (2001) dan Fauzi dan Anna (2002) analisis Monte Carlo juga berguna untuk mempelajari hal-hal berikut. Pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna, atau kesalahan pemahaman terhadap atribut, atau cara pembuatan skor atribut. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti yang berbeda. Mulai Kondisi Pengelolaan SLPHT saat ini Penentuan Atribut sebagai Kriteria Penilaian MDS (ordinasi setiap atribut) Penilaian (skor) setiap atribut Analisis Sensitivitas Analisis Monte Carlo Indeks Keberlanjutan Analisis Gender Teknik analisis gender dalam pengelolaan SLPHT berkelanjutan dimulai dengan menganalisis permasalahan gender yang timbul dalam pengelolaan SLPHT berkelanjutan. Identifikasi peran gender dalam 5 (lima) dimensi keberlanjutan. Menyusun pembagian kerja gender (pemetaan peran laki-laki dan perempuan) dalam setiap tahapan pengelolaan SLPHT untuk dimensi ekologi, ekonomi dan sosial. Dll Peran perempuan dan laki-laki dapat dikategorikan dalam 2 (dua) hal (Hubeis, 1985), yaitu ; Peran Produktif yang terdiri dari: kegiatan di sektor formal sebagai pegawai negeri, buruh atau pengusaha/wiraswasta. Peran produktif tidak langsung, yang tidak memperoleh upah seperti mengambil air, memasak, merawat anak, berbelanja, mencuci pakaian dan peralatan dapur, membersihkan rumah, dan menyeterika Peran produktif langsung seperti pekerjaan produktif di sektor pertanian , perdagangan dan jasa Lanjutan…. Peran Non Produktif yang terdiri dari:Peran dalam pendidikan formal seperti SD, SMP, dan pendidikan formal keagamaan dan pendidikan informal seperti pelatihan, penyuluhan Peran dalam aktivitas sosial di sektor pertanian seperti penyelesaian konflik, penetapan aturan adat, keagamaan, dan peraturan perundangan lainnya dan kelembagaan tani dan media informasi Fakta/fenomena Faktor pendukung Sebab kesenjangan •Identifikasi faktor penyebab Faktor ketidaksetaraan gender dianalisis berdasarkan aspek akses, kontrol, manfaat dan partisipasi perempuan dan lakilaki •Formulasi arahan kebijakan yang responsif gender Hasil dan Pembahasan SLPHT Padi Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekologi Budidaya Padi. Atribut yang Sensitif Mempengaruhi Nilai Indeks Dimensi Ekologi Padi Nilai indek Keberlanjutan dimensi sosial budaya Atribut yang Sensitif Mempengaruhi Nilai Indeks Dimensi Sosial-Budaya Padi Diagram Layang (Kite Diagram) Indeks Keberlanjutan Padi pada Setiap Dimensi Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekologi, Ekonomi, Sosial-budaya, Kelembagaan dan Teknologi, Serta Multidimensi Padi No 1 Dimensi Nilai Indeks Keberlanjutan Ekologi Keterangan Cukup 61.26 2 Ekonomi 3 Sosial 4 Kelembagaan 5 Teknologi 4 Multidimensi Kurang 46.90 Cukup 61.90 Kurang 41.05 Cukup 54.49 53.12 Cukup Pola Relasi Gender pada Akses, Kontrol, Manfaat, dan Partisipasi Laki-laki dan Perempuan dalam Dimensi Ekologi SLPHT Padi No Dimensi Ekologi Akses Kontrol Manfaat Partisipasi 1 Perencanaan waktu tanam dan olah tanaman L>P > L (d) > L (d) >L+P >L+P 2 Perencanaan waktu tanam dan olah tanaman L>P > L (d) >L+P >L+P >L+P 3 Penanaman L<P > L (d) > L (d) >L+P >L+P 4 Pemupukan dasar L=P > L (d) > L (d) >L+P >L+P 5 Dalam pengaturan waktu penyiraman sesuai periode pertumbuhan tanaman, hingga menjelang panen L >P > L (d) > L (d) >L+P >L+P 6 Pemupukan susulan L<P > L (d) > L (d) >L+P >L+P 7 Pengendalian OPT L=P > L (d) >L+P >L+P >L+P 8 Pengendalian OPT melalui PHT L>P > L (d) > L (d) >L+P >L+P 9 Panen L<P > L (d) > L (d) >L+P >L+P 10 Pengelolaan Limbah/sampah L>P > L (d) > L (d) >L+P >L+P 11 Saprodi L>P > L (d) >L+P >L+P >L+P . Keterangan: ▪>L = laki-laki lebih dominan ▪>L (d) = Laki-laki sangat dominan ▪>P = Perempuan lebih dominan ▪>L + P = laki-laki dan perempuan sama Pola Relasi Gender pada Akses, Kontrol, Manfaat, dan Partisipasi Laki-laki dan Perempuan dalam Dimensi Sosial Padi No 1 Dimensi Sosial Akses Kontrol Manfaat Partisipasi >L Tingkat pendidikan formal masyarakat L=P > L (d) > L (d) Tingkat penyerapan tenaga kerja pertanian L<P > L (d) > L (d) 2 3 Pelatihan kelompok tani tentang perlidungan tanaman L=P > L(d) 5 >L+P >L+P >L+P >L+P >L+P >L 4 Jarak lahan budidaya ke kawasan usaha tani serta pengakutan hasil L =P >L+P >L+P > L (d) > L (d) > L (d) >L+P >L+P >L+P > L (d) > L (d) >L+P >L > L (d) > L (d) >L+P >L+P > L(d) >L >L+P >L+P > L (d) > L (d) >L+P >L+P > L (d) >L+P >L+P >L+P >L+P >L >L+P >P Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pertanian L=P 6 Pola hubungan masyarakat dalam kegiatan pertanian L=P 7 Akses masyarakat dalam kegiatan pertanian L=P 8 Studi banding ke wilayah lain yag berhasil (cross section) L>P 9 Ketrampilan sumber daya petani dalam agribisnis melalui pelatihan manajemen dan teknologi agribisnis L =P 10 Akses terhadap media penyuluhan L<P 11 Kegiatan sosial dan domestik L<P SlPHT Hortikultura Nilai Indeks Keberlanjutan SLPHT Hortikultura Lombok Besar (Capsicum annum l.) Dimensi Kelembagaan Atribut yang Sensitif Mempengaruhi Nilai Indeks Dimensi Kelembagaan Hortikultura Diagram Layang (Kite Diagram) Indeks Keberlanjutan SLPHT Hortikultura pada Setiap Dimensi Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekologi, Ekonomi, Sosial-budaya, Kelembagaan dan Teknologi, Serta Multidimensi Hortikultura No Dimensi Nilai Indeks Keberlanjutan Keterangan 1 Ekologi 62.51 Cukup 2 Ekonomi 3 Sosial 4 Kelembagaan 5 Teknologi 6 Multidimensi 54.27 58.55 39.78 37.24 50.47 Kurang Cukup Kurang Kurang Kurang Pola Relasi Gender pada Akses, Kontrol, Manfaat, dan Partisipasi Laki-laki dan Perempuan dalam Dimensi Kelembagaan Hortikultura No Dimensi Kelembagaan Akses Kontrol Manfaat Partisipasi 1 Keberadaan Penyuluh Pertanian L>P > L (d) > L (d) >L+P >L 2 Gabungan Kelompok Tani L>P > L (d) > L (d) >L+P >L+P 3 Jumlah dan jaringan pengamat hama L>P > L(d) >L >L+P >L+P 4 Kios Sarana Produksi L=P > L (d) > L (d) >L+P >L+P 5 Keberadaan koperasi simpan pinjam L<P > L (d) >L+P >L+P >L+P 6 Keberadaan Pedagang perantara L>P > L (d) > L (d) >L+P >L 7 Bank unit Desa L=P > L (d) > L (d) >L+P >L+P 8 Studi banding ke wilayah lain yag berhasil (cross section) L>P > L(d) >L >L+P >L+P 9 Sarana dan prasarana pelatihan L=P > L (d) > L (d) >L+P >L+P 10 Informasi dan media penyuluhan > L (d) >L+P >L+P >L+P Keterangan: ▪>L = laki-laki lebih dominan ▪>L (d) = Laki-laki sangat dominan ▪>P = Perempuan lebih dominan ▪>L + P = laki-laki dan perempuan l Atribut yang Sensitif Mempengaruhi Nilai Indeks Keberlanjutan SLPHT Hortikultura Lombok besar (Capsicum annum l.) pada Setiap Dimensi SLPHT HORTIKULTURA LOMBOK BESAR (Capsicum Annum L.) Ekologi 1) 2) Ekonomi Akses dan 1) kontrol penggendalian OPT melalui PHT peran 2) laki-laki >iperempuan Pengendalian 3) OPT peran L=P 4) 5) 6) 7) Akses dan 1) kotrolHarga komoditas beras L=P Pendapatan rumah tangga petani L=P Flktuasi harga lombok besar L=P Tinggi rendahya daya beli masyarakat terhadap lombok besar 2) (Capsicum annum l.) (Lombok besar) L=P Kontribusi sektor pertanian Hortikultura terhadap PDRB L=P Jumlah tenaga kerja petani hortiuktura L=P Keberadaan jumlah pasar L=P Dimensi Sosial Akses dan kontrol keterampila n sumber daya petani dalam agribisnis melalui pelatihan manajemen dan teknologi agribisnis L=P Akses masyarakat dalam kegiatan pertanian L=P Kelembagaan 1) 2) 3) 4) 5) Teknologi Akses dan kontrol 1) Bank Unit Desa L=P Unit pemasaran bersama L>P Kios sarana 2) produksi L=P Keberadaan koperasi simpan 3) pinjam L<P Gabungan kelompok tani L>P 4) 5) 6) Akses dan kontrol penggunaan mesin alat pengolahan tanah L=P Infrastruktur untuk pengangkutan hasil L=P Peran pemerintah dalam perbaikan sarana transportasi Peningkatan hasi melalui input dan teknologi L=P Pemanfaatan kerifan lokal (inovasi) L=P Penggunaan benih bersertifikat dan varietas unggul L<P Faktor Gabungan Hasil Analisis Prospektif dan Analisis Gender yang Berpengaruh Terhadap SLPHT Padi dan Hortikultura Berkelanjutan Berbasis Gender No Analisis Prospektif No Analisis Gender 1. Pengendalian OPT 1. Akses dan kontrol Penggendalian OPT melalui PHT 2. Harga dan pemasaran 2. Kontrol petani perempuan terhadap 3. Sarana dan prasarana produksi 3. Akses dan kontrol petani perempuan dalam kepemilikan lahan 4 Ketrampilan petani 4. Akses petani perempuan dalam penggunaan pupuk dan pestisida yang ramah lingkungan 5 Sertifikasi benih dan produk yg ramah lingkungan 5. Akses petani perempuan terhadap penetapan jenis komoditas yang diusahakan 6. Akses petani perempuan terhadap teknologi pasca panen 7. Akses dan kontrol petani laki-laki dan perempuan terhadap pelatihan dan penyuluhan 9. Akses terhadap penetapan aturan/kesepakatan dalam musyawarah 10. Akses petani laki-laki dan perempuan terhadap kelembagaan 11. Akses petani laki-laki dan perempuan terhadap media informasi Kesimpulan 1. Terdapat 14 atribut utama dalam 5 dimensi ( ekologi, ekonomi, sosial budaya , kelembagaan, dan teknologi SLPHT usaha tani Padi berkelanjutan, sedangkan sedangkan pada usaha tani hortikultura ( lombok besar) 20 atribut masing masing di daerah lokasi penelitian sukaratu untuk padi dan suka maju untukhortikultura( lombok besar). 2. Nilai indeks keberlanjutan SLPHT budidaya padi di Desa Sukaratu adalah cukup, sedangkan . Nilai indeks keberlanjutan SLPHT Hortikultura Lombok besar (Capsicum annum l) di Desa Karang Mulya adalah kurang. 3. Ditemu kenali keterlibatan perempuan dalam relasi peran dan tanggung jawab dengan laki laki pada pelaksanaan kegiatan SLPHT Padi maupun pada SLPHT Hortikultura ( ranah produktif) yang resposif gender , namun dalam peran Domestik masih perlu ditingkatan peran lakilaki dalam mewujudkan hubungan yang lebih setara dan adil dalam peran dan tanggung jawab.