Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK

advertisement
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
PETUNJUK TEKNIS
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN ANTARA
PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROVINSI, DAN PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN/KOTA
1.4.1. PEMERINTAH
PROVINSI
KAB / KOTA
: Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Perorangan dan Masyarakat
Tingkat III
: Pengelolaan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
perorangan dan masyarakat Tingkat II dan III
: Pengelolaan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
perorangan dan masyarakat tingkat I dan II
A. PENGERTIAN
1. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah dan/atau masyarakat.
2. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
3. Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh fasilitas pelayanan kesehatan spesialistik.
4. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh fasilitas pelayanan kesehatan sub spesialistik.
5. UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat
serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat;
6. UKP adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat
serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan;
7. Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
seluruh penduduk yang berada di wilayah Indonesia, baik berupa pelayanan
kesehatan perorangan maupun dalam bentuk pelayanan kesehatan masyarakat yang
diperoleh melalui fasilitas pelayanan kesehatan dasar pemerintah, maupun swasta
seperti Puskesmas beserta jajarannya (Puskesmas Pembantu dan Bidan Desa) serta
klinik swasta (poliklinik);
8. Pelayanan kesehatan dasar meliputi upaya wajib dan upaya pengembangan
puskesmas yaitu upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana (Kesga),
upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit,
upaya pengobatan, upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya
kesehatan sekolah, upaya kesehatan olah raga, upaya perawatan kesehatan
masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya
kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut, upaya
pembinaan pengobatan tradisional.
9. Pelayanan Kesehatan Spesialistik adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang
dilandasi ilmu klinis penyakit atau teknis medis yang meliputi dan mengutamakan
aspek pelayanan sekunder dan tersier berupa kuratif dan rehabilitatif tanpa
mengabaikan aspek promotif, preventif yang secara maksimal dapat dilakukan oleh
dokter spesialis/dokter gigi spesialis, dokter sub spesialis bersama dengan tenaga
kesehatan atau non kesehatan lainnya sesuai dengan kompetensi dan kewenangan
yang berkaitan dengan keahliannya.
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
1
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
10. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) terdiri dari :
 UKP strata pertama adalah UKP tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada perorangan.
Bentuknya berupa praktik bidan, praktik perawat, praktik dokter, praktik dokter
gigi, poliklinik, balai pengobatan, praktik dokter/klinik 24 jam, praktik bersama
dan rumah bersalin.
 UKP strata pertama oleh pemerintah juga diselenggarakan oleh Puskesmas. Untuk
meningkatkan cakupan, Puskesmas dilengkapi dengan Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling, Pondok Bersalin Desa dan Pos Obat Desa. Pondok Bersalin
Desa dan Pos Obat Desa termasuk dalam fasilitas pelayanan kesehatan
bersumber masyarakat. Dalam UKP strata pertama juga termasuk pelayanan
pengobatan tradisional dan alternatif, serta pelayanan kebugaran fisik dan
kosmetika. Pelayanan pengobatan tradisional dan alternatif yang diselenggarakan
adalah yang secara ilmiah telah terbukti keamanan dan khasiatnya.
 UKP strata kedua adalah UKP tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada
perorangan. bentuknya berupa praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi
spesialis, Praktik perawat spesialis dan/atau ahli, klinik spesialis, balai pengobatan
penyakit paru-paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM), balai
kesehatan jiwa masyarakat (BKJM), rumah sakit kelas C dan B non pendidikan
milik pemerintah (termasuk TNI/POLRI dan BUMN) dan rumah sakit swasta.
 UKP strata ketiga adalah UKP tingkat unggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang ditujukan kepada
perorangan. Bentuknya berupa praktik dokter spesialis konsultan, praktik dokter
gigi spesialis konsultan, Praktik perawat spesialis konsultan, klinik spesialis
konsultan, rumah sakit kelas B pendidikan dan kelas A milik pemerintah (termasuk
TNI/POLRI dan BUMN) serta rumah sakit khusus dan rumah sakit swasta.
11. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) terdiri dari :
 UKM Strata pertama adalah UKM tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada masyarakat.
 UKM strata pertama diwujudkan melalui berbagai upaya yang dimulai dari diri
sendiri, keluarga sampai dengan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Pos Upaya Kesehatan Kerja, Dokter Kecil
dalam UKS sampai dengan Puskesmas).
 UKM Strata kedua adalah UKM tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada
masyarakat ditingkat Dinas Kab/Kota.
 UKM Strata ketiga UKM tingkat unggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang ditujukan kepada
masyarakat. UKM strata ketiga diwujudkan melalui berbagai pusat – pusat
unggulan.
12. Uraian kegiatan UKP dalam upaya kesehatan tersebut mencakup Kesehatan medik
dasar, spesialistik, keperawatan, penunjang medik dan kesehatan jiwa.
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
2
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
B. URUSAN PEMERINTAHAN
PEMERINTAHAN
Pengelolaan Pelayanan
Kesehatan Perorangan dan
Masyarakat pada pelayanan
kesehatan Tingkat III:
PEMDA
PROVINSI
Pengelolaan dan
penyelenggaraan pelayanan
kesehatan perorangan dan
masyarakat Tingkat II dan III:
PEMDA
KAB/KOTA
Pengelolaan dan
penyelenggaraan pelayanan
kesehatan perorangan dan
masyarakat tingkat I dan II:
1. Penetapan kebijakan,
norma, standard prosedur,
penyusunan pedoman,
juklak dan
juknis,bimbingan teknis
pelayanan kesehatan
perorangan dan
masyarakat Tingkat III.
1. Pengelolaan dan bimbingan
teknis terhadap, norma,
standar prosedur,
penyusunan pedoman,
juklak dan juknis pelayanan
kesehatan perorangan dan
masyarakat Tingkat II dan
III.
1. Penyelenggaraan norma,
standar, prosedur,
penyusunan pedoman, juklak
dan juknis pelayanan
kesehatan perorangan dan
masyarakat Tingkat I dan II.
2.Pengelolaan terhadap
Pelayanan kesehatan
perorangan dan masyarakat
Tingkat I,II dan III.
2. Pengelolaan dan
2. Pengelolaan dan
penyelenggaraan Pelayanan
Penyelenggaraan Pelayanan
kesehatan perorangan dan
kesehatan perorangan dan
masyarakat Tingkat II dan
masyarakat Tingkat I dan II.
III
3.Monitoring dan evaluasi
terhadap pelayanan
Kesehatan Tingkat Nasional
3. Monitoring dan evaluasi
pelayanan kesehatan
tingkat Propinsi
4. Bimbingan dan
Pengawasan pelayanan
kesehatan tk. nasional
4. Bimbingan dan Pengawasan
pelayanan kesehatan tk.
Kabupaten/ kota
3. Monitoring dan evaluasi
pelayanan kesehatan tingkat
Kab/ Kota
-
C. PENANGGUNGJAWAB/ KOORDINATOR
1. PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN DI PUSAT.
Sebagai penanggung jawab/ koordinator adalah Kementerian Kesehatan (unit utama
yang bertanggung jawab di bidang bina upaya kesehatan).
2. PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN DI PROVINSI.
Sebagai penanggung jawab/koordinator adalah Dinas Kesehatan Provinsi.
3. PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA.
Sebagai penanggung jawab/koordinator adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
3
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
1.4.2. PEMERINTAH : Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Nasional
PROVINSI
: Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Rujukan Tingkat Provinsi
KAB / KOTA
: Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Dasar dan Rujukan Tingkat Kabupaten /Kota
A. PENGERTIAN
1. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan
masyarakat dan kasus- kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik baik secara
vertikal maupun horisontal meliputi rujukan sarana, rujukan teknologi, rujukan tenaga
ahli, rujukan operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan
bahan-bahan pemeriksaan laboratorium;
2. Sistem rujukan adalah pengaturan pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara
timbal balik baik vertikal maupun horizontal, maupun struktural dan fungsional
terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan
3. Rujukan vertikal adalah rujukan yang terjadi dari suatu fasilitas pelayanan kesehatan
kepada fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang menjangkau dalam suatu tingkatan
pelayanan kesehatan yang berbeda.
4. Rujukan horizontal adalah rujukan yang terjadi dari suatu fasilitas pelayanan
kesehatan kepada fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang mampu dalam suatu
tingkatan yang sama
5. Rujukan struktural adalah rujukan yang terjadi dari unit struktural kesehatan kepada
unit struktural kesehatan lainnya yang mampu dalam suatu tingkatan yang berbeda.
6. Rujukan fungsional adalah rujukan yang terjadi dari unit fungsional kesehatan kepada
unit fungsional kesehatan lainnya yang mampu dalam suatu tingkatan yang berbeda.
7. Sistem Rujukan arus balik adalah pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab atas
kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan dan telah diterima
kemudian di kembalikkan kepada fasilitas pelayanan pelayanan kesehatan perujuk
8. Tingkatan pelayanan kesehatan adalah tingkatan pelayanan kesehatan tingkat
pertama, tingkat kedua, dan tingkat ketiga.
9. Rujukan kasus penyakit atau masalah penyakit adalah rujukan yang dilakukan
berkaitan dengan pengobatan dan pemulihan berupa pengiriman pasien (kasus),
spesimen dan pengetahuan Tentang penyakit.
10. Rujukan permasalahan kesehatan adalah rujukan yang dilakukan berkaitan dengan
upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan berupa fasilitas, teknologi dan
operasional
11. Rujukan nasional adalah pelimpahan wewenang terhadap kasus yang tidak dapat
ditanggulangi kepada pusat rujukan yang tertinggi dalam Tingkat Nasional
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
4
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
B. URUSAN PEMERINTAHAN
PEMERINTAHAN
Pengelolaan Pelayanan
Kesehatan Rujukan Nasional :
1. Penetapan kebijakan,
NSPK, juklak dan juknis
sistem rujukan dengan
Pelayanan kesehatan
tingkat ketiga
2. Pengelolaan rujukan
tingkat ketiga meliputi RSU
Kelas A dan B Pendidikan,
RS Khusus, RS Swasta, RS
Lapangan dan BP4, BKMM,
BKOM Laboratorium
Rujukan Regional dan
Nasional.
3. Monitoring dan evaluasi
pelayanan kesehatan
rujukan Tingkat nasional.
4. Bimbingan dan
Pengendalian penerapan
kebijakan NSPK, upaya
kesehatan rujukan
nasional.
5. Pelaporan, kompilasi data
pelayanan kesehatan
rujukan Tingkat Nasional.
PEMDA
PROVINSI
Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Rujukan Tingkat
Provinsi:
1. Pengelolaan dan
penyelenggaraan NSPK,
juklak dan juknis
pelayanan kesehatan
dasar, serta sistem rujukan
dengan Pelayanan
kesehatan tingkat kedua
PEMDA
KAB/KOTA
Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Dasar dan Rujukan
Tingkat Kabupaten /Kota :
1. Penyelenggaraan NSPK,
juklak dan juknis pelayanan
kesehatan dasar, sistem
rujukan dengan Pelayanan
kesehatan tingkat pertama
2. Pengelolaan dan
2. Pengelolaan dan
penyelenggaraan rujukan
penyelenggaraan Pelayanan
tingkat pertama dan kedua
Kesehatan Dasar dan
yang membutuhkan
Rujukan tingkat pertama.
pelayanan kesehatan
tertentu dengan kompetensi
sesuai dengan IPTEK
kedokteran spesialistik.
3. Monitoring dan evaluasi
3. Monitoring dan evaluasi
pelayanan Kesehatan
pelayanan Kesehatan Dasar
Rujukan Tingkat Propinsi
dan Rujukan Tingkat
Kab/Kota.
4. Bimbingan dan
4. Bimbingan dan
Pengendalian pelayanan
Pengendalian pelayanan
kesehatan rujukan tingkat
Kesehatan Dasar dan
provinsi.
Rujukan Tingkat Kab/Kota.
.
5. Pelaporan, kompilasi data
pelayanan Kesehatan
Rujukan Tingkat Propinsi.
5. Pelaporan, kompilasi data
pelayanan Kesehatan Dasar
dan Rujukan Tingkat
Kab/Kota.
C. PENANGGUNGJAWAB/ KOORDINATOR
1. PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN DI PUSAT.
Sebagai penanggung jawab/koordinator adalah Kementerian Kesehatan (unit utama
yang bertanggung jawab di bidang bina upaya kesehatan).
2. PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN DI PROVINSI.
Sebagai penanggung jawab/koordinator adalah Dinas Kesehatan Provinsi.
3. PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA.
Sebagai penanggung jawab/koordinator adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
5
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
1.4.3. PEMERINTAH : Pengelolaan Upaya Kesehatan pada daerah Tertinggal
, Perbatasan , dan Kepulauan Tingkat Nasional
PROVINSI
: Pengelolaan Upaya Kesehatan pada daerah Tertinggal
, Perbatasan , dan Kepulauan Tingkat Provinsi
KAB / KOTA : Pengelolaan dan Penyelenggaraan Upaya Kesehatan pada
daerah Tertinggal Perbatasan , dan Kepulauan
Tingkat Kabupaten
A. PENGERTIAN
1. Daerah terpencil adalah daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab seperti
keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa), transportasi dan
sosial budaya.
2. Daerah Sangat terpencil adalah daerah yang sangat sulit dijangkau karena berbagai
sebab seperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa),
transportasi dan sosial budaya.
3. Daerah Perbatasan adalah Kabupaten yang mempunyai wilayah geografis yang
berbatasan dengan Negara tetangga secara langsung baik darat maupun laut, dengan
penduduk yang bermukim di wilayah tersebut disatukan melalui hubungan sosio-ekonomi
dan sosio-budaya dengan cakupan wilayah administratif tertentu setelah ada
kesepakatan antar Negara yang berbatasan.
4. Pulau-pulau Kecil Terluar adalah pulau dengan luas area kurang atu sama dengan 2000
km2 (dua ribu kilometer persegi) yang memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang
menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum internasional dan
nasional.
5. Daerah Tertinggal adalah daerah Kabupaten yang relatif kurang berkembang
dibandingkan daerah lain dalam tingkat nasional dan berpenduduk relatif tertinggal.
Kriteria penetapan didasarkan pada perekonomian masyarakat, sumber daya manusia,
prasarana, kemampuan keuangan lokal, aksesibilitas dan karakteristi daerah.
6. Pengelolaan upaya kesehatan pada daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan suatu
bentuk penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah tertinggal, perbatasan, NSPK,
pengembangan sumber daya manusia pengelola, kajian, bimbingan teknis, monitoring
dan evaluasi, serta upaya kesehatan daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan yang
memerlukan teknologi dan sumber daya yang belum mampu diselenggarakan pada tingkt
provinsi dan kabupaten/kota.
7. Bimbingan dan pengawasan upaya kesehatan pada daerah tertinggal , perbatasan, dan
kepulauan tingkat provinsi adalah suatu bentuk penyelenggaraan upaya kesehatan pada
daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan yang berfokus pada penyusunan dan
penetapan kebijakan untuk penyusunan rencana kerja operasional program kesehatan
tingkat provinsi, pelatihan teknis pengelola, kajian, bimbingan teknis, monitoring dan
evaluasi, serta upaya kesehatan pada daerah tertinggal , perbatasan, dan kepulauan
yang memerlukan teknologi dan sumber daya yang belum mampu diselenggarakan pada
tingkat kabupaten/kota.
8. Penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah tertinggal , perbatasan, dan kepulauan,
tingkat kabupaten /kota adalah suatu bentuk penyelenggaraan upaya kesehatan pada
daerah tertinggal , perbatasan, dan kepulauan, yang berfokus pada penyusunan dan
penetapan kebijakan untuk penyusunan rencana kerja operasional program kesehatan
tingkat kabupaten/kota, pelatihan teknis pengelola, kajian, bimbingan teknis, monitoring
dan evaluasi terhadap unit pelaksana teknis dan penyelenggaraan oleh masyarakat.
9. Puskesmas Daerah terpencil adalah Puskesmas yang berada di daerah memiliki dalam hal
aksesibiliti karena berbagai sebab geografis seperti pegunungan, pedalaman, rawa-rawa
dan tepi hutan. Jarak tempuh dari kabupaten ke lokasi Puskesmas memerlukan waktu
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
6
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
pulang pergi dengan kendaraan yang umum di gunakan di wilayah tersebut,lebih dari 6
jam perjalanan.
10. Puskesmas Daerah Sangat terpencil adalah Puskesmas yang berada di daerah yang
memiliki kesulitan dalam hal aksesibilitas karena berbagai sebab geografis seperti
pegunungan, pedalaman, rawa-rawa dan tepi hutan. Jarak tempuh dari Kabupaten ke
lokasi Puskesmas, memerlukan waktu pulang pergi dengan kendaraan yang umum
digunakan di wilayah tersebut, lebih dari 8 jam perjalanan.
B. URUSAN PEMERINTAHAN :
PEMERINTAH
Pengelolaan Upaya
Kesehatan pada daerah
Tertinggal Perbatasan ,
dan Kepulauan Tingkat
Nasional :
PEMDA
PROVINSI
Pengelolaan Upaya
Kesehatan pada daerah
Tertinggal Perbatasan ,
dan Kepulauan Tingkat
Provinsi:
PEMDA
KAB / KOTA
Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Upaya
Kesehatan pada daerah
Tertinggal Perbatasan ,
dan Kepulauan Tingkat
Kabupaten/Kota:
1. Penetapan kebijakan NSPK, 1. Pengelolaan
dan 1. Penyelenggaraan
NSPK
Juklak,
Juknis,
dan
penyelenggaraan NSPK
upaya
pelayanan
Bimbingan teknis upaya
upaya
pelayanan
kesehatan pada daerah
pelayanan kesehatan pada
kesehatan pada daerah
tertinggal,
perbatasan
daerah
tertinggal,
tertinggal,
perbatasan
dan kepulauan tingkat
perbatasan dan kepulauan
dan kepulauan tingkat
kabupaten/kota
tingkat nasional.
provinsi
2. Bimbingan teknis terhadap
2. Bimbingan
teknis
upaya pelayanan kesehatan 2. Bimbingan
teknis
terhadap
upaya
pada daerah tertinggal,
terhadap
upaya
pelayanan
kesehatan
perbatasan dan kepulauan
pelayanan
kesehatan
pada daerah tertinggal,
tingkat nasional.
pada daerah tertinggal,
perbatasan
dan
perbatasan
dan
kepulauan
tingkat
kepulauan
tingkat
kabupaten/kota
3. monitoring dan evaluasi
provinsi
terhadap upaya pelayanan
3. monitoring dan evaluasi
kesehatan pada daerah
terhadap
upaya
tertinggal, perbatasan dan 3. monitoring dan evaluasi
pelayanan
kesehatan
kepulauan tingkat nasional.
terhadap
upaya
pada daerah tertinggal,
pelayanan
kesehatan
perbatasan
dan
pada daerah tertinggal,
kepulauan
tingkat
4. Pengelolaan,Pengembangan
perbatasan
dan
kabupaten/kota
sumberdaya
manusia
kepulauan
tingkat
pengelolaan
pelayanan
Propinsi.
4. Penyelenggaraan
kesehatan pada daerah
Pengembangan
tertinggal, perbatasan dan
sumberdaya
manusia
kepulauan tingkat nasional
4. Pengelolaan
dan
pengelolaan
pelayanan
penyelenggaraan
kesehatan pada daerah
Pengembangan
tertinggal,
perbatasan
sumberdaya
manusia
dan kepulauan tingkat
5. Pengembangan
teknologi
pengelolaan pelayanan
Kabupaten/kota
dan informasi pelayanan
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
7
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
kesehatan pada daerah
tertinggal, perbatasan dan
kepulauan tingkat nasional
kesehatan pada daerah
tertinggal,
perbatasan 5. Pengembangan teknologi
dan kepulauan tingkat
dan informasi pelayanan
provinsi
kesehatan pada daerah
6. pengelolaan
manajemen
tertinggal,
perbatasan
mutu pelayanan kesehatan 5. Pengembangan teknologi
dan kepulauan tingkat
pada daerah tertinggal,
dan informasi pelayanan
kabupaten/kota
perbatasan dan kepulauan
kesehatan pada daerah 6. Penyelenggaraan
tingkat nasional
tertinggal,
perbatasan
manajemen
mutu
dan kepulauan tingkat
pelayanan
kesehatan
provinsi
pada daerah tertinggal,
7. Pengelolaan
pemenuhan
perbatasan
dan
sumber
daya
upaya 6. pengelolaan
dan
kepulauan
tingkat
pelayanan kesehatan pada
penyelenggaraan
kabupaten/kota
daerah
tertinggal,
manajemen
mutu
perbatasan dan kepulauan
pelayanan
kesehatan 7. Penyelenggaraan
tingkat nasional
pemenuhan sumber daya
pada daerah tertinggal,
upaya
pelayanan
perbatasan
dan
kesehatan pada daerah
kepulauan
tingkat
tertinggal,
perbatasan
provinsi
dan
kepulauan
tingkat
7. Pengelolaan
dan
kabupaten/kota
penyelenggaraan
pemenuhan
sumber
daya upaya pelayanan
kesehatan pada daerah
tertinggal,
perbatasan
dan kepulauan tingkat
provinsi
C. PENANGGUNG JAWAB/ KOORDINATOR :
1. PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN DI PUSAT Sebagai
penanggung jawab /Koordinator adalah Kementerian Kesehatan. Kesehatan (unit
utama yang bertanggung jawab di bidang bina upaya kesehatan).
2. PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN DI PROVINSI
Sebagai penanggung jawab /Koordinator adalah Dinas Kesehatan Provinsi.
3. PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA
Sebagai penanggung jawab /Koordinator adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
8
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
1.4.4. PEMERINTAH : Registrasi, akreditasi, sertifikasi,BLU/BLUD,penetapan,
perizinan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai peraturan
perundang-undangan
PROVINSI
: Akreditasi, sertifikasi,BLU/BLUD, perizinan fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan
KAB/KOTA
: Akreditasi, sertifikasi,BLU/BLUD, perizinan fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan
A. PENGERTIAN
1. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat
2. Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi pelayanan kesehatan dasar, pelayanan
kesehatan rujukan, serta pelayanan penunjang medik;
a. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang dan jenis penyakit.
b. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada
satu bidang atau satu jenis pelayanan tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan
umur, organ, jenis penyakit.
c. Fasilitas pelayanan kesehatan penunjang yang setara meliputi Laboratorium
kesehatan dan lain sebagainya.
C1. Laboratorium kesehatan adalah
sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari
manusia atau bahan bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis
penyakit, kondisi kesehatan atau factor yang dapat berpengaruh pada
kesehatan perorangan dan masyarakat.
C2. Laboratorium klinik adalah
laboratorium yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan
perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit,
penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan.
d. Praktik mandiri perseorangan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan keperawatan /kebidanan /keterapian fisik/ortotik
prostetik /teknik gigi oleh perawat /bidan /fisioterapis /okupasi terapis /terapis
wicara /ortotis prostetis/teknisi gigi pada suatu tempat yang dimiliki oleh
perorangan.
e. Praktik berkelompok adalah penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan secara berkelompok oleh tenaga kesehatan.
f. Klinik Umum/Spesialis.
g. Klinik dokter/dokter gigi keluarga.
h. Pengobatan Komplementer - Alternatif adalah pelayanan pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui
pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektifitas yang tinggi, yang
berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik yang belum diterima dalam kedokteran
konvensional.
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
9
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
i. UTDC, UTD Pembina.
j. Praktek Dokter dan atau Dokter Gigi adalah Praktik Berkelompok Dokter dan atau
Dokter Gigi adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan medik dasar yang dilakukan oleh sedikit dikitnya 3 dokter dan atau
dokter gigi pada satu tempat yang dimiliki oleh perorangan dan atau badan hukum
dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik sederhana.
k. Rumah bersalin adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang memberikan
pelayanan medik dasar khususnya yang berkaitan dengan pelayanan kebidanan,
pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakuan
oleh bidan dibawah pengawasan dan tanggungjawab dokter umum serta
dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh/komprehensif yang meliputi
pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan menjalankan fungsi rujukan.
l. Klinik Kecantikan Estetika adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan (Praktik
dokter perorangan/Praktik Berkelompok Dokter) yang bersifat rawat jalan dengan
menyediakan jasa pelayanan medik (konsultasi, pemeriksaan, pengobatan dan
tindakan medik) untuk mencegah dan mengatasi berbagai kondisi/penyakit yang
terkait dengan kecantikan (estetika penampilan) seseorang, yang dilakukan oleh
tenaga medik (dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis)sesuai
keahlian dan kewenangannya.
m. Klinik Rawat Inap adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan medik dasar pada individu berupa rawat jalan maupun rawat inap
dengan kapasitas 10 (sepuluh) tempat tidur, yang meliputi pelayanan promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, penegakan diagnosis, penyembuhan penyakit
dan rehabilitasi.
n. Klinik Dokter Keluarga adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan secara paripurna
yang memusatkan layanannya kepada setiap individu dalam suatu keluarga binaan.
o. Klinik Dokter Gigi Keluarga adalah fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut
secara paripurna yang memusatkan layanannya kepada setiap individu dalam suatu
keluarga binaan.
3. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap seluruh fasilitas pelayanan kesehatan
baik milik Pemerintah maupun Swasta terhadap status dan keberadaannya.
4. Deregistrasi adalah pencabutan terhadap pencatatan resmi tentang status Fasilitas
Pelayanan Kesehatan di Indonesia.
5. Akreditasi adalah pengakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada manajemen
Fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
6. Sertifikasi adalah pengakuan tertulis dari pemerintah tentang status fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai persyaratan yang telah ditetapkan.
7. Izin Mendirikan Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah izin yang diberikan untuk
mendirikan Fasilitas Pelayanan Kesehatan setelah memenuhi persyaratan untuk
mendirikan.
8. Izin operasional Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah izin yang diberikan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan setelah memenuhi persyaratan dan standar.
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
10
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
9. Perizinan fasilitas pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memberikan perlindungan
kepada penerima dan pemberi pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi standar
yang terdiri dari izin pendirian dan izin penyelenggaraan/operasional.
10. Perizinan Rumah Sakit terdiri atas :
a. Izin Mendirikan RS
Diberikan untuk mendirikan/membangun rumah sakit, lama berlaku 2 (dua) tahun
dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali dengan lama berlaku 1 (satu) tahun.
b. Izin Operasional RS
Diberikan untuk menyelenggarakan RS, diberikan selama RS melaksanakan
kegiatannya dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan, masa berlaku 5 (lima)
tahun dan dapat diperpanjang lagi setelah habis masa berlakunya.
11. Pembagian Rumah Sakit :
a. Berdasarkan Kepemilikan :
1) RS Pemerintah :
a) Kemkes : RS Vertikal
b) Non Kemkes : Pemda (Provinsi, Kabupaten /Kota), TNI/POLRI, BUMN,
Kementerian lain.
2) RS Swasta : PT, Yayasan, PMDN, PMA, dll.
b. Klasifikasi :
1) RS Umum Pemerintah dan Swasta : Kelas A, B, C dan D
2) RS Khusus :
a) Pemerintah Daerah : Kelas A dan B
b) Pemerintah Pusat dan Swasta : Kelas A, B dan C
12. Fasilitas pelayanan kesehatan tertentu diantaranya:
a. Rumah Sakit kelas A atau yang setara;
b. RS Khusus kelas A
c. Laboratorium Kesehatan Kelas Utama/pelayanan Laboratorium RS kelas A
d. Institusi penguji fasilitas kesehatan;
e. Rumah sakit bergerak;
f. RS PMA/PMDN;
g. Pelayanan Radioterapi
h. Kedokteran Nuklir
i. Klinik Kedokteran Spesialis/Kedokteran Gigi Spesialis PMA;
j. Pelayanan Medis Subspesialis khusus
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
11
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
B. URUSAN PEMERINTAHAN
PEMERINTAH
Registrasi, akreditasi,
sertifikasi, BLU/ BLUD,
penetapan, perizinan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai
peraturan perundangundangan:
PEMDA
PROVINSI
Akreditasi,
sertifikasi,
BLU/BLUD, perizinan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai
peraturan
perundangundangan :
PEMDA
KAB / KOTA
Akreditasi,
sertifikasi,
BLU/BLUD, perizinan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai
peraturan
perundangundangan:
Registrasi Fasilitas pelayanan 1. Registrasi
Fasilitas
pelayanan
kesehatan
:
kesehatan :
1. Registrasi
Fasilitas
pelayanan kesehatan :
registrasi
fasilitas
Rekomendasi
registrasi Usulan
fasilitas pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan
Penetapan registrasi fasilitas
pelayanan kesehatan
a. Rekomendasi registrasi a. Usulan registrasi rumah
sakit,
laboratorium
rumah
sakit,
a. Penetapan registrasi rumah
Kesehatan,
sarana
laboratorium Kesehatan,
sakit,
laboratorium
pelayanan radioterapi dan
sarana
pelayanan
kesehatan, sarana pelayanan
sarana
pelayanan
radioterapi dan sarana
radioterapi
dan
sarana
kedokteran
pelayanan
kedokteran
pelayanan kedokteran nuklir,
nuklir,puskesmas,
nuklir,puskesmas,
puskesmas, klinik,home care
klinik,home care
klinik,home care
b. Monitoring evaluasi registrasi
fasilitas pelayanan kesehatan
seluruh provinsi.
evaluasi
b. Monitoring
evaluasi b. Monitoring
registrasi
fasilitas
registrasi
fasilitas
pelayanan
kesehatan
pelayanan
kesehatan
wilayah
kerja
seluruh kabupaten di
kabupaten/kota;
wilayah kerja provinsi;
Pembinaan
registrasi c. –
fasilitas
fasilitas
pelayanan 2. Akreditasi
c. Pembinaan dan pengawasan
pelayanan kesehatan:
kesehatan
seluruh
registrasi fasilitas pelayanan
kabupaten di wilayah
kesehatan seluruh provinsi
Menyelenggarakan kebijakan
kerja Kab/Kota.
dan NSPK tentang akreditasi
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
1. Akreditasi
fasilitas
pelayanan kesehatan:
2. Akreditasi fasilitas pelayanan
kesehatan:
a. Mengajukan
permohonan
Menyelenggarakan
c.
Menetapkan kebijakan dan
NSPK
tentang
akreditasi
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. Menyelenggarakan
akreditasi seluruh rumah
sakit,
Puskesmas,klinik,
laboratorium
kesehatan,
kebijakan
dan
NSPK
tentang
akreditasi
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
a. Rekomendasi
dan
penyelenggaraan
akreditasi
seluruh
rumah
sakit,
puskesmas,
klinik,
untuk akreditasi fasilitas
pelayanan kesehatan
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
12
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
sarana pelayanan radiologi,
radioterapi
dan
sarana
pelayanan
kedokteran
nuklir, UTD Pembina
b. Pembinaan
pengawasan
Fasilitas
Kesehatan
dan
akreditasi
Pelayanan
c. Monitoring dan evaluasi
akreditasi
Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
3. Sertifikasi,Penetapan
Fasilitas
pelayanan
kesehatan:
Menetapkan
Kebijakan
tentang
sertifikasi
,penetapan
dan
standarisasi
Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
a. Sertifikasi,penetapan,
peningkatan
kelas
rumah
sakit,
Laboratorium klinik di
seluruh wilayah kerja
Provinsi.
b. Melakukan pembinaan
dan pengawasan di
tingkat pusat
4. Penetapan
dan
penyelenggaraan
BLU/
BLUD fasilitas pelayanan
kesehatan
a. Penetapan
dan
penyelenggaraan BLU/
laboratorium
kesehatan,
sarana
pelayanan radiologi,
radioterapi
dan
sarana
pelayanan
kedokteran
nuklir,
UTD Pembina
b. Bimbingan
dan
pengawasan
akreditasi
fasilitas
pelayanan kesehatan
seluruh kabupaten di
wilayah kerja provinsi
b. –
c. Monitoring
dan
evaluasi
akreditasi
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
seluruh
kabupaten di wilayah
kerja provinsi.
c. Monitoring dan evaluasi
akreditasi fasilitas pelayanan
kesehatan
di
wilayah
kabupaten/kota
2. Sertifikasi
Fasilitas
pelayanan kesehatan:
3. Sertifikasi Fasilitas pelayanan
kesehatan:
a. Pemberian
rekomendasi
permohonan
sertifikasi
penetapan/peningkata
n kelas RS dan
Laboratorium
klinik
tingkat Provinsi
b. Melakukan
pengawasan
di
tingkat Provinsi
a. Pemberian
usulan
permohonan
sertifikasi
penetapan/peningkatan kelas
RS dan Laboratorium klinik
Tingkat Kab/Kota
4.Pengelolaan
dan
Penyelenggaraan BLU/
BLUD fasilitas pelayanan
kesehatan
a. Pengelolaan
dan
penyelenggaraan
BLU/ BLUD fasilitas
4.Pengelolaan
dan
penyelenggaraan
BLU/
BLUD fasilitas pelayanan
kesehatan
a.Pengelolaaan
dan
penyelenggaraan
BLU/
BLUD fasilitas pelayanan
b. Melakukan monitoring dan
evaluasi sertifikasi di tingkat
kab/kota
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
13
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
BLUD
fasilitas
pelayanan Kesehatan
b. Pembinaan
dan
pengawasan BLU/BLUD
di fasilitas pelayanan
kesehatan.
c. Monitoring
dan
evaluasi BLU/ BLUD
fasilitas
pelayanan
kesehatan
5. Perizinan
Fasilitas
Pelayanan Kesehatan:
a. perizinan
mendirikan
dan
operasional
RS
kelas A, PMA dan PMDN
b. –
c.
Pemberian izin fasilitas
pelayanan
kesehatan
tertentu
yang
menggunakan
teknologi
tinggi dan masih dalam
fase penelitian serta dalam
jumlah modal tertentu.
d. Pemberian
izin
penyelenggaraan
laboratorium klinik umum
utama dan laboratorium
klinik khusus.
pelayanan Kesehatan
Kesehatan
b. Bimbingan
dan
pengawasan
BLU/BLUD di fasilitas
pelayanan kesehatan
di tk. Provinsi
b. Pengawasan BLU/BLUD di
fasilitas
pelayanan
kesehatan di tk. Kab/Kota
c. Monitoring
dan
evaluasi BLU/ BLUD
fasilitas
pelayanan
kesehatan
c. Monitoring dan evaluasi
BLU/
BLUD
fasilitas
pelayanan kesehatan di
tingkat kab/kota
5. Perizinan
Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
5. Perizinan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
a. Pemberian
rekomendasi
dalam
pendirian
dan
operasional RS kelas
A,PMA dan PMDN serta
memberikan
izin
mendirikan
dan
operasional RS kelas B.
a. Pemberian
usulan
rekomendasi
dalam
pendirian dan operasional
RS
kelas
B
serta
memberikan
izin
mendirikan
dan
operasional RS kelas C dan
D.
b. Pemberian
penyelenggaraan
Puskesmas.
b. Pengajuan
usulan
penyelenggaraan
Puskesmas.
izin
izin
c. Pemberian
rekomendasi
izin
fasilitas
pelayanan
kesehatan
tertentu
yang
menggunakan
teknologi tinggi dan
masih
dalam
fase
penelitian serta dalam
jumlah modal tertentu.
c. pemberian
usulan
rekomendasi
fasilitas
pelayanan
kesehatan
tertentu
yang
menggunakan
teknologi
tinggi dan masih dalam
fase penelitian serta dalam
jumlah modal tertentu.
d. Pemberian
izin
penyelenggaraan
laboratorium
klinik
umum
madya
dan
rekomendasi
izin
penyelenggaraan
laboratorium
klinik
umum
utama
dan
laboratorium
klinik
khusus.
d. Pemberian
izin
penyelenggaraan
laboratorium klinik umum
pratama dan rekomendasi
izin
penyelenggaraan
laboratorium klinik umum
madya.
e. Pengelolaan
e. Pemberian
izin
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
izin
14
Fasilitas
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
e. Pengelolaan izin fasilitas
pelayanan
kesehatanpraktik mandiri
perorangan
tingkat
nasional
fasilitas
pelayanan
Kesehatan
praktik
mandiri
perorangan
tingkat provinsi
f.
f.
Pembinaan
pengawasan
fasilitas
kesehatan
dan
perizinan
pelayanan
Bimbingan
dan
pengawasan perizinan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
f.
Pelayanan
praktik
perorangan.
Kesehatan
mandiri
Pengawasan
fasilitas
kesehatan
perizinan
pelayanan
C. PENANGGUNG JAWAB/ KOORDINATOR
1. PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN DI PUSAT
Sebagai penanggung jawab /Koordinator adalah Kementerian Kesehatan. (unit utama
yang bertanggung jawab di bidang bina upaya kesehatan).
2. PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN DI PROVINSI
Sebagai penanggung jawab /Koordinator adalah Dinas Kesehatan Provinsi
3. PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA
Sebagai penanggung jawab /Koordinator adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
15
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
1.4.5 Pemerintah
Provinsi
Kab/Kota
: Pengelolaan peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara
berkesinambungan
: Pengelolaan peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara
berkesinambungan
: Pengelolaan dan penyelenggaraan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien secara berkesinambungan
A. PENGERTIAN
1. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah dan/atau masyarakat.
2. UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat
serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat;
3. UKP adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat
serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan;
B. URUSAN PEMERINTAHAN
PEMERINTAH
PEMDA
PROVINSI
PEMDA
KAB / KOTA
Pengelolaan peningkatan
mutu dan keselamatan
pasien
secara
berkesinambungan:
Pengelolaan
dan
penyelenggaraan
peningkatan mutu dan
keselamatan
pasien
secara
berkesinambungan:
Pengelolaan
dan
penyelenggaraan
peningkatan mutu dan
keselamatan pasien secara
berkesinambungan:
1. Penetapan
kebijakan 1. Pengelolaan
NSPK,Juknis,Juklak
penyelenggaraan
peningkatan
mutu
dan
NSPK,Juknis,Juklak
keselamatan pasien
peningkatan
mutu
keselamatan pasien
2. Bimbingan dan pengawasan 2. Bimbingan
peningkatan
mutu
dan
pengawasan
keselamatan pasien
mutu dan
pasien
1. Pengelolaan
penyelenggaraan
NSPK,Juknis,Juklak
peningkatan
mutu
dan
keselamatan pasien
dan
dan
dan
dan 2. Bimbingan dan pengawasan
peningkatan
peningkatan
mutu
dan
keselamatan
keselamatan pasien
dan
evaluasi
3. Monitoring
dan
evaluasi 3. Monitoring dan evaluasi 3. Monitoring
peningkatan
mutu
dan
peningkatan
mutu
dan
peningkatan
mutu
dan
keselamatan pasien Tingkat
keselamatan pasien tingkat
keselamatan pasien tingkat
Kab/Kota
Provinsi
Nasional
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
16
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
1.4.6 Pemerintah
Provinsi
Kab/Kota
: Penetapan kebijakan dan pengelolaan kesehatan jiwa.
: Pengelolaan dan penyelenggaraan Kesehatan Jiwa
: Pengelolaan dan Penyelenggaraan kesehatan Jiwa
A. PENGERTIAN
1. Kesehatan jiwa adalah kondisi mental yang sejahtera yang memungkinkan hidup
harmonis dan produktif sebagai bagian yang untuh dari kualitas hidup seseorang dengan
memperhatikan semua segi kehidupan manusia.
2. Upaya kesehatan jiwa adalah setiap kegiatan dan/atau pelayanan kesehatan jiwa
meliputi preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif yang dilakukan secara terpadu,
terintregasi dan berkesinambungan untuk menjamin setiap orang dapat menikmati
kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan
kesehatan jiwa lainnya termasuk penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya (NAPZA).
3. Upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat adalah bagian dari upaya kesehatan jiwa
yang kegiatan dan/atau pelayanannya dilakukan oleh atau bersama masyarakat secara
terpadu dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
jiwa masyarakat dalam bentuk promotif, pencegahan, pengobatan serta pemulihan
kesehatan orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) dan pecandu NAPZA
4. Pelayanan kesehatan jiwa promotif adalah suatu kegiatan dan/atau pelayanan yang lebih
mengutamakan upaya promosi untuk meningkatkan daya tahan masyarakat atas
masalah kesehatan jiwa dan penyalahgunaan NAPZA
5. Pelayanan kesehatan jiwa pencegahan/preventif adalah suatu kegiatan dan/atau
pelayanan pencegahan gangguan jiwa dan gangguan penggunaan NAPZA.
6. Pelayanan kesehatan jiwa kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau pelayanan pengobatan
kesehatan jiwa yang ditujukan untuk penyembuhan, pengurangan penderitaan dan
pengendalian kecacatan agar kualitas hidup orang dengan masalah kejiwaan dan
pecandu NAPZA dapat terjaga seoptimal mungkin.
7. Pelayanan kesehatan jiwa rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau pelayanan pemulihan
untuk mengembalikan kemampuan fungsi kognitif, emosi dan perilaku orang dengan
masalah kejiwaan dan pecandu NAPZA sehingga dapat berguna untuk dirinya dan orang
lain sebagai anggota masyarakat sesuai dengan kemampuannya.
8. Pelayanan kesehatan jiwa tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan jiwa difasilitas
kesehatan dasar dan komunitas.
9. Pelayanan kesehatan jiwa tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan jiwa di fasilitas
pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum
10. Pelayanan kesehatan Jiwa tingkat ketiga adalah layanan kesehatan jiwa subspesialis di
RS Khusus dan poliklinik sub spesialisasi kesehatan jiwa di RSU.
11. Pelayanan kesehatan jiwa tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan jiwa spesialistik
dan subspesialistik di fasilitas kesehatan Rumah Sakit Jiwa dan Rumah Sakit Umum yang
memiliki kemampuan pelayanan kesehatan jiwa tingkat ketiga.
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
17
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
B. URUSAN PEMERINTAHAN
PEMERINTAH
PEMDA
PROVINSI
Penetapan Kebijakan dan Pengelolaan
Pengelolaan
Kesehatan Penyelenggaraan
Jiwa:
Kesehatan Jiwa:
PEMDA
KAB / KOTA
dan Pengelolaan
dan
Penyelenggaraan Kesehatan
Jiwa:
1. Penetapan
Kebijakan 1. Pengelolaan
dan
NSPK,Juklak,
Juknis
dan
Penyelenggaraan NSPK,
bimbingan teknis pelayanan
Juklak,
Juknis
dan
kesehatan jiwa Tingkat I,II
bimbingan
teknis
dan III.
pelayanan
kesehatan
jiwa Tingkat II dan III.
1.
Pengelolaan
dan
Penyelenggaraan NSPK, Juklak
dan
Juknis
pelayanan
kesehatan jiwa Tingkat I dan II.
2. Penetapan
Kebijakan 2. Pengelolaan
dan 2. Penyelenggaraan NSPK, Juklak,
NSPK,Juklak,
Juknis
dan
Penyelenggaraan NSPK,
Juknis dan bimbingan teknis
bimbingan teknis pengobatan
Juklak,
Juknis
dan
pengobatan dan perawatan di
dan perawatan di fasilitas
bimbingan
teknis
fasilitas pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan bagi
pengobatan
dan
bagi penderita gangguan jiwa
penderita gangguan jiwa
perawatan di fasilitas
yang terlantar, menggelandang,
yang
terlantar,
pelayanan
kesehatan
mengancam
keselamatan
menggelandang, mengancam
bagi penderita gangguan
dirinya dan/atau orang lain,
keselamatan dirinya dan/atau
jiwa
yang
terlantar,
dan/atau
mengganggu
orang
lain,
dan/atau
menggelandang,
ketertiban dan/atau keamanan
mengganggu
ketertiban
mengancam keselamatan
umum.
dan/atau keamanan umum.
dirinya dan/atau orang
lain,
dan/atau
mengganggu ketertiban
dan/atau
keamanan
umum.
3. Penetapan
Kebijakan 3. Pengelolaan
dan 3. Pengelolaan
dan
NSPK,Juklak,
Juknis
dan
Penyelenggaraan NSPK,
Penyelenggaraan NSPK, Juklak
bimbingan teknis Kesehatan
Juklak,
Juknis
dan
dan Juknis Kesehatan Jiwa
Jiwa Komunitas.
bimbingan
teknis
Komunitas.
Kesehatan
Jiwa
Komunitas.
4. Penetapan
Kebijakan 4. Pengelolaan
dan 4. Pengelolaan
dan
NSPK,Juklak,
Juknis
dan
Penyelenggaraan NSPK,
Penyelenggaraan NSPK, Juklak
bimbingan teknis Layanan
Juklak,
Juknis
dan
dan Juknis Layanan informasi
informasi
dan
edukasi
bimbingan
teknis
dan edukasi tentang Kesehatan
tentang Kesehatan Jiwa.
Layanan informasi dan
Jiwa.
edukasi
tentang
Kesehatan Jiwa.
5. Penetapan
NSPK,Juklak,
Kebijakan 5. Pengelolaan
Juknis
dan
Penyelenggaraan
dan 5. Pengelolaan
dan
NSPK,
Penyelenggaraan NSPK, Juklak
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
18
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
bimbingan
Pelaksanaan Wajib
Pecandu Narkotika.
teknis
Lapor
6. Penetapan
Kebijakan
NSPK,Juklak,
Juknis
dan
bimbingan teknis Rehabilitasi
Medis pecandu NAPZA
Juklak,
Juknis
dan
bimbingan
teknis
Pelaksanaan Wajib Lapor
Pecandu Narkotika.
dan Juknis Pelaksanaan Wajib
Lapor Pecandu Narkotika.
6. Pengelolaan
dan 6. Pengelolaan
dan
Penyelenggaraan NSPK,
Penyelenggaraan NSPK, Juklak
Juklak,
Juknis
dan
dan Juknis Rehabilitasi Medis
bimbingan
teknis
pecandu NAPZA
Rehabilitasi
Medis
pecandu NAPZA
7. Penetapan
Kebijakan 7. Pengelolaan
dan 7. Pengelolaan
dan
NSPK,Juklak,
Juknis
dan
Penyelenggaraan NSPK,
Penyelenggaraan NSPK, Juklak
bimbingan teknis pelayanan
Juklak,
Juknis
dan
dan
Juknis
pelayanan
kesehatan jiwa pada pasca
bimbingan
teknis
kesehatan jiwa pada pasca
bencana.
pelayanan
kesehatan
bencana
jiwa
pada
pasca
bencana.
8. Monitoring dan evaluasi
kesehatan jiwa termasuk
penyalahgunaan NAPZA.
8. Monitoring
dan 8. Monitoring
dan
evaluasi
evaluasi
kesehatan
kesehatan
jiwa
termasuk
jiwa
termasuk
penyalahgunaan NAPZA.
penyalahgunaan
NAPZA.
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
19
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
1.4.7 Pemerintah
Provinsi
Kab/Kota
: Penetapan kebijakan dan pengelolaan pemeriksaan kesehatan
Calon Tenaga Kerja Indonesia Tingkat Nasional
: Penetapan kebijakan dan pengelolaan pemeriksaan kesehatan
Calon Tenaga Kerja Indonesia Tingkat Provinsi
: Penetapan kebijakan dan pengelolaan pemeriksaan kesehatan
Calon Tenaga Kerja Indonesia Tingkat Kabupaten/Kota
A. PENGERTIAN
(KMK 1158 tahun 2008 tentang standar nasional pelayanan pemeriksaan
kesehatan CTKI)
1. Pemeriksaan kesehatan adalah pemeriksaan dan penilaian terhadap kesehatan Calon
Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) yang akan bekerja di luar negeri berupa pemeriksaan
fisik,jiwa, laboratorium, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya di sarana
kesehatan CTKI yang disimpulkan dengan sehat untuk bekerja (fit to work) dan tidak
sehat untuk bekerja (unfit to work) oleh dokter penanggung jawab sarana kesehatan
CTKI.
2. Calon Tenaga Kerja Indonesia adalah setiap warga Negara Indonesia yang
memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan bekerja di luar negeri dan
terdaftar di instansi pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan.
3. Sehat untuk bekerja (fit to work) adalah keadaan sehat seorang calon tenaga kerja
berdasarkan dari hasil pemeriksaan akhir kesehatan, baik terhadap kondisi fisik
maupun jiwanya sehingga orang tersebut disimpulkan dapat bekerja sesuai dengan
bidang pekerjaannya.
4. Tidak sehat untuk bekerja (unfit to work) adalah keadaan tidak sehat seseorang
calon tenaga kerja berdasarkan dari hasil pemeriksaan kesehatan, baik terhadap
kondisi fisik maupun jiwanya sehingga orang tersebut disimpulkan tidak dapat
bekerja.
5. Sarana pelayanan pemeriksaan kesehatan CTKI adalah tempat pelaksanaan
pelayanan pemeriksaan kesehatan yang memenuhi pedoman pelayanan sarana
pemeriksaan kesehatan CTKI serta persyaratan yang ditentukan dan ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
20
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
B. URUSAN PEMERINTAHAN
PEMERINTAH
Penetapan kebijakan dan
pengelolaan pemeriksaan
kesehatan Calon Tenaga Kerja
Indonesia Tingkat Nasional
PEMDA
PROVINSI
Penetapan kebijakan dan
pengelolaan pemeriksaan
kesehatan Calon Tenaga
Kerja Indonesia Tingkat
Provinsi
PEMDA
KAB / KOTA
Penetapan kebijakan dan
pengelolaan pemeriksaan
kesehatan Calon Tenaga Kerja
Indonesia Tingkat
Kabupaten/Kota
1. Penerbitan SK Kemenkes 1. Rekomendasi
1. Usulan
Rekomendasi
tentang Perizinan Sarkes
Penerbitan
SK
Penerbitan
SK
Kemenkes
pemeriksaan
kesehatan
Kemenkes
tentang
tentang
Perizinan
Sarkes
Calon
Tenaga
Kerja
Perizinan
Sarkes
pemeriksaan kesehatan Calon
Indonesia
pemeriksaan kesehatan
Tenaga Kerja Indonesia
Calon Tenaga Kerja
Indonesia
2. Pembinaan, Pengawasan,
dan Pengendalian
berjenjang pengelolaan
pemeriksaan kesehatan
Calon Tenaga Kerja
Indonesia
3. Monev pemeriksaan
kesehatan pengelolaan
pemeriksaan kesehatan
Calon Tenaga Kerja
Indonesia
2. Pembinaan,
Pengawasan, dan
Pengendalian
pengelolaan
pemeriksaan kesehatan
Calon Tenaga Kerja
Indonesia
2. Pembinaan, Pengawasan, dan
Pengendalian pengelolaan
pemeriksaan kesehatan Calon
Tenaga Kerja Indonesia
3. Monev pemeriksaan
kesehatan pengelolaan
pemeriksaan kesehatan
Calon Tenaga Kerja
Indonesia
3. Monev pemeriksaan kesehatan
pengelolaan pemeriksaan
kesehatan Calon Tenaga Kerja
Indonesia
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
21
Semiloka Revisi PP 38 /2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK :
Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf kementerian kesehatan
1.4.8 Pemerintah
Provinsi
Kab/Kota
: Penetapan kebijakan dan pengelolaan pencatatan penyebab
kematian
: Pengelolaan dan penyelenggaraan pencatatan penyebab kematian
: Pengelolaan dan penyelenggaraan pencatatan penyebab kematian
A. PENGERTIAN
1. Pencatatan Kematian adalah pencatatan kejadian kematian yang dialami oleh
seseorang dalam register pada Instansi Pelaksana untuk pengelolaan data
kependudukan
2. Pencatatan Penyebab Kematian adalah pencatatan beberapa penyakit atau kondisi
yang merupakan suatu rangkaian perjalanan penyakit menuju kematian atau
keadaan kecelakaan atau kekerasan yang menyebabkan cedera dan berakhir dengan
kematian
3. Autopsi Verbal adalah suatu penelusuran rangkaian peristiwa, keadaan, gejala, dan
tanda penyakit yang mengarah pada kematian melalui wawancara dengan keluarga
atau pihak lain yang mengetahui kondisi sakit dari almarhum.
B. URUSAN PEMERINTAHAN
PEMERINTAH
Penetapan kebijakan dan
pengelolaan pencatatan
penyebab kematian
1. Penetapan kebijakan
NSPK,Juknis, Juklak dan
bimbingan teknis
pencatatan penyebab
kematian nasional.
2. Monitoring
pencatatan
kematian
dan
PEMDA
PROVINSI
Pengelolaan dan
penyelenggaraan
pencatatan penyebab
kematian
PEMDA
KAB / KOTA
Pengelolaan dan
penyelenggaraan pencatatan
penyebab kematian
1. Pengelola
dan 1.
penyelenggaraan
NSPK,Juknis,
Juklak
pencatatan penyebab
kematian skala provinsi.
Evaluasi 2. Monitoring dan Evaluasi 2.
penyebab
pencatatan penyebab
kematian.
3. Bimbingan dan Pengawasan 3. Bimbingan dan
pencatatan
penyebab
Pengawasan
kematian
pencatatan penyebab
kematian
3.
Penyelenggaraan kebijakan
NSPK,Juknis,
Juklak
pencatatan
penyebab
kematian skala kab/kota.
Monitoring
pencatatan
kematian.
dan
Evaluasi
penyebab
Bimbingan dan Pengawasan
pencatatan
penyebab
kematian
Yogyakarta, 30 Juni – 2 Juli 2011
22
Download