Pengalaman dan tantangan Manajemen Obat dan Vaksin

advertisement
PENGALAMAN DAN TANTANGAN MANAJEMEN
OBAT DAN VAKSIN DI RSUD DR ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI DALAM ERA JKN
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
www.aiphss.org
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
VISI
Menjadikan RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi
Sebagai Tempat Tujuan Pelayanan Kesehatan Yang “
Berkualitas dan Terjangkau “ di Kawasan Regional
Sumatera Bagian Tengah.
MISI
VISI
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang memenuhi harapan
(service excellence) kepada seluruh lapisan masyarakat secara
efisien dan efektif.
2. Mempersiapkan pelayanan unggulan dengan SDM yang
berkualitas dan ramah.
3. Mendidik dan melatih tenaga kesehatan serta mengadakan
penelitian di bidang kesehatan.
4. Meningkatkan kemandirian rumah sakit dalam pengelolaaan
pelayanan kesehatan, administrasi dan manajemen.0
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
www.aiphss.org
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
2
2
JANGKAUAN PELAYANAN
RSAM adalah RS Kelas B dengan jumlah
Tempat Tidur : 306 buah
KELAS III
KELAS II
KELAS I / UTAMA
VIP / VVIP
JUMLAH
: 146 TT
: 80 TT
: 50 TT
: 30 TT
: 306 TT
Jumlah Tenaga : 845 orang
-PNS
: 668 orang
-Kontrak
: 177 orang
-Tenaga Spesialis : 45 orang
SARANA DAN PRASARANA
SESUAI DENGAN PERMENKES
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
www.aiphss.org
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
3
3
STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI
Direktur Rumah
Sakit
Tim Farmasi Dan
Terapi
Wadir Penujang
Medis dan SDM
Kepala Instalasi
Farmasi
Perencanaan dan
Penyimpanan
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
Distribusi Rawat
Jalan
Distribusi Rawat
Inap
Produksi
Farmasi klinik &
Konseling
www.aiphss.org
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
KEBIJAKAN MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT
Pengelolaan obat dan pelayanam farmasi di RSAM dilaksanakan secara satu pintu oleh
Instalasi Farmasi Rumah Sakit ,sudah dilaksanakan semenjak thn 2010).
Instalasi Farmasi bertanggungjawab dalam pengelolaan perbekalan farmasi dan
palayanan farmasi klinik
Instalasi Farmasi dikepalai oleh 1 orang kepala Instalasi Farmasi
Ketenagaan di instalasi farmasi terdiri dari:
1. Apoteker
: 10 orang ( 2 Orang S2 )
2. Asisten Apoteker
: 56 orang
3. Tenaga administrasi
: 2 orang
4. Pekarya farmasi
: 2 orang
Saat ini masih dibutuhkan :
-Tenaga Apoteker untuk Farmasi Klinik dan tambahan tenaga teknis kefarmasian
-Pelatihan tenaga untuk pencampuran obat kemoterapi dan pencampuran obat suntik
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
www.aiphss.org
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
PEMILIHAN OBAT
Rumah Sakit memiliki Formularium Rumah Sakit yang disusun oleh Tim Farmasi dan
Terapi yang terdiri dari Dokter dan Apoteker
Formularium RS mengacu kepada DOEN 2013 dan Formularium Nasional beserta
usulan tambahan dari SMF sebagai pilihan untuk obat yang tidak tersedia di dalam
Formularium Nasional
Penggunaan obat di RS mengacu kepada Formularium Nasional dan Formularium RS
PERENCANAAN KEBUTUHAN
Perencanaan menggunakan metode konsumsi berdasarkan pemakaian obat periode
sebelumnya dan dengan mempertimbangkan pola penyakit yang ada (Epidemilogi)
Rumah Sakit melakukan efisiensi serta kendali mutu dan kendali biaya dalam
penggunaan obat di RS era JKN dan memprioritaskan penggunaan obat
Fornas
Anggaran pembelian obat meningkat setiap tahun sesuai dengan
peningkatan kebutuhan dan proporsional anggaran
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
www.aiphss.org
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
PEMBIAYAAN
Pembelian obat menggunakan anggaran BLUD
Untuk tahun 2014 terjadi masalah kekurangan anggaran disebabkan kenaikan
kunjungan pasien JKN dan diantisipasi dengan peningkatan anggaran 2015
dari 23,3 M menjadi 32 M
KOORDINASI
RSAM melaksanakan program vertikal antara lain HIV/AIDS. TB, TB MDR,
malaria, vaksin dll
RS melakukan pelaporan dan perencanaan obat-obatan program dengan
berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementrian
Kesehatan dalam pengelolaan obat-obat program
Vaksin disediakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
www.aiphss.org
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
PENGADAAN
Pengadaan obat menggunakan e-katalog dan pembelian langsung untuk
obat-obatan diluar e-katalog
Masalah terkait dengan e-katalog:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Belum semua obat tersedia di e-katalog
Masih ada beberapa item obat yang sudah ada di e-katalog tapi penyedia belum sanggup
menyediakan, seperti Zenalb, Diflucan, Ceftriaxone inj, Cefotaxime inj
Adanya penyedia di e-katalog yang tidak bersedia melayani produk-produk e-katalog tersebut
dengan alasan harga naik, seperti Ranitidine tablet
Masih banyak kendala dalam pengunaan sistem e-purchasing seperti tidak bisa diakses, sering
error dan sering terjadi kesalahan sistem sehingga dilaksanakan secara manual.
Ada beberapa item obat e-katalog yang sudah tersedia akan tetapi ternyata dengan mutu kurang
bagus seperti protofen suppositoria yang mudah meleleh dan Ranitidin injeksi yang berubah
warna dari jernih ke kekuningan
Adanya penyedia yang mensyaratkan obat e-katalog hanya bisa diberikan untuk pasein JKN
Masih adanya keterlambatan supply untuk beberapa produk generik, seperti omeprazole inj,
metilprednisolon tab dll.
Masih adanya obat yang kosong atau tidak tersedia pada saat dibutuhkan, seperti : marcain inj,
rifampisin, lansoprazole, carbamazepin, dll
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
www.aiphss.org
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Pengadaan di Luar e-katalog:
•
Sampai saat ini baru 755 item obat yang sudah terdapat di dalam ekatalog
•
Pengadaan obat di luar e-katalog dilakukan sesuai dengan Perpres
Pengadaan Barang & Jasa dan Peraturan Gubernur Sumbar No. 22 tahun
2015 tentang Jenjang Nilai Pengadaan Barang / Jasa pada Badan Layanan
Umum Daerah.
PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN
Kendala utama dalam penyimpanan obat adalah fasilitas fisik gudang obat yang
belum mencukupi, terutama ukurannya yang masih jauh dari kebutuhan
penyimpanan obat
Pengelolaan stok obat di RS dilakukan secara:
1. Manual, menggunakan kartu stok dan dilakukan Stok Opname setiap 3 bulan/6
bulan
2. Menggunakan SIM-RS
Distribusi obat ke pasien :
1. Pasien Rawat jalan menggunakan sistem resep perorangan
2. Pasien rawat inap menggunakan sistem unit dose
3. Untuk pasien rawap inap berdasarkan KIO
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
www.aiphss.org
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
PENGGUNAAN OBAT DI RS
Penggunaan obat di RS lebih mengutamakan obat generik dan berdasarkan
Formularium Nasional.
Pada peresepan diluar formularium Nasional, maka digunakan Formularium
Rumah sakit sebagai acuan
Tim Farmasi dan Terapi melakukan sosialisasi dan evaluasi penggunaan
Formularium RS secara rutin dan melakukan penambahan / pengurangan
Formularium sesuai dengan usulan dari Dokter
Instalasi Farmasi melalui PKMRS melakukan penyuluhan obat 2 x sebulan kepada
pasien disertai dengan poster, leaflet, brosur, dll kepada pasien/keluarga
pasien/pengunjung Rumah Sakit
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
www.aiphss.org
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
PENGAWASAN KEAMANAN DAN MUTU OBAT
RS memiliki petugas yang ditunjuk dan sudah terlatih sebagai penanggungjawab
dan pelaksana pengelolaan obat-obatan mulai dari penerimaan obat yang masuk,
penyimpanan di gudang, sampai kepada pendistribusian/penggunaan obat oleh
pasien
Instalasi Farmasi RS melakukan Monitoring Efek Samping Obat dan melakukan
pelaporan kejadian
Instalasi Farmasi melalui PKMRS melakukan penyuluhan obat 2 x sebulan kepada
pasien disertai dengan poster, leaflet, brosur, dll kepada pasien/keluarga
pasien/pengunjung Rumah Sakit
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
www.aiphss.org
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
MONITORING
Instalasi Farmasi bertanggungjawab dalam mengupayakan ketersediaan obat di
Rumah Sakit melalui bagian perencanaan dan penyimpanan dan berkoordinasi
dengan bagian pengadaan.
Monitoring penggunaan obat pasien dilakukan di Apotek Rawat inap oleh
Apoteker Penanggungjawab Apotek Rawat Inap dan melakukan tindaklanjut dan
komunikasi dengan Dokter apabila ditemukan adanya Masalah terkait dengan
penggunaan obat pasien
PENGELOLAAN VAKSIN
Vaksin untuk obat-obat non program dikelola oleh Instalasi Farmasi melalui
bagian perencanaan dan penyimpanan
Vaksin untuk obat-obatan program dikelola langsung oleh bagian pelayanan
dengan berkoordinasi dengan bagian program di Dinas Kesehatan
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
www.aiphss.org
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
MASALAH-MASALAH LAIN:
1. Masalah ketenagaan di instalasi Farmasi yang masih belum sesuai dengan
standar ketenagaan kefarmasian Rumah Sakit
2. Belum semua obat yang diperlukan ada di e-katalog
REKOMENDASI :
1. Adanya standar terapi untuk jenis-jenis penyakit terbanyak secara nasional,
sehingga memudahkan penggunaan obat yang rasional
2. Perbaikan pada sistem e katalog, seperti jumlah item obat lebih lengkap, kontrol
terhadap mutu obat dan ketersediaan stok di penyedia serta perbaikan sistem
e purchasing
3. Penambahan item obat di dalam Formularium Nasional, seperti sediaan obat mata
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
www.aiphss.org
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
TERIMA KASIH
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
1
4
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
www.aiphss.org
Download