Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan JEJAK PEMIKIRAN: DARI TRADISIONALIS KE BEHAVIORALIS Muhtar Haboddin Universitas Brawijaya [email protected] Abstrak Tulisan ini berusaha menjejaki dua pendekatan yakni tradisionalisme dan beravioralisme dalam studi ilmu politik. Kedua pendekatan ini menarik untuk ditelaah karena pertama, miliki jejak sejarah dalam perkembangan ilmu politik. Kedua, memiliki objek kajiannya yang berbeda. Bila pendekatan tradisional aspek histroris-yuridisi maka bevaioralisme lebih menekankan pada sosiologis-psikologis. Perbedaan berikutnya adalah pemikiran tradisonal berkembang secara pesat di Eropa sementara pendekatan behavioralisme berkembang di Amerika Serikat. Tidak hanya itu, kehadiran pendekatan behavioralisme dalam studi ilmu telah menjungkirbalikkan pendekatan tradisional. Tanpa mengurangi bobot dan penilaian akan perselisihan antara dua pendekatan ini—yang jelas dan pasti adalah kedua pendekatan ini memberikan sumbangsih yang sangat berharga dalam perkembangan studi ilmu politik kontemporer. Kata kunci: pendekatan tradisional, behavioralisme dan ilmu politik. behavioral3. Pada tahun 2006 I Ketut PENGANTAR Ibrahim Memahami Politik Ambong dalam Pendekatan Tingkah menyebutkan bahwa Putra Erawan kembali menyebutkan 3 Ibrahim Ambong ‘Memahami Pendekatan Tingkah Politik’ Jurnal Ilmu Politik, No.13/1993. hlm.20; terdapat pendapat yang beragam mengenai pemetaan pendekatan politik. Membagi empat pendekatan yakni (1). tradsional (yuridis dan institusional); 2). Pendekatan perilaku; 3) pendekatan psca perilaku; 4). Pendekatan Neo Marxis.Miriam Budiarjo, Demokrasi di Indonesia, (Jakarta, Gramedia, 1999), hlm. 57. David After. Pengantar Analisa Politik, Jakarta, LP3ES,1985, hlm.13. Membagi penekatan politik menjadi enam.1). Filsafat Politik; 2). Paham Kelembagaan;3). Paham Tingkah laku; 4). Paham Kemajemukan ; 5) Paham Struktural; 6) Paham Perkembangan. Riswandha Imawan ‘Sistem Sosial, Sistem Politik dan Sistem Administrasi Negara’ membagi tiga keluarga besar pendekatan politik; 1). Tradisional; 2). Tingkah laku, dan 3). Pilihan Rasional. Sementara, Pratikno dalam artikelnya ‘Melacak Ruang Kajian Pemerintahan dalam Ilmu Politik: Sebuah Riset Awal’, membagi enam pendekatan ilmu perkembangan ilmu politik terutama di Amerika Serikat, telah melalui empat tahap. Empat tahapan ini dapat dilihat dari berbagai Beberapa ahli sudut pembagian. politik melihat pembagian itu dari sudut metodemetode atau pendekatan-pendekatan yang muncul periodesasi. ketika membuat Empat tahap perkembangan ilmu politik adalah: tahap formal (legal); tahap tradisional; tahap behavioral dan tahap post17 Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan empat pendekatan ilmu politik Ala keunggulan I Ketut Putra Erawan dan Amerika Serikat yakni pendekatan ketertinggalan Ambong dalam behavioral; mengikuti trend perkembangan ilmu pendekatan post-behavioral dan After politik. Namun satu hal yang pasti the post-behavioralisme4. yakni kita bisa belajar dari temuan- klasik; pendekatan Baik Ambong maupun I Ketut temauan mereka. Karena saya yakin Putra Erawan sama membagi empat bahwa setiap pendekatan politik lahir pendekatan politik. Meskipun sama- dari proses dan pergumulan intelektual sama menghasilkan empat pendekatan yang cukup panjang, melelahkan dan politik, namun caranya sangat berbeda penuh dengan pencarian pendekatan dalam kategorisasi. yang terbaik dalam ilmu politik. Pendekatan Ambong sebenarnya bisa Pendekatan yang baik dalam ilmu disempitkan menjadi tiga pendekatan politik adalah pendekatan yang selalu saja dalam dipertanyakan, digugat, digoyahkan, membuat ilmu politik. Dengan asumsi bahwa pendekatan formal dan bahkan diruntuhkan tradisional digabungkan menjadi satu hegemonik dan nyaris tak memberi dengan tempat bagi lahirnya ide-ide baru. nama pendekatan klasik ditambah pendekatan behavioral dan pendekatan Dalam post-behavioral. Dengan konteks karena terlanjur inilah pendekatan behavioralisme ingin dibicarakan melihat hasil pemetaan yang tawarkan Gambaran pendekatan I Ketut Putra Erawan jauh lebih maju behavioralisme bisa dilacak dalam ketimbang Ambong. Terlepas dari sejarah kemunculan dan perkembangannya dalam ilmu politik. politik yakni (1). Pendekatan Normatif atau Filsafat Politik. 2). Pendekatan kelembangaan formal negara. 3). Pendekatan perilaku. 4). Pendekatan teori negara. 5). Pendekatan Diskursus dan, 6). Pendekatan feminisme. Jurnal Transformasi, Vol. 1. No.1 September 2003. hlm. 17-19. Selanjutnya David Marsh and Gerry Stoker dalam Theory and Methods in Political Science (2002), menyebutkan tujuh pendekatan ilmu politik yakni, Pendekatan Tingkah Laku, 2). Pendekatan Pilihan Rsional. 3). Pendekatan kelembagaan. 4). Pendekatan Feminisme. 5). Pendekatan Interpretasi. 6). Pendekatan Marxisme dan, 7). Pendekatan Normatif. 4 I Ketut Putra Erawan, Materi Perkuliahan ‘Skope dan Metodologi Ilmu Politik’ Tahun Ajaran 2006/2007. Kemunculan hanya terhadap behavioralisme membawa tidak inovasi/perbaikan pendekatan tradisionalis. Tetapi juga ingin berbeda dalam hal metode yang digunakan, aliran pemikiran yang dianut, objek yang dijadikan kajian, basis pengetahuan serta preferensi ilmiah lainnya. Dengan kata lain, semangat perbedaan yang dia bawa merupakan pukulan yang akan 18 Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan berdampak merugikan para pendukung sebagaimana dipahami oleh ilmuwan pendekatan tradisionalis serta juga melainkan menjadi meminjam bahasa Thomas Kuhn5. awal dari sebuah kehancurannya. revolusi merupakan Afan Gaffar; Karena dianggap mampu menolak dan menjungkirbalikkan semua metode dan prosedur kerja dalam ilmu politik yang sudah lama diyakini oleh kalangan ilmuwan politik pada masa itu. Kaum behavioralisme percaya bahwa ilmu politik sudah mampu menjadi ilmu yang normal sebagaimana ilmuilmu lainnya sehingga ilmu politik dapat disejajarkan dengan ilmu alamiah. Dengan revolusi behavioralisme maka ilmu politik memiliki paradigma sebagaimana dipersyaratkan oleh sebuah ilmu normal. Dan apabila anomali ini telah berhasil menolak sebuah teori yang sudah demikian dominannya, maka kemudian terjadilah revolusi pengetahuan sebagaimana biasanya terjadi dalam ilmu-ilmu alamiah6. bahasa provokatif yang pantas dialamatkan kepada para pendukung pendekatan tradisional. Yang pada perkembangan selanjutnya terjadi penjungkirbalikkan paradigmatik secara Dikatakan revolusi mengutip pendapat Mengapa kehancuran? Karena kehancuran terjadi sebagaimana terlihat dalam table 1. Tabel 1 Perbandingan Tradisional versus Behavioralisme Dari Tradisionalis Mengaitkan antara fakta dan nilai; Penilain segi filsafat Kualitatif Menekankan aspek historiesyuridis Anti positivis Fokusnya struktur formal Menguraikan Etnosentrik: fakus pada Negara demokratis di Eropa Ke Behavioralis Pemisahan fakta dan nilai Penelitian empirik Kuantitatif Menekankan sosiologispsikologi Positivis Fokus pada struktur formal dan fungsi informal Menjelaskan Etnosentrik; khususnya pada model AngloAmerika Sebenarnya paradigma tradisionalis ke behavioralis berjalan secara menjelas kerangka pikir Kuhn dalam konteks ilmu politik. Model kerangka pikir Kuhn dikenal sebagai berikut: ParadigmaNormanScienceAnomali Krisis RevolusiParadigma7 Diolah dari, Miriam Budiarjo, Demokrasi di Indonesia, (Jakarta, Gramedia, 1999),hlm.65; A Hoogerworf Politikologi, (Jakarta: Erlangga,1985)hlm. 27; Ibrahim Ambong ‘Memahami Pendekatan Tingkah Politik’ Jurnal Ilmu Politik, No.13/1993. hlm.25. Penjungkirbalikkan Afan 5 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta,Rajawali,1985), hlm.4. 6 Afan Gaffar ‘Dari Negara Ke Negara Perubahan Paradigmna dalam Ilmu Politik’ dalam Sukandirrumidi dkk (peny) Kumpulan Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora, (Jogyakarta: UGM Press, 2004), hlm. 383. 7 George Ritsez dan Douglas Goodman Teori Sosialogi Modern, (Jakarta; Prenada Media,2004), dari tidak akumulatif 19 Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan PERALIHAN DARI TRADISONALIS KE BEHAVIORALISME menangkap realitas yang berkembang dalam masyarakat kian genjar. Hal ini, Pergeseran paradigma dari tradisional ke behavioralis pergolakan. bukanlah Mengingat diamini oleh Mary Greisez Kweit dan tanpa Robert W Kweit dalam bukunya pendekatan Konsep dan Metode Analisas Politik. tradisional menurut sejarahnya pernah Mary dan Robert menyebutkan dua mendominasi sebagian besar pemikiran persoalan politik hingga pada selesainya PD ke- besar pengaruhnya Pertama, selama periode Perang Dunia ke-2 telah mulai ada reaksi terhadap aspek-aspek legal pemerintahan. Pada masa itu ada beberapa kekuatan intelektual yang cenderung mendorong ilmu politik menjauh dari studi yang semata-mata legalistik-normatif maupun teori dari teori murni normatif dan deduktif yang menjadi pusat perhatian disiplin pada abad ke19. Kedua, kekuatan fragmatisme yang sangat berpengaruh sangat kuat dalam ilmu politik. Fragmatisme yang menitikberatkan bahwa ide-ide dan tindakan-tindakan hanya dapat di evaluasi melalui hasilnya, bukan melalui logikanya, konsistensinya dan seterusnya10. pemikir seperti Leo Strauss, Eric Voegelin, John Hallowell dan Russell Kick8. sang tokoh dan pengaruh kuat pendekatan tradisional tak bisa pendekatan tertandingi lagi apapun. Logika dibenarkan Ambong tengah politik tradisionalis. karena pendekatan ini disokong oleh ilmuwan Kebesaran yang dihadapi oleh penganut pendekatan 2. Dominasi pendekatan tradisional cukup mendasar oleh ini dengan mengatakan bahwa; pendekatan behavioralis yang sudah lahir pada tahun 1920-an hingga tahun 1949 belum tampak jelas, dalam arti apakah pendekatan ini mampu menjadi kenyataan untuk menggantikan pendekatan behavioralism9. Apa yang disampaikan oleh Mary Sekalipun ketidakjelasan masih Greisez Kweit dan Robert W Kweit, menghantui para pemikir behavioralis. disambut dengan hangat oleh Miriam Namun rangkaian kritik dan respon Budiarjo. Bagi Miriam, tidak ada dari kaum behavioralisme sebagai akibat pendekatan 8 dari gunanya membahas lembaga-lembaga ketidakmampuan tradisionalis A Hoogerworf Politikologi, Erlangga,1985), hlm. 26 9 Ibrahim Ambong., op.cit. hlm. 22. formal karena tidak banyak dalam 10 (Jakarta: Mary Greisez Kweit dan Robert W Kweit Konsep dan Metode Analisas Politik. (Jakarta: Bina Aksara, 1986). hlm. 13. 20 Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan memberikan proses informasi politik Bahkan yang lebih mengenai dalam sebenarnya. bermanfaat mengecam ilmu politik tradisonal, yang dianggapnya mandul, jika terlalu formalistis dan statis karena mempelajari manusia serta perilaku tidak memberikan penekanan yang politiknya. memadai Kalau pun membahas kepada peneliti-peneliti lembaga formal negara, lembaga itu tentang proses—suatu konsep yang cenderung hanya dipandang sebagai sejak itu telah diserap ke dalam ilmu kerangka bagi berperannya individu11. politik yang bersifat behavioral13. Mencermati sejumlah kritik Kemampuan menyerap terhadap pendekatan tradisional sudah ilmuwan barang pada digenapi pula dengan kepandaian para pudarnya pengaruh yang dimilikinya. ilmuwan politik berada di bawah Ketidakmampuannya pengaruh dan teladan tentu berimplikasi menjawab behavioral semacam para itu ilmu alam fenomena politik yang berkembang dimana mereka mulai bisa membuat menunjukkan bahwa pendekatan ini metode-metode semakin wibawanya. kuantitatif dan lebih dari sekedar ini sangat metode-metode yang bersifat kualitatif. dimungkinkan karena perkembangan Hal ini membuat mereka mampu fenomena cepat menguraikan masalah-masalah yang dibandingkan dengan usaha kaum mereka hadapi secara lebih lengkap, intelektual menjelaskannya. Dengan serta kata lain, terlalu banyak gejala yang penafsiran secara lebih akurat14. Tetapi menarik, intelektual juga, diarahkan menciptakan teori pendekatan tradisional tidak mampu eksplanasi dan prediksi. Yaitu teori menjelaskannya12. yang merosot Kemorosotan semacam jauh tetapi lebih kaum Dari sinilah nampak limitasi bersifat memecahkannya bisa dengan menjelaskan dan meramalkan. pendekatan tradisional yang ditanggapi Artur Benley yang Pendekatan dengan suara keras secara behavioral terang-terangan juga menyerukan suatu pendekatan yang lebih empirik 11 Miriam Budiarjo, Demokrasi di Indoensia, (Jakarta, Gramedia, 1999).hlm.62. 12 Riswandha Imawan dan Ichasul Amal ‘Status Mutakhir Ilmu Politik dan Upaya Membangun Martabat Manusia’ dalam Sofian Effendi, Sjahri Sairin dan Alwi Dahlan (ed) Membangun Martabat Manusia, (Jogyakarta, UGM Press, 1996), hlm.455. 13 Seperti legislatif, proses yudikatif, proses pembuatan keputusan, proses politik dan seterusnya S.P.Varma Teori Politik Modern. (Jakarta: Rajawali Press), 1995. hlm.18 14 S.P.Varma., ibid.hlm. 16. 21 Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan yang sistematis, temasuk perluasan Perlu pula ditambahkan bahwa skema-skema yang bersifat klasifikasi, behavioralisme konseptualisasi pada beragam singkat menyangkut tindakan-tindakan politik abstraksi, penyusunan hipotesis dan yang diobservasi tetapi juga persepsi, pengujian motivasi dan komponen tingkah laku hipotesis melalui data empirik15 tidak hanya lainnya yang menunjukkan identitas politik, tuntutan-tuntutan dan harapan- APAKAH BEHAVIORALISME ITU? Sekalipun harapan seseorang atau sekelompok istilah orang serta sistem-sistem kepercayaan behavioralisme pertama kali igunakan politiknya oleh Meminjam istilah David Easton, inilah Frank Kent lewat bukunya dan Political Behavioral, the Heretofore keutamaan Unwitten Laws Costoms, and the behavioralisme17. Principle of Politics as Practised in the Unite States. perkembangannya Namun tujuan-tujuannya. dari pendekatan Ungkapan Easton tentu saja pada penuh makna. Karena sumbangsih behavioralisme terbesar Easton terhadap yang diambil dari ilmu psikologi behavioralisme termuat dalam bukunya dipahami untuk Kerangka Kerja menjelaskan semua referensi yang Politik18. Easton membantu Analisa Sistem mengungkapkan berbau data subjektif, seperti tujuan- dengan panjang lebar tentang apa yang tujuan, menjadi dasar kerja dan keyakinan dari keinginan-keinginan, emosi maupun ide-ide dari penelitian yang kalangan behavioralism, antara lain: dipandang ilmiah. Dengan kata lain, 1. Regulasi. Ada hal-hal yang muncul secara terutur dari perilaku politik pola manusia yang dapat ditemukan. Dan hal itu dapat diekspresikan dalam bentuk generalisasi ataupun teori dengan variable (esplanatory and predictive) yang jelas; 2. Verification. Validitasi dari generalisasi dan teoritisasi tersebut secara prinsip haruslah dapat diuji tujuan riset behavioralisme adalah untuk menjelaskan ‘mengapa’ orang bertingkah laku politik seperti tampak pada tingkannya, dan mengapa, sebagian akibatnya proses-proses dan sistem-sistem politik berjalan seperti yang mereka kerjakan16. 17 Ibrahim Ambong., ibid., hlm.23. David Easton Kerangka Kerja Analisa Sistem Politik, (Jakarta, Bina Aksara, 1984), hlm. 9-10; Ambong, ibid, hlm. 24; Miriam Budiarjo, op.cit. hlm. 61-61. 15 18 Ronald Chilcote, Teori Pembandingan Politik (Jakarta: Rajawali Grapindo Persada, 2003), hlm. 79. 16 Ibrahim Ambong., op.cit. hlm 23. 22 Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan 3. 4. 5. 6. 7. apakah sesuai dengan perilaku politik sehari-hari; Techniques. Cara-cara dan mekanisme bagaimana memperoleh data janganlah diterima begitu saja. Metode tersebut umumnya diperbaiki, dan divaliditasi sehingga diperoleh metode yang tangguh untuk melakukan pengamatan, pencatatan dan analisis dari perilaku politik; Quantification. Ketepatan di dalam mencatat data dan menjelaskan tentang temuantemuan memerlukan pengukuran dan kuantifikasi. Akan tetapi hal itu bukanlah semata-mata dilakukan demi kuantifikasi. Dalam hal ini kuantifikasi diperlukan apabila memungkinkan dan dengan dasar objektivitas yang ada; Values. Evaluasi etis dan analisis empirik melibatkan dua proposisi yang berbeda dan secara analitik perlu dipisahkan. Namun demikian, ilmuwan tidak dilarang untuk mengajukan proposisi baik secara tersendiri atau merupakan kombinasi dari keduanya, sepanjang hal itu dilakukan dengan baner; Systematization. Penelitian harus dilaksanakan secara sistematik. Teori dan penelitian merupakan dua hal yang saling kait ,mengkait yang merupakan satu kesatuan dari ilmu pengetahuan. Penelitian tanpa dituntun oleh teori maka bersifat trivial, sementara teori tidak didukung oleh data tidak ada gunanya; Pure Science. Aplikasi ilmu sama pentingnya dengan pemahaman tentang teori karena keduanya merupakan bagian dari kegiatan ilmu pengetahuan. Akan tetapi memahami dan memberikan eksplanasi perilaku politik secara logis mendahului usaha untuk memanfaatkan ilmu tersebut guna menyelesaikan masalah yang praktis dalam masyarakat; 8. Integration. Karena ilmu sosial berurusan dengan keseluruhan dari kehiupan manusia maka ilmu politik tidak hanya mengindahkan temuan dari ilmu-ilmu lainnya, kecuali kalau hal itu mengganggu proses penelitian dan temuannnya. Pengakuan atas hal ini menempatkan kembali ilmu politik pada posisinya seperti sediakala sehingga menempatkan ilmu politik sejajar dengan ilmu-ilmu lainnya Delapan dasar kerja dan keyakinan memperkaya pendekatan ini sehingga dalam usahanya mengumpulkan data sangat maju pesat. Para ilmuwan behavioralis begitu mempelajari semula banyak tidak pengamatan antusias aspek tertangkap mereka. yang dalam Bahkan analisisnya pun bergeser dari lembaga ke manusia atau pelaku (aktor), dari struktur ke proses. Para penganut pendekatan ini tidak hanya mempelajari lembaga-lembaga, tetapi juga manusia-manusia dalam lembaga itu, bagaimana mereka menjalankan tugasnya, dan bagaimana mereka memandang perilaku mereka sendiri. Dalam rangka itu, pula muncul penelitian mengenai rekrutmen politik, 23 Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan kepemimpinan, masalah perwakilan, dan Fulbright dari Kongres Amerika sosialisasi politik dan seterusnya19. memainkan peranan yang sangat besar Keberhasilan dalam menyediakan dana20. beravioralisme sebagai sebuah paradigma bersamaan IMPLIKASI SERTA MENYERTAINYA dengan munculnya beberapa gejala lain di Amerika Serikat yang sangat menopang dan kondusif Perkembangan bagi suatu pendekatan dalam studi politik. Gaffar adalah. Pertama, munculnya reseach survey Ada banyak tokoh yang terkenal melakukan dalam dibidang ini. Sebutlah nama penganut rangka behavioralis, seperti, V.O Key, David pengumpulan pendapat umum tentang B Trauman, Gabrial Almond, Robert sesuatu hal, terutama yang menyangkut Dahl, Laswell, Herbert A Simon, Pemilihan Presiden, Anggota Senat, Pemilihan Gubernur dan David Easton dan Hans Morgenthau21 isu-isu tidak hanya itu. Pamor mendekatan tertentu yang sangat strategis bagi behavioralism semakin berkibar dijagat masyarakat Amerika. Kedua, yang ikut menopang bagi behavioralisme peta pemikiran politik dengan banyak perkembangannya tersebut para adalah terutama telepon (APSA), swasta dan Amerika menyediakan pilantripos seperti seperti David ada yang menjulukinya dengan sebutan yang era yang dipandang oleh sebagian ahli politik sebagai salah satu revolusi di Ford bidang studi politik yang mempunyai Foundation, Rockefeller Foundation implikasi yang cukup besar. Afan dan lain-lannya dari kalangan swasta 20 19 Trauman memberikan keuntungan. Tetapi juga diperlukan untuk peneltian. Lembagalembaga dalam Posisi semacam itu tidak hanya pemerintah dana kunci dan Robert Dahl (1966-1967). adalah komitmen dari berbagai pihak, seperti kalangan posisi yang (1964), Gabrial Almond (1965-1966) memberikan andil bagi munculnya behavioralisme behavioralis American Political Science Association dan komputer. Hal yang ketiga yang ikut revolusi kaum menempati dimanfaatkannya kemajuan teknologi modern, pendekatan dengan pencapaian statusnya sebagai Adapun gejala tersebut menurut Afan untuk YANG behavioralis semakin pesat seiring perkembangan ilmu politik itu sendiri. kecenderungan KRITIK 21 Miriam Budiarjo, op.cit. hlm. 62. 24 Afan Gaffar op.cit. hal. 387. Ibrahim Ambong., op.cit. hlm 21 Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan disempurnakan dengan menggunakan metode kerja dari ilmu-ilmu lainya; 4. Ilmu politik mengalami perkembangan dengan pesat. Ilmu politik yang pada mulanya masih merupakan gejala Amerika dan Eropa kemudian berkembang masih dengan pesat melawati batas kedua benua tersebut. Di beberapa Universitas Asia, Afrika dan Amerika Latin muncul pengkajian ilmu politik yang dilakukan dengan cara yang sistematis dan dengan penelitian yang sangat luas22. Gaffar secara tegas mengatakan bahwa behavioralisme mampu membawa perubahan yang besar dan sangat radikal terhadap ilmu politik. adapun beberapa implikasi yang dimunculkan oleh behavioralisme terhadap ilmu politik adalah; 1. Perbendaharaan istilah politik berkembang dengan pesat. Istilahistilah seperti input-komversioutput merupakan sesuatu yang menarik dan baru bagi ilmuwan politik pada tahun 1950-an, demikian juga dengan demandsupport-interest aggregation, interest articulation, political sosializiation, political communication, political recruitment, rule making, rule application, rule adjudication, system analisis, system theory dan seterusnya; 2. Sejumlah teori baru berhasil dikembangkan. Sebagai contoh yang sangat konkrit adalah theory of the political system yang dikemukakan oleh David Easton, dan juga Gabrial Almond. Demikian pula teori-teori yang menyangkut elemen sistem politik seperti misalnya, sosialisasi politik, komunikasi politik, kelompok kepentingan, dan sebagainya. Belum lagi yang menyangkut teori tentang teori perilaku politik secara individual maupun kelompok; 3. Penyempurnaan metodologi. Dengan behavioralisme kalangan ilmuwan politik semakin memiliki kepercayaan diri yang sangat kuat dengan mencoba mengembangkan metodologi yang lebih canggih. Pengukuran-pengukuran yang merupakan salah satu syarat mutlak bagi kuantifikasi semakin Selain Afan, Meriam juga mencatat betapa besar sumbangsih pendekatan behavioralis terhadap perkembangan studi ilmu perbandingan politik di Amerika Serikat. Sebesar apa pun dampak dan sumbangan yang diberikan behavioralisme perkembangan terhadap ilmu politik bukan berarti tanpa kritik. Sejumlah kalangan ilmuwan politik sendiri menyodorkan keberatan terhadap pendekatan behavioralisme itu sendiri. Somit dan Tannehaus beberapa (1967) mengidentifikasi keberatan-keberatannya tersebut, antara lain: 1. Ilmu politik tidak dapat, dan tidak akan dapat menjadi sains dalam artian yang sebenarnya; 2. Perilaku manusia yang nampak hanya memperlihatkan sebagian dari gejala. Orang-orang anti 22 25 Afan Gaffar,. op.cit. hlm. 387-388. Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan 3. 4. 5. 6. behavioralisme percaya bahwa bagia yang terbesar dari kehidupan manusia adalah yang tidak tampak; Apapun manfaat dari kuantifikasi, akan tetapi kuantifikasi itu tidak akan mencapai hasil yang sesungguhnya; memang benar bahwa setiap peneltian haris didukung oleh teori. Akan tetapi kalangan behavioralis di dalam kenyataan teori dan konsep yang mereka gunakan jauh melebihi perkembangan data itu sendiri; Di dalam banyak hal sejumlah persoalan politik melibatkan masalah moral dan etika. Dengan demikian, persoalan bahwa ilmu politik haruslah bebas nilai sangat sulit untuk dapat di pertanggungjawabkan; Pendekatan yang bersifat interdispliner memang sangat diperlukan. Akan tetapi hendaknya diperhatikan bahwa jangan sampai karena pendekatan yang seperti itu maka mengakibatkan setiap disiplin akan kehilangan identitas dan jati dirinya23. pertanyaan yang mengandung nilai, semisal lontaran pendekatan menimbulkan 23 jawaban kecaman atas suatu ilmu politik praktis; bahwa ia menggantikan bahasa politik yang biasa dengan suatu kamus teknis; dan bahwa ia mempunyai kriteria untuk hal-hal yang eksak, tetapi tidak untuk relevansi25. Miriam Budiarjo, op.cit. hlm.65. A Hoogerworf., op.cit. hlm. 26. Serangan terus berlanjut terhadap pendekatan pendekatan Behavioralis dengan mengatakan: (1) Bahwa ilmu politik sangat kompleks, untuk memungkinkan konstruksi generalisasi ilmiah yang mengindikasikan penyebab dan akibat; (2) mereka menyatakan bahwa manusia bertindak atas dasar kemauan bebas, dan karenanya tidaklah mungkin untuk mengindentifikasi penyebab-penyebab perilaku itu; (3). Mereka menunjukkan fakta bahwa manusia berperilaku berbeda bila mereka itu mengetahui akan menjadi pusat studi, oleh karena itu apa yang diobservasi oleh ilmuwan tidaklah nyata-nyata merupakan cerminan yang akurat dari perilaku manusia; Mary Greisez Kweit dan Robert W Kweit, op.cit. hlm. 17. 25 dengan untuk norma dalam penelitian. Mereka tidak mencari juga bahwa ia mengingkari kemungkinan memasukkan nilai-nilai dan norma- berusaha behavioralis ilmu politik dengan filsafat politik; tradisional menolak mempunyai tindakannya yang memisahkan antara argumen bahwa behaviralisme terlalu karena pendekatan Lebih lanjut disebutkan bahwa post behavioralis dan dari para neo sterial, tidak tidak? Juga masalah-masalah sosial24. yaitu dari kaum tradisional, dari para behavioralisme bahwa politik relevansi politik dan buta terhadap bermunculan, dari berbagai pihak, menyerang kritik behavioralis 24 Ilmuwan sistem demokrasi baik atau Keberatan semacam itu terus Marxis. apakah atas Afan Gaffar,. Ibid. hlm. 488-389. 26 Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan Sekalipun behavioralismne Jika Afan mengatakan bahwa banyak dihujani kritik karena limitasi behavioralisme telah berhasil melintasi yang melekat pada dirinya. Bagi Afan benua dan pengaruhnya terlihat di tidak jadi soal. Pasalnya pendekatan sejumlah Universitas yang dibarengi behavioralisme dengan munculnya sejumlah pusat mewujudkan telah sebuah mampu sejarah baru kajian atau mata kuliah yang sangat dalam ilmu politik dengan prestasi dipengaruhi oleh yang behavioralisme tentu sangat mengangumkan dan Jejak pemikiran saja ada sampai sekarang pun juga masih belum benarnya. behavioralisme bisa dilepaskan dari jejaknya dalam semacam ini mulai terasa di Indonesia ilmu politik. setelah banyak sarjana-sarjana ilmu Behavioralisme sebagai sebuah politik yang belajar di luar negeri pendekatan telah berhasil mengundang terutama di Amerika Serikat kembali segenap perhatian para ilmuwan sosial ke tanah air dengan membawa banyak dan politik serta khalayak ramai. Baik literatur27 yang tidak lagi bersifat yang mendukung maupun menolaknya. yuridis tetapi sangat behavioralis. Sebab ilmu pengetahuan hanya bisa Nuansa yang bersemangatkan hidup bila suatu penemuan ditolak, behavioralistik lantas dicari gantinya. Ilmu hanya bisa diutarakan di atas sangat baik direkam dikembangkan kalau suatu penemuan oleh Alfian dalam bukunya Ilmu diterima dan dipakai sampai suatu saat Politik di Indonesia. Ia menulis dengan ia lekang terkuras zaman, dan hilang memulai kata: kemampuannya Sebagaimana dapat dilihat, ada banyak mata kuliah sangat dipengaruhi oleh mereka dengan berusaha untuk menerapkan pendekatanpendekatan sosiologis pada studi ilmu politik, dan sampai derajat tertentu juga menghadirkan pendekatan psikologis. Di kalangan sarjana ilmu politik, kedua menjelaskan fenomena. Karena itu, sikap—tolak— terima rasional oleh ‘the scientif community’ adalah suatu gerak maju di dalam kultur keilmuan sebagaimana suatu bangsa26. BAGAIMANA DI INDONESIA? 27 Alfian dan Hidayat Mukmin (ed) Perkembangan Ilmu Politik di Indonesia serta Peranannya dalam Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Bangsa, (Jakarta: Rajawali, 1985), hlm. 5, 26 Vedi Haiz Politik, Budaya dan Perubahan Sosial, (Jakarta: Gramedia dan Yayasan SPES,1992), hlm. vi. 27 Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan pendekatan itu sangat empirik dan sangat diminati oleh para ilmuwan politik yang ingin belajar pada studi tingkah laku politik28. menarik untuk dikedepankan pengaruh ilmuwan Amerika terhadap sarjana politik Indonesia dengan bersandar pada basis argumentasi Riswandha Imawan. Riswandha mengatakan: Pada level yang lebih praksis, argumen Bila saya berhadapan dengan kesenjangan antara teori dan fakta maka saya akan lebih mempercayai fakta daripada teori. Asumsinya ada dua. Pertama, saya tidak percaya bahwa sesuatu bisa terjadi tanpa ada sebab-sebab awalnya. Segala sesuatu pasti ada penyebabnya. Karena itu, untuk dapat membangun satu model penjelasan yang memadai, pengamatan terhadap fakta yang muncul setiap saat harus dilakukan. Kedua, politik dimainkan oleh tingkah laku individu yang pada akhirnya mempengaruhi pembentukan satu politik29. Alfian bisa ditelusuri secara empirik melalui kurikulum pendidikan perguruan tinggi yang tersebar di bumi Indonesia. Hampir semua perguruan tinggi negeri maupun swasta yang memiliki fakulatas ilmu sosial dan ilmu politik secara jelas membuat matakuliah yang berbau behavioralisme, misalnya Sistem Sosial Indonesia, Sistem Politik Indonesia. Pemilu dan Kepartaian, Perilaku Memilih, Metode Kuantitatif dan seterusnya. merupakan Kesemuanya pelembagaan ini paham Penjelasan behavioralisme di tanah air. Riswandha menunjukkan bahwa betapa dalamnya Pelembagaan matakuliah yang pengaruh behavioralisme berbau behavioralisme di universitas pembentukan bisa juga dibaca sebagai bagian dari kampus. Penyebaran ide-ide ataupun keberhasilan para ilmuwan Amerika gagasan lewat kampus sangat efektif dalam pengaruhnya mendidikan sarjana-sarjana intelektual dalam dan dunia semakin kokoh sangat banyak politik Indonesia. Tak bisa dipungkiri fondasi meningkatnya pangaruh ahli-hali ilmu penganutnya. politik Amerika mencapai sekitar 75% kepercayaan bersama atas keunggulan sampai 80% dari seluruh dunia ahli pendekatan politik yang ada di dunia. Karena itu, komunitas ilmuwan tak bisa diragukan 28 29 Alfian dalam bukunya Ilmu Politik di Indonesia. (Jogyakarta: UGM Press, 1982), hlm.34. sekaligus di Keyakinan behavioralisme dan dalam Riswandha Imawan, Membedah Politik Orde Baru, (Jogyakarta; Pustaka Pelajar), 1997. hlm.viii. 28 Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan Kumpulan Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora, Jogyakarta, UGM Press. Hoogerworf, A. 1985. Politikologi, Jakarta: Erlangga. Haiz, Vedi.1992. Politik, Budaya dan Perubahan Sosial, Jakarta, Gramedia dan Yayasan SPES. Imawan, Riswandha. 1997. Membedah Politik Orde Baru, Jogyakarta; Pustaka Pelajar. Imawan Riswandha dan Ichasul Amal. 1996. ‘Status Mutakhir Ilmu Politik dan Uapaya Membangun Martabat Manusia’ dalam Sofian Effendi, Sjahri Sairin dan Alwi Dahlan (ed) Membangun Martabat Manusia, Jogyakarta, UGM Press. Kweit, Mary Greisez dan Robert W Kweit.1986. Konsep dan Metode Analisas Politik. Jakarta, Bina Aksara. Ritzer, George. 1985. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta, Rajawali. Ritsez, George dan Goodman, Douglas. 2004. Teori Sosialogi Modern, Jakarta; Prenada Media. Varma S.P. 1995. Teori Politik Modern. Jakarta, Rajawali Press. lagi. Keyakinan semacam inilah yang membuat Afan berkomentar dengan mengatakan bahwa bagi orang yang pernah menyaksikan bagaimana ilmu politik tahun 1960-an dan tahun 1970an tentu saja harus mengakui dengan sejujurnya bahwa behavioralisme telah memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan ilmu politik30 termasuk di Indonesia***. Daftar Pustaka Alfian 1982. Ilmu Politik di Indonesia. Jogyakarta, UGM Press. Alfian dan Hidayat Mukmin (ed) 1985). Perkembangan Ilmu Politik di Indonesia serta Peranannya dalam Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Bangsa, Jakarta, Rajawali. After, David. 1985. Pengantar Analisa Politik, Jakarta: LP3ES. Ambong, Ibrahim. ‘Memahami Pendekatan Tingkah Politik’ Jurnal Ilmu Politik, No.13/1993. Budiarjo, Miriam.1999. Demokrasi di Indonesia, Jakarta, Gramedia. Chilcote, Ronald. 2003. Teori Pembandingan Politik, Jakarta, Rajawali Grapindo Persada. Erawan, I Ketut Putra, Materi Perkuliahan ‘Skope dan Metodologi Ilmu Politik’ Tahun Ajaran 2006/2007. Easton, David. 1984. Kerangka Kerja Analisa Sistem Politik, Jakarta, Bina Aksara. Gaffar, Afan 2004. ‘Dari Negara Ke Negara Perubahan Paradigmna dalam Ilmu Politik’ dalam Sukandirrumidi dkk(peny) 30 Afan Gaffar,. op.cit. . hlm. 389. 29