Triwulan I 2009 BAB V KEUANGAN DAERAH Pada tahun anggaran

advertisement
Triwulan I 2009
BAB V
KEUANGAN DAERAH
Pada tahun anggaran 2009 Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Propinsi Banten adalah sebesar
Rp 2,36 triliun atau meningkat 5% dari APBD 2008
sebesar Rp 2,27 triliun. Pendapatan daerah Provinsi
Banten direncanakan mencapai Rp 2,2 triliun yang
didukung oleh penerimaan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sebesar Rp 1,53 triliun atau 68,73% dari APBD
2009. Anggaran pembangunan daerah yang direncanakan
mencapai Rp 2,3 triliun terutama ditujukan untuk
kegiatan
pembangunan,
bantuan
keuangan
kepada
kabupaten/kota dan pemerintah desa, serta bantuan
sosial. Defisit anggaran sebesar Rp. 145,69 miliar
akan dipenuhi dengan menggunakan pembiayaan berupa
surplus anggaran tahun 2008 yang berjumlah Rp.
159,98 miliar.
Perkembangan pembangunan di Propinsi Banten pada
triwulan I 2009 menunjukkan perlambatan dibandingkan
triwulan yang sama tahun 2008.
Hal tersebut
ditunjukkan dengan tingkat realisasi pendapatan APBD
triwulan laporan sebesar 15,20% dari target APBD
2009, lebih rendah dari realisasi triwulan I 2008
yaitu 32,20%. Sementara itu realisasi belanja
pemerintah daerah hingga akhir triwulan laporan
sebesar Rp. 167,4 miliar atau 7,07% dari APBD,
sedikit lebih besar dibandingkan triwulan I 2008
sebesar 6%. Belanja tersebut diwujudkan dalam
kegiatan perbaikan sarana jalan, pendidikan, dan
bantuan sosial. Rendahnya realisasi secara umum
disebabkan oleh keterlambatan pengesahan APBD 2009
pada pertengahan Februari 2009.
Realisasi pendapatan APBD triwulan laporan tertinggi
sebesar Rp 241,2 miliar berasal dari PAD yang
ditopang oleh pajak daerah. Pajak Daerah Banten
tersebut sebagian besar berasal dari Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB), dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
(PBBKB). Pendapatan terbesar kedua pada triwulan
laporan diperoleh melalui realisasi Dana Alokasi
Umum (DAU) sebesar Rp 90,29 miliar dari total DAU
Banten tahun 2009 sebesar Rp 3,131.33 triliun.
Realisasi belanja APBD triwulan laporan mencapai
7,07%, hanya sedikit di atas realisasi belanja
triwulan yang sama tahun 2008. Pada Triwulan I 2008,
realisasi
Belanja
Langsung
dan
Belanja
Tidak
Langsung masing-masing hanya mencapai 6,86% dan
3,13%. Sementara itu Belanja Modal APBD triwulan I
2008 adalah 3,74%. Kondisi yang sama diperkirakan
terjadi pada triwulan I 2009 mengingat pelaksanaan
pembangunan masih dalam proses persiapan setelah
87
Kajian Ekonomi Regional Banten
Triwulan I 2009
pengesahan APBD Daerah Tingkat II dilaksanakan pada
pertengahan triwulan laporan.
APBD Provinsi Banten tahun 2009 dari sisi komposisi
pendapatan menunjukkan karakteristik yang sama
dengan beberapa provinsi lain seperti di pulau Jawa.
Sementara dari sisi komposisi belanja, APBD Banten
tahun 2009 memiliki pola yang sama dengan propinsipropinsi penghasil sumber daya alam seperti Riau,
dan Kalimantan Timur. Dari sisi alokasi APBD 2009,
Kabupaten dan Kota Tangerang merupakan daerah
penerima pendapatan tertinggi masing-masing sebesar
27%
dan
18%
dari
total
pendapatan
daerah
kabupaten/kota di Banten. Namun tingginya belanja di
Kabupaten dan
Kota Tangerang menyebabkan defisit
anggaran masing-masing sebesar Rp.406,67 miliar dan
Rp 119,04 miliar.
Tabel V.1 Realisasi APBD Pemerintah Propinsi Banten
Triwulan I 2009
No.
I
II
III
Uraian
APBD 2009
(Milyar
Rp)
S.d. Triwulan I-09
Realisasi
Realisasi
(Milyar
(%)
Rp)
Pendapatan
- Pendapatan Asli
Daerah
- Dana
Perimbangan
- Lain-lain PAD
yang sah
2,221.04
337.70
15.20%
1,526.46
241.20
15.80%
96.05
13.90%
0.45
12.43%
Belanja
- Belanja Tidak
Langsung
- Belanja
Langsung
2,360.00
Pembiayaan
- Penerimaan
Daerah
- Pengeluaran
Daerah
145.69
690.96
3.62
*
*
1,130.00
1,230.00
234.64
161.05%
- SILPA 2008
145.69
234.64
161.05%
Sumber : DPKAD Provinsi Banten
*) Data resmi realisasi Belanja APBD Banten Triwulan I-09 belum
tersedia.
A. PENDAPATAN DAERAH
Komposisi
pendapatan
daerah
Banten
memiliki
karakteristik yang sama dengan beberapa provinsi
lain di Pulau Jawa. Berdasarkan data APBD secara
nasional, proporsi pendapatan Provinsi Banten tahun
88
Kajian Ekonomi Regional Banten
Triwulan I 2009
2009 yang terutama berasal dari PAD (63,73%) tidak
jauh berbeda dari provinsi di Pulau Jawa, yaitu Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan PAD
masing-masing sebesar 74,46%; 69,60%; dan 65,32%
dari total pendapatan daerah. Sementara pendapatan
daerah provinsi penghasil sumber daya lama seperti
Riau dan Kalimantan Timur didominasi oleh dana bagi
hasil yang rata-rata mencapai 60% dari total
pendapatan daerah.
Pendapatan daerah Provinsi Banten tahun 2009 sebesar
Rp 2,2 triliun mengalami penurunan sebesar 2.3% dari
pendapatan daerah pada tahun 2008 yang mencapai Rp
2,6 triliun.
Hal ini disebabkan oleh perkiraan
turunnya PAD yang berasal dari Pajak Daerah,
terutama dari BBNKB dan PBBKB masing-masing sebesar
18.86% dan 2,85% pada tahun 2009 (Grafik V.1).
Pertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan di
tahun 2009 diperkirakan memberikan pengaruh besar
terhadap realisasi pendapatan daerah Provinsi Banten
tahun 2009.
Penurunan
pendapatan
daerah
dari
PAD
telah
diperkirakan dalam penetapan APBD 2009 berdasarkan
perkiraan penurunan Pajak Daerah sebagai komponen
PAD
yang
tertinggi.
Mengikuti
kecenderungan
penurunan BBNKB sejak tahun 2006, pada tahun 2009
Pajak Daerah dari BBNKB diperkirakan turun sekitar
10 – 20 %. PKB diperkirakan naik sekitar 2,84%
berdasarkan perkiraan pertambahan kontribusi PKB KBM
baru sebesar 14%. Sedangkan PBBKB diperkirakan turun
sekitar 2,85% berdasarkan rata-rata bulan realisasi
terendah pada tahun 2008
dan penurunan harga BBM.
Sementara itu potensi pajak lainnya seperti Pajak
Air Bawah Tanah (ABT) dan Pajak Air Permukaan (AP)
masih belum tergali dan hanya mencapai 3,22% dari
rencana pendapatan 2009.
Grafik V.1. Perkembangan Grafik
V.2.
Pajak
Daerah
Pemprov Pajak
Daerah
Banten 2008 - 2009
Banten 2009
Proporsi
Pemprov
Pada triwulan I 2009, realisasi pendapatan daerah
Provinsi Banten hanya mencapai 15,20%, jauh lebih
89
Kajian Ekonomi Regional Banten
Triwulan I 2009
rendah dari realiasi triwulan yang sama tahun 2008
yang mencapai 32,04%. Realisasi PAD yang hanya
mencapai 15,80% pada triwulan laporan diperkirakan
merupakan dampak dari rendahnya realisasi pendapatan
BBNKB, PKB, dan PBBKB yang merupakan komponen utama
Pajak Daerah. Penurunan pertumbuhan ekonomi pada
tahun 2009 dan masih tingginya suku bunga kredit
konsumsi
menyebabkan
berkurangnya
pembelian
kendaraan bermotor baik secara langsung (20%) maupun
leasing (80%). Hal ini sejalan dengan perkiraan
penurunan pasar domestik kendaraan bermotor ratarata sebesar 26.9% dari estimasi dasar pada tahun
2009 (Grafik V.3). Penurunan Pajak Daerah dari PBBKB
diperkirakan merupakan dampak dari turunnya harga
BBM mengingat jumlah pendapatan dari PBBKB dihitung
berdasarkan persentase tertentu terhadap harga BBM.
Sumber : DPKAD
Grafik V.3. Pasar Domestik Kendaraan Bermotor 1997 –
2008 dan Perkiraan 2009 - 2012
Selain rendahnya realisasi PAD, realisasi Dana
Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan yang Sah juga
masih rendah meski hal ini wajar terjadi pada
Triwulan I.
Realisasi Dana Perimbangan dan Lainlain Pendapatan yang Sah berturut-turut hanya
mencapai 13,09% dan 12,43%, lebih rendah dari
pencapaian pada triwulan yang sama tahun 2008
masing-masing sebesar 52,90% dan 19,55%. Hal ini
terutama disebabkan belum siapnya dana pendampingan
dari APBD sebagai bagian dari realisasi Dana
Perimbangan. Realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) dari
Pemerintah Provinsi bagi pemerintah kabupateb/kota
sebesar 25% dari target Rp 361,18 miliar pada tahun
2009 tidak diikuti oleh realisasi komponen Dana
Perimbangan Lainnya.
Tabel V.2 Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi
Banten 2009
No.
Uraian
APBD 2009
(Milyar
Rp)
S.d. Triwulan I-09
Realisasi Realisasi
(Milyar
(%)
90
Kajian Ekonomi Regional Banten
Triwulan I 2009
Rp)
I
II
III
PENDAPATAN ASLI DAERAH
- Pajak Daerah
- Retribusi Daerah
- Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
- Lain-lain PAD yang
Sah
DANA PERIMBANGAN
- Bagi Hasil Pajak/
Bukan Pajak
- Dana Alokasi Umum
- Dana Alokasi Khusus
LAIN-LAIN PENDAPATAN
YANG SAH
Pendapatan Hibah
TOTAL PENDAPATAN
1526.46
1474.10
2.95
241.20
235.56
0.41
15.80%
15.98%
13.90%
21.11
0.00
0.00%
28.30
690.96
5.23
96.04
18.48%
13.90%
297.66
361.18
32.12
5.75
90.29
0.00
1.93%
25.00%
0.00%
3.62
3.62
2221.04
0.45
0.45
337.69
12.43%
12.43%
15.20%
Berdasarkan
rincian
realisasi
pendapatan
APBD
Propinsi Banten pada Triwulan I 2009, terdapat
beberapa pos yang telah mencapai realisasi lebih
dari 25%.
Pos pendapatan tersebut meliputi
Retribusi Pelayanan Kesehatan (28,48%), Retribusi
Izin Usaha Perikanan (30%), dan Lain-Lain PAD yang
Sah dari Jasa Giro (25,16%). Realisasi Retribusi
Izin Usaha Perikanan yang cukup tinggi mencerminkan
iklim usaha yang positif, yaitu cuaca yang cukup
baik sepanjang triwulan laporan dan permintaan hasil
perikanan, terutama kepada pengusaha perikanan
Cilegon yang merupakan salah satu penghasil produk
perikanan terbaik di Asia untuk diekspor.
B. BELANJA DAERAH
Komposisi
belanja
daerah
Banten
memiliki
karakteristik yang sama dengan beberapa provinsi
penghasil sumber daya alam seperti Provinsi Riau dan
Kalimantan Timur. Berdasarkan data APBD secara
nasional, proporsi belanja Provinsi Banten tahun
2009 yang terutama ditujukan untuk belanja langsung
(52%) tidak jauh berbeda dengan provinsi Riau dan
Kalimantan Timur dengan belanja langsung masingmasing sebesar 58,54% dan 50,99% dari total belanja
daerah. Sebagian besar belanja langsung di Banten
dialokasikan untuk belanja modal. Sementara itu
belanja tidak langsung dalam APBD Provinsi Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur masing-masing
hanya sebesar 34,78%; 38,44%; dan 39,13% dari total
belanja. Sebagian besar belanja di provinsi-provinsi
tersebut dialokasikan untuk belanja tidak langsung,
yaitu belanja bagi hasil dan belanja pegawai.
Tabel V.4 Proporsi Komponen Belanja APBD 2009
91
Kajian Ekonomi Regional Banten
Triwulan I 2009
Provinsi
Belanja Tidak Langsung
(Juta Rp)
% APBD
Belanja Langsung
(Juta Rp)
% APBD
Banten
1,135,896
48.00%
1,230,720
52.00%
Jawa Barat
5,388,575
65.22%
2,874,004
34.78%
Jawa Tengah
3,304,942
61.56%
2,063,772
38.44%
Jawa Timur
3,843,103
60.87%
2,470,953
39.13%
Riau
Kalimantan
Timur
3,663,103
41.46%
2,345,105
58.54%
5,011,283
49.01%
2,768,379
50.99%
Selain disebabkan pola realisasi yang cenderung
masih rendah pada triwulan pertama, rendahnya
penyerapan APBD pada triwulan I 2009 juga disebabkan
oleh kelambatan pengesahan APBD Banten 2009 yang
baru dilaksanakan pada pertengahan Februari 2009.
Hingga akhir triwulan I 2009, hanya 7,07% anggaran
belanja
yang
terealisasi
di
Provinsi
Banten.
Keterlambatan pengesahan APBD menyebabkan proses
sinkronisasi program antara Pemerintah Propinsi dan
Pemerintah
Kabupaten/Kota
untuk
menghindari
pelaksanaan program yang tumpang tindih menjadi
tertunda dan sebagian besar realisasi belanja untuk
program dibawah tujuh prioritas pembangunan wilayah
Banten belum dapat dilaksanakan. Beberapa program di
bidang Bina Marga telah dilaksanakan berdasarkan
APBD 2008 sementara menunggu APBD 2009. Komponen
belanja yang telah terealisasi merupakan Belanja
Tidak Langsung yang bersifat reguler yaitu Belanja
Pegawai dan sebagian Belanja Bantuan Sosial.
Tabel V.5 Komponen Belanja APBD Pemprov Banten 2009
No.
Komponen Belanja
APBD
2009
(Milyar
Rp)
% APBD
1
- Belanja Pegawai
226.00
9.58%
2
- Belanja Hibah
- Belanja Bantuan
Sosial
- Belanja Bagi
Hasil Kab/Kota
14.00
0.59%
60.00
2.54%
580.00
24.58%
- Belanja Bantuan
Keuangan
Kab/Kota & Desa
- Belanja Tidak
Terduga
215.00
9.11%
10.00
0.42%
3
4
5
6
92
Kajian Ekonomi Regional Banten
Triwulan I 2009
7
- Belanja Bantuan
Pilkada/Pemilu
15.00
0.64%
8
- Belanja Modal
- Belanja Barang
dan Jasa
657.04
27.84%
488.81
20.71%
9
Tingkat penyerapan APBD yang rendah pada triwulan I
2009 diharapkan akan diimbangi oleh percepatan
pelaksanaan program dan kegiatan pada triwulantriwulan berikutnya. Meski realisasi belanja APBD
triwulan I 2009 masih rendah, dimulainya pelaksanaan
program dan kegiatan pada awal triwulan II 2009
diharapkan akan mendorong sisi konsumsi pemerintah
untuk membantu menggerakkan dunia usaha. Pada akhir
triwulan laporan, sebagian besar proses pelelangan
untuk program dan kegiatan mulai dilaksanakan.
Pelaksanaan proyek tersebut mencakup beberapa proyek
perbaikan infrastruktur, terutama yang terkait
dengan pembangunan dan perbaikan jalan provinsi dan
kabupaten; pembangunan instalasi listrik di Banten
bagian selatan dalam rangka mewujudkan Banten Terang
2012; renovasi beberapa pasar tradisional; bantuan
sosial;
serta
pelaksanaan
program
pendidikan.
Sementara itu sektor pertanian diharapkan juga mampu
menyerap anggaran belanja di triwulan berikutnya
mengingat musim tanam yang dimulai pada bulan April
2009.
Harapan
peningkatan
realisasi
APBD
2009
pada
triwulan berikutnya sejalan dengan pola posisi
simpanan Pemerintah Provinsi Banten di perbankan
yang baru akan mengalami pengurangan pada triwulan
terakhir setiap tahunnya. Posisi simpanan Pemerintah
Daerah Provinsi Banten di perbankan pada triwulan
laporan adalah Rp 2,37 triliun dengan pertumbuhan
19,17%
(y-o-y),
sedikit
lebih
tinggi
dari
pertumbuhan simpanan Pemerintah Banten pada triwulan
yang sama tahun 2008 sebesar 17,33% (y-o-y). Target
pendapatan bunga dari simpanan tersebut pada APBD
2009 adalah Rp 14,5 miliar dan baru terealisasi pada
triwulan laporan sebesar Rp 13,76 juta atau kurang
dari 1%.
93
Kajian Ekonomi Regional Banten
Triwulan I 2009
Grafik V.4. Perkembangan
Banten di Perbankan
Simpanan
Pemda
Propinsi
C. APBD KABUPATEN/KOTA DI BANTEN TAHUN 2009
Pada tahun 2009, Kabupaten dan Kota Tangerang
merupakan daerah dengan APBD tertinggi yang berasal
dari Dana Alokasi Umum (DAU). Total DAU bagi
Provinsi Banten pada tahun 2009 adalah Rp 3.131,33
triliun. Kabupaten dan Kota Tangerang memperoleh
pengalokasian DAU yang cukup tinggi yaitu Rp 855,24
miliar dan Rp496,31 miliar. Hal tersebut sejalan
dengan kemampuan penyerapan pendapatan fiskal yang
relatif besar dari dana bagi hasil yang diperoleh.
Kabupaten Lebak dan Pandeglang menerima DAU masingmasing sebesar Rp576,19 miliar dan Rp 618,80 miliar.
Pendapatan dari DAU merupakan komponen pendapatan
terbesar dari total pendapatan kabupaten, yaitu
mencapai 69,22% dan 71,59% mengingat keterbatasan
kapasitas fiskal di kedua kabupaten tersebut.
94
Kajian Ekonomi Regional Banten
Triwulan I 2009
Tabel V.6 Komponen Pendapatan APBD di Banten 2009
PAD
Dana
Perimbangan
Pendapatan
Lain-lain
Total
Pendapatan
Kab. Lebak
81,597
685,230
65,550
832,377
Pandeglang
50,879
737,235
76,199
864,313
Serang
Kab.
Tangerang
Kota
Cilegon
Kota
Tangerang
Kota
Serang
110,419
699,693
51,593
861,705
312,578
1,194,339
156,331
1,663,248
128,846
423,402
58,667
610,915
151,898
754,434
194,277
1,100,609
11,846
184,626
40,000
236,472
TOTAL
6,169,639
Dari sisi belanja APBD 2009, total belanja Kabupaten
dan Kota Tangerang mencapai 49,19% dari keseluruhan
belanja kabupaten/kota di Banten. Hal tersebut
menyebabkan defisit anggaran tertinggi juga terjadi
di Kabupaten dan Kota Tangerang masing-masing
sebesar Rp 406,66 miliar dan Rp 119,04 miliar.
Komponen belanja tertinggi di Tangerang, Serang, dan
Cilegon adalah belanja langsung berupa belanja modal
dan barang/jasa. Sementara itu belanja pegawai
merupakan komponen dengan biaya belanja terbesar
bagi Kabupaten Pandeglang dan Lebak.
Grafik
V.5.
Rincian Grafik V.6. DAU Kabupaten
Pendapatan Kabupaten/Kota /Kota di Banten 2009
dalam APBD Banten 2009
95
Kajian Ekonomi Regional Banten
Triwulan I 2009
Tabel V.7 Komponen Belanja APBD di Banten 2009
Belanja
Tidak
Langsung
Belanja
Langsung
Total
Belanja
Kab. Lebak
462,266
389,297
851,563
Pandeglang
519,450
206,657
726,107
Serang
637,517
316,306
953,823
Kab. Tangerang
938,098
1,131,808
2,069,906
Kota Cilegon
281,726
347,963
629,689
Kota Tangerang
511,166
708,484
1,219,650
Kota Serang
179,525
56,947
236,472
TOTAL
6,687,210
V.8.
Grafik
V.7.
Belanja Grafik
Kabupaten/Kota dalam APBD Defisit/Surplus Anggaran
Kabupaten/Kota di Banten
2009
2009
D. PRIORITAS PEMBANGUNAN
Pada tahun 2009 prioritas pembangunan Provinsi
Banten terpusat pada bidang Pendidikan dan bidang
Bina Marga yang memperoleh pagu Belanja Langsung
tertinggi masing-masing sebesar Rp 345 miliar dan Rp
275 miliar atau 14,62% dan 11,65% dari rencana
Belanja APBD 2009. Pada triwulan I 2009, penyerapan
anggaran belanja di kedua bidang prioritas ini
diperkirakan
masih
rendah.
Namun
percepatan
realisasi APBD untuk pendidikan serta pembangunan
96
Kajian Ekonomi Regional Banten
Triwulan I 2009
dan
rehabilitasi
jalan/jembatan
pada
selanjutnya diharapkan dapat terlaksana.
triwulan
Tabel V.8 Pagu Belanja Langsung berdasarkan Bidang
Tahun 2009
No.
1
Bidang
APBD 2009
(Milyar
Rp)
% thd
Belanja
APBD
% thd
Belanja
Langsung
Pendidikan
345.00
14.62%
26.14%
- Pendidikan Provinsi
- Bantuan Pendidikan
Kab/Kota
205.00
8.69%
15.53%
140.00
5.93%
10.61%
2
Kesehatan
150.00
6.36%
11.36%
3
115.00
4.87%
8.71%
4
KP3B
Sumber Daya Alam dan
Perkim
125.00
5.30%
9.47%
5
Bina Marga
275.00
11.65%
20.83%
6
Pertanian
40.00
1.69%
3.03%
7
20.00
0.85%
1.52%
8
Kelautan
Kehutanan dan
Perkebunan
20.00
0.85%
1.52%
9
Pariwisata
20.00
0.85%
1.52%
10
SKPD Lain
210.00
8.90%
15.91%
TOTAL BELANJA LANGSUNG
1,320.00
Pembangunan
di
bidang
pendidikan
tahun
2009
ditujukan dalam rangka memenuhi amanat UU Pendidikan
Nasional melalui peningkatan saran dan prasarana
sekolah yang didukung APBN 2009 berupa bantuan
sosial sebesar Rp. 2,44 triliun. Belanja pembangunan
di bidang pendidikan di Provinsi Banten pada tahun
2009 sebagian besar dialokasikan untuk pengembangan
sarana dan prasarana SD-SMP-SMA-SMK dan sekolah luar
biasa serta program pendidikan non-formal sebesar Rp
109,54
miliar
(31,75%
dari
anggaran
Belanja
Langsung). Selain itu Rp. 78,78 miliar (22,83%)
telah dialokasikan untuk program peningkatan mutu
pendidik
dan
tenaga
kependidikan.
Pelaksanaan
pembangunan di bidang pendidikan ini dukung oleh
alokasi APBN 2009 sebesar Rp. 2,44 triliun yang
sebagian besar berupa bantuan sosial untuk Dinas
Pendidikan Provinsi Banten dan belanja barang dan
modal untuk Universitas Terbuka.
97
Kajian Ekonomi Regional Banten
Triwulan I 2009
Dalam
rangka
meningkatkan
aksesibilitas
untuk
mendukung pengembangan wilayah, program pembangunan
jalan, jembatan, serta rehabilitasi dan pemeliharaan
rutin jalan/jembatan merupakan program yang akan
segera dilaksanakan pada triwulan berikutnya. Dari
total 889,01 kilometer ruas jalan milik Provinsi
Banten, 230,19 kilometer diantaranya (25,89%) saat
ini dalam kondisi rusak parah. Sekitar 78,67% dari
panjang ruas jalan yang rusak tersebut berlokasi di
Kabupaten Pandeglang dan Lebak (Grafik V.9). Kondisi
sebagian jalan dan jembatan yang dikategorikan
berkondisi sedang (42,72%) saat ini berangsur
memburuk dan menyebabkan
kelancaran distribusi
barang/jasa dan penanggulangan bencana alam serta
pemerataan pembangunan wilayah terhambat.
Grafik V.9. Kondisi Jalan
di Wilayah Banten
Sumber : Bina Marga
Grafik V.10. Kondisi Ruas
Jalan
Propinsi
di
Berbagai Daerah
Sumber : Bina Marga
98
Kajian Ekonomi Regional Banten
Triwulan I 2009
99
Kajian Ekonomi Regional Banten
Download